LP Plasenta Previa Norma Yuliastuti [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN MATERNITAS LAPORAN PENDAHULUAN PLASENTA PREVIA



Dosen : Ns.Awaliyah Ulfah Ayudytha,S.Kep.MARS Disusun Oleh :



NORMA YULIASTUTI NIM 19030051



PROGRAM PROFESI NERS STIKES PEKANBARU MEDICAL CENTER TAHUN 2020 LAPORAN PENDAHULUAN



PLASENTA PREVIA



A. Definisi Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Menurut Manuaba (1998) mengemukakan bahwa plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae= di depan ; vias= jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum (Saifuddin, 2002).



B. Klasifikasi



Menurut Manuaba (1998), klasifikasi plasenta previa secara teoritis dibagi dalam bentuk klinis, yaitu: a) Plasenta Previa Totalis, yaitu menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan 4 cm. b) Plasenta Previa Sentralis, yaitu bila pusat plasenta bersamaan dengan kanalis servikalis. c) Plasenta Previa Partialis, yaitu menutupi sebagian ostium uteri internum. d) Plasenta Previa Marginalis, yaitu apabila tepi plasenta previa berada di sekitar pinggir ostium uteri internum. Menurut Chalik (2002) klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir : 1. Plasenta Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum. 2. Plasenta Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum. 3. Plasenta Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh letaknya dan menutupi sebagian ostium uteri internum. Menurut De Snoo yang dikutip oleh Mochtar (1998), klasifikasi plasenta previa berdasarkan pada pembukaan 4 – 5 cm yaitu : 1. Plasenta Previa Sentralis, bila pembukaan 4 – 5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium. 2. Plasenta Previa Lateralis, bila pada pembukaan 4 – 5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 yaitu : plasenta previa lateralis posterior bila sebagian menutupi ostium bagian belakang, plasenta previa lateralis bila menutupi ostium bagian depan, dan plasenta previa marginalis sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi plasenta. Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya pembukaan, misalnya plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan keterangan mengenai besarnya pembukaan (Wiknjosastro, 2002). 



C. Etiologi



Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa pendapat para ahli, penyebab plasenta previa yaitu : 1. Menurut Manuaba (1998), plasenta previa merupakan implantasi di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi, endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin, dan vili korealis pada chorion leave yang persisten. 2. Menurut Mansjoer (2001), etiologi plasenta previa belum diketahui pasti tetapi meningkat pada grademultipara, primigravida tua, bekas section sesarea, bekas operasi, kelainan janin dan leiomioma uteri. D. Faktor Risiko 1. Faktor predisposisi Menurut Manuaba (1998), faktor – faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa adalah umur penderita antara lain pada umur muda < 20 tahun dan pada umur > 35 tahun, paritas yaitu pada multipara, endometrium yang cacat seperti : bekas operasi, bekas kuretage atau manual plasenta, perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip, dan pada keadaan malnutrisi karena plasenta previa mencari tempat implantasi yang lebih subur, serta bekas persalianan berulang dengan jarak kehamilan < 2 tahun dan kehamilan ≥ 2 tahun.  Menurut Mochtar (1998), faktor – faktor predisposisi plasenta previa yaitu: a. Umur dan paritas, pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah di Indonesia plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil. Hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum matang b. Endometrium yang cacat, endometrium yang hipoplastis pada kawin dan hamil muda, endometrium bekas persalinan berulang – ulang dengan jarak yang pendek (< 2 tahun), bekas operasi, kuratage, dan manual plasenta, dan korpus luteum bereaksi lambat, karena endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.



c. Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda.  2. Faktor pendukung  Menurut Sheiner yang dikutip oleh Amirah Umar Abdat (2010), etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya : a. Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti : fibroid atau jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah Caesar atau aborsi). b. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi. c. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium. Menurut Sastrawinata (2005), plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multipel. Sebab – sebab terjadinya plasenta previa yaitu : beberapa kali menjalani seksio sesarea, bekas dilatasi dan kuretase, serta kehamilan ganda yang memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin karena endometrium kurang subur (Manuaba, 2001).  Faktor pendorong Ibu merokok atau menggunakan kokain, karena bisa menyebabkan perubahan atau atrofi. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari) Sastrawinata,(2005). 



E. Patofisiologi



Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuknya dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada tapaknya. Demikian pula pada waktu servik mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu, perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen bawah rahim senantiasa terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis



dari



plasenta.



