LP Tumor Abdomen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR ABDOMEN PADA PASIEN Ny. J DI RUANG MARWAH RS PKU MUHAMMADIYAH WONOSARI



Disusun oleh : Abu Bakar R (M18010018)



Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Madani Yogyakarta 2021/2022



BAB I TINJAUAN PUSTAKA



A. DEFINISI Tumor abdomen adalah suatu massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Kelainan ini dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang dibungkusnya tetapi tidak menginvasinya. Yang termasuk tumor intra abdomen antara lain, Tumor hepar, Tumor limpa / lien, Tumor lambung / usus halus, Tumor colon, Tumor ginjal (hipernefroma), Tumor pankreas. Pada anak-anak dapat terjadi Tumor wilms (ginjal). Yang akan dibahaskan di sini adalah yang terutama tumor di saluran cerna intestinal. B. ANATOMI DAN FISIOLOGIS Bagian abdomen (perut) sering dibagi menjadi 9 area berdasarkan posisi dari 2 garis horizontal dan 2 garis vertikal yang membagi-bagi abdomen. Pembagian berdasarkan region: 1. Regio hipokondriak kanan 2. Regio epigastrika 3. Regio hipokondriak kiri 4. Regio lumbal kanan 5. Regio umbilicus 6. Regio lumbal kiri 7. Regio iliak kanan 8. Regio hipogastrika 9. Regio iliak kiri



Bagian abdomen juga dapat dibagi menjadi 4 bagian berdasarkan posisi dari satu garis horizontal dan 1 garis vertikal yang membagi daerah abdomen. 1. Kuadran kanan atas 2. Kuadran kiri atas 3. Kuadran kanan bawah 4. Kuadran kiri bawah



C. ETIOLOGI Penyebab neoplasi umumnya bersifat multifaktorial. Beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab neoplasi antara lain meliputi bahan kimiawi, fisik, virus, parasit, inflamasi kronik, genetik, hormon, gaya hidup, serta penurunan imunitaws. Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi autonominya dalam pertumbuhan, kemampuannya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain: 1. Karsinogen a. Kimiawi Bahan kimia dapat berpengrauh langsung (karsinogen) atau memerlukan aktivasi terlebih dahulu (ko-karsinogen) untuk menimbulkan neoplasi. Bahan



kimia



ini



dapat



merupakan



bahan



alami



atau



bahan



sintetik/semisintetik. Benzopire suatu pencemar lingkungan yang terdapat di mana saja, berasal dari pembakaran tak sempurna pada mesin mobil dan atau mesin lain (jelaga dan ter) dan terkenal sebagai suatu karsinogen bagi hewan maupun manusia. Berbagai karsinogen lain antara lain nikel arsen, aflatoksin, vinilklorida. Salah satu jenis benzo (a) piren, yakni, hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), yang banyak ditemukan di dalam makanana yang dibakar menggunakan arang menimbulkan kerusakan DNA sehingga menyebabkan neoplasia usus, payudara atau prostat. b. Fisik Radiasi gelombang radioaktif seirng menyebabkan keganasan. Sumber radiasi lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan bertambah besar dengan hilangnya lapisan ozon pada muka bumi bagian selatan. Iritasi kronis pada mukosa yang disebabkan oleh bahan korosif atau penyakit tertentu juga bisa menyebabkan terjadinya neoplasia. c. Viral Dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jenis asam ribonukleatnya; virus DNA serta RNA. Virus DNA yang sering dihubungkan dengan kanker antara human papiloma virus (HPV), Epstein-Barr virus (EPV), hepatiti B virus (HBV), dan hepatitis C virus (HCV). Virus RNA yang karsonogenik adalah human T-cell leukemia virus I (HTLV-I) .



2. Hormon Hormon dapat merupakan promoter kegananasan. 3. Faktor gaya hidup Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan- makanan yang kurang berserat. Asupan kalori berlebihan, terutama yang berasal dari lemak binatang, dan kebiasaan makan makanan kurang serat meningkatkan risiko berbagai keganasan, seperti karsinoma payudara dan karsinoma kolon. 4. Parasit Parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma planoseluler. 5. Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat. D. PATOFISIOLOGI Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan berpopliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut. Sel-sel neoplasma mandapat energi terutama dari anaerob karena kemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk oksidasi. Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak yang membutuhkan energi unruk anabolisme dari pada untuk berfungsi yang menghasilkan energi dengan jalan katabolisme. Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan energi, antara lain asam amino. Selsel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut.(Kusuma, Budi drg. 2001). Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain. Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan, namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal : tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang jelas denagn penyebab, metastase, pengobatan dan prognosa yang berbeda.(Smelstzer, Suzanne C.2001).



