Majalah Tempo - 15 Agustus 2016: Edisi Khusus Chairil Anwar [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Tempo
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EDISI HARI KEMERDEKAAN



CHAIRIL ANWAR



15-21 AGUSTUS 2016



RP 45.000



WWW.TEMPO.CO MAJALAH BERITA MINGGUAN ISSN: 0126 - 4273



00025 9 770126 427302



BAGIMU NEGERI MENYEDIAKAN API



DAFTAR ISI 4525/15-21 AGUSTUS 2016



POLITIK 34



KETIKA GONGGONG MENYASAR MARINA TIM Detasemen Khusus  Markas Besar Kepolisian RI mencokok Gigih Rahmat Dewa alias Gonggong Rebus. Pria asal Batam, Kepulauan Riau, itu memimpin jaringan teroris kelompok Batam, yang berencana menghantam Marina Bay di Singapura dengan roket. Kelompok yang diketuai Gigih ini rupanya terkait dengan Bahrun Naim, petinggi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Indonesia.



Pengantar 46



Periode Medan 50



Karya 90



Akhir Hayat 116



HUKUM 212



GIGI MUNDUR REMISI KORUPTOR PEMERINTAH berencana melonggarkan aturan remisi, tak terkecuali untuk terpidana korupsi. Rencana itu mengundang silang pendapat. Komisi antikorupsi dan lembaga swadaya masyarakat menentang rencana yang dinilai menguntungkan koruptor ini.



Periode Jakarta 68 Kulit muka: Kendra Paramita



EDISI KHUSUS EKONOMI 236



BERGEGAS MEMANGKAS ANGGARAN BELUM lama menjabat, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati langsung tancap gas. Ia mengusulkan pemangkasan anggaran Rp  triliun lantaran target penerimaan negara dari pajak terseok-seok. Kebijakan ini menjadi pengetatan kedua dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo setelah pada Mei lalu menghemat Rp  triliun.



Ekonomi Sinyal Pasar 235 Momen 241



Gaya Hidup Kesehatan 198 Sport 196



Internasional Internasional 292 Momen 299



Nasional Ringkasan 28



4 |



| 21 AGUSTUS 2016



CHAIRIL ANWAR TETAP HIDUP MENYAMBUT perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini, Tempo menurunkan edisi khusus Chairil Anwar. Chairil memiliki peran penting dalam membangun inspirasi dan imajinasi bangsa ini. Ia adalah perintis jalan bagi sastra modern Indonesia. Sumbangan terbesar Chairil adalah keberhasilannya meyakinkan bahwa bahasa Indonesia, bahasa yang pada -an masih amat muda itu, ternyata merupakan bahasa yang menyimpan tenaga besar. Ia melahirkan sajak-sajak yang memperkaya bahasa Indonesia. Opini Bahasa 200 Catatan Pinggir 306 Kolom 242 Opini 31



Prelude Album 22 Angka 24 Etalase 14 Inovasi 16 Kartun 10 Seribu Kata 26 Surat 6 Tempo Doeloe 12



Seni Sinema 174 Sains Ilmu & Teknologi 171 Tokoh Pokok & Tokoh 304 Wawancara 190



SURAT



Keberatan Artikel Jaring Laba-laba MAJALAH Tempo edisi 1-7 Agustus 2016 di halaman 68-70 memuat artikel berjudul ”Jaring Laba-laba di Jalur Pantura”. Isi artikel tersebut adalah reportase hasil wawancara Tempo dengan Saudara Kris Suyanto, Presiden Direktur PT Katama Suryabumi. Disebutkan bahwa Saudara Kris Suyanto adalah pemegang hak paten teknologi fondasi Jaring Laba-laba (Jalla), tapi apa yang disampaikan sebenarnya adalah prestasi dari Konstruksi Sarang Laba-laba (KSLL). Tujuan Saudara Kris Suyanto mengundang wartawan Tempo



6 |



| 21 AGUSTUS 2016



adalah untuk membangun opini seakan-akan Jalla adalah nama baru. Padahal Jalla dan KSLL adalah sama. Ini adalah sebuah siasat dari Saudara Kris Suyanto. Secara legal, Jalla dan KSLL adalah dua paten yang berbeda. Tapi, secara ilmiah, Jalla adalah sebuah karya plagiat (penjiplakan, peniruan) dari KSLL.



Ir Ryantori Co-inventor dan pemilik KSLL Terima kasih atas informasi tambahan yang Anda berikan. Dalam artikel itu sudah disebutkan bahwa teknologi ini diciptakan oleh Anda dan Ir Sutjipto (almarhum) pada 1970-an.



SURAT



Opini Freddy Budiman SAYA menilai opini Tempo terlalu naif soal Freddy Budiman, gembong narkotik yang telah dieksekusi mati. Dalam membaca setiap pernyataan orang, harus juga dilihat cara dan waktunya sehingga dapat terbaca niat atau motifnya. Saya menilai informasi yang ditulis Haris Azhar di media sosial tentang pengakuan Freddy bahwa ia bersekongkol dengan aparat dalam mengedarkan narkotik tidak dibarengi dengan niat baik membenahi institusi negara, tapi hanya ingin membuat gaduh karena sengaja disampaikan saat Freddy dieksekusi. Jika saja Haris Azhar menyampaikan info itu jauh hari sebelum Freddy dieksekusi, ia akan berjasa dan Freddy tidaklah mati dengan sia-sia. Paling tidak ada hikmah dan manfaatnya bagi pembenahan institusi negara karena memberikan informasi penting bagi negara. Berbeda dengan kenyataannya sekarang. Maka ja-



ngan disalahkan jika Haris diminta membuktikan infonya sendiri tanpa dibantu oleh Freddy Budiman.



A.R. Prabu [email protected]



RALAT DALAM rubrik Wawancara dengan Komisaris Jenderal Suhardi Alius di halaman 103 edisi 8-14 Agustus 2016 terdapat pertanyaan ”Bahrun Naim akan diapakan kalau kembali?”. Yang benar adalah ”Para pengikut Santoso akan diapakan kalau kembali?”. Kami mohon maaf atas kekeliruan tersebut.



PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG JAWAB Arif Zulkifli REDAKTUR EKSEKUTIF Budi Setyarso KELOMPOK TEMPO MEDIA DEWAN EKSEKUTIF Arif Zulkifli (Ketua), Daru Priyambodo, Gendur Sudarsono, Yuli Ismartono, Hermien Y. Kleden, Wahyu Muryadi, Budi Setyarso, Burhan Sholihin, Lestantya.R. Baskoro, M. Taufiqurohman NASIONAL & HUKUM REDAKTUR PELAKSANA Setri Yasra REDAKTUR UTAMA Jajang Jamaludin, Elik Susanto, Widiarsi Agustina REDAKTUR Agoeng Wijaya, Anton Aprianto, Sunudyantoro, Abdul Manan, Bobby Chandra, Istiqomatul Hayati, Kodrat Setiawan (Magang) STAF REDAKSI Agung Sedayu, Eko Ari Wibowo, I Wayan Agus Purnomo, Syailendra Persada, Prihandoko, Istman Musaharun, Francisco Rosarians Enga Geken, Ira Guslina (nonaktif), Angga Sukma Wijaya REPORTER Linda Novi Trianita, Indra Wijaya, M. Rizki, Tika Primandari, Dewi Suci, Husein Abri Y.M. Dongoran, Mitra Tarigan EKONOMI & MEDIA REDAKTUR PELAKSANA Y Tomi Aryanto REDAKTUR UTAMA Yandhrie Arvian REDAKTUR Agus Supriyanto, Efri Nirwan Ritonga, Retno Sulistyowati, Jobpie Sugiarto, Fery Firmansyah, Grace S. Gandhi STAF REDAKSI Abdul Malik, Akbar Tri Kurniawan, Setiawan Adiwijaya, Gustidha Budiartie, Ayu Prima Sandi REPORTER Aditya Budiman, Ali Ahmad Noor Hidayat, Amirullah, Khairul Anam, Praga Utama, Andi Ibnu Masri R, Devy Ernis, Robby Irfany Maqoma, Singgih Soares INTERNASIONAL & NUSA REDAKTUR PELAKSANA Purwanto Setiadi REDAKTUR UTAMA Idrus F Shahab, Dodi Hidayat REDAKTUR Dwi Arjanto, Mustafa Ismail, Sukma Loppies, Maria Hasugian STAF REDAKSI Mahardika Satria, Sita Planasari A, Budi Riza, Kelik M. Nugroho, Nathalia Shanty JAWA TIMUR, BALI Zacharias Wuragil (Koordinator Liputan), Endri Kurniawati, Nieke Indrietta, Jalil Hakim, Zed Abidin JAWA TENGAH Ali Nur Yasin (Koordinator Liputan), L.N. Idayanie, R. Fadjri JAWA BARAT, BANTEN Dewi Rina Cahyani (Koordinator Liputan) SULAWESI SELATAN Sapto Yunus (Koordinator Liputan) SENI & INTERMEZO REDAKTUR PELAKSANA Seno Joko Suyono REDAKTUR Nurdin Kalim STAF REDAKSI Dian Yuliastuti, Ananda Wardhana Badudu, Amandra Mustika Megarani REPORTER Moyang Kasih Dewi Merdeka S A I N S , S P O R T, & K O L O M REDAKTUR PELAKSANA Yos Rizal Suriaji REDAKTUR UTAMA Kurniawan REDAKTUR Nurdin Saleh, Firman Atmakusuma, Irfan Budiman, Hari Prasetyo STAF REDAKSI Dwi Riyanto Agustiar, Martha Warta , Gabriel Wahyu Titiyoga, Rina Widiastuti, Gadi Makitan, Erwin Prima, Febriyan, Agus Baharudin REPORTER Amri Mahbub, Ursula Florene Sonia, Maya Nawangwulan R, Tri Artining Putri METRO & PRELUDE REDAKTUR PELAKSANA Bina Bektiati (nonaktif) REDAKTUR UTAMA Bagja Hidayat REDAKTUR Nur Haryanto, Ali Anwar STAF REDAKSI Suseno, Untung Widyanto, Erwan Hermawan REPORTER Linda Hairani, Afrilia Suryanis, Ninis Chairunnisa, Gangsar Parikesit, Putri Adityowati, Indri Maulidar G AYA H I D U P & K O R A N T E M P O M I N G G U REDAKTUR PELAKSANA Tulus Wijanarko REDAKTUR Dwi Wiyana, M. Reza Maulana, Rini Kustiani STAF REDAKSI Angelus Tito Sianipar, Cheta Nilawati Prasetyaningrum, Hadriani Pudjiarti, Subkhan REPORTER Nur Alfiyah BT Tarkhadi, Aisha Shaidra, Dini Pramita, Raymundus Rikang RW INVESTIGASI REDAKTUR UTAMA Philipus Parera REDAKTUR Stefanus Teguh Edi Pramono, Mustafa Silalahi STAF REDAKSI Rusman Paraqbeq



P U S AT P E L I P U TA N REDAKTUR PELAKSANA Wahyu Dhyatmika REDAKTUR UTAMA Yudono Yanuar REDAKTUR Juli Hantoro, Nunuy Nurhayati , Tjandra Dewi , Anton Septian , Rr. Ariyani , Purwanto STAF REDAKSI Riky Ferdianto, Pingit Aria Mutiara Fajrin, Ananda Wardhiati Theresia REPORTER Choirul Aminudin, Faiz Nasrillah, Reza Aditya Ramadhan P E N G E M B A N G A N P R O D U K D I G I TA L KEPALA Yosep Suprayogi REDAKTUR Ngarto Februana STAF REDAKSI Nurhasim (Kanal Infografis) REPORTER Dwi Oktaviane, Ferdinand Akbar, Ryan Maulana TEMPO ENGLISH REDAKTUR UTAMA Lucas Edward (Tempo English Weekly) REDAKTUR KOORDINATOR Purwani Diyah Prabandari STAF REDAKSI Sadika Hamid (Tempo English Weekly), Mahinda Arkiyasa, Isma Savitri, Petir Garda Bhwana (en.tempo.co) REPORTER Amanda T. Siddharta T V T E M P O/ T E M P O C H A N N E L PEMIMPIN REDAKSI: Wahyu Muryadi MANAGER PROGRAM: Muh Nur Hidayat PRODUSER: Diah Ayu Candraningrum, Budhi Santoso, Alif Iman Nurlambang ASISTEN PRODUSER: Mahfud Efendi VIDEO JURNALIS: Alfan Noviar, Dinda Amalia Asri, Endah Kurnia Wirawati, Yuli Dwi Ermawati, Antoni P Hutasoit, Rosito, Dewa Made Erdy Kusuma, Hospita Yulima Simanjuntak, Indra Toni Setiawan VIDEO EDITOR: Fahrudi Yansyah (koord.), Draga Dionata, Akbar Ramadhan, Slamet Riyadi, Aditya Nugroho, Riza Syafriansyah, Ondri S Prakasa, Aftahul Muslikh (motion grafis). K R E AT I F, F O T O , B A H A S A REDAKTUR KREATIF Gilang Rahadian REDAKTUR DESAIN Eko Punto Pambudi, Fitra Moerat Ramadhan Sitompul, Yuyun Nurrachman DESAINER SENIOR Aji Yuliarto, Ehwan Kurniawan, Imam Yunianto, Kendra H. Paramita DESAINER Djunaedi, Edward Ricardo Sianturi, Fransisca Hana, Gatot Pandego, Indra Fauzi, Munzir Fadly PENATA LETAK Agus Darmawan Setiadi, Ahmad Fatoni, Arief Mudi Handoko, Hindrawan, Kuswoyo, Mistono, Rudy Asrori, Tri Watno Widodo, Wahyu Risyanto REDAKTUR FOTO Rully Kesuma (Koordinator), Ijar Karim, Mahanizar Djohan PERISET FOTO Fardi Bestari, Gunawan Wicaksono, Jati Mahatmaji, Nita Dian Afianti, Ratih Purnama Ningsih FOTOGRAFER Aditia Noviansyah, Amston Probel, Subekti REDAKTUR BAHASA Uu Suhardi (Koordinator), Hasto Pratikto, Sapto Nugroho STAF SENIOR Iyan Bastian STAF Aeni Nur Syamsiah, Edy Sembodo, Hadi Prayuda, Hardian Putra Pratama, Heru Yulistiyan, Michael Timur Kharisma, Mochamad Murdwinanto, Rasdi Darma, Sekar Septiandari, Suhud Sudarjo, Andry Setiawan P U S AT D ATA D A N A N A L I S A T E M P O KOORDINATOR: Priatna RISET: Indra Mutiara PUSAT DATA: Dina Andriani, Ismail REDAKTUR SENIOR Amarzan Loebis, Bambang Harymurti, Edi Rustiadi M., Fikri Jufri, Goenawan Mohamad, Leila S. Chudori, Putu Setia, Toriq Hadad KEPALA PEMBERITAAN KORPORAT Toriq Hadad BIRO EKSEKUTIF DAN PENDIDIKAN Lestantya. R. Baskoro (Kepala), Yos Rizal Suriaji



