Maghfiratul Alya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Maghfiratul Alya Ratna S. / 17080304062 1. PENGUJIAN PENGENDALIAN / MENILAI RESIKO PENGENDALIAN (Assessing Control Risk) Assessing Control Risk  merupakan suatu proses mengevaluasi pengendalian intern suatu entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan (AU 319.47).Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah untuk membantu auditor dalam membuat suatu pertimbangan mengnai resiko salah saji yang materil dalam asersi laporan keuangan. Namun sebelum melakukan penilaian pengendalian resiko, seorang auditor harus memahami perancangan dan pengimplementasian pengandalian internal sebelum memutuskan apakah entitas tersebut dapat diaudit (auditabilitas) PENGUJIAN SUBSTANTIF Pengujian substantif merupakan langkah ketiga dari tahap pelaksanaan pemeriksaan.  Pengujian substantive meliputi prosedur- prosedur audit yang diracang untuk mendeteksi monetary errors atau salah saji yang secara langsung berprngaruh terhadap kewajaran saldo – saldo laporan keuangan. Perbedaan antara pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi adalah pengecualian dalam pengujian pengendalian (deviasi pengujian pengendalian) hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang mempengaruhi nilai dolar dalam laporan keuangan,sedangkan pengecualian dalam pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian saldo merupakan salah saji laporan keuangan. Contoh pengujian pengendalian : meminta keterangan dari karyawan kunci berkaitan dengan keadaan dalam perusahaan,memeriksa saldo akun kas di bank,memeriksa akun penjualan,piutang usaha serta kas di bank dalam siklus penjualan. Contoh pengujian rincian saldo atas transaksi : memverifikasi pencatatan dan pengikhtisaran akun penjualan,piutang usaha serta kas di bank dalam siklus setelah ada kata “Diaudit oleh STOT”,pemeriksaan fisik persediaan. Rahayu Siti Kurnia dan Suhayati Elvi.2010, “Auditing Konsep dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntansi Publik”. Graha ilmu : Yogyakarta. 2. Asersi Manajemen (management assertions) adalah representasi pernyataan yang tesirat atau diekspresikan oleh manajemen tentang kelas transaksi dan akun serta pengungkapan yang terkait dalam laporan keuangan. Dalam kebanyakan kasus, asersi manajemen bersifat tersirat. Manajemen juga menegaskan bahwa semua pengungkapan yang diperlukan yang berkaitan dengan kas sudah akurat dan dapat dipahami. Asersi serupa juga berlaku untuk setiap pos aktiva, kewajiban, ekuitas pemilik, pendapata, dan beban dalam laporan keuangan. Asersi-asersi ini bagi kelas transaksi, saldo akun, dan penyajian serta pengungkapan. Asersi manajemen berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP/PSAK), karena asersi ini merupakan bagian dari kriteria yang digunakan manajemen untuk mencatat dan mengungkapan informasi akuntansi dalam laporan keuangan. Manajemen menyatakan beberapa asersi tentang transaksi. Asersi-asersi tersebut juga berlaku pada



peristiwa lain yang dicerminkan dalam catatan akuntansi, seperti pencatatan penyusutan dan pengakuan kewajiban pensiun. Keterjadian Asersi keterjadian bersangkutan dengan apakah transaksi yang dicatat dalam laporan keuangan benar-benar terjadi selama periode akuntansi itu. Sebagai contoh, manajemen menegaskan bahwa transaksi penjualan yang dicatat merupakan pertukaran barang atau jasa yang benar-benar terjadi. Kelengkapan Asersi ini menyatakan apakah semua transaksi yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan sudah dimasukkan seluruhnya. Sebagai contoh, manajemen menegaskan bahwa semua penjualan barang dan jasa telah dicatat dan dimasukkan dalam laporan keuangan. Keakuratan Asersi keakuratan menyatakan apakah transaksi telah dicatat pada jumlah yang benar. Penggunaan harga yang salah untuk mencatat transaksi penjualan dan kekeliruan atau kesalahan dalam menghitung perkalian harga dengan kuantitas merupakan contoh pelanggaran atas asersi keakuratan. 1. Keberadaan dan Keterjadian Asersi ini meliputi aktiva yang memiliki bentuk fisik dan juga aktiva yang tidak memiliki bentuk fisik, aktiva yang memiliki bentuk fisik seperti persediaan, sedangkan aktiva yang tidak memiliki bentuk fisik seperti piutang. Untuk lebih jelasnya, saya ambil contoh diatas bahwa perusahaan memiliki hutang dagang sebesar Rp. 100.000, nah dari hutang dagang yang diklaim oleh perusahaan  tersebut, asersi keberadaan dan keterjadian ini berkaitan dengan apakah hutang tersebut memang ada pada tanggal tertentu dan apakah pencatatan atas hutang terjadi selama periode tertentu. 2. Kelengkapan Untuk menjelaskan asersi ini, saya ambil lagi contoh sebelumnya bahwa perusahaan memiliki hutang dagang sebesar Rp. 100.000, asersi ini berkaitan dengan apakah hutang dagang tersebut sudah meliputi semua hutang dagang yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan. 3. Hak dan Kewajiban Saya ambil lagi contoh diatas bahwa perusahaan memiliki hutang dagang sebesar Rp. 100.000. Menurut analisis saya, dengan adanya hutang tersebut maka perusahaan memiliki hak penggunaan hutang dan memiliki kewajiban untuk membayar hutang dagang tersebut sebesar Rp.100.000. 4. Penilaian atau Alokasi Dari contoh diatas, bahwa perusahaan memiliki hutang dagang sebesar Rp.100.000, asersi ini berkaitan dengan apakah hutang dagang sebesar Rp. 100.000 tersebut telah dicantumkan dengan jumlah yang benar atau tepat dadalam laporan keuangan. 5. Penyajian dan Pengungkapan Untuk menjelaskan asersi ini, sekali lagi saya ambil contoh diatas bahwa perusahaan memiliki hutang dagang sebesar Rp. 100.000, asersi penyajian dan pengungkapan ini berkaitan dengan penggolongan, pengungkapan, dan penguraian, oleh karena itu, ketika perusahaan mengklaim memiliki hutang dagang seperti yang dicontohkan, maka dalam laporan keuanganpun harus digolongkan sebagai hutang jangka pendek, berbeda jika dhutang dagang tersebut digolongkan sebagai hutang jangka panjang, maka akan terjadi salah saji. kompasiana.com & triharyono.com



