LP Pneumonia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN



PNEUMONIA (Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Anak)



Disusun Oleh: Muhammad Syahrizal 116160083



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA 2017



A. Definisi Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita (Said 2014). Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2012) Pneumonia adalah penyakit yang menyebabkan konsolidasi pada parenkim paru (Valentina L. Brashers, 2013) B. Etiologi Penyebab pneumonia antara lain : 1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa) yakni Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Legionella, dan Hemophilus influenzae. 2. Virus : virus influenza, chicken-pox (cacar air) 3. Organisme mirip bakteri : Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-anak dan dewasa muda) 4. Jamur tertentu Pneumonia juga bisa terjadi setelah pembedahan (terutama pembedahan perut) atau cedera (terutama cedera dada), sebagai akibat dari dangkalnya pernafasan, gangguan terhadap kemampuan batuk dan lendir yang tertahan. Yang sering menjadi penyebabnya adalah Staphylococcus aureus, pneumokokus, Hemophilus influenzae atau kombinasi ketiganya. Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri, yang tersering yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae pneumococcus. Pneumonia pada anak-anak paling sering disebabkan oleh virus pernafasan, dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun. Pada usia sekolah, pneumonia paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae (Iqbal, 2015) C. Patofisiologi Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul



panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia Dari penjelasan diatas masalah yang muncul, yaitu : Risiko kekurangan volume cairan, Nyeri (akut), Hipertermi, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Bersihan jalan nafas tak efektif, Gangguan pola tidur, Pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas. D. Pencegahan Untuk orang-orang yang rentan terhadap pneumonia, latihan bernafas dalam dan terapi untuk membuang dahak, bisa membantu mencegah terjadinya pneumonia (www.sehatgroup.we.id). Vaksinasi bisa membantu mencegah beberapa jenis pneumonia pada anak-anak dan orang dewasa yang beresiko tinggi yakni : 1. Vaksin



pneumokokus



(untuk



mencegah



pneumonia



karena



Streptococcus



pneumoniae) 2. Vaksin flu 3. Vaksin Hib (untuk mencegah pneumonia karena Haemophilus influenzae type b). Upaya pencegahan merupakan komponen strategis dalam pemberantasan pneumonia pada anak; terdiri dari pencegahan melalui imunisasi dan upaya pencegahan nonimunisasi. Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang meliputi imunisasi DPT dan campak yang telah dilaksanakan pemerintah selama ini dapat menurunkan proporsi kematian balita akibat pneumonia. Hal ini dapat dimengerti karena campak, pertusis dan juga difteri bisa juga menyebabkan pneumonia atau merupakan penyakit penyerta pada pneumonia balita. Di samping itu, sekarang telah tersedia vaksin Hib dan vaksin pneumokokus konjugat untuk pencegahan terhadap infeksi bakteri penyebab pneumonia dan penyakit berat lain seperti meningitis. Namun vaksin ini belum masuk dalam Program Pengembangan Imunisasi (PPI) Pemerintah. Tidak kalah penting sebenarnya adalah upaya pencegahan



non-imunisasi yang meliputi pemberian ASI eksklusif, pemberian nutrisi yang baik, penghindaran pajanan asap rokok, asap dapur dIl; perbaikan lingkungan hidup dan sikap hidup sehat; yang kesemuanya itu dapat menghindarkan terhadap risiko terinfeksi penyakit menular termasuk penghindaran terhadap pneumonia (Said 2014) E. Manifestasi Klinis Gejala-gejala yang biasa ditemukan adalah: 1. Batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, kehijauan atau seperti nanah) 2. Nyeri dada (bisa tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk) 3. Menggigil 4. Demam 5. Mudah merasa lelah 6. Sesak nafas 7. Sakit kepala 8. Nafsu makan berkurang 9. Mual dan muntah 10. Merasa tidak enak badan 11. Kekakuan sendi 12. Kekakuan otot. 13. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan antara lain kulit lembab, batuk darah, pernafasan yang cepat, cemas, stress, tegang dan nyeri perut(Iqbal, 2015)



F. Pathway



G. Penatalaksanaan Medis Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu (Iqbal, 2015) Penatalaksanaan medis umum terdiri dari 1. Farmakoterapi : antibiotik (diberikan secara intravena), ekspektoran, antipiretik dan analgetik. 2. Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol 3. Fisioterapi



dada



dengan



drainage



postural.



Dalam melakukan terapi pada penderita pneumonia, yang perlu diperhatikan antara lain : a. Perhatikan hidrasi. b.Berikan cairan i.v sekaligus antibiotika bila oral tidak memungkinkan. c. Perhatikan volume cairan agar tidak ada kelebihan cairan karena seleksi ADH juga akan berlebihan. d.Setelah hidrasi cukup, turunkan ccairan i.v 50-60% sesuai kebutuhan. e. Disstres respirasi diatasi dengan oksidasi, konsentrasi tergantung dengan keadaan klinis pengukuran pulse oksimetri. f. Pengobatan antibiotik: 1)



Penisillin dan derivatnya. Biasanya penisilin S IV 50.000 unit/kg/hari atau penisilil prokain i.m 600.000 V/kali/hari atau amphisilin 1000 mg/kgBB/hari . Lama terapi 7 – 10 hari untuk kasus yang tidak terjadi komplikasi.



2)



Amoksisillin atau amoksisillin plus ampisillin. Untuk yang resisten terhadap ampisillin.



3)



Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin generasi ketiga, misal sefatoksim.



4)



Kloramfenikol atau sefalosporin. H. Influensa, Klebsiella, P. Aeruginosa umumnya resisten terhadap ampisillin dan derivatnya. Dapat diberi kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari aatu sefalosporin.



