Maisyita Maharani-Resensi Novel The Valley of Fear-The Valley of Fear-Sir Arthur Conan Doyle [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Maisyita Maharani



Nomor Absen



: 7



Kelas



: XII IPS 3



Tahun Ajaran



: 2019/2020



The Valley of Fear



==================================================== Judul



: The Valley of Fear



Penulis



: Sir Arthur Conan Doyle



Penerjemah



: Satya



Penerbit



: Shira Media



Terbit



: Cetakan ke-2, April 2016



Kota terbit



:-



Tebal buku



: 290 halaman + iv



Warna cover



: Ungu



Harga buku



: Rp49.000



Arthur Ignatius Conan Doyle lahir pada tanggal 22 Mei 1859 di kota Edinburgh, Skotlandia. Keluarga Doyle merupakan sebuah keluarga Katolik-Irlandia yang kaya, dan berkembang di lingkungan seni.



Ayah Arthur seorang pemabuk



berat dan akhirnya memisahkan diri dari keluarga, Ibu Arthur seorang juru cerita. Ibu Arthur, Mary Doyle bekerja sebagai pengarang cerita untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Setelah Arthur lulus pada umur 17 tahun ia memilih dunia kedokteran walaupun ia tumbuh dalam keluarga seniman. Keputusan ini diambil berkat dorongan



Dr. Bryan Charles yang pertama kali ia temui disebuah penginapan dan merupakan dosen di tempat Arthur berkuliah, Universitas Edinburgh. Dalam pendidikannya sebagai dokter, Arthur juga mencoba menulis beberapa cerpen dan mulai berkembang, seperti yang dilakukan Ibunya. Dia berhasil menyelesaikan sebuah cerita pertamanya yaitu ‘The Surgeon of Gangster Fell’. Dia terinspirasi oleh Dr. Joseph Bell, seorang dokter yang sangat hebat dan ahli dalam observasi, logika, deduksi, dan diagnosa. Dialah yang menginspirasi Arthur untuk menciptakan sosok fiksi monumental yaitu Sherlock Holmes. Novel ‘The Valley of Fear’ menceritakan tentang sebuah misteri. Pada awal novel Holmes menerima pesan dari Fred Porlock, agen Profesor Moriarty. Porlock sesekali mengirimkan Holmes informasi dengan maksud menentang kecerdasan Holmes. Bersama Watson, Holmes menguraikan pesan Porlock, dan hasilnya menunjukkan bahwa seorang pria bernama John Douglas yang berada di Birlstone dalam bahaya. Keduanya segera dikunjungi oleh MacDonald, seorang teman polisi Holmes, yang memberi tahu mereka bahwa Douglas yang sama telah dibunuh. Setelah memeriksa orang yang meninggal itu, terungkap bahwa dia telah dibunuh dengan senapan buatan Amerika dari jarak dekat sehingga wajahnya hancur. Disamping tubuh yang cacat tersebut terdapat sebuah kartu bertuliskan ‘V.V341’. Para detektif melakukan interogasi kepada pelayan rumah namun ia hanya memberi sedikit cerita. Ny. Douglas istri dari pria yang terbunuh, dan Cecil Barker, seorang teman keluarga. Holmes mengungkapkan bahwa ia percaya keduanya bersekongkol bersama. Holmes mengumumkan bahwa ia akan menghabiskan malam sendirian dikamar tempat Douglas dibunuh, tidak membawa apapun kecuali payung Watson. Sehari setelah penjagaan Holmes, ia mengatakan bahwa ia telah menyelasaikan kasus ini dan menemukan bahwa Douglas masih hidup.



Setelah diketahui bahwa Douglas yang asli masih hidup, semua kaget tidak percaya akan berita tersebut. Lalu Douglas kemudian keluar dari tempat persembunyiannya, dan menjelaskan bahwa ia telah diburu selama beberapa waktu oleh seorang pria bernama Baldwin. Keduanya berjuang, dan Baldwin meninggal ketika senapan meledak di wajahnya. Dengan bantuan sang Istri, Ny. Douglas dan sahabatnya, Barker, Douglas menyusun rencana untuk memalsukan kematiannya sendiri, mengambil keuntungan dari fakta bahwa wajah botak Baldwin akan mencegah identifikasi yang akurat. Keunikan dari novel ini adalah penulis tidak membuat banyak tersangka yang akan membuat para pembaca memikirkan siapa pelaku kejahatan yang sebenarnya, bahkan sang penulis tidak menunjukkan siapa pelaku sebenarnya pada akhir cerita, tetapi sang penulis lebih memilih untuk menampilkan pelaku kejahatan sejak peristiwa dimulai Novel ini menceritakan pada era tahun 90an, dengan menggunakan latar tempat kota Birlstone. Karena menurut saya novel ini menceritakan tentang teka-teki kasus pembunuhan, suasana yang diceritakan pada buku menegangkan dan mengerikan. Dan juga tokoh-tokoh yang ada pada novel tersebut sungguh amat cerdas. Contohnya Holmes dan Dr. Watson mereka diberi secarik kertas dengan tulisan “534 C2 13 127 36 31 4 17 21 41 DOUGLAS 109 293 5 37 BIRLSTONE 26 BIRLSTONE 9 127 171”, dan mereka bisa memecahkan kode tersebut tidak lebih dari setengah hari, bagaimana jika saya yang memecahkan. Mungkin akan membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya…:D Gaya penceritaan yang digunakan sang penulis dalam novel sangat bagus, namun ada beberapa kata yang sulit untuk dimengerti, sehingga terkadang saya harus mencari pengertiannya dulu baru lanjut membaca, hehehe :) Bahasa yang digunakan sang penulis membuat para pembaca dapat merasakan suasana yang dialami oleh tokoh Sherlock Holmes ini, keren yaa…:O Tempat yang



digunakan oleh penulis juga merupakan tempat yang sudah sering kita dengar sehingga mempermudah pembaca untuk berimajinasi tentang tempat yang sedang dikunjungi oleh tokoh utama. Namun, sang penulis selalu menggunakan alur mundur sehingga para pembaca pasti mudah bingung dan melupakan cerita di awal bagian. Jadi, menurut saya kesimpulan dari buku ini BAGUS. Menegangkan. Novel ini cocok untuk para remaja yang suka ngasah otak. Buat yang suka mikir dan suka main tebak-tebakan harus baca buku ini. Dan juga kalo baca buku ini, bacanya pas malem-malem aja, jadi suasana mencekamnya lebih terasa.