3. Contoh jenis asersi: 1. Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu. Sebagai contoh, perusahaan ABC. memiliki hutang dagang sebesar Rp 100.000.000,-. Dari hutang dagang yang diklaim oleh perusahaan tersebut, asersi keberadaan dan keterjadian ini berkaitan dengan apakah hutang tersebut memangada pada tanggal tertentu dan apakah pencatatan atas hutang terjadi selama periode tertentu. 2. Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh, perusahaan ABC. memiliki hutang dagang sebesar Rp 100.000.000,-. Asersi ini berkaitan dengan apakah hutang dagang tersebut sudah meliputi semua hutang dagang yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan. 3. Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai contoh perusahaan ABC. memiliki hutang dagang sebesar Rp 100.000.000,-. Perusahaan tidak memiliki hak apapun, melainkan memiliki kewajiban untuk membayar hutang dagang sebesar Rp 100.000.000,- tersebut. 4. Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponenkomponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, perusahaan ABC. memiliki hutang dagang sebesar Rp 100.000.000,-. Asersi ini berkaitan dengan, apakah hutang dagang sebesar Rp 100.000.000,- tersebut telah dicantumkan dengan jumlah yang benar atau tepat dadalam laporan keuangan. 5. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponenkomponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Sebagai contoh, perusahaan ABC. memiliki hutang dagang sebesar Rp 100.000.000,-. Asersi penyajian dan pengungkapan ini berkaitan dengan penggolongan, pengungkapan, dan penguraian, oleh karena itu, ketika perusahaan mengklaim memiliki hutang dagang seperti yang dicontohkan, maka dalam laporan keuangan pun harus digolongkan sebagai hutang jangka pendek, berbeda jika hutang dagang tersebut digolongkan sebagai hutang jangka panjang, maka akan terjadi salah saji. 4. Dalam audit keuangan, auditor menguji 5 asersi manajemen atas laporan posisi keuangan. Asersi tersebut adalah 1. Keberadaan (atau keterjadian untuk asersi atas transaksi), 2. kelengkapan, 3. penilaian dan alokasi, 4. hak dan kewajiban, dan 5. penyajian dan pengungkapan. Untuk melakukan pengujian tersebut, auditor menggunakan beberapa teknik audit. Salah satu teknik untuk pengujian asersi “keberadaan/keterjadian”  adalah vouching (menelusuri ke sumber bukti), sedangkan untuk pengujian asersi “kelengkapan” adalah tracing (menelusuri ke pencatatan). Dalam audit, keseragaman penggunaan istilah sangat penting, agar para pengguna memiliki kesamaan pemahaman atas hasil audit. Sering dari kita sebagai auditor kurang dapat membedakan maksud antara istilah vouching dan tracing.  Vouching Vouching digunakan untuk menguji asersi “keberadaan/ keterjadian”, yaitu transaksi/ nilai yang dilaporkan memang benar-benar terjadi/ ada. Misal: Laporan Posisi Keuangan PT A bilang “aset kendaraan senilai Rp10M” dengan rincian kendaraan truk sebanyak 10 unit



@Rp1M. LK bilang gitu, maka untuk menguji apakah truk itu “ada”, auditor mentelusuri keberadaan truk dengan cara cek GL, trus cek jurnal, trus cek ke bukti dokumen/ fisik truk. Tracing Tracing digunakan untuk menguji asersi “kelengkapan”, yaitu semua dokumen transaksi / keuangan yang terjadi/ada telah dicatat dan dilaporkan. Misal: Ada pembelian persediaan 100 unit @Rp1 juta dan sudah terjadi pengalihan hak dan risiko, namun fisiknya masih dititipkan di gudang pihak III, maka untuk menguji apakah persedian tersebut “telah lengkap dicatat dan dilaporkan”, auditor mentelusuri ke pencatatan persediaan tersebut sampai ke pelaporannya.