5)



Golongan makrolit seperti eritromisin atau roksittromisin. Untuk pneumonia karena M. Pneumoniae. Roksitromisin mempenetrasi jaringan lebih baik dengan rasio konsentrasi antibiotik di jaringan dibanding plasma lebih tinggi. Dosis 2 kali sehari meningkatkan compliance dan efficacy.



6)



Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap C. pneumonie in vitro dan mempenetrasi jaringan lebih baik.



H. Pemeriksaan diagnostik / penunjang 1. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray)  teridentifikasi adanya penyebaran (misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral). 2. Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED)  leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat. Elektrolit : Sodium dan Klorida menurun. Bilirubin biasanya meningkat. 3. Analisis gas darah dan Pulse oximetry  menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan O2. 4. Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah  untuk mengetahui oganisme penyebab 5. Pemeriksaan fungsi paru-paru  volume mungkin menurun, tekanan saluran udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan hipoksemia. I. Konsep Dasar ASKEP Pengkajian 1. Identitas Klien Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian. 2. Keluhan Utama



Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah Sesak napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, ny dan kelemahan 3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan dahak yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa dingin. 4. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD) Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma, alergi terhadap makanan, debu, TB dan riwayat merokok. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK) Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti : TB, Asthma, ISPA dan lain-lain. 6. Data Dasar pengkajian pasien a. Aktivitas/istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas. b. Sirkulasi Gejala : riwayat adanya /GJK kronis Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat c. Makanan/cairan Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi), hiperaktif bunyi usus. d. Neurosensori Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza) Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen) e. Nyeri/kenyamanan Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia, nyeri dada substernal (influenza).



Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan). f. Pernafasan Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea Takipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal. Tanda : o Sputum: merah muda, berkarat atau purulen. o Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi. o Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi o Gesekan friksi pleural. o Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas bronkial. o Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku. g. Keamanan Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan steroid, kemoterapi, institusionalitasi, ketidak mampuan umum, demam. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola, atau varise J. Diangosa keperawatan 1. Gangguan pertukaran gas 2. Ketidakefektipan pola nafas 3. Intoleransi aktivitas 4. Nyeri



K. Intervensi keperawatan 1



Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan memenuhi metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang menimbulkan hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi yang buruk selama sakit



2



Gangguan pertukaran NOC : NIC : gas b/d kongesti paru, Respiratory Status : Gas hipertensi pulmonal, exchange Airway Management penurunan perifer yang Respiratory Status : mengakibatkan asidosis ventilation Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust laktat dan penurunan Vital Sign Status bila perlu curah jantung. Kriteria Hasil : Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Mendemonstrasikan Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas peningkatan ventilasi buatan dan oksigenasi yang Pasang mayo bila perlu adekuat Lakukan fisioterapi dada jika perlu Memelihara Keluarkan sekret dengan batuk atau suction kebersihan paru paru Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan dan bebas dari tanda Lakukan suction pada mayo tanda distress Berika bronkodilator bial perlu pernafasan Barikan pelembab udara Mendemonstrasikan Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.



NOC : Energy conservation Self Care : ADLs Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri



NIC : Energy Management Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien



3



Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum



batuk efektif dan Monitor respirasi dan status O2 suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Tanda tanda vital dalam rentang normal NOC : Airway Management Respiratory Status : ventilation  Kaji frekuensi/kedalamanpernapasan dan gerak dada Vital Sign Status  Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/bantu Kriteria Hasil : pasien mempelajari melakukan batuk, misal : menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi  Penghisapan sesuai indikasi  Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat, daripada dingin  Kolaborasi : Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin



4



5



Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi parenkim paru, batuk menetap



Hipertermi yang berhubungan dengan reaksi sistemis: bekteremia/piremia, penigkatan laju metbolisme umum.



Nyeri hilang atau NIC terkontrol  KH:klien rileks, klien istirahat tidur, peningkatan aktivitas  dengan tepat



Suhu dalam batas Normal dengan KH. TTV : S : 36,5 – 37 C. RR :30 – 60x/menit



tentukan karakteristik nyeri, missal: tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri Pantau TTV







Perikan tindakan nyaman, misal: pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang atau perbincangan, relaksasi atau latihan nafas dalam







Tawarkan pembersihan mulut dengan sering







Anjurkan dan bantu klien dalam teknik menekan dada selama episode batuk



  



NIC Kaji saat timbulnya demam aji tanda-tanda vital tiap 3 jam atau lebih sering Berikan kebutuhan cairan ekstra







Ber ikan kompres dingin







Kenakan pakaian minimal







Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman seperti mengelap bagian punggung klien, mengganti alat tenun yang kering setelah diaphoresis, member minum hangat, lingkungan yang tenang dengan cahaya yang redup, dan sedatife ringan jika dianjurkan serta memberikan pelembab pada kulit dan bibir



DAFTAR PUSTAKA A. Aziz Alimul. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan System Pernafasan. Jakarta : EGC Brashers, Valentina L. 2013. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan & Manajemen Edisi 2. Jakarta : EGC Nanda . 2015-2017. Nanda International Diagnose Keperawatan Dan Klasifikasi. Jakarta :EGC Mccloskey,joame. 2014. Nursing Intervensensio Classification, Fourth Editon . usa: mosbay Iqbal, 2015, Sistem Pernafasan dan Penyakitnya, Artikel diakses dari www.sehatgroup.com Said, M 2014, Pneumonia penyebab utama mortalitas anak balita di indonesia, Retrieved December 7, from http://www.idai.or.id.htm. Mansjoer, Arif, dkk, 2014, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FK-UI, Jakarta