Perdarahan



tidak



dapat



dihindarkan



karena



ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal (Mansjoer, 2001).  F. Manifestasi Klinis Menururt FKUI (2000), tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah : 1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya dan berulang 2. Darah biasanya berwarna merah segar 3. Terjadi pada saat tidur atau saat melakukan aktivitas 4. Bagian terdepan janin tinggi (floating), sering dijumpai kelainan letak janin 5. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak. Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari placenta previa. Biasanya



perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan kontraksikontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup dalam keparahan dari ringan sampai parah. G. Pemeriksaan Penunjang 1. USG (Ultrasonographi) Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta melapisi cervik tidak biasa diungkapkan 2. Sinar X Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin. 3. Pemeriksaan laboratorium Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas normal. 4. Pengkajian vaginal Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar. 5. Isotop Scanning Atau lokasi penempatan placenta. 6. Amniocentesis Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin atau spingomyelin [LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah mature.



H. Penatalaksanaan



Menurut Saifuddin (2001) terdapat 2 macam terapi, yaitu :  1. Terapi Ekspektatif  Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil sekali. Ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Syarat bagi terapi ini adalah keadaan ibu masih baik (Hb-normal) dan perdarahan tidak banyak, besarnya pembukaan, dan tingkat placenta previa.  2. Terapi Aktif  Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan, adapun caranya: a. Cara Vaginal Untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan dengan demikian menutup pembuluh – pembuluh darah yang terbuka (tamponade plasenta). b. Cara Sectio caesarea, dengan maksud untuk mengosongkan rahim sehingga dapat mengadakan retraksi dan menghentikan perdarahan dan juga untuk mencegah terjadinya robekan cervik yang agak sering dengan usaha



persalinan



pervaginam



pada



placenta



previa.



Menurut



Winkjosastro (2002) prinsip dasar penanganan placenta previa yaitu, setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas transfusi darah dan operasi. Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali atau boleh dikatakan tidak pernah menyebabkan kematian, asal sebelumnya tidak diperiksa dalam. Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan penderita ke rumah sakit, sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang hampir selalu akan lebih banyak daripada sebelumnya, jangan sekali – kali melakukan pemeriksaan dalam keadaan siap operasi. Apabila dengan penilaian yang tenang dan jujur ternyata perdarahan yang telah berlangsung, atau yang akan berlangsung tidak akan membahayakan ibu dan janin (yang masih hidup) dan kehamilannya belum cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin belum sampai 2500 gram, dan persalinan belum mulai, dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janindapat hidup di luar



kandungan lebih baik lagi (Penanganan Pasif) sebaliknya, kalau perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan berlangsung akan membahayakan ibu dan atau janinnya, kehamilannya telah cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin telah mencapai 2500 gram, atau persalinan telah mulai, maka penanganan pasif harus ditinggalkan, dan ditempuh penanganan aktif. Dalam hal ini pemeriksaan dalam dilakukan di meja operasi dalam keadaan siap operasi (Winkjosastro, 2002). I. Komplikasi Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin. Menurut Manuaba (2001), adapun komplikasi – komplikasi yang terjadi yaitu: a. Komplikasi pada ibu, antara lain: perdarahan tambahan saat operasi menembus plasenta dengan inersio di depan, infeksi karena anemia, robekan implantasi plasenta di bagian belakang segmen bawah rahim, terjadinya ruptura uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui. b. Komplikasi pada janin, antara lain: prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan rendah, asfiksia intrauterine sampai dengan kematian. Menurut Chalik (2002), ada tiga komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin antara lain: 1) Terbentuknya segmen bawah rahim secara bertahap terjadilah pelepasan tapak plasenta dari insersi sehingga terjadi lah perdarahan yang tidak dapat dicegah berulang kali, penderita anemia dan syok. 2) Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis sehingga dengan mudah jaringan trpoblas infasi menerobos ke dalam miometrium bahkan ke parametrium dan menjadi sebab dari kejadian placenta akreta dan mungkin inkerta. 3) Servik dan segmen bawah raim yang rapuh dan kaya akan pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak menyebabkan mortalitas ibu dan perinatal.  



KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Pengumpulan data a) Anamnesa 1) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medicalrecord dll. 2) Keluhan utama: Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III. Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal. Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah dan placenta. 3) Inspeksi  Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.  Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia. 4) Palpasi abdomen Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.  Sering dijumpai kesalahan letak Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala   biasanya kepala masih goyang/floating b) Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Obstetri Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar



perawat



dapat



menentukan



kemungkinan



masalah



pada



kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi: -



Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)



-



Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi



-



Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan



-



Jenis anetesi dan kesulitan persalinan



-



Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.