PT TEMPO INTI MEDIA TBK DIREKTUR UTAMA Bambang Harymurti DIREKTUR Gabriel Sugrahetty, Herry Hernawan, Sri Malela Mahargasarie, Toriq Hadad SEKRETARIAT KORPORAT Diah Purnomowati (kepala) P E M A S A R A N Meiky Sofyansyah (Wakil Direktur) I K L A N Tanty Hendriyanti, Marah Andikha (Group Head), Nurulita Pasaribu, Melly Rasyid, M.Dody Waspodo, M.M. Ekawati, Fransisca W.R, Silvia Husnaeni, Desy Indira, Seto Ajie Wijaya, Revvy Oktaria, Theresia Eni S, Eko Waluyo K O M U N I K A S I P E M A S A R A N Berkah Demiat, Aditya B U S I N E S S D E V E L O P M E N T Y. Tomi Aryanto S I R K U L A S I & D I S T R I B U S I Shalfi Andri (Kepala), Erina Andriyani (Sekretaris) SIRKULASI Iman Sukarnadi, Ivan Buana Putra, Yefri D I S T R I B U S I Boy Hariyadi D I G I TA L & L AYA N A N P E L A N G G A N Prathita Putra PERWAKILAN JAWA TIMUR Solex Kurniawan (Surabaya) DI YOGYAKARTA-JAWA TENGAH Fuad Nugraha Adi (Yogyakarta) K R E AT I F P E M A S A R A N (MATAIR) Prasidono Listiaji (Direktur) PRODUKSI KONTEN S. Dian Andryanto, Hotma Siregar, Mila Novita, Mira Larasati, Nugroho Adi, Rifwan Hendri, Susandijani, V. Nara Patrianila, Wawan Priyanto DESAIN KREATIF PEMASARAN Kemas M. Ridwan (Koordinator), Andi Faisal, Andi Supriyanto, Arcaya Manikotama, Jemmi Ismoko, Junaedi Abdillah, Juned Aryo Sembada, Rachman Hakim, ALAMAT REDAKSI Gedung Tempo, Jalan Palmerah Barat No. 8 Jakarta Selatan 12210, Tel: 62-21-7255625, 3916160, 5482132 e-mail [email protected]



Setiyono P E R I S E T F O T O Lourentius EP. T R A F F I C Abdul Djalal, Muhamad Assad Islamie. ALAMAT IKLAN Gedung Tempo, Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta Selatan 12210 Tel. 62-21-5360409, 5482132, 7255625; Fax: 62-21-7206995 ALAMAT DIVISI SIRKULASI, KOMUNIKASI PEMASARAN, DAN RISET Gedung Tempo, Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta Selatan 12210 Tel. 62-21-5480409; Fax: 62-21-5306393 T E M P O I M P R E S A R I O Ade Liesnasari (Direktur), Dani Kristianto (Marketing), Randy Dea (Kreatif), Hanny Soemantri (Produksi), Dewi Anita (Sekretaris) ALAMAT Jalan Palmerah Barat No. 8, Jakarta 12210 Telp. 62-215362651/7255625 ext: 206 Faks.62-21-53661092 e-mail: [email protected]



PENERBIT PT TEMPO INTI MEDIA Tbk, BNI Cabang Kramat, Jakarta, A.C. 017.000.280.765.001



ISSN 0126-4273 SIUPP No. 354/SK/MENPEN/SIUPP/1998. PENCETAK PT TEMPRINT, Jakarta.



8 |



| 21 AGUSTUS 2016



ALAMAT PERUSAHAAN Jalan Palmerah Barat No. 8, Jakarta 12210, Telp. 021-5360409, Faks. 5439569, http://korporat.tempo.co



TOKOPEDIA



I



ndustri e-dagang Indonesia tengah bergairah. Di tengah melambatnya laju pertumbuhan ekonomi nasional, industri ini justru tumbuh di luar perkiraan. Tahun lalu, transaksi e-dagang mencapai US$ 3,56 miliar. Jumlah ini diprediksi meningkat hingga US$ 4,89 miliar pada 2016. Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya jumlah pengguna Internet di Indonesia. Berdasarkan data Google, yang disampaikan di acara Google for Indonesia 9 Agustus, jumlahnya mencapai 100 juta orang. Para pengguna Internet ini berpotensi menjadi salah satu kunci peningkatan produk domestik bruto nasional dari sektor ekonomi digital, yang sebagian besar pelakunya adalah usaha kecil dan menengah (UKM). Bagi pemerintah, potensi e-dagang ini tak boleh disia-siakan. Tahun ini, Presiden Joko Widodo mendeklarasikan visi menjadikan Indonesia sebagai Energi Digital Asia. Ada sejumlah kebijakan yang akan dijalankan untuk mencapai visi itu, di antaranya membentuk peta jalan e-dagang yang memadukan 31 inisiatif dan delapan kementerian untuk meningkatkan produktivitas para pelaku industri ini. Targetnya, transaksi e-dagang akan mencapai US$ 130 miliar pada 2020. Pemerintah juga meluncurkan program seribu startup untuk menciptakan pelaku usaha digital nasional yang valuasinya mencapai US$ 10 miliar pada 2020. Tokopedia, situs marketplace terbesar di Indonesia misalnya, memiliki peta sebaran toko di berbagai daerah. Perusahaan Internet ini memungkinkan setiap individu dan pemilik bisnis di Indonesia untuk membuka serta mengelola bisnis online mereka secara mudah dan gratis, sekaligus menawarkan pengalaman belanja online yang lebih aman dan nyaman. SimilarWeb mencatat, Tokopedia kini menjadi situs lokal yang paling popu-



Kesempatan berkembang di bisnis e-dagang selalu terbuka lebar, asal berani melangkah dan menciptakan peluang.



AMIR (30), salah satu inspiring Seller Tokopedia.



MENCIPTAKAN PELUANG EKONOMI HINGGA KE UJUNG NEGERI ler bagi netizen Indonesia, mengalahkan Twitter dan Wikipedia. Setiap bulan, situs ini meraih 1,3 miliar pageview. Sejak didirikan tujuh tahun lalu, bersamaan dengan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 2009, lebih dari satu juta merchant telah tergabung di sini. Setap bulannya, lebih dari 16,5 juta produk dikirim ke pembeli yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan angka transaksi mencapai triliunan rupiah per bulan. Amir Fauzi, 30, adalah salah satu pedagang yang sukses bersama Tokopedia. Pemilik merek sepatu Wetan Store ini menemukan jalan mulus setelah menjual produk secara online. Jatuh bangun ia alami, tetapi laki-laki asal Bandung ini pantang menyerah sampai akhirnya bergabung dengan Tokopedia pada Desember 2014. Kini ia telah menjual sekitar 3.600 sepatu. Omzet bulanannya mencapai Rp 120 juta, Rp 90 juta di antaranya dari Tokopedia. Merek lokal lain dari berbagai daerah yang tadinya tidak terdengar pun, kini bisa mengepakkan sayap ke seluruh Indonesia bersama Tokopedia. Masyarakat yang terbiasa mendapatkan produk dari agen atau tengkulak kini bisa mendapat-



kan harga lebih transparan. Situs e-dagang ini tidak melulu soal jual-beli barang, tetapi juga soal kebijakan pemerintah untuk rakyatnya. Pemerintah daerah memanfaatkan Big Data dari Tokopedia untuk inisiatif dan pengambilan keputusan demi mendorong pertumbuhan industri lokal secara lebih tepat sasaran, melalui proyek Laman Kota. Buah manis pertumbuhan e-dagang ini tidak hanya dirasakan oleh penjual atau pembelinya, industri logistik pun kecipratan. Jutaan lapangan pekerjaan baru tercipta lewat pemilik bisnis online maupun jasa kurir. Bagi perbankan maupun lembaga keuangan lainnya, e-dagang adalah pasar baru yang potensial. Perbankan bisa menyalurkan kredit usaha ringan dan program pinjaman kepada pebisnis online untuk mengembangkan bisnisnya. Para pebisnis ini memang tidak memiliki rekam jejak offline, tetapi mereka memiliki jejak bisnis digital dengan pertumbuhan transaksi yang tercatat dan memiliki kredibilitas. Tokopedia, dengan proyek Mitra Toppers-nya, membantu menyalurkan kredit ini kepada para merchant dengan nilai pinjaman hingga Rp 18 miliar.



INFORIAL



KARTUN: YUYUN NURRACHMAN



KARTUN



*Mohon maaf kepada Ibu Sud, pencipta lagu Pergi Belajar. INDIKATOR



Percaya Kesaksian Freddy Budiman KEPALA Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian cemas akan tingkat kepercayaan publik yang semakin ambruk terhadap korps kepolisian. Dia merujuk pada informasi yang ditulis Ketua Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar tentang pengakuan persekongkolan Freddy Budiman dengan aparat, termasuk polisi, untuk bisa mengimpor dan mengedarkan narkotik di Indonesia. Menurut Tito, informasi Haris sebenarnya masih sumir karena tidak menyebut pelaku dan waktu kejadian. ”Tapi siapa yang lebih dipercaya? Tentu pihak Haris,” katanya di Denpasar, Rabu pekan lalu. Tito pantas gusar karena nyata keberpihakan publik itu. Ini seperti yang ditunjukkan lewat jajak pendapat di Tempo.co. Dari 2.000-an responden , hampir semuanya mempercayai pengakuan Freddy seperti yang diungkap Haris. Haris sendiri menulis atas motif menekankan kelemahan hukum di Indonesia, 10 |



| 21 AGUSTUS 2016



yang menjadi dasar penolakannya terhadap eksekusi mati. Dia mengisahkan pernyataan Freddy, yang ditemuinya dua tahun lalu di Nusakambangan, Jawa Tengah, di media sosial Facebook, yang lalu menyebar cepat. Isinya: keterlibatan sejumlah personel kepolisian, tentara, Bea dan Cukai, serta Badan Narkotika Nasional dalam penyelundupan narkotik. Keterlibatan itu dibayar Freddy hingga ratusan miliar rupiah. Selama ini keterlibatan aparat dalam kejahatan narkotik hidup dalam desas-desus di masyarakat. Bahkan ada olok-olok, aparat yang korup sering bertanya kepada pengguna atau pengedar yang tertangkap: ”Mau jadi beras atau berkas?”—isyarat bahwa sebuah kasus bisa diselesaikan dengan jalan ”damai”. Dalam perkara Freddy pun hampir mustahil tidak ada aparat yang terlibat. Indikasinya, sang terpidana bisa leluasa memproduksi narkotik, sekaligus mengedarkannya, dari sel tempat ia menjalani hukuman. ●



Percayakah Anda dengan pengakuan Freddy Budiman yang bersekongkol dengan aparat mengedarkan narkoba?



Tidak 123



Tidak tahu 33



5,8%



1,6%



Ya 1.962



92,6% TOTAL: 2.118 = 100%



INDIKATOR PEKAN INI Apakah Anda setuju Wali Kota Tri Rismaharini meninggalkan Surabaya untuk mengikuti pilkada DKI Jakarta 2017?