E. MANIFESTASI KLINIS Kanker dini sering kali tidak memberikan keluhan spesifik atau menunjukan tanda selama beberapa tahun. Umumnya penderita merasa sehat, tidak nyeri dan tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Pemeriksaan darah atau pemeriksaan penunjang umumnya juga tidak menunjukkan kelainan. Oleh karena itu, American Cancer Society telah mengeluarkan peringatan tentang tanda dan gejala yang mungkin disebabkan kanker. Tanda ini disebut “7danfer warning signals CAUTION”. Yayasan Kanker Indonesia menggunakan akronim WASPADA sebagai tanda bahaya keganasan yang perlu dicuraigai. C = Change in bowel or bladder habit A = a sore that does not heal U = unusual bleding or discharge T = thickening in breast or elsewhere I = indigestion or difficult O = obvious change in wart or mole N = nagging cough or hoarseness



Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai mendesak jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat rongga tumor abdomen yang longgar dan sangat fleksibel. Tumor abdomen bila telah terdeteksi harus mendapat penanganan khusus. Bahkan, bila perlu dilakukan pemantauan disertai dukungan pemeriksaan secara intensif. Bila demikian, pengangkatan dapat dilakukan sedini mungkin. Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut tampak membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan pemeriksaan fisik dengan hatihati dan lembut untuk menghindari trauma berlebihan yang dapat mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun metastasis. Dengan demikian mudah ditentukan pula apakah letak tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal. Tumor yang terlalu besar sulit menentukan letak tumor secara pasti. Demikian pula bila tumor yang berasal dari rongga pelvis yang telah mendesak ke rongga abdomen. Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan, seperti pemeriksaan darah tepi, laju endap darah untuk menentukan tumor ganas atau tidak. Kemudian mengecek apakah tumor telah mengganggu sistem hematopoiesis, seperti pendarahan



intra tumor atau metastasis ke sumsum tulang dan melakukan pemeriksaan USG atau pemeriksaan lainnya. Tanda dan Gejala : -



Hiperplasia.



-



Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.



-



Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila tumor berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat elastis kenyal atau lunak.



-



Kadang tampak Hipervaskulari di sekitar tumor.



-



Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.



-



Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.



-



Konstipasi.



-



Nyeri.



-



Anoreksia, mual, lesu.



-



Penurunan berat badan.



-



Pendarahan.



. F. PEMERIKSAAN RADIOLOGI Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi 1. Marker tumor Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang tumor atau oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor. 2. Pencitraan resonansi magnetic (MRI) Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan gambaran berbagai struktur tubuh. 3. CT Scan Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang. 4. Flouroskopi Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar jaringan; dapat ,mencakup penggunaan bahan kontras. 5. Ultrasound Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima, digunakan untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam tubuh.



6. Endoskopi Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukan suatu ke dalam rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil. 7. Pencitraan kedokteran nuklir Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan radiosisotope yang diikuti dengan pencitraan yang menjadi tempat berkumpulnya radioisotope. (Smeltzer, Suzanne C.2001). G. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Pembedahan Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gasterektoni subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi. Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan dengan tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C. 2001) 2. Radioterapi Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik. 3. Kemoterapi Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi. 4. Bioterapi Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM) berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin.(Danielle Gale. 2000).



BAB II ASUHAN KEPERAWATAN



A. Data dasar pengkajian klien : 1. Aktivitas istirahat Gejala : kelemahan dan keletihan 2. Sirkulasi Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja. Kebiasaan : perubahan pada TD 3. Integritas ego Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan. Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah 4. Eliminasi Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feces, nyeri pada defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih. Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen. 5. Makanan/cairan



Gejala : kebiasaan diet buruk ( rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan pengawet). Anoreksisa, mual/muntah. 6. Intoleransi makanan Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkuranganya massa otot. Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema. 7. Neurosensori Gejala : pusing, sinkope. 8. Nyeri/kenyamanan Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit) 9. Pernafasan Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup dengan sesoramh yang merokok.) Pemajanan asbes. 10. Keamanan Gejala : pemajanan bahan kimia toksik. Karsinogen Pemajanan matahari lama/berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi. 11. Seksualitas Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan perubahan pada tingkat kepuasan. Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun. Multigravida, pasangan seks miltifel, aktivitas seksual dini. 12. Interaksi social Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung. Riwayat



perkawinan



( berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau bantuan). B. Diagnosa Keperawatan Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data dari hasil pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan menjadi diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Budianna Keliat, 1994,1). Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan tumor abdomen antara lain : 1. Pre operasi a. Nyeri (akut) b/d proses penyakit b. Ansietas b/d perubahan status kesehatan. c. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi



2. Intra opreasi a. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek anestesi (vasodilatasi) b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efek anestesi (melemahkan otot – otot diafragma) c. Resiko injuri berhubungan dengan proses pembedahan (penggunaan alat cauther) 3. Post operasi a. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan pembedahan. b. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan operasi. c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi. d. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. e. Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah. C. Perencanaan Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien. (Budianna Keliat, 1994, 16) 1. Pre operasi a. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit. Kemungkinan dibuktikan oleh: keluhan nyeri, respon autonomic gelisah, perilaku berhati-hati Hasil yang diharapkan : a)



Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang



b)



Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan



Intervensi Rasional Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, Informasi memberikan data dasar untuk durasi dan skala.



mengevaluasi kebutuhan / keefektifan



intervensi. Berikan tindakan kenyaman dasar misal: Dapat meningkatkan relaksasi massage punggung dan aktivitas hiburan misalnya music. Dorong penggunaan



keterampilan Memungkinkan klien untuk berpartisipasi



penggunaan keterampilan manajement secara aktif dalam meningkatkan rasa nyeri misalnya relaksasi napas dalam. control. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai Analgetik dapat menghambat stimulus



indikasi.



nyeri.



b. Ansietas/cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Kemungkinan



dibuktikan



oleh:



peningkatan



ketegangan,



gelisah,



mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup. Hasil yang diharapkan : 1) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut 2) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi. 3) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping



efektif



dan



partisipasi aktif dalam pengaturan obat. Intervensi



Rasional



Dorong klien untuk mengungkapkan Memberikan pikiran dan perasaan



kesempatan



untuk



memeriksa takut realistis serta kesalahan konsep tentang diagnosis



Berikan lingkungan terbuka sehingga Membantu klien merasa diterima pada klien merasa aman untuk mendiskusikan kondisinya tanpa perasaan dihakimi dan perasaannya



meningkatkan rasa terhormat



Pertahankan kontak sesering mungkin Memberikan keyakinan bahwa klien dengan klien.



tidak sendiri atau ditolak.



Bantu klien/keluarga dalam mengenali Dukungan dan mengklasifikasikan rasa takut untuk diperlukan memulai



c.



mengembangkan



dan



konseling



untuk



sesering



memungkinkan



strategi individu mengenal dan menghadapi rasa



koping.



takut.



Berikan informasi yang akurat



Dapat menurunkan ansietas



Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi Tujuan : dapat mengungkapkan informasi akurat tentang diagnose dan aturan pengobatan. Kriteria Hasil : 1) Pasien paham mengenai penyakitnya



2) Pasien menerima proses pengobatan dengan baik Intervensi



Rasional



Tinjau ulang dengan klien/orang tedekat Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini pemahaman diagnose khusus, alternative mengidentifikasi kebutuhan belajar dan pengobatan dan sifat harapan.



memberiakan dasar pengobatan dimana klien membuat keputusan berdasarkan informasi.



Tentukan persepsi klien tentang kanker Membantu identifiokasi ide, sikap, rasa dan pengobatan kanker



takut,



kesalahan



kesenjanagan



konsepsi,



pengetahaun



dan tentang



kanker. Tinjau ulang aturan pengobatan khusus Meningkatkan dan penggunaan obat yang dijual bebas.



kemampuan



untuk



mengatur perwatan diri dan menghindari potensial,



komplikasi,



reaksi/interaksi



obat. Tinjau ulang dengan klien/orang terdekat Meningkatkan pentingnya



mempertahankan



kesejateraan,



status memudahkan



nutrisi optimal.



pemulihan



memumgkinkan



klien



dan



mentoleransi



pengobatan Anjurkan meningkatkan masukan cairan Meperbaiki dan serta dalam diet serta latihan teratur.



konsistensi



feces



dan



merangsang peristaltic.



2. Intra Operasi a. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek anestesi (vasokontriksi). Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung Kriteria hasil : Tekanan darah dalam batas normal, tidak terjadi hipotensi. Rencana tindakan : 1) Pantau atau catat kecenderungan frekuensi jantung dan tekanan darah khususnya terjadinya hipotensi. Rasional : Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan dan vasokontriksi pembuluh darah.



2) Catat suhu kulit atau warna dan kualitas atau kesamaan nadi perifer. Rasional : kulit hangat, merah muda dan nadi kuat indikator curah jantung adekuat. 3) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi Rasional : Meningkatkan oksigenisasi maksimal, menurunkan kerja jantung. 4) Kolaborasi dalam pemberian cairan elektrolit dan obat sesuai indikasi. Rasional : kebutuhan pasien terpenuhi tergantung tipe pembedahan. b.



Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efek anestesi (relaksasi otot – otot diafragma). Tujuan : Pola nafas efektif Kriteria hasil : pola nafas normal (18 – 20 x/menit)/efektif, tidak terjadi sianosis atau tanda – tanda hipoksia Rencana tindakan : 1) Pertahankan jalan udara pasien Rasional : Mencegah obstruksi jalan nafas 2) Catat frekuensi dan kedalaman pernafasan pasien Rasional : Memastikan efektifitas pernafasan sehingga upaya memperbaikinya dapat segera dilakukan. 3) Pantau TTV secara terus menerus Rasional : Meningkatnya pernafasan, takikardi, bradhikardi, menunjukkan kemungkinan hipoksia 4) Posisikan pasien pada posisi yang sesuai dengan jenis pembedahan dan anestesi Rasional : Posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru dan menurunkan tekanan pada diafragma 5) Observasi fungsi otot terutama otot pernafasan Rasional : Obat anestesi dalam proses pembedahan dapat menimbulkan relaksasi pada otot pernafasan.



c. Risiko injuri berhubungan dengan proses pembedahan (penggunaan alat cauther). Tujuan : Cedera tidak terjadi



Kriteria hasil : Meningkatkan keamanan dan menggunakan sumber – sumber secara tepat Rencana tindakan : 1) Antisipasi gerakan jalur dan mendukung posisi pasien yang tepat. Rasional : Mencegah tegangan atau dislokalisasi 2) Prosedur operasi. Rasional : pemeriksaan alat – alat elektrik secara periodik penting dilakukan untuk keamanan pasien dan tindakan operasi 3) Lindungi sekitar kulit dan anatomi yang sesuai menggunakan handuk basah, spon dan penghentian pendarahan. Rasional : mencegah kerusakan integritas kulit dan beri batasan perlukaan anatomi pada area operasi 4) Berikan petunjuk yang sederhana dan singkat pada pasien yang sadar. Rasional : membantu pasien dalam memahami prosedur yang dilakukan sehingga mengurangi resiko cedera 3. Post Operasi a.



Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan pembedahan. Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat denga membrane mukosa lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik tanda vital stabil dan haluaran urien adekuat.



Intervemsi Rasional Pantau tanda-tanda vital dengan sering. Tanda-tanda awal hemoragi usus dan Periksa balutan luka dengan sering pembentukan



hematoma



yang



dapat



selama 24 jam pertama terhadap tanda- menyebabkan syok hepovelemik. tanda



darah



merah



terang



dan



berlebihan. Palpasi nadi periver. Evaluasi pengisian



Memberikan informasi tentang



kapiler



volume



turgor



kulit,



dan



status



sirkulasi



membrane mukosa.



tingkat hidrasi.



Perhatikan adanya edema.



Edema



dapat



perpindahan



umum



terjadi cairan



dan



Karena



berkenaan



dengan penurunan kadar albumin



(protein). Pantau masukan dan haluaran.



Indikator langsung dari hidrasi organ dan fungsi. Memberikan pedoman untuk



penggantian



cairan. Pantau suhu tubuh.



Demam rendah umum selama 2448



jam



pertama



dan



dapat



menambah kehilangan cairan.



b.



Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif. Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi. Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tidak basah dan tidak ada tandatanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor).



Intervensi Kaji tanda-tanda infeksi dan vital sign.



Rasional Mengetahui



Gunakan tehnik septik dan antiseptic.



menentukan intervensi selanjutnya. Dapat mencegah terjadinya kontaminasi



tanda-tanda infeksi dan



dengan kuman penyebab infeksi. Berikan



penyuluhan



tentang



pencegahan infeksi. Penatalaksanaan



agar pemberian



antibiotik.



3.



cara Memberikan pengertian kepada klien dapat



mengetahui



tentang



perawatan luka. obat Obat antibiotik dapat membunuh kuman penyebab infeksi



Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.



Tujuan : Nyeri berkurang Kriteria hasil : Melaporkan nyeri terkontrol , tampak rileks dan mampu istirahat dengan tepat Tindakan keperawatan a.



Catat petunjuk non-verbal mislanya gelisah, menolak untuk bergerak , berhati –



hati dengan abdomen.



Rasional : Bahasa tubuh / non-verbal dapat secara psikologis dan fisiologik dapat digunakan sebagi petunjuk verbal untuk mengidentifikasi nyeri. b.



Kaji skala nyeri, catat lokasi, karakteristik ( sakal 0-10 ) selidiki dan laporkan



perubahan nyeri yang tepat Rasional : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat ,kemajuan penyembuhan.



DAFTAR PUSTAKA



Carpenito, Lynda Juall. 2007. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC.Ganong F. William. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17.Jakarta Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2.Jakarta : EGC. NANDA. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017. The North American Nursing Diagnosis Association. Philadelphia. USA Nuratif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Cetakan 1. Yogyakarta : Mediaction Mentari, Shella. “Laporan Pendahuluan Tumor Intra Abdomen”. 26 April 2017. https://www.scribd.com/doc/251642221/tumor-abdomen