LP - Yunita - Post Partum Dengan Indikasi Peb [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM ATAS INDIKASI PREEKLAMSIA BERAT Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Maternitas Program Profesi Ners



Disusun Oleh: Yunita 11194692010088



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN 2020



1. Definisi Preeklamsi Berat ( PEB ) Preeklampsia berat adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ke-3 kehamilan,



tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada



molahidatidosa (Maryunani, 2016). Preeklampsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema, atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis. Preeklampsia adalah sindroma khusus kehamilan yang ditandai dengan derajat ketidakseimbangan plasenta dan respons ibu yang mencakup inflamasi sistemik. Sebagian besar mempertimbangkan hipertensi dan proteinuria sebagai ciri preeklampsia, namun manifestasi klinis sindrom ini sangat heterogen. 2. Etiologi Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima menerangkan sebagai berikut: a. Sering



terjadi



pada



primigraviditas,



kehamilan



ganda,



hidramnion,



dan



molahidatidos. b. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan. c. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan ibu dengan kematian janin dalam uterus. d. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilankehamilan berikutnya. e. Sebab timbul hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. Teori-teori pada saat ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeclampsia ialah iskemia plasenta. Faktor resiko preeclampsia antara sebagai berikut : a. Primigravida, terutama primigravida tua dan primigravida muda. b. Kelompok sosial ekonomi rendah. c. Hipertensi esensial. d. Penyakit ginjal kronis (menahun/terus menerus) e. DM (diabetes melitus) f.



Multipara



g. Pohidramnion h. Obesitas i.



Riwayat preeklampsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga



Menurut Maryunani (2016) adalah: Penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Frekuensi meningkat pada ibu dengan : a. Sering terjadi pada primigravida, hidramnion, dan molahdatidosa. b. Molahidatidosa c. Gemeli d. Umur > 35 tahun e. Gizi buruk dan anemia f.Riwayat pre-eklampsia pada kehamilan yang lalu dalam keluarga. 3. Patofisiologi Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme yang hebat pada arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui satu sel darah9merah. Jadi, jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spesme, maka tekanan darah dengan sendirinya akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat tercukupi.



Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan



penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, ada yang mengatakan di sebabkan oleh retensi air dan garam. Proteinuria mungkin disebabkan oleh spasme arteriola, sehingga terjadi perubahan pada glomerulus belum diketahui sebabnya, ada yang mengatakan di sebabkan oleh retensi air dan garam. Proteinuria mungkin disebabkan oleh spasme arteriola, sehingga terjadi perubahan pada glomerulus. Berdasarkan perjalanan penyakit teori 2 tahap, preeklampsia dibagi menjadi 2 tahap penyakit tergantung gejala yang timbul. Tahap pertama bersifat asimtomatik (tanpa gejala), dengan karakteristik perkembangan abnormal plasenta pada trimester pertama. Perkembangan abnormal plasenta terutama proses angiogenesis mengakibatkan insufisiensi plasenta dan terlepasnya material plasenta memasuki sirkulasi ibu. Terlepasnya material plasenta memicu gambaran klinis tahap 2, yaitu tahap simtomatik (timbul gejala).



4. Manifestasi Klinik Gejala preeklampsia : Dua gejala yang sangat penting pada pre-eklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria yang biasanya seperti : a. Kenaikan berat badan dan edema : 1) Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan pre-eklampsia dan bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama preeklampsia pada sebagian wanita. 2) Peningkatan berat badan terutama disebabkan karena retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edema yang terlihat jelas, seperti kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan yang membesar. b. Hipertensi 1) Peningkatan tekanan darah merupakan tanda awal yang penting pada preeklampsia. 2) Tekanan



diastolic



merupakan



tanda



prognostic



yang



lebih



andal



dibandingkan dengan tekanan sistolik. 3) Tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-menerus menunjukan keadaan abnormal. c. Proteinuria 1) Pada preeklampsia ringan, proteinuria hanya minimal dan positif satu, positif dua tidak sama sekali. 2) Pada kasus berat, protenuria dapat ditemukan dan mencapai 10 g/dl. 3) Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi dan kenaikan berat badan. 5. Komplikasi Bergantung pada derajat preeklampsia yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain sebagai berikut: Pada ibu : a. Eklampsia b. Solusio plasenta c. Perdarahan subkapsula hepar d. Kelainan pembekuan darah (DCIC) e. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet count) f.



Ablasio retina



g. Gejala jantung hingga syok dan kematian Pada Janin : a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus b. Prematur c. Asfiksia neonatorum d. Kematian dalam uterus e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal. 6. Penatalaksanaan Penatalakasanaan Medis Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejalagejala preeklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi : a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan medisinal. b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal. 1) Perawatan Aktif Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG). Dengan Indikasi : a) Ibu 



Usia kehamilan 37 minggu atau lebih







Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan).



b) Janin 



Hasil fetal assesment jelek (NST & USG)







Adanya tanda IUGR



c) Laboratorium 



Adanya “HELLP syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia).



d) Pengobatan medikamentosa 1) Segera masuk rumah sakit.