BOLT! Billy Abe, Chief Product Officer



KONSISTEN MENYEDIAKAN LAYANAN 4G TERBAIK



K



etidakstabilan jaringan Internet dan perang tarif antaroperator adalah kondisi yang dihadapi BOLT! 4G Ultra LTE (Long-Term Evolution), anak perusahaan PT First Media Tbk, yang mengoperasikan layanan pita lebar seluler 4G LTE pertama di Indonesia secara komersial pada Januari 2014. Dalam kurun waktu hampir dua tahun, BOLT! 4G Ultra LTE, yang wilayah layanannya mencakup Jabodetabek dan Sumatera Bagian Utara, yaitu Medan mampu meraih dua juta pelanggan per Juni 2016. Dengan target meraih satu juta pelanggan baru setiap tahun, total pelanggan BOLT! diperkirakan mencapai



JARINGAN yang luas, tarif terjangkau, dan teknologi terdepan, yang ditawarkan BOLT! 4G Ultra LTE, disambut sangat baik oleh konsumen mobile broadband di Indonesia.



INFORIAL



2,5 juta pada akhir 2016. “Best network, affordable price, dan teknologi terdepan menjadi bekal BOLT! memenangi persaingan,” kata Billy Abe, Chief Product Officer BOLT! Menurut Billy Abe, ada dua langkah yang dilakukan BOLT! untuk menyediakan layanan 4G terbaik. Untuk jaringan, Billy menyebutkan, “Sekitar 95% jaringan BOLT! terkoneksi dengan kabel fiber optik.” Teknologi mutakhir yang diadopsi BOLT!, yakni 4G+ (LTE-Advanced) dengan fiturnya Carrier Aggregation (CA), memberikan kecepatan Internet hingga 200 Mbps. Dengan kecepatan ini, pelanggan BOLT! mampu mengunduh file 1 GB dalam waktu 40 detik, juga menggunakan video conference dan video streaming berkualitas tinggi. Fitur LTE-Advance berikutnya adalah Interference Cancellation (ICIC) dan Simple Frequency Network (SFN), yang dapat mengatur kualitas sinyal, sehingga pelanggan dapat menikmati akses Internet yang stabil. Langkah kedua, BOLT! menyediakan sejumlah layanan inovatif, yakni paket BOLT! Ultra Unlimited dengan kecepatan hingga 20 Mbps dan online registration untuk melakukan aktivasi kartu bagi pelanggan pra bayar dan pasca bayar. BOLT! Ultra Unlimited, paket pasca bayar seharga Rp 249 ribu per bulan, ini sangat cocok untuk penggunaan pribadi atau keluarga di rumah dengan



kebutuhan akses Internet yang tinggi. Selain itu, tersedia juga paket BOLT! Ultra Unlimited baru dengan kecepatan hingga 50 Mbps dan promo biaya berlangganan Rp 499 ribu per bulan, “Pelanggan bisa menikmati Ultra Benefits: Ultra Unlimited, Ultra Value, Ultra Speed, dan Ultra Coverage,” kata Billy Abe. Paket BOLT! Ultra Unlimited diluncurkan untuk menghilangkan kekhawatiran konsumen terhadap keterbatasan kuota atau biaya tagihan yang sangat mahal. Apalagi tren penggunaan Internet saat ini lebih banyak membutuhkan layanan multimedia, seperti streaming video berkualitas high-definition (HD) atau video call menggunakan Skype. Dari sisi produk, layanan BOLT! 4G Ultra LTE cukup bervariasi. Sebut saja, BOLT! Mobile Wi-fi (MiFi), BOLT! 4G Powerphone dan BOLT! Home Router. Berbagai perangkat Smartphone dan tablet berbasis Android dan iOS milik Apple juga dapat menggunakan layanan BOLT! 4G Ultra LTE.  BOLT! baru saja meluncurkan Ultra Starterpack yang merupakan Staterpack terbaru BOLT! dengan bonus kuota 14GB. Dengan semakin banyaknya pilihan Smartphone 4G tersedia di pasar, layanan BOLT! kini bisa dinikmati di hampir semua Smartphone 4G. Atas keberhasilannya membangun jaringan yang luas dan menjaring konsumen dalam waktu relatif singkat, BOLT! meraih berbagai penghargaan. Pada awal tahun 2016, BOLT! meraih Top Brand Award 2016 untuk kategori Mobile Internet Service Provider dengan tiga parameter utama, yaitu Top of Mind Share, Top of Market Share, dan Top of Commitment Share. Penghargaan lainnya adalah Global Excellence for Market Achievements oleh Global TD-LTE Initiative (GTI), The Most Favorite 4G Provider oleh majalah Selular selama dua tahun berturut-turut, dan The Most Promising Service Provider of the Year oleh Frost & Sullivan. Atas kepercayaan dan dukungan yang diberikan pelanggan, BOLT! akan tetap konsisten menyediakan layanan 4G berkualitas tinggi.z



TEMPO DOELOE 1 FEBRUARI 1986



CHAIRIL Menyambut perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2016, Tempo menulis laporan khusus tentang sosok penyair Chairil Anwar. Pada Tempo edisi 1 Februari 1986, Goenawan Mohamad menulis Catatan Pinggir dengan judul ”Chairil”. Berikut ini Catatan Pinggir itu.



S



EANDAINYA Chairil Anwar hidup hari ini, mungkin lebih baik ia tak menulis sajak. Indonesia di tahun 1986 tak sama dengan Indonesia di awal 40-an. Tentu, saya sendiri tak tahu persis bagaimana tanah air menjelang 1945. Tapi mungkin kita bisa membayangkannya: suatu masa ketika pikiran besar dan kecil telah ramai bergulat. Harapan-harapan, untuk sebuah negeri yang bebas, mekar. Pemikir dan penyair sibuk, juga asyik. Dan Chairil pun menulis puisi: begitu segar, begitu kurang ajar. ”Aku suka pada mereka yang berani hidup”, tulisnya, setengah kagum, tentang para pemuda yang berjaga malam seperti prajurit, dan bermimpikan kemerdekaan. ”Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam”. Dan jika dalam malam itu ada bahaya juga dosa, setan, atau sifilis, tak perlu risau. Binal adalah satu pernyataan—sekaligus risiko—dalam kemerdekaan. Kita tak akan tunduk. Tak ada sensor, tak ada ketakutan, tak ada sejarah, batas administrasi, doktrin agama, dan segala yang dianggap membatasi. Bahkan Tuhan, dalam kemahakuasaannya, ia terima sebagai tekanan. Sebuah sajak yang ditulisnya pada 29 Mei 1943, misalnya, ”Di Mesjid”, melukiskan pertemuannya dengan Tuhan dalam kiasan yang sangat berbeda dengan metafora Amir Hamzah dari tahun 30-an. Amir Hamzah bicara tentang kerinduan; Chairil bicara tentang sebuah peperangan. ”Ini ruang”, tulisnya tentang tempat peribadatan itu, ”Gelanggang kami berperang”.



Memang, beberapa tahun kemudian ia menulis sajak ”Doa” yang menggetarkan itu: ”Tuhanku/Dalam termangu/Aku masih menyebut namaMu”. Tapi ia juga, pada kumpulan sajak yang sama, bisa mencemooh harapan manusia akan surga yang lazim, ”yang kata Masyumi + Muhammadiyah bersungai susu/dan bertabur bidari beribu”. Sebab, Chairil meragukan surga. Ia memilih hidup yang kini, yang baginya lebih bergairah. Ia, dalam umur 20-an, memang biasa bicara angkuh, cerdas, cekatan, kocak, dan kadang menohok. Tapi ia bicara di awal tahun 40-an, ketika sebuah bangsa harapharap cemas menantikan dirinya merdeka. Hidup di ambang arena yang menjanjikan banyak hak. Hidup juga masih mencari bentuk institusi-institusinya sendiri. Artinya, tak ada yang memberangus Chairil. Ia sendiri tak merasa terancam. Masyumi + Muhammadiyah tak mengerahkan massa untuk menyerbu atau menuntut, bahkan setahu saya tak ada pernyataan ”kami tersinggung”. Juga tak ada kanwil deperdag dan kanwil depdikbud,



Artikel lengkap terdapat dalam Tempo edisi 1 FEBRUARI 1986. Dapatkan arsip digitalnya di: https://store.tempo.co/majalah/detail/ MC201212130078/harga-minyak-jatuh-bagaimanaindonesia atau http://bit.ly/2aJRDCi



12 |



| 21 AGUSTUS 2016



tak ada laksusda dan kadit binmas dan akronim-akronim lain yang, dari pelbagai meja persegi, mengetahui betul soal keselamatan masyarakat dan karena itu merasa tahu betul perkara sajak. Indonesia di masa Chairil adalah Indonesia yang lain dari yang kini kita kenal. Setelah sekian tahun merdeka, Indonesia kita telah jadi sebuah negeri yang rasanya semakin tahu sulitnya sebuah kemerdekaan. Banyak yang mengharap, beberapa yang mendapat, sebagian yang kecele. Pelbagai kelompok sosial tampil. Semuanya merasa wajib dicatat, untuk dapat tempat. Perebutan untuk ke atas pun tak terhindarkan. Kemerdekaan telah membuka pintu untuk itu. Lagi pula, berada di bawah betapa sumpeknya, betapa terancamnya. Bahwa bentrokan dan kemarahan dan ketersinggungan sering terjadi, juga represi, siapa yang bisa menyalahkan? Siapa yang bisa disalahkan? Orang Yunani, dengan mitologinya yang aneh, mungkin akan mengatakan bahwa kemerdekaan punya nemesisnya sendiri. Kemerdekaan punya pembalasannya—yakni kerisauan dan kecemasan. Seperti bertahun-tahun yang lalu dikatakan ahli psikologi Erich Fromm, manusia sering takut untuk merdeka—dan kembali ke kongkongan. Chairil agaknya tahu juga, apa sisi lain kemerdekaan itu. Dalam sebuah sajaknya buat Gadis Rasid, ia bicara tentang ”bangsa muda menjadi”, yang ”baru bisa bilang ’aku’”. Di sebelah sini ada daun-daun hijau, padang lapang dan anak-anak kecil tak bersalah. Tapi di sebelah sana ”angin tajam kering, tanah semata gersang, pasir bangkit mentanduskan”. Dan di antara kedua sisi itulah, antara suasana terbuka yang segar dan ancaman ketandusan pikiran, sang penyair merasa terapit. ”Kita terapit, cintaku-mengecil diri.... ” Tapi tak mandek. Ia bahkan mengajak terbang, the only possible nonstop flight, terbang mengenali gurun, sonder ketemu, sonder mendarat. ”Mari kita lepas, kita lepas jiwa mencari jadi merpati”. Yang penting bukanlah suatu arah, melainkan keberanian menjelajah. Yang penting bukanlah satu konklusi, melainkan eksplorasi. Merpati itu mungkin capek kemudian dan jatuh. Dan tahu, bahwa ”ada yang tetap tidak diucapkan/sebelum pada akhirnya kita menyerah”, seperti ditulisnya di ujung sebuah sajak yang mengharukan menjelang ia meninggal. Adakah itu kearifan, atau sebuah putus asa, untuk kita semua, kini? ●



DEMI PERFORMA OPTIMAL OLIMPIADE BUKAN HANYA AJANG UNJUK KEBOLEHAN PARA ATLET. PERHELATAN INI JUGA MERUPAKAN ARENA BAGI PABRIKAN PERLENGKAPAN OLAHRAGA UNTUK MEMAMERKAN PRODUK TERBARUNYA. SELAIN MEMBERIKAN KENYAMANAN SAAT DIPAKAI, INOVASI PERLENGKAPAN DAN KOSTUM DITUJUKAN UNTUK MENGGENJOT PERFORMA OLAHRAGAWAN. BERIKUT INI BEBERAPA KOSTUM BARU YANG DIKENAKAN OLAHRAGAWAN PAPAN ATAS DI RIO DE JANEIRO, BRASIL.



Boathouse Sports AntiMikroba Ini pakaian latihan dan lomba yang dirancang khusus untuk tim dayung Amerika Serikat. Seragam ini diklaim mampu melindungi pedayung dari bakteri dan virus yang banyak terdapat di perairan Rio de Janeiro.



Speedo Fastskin LZR Racer X Setelah meneliti 1.200 perenang dan menghabiskan 10 ribu jam untuk riset, Speedo meluncurkan produknya. Baju renang ini diyakini mengoptimalkan otot ketika saat sedang mengayuh air. Kostum ini dikenakan para perenang Amerika Serikat, antara lain Melissa Jeanette ”Missy” Franklin, 21 tahun, peraih empat medali emas Olimpiade London 2012 dan pemegang rekor dunia renang gaya punggung 200 meter putri.



Nike Zoom Superfly Elite Sepatu ini dirancang untuk menambah entakan saat berlari di lintasan jarak dekat. Telapaknya berpaku. Ringan dan melekat di kaki sprinter. Nike mendesainnya khusus untuk pelari Jamaika Shelly Ann Fraser-Pryce, 29 tahun, peraih medali emas 100 meter putri di Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012.



New Balance Warna hijaunya memang identik dengan kostum Irlandia. Tapi, yang paling penting, bahannya sangat ringan, cepat kering, dan memaksimalkan tubuh saat berlomba. Semua atlet Irlandia memakai perlengkapan olahraga New Balance, termasuk altet golf Rory McIlroy, 27 tahun, yang hingga tahun lalu sempat beberapa kali menempati peringkat pertama dunia.