-



Komplikasi pada bayi



-



Rencana menyusui bayi



2) Riwayat mensturasi Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan. 3) Riwayat Kontrasepsi Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin. 4) Riwayat penyakit dan operasi: Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan 5) Riwayat Psikososial Pasien akan merasa cemas oleh karena kawatir akan kehamilan ibu dan bayinya takut akan dioprasi takut apabila gambaran dirinya berubah serta biaya oprasi dan perawatannya 6) Pola aktivitas sehari-hari Pola aktivitas sehari-hari akan terganggu karena pendarahan pasien harus bedrest dan setelah operasi masih terdapat efek anastesi serta adanya perlukaan operasi yang menimbulkan nyeri c) Pemeriksaan fisik 1) Umum



Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil: a) Rambut dan kulit -



Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.



-



Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.



-



Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah



b) Mata : pucat, anemis c) Hidung d) Gigi dan mulut e) Leher f) Buah dada / payudara -



Peningkatan pigmentasi areola putting susu



-



Bertambahnya ukuran dan noduler



g) Jantung dan paru -



Volume darah meningkat



-



Peningkatan frekuensi nadi



-



Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal.



-



Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.



-



 Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.



-



 Diafragma meningga.



-



Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.



h) Abdomen -



Menentukan letak janin



-



Menentukan tinggi fundus uteri



i) Vagina -



Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick)



-



Hipertropi epithelium



j) System musculoskeletal



-



Persendian tulang pinggul yang mengendur



-



Gaya berjalan yang canggung



-



Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal



2. Khusus a. Tinggi fundus uteri b. Posisi dan persentasi janin c. Panggul dan janin lahir d. Denyut jantung janin B. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko perdarahan di buktikan dengan Komplikasi Kehamilan (Plasenta Previa) 2. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami keguguran 3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring



C. Intervensi Keperawatan a. Resiko Perdarahan dibuktikan dengan komplikasi kehamilan (Plasenta Previa) Tujuan : Tingkat perdarahan menurun Kriteria Hasil : -



Kelembaban membran mukosa meningkat



-



Kelembaban kulit meningkat



-



Perdarahan vagina menurun



-



Hemoglobin membaik



-



Hematokrit membaik



-



TD, HR, dan suhu tubuh membaik



Intervensi : Pencegahan Perdarahan Observasi :



 Monitot tanda dan gejala perdarahan  Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah  Monitor tanda-tanda vital Terapeutik  Pertahankan bedrest selama perdarahan  Hindari pengukuran suhu rectal Edukasi  Jelaskan tanda dan gejala perdarahan  Anjurkan menggunakan kaos kaki saat ambulasi  Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi  Anjurkan menghindari aspirin atau anti koagulan  Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K  Anjurkan segera melapor jika terjadi pendarahan Kolaborasi  Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu



b. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami keguguran Tujuan : Tingkat ansietas menurun Kriteria Hasil : - Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang di hadapi menurun - Perilaku gelisah menurun - Perilaku tegang menurun - TD,HR,RR membaik - Perasaan keberdayaan membaik Intervensi : Observasi 



Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)







Identifikasi kemampuan mengambil keputusan







Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)



Terapeutik 



Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan







Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan







Pahami situasi yang membuat anxietas







Dengarkan dengan penuh perhatian







Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan







Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan







Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan datang



Edukasi 



Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami







Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis







Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu







Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan







Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi







Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan







Latih teknik relaksasi



c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring Tujuan : Toleransi aktifitas meningkat Kriteria Hasil : Observasi -



Frekuensi nadi meningkat, TD membaik



-



Kemudahan dalam melakukan aktifitas sehari-hari meningkat



-



Perasaan lemah menurun Intervensi : Dukungan Kepatuhan program pengobatan Observasi Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan



Terapeutik  Buatlah jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani pasien selama menjalani program pengobatan, jika perlu :  Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani Edukasi  Informasikan program pengobatan yang harus dijalani  Anjurkan keluargaa untuk mendampingi dan merawat pasien selama menjalani penobatan  Anjurkan pasien dan keluarga untuk melakukan konsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat



DAFTAR PUSTAKA



https://www.scribd.com/document/281785376/LP-Plasenta-Previa.pdf http://eprints.ums.ac.id/16768/2/BAB_I.pdf http://www.asuhankeperawatan/7935437/ASKEP_PLASENTA_PREVIA.pdf Johnson,Marion.2015.NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan Buku Kedokteran EGC. PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Indikator Diagnostic. Ed 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Ed 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi Dan Tindakan Keperawatan, Ed I, Jakarta: DPP PPNI