2) Tidur baring, miring ke satu sisi (sebaiknya kiri), tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patella setiap jam. 3) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc. 4) Antasida. 4) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. 5) Pemberian obat anti kejang: diazepam 20 mg IV dilanjutkan dengan 40 mg dalam Dekstrose 10% selang 4-6 jam atau MgSO4 40% 5 gram IV pelanpelan dilanjutkan 5 gram dalam RL 500 cc untuk 6 jam. 6) Diuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IV. 7) Antihipertensi diberikan bila: tekanan darah sistolik ”180 mmHg, diastolik ” 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Dapat diberikan catapres ½-1 ampul IM dapat diulang tiap 4 jam, atau alfametildopa 3 x 250 mg, dan nifidipine sublingual 5-10 mg. 8) Kardiotonika, indikasinya, bila ada tanda-tanda payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid. 7. Pemeriksaan Penunjang 1. Maternal a. Asam Urat Hipertensi yang disertai peningkatan asam urat berhubungan dengan PJT. Hiperurikemia merupakan tanda dini penyakit karena terjadi penurunan klirens asam urat sebelum penurunan filtrasi glomerular filtration rate (GFR) ginjal terjadi. Peningkatan asam urat dalam darah tidak hanya gangguan fungsi ginjal tetapi dapat pula disebabkan peningkatan stres oksidatif. b. Kreatinin Terjadi peningkatan kreatinin pada preeklampsia berat tetapi biasanya belum terjadi perubahan pada preeklampsia ringan. c. Tes fungsi hepar Peningkatan



aspartat



aminotranferase



(AST/SGOT)



dan



alanine



aminotransferase (ALT/SGPT) merupakan tanda prognosis buruk pada ibu dan janin. Konsentrasi dari protein ini berhubungan dengan beratnya penyakit preeklampsia dengan komplikasi berat pada hepar.



d. Faktor Pembekuan Terjadi penurunan dari faktor III, faktor VIII selain trombositopenia. Gangguan ini menimbulkan risiko terjadi perdarahan pasca persalinan. c. Analisis urin ( proteinuria ) d. Pencocokan ulang : cross matching 2. Fetal a. Klik chart ( Rekaman gerakan janin ) b. CTG ( Kardiografi ) 8. Masalah Keperawatan a. Pengkajian Pengkajian Keperawatan adalah: Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Suatu proses kolaborasi melibatkan perawat, ibu, dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan. Pengkajian yang dilakukan terhadap ibu preeklamsia antara lain sebagai berikut: 1. Identitas umum ibu 2. Data riwayat kesehatan a) Data riwayat kesehatan dahulu  Kemungkinan ibu menderita hipertensi sebelum hamil  Kemungkinan ibu ada rowayat preeklamsia pada kehamilan dahulu  Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas  Ibu mungkin pernah menderita penyakit ginjal kronis b) Riwayat kesehatan sekarang 



Ibu merasa sakit kepala daerah frontal







Terasa nyeri di ulu hati atau nyeri di epigastrium







Gangguan virus : penglihatan kabur,skotoma,dan diplopia







Mual dan muntah tidak nafsu makan







Gangguan serebral lainnya : terhuyung-huyung,reflex tinggi,dan tidak tenang.







Edema pada ekstermitas







Tengkuk terasa berat







Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu



c) Riwayat Perkawinan Biasanya terjadi pada wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun. b. Pemeriksaan fisik bisiologis 1. Keadaan umum : lemah. 2. Kepala : sakit kepala, 3. wajah edema. 4. Mata : konjungtiva sedikit anemis, edema pada retina. 5. Pencernaan abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual, dan muntah. 6. Ekstremitas : edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari 7. Sistem persarafan : hiper refleks, klonus pada kaki. 8. Genitourinaria : oliguria dan proteinuria. 9. Pemeriksaan janin : bunyi jantung janin tidak teratur, gerakan janin melemah. c. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan Laboratorium a) Pemeriksaan darah lengkap 



Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr%).







Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%).







Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)



b) Urinalisis  Ditemukan protein dalam urine c) Pemeriksaan Fungsi Hati 



Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl).







LDH (laktat dehidrogenase) meningkat.







Aspartat amonomtransferase (AST) > 60 ul.







Serum glutamat pirufat transminase (SGPT) meningkat (N = 15-45 u/ml).







Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N = 6,78,7 mg/dl). Total protein serum menurun (N = 2,4-2,7 mg/dl).



d) Radiologi Ultrasonografi 



Ditemukannya retardasi perumbuhan janin intrauterus. Pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.



e) Kardiotografi Diketahui detak jantung bayi lemah d. Data social ekonomi Preeklampsia berat lebih banyak terjadi pada wanita dan golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung protein juga kurang melakukan perawatan antenatal yang teratur. e. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan preeklampsia : 1. Ketidakseimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2. Ganguann rasa nyaman b/d gejala penyakit 3. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d factor biologis 5. Nyeri akut b/d agen cidera fisik



f.



Intervensi keperawatan



No Diagnosa Keperawatan NOC NIC 1 Ketidakseimbagan nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi kurang dari kebutuhan keperawatan selama 1x24 -



periksa status gizi,status



tubuh



diharapkan



alergi,program



pasien



diet,kebutuhan



jam pengetahuan



dan



meningkat dengan kriteria



kemampuan



hasil :



kebutuhan gizi.



Status nutrisi



-



( L.03030) -



Pengetahuan standar



tentang



asupan



pengetahuan pilihan



-



tentang



makanan



pengetahuan pilihan



dan



yang



waktu



tepat



Persiapkan media



yang



materi



seperti



nutrisi,label



dan



jenis-jenis makanan



penukar,cara tentang



minuman



tepat meningkat



kemampuan



menerima informasi



sehat meningkat -



Identifikasi



nutrisi Terapeutik



yang tepat meningkat -



pemenuhan



,engelola,cara



yang



menakar



makanan. -



Jadwalkan



pendidikan



kesehatan



sesuai



kesepakatan -



Berikan kesempatan untuk bertanya



Edukasi -



Jelaskan pada pasien dan keluarga



alergi



makanan,makanan



yang



harus jumlah



dihindari,kebutuhan kalori,jenis



makanan yang dibutuhkan pasien. -



Ajrakan



cara



melaksanakan diet sesuai program



(misalkan



makanantinggi protein,redah garam,redah kalori) 2



Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan Observasi b/d



gangguan keperawatan selama 1x24 -



mekanisme regulasi



diharapkan



Monitor



kelebihan



nadi,akral,pengisian



dengan kriteria hasil :



kapiler,kelembaban



Keseimbangan cairan



mukosa,turgor



( L 03020 )



kulit,tekanan darah )



Tekanan



darah



dalam -



batas norma -



Turgor



kulit



hidrasi



( Frekuensi nadi,kekuatan



volume cairan teratasi jam



-



Monitor berat badan



Terapeutik kembali



- Catat



dalam < 2 detik



intake-output



dan



hitung balans cairan 24 jam



-



Edema menurun



- Berikan



-



Berat badan dalam batas normal



asupan



cairan



sesuai kebutuhan Kolaborasi -



3



status



Kolaborasi



pemberian



Ganguann rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan



diuretik,jika perlu. Observasi



b/d gejala penyakit



- Idetifikasi



keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri pasien



lokasi,karakteristik,durasi



menurun



frekuensi,kualitas,intensitas



dengan



kriteria



hasil :



nyeri.



Tingkat nyeri



(L



08066 )



- Identifikasi



-



Keluhan nyeri menurun



-



Keluhan gelisah menurun



-



Keluhan



muntah



menurun -



Tekanan



- Idnetifikasi skala nyeri faktor



memperberat nyeri. Terapeutik - Berikan



teknik



farmakologis darah



batas normal



dalam



yang



non untk



mengurangi nyeri - Kontrol lingkungan yang



memperberat rasa nyeri. Edukasi -



Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri



-



Ajarkan



tehnik



nonfarmakologis



untuk



mengurangi rasa nyeri Kolaborasi -



Kolaborasi



pemberian



anagetik,jika perlu



A. Konsep Dasar Post Partum 1. Definisi Masa nifas (peurperium) adalah pulihnya kembali mulai dari partus atau persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya 6- 8 minggu. Masa nifas dimulai sejak berakhirnya pengeluaran plasenta hingga kembalinya alat reproduksi seperti sebelum hamil. 2. Periode Masa Nifas a) Puerperium dini Kpulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan b) Puerperium intermedial Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu c) Puerperium remote waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan. B.



Adaptasi Fisiologi Post Partum 1. Involusio Uterus Secara berangsur angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak teraba dari luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi ukurannya yang normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari, kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi memakan waktu tiga minggu.