14 |



| 21 AGUSTUS 2016



DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE 71 TAHUN KERJA NYATA SAMPOERNA UNTUK INDONESIA



PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna), yang didirikan pada tahun 1913 memperkerjakan sekitar 70.000 karyawan baik langsung dan tidak langsung. Sampoerna mengoperasikan tujuh pabrik dan khusus untuk memproduksi produk SKT kami bekerja sama dengan 38 Mitra Produksi Sigaret yang tersebar di Pulau Jawa. Sampoerna mendistribusikan produknya melalui 106 kantor area             



           satu kontributor terbesar untuk pendapatan negara melalui pembayaran pajak sebesar Rp. 67,2 triliun. Kami berkomitmen untuk terus berkontribusi secara nyata kepada seluruh masyarakat Indonesia salah satunya melalui program tanggung jawab sosial perusahaan “Sampoerna Untuk Indonesia” yang telah menjangkau lebih dari 50.000 penerima manfaat. Sumber : Laporan Tahunan PT HM Sampoerna Tbk. tahun 2015



INOVASI



RONGSOKAN PENGHASIL SETRUM 2 1 Balut setiap lembarnya dengan tisu, tapi biarkan salah satu ujungnya tetap terbuka. 3



Potong lembaran tembaga dan aluminium dengan ukuran 10 x 7 cm, masingmasing enam lembar.



16 |



| 21 AGUSTUS 2016



batas antara tembaga dan aluminium. Penjepit buaya berfungsi untuk menjepit kabel yang tersambung ke sumbu katoda dan anoda. Sedangkan air laut berperan sebagai penghantar elektron dari kutub positif ke negatif. Menurut Ika, ide pembuatan Edula tebersit ketika mereka berniat mengikuti lomba inovasi internasional di Singapura, Desember tahun lalu. Kelimanya sepakat membuat alat penghasil setrum yang terbarukan dan ramah lingkungan. Selanjutnya riset dilakukan selama dua bulan di laboratorium Teknik Mesin dan Teknik Kimia UGM. Edula sukses lahir pada Maret lalu. Edula menggunakan prinsip kerja reaksi reduksi dan oksidasi. Tembaga mengalami reaksi reduksi dan aluminium reaksi oksidasi. Kedua logam melepaskan elektron ketika dicelupkan ke dalam air laut. Aliran elektron terjadi karena perbedaan potensial antara anoda dan katoda. Perbedaan potensial ini yang menghasilkan listrik. Setrum yang dihasilkan Edula sanggup menghidupkan lampu. Selain itu, dapat dimanfaatkan untuk menyalakan alat-alat elektronik. Tapi, jika hendak dipakai untuk menghidupkan alat berkapasitas listrik lebih besar, lembaran tembaga-aluminium mesti lebih banyak. ”Tergantung kebutuhan,” ujar Ika. Kerja keras Ika dan teman-teman ini berbuah Merit Award di International Energy Innovation Challenge 2016 di Singapura, Juli lalu. ●



4



Gulung susunan lembaran tembaga dan aluminium sekecil-kecilnya. Saklar 5



Sambungkan kabel pada setiap ujung gulungan tembaga-aluminium, lalu jepit. Satu ujung kabel tersambung ke saklar dan lampu. Satu lagi terhubung secara paralel ke gulungan lain.



6



Masukkan rangkaian ke dalam wadah dan tuang air laut ke dalam wadah sampai menutupi separuh gulungan logam.



7 Tekan saklar, lampu menyala. Satu gulungan tembaga-aluminium menghasilkan 0,5 volt (6 lembar sebanyak 3 volt).



ILUSTRASI: DJUNAEDI



N



AMA lengkap alat ini Established Self-Sustainable Alternative Source of Energy for Society from Salt Water and Using Reused Materials. Disingkat menjadi Edula. Penghasil listrik ini terbuat dari dua jenis limbah logam, yakni pelat tembaga dan lembaran aluminium. Pencipta Edula adalah lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Tiga berasal dari Jurusan Teknik Kimia, yakni Faqih Nurfajrin, Ika Novita S., dan M. Shokhibul Izza. Dua lagi Yulisyah Putri Daulay dari Teknik Industri dan Muhammad Nabil Satria Faradis dari Teknik Mesin. Mereka dibimbing Himawan Tri Bayu Murti Petrus dari Center of Advanced Materials and Mineral Processing UGM. Selain membutuhkan dua logam rongsokan tadi, Edula membutuhkan sejumlah komponen seperti tisu, kabel listrik, penjepit buaya, saklar, dua lampu light emitting diode (LED) 3 volt, dan air laut. Seluruh komponen ini dirangkai, lalu dipasang dalam wadah plastik berukuran 15 x 8 sentimeter. Pelat tembaga berfungsi sebagai kutub katoda (positif) dan aluminium sebagai kutub anoda (negatif). Tak perlu material baru. ”Pelat tembaga bisa diperoleh dari sisa furnitur dan lembaran aluminium dari kaleng minuman bersoda,” kata Ika Novita, Rabu pekan lalu. Adapun tisu digunakan sebagai pem-



Susun setiap lembar pelat tembaga dan aluminium. Ujung logam yang tidak tertutup tisu ditempatkan di kutub berbeda.



Perjalanan Menuju Kesembuhan Hati Yang Penuh Harapan Kami akan mendampingi Anda dalam setiap langkah



Di Parkway Cancer Centre, pasien kami adalah keluarga kami. Tidak ada yang lebih penting dari membantu mereka dalam proses penyembuhan menuju kesehatan yang baik dan optimal. Kami merupakan rumah bagi para profesional multi-disiplin yang berdedikasi untuk memberikan pasien kami perawatan personal dan perhatian penuh yang layak mereka dapatkan. Tim inti kami terdiri dari dokter-dokter yang bekerja sama dengan anggota lainnya untuk menangani kebutuhan spesifik pasien – dari perawatan medis dan perencanaan gizi, hingga kesejahteraan emosional dan perawatan psikologis. Dengan pendekatan holistik dan one-stop kami terhadap pengobatan kanker, pasien kami dapat memperoleh ketenangan sehingga mampu berfokus pada hal yang terpenting – mencapai kesehatan yang optimal.



Gleneagles Hospital



Untuk informasi lebih lanjut hubungi: CanHOPE Bandung Grand Royal Panghegar Hotel Lt. 02 -05 Jl. Merdeka no.2 Bandung 40111 Telp : 0228780 4682



(65) 6738 9333 www.parkwaycancercentre.com Parkway Cancer Centre



Layanan Kami Onkologi Medis Bedah Onkologi „Radiasi Onkologi „Onkologi Hematologi „Onkologi Anak „Layanan Penerjemah „Pendidikan Gizi „Perawatan Paliatif „Konseling CanHOPE „ „



Mount Elizabeth Hospital



Mount Elizabeth Novena



INDONESIA Bandung (62) 22 8780 4682 [email protected]



Semarang (62) 24 841 7183 / (62) 24 841 7184 [email protected]



Medan (62) 61 452 8989 [email protected]



Solo (62) 27 172 3555 [email protected]



Surabaya (62) 31 534 9188 [email protected]



TERBENTUKNYA Universitas Prasetiya Mulya merupakan implementasi dari cara pandang visioner dalam melihat masa depan



Kiri-Kanan: Prof. Dr. Janson Naiborhu, Prof. Djoko Wintoro, Ph.D.,  Prof. Yudi Samyudia Ph.D.



MENERAPKAN POLA PENDIDIKAN BERWAWASAN MASA DEPAN



S



etelah dikenal sebagai pionir sekolah tinggi ilmu bisnis di Indonesia, Prasetiya Mulya kini bersiap melangkah lebih jauh. Tepat 17 Maret 2016, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Prasetiya Mulya telah berganti status menjadi Universitas Prasetiya Mulya. Bersamaan dengan perubahan status tersebut, ada sembilan program studi baru terapan yang akan dibuka, di antaranya S1 Business Economics, S1 Business Mathematics, S1 Computer Engineering, S1 Energy Engineering, S1 Food Business Technology, S1 International Business Law, S1 Product Design Engineering, S1 Software Engineering, dan S1 Tourism Business. Sembilan program itu akan diluncurkan secara bertahap dalam periode 20172018, melengkapi program S2 Magister Manajemen dan dua program studi S1 Management serta S1 Accounting yang telah ada sebelumnya. Vice Rector for Operations, Finance, Accounting, and HR Management, Prof. Djoko Wintoro, Ph.D berujar,” Terbentuknya Universitas Prasetiya Mulya merupakan implementasi dari cara pandang visioner dalam melihat masa depan. Kita tahu saat



ini semua bergerak dinamis sejalan dengan perkembangan teknologi. Oleh karena itu, kita butuh pola pendidikan yang bisa menghadapi tantangan modernitas tersebut”. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengembangkan School of Applied STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Secara spesifik, Djoko mencontohkan aplikasi teknologi yang digunakan dalam lingkup perbankan, asuransi dan cabang industri lainnya. “Kita memang masih belum memastikan bisnis apa saja yang akan dilahirkan oleh teknologi. Tapi kita bisa lihat sektor ini tumbuh dan akan membutuhkan tenaga kerja. Maka kita siapkan itu,” tutur Djoko. Di satu sisi, peluang bisnis terus tumbuh namun perkembangan sektor industri di Indonesia belum terlalu pesat. Oleh karena itu, lulusan Universitas Prasetiya Mulya disiapkan untuk membuka lapangan kerja sendiri. Harapannya agar mahasiswa yang lulus bisa menjadi pelaku bisnis dan menciptakan ruang bisnis baru. “Jadi, daripada menjadi pengguna aplikasi, mengapa tidak menciptakan aplikasi-aplikasi baru yang dibutuhkan masyarakat?” ucapnya.



Selain itu, Universitas Prasetiya Mulya juga menjajaki kerja sama antara program studi dengan perusahaanperusahaan besar dari beragam industri seperti Sinarmas, Anabatics dan lainlain. Program kerja sama pun dilakukan dengan universitas luar negeri yang memiliki keunggulan tertentu, seperti jurusan S1 Energy Engineering dengan Tokyo Institute of Technology Jepang, S1 Business Mathematics dengan University of Waterloo Canada dan S1 Software Engineering dengan Nanyang Technological University Singapura. Vice Rector for Academic Affairs, Prof. Yudi Samyudia, Ph.D menambahkan, “Untuk menjadi leader di bidangnya, yang penting saat ini bukan hanya menyiapkan keahlian secara teknik, tapi juga bisnis secara keseluruhan”. Menurut Dean of the School of Applied STEM, Prof. Dr. Janson Naiborhu, saat ini masyarakat Indonesia masih berpikir secara tradisional, yakni menempuh pendidikan untuk mencari pekerjaan. Padahal, 5 tahun lagi, bisa jadi pekerjaan yang sekarang diinginkan sudah tidak ada. “ Untuk itu, mahasiswa harus siap beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan berbagai cara,” ujar Janson. Ia juga menambahkan, “Kemajuan yang ada saat ini adalah hasil dari Science, Technology, Engineering dan Mathematics. Jadi kalau kita lihat ekonomi ke depan, akan banyak didorong oleh kemajuan pengetahuan dari STEM. Inovasi yang dikembangkan dari STEM tentu akan memperkuat pertumbuhan bisnis yang ada di Indonesia.” z Prasetiya Mulya - Kampus BSD Kavling Edutown I.1 Jl. BSD Raya Utama, BSD City, Tangerang 15339 T. (021) 304-50-500  F. (021) 304-50-555 SMS/WA. 0815-1166-2005   @prasmul www.prasetiyamulya.ac.id INFORIAL



ALBUM



ORASI ILMIAH



Nurheni Wijayanto, Bambang Sapta Purwoko, Siswadi



Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy soal idenya membuat kebijakan anak seharian di sekolah, pekan lalu.



PENGHARGAAN



Citilink MASKAPAI penerbangan berbiaya murah (LCC) Citilink kembali meraih penghargaan dari Employer Branding Institute Singapura. Anak usaha maskapai Garuda Indonesia itu didaulat sebagai perusahaan yang paling diminati karyawan di Asia, sama seperti penghargaan tahun sebelumnya. Penghargaan diberikan pekan lalu di Singapura, yang dihadiri 200 pemimpin perusahaan terkemuka dari seluruh Asia. ●



Indroyono Soesilo ”Sekarang eksistensi polisi tidak bisa bersandar pada tokoh atau kekuatan tertentu, tapi pada kepercayaan publik.” Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian soal masih rendahnya kepercayaan publik kepada polisi, terutama setelah pengakuan gembong narkotik Freddy Budiman bersekutu dengan aparat menjual narkotik beredar di media sosial, pekan lalu.



22 |



| 21 AGUSTUS 2016



MANTAN Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo mendapat gelar Perekayasa Utama dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi pada Rabu pekan lalu. Gelar Perekayasa Utama merupakan penghargaan bagi seseorang yang berjasa besar dalam pengembangan dunia teknologi atau kerekayasaan di Indonesia. Indroyono dikenal sebagai pakar pengindraan jauh dan kemaritiman. ●



TEMPO/STR/M. IQBAL ICHSAN, TEMPO/STR/DIAN TRIYULI HANDOKO, TEMPO/STR/DHEMAS REVIYANTO ATMODJO, TEMPO/ADITIA NOVIANSYAH



”Mending di-bully sekarang daripada nanti setelah jadi keputusan presiden.”



TIGA guru besar Institut Pertanian Bogor ini membacakan orasi ilmiah di hadapan senat IPB pada Sabtu dua pekan lalu. Nurheni, guru besar Fakultas Kehutanan, membawakan orasi sistem agroforestri yang menjadi masa depan pengelolaan hutan produksi. Profesor Bambang tentang pengembangan teknik kultur antera dan aplikasinya pada percepatan pemuliaan tanaman padi di Indonesia. Sedangkan Profesor Siswadi menyoroti peran analisis Procrustes, serangkaian ukuran matematika yang berfungsi menganalisis distribusi dalam pengambilan keputusan. ●



ANGKA



SEJAK Olimpiade modern digelar untuk pertama kalinya di Athena, 120 tahun lalu, baru kali ini multievent adu ketangkasan dan ketahanan raga itu berlangsung di Amerika Selatan. Di Rio de Janeiro, Brasil, pada 5-21 Agustus, belasan ribu atlet membawa nama negara masing-masing berkompetisi memperebutkan medali. Inilah pesta olahraga dunia.



RP 150 TRILIUN B I A Y A



P E N Y E L E N G G A R A A N



2.102 MEDALI



306 LOMBA digelar selama 17 hari sejak 5 Agustus 2016



7,5 JUTA LEMBAR TIKET DISIAPKAN, DAN 240 RIBU DI ANTARANYA DIBERIKAN UNTUK ANAK-ANAK MISKIN



37 VENUE UNTUK 42 CABANG OLAHRAGA



2 cabang kembali dipertandingkan, yaitu golf (setelah 112 tahun) dan rugbi (setelah 92 tahun) 100 persen perempuan delegasi asal Bhutan, yaitu pemanah Karma Karma dan penembak Lenchu Kunzang



2 0 5 N E G A R A B E R PA R T IS I PA S I D A L A M O L I M P I A DE D A N S AT U K O N T IN G E N P E N G U N G S I



62 TAHUN, USIA ATLET TERTUA, YAKNI JULIE BROUGHAM DARI SELANDIA BARU, DI CABANG BERKUDA



8.500 ATLET, BERKOMPETISI DALAM PARALYMPIC, OLIMPIADE UNTUK DIFABEL



NEGARA PERAIH MEDALI TERBANYAK



AMERIKA SERIKAT: 977 EMAS, 758 PERAK, 668 PERUNGGU, TOTAL 2.403



3.604 apartemen disiapkan untuk para atlet dan anggota konngen



UNI SOVIET: 395 EMAS, 319 PERAK, 296 PERUNGGU, TOTAL 1.010 INGGRIS: 237 EMAS, 272 PERAK, 245 PERUNGGU, TOTAL 669 PRANCIS: 201 EMAS, 223 PERAK, 245 PERUNGGU, TOTAL 669 CINA: 201 EMAS, 144 PERAK, 128 PERUNGGU, TOTAL 473



2.500 orang bekerja menyiapkan 60 ribu porsi makanan untuk konngen seap hari



13 TAHUN, USIA ATLET TERMUDA, YAITU PERENANG GAURIKA SINGH DARI NEPAL IND ONE SI A 14 KALI IKUT OLIMPIADE 6 MEDALI EMAS 11 MEDALI PERAK 11 MEDALI PERUNGGU



SUMBER: BBC, IAAF, NEWS CHANNEL 4, OLYMPIC, RIO2016, TELEGRAPH, TOPENDSPORTS, USA TODAY



24 |



| 21 AGUSTUS 2016



BPJS KESEHATAN



D



i tahun kedua pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan kembali mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP). Opini tersebut diberikan berdasarkan laporan keuangan dana jaminan sosial (DJS) dan BPJS Kesehatan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2015 oleh akuntan publik yang mengauditnya.



Dengan demikian, laporan dan kinerja keuangan serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Opini tersebut sudah 24 kali diperoleh berturut-turut, dihitung sejak lembaga BPJS Kesehatan masih bernama PT Askes (Persero). Audit yang dilakukan Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan implementasi prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu keterbukaan, kehatihatian, dan akuntabilitas, sebagaimana tertuang dalam UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pasal 37 ayat 1. Isinya: “BPJS wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya”. Untuk laporan 2015, audit ini dilakukan oleh KAP Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny (MSSL), yang berafiliasi dengan Moore Stephens International Limited.



Capaian Selama 2015 Selama 2015, JKN-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), yang dikelola BPJS Kesehatan, telah bekerja sama dengan



INFORIAL



KEMBALI PEROLEH WTP DI TAHUN KEDUA dan screening kesehatan. 19.969 fasilitas kesehatan tingkat Pengelolaan dana dan pertama, 1.847 rumah program selama 2015 sakit, dan 2.813 fasilitas telah dilakukan kesehatan penunjang PENGELOLAAN dengan baik, (apotek, optik, DANA dibuktikan dengan dan lain-lain). diperolehnya Program ini dan program selama 2015 opini WTP dan sangat menolong telah dilakukan dengan capaian atas masyarakat pelaksanaan memulihkan baik, dibuktikan dengan good governance kondisi perolehan opini wajar tanpa yang diterapkan kesehatannya dan pengecualian dan capaian BPJS Kesehatan. mencegah cacat Dari pengukuran terhadap penyakit atas pelaksanaan good good governance, yang diderita. governance. BPJS Kesehatan Hal ini terlihat memperoleh penilaian dari jumlah orang sangat baik (yang yang memanfaatkan BPJS merupakan predikat tertinggi, Kesehatan, yaitu 100,62 juta yaitu lebih dari 85), dengan capaian skor kunjungan di fasilitas kesehatan tingkat aktual 88,96 dari skor maksimal 100. pertama (puskesmas, dokter praktek BPJS Kesehatan juga telah memperoleh perorangan, dan klinik pratama/ penilaian yang baik (warna hijau) dari swasta), serta 39,81 juta kunjungan Kantor Staf Presiden (KSP) atas capaian rawat jalan tingkat lanjutan (Poliklinik cetak dan distribusi KIS melalui pihak RS) dan 6,31 juta kasus rawat inap ketiga sebanyak 100,70 persen atau tingkat lanjutan (RS). Dengan demikian, 87.006.370 kartu. kehadiran program JKN-KIS sangat Pada 2016, terdapat tiga fokus dirasakan masyarakat. Selain kuratif utama yang akan menjadi prioritas dan rehabilitatif, program ini bersifat BPJS Kesehatan, yakni sustainabilitas promotif preventif untuk kesehatan keuangan, pemantapan layanan, dan perorangan. Program itu berupa senam sehat, deteksi dini kanker leher rahim, optimalisasi revolusi mental. z



SERIBU KATA



26 |



| 21 AGUSTUS 2016



GENJOT. Para pembalap sepeda beradu kecepatan pada etape kedua Tour de Singkarak 2016 di Kelok Sembilan, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Ahad pekan lalu. Etape ini berjarak tempuh 119,5 kilometer. ANTARA/HAFIDZ MUBARAK



21 AGUSTUS 2016 |



| 27



RINGKASAN



T



UJUH partai politik bersepakat berkoalisi melawan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Ketujuh partai ini bakal mengusung satu pasangan calon untuk menandingi Basuki, yang telah diusung tiga partai politik, yaitu Partai Golkar, NasDem, dan Hanura. ”Semangat dari semua partai bisa membawa calon yang head-to-head dengan Ahok,” kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Jakarta Gembong Warsono, Senin pekan lalu. Tujuh partai penantang Ahok—panggilan Basuki—adalah PDI Perjuangan, Partai Keadilan Sejahtera, Gerindra, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrat, dan Partai Amanat Nasional. Meski bersepakat melawan Basuki, mereka belum memutuskan calon yang di-



28 |



| 21 AGUSTUS 2016



usung. Mereka telah memutuskan tujuh kriteria calon Gubernur DKI Jakarta, yakni arif, beradab, bijaksana, santun, beretika, bersih, dan cerdas. Sejumlah partai berharap PDIP mencalonkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Ketua PPP Jakarta Abdul Aziz mengatakan Risma telah memenuhi semua kriteria. ”Prioritas utama kami Bu Risma,” ujar Abdul Aziz. Ketua PKS Jakarta Syakir Purnomo berharap bisa menyepakati satu pasangan melawan Basuki. Dia mengatakan calon yang bakal diusung PDIP bakal diterima semua partai. Basuki tak ambil pusing dengan kepungan tujuh partai ini. ”Mau kumpulin semua partai, gue enggak takut,” katanya. Adapun Ketua Koordinator Pemenangan Pemilu Partai Golkar Nusron Wahid mengatakan wajar Basuki dikeroyok. ”Yang namanya jagoan pasti dikeroyok,” ucapnya. ●



PARTAI politik yang memiliki suara di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta terbelah menjadi dua menjelang pemilihan kepala daerah DKI tahun depan. Basuki Tjahaja Purnama » NasDem 206.117 suara (5 kursi) » Hanura 357.006 suara (10 kursi) » Golkar 376.221 suara (9 kursi)



TOTAL: 939.344 SUARA (24 KURSI) Penantang Ahok » PDIP 1.231.843 suara (28 kursi) » PPP 452.224 suara (10 kursi) » PAN 172.784 suara (2 kursi) » Gerindra 592.568 suara (15 kursi) » PKS 424.400 suara (11 kursi) » Demokrat 360.929 suara (10 kursi) » PKB 260.159 suara (6 kursi)



TOTAL: 3.494.907 SUARA (82 KURSI)



TEMPO/DIAN TRIYULI HANDOKO



TUJUH PARTAI KEPUNG AHOK



Dua Kubu di Ibu Kota



ALL NEW LEXUS LX570



LEXUS INDONESIA berpartisipasi di Gaikindo Indonesia International Auto Show 2016 @ ICE BSD Hall 5D pada 11-21 Agustus 2016.



THE KING OF POWER AND PRESTIGE



P



enampilan All New Lexus LX570 pantas menempatkannya pada jajaran tertinggi sebuah kendaraan Sport Utility Vehicle (SUV) premium. Desain modern dan revolusioner pada LX570 membuat sosoknya semakin mewah dan berotot. Garis tegas mulai dari kap mesin, membujur hingga bagian belakang mempertegas LX570 sebagai kendaraan berperforma tinggi. Wajah LX570 terlihat semakin sangar dengan spindle grille besar beraksen krom yang menjadi ciri khas Lexus. Penampilannya semakin mewah berkat fitur tiga lampu utama LED berteknologi tinggi, tertinggi di kelasnya. Lampu utama ini dilengkapi dengan Daytime Running Light (DRL) berbentuk “L” yang menjadi ciri khas pada LX570. Desain modern dan mewah juga diaplikasi Lexus pada desain belakang LX570 yang didominasi Rear Combination Lamp LED. Di bagian interior, kesan mewah dan modern memang sangat kental terasa. Material berkualitas tinggi menghiasi dashboard, kursi, doortrim, hingga lingkar kemudi. Di tengah dashboard, terdapat sistem multimedia dengan layar 12,3 inci terintegrasi yang memiliki standar panorama view camera. Layar display ini merupakan yang terbesar di kelasnya sehingga pengemudi dapat dengan mudah melihat berbagai informasi yang ditampilkan.