2. Serviks Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat



perlukaan-



perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari 3. Payudara Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil (estrogen, progesterone, HCG, prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormone-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak. 4. System urinary Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada (1) Keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya partus kala II dilalui (3) besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia diding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi (extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah di dalam badan) kemukosa 5. System endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan,



hormon



oksitosin



berperan



dalam



pelepasan



plasenta



dan



mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada



permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang



ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjer bawah depan otak yang mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi. Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Di samping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat



mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina. 6. System gastrointestinal Gastrointestinal Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini umumnya karena makan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan juga pada ibu dalam masa laktasi. 7. System muskuluskeletal Beberapa gejala system muskuluskeletal yang timbul pada masa pasca partum antara lain : a. Nyeri punggung bawah Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan. Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien b. Sakit kepala dan leher Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum c. Nyeri pelvis posterior Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior. Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk



mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri. d. Disfungsi simfisis pubis Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas



pelvis yang abnormal, diperburuk dengan



terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut



pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan



disertai rasa nyeri yang hebat. Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai. e. Diastasis rekti Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis. Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering



mungkin,



pada



semua



posisi,



kecuali



posisi



telungkup-lutut;



memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari-hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan f.



Osteoporosis akibat kehamilan Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang buruk.



8. Lochea Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan mekonium a. Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 37 pasca persalinan c. Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. d. Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu e. [Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah berbau busuk. f. f.



Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.



9. Pembuluh darah Rahim Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang besar, karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak. Bila pembuluh darah yang besar, tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan diganti oleh pembuluh-pembuluh yang kiri. 10. Vagina dan perenium perineum Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama, tetapi biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah terdiri dari perineum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau mengejan. Perubahan vagina, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Terjadi robekan perineum pada hampir semua



persalinan pertama dan tidak jarang juga pada



persalinan berikutnya. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik



11. System kardiovaskular a. Volume darah Perubahan volume darah tergantung pada beberapa factor misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil. Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan menyebabkan kebanyakan ibu bisa mentoleransi kehilangan darah saat melahirkan. Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat



diatasi



dengan



mekanisme



kompensasi



dengan



timbulnya



hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post patum b. Curah jantung Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat selama masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. 12. Tanda-tanda vital Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-lain. Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah dan



proses



persalinan yang lama. Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil



pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan.



Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut. Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil



pada bulan ke enam setelah



melahirkan. 13. Endometrium Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat pelepasan desidua dan selaput janin. C. Fase adaptasi psikologis pada ibu nifas 1. Fase Taking in Merupakan periode ketergantungan. Beberapa rasa yang tidak nyaman seperti lelah, nyeri jahitan, membuat ibu nifas sangat bergantung dan membutuhkan perlindungan dan perawatan dari orang lain. Seorang Ibu nifas pada fase ini akan terfokus pada dirinya sendiri, lebih tertarik untuk menceritakan pengalaman yang telah dilalui yaitu hamil dan melahirkan sehingga cenderung pasif terhadap lingkungan sekitar. Pada fase ini pula, seorang ibu nifas biasanya akan mengalami kekecewaan atau fase denial, entah itu dari dalam dirinya, bayi yang dilahirkan, suami atau keluarga. Perasaan bersalah juga sering muncul pada fase ini. Biasanya berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan. 2. Fase taking hold Fase selanjutnya adalah fase di mana psikologis ibu sudah mulai bisa menerima keadaan. Seorang ibu nifas pada fase ini akan mulai belajar untuk melakukan perawatan bayinya. Tugas pendamping dan keluarga adalah memberikan dukungan dan komunikasi yang baik agar ibu merasa mampu melewati fase ini. Periode ini biasanya berlangsung selama 3-10 hari. 3. Fase letting go Fase Letting Go adalah fase di mana seorang ibu nifas sudah menerima tanggung jawab dan peran barunya sebagai seorang ibu. Seorang ibu nifas pada masa ini sudah mampu melakukan perawatan diri sendiri dan bayinya secara mandiri dan sudah mampu menyesuaikan diri.Secara umum, adaptasi ibu nifas akan berjalan



seperti teori tersebut. Namun, ada beberapa hal yang tidak selalu sama karena respons setiap individu pun berbeda sesuai dengan tingkat kematangan dan lingkungan. Namun alangkah baiknya, keluarga mengenali fase tersebut. Agar seorang ibu baru terhindar dari Syndrome Baby Blues maupun Postpartum Depression.



DAFTAR PUSTAKA Walyani, Elisabeth Siwi.2015.Asuhan Kebidanan Kehamilan.yogyakarta:Pustaka Baru Press Anik Puji Rahayu (2017). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: Selemba Medika Jayanti, dkk, 2016, Faktor yang Memengaruhi Kematian Ibu, diakses 5 April 2019 Ratnawati, 2018, Asuhan Keperawatan Maternitas,Yogyakarta : Pustaka Baru Kementerian Kesehatan RI, 2017, Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta : Kemenkes RI Kumalasari, 2015, Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Keperawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir Dan Kontrasepsi, Jakarata : Salemba Medika Padila, 2015, Asuhan Keperawatan Maternitas II, Yogyakarta : Nuha Medika