FITUR CANGGIH Sistem multimedia pada LX570 bukan



saja pelengkap dalam perjalanan. Hal ini diperkuat dengan penggunakan audiovideo system canggih, Mark Levinson Audio System 400 Watt, dengan 19 speaker dan 11,6 inci dual RSE. Sistem audio mewah ini membuat penumpang dapat menikmati musik seakan berada di ruang konser pribadi yang mewah dan berkelas. Fitur canggih LX570 lainnya adalah wireless charger, terletak di konsol tengah, tepat di sebelah tuas transmisi. Ini merupakan fitur pertama di kelasnya. Fitur ini berfungsi untuk mengisi daya baterai gadget kesayangan Anda tanpa kabel. Pengemudi juga dapat merasakan sensasi mengemudi yang menyenangkan berkat fitur Colored HUD (Head Up Display) sebesar 4,2 inci yang merupakan fitur pertama di kelasnya (class 1st). Melalui fitur ini, informasi yang terdapat pada speedometer seperti kecepatan, posisi transmisi, hingga jarak tempuh dipantulkan ke kaca depan. Membuat pandangan pengemudi tetap fokus ke depan pada saat berkendara. Pengaturan suhu di dalam kendaraan semakin canggih karena LX 570 dilengkapi Lexus Climate Concierge yang mampu mengontrol otomatis 4 zona berbeda dalam kabin secara independen. Pengoperasian AC dapat diatur sesuai kebutuhan melalui pilihan mode Normal dan Eco. TENAGA MAKSIMUM Di balik kap mesin, tersembunyi mesin 3UR-FE V8 berkapasitas 5.700cc, 32 valve. Tenaga maksimum yang mampu



dihasilkan mesin ini mencapai 362HP dengan torsi maksimum 530 Nm pada 3.600 rpm. Tenaga besar ini disalurkan ke empat roda penggerak melalui transmisi otomatis 8 percepatan. Meski berbadan bongsor, LX570 mampu berakselerasi 0-100 km per jam hanya dalam waktu 7,7 detik dengan kecepatan maksimum mencapai 210 km per jam. Mesin ini menggunakan teknologi dual VVT-I yang bertenaga namun efisien untuk penggunaan dalam maupun luar kota. Menariknya, pengoperasian transmisi dapat diatur secara manual dengan tiga pilihan mode yakni Power, Normal dan Eco. Jadi, meski berbadan besar dan berat, LX570 mampu menjaga efisiensi dalam konsumsi bahan bakar melalui fitur Eco mode. COCOK DIAJAK BERPETUALANG Di sektor kaki-kaki, penampilan LX570 semakin gagah dengan penggunaan velg aluminimum berukuran 21 inci, terbesar di kelasnya. Ban besar dengan ground clearance tinggi ini tentu membuat LX570 cukup nyaman untuk digunakan di jalanan bergelombang. Bagi yang gemar berpetualang rasanya tidak perlu risau jika harus melintasi jalanan berlumpur dalam. LX570 telah dibekali asistensi offroad yang mumpuni. Bahkan, sasis LX570 dapat diatur menjadi Sport, Normal atau Comfort, menyesuaikan dengan kondisi jalanan maupun gaya mengemudi. Dengan segala kemewahan dan kecanggihan pada LX570, tak heran jika Lexus LX pantas disebut sebagai The King of Power and Prestige . z INFORIAL



NASIONAL



KURIR SABU 161 KILOGRAM DIHUKUM RINGAN TOMMY Lim, terdakwa kurir sabu seberat 161 kilogram, lolos dari hukuman mati di Pengadilan Negeri Kabupaten Karawang, Jawa Barat, kemarin. Majelis hakim yang diketuai Emi Tri Rahayu hanya memvonisnya dengan penjara 18 tahun. ”Putusannya jauh dari tuntutan (hukuman mati),” ujar Harry Novian, jaksa penuntut umum, saat ditemui seusai sidang, Rabu pekan lalu. Harry menyatakan pikir-pikir atas putusan itu. Adapun Tommy menyatakan tidak keberatan atas putusan itu. ”Kami menerima,” ka-



MAHKAMAH Agung menolak permohonan kasasi pengacara senior Otto Cornelis Kaligis. Majelis hakim kasasi memperberat hukuman O.C. Kaligis dari 7 tahun menjadi 10 tahun penjara. Anggota majelis hakim Krisna Harahap mengatakan Kaligis juga diwajibkan membayar denda Rp 500 juta dengan hukuman pengganti kurungan enam bulan. Majelis hakim sidang kasasi ini dipimpin Artidjo Alkostar. Pertimbangannya, Kaligis seharusnya menjadi contoh bagi advokat dan mahasiswa. ”Ia semestinya bersih dari perbuatan suap,” kata Krisna, Rabu pekan lalu. Kaligis menjadi terpidana karena menyuap Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Medan Tripeni Irianto Putro. Di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kaligis divonis 5 tahun 6 bulan penjara dan denda Rp 300 juta subsider enam bulan kurungan. Komisi Pemberantasan Korupsi mengajukan permohonan banding ke Pengadilan Tinggi Jakarta atas putusan itu. Hukuman buat Kaligis menjadi 7 tahun penjara dengan denda yang sama. Pengacara Kaligis, Humphrey Djemat, menyatakan putusan itu keterlaluan. ”Ini sama dengan ingin dia (Kaligis) mati di penjara,” ujarnya. ● 30 |



| 21 AGUSTUS 2016



RENCANA PERPANJANGAN JAM SEKOLAH BATAL MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menghentikan rencana perpanjangan jam sekolah dasar dan menengah. Ide full day school ini dilontarkan Muhadjir di Universitas Muhammadiyah Malang, dua pekan lalu. ”Jika memang belum dapat dilaksanakan, saya akan menarik rencana ini,” katanya Selasa pekan lalu. Muhadjir mengatakan, dalam full day school, siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang menanamkan pendidikan karakter setelah jam pelajaran. Gagasan full day school memicu kontroversi.



Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Asrorun Ni’am mengatakan paradigma ide tersebut keliru. Ia mengatakan tak semua orang tua anak bekerja di luar rumah. ”Ide ini akan membuat intensitas pertemuan anak dengan orang tua berkurang,” ujar Asrorun. ●



TIM INDEPENDEN INVESTIGASI INFORMASI FREDDY MARKAS Besar Kepolisian Republik Indonesia membentuk tim independen menelusuri kesaksian Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar tentang bisnis narkotik yang melibatkan Freddy Budiman, polisi, tentara, dan Badan Narkotika Nasional. Tim beranggotakan 17 orang ini dipimpin Inspektur Pengawas Umum Polri Komisaris Jenderal Dwi Priyatno. Tim juga melibatkan antara lain Ketua Badan Pengurus Setara Institute Hendardi dan anggota Komisi Kepolisian Nasional, Poengky Indarti. Tim ini juga menggandeng Bea dan Cukai, Tentara Nasional Indonesia, serta Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. ”Tim bertugas mengumpulkan fakta yang



relevan,” kata Kepala Divisi Hubungan Kemasyarakatan Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar, Selasa pekan lalu. Testimoni berisi tudingan Freddy beredar lewat tulisan Haris Azhar berjudul ”Cerita Busuk dari Seorang Bandit”. Dia menceritakan keterlibatan anggota Polri, TNI, dan BNN dalam bisnis narkotik. Bandar besar narkotik ini mengklaim menyetor uang sedikitnya Rp 450 miliar ke pejabat BNN dan Rp 90 miliar ke pejabat Mabes Polri agar bisnisnya lancar. ●



TEMPO/STR/EKO SISWONO TOYUDHO, TEMPO/STR/ADITYA HERLAMBANG PUTRA, ANTARA /IDHAD ZAKARIA



HUKUMAN O.C. KALIGIS DIPERBERAT



tanya. Tommy ditangkap petugas Badan Narkotika Nasional di rest area kilometer 42 jalan tol Cikampek pada 9 November tahun lalu. Dia disergap bersama barang bukti 161,115 kilogram sabu dalam mobil boks. Saat itu Tommy dalam perjalanan dari Surabaya menuju Jakarta untuk mengantar paket besar narkotik tersebut kepada tersangka bandar berkewarganegaraan Cina, Chen Bin. Saat digerebek di apartemennya di Ancol, Jakarta Utara, Chen Bin kabur dengan cara melompat dari jendela hingga tewas. ●



Opini TEMPO, 15-21 AGUSTUS 2016



CHAIRIL, YANG TETAP HIDUP



S



ETIAP tahun, dalam perayaan tujuh belas agustusan, kita selalu membutuhkan Chairil yang urakan, kurang ajar, tapi melahirkan karya-karya yang cemerlang dan segar. Dari Meulaboh sampai Merauke, sajak-sajak Chairil dibacakan. Chairil seperti bagian dari bangsa Indonesia yang pernah ada, dan terus dirindukan. Chairil hidup dan berkarya tatkala nasionalisme bangsa ini bergolak, dan harapan akan kemerdekaan yang dijanjikan oleh Jepang kemudian berlanjut dengan perjuangan bersenjata melawan Agresi Militer Belanda I dan II. Dalam suasana revolusioner ini, di antara perang dan gagasan-gagasan besar dan bebas, Chairil yang memberontak terhadap segala yang mapan itu tampak seperti alternatif dalam setiap perjalanan bangsa di kemudian hari. Di masa Orde Baru yang mengidealkan keseragaman, ia adalah lambang kebebasan yang tak terjinakkan. Sedangkan di masa reformasi, manakala kebebasan berpendapat tidak lagi disertai landasan ideologi mendominasi politik partai-partai, ”kedalaman” (antonim dari kedangkalan-ketidakbermaknaan) yang dirindukan Chairil tetap menjadi harapan bersama. Dalam tulisannya, ”Hoppla!”, Chairil bercerita tentang para seniman yang perlu menjunjung tinggi kebebasan, siap menghadapi risiko dengan sepenuh hati, serta mencela kehidupan yang ”anteng” tak bermakna. Ia yakin, kebebasan dan risiko itulah yang memberikan makna bagi sang seniman dan sumbangan bagi kemanusiaan. Melihat ketegaran dan kesetiaan ini, penyair Abdul Hadi W.M. dalam majalah sastra Horison menggarisbawahi, ”Yang menarik dari Chairil Anwar adalah vitalitasnya sebagai penyair, semangat kepenyairannya yang tak mengenal politik ’dagang sapi’. Ia mau berkorban dan menderita demi cita-cita kepenyairannya yang menyatu dalam dirinya.” Chairil mati muda, pada usia 27 tahun, dan sejarah akan terus mencatat, ia seorang pemberontak yang tak beranjak tua. Komplikasi infeksi paru, tifus, luka usus—dan raja singa menurut banyak orang—mengeremus kehidupan bohemiannya yang liar. Tapi mati muda telah mengekalkan imaji dirinya selaku pemberontak terhadap adat-istiadat, nilai, dan kemapanan Pujangga Baru. Seperti halnya Beethoven dalam bidang musik, Chairil Anwar telah menjadi lambang pemberontakan-pembaruan tidak saja di dunia syair, tapi juga bahasa.



Sementara Ludwig van Beethoven seorang diri mengantarkan musik meninggalkan Zaman Klasik untuk memasuki Zaman Romantik, Chairil memimpin para penyair dan sastrawan membuang warisan angkatan Pujangga Baru untuk mengadopsi nilai-nilai baru Angkatan 45. Berbeda dengan angkatan Pujangga Baru yang masih terpesona pada lukisan ”mooi Indie” yang rupawan, Chairil menghadirkan kata ”mampus” dan ”hambus” yang dipinjamnya dari bahasa daerah; kata-kata kasar, umpatan yang biasa diteriakkan di pasar atau di pelacuran, dalam sajak-sajaknya yang menggelegar. Ia ”binatang jalang” yang tak akan pernah menjadi jinak. Chairil pemberontak sejati dan lengkap yang menyatukan kata-kata puitisnya dengan kelakuan sehari-hari. Ia individualistis di antara bangsanya yang kolektif; ia urakan di antara masyarakat yang masih mengindahkan sopan-santun dan pemberontak terhadap nilai yang berlaku. Chairil mencuri buku dari toko buku dan menjiplak karya orang lain seakan-akan tanpa merasa bersalah. Sajak ”Krawang-Bekasi” yang senantiasa dibacakan dengan haru itu dianggap meniru ”The Young Dead Soldiers” karya penyair Amerika, Archibald MacLeish. Sedangkan kritikus sastra yang juga kawan baiknya, H.B. Jassin, mengakui bahwa Chairil mencuri sajak penyair Cina, Hsu Chih-mo, yang diterjemahkan menjadi ”Datang Dara Hilang Dara”. Diakui atau tidak, puisi-puisi anak muda yang keranjingan melahap buku sastra dunia ini merupakan buah kontemplasi yang intens, hasil perjuangan panjang dalam mencari kata, diksi, bentuk, dan isi terbaik dalam lirik-liriknya. Manuskrip tulisan-tulisan tangan Chairil yang belum dipublikasikan dan tersimpan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, sedikit-banyak menunjukkan proses kreatif sang penyair. Penuh coretan serta koreksi kata-kata, ditulis dengan pena atau pensil, dan semua ini menunjukkan jejak pergulatan yang tak mudah. Sebuah keteladanan yang tentu saja susah dicari padanannya di era digital yang serba instan ini. Chairil plagiat, tidak membayar utang kepada kawannya, binal, gemar keluar-masuk kompleks pelacuran. Namun, 67 tahun setelah kematiannya, kebesaran karya-karyanya tidak juga pudar. Chairil dihujani banyak kritik, tapi semua orang seperti menyediakan ruang maaf yang amat besar kepadanya. Karena Chairil sang pemberontak seperti bagian dari bangsa Indonesia yang pernah ada, dan terus dirindukan. ● EDISI KHUSUS MULAI HALAMAN 46



21 AGUSTUS 2016 |



| 31



Opini IDE SERAMPANGAN MENTERI MUHADJIR Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy melontarkan ide ”sekolah seharian”. Tanpa kajian, gagasan ini hanya bikin gaduh.



G



ANTI menteri ganti kebijakan, orang tua murid jadi



korban. Celotehan yang akrab di masa lalu yang sebenarnya sudah reda ternyata muncul lagi, bahkan langsung bikin gaduh. Adalah Profesor Muhadjir Effendy biang keladinya. Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini dipilih Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menggantikan Anies Baswedan. Belum sebulan, Muhadjir sudah menjadi bulan-bulanan dengan ide ”sekolah seharian”. Ia layak mendapat Piagam Muri sebagai ”menteri tercepat membuat gaduh”. Alasan Muhadjir untuk program ”sekolah seharian”—supaya keren disebut full day school—adalah mengakomodasi kesibukan orang tua murid yang bekerja sampai sore. Jika anak juga ada di sekolah sampai sore, orang tua bisa sekalian menjemput anaknya sepulang kerja. Anak lebih aman dari pengaruh negatif lantaran tak ada yang mengurus jika bersekolah separuh hari. Rupanya, menteri ini hidupnya selalu di kota. Alasan yang dipakai adalah problem orang kota. Di perdesaan, kehidupan keluarga ”masih normal”. Sepulang sekolah, murid masih dalam pengawasan keluarga. Mereka bisa bermain layang-layang, berlari di pematang sawah, menggembalakan kambing, atau ceburceburan di sungai. Anak-anak ini sesungguhnya belajar pada alam dan mencari ilmu di sana. Mereka, misalnya, berguru perihal tebing yang tak mudah longsor sepanjang pohon masih segar terpelihara atau bagaimana membentuk keseimbangan agar layang-layang bisa terbang tinggi. Konsep full day school sebenarnya juga bukan hal baru. Di kota besar sudah ada. Sekolah yang berembel-embel internasional semuanya full day school. Murid makan di sekolah, kantinnya luas, fasilitasnya bagus, berbagai kegiatan ekstra bisa dilakukan di sekolah. Namun bayarannya minta ampun mahalnya.



Apa sekolah seperti itu bisa diterapkan di perdesaan? Gedung sekolah di desa banyak yang memprihatinkan: atapnya bocor dan tiang-tiangnya keropos. Jumlah guru pun minim, meski kepala sekolah bisa mencari tambahan guru lewat ”guru pengabdian” dengan honor Rp 250 ribu sebulan yang diambil dari dana Bantuan Operasional Sekolah dengan sepengetahuan komite sekolah. Jikapun gurunya ada, bagaimana anak-anak (juga guru) bertahan seharian dengan fasilitas sekolah yang minim? Justru anak-anak malah lebih ingin cepat pulang agar lebih tenang belajar di rumah. Pesantren yang dikelola Nahdlatul Ulama dan di bawah Kementerian Agama sejatinya juga full day school. Begitu pula pasraman (pesantren ala Hindu), yang sudah dikukuhkan Kementerian Agama dua tahun lalu. Masalahnya, seberapa banyak orang tua murid yang ”menitipkan” anaknya di sana? Jadi ide Menteri Muhadjir itu sudah pasti sulit diterapkan secara nasional karena berbedanya kondisi, baik masalah budaya maupun demografi, di negeri yang luas ini. Lebih bijak jika full day school diserahkan ke sekolah swasta. Jikapun di sekolah negeri hendak diberlakukan, cobalah dikaji lebih jauh dan adakan sekolah percobaan. Perhitungkan faktor biaya, yang pasti lebih besar dibanding sekolah biasa, dan bagaimana kesenjangan antara ”sekolah seharian” dan sekolah normal kelak diatasi. Menteri Muhadjir semestinya meningkatkan mutu pendidikan lebih dulu—terutama di perdesaan—dengan mencukupi guru yang layak ketimbang buru-buru menerapkan ”sekolah seharian”. Perbaikan sekolah yang rusak tentu jauh lebih mendesak dikerjakan. Tanpa persiapan yang memadai, menerapkan full day school cuma bikin runyam. ”Sekolah seharian” itu malah bisa-bisa menjadi fool day school—sekolah yang membuat anak menjadi pandir akibat tak punya waktu bergaul dengan alam. ● BERITA TERKAIT DI HALAMAN 30



KORUPTOR TAK PERLU BELAS KASIHAN Syarat peringanan hukuman bagi koruptor hendak diperlunak. Menyepelekan persoalan korupsi.



P



ERILAKU Kementerian Hukum dan Hak Asasi Ma-



nusia menimbulkan pertanyaan: pemerintah ini memiliki komitmen antikorupsi atau tidak? Kalau mengikuti pernyataan Presiden Joko Widodo, juga para menteri, jawabnya ”ya”. Tapi tindak-tanduk kementerian ini malah mengarah ke hal sebaliknya. Ketika negara sedang susah dan hendak menggalakkan perang terhadap korupsi, mereka malah ingin memperlunak syarat pemberian remisi dan asimilasi bagi koruptor. Kementerian Hukum menganggap Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan melanggar hak koruptor. Padahal peraturan yang di-



32 |



| 21 AGUSTUS 2016



buat di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu sama sekali tidak menghilangkan hak terpidana kasus korupsi mendapatkan keringanan hukuman. Syaratnya saja yang diperberat, yakni mereka harus bersedia menjadi justice collaborator, sudah melunasi uang pengganti kerugian negara, dan berkelakuan baik selama ditahan. Memang, sejak aturan tersebut diberlakukan, banyak koruptor kesulitan mendapatkan remisi dan asimilasi. Tapi itu lantaran mereka cenderung menutup-nutupi perbuatannya. Kalau perlu, mereka lebih suka menyogok petugas dan pejabat untuk mendapatkan fasilitas dan keringanan hukuman secara ilegal. Padahal maksud dari persyaratan menjadi kolaborator sangat



baik, untuk membantu aparat hukum membongkar kasus korupsi hingga tuntas. Korupsi, apalagi dalam jumlah besar, biasanya melibatkan lebih dari satu orang dan berjejaring. Maka, kalau ada pelaku yang mau bekerja sama dengan aparat, upaya pemberantasan korupsi bisa lebih berhasil. Sekarang Kementerian Hukum ingin menghilangkan persyaratan justice collaborator. Niat tersebut tertuang dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan yang tengah mereka godok. Alasannya, menurut Direktur Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan, Karjono, PP Nomor 99 Tahun 2012 disusun dengan emosional, ”seperti orang yang lagi balas dendam”. Pernyataan Karjono ini menunjukkan sikapnya yang tidak peka terhadap penyakit ganas yang kronis dalam pemerintahan dan birokrasi kita itu. Dalil lain, syarat remisi dan asimilasi perlu diperlonggar karena jumlah tahanan sudah melampaui kapasitas lembaga pemasyarakatan. Menurut data Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, saat ini di seluruh Indonesia terdapat 198.132 tahanan dan narapidana. Kapasitas lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan hanya 118.969 orang. Tentu saja kondisi ini memprihatinkan, tapi



sangat picik berpikir membebaskan penjahat karena rumah tahanan penuh. Pemerintah mesti menghentikan ini. Koruptor tak perlu dikasihani. Rencana melimpahkan wewenang pemberian remisi hanya kepada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan juga jangan diteruskan. Sungguh celaka kalau lembaga seperti Komisi Pemberantasan Korupsi tidak dilibatkan dalam keputusan pemberian keringanan hukuman. Koruptor akan semakin nyaman. Bukan rahasia lagi, penjahat korupsi justru mendapat berbagai kemudahan dan fasilitas dari pengelola lembaga pemasyarakatan. Barangkali Kementerian Hukum perlu kembali diingatkan bahwa korupsi merupakan kejahatan berat. Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Resolusi Nomor 58/4 Tahun 2003 mewajibkan negara-negara memeranginya. Sebab, mencuri uang publik sama saja dengan merampas hak warga negara untuk mendapatkan jaminan pendidikan, kesehatan, dan fasilitas publik yang memadai. Jangan sampai pejabat publik malah kian enteng menggarong uang negara lantaran hukumannya ringan dan mereka dengan mudah bisa bebas. ● BERITA TERKAIT DI HALAMAN 212



GUNTING TAJAM SRI MULYANI Menteri Keuangan Sri Mulyani mengusulkan pemangkasan anggaran belanja Rp 133,8 triliun. Pusat dan daerah ikut menanggung.



P



ERSETUJUAN Presiden Joko Widodo atas renca-



na Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memangkas anggaran belanja negara merupakan keputusan tepat untuk mencegah ekonomi kita kolaps. Penghematan merupakan pilihan paling rasional. Selain bisa segera dijalankan, opsi itu lebih baik ketimbang pemerintah harus mengajukan revisi bujet melalui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan. Pemerintah memang harus realistis. Rendahnya penerimaan pajak merupakan sinyal belum pulihnya ekonomi Indonesia—dan ekonomi global. Selama enam bulan pertama tahun ini, penerimaan pajak Rp 458,2 triliun atau hanya 33,7 persen dari target 2016. Melesetnya penerimaan pajak ini akibat rendahnya harga minyak, juga belum pulihnya aktivitas perdagangan ekspor-impor. Presiden Joko Widodo sebenarnya sudah memotong anggaran ketika pada Mei lalu meneken Instruksi Presiden Nomor 4. Instruksi ini memangkas APBN 2016 sampai Rp 50 triliun—2,4 persen dari total belanja. Namun Sri Mulyani, yang dilantik menjadi Menteri Keuangan pada akhir Juli lalu, menilai pengurangan itu tak cukup setelah melihat realisasi penerimaan pajak. Ia mengusulkan pemangkasan yang lebih besar, yakni Rp 133,8 triliun— 6,4 persen dari total anggaran. Proyeksi penerimaan pajak sebagai sumber utama anggaran memang cukup mengkhawatirkan. Kementerian Keuangan memperkirakan target pajak hanya akan tercapai 84 persen atau minus Rp 218 triliun. Program pengampunan pajak (tax amnesty) yang antara lain dimaksudkan untuk menambal lubang APBN-P 2016 ada kemungkinan meleset dari target sebesar Rp 165 triliun. Bank Indonesia bahkan menghitung tax amnesty hanya akan mendatangkan penerimaan Rp 53,4 triliun.



Untuk menjaga agar defisit anggaran tak melebihi tiga persen— angka maksimal yang diizinkan undang-undang—pemerintah harus menambalnya. Hanya ada dua pilihan yang masuk akal untuk menutup defisit tersebut, yakni menambah utang atau memangkas anggaran. Kendati utang pemerintah masih dalam batas ”aman”—di bawah 30 persen terhadap produk domestik bruto—seyogianya pemerintah tidak menambah utang. Karena itu, walaupun menyakitkan banyak pihak, pemangkasan anggaran merupakan langkah tepat. Memang ada risiko. Program pengetatan Menteri Sri Mulyani ini imbasnya akan mengenai banyak pihak, baik di pusat maupun daerah. Anggaran pemerintah pusat dipotong Rp 65 triliun, sedangkan dana transfer daerah disunat hampir Rp 69 triliun. Hanya anggaran infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan yang dipertahankan. Keterlibatan segenap pemimpin negeri ini sangat diperlukan dalam program penghematan itu. Mereka harus memiliki sense of urgency tidak hanya dalam wacana, tapi juga tindakan. Presiden dan wakilnya, para menteri, serta pemimpin lembaga pemerintah atau lembaga negara harus memberi contoh dengan mengurangi perjalanan dinas dan kegiatan seremonial. Presiden, misalnya, perlu menghemat peninjauan ke proyek pemerintah pusat seperti yang selama ini sering dilakukannya. Monitoring cukup dilakukan lewat sarana telekomunikasi, yang tentu lebih murah. Ekonomi dunia masih belum akan pulih sepenuhnya. Dana Moneter Internasional pada April lalu mengoreksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,4 persen menjadi 3,2 persen. Salah satu indikasinya adalah masih rendahnya harga sejumlah komoditas—yang justru merupakan andalan penerimaan Indonesia. Ketatnya ekonomi Indonesia tampaknya masih belum segera berakhir. ● BERITA TERKAIT DI HALAMAN 236



21 AGUSTUS 2016 |



| 33



NASIONAL TEROR DI BATAM



KETIKA GONGGONG MENYASAR MARINA



L



UBANG bekas dobrakan masih menganga pada bagian tengah pintu rumah berbahan papan lapis di Perumahan Mediterania, Batam Centre, Kota Batam, Selasa pekan lalu. Rumah di Blok FF1 Nomor 9 ini lengang. Pita kuning segel polisi melintang di pintu dan pagarnya. Beberapa lembar pakaian anak-anak dan orang dewasa berjejer di jemuran. Itulah rumah Gigih Rahmat Dewa, 31 tahun, yang ditangkap anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian RI dengan tuduhan terlibat terorisme pada Jumat dua pekan lalu. Penyergapan pada pukul 08.30 itu sungguh mengejutkan Kasiman, Ketua Rukun Warga 8, Kelurahan Baloi Permai, Kecamatan Batam. Seorang polisi tibatiba meminta ia menjadi saksi penggeledahan. Kasiman patuh, bergegas ke rumah Gigih. Tak berapa lama, puluhan polisi dari Densus 88 dan Satuan Gegana Brigade Mobil Kepolisian Daerah Riau tiba dengan iring-iringan mobil. ”Mereka menyebar dan menutup jalan menuju rumah Gigih,” kata Kasiman, Selasa pekan lalu. Beberapa anggota Densus 88 menyuruh warga perumahan masuk ke rumah masing-masing. ”Kami kaget, kok, banyak polisi menenteng senjata laras panjang,” ujar Rifki, tetangga Gigih. Mereka hanya 34 |



| 21 AGUSTUS 2016



mengintip kegiatan Densus 88 dari balik jendela. Penggeledahan rumah Gigih dimulai. Sebelum anggota Densus 88 dan Kasiman, seorang anggota Gegana berpakaian khusus penjinak bom masuk ke rumah Gigih. Polisi menangkap Gigih karena meyakini dia pemimpin jaringan teroris Kelompok Batam atau Kelompok Gigih Rahmat Dewa. Polisi juga menjulukinya Khitabah Gonggong Rebus. Gonggong atau kerang laut rebus merupakan makanan khas Batam. Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan kelompok ini hendak menyerang Marina Bay di Singapura, yang berhadapan dengan Batam. Jarak pantai Batam-Marina Bay sekitar 25 kilometer. Menurut Tito, kelompok ini berencana menggunakan semacam roket untuk menyerang Marina. Perintah memakai roket datang langsung dari Bahrun Naim, petinggi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Indonesia. Namun, karena belum menemukan roket, mereka mencari peralatan untuk membuatnya. ”Perintahnya mencari dan membuat sendiri,” katanya. Hingga tertangkap, Gonggong belum berhasil menemukan bahan-bahan pembuat roket. Di sejumlah tempat kejadian, petugas Densus tidak menemukan barang bukti. ”Baru sebatas rencana, belum tere-



alisasi,” ujar Tito. Marina Bay merupakan kawasan hiburan terpadu mewah yang meliputi antara lain hotel, kasino, dan pusat belanja. Rencana penyerangan jaringan Gigih terungkap dari komunikasi mereka melalui Facebook dan aplikasi pesan LINE dengan Bahrun Naim. Kini Bahrun diduga berada di wilayah Suriah. ”Mereka berhubungan langsung dengan Bahrun Naim, yang telah bergabung ke ISIS,” kata Tito. Gigih bersama lima anggota jaringannya ditangkap pada hari yang sama di sejumlah tempat di Batam. Trio Syafrido, 46 tahun, pegawai bank, ditangkap di Ja-



ANTARA/M N KANWA



Enam orang ditangkap karena dicurigai menyiapkan serangan teror di Batam dan Singapura. Terhubung dengan Bahrun Naim.



lan Tengku Umar, Nagoya. Eka Saputra, 33 tahun, pegawai pabrik, digerebek di Perumahan Cluster Sakura, Batam Centre. Sedangkan Tarmidzi, 21 tahun, buruh pabrik, ditangkap di depan pabrik Panasonic di Jalan Laksamana Bintan, Batam Centre. Hadi Gusti Yanda, 20 tahun, buruh pabrik, dan Muhammad Tegar Sucianto, 20 tahun, yang juga buruh pabrik, ditangkap secara bersamaan di Jalan Brigjen Katamso, Batu Aji. Menurut Kasiman, Densus 88 memeriksa semua barang, termasuk lemari dan laci rumah Gigih. Setiap sudut juga diperiksa. Penggeledahan itu berlangsung 40



menit. Kasiman melihat beberapa barang disita, di antaranya kartu keluarga, buku tabungan, buku nikah, serta paspor milik Gigih, istri, dan anaknya. Densus 88 juga menyita satu kamera DSLR dan panah. ”Panah itu ditemukan di lantai kamar,” ujar Kasiman. Kasiman tak menyangka Gigih menjadi anggota jaringan terorisme. Menurut dia, sebelum menetap di Blok FF1 bersama istri dan anaknya, Gigih tinggal dengan kakaknya di Blok GG di perumahan yang sama. Dalam setiap kegiatan gotong-royong, Gigih selalu hadir. Dia pun taat beribadah. Belakangan, sejak tinggal di Blok FF1, Gi-



Personel Densus 88 menyita barang bukti berupa senjata laras panjang di Perumahan Cluster Sakura, Botania, Batam. gih jarang ikut gotong-royong dan pengajian warga perumahan. ”Mungkin sibuk di kantor,” kata Rifki, tetangga Gigih. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Agus Rianto mengatakan Gigih akan menyerang Singapura menggunakan roket dari Batam atas perintah Bahrun Naim. Kelompok ini juga memiliki tempat berlatih militer di kawasan Nongsa, Batam. Gigih diduga pernah



21 AGUSTUS 2016 |



| 35



NASIONAL TEROR DI BATAM



JEJAK JEJAK TEROR



SINGAPURA



BATAM



PEMBERI PERINTAH DARI SURIAH PETINGGI Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) asal Indonesia, Bahrun Naim, dituding sebagai otak di balik rencana serangan kelompok Gonggong Rebus ke Marina Bay, Singapura. Lelaki yang bermukim di Suriah ini disebut-sebut memerintahkan serangan itu melalui pesan Facebook dan LINE kepada pemimpin kelompok tersebut, Gigih Rahmat Dewa. Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian RI mengendus komunikasi mereka. Nama: Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo alias Bahrun Naim alias Bahrun alias Abu Rayyan alias Abu Aisyah



Rumah Gigih di Perumahan Mediterania Blok FF1 Nomor 9, Batam Centre.



pada November tahun lalu. Dwi Djoko diduga berangkat ke Turki dari Singapura, lalu menyeberang ke Suriah. Penangkapan Gigih mengejutkan Ita, istrinya. Kepada Tempo, Ita mengatakan suaminya ditangkap ketika dalam perjalanan ke kantor, yang baru diketahui belakangan, dari berita di Internet, sekitar pukul 10.00. Ia membantah tuduhan bahwa suaminya terlibat terorisme. Pegawai Information Technology Centre di kawasan Batam Centre itu menyatakan kehidupan mereka biasa-biasa saja. Ibunda seorang bocah yang sedang hamil tujuh bulan ini menyatakan tak kenal dengan lima orang lain yang ditangkap bersama suaminya. Menurut dia, Gigih punya banyak teman, tapi ia tak kenal satu per satu. ”Saya khawatir terhadap suami saya. Semoga baik-baik saja,” kata Ita.



Tempat dan tanggal lahir: Pekalongan, 6 September 1983 Alamat kontrakan: Jalan Kali Sampang RT 02 RW 03, Kampung Mertodranan, Kelurahan Pasar Kliwon, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta Alamat berdasarkan KTP: RT 01 RW 01, Sangkrah, Kota Surakarta Pendidikan: Lulusan Program Diploma III Teknik Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Solo, 2005 Murid Aman Abdurrahman: Bahrun adalah murid setia Aman Abdurrahman, imam kelompok Tauhid Wal Jihad yang telah berbaiat ke ISIS. Aman mendekam di penjara Kembang Kuning, Nusakambangan, karena terlibat pelatihan militer di Jalin, Jantho, Aceh Besar, pada 2010. Polisi menyatakan Bahrun pergi ke wilayah ISIS di Suriah pada Februari 2014 dan menetap di sana .



● SUNUDYANTORO, REZKI ALVIONITASARI (JAKARTA), ANWAR (BATAM) NASKAH: SUNUDYANTORO, SUMBER: PDAT



36 |



| 21 AGUSTUS 2016



Dihukum 2 tahun 6 bulan penjara karena menyimpan barang titipan 533 butir peluru laras panjang 7,62 mm dan 31 butir peluru senjata kaliber 9 mm. Amunisi itu diperoleh dari Purnama Putra alias Ipung alias Usamah alias Rizky yang dititipkan ketika jaringan Noor Din M. Top masih kuat. Ipung adalah perantara Abdullah Sunata dengan Jamaah Islamiyah dan kerap bertemu dengan Noor Din. Mengunggah video ketua kelompok jaringan Mujahidin Indonesia Timur, Santoso, pada November 2015. Dalam video berdurasi 9 menit 34 detik itu, Santoso menyatakan mengincar Kepolisian Daerah Metro Jaya. Salah satu anggota jaringannya, Arif Hidayatullah, ditangkap di Bekasi pada Desember 2015 karena diduga menyiapkan serangkaian teror di pengujung tahun. Sebelum bom Thamrin pada 14 Januari lalu, Bahrun mempublikasikan tulisannya di blog Bahrunnaim.co dan di SoundCloud tentang cara membuat bom serta menyiapkan serangan seperti di Paris pada November 2015. Nur Rohman, pelaku peledakan bom bunuh diri Markas Kepolisian Resor Solo, Jawa Tengah, 5 Juli 2016, merupakan anggota jaringan Bahrun.



TEMPO/ANWAR, ANTARA/DOK SOLOPOS/DWI PRASETYA



menampung dua anggota jaringan teroris yang berasal dari Uighur di wilayah Republik Rakyat Cina, Doni dan Ali. Doni dideportasi ke negaranya, sedangkan Ali ditangkap di Bekasi pada akhir 2015. ”Dia termasuk dalam tiga orang yang ditangkap saat itu,” tutur Agus. Salah satunya Arif Hidayatullah alias Abu Mushab. Saat penangkapan di Bekasi, polisi menemukan banyak bahan untuk merakit bom dan buku cara membuat bom. Peran lain Gigih adalah menjadi fasilitator untuk orang yang ingin bergabung dengan kelompok radikal di Suriah melalui Turki. Polisi menuding Gigih membantu Dwi Djoko Wiwoho, pejabat Badan Pengusahaan Batam, yang bergabung dengan ISIS



NASIONAL PROYEK FIKTIF DI KEMENTERIAN DESA



MAIN PROYEK PEJABAT LAMA Seorang pejabat di Kementerian Desa terindikasi memainkan sejumlah proyek dan menerima komisi di muka. Ada bukti pengiriman uang.



E



KO Putro Sandjojo tidak bisa



38 |



| 21 AGUSTUS 2016



1. Ahmad Imam Sukri. 2. Syaiful Huda. 3. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo.



ral Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Gunalan. Menurut seorang pejabat di Kementerian Desa, Gunalan merupakan orang kepercayaan Ogy, yang sudah dilaporkan ke pihak Inspektorat menggarap sejumlah proyek fiktif. Gunalan, kata pejabat itu, kerap mengumpulkan pejabat daerah untuk membicarakan pengadaan proyek pembangunan fisik, seperti jalan dan jembatan, di daerah-daerah. Bersama para pejabat daerah, dia membahas kemungkinan alo-



DOK. PRIBADI, SEKOLAHDESA.OR.ID,



nya kisruh seleksi dan penempatan pejabat Kementerian yang diduga sarat prakmenyembunyikan kegusarantek jual-beli jabatan serta dugaan keternya. Dahi Menteri Desa, Pemlibatan sejumlah anggota staf khususbangunan Daerah Tertinggal, nya dalam permainan proyek. Sejumlah dan Transmigrasi itu langsung ”orang dalam” Kementerian Desa malah berkerut saat Tempo menunjukkan sejumsempat membuat surat rahasia kepada lah bukti dokumen dan transfer dana duPresiden Joko Widodo tentang praktek gegaan sejumlah proyek fiktif di kementerilap tersebut. annya. Saya belum mendapat laporSampai pekan lalu, Eko tidak an ini, tolong Irjen (Inspektur banyak merombak jajaran di Jenderal) dicatat,” ujarnya debawahnya. Tiga anggota staf ngan suara meninggi, Kamis khusus Marwan masih didua pekan lalu. pertahankan, yakni SyaiSugito, Inspektur Jendeful Huda, Ogy Sugiono, dan ral Kementerian Desa, menAhmad Imam Sukri. Ketigajawab singkat perintah Eko. nya politikus PKB. Maret lalu, ”Siap, Pak,” katanya beberaPerwakilan Aparatur Negara Kepa kali. Kepada Tempo, Sugito (1) menterian Desa mengirimkan surat mengatakan sudah menyelidiki lakepada Presiden Joko Widodo yang berisi poran dugaan proyek fiktif tersebut. Natudingan adanya permainan anggota staf mun dia tidak menjawab ketika ditanyakhusus yang mengatur proyek di Kemenkan apakah praktek gelap itu sudah dilaterian Desa. Dalam lima lembar surat itu porkan ke Menteri. ”Sedang kami teludisebutkan, antara lain, staf khusus mensuri,” ujarnya. teri ikut mengendalikan proyek dengan Pada akhir Juli lalu, Presiden Joko Widocara mengatur tender sejak awal. Modusdo memasukkan nama Eko ke kabinet hanya, perusahaan yang ingin menang sil perombakan kedua. Eko mengisi harus memberi fee kepada mekursi yang sebelumnya diduduki reka 12,5-20 persen dari nilai Marwan Jafar, sejawat Eko di proyek, yang disetorkan di Partai Kebangkitan Bangmuka. sa. Dalam hampir setiap raOgy Sugiono, menurut sepat, setelah dilantik sebagai orang pejabat di KementeMenteri Desa, Eko mengarian Desa, paling getol datakan ia mewanti-wanti jalam urusan ini. Namun, kepajaran di bawahnya agar tidak da Tempo, Maret lalu, Ogy memmenghalalkan segala cara untuk (2) bantah tuduhan itu. ”Tidak benar meraup keuntungan pribadi ketika tuduhan itu,” ujarnya. Marwan Jafar bermenjalankan tugas. ”Jangan sampai ada ulang kali membantah ada praktek gelap yang mau naik pangkat atau cari proyek, yang dilakukan staf khususnya. lalu menjual nama saya,” ujarnya. Selain staf khusus, pejabat eselon I dan Eko tidak ingin mengulang sejumlah keII di era Marwan tidak banyak digeser. Sajadian di era pendahulunya. Ketika Marlah satunya Direktur Pembangunan Sarawan menjabat Menteri Desa, sejumlah na dan Prasarana Desa Direktorat Jendepersoalan mencuat ke publik. Di antara-



TEMPO/DHEMAS REVIYANTO



(3) kasi anggaran Kementerian untuk pembangunan fisik di daerah, tidak terkecuali untuk tahun ini. ”Perencanaan anggaran ada di awal dan pertengahan tahun,” ujarnya. ”Saat itulah dia mengumpulkan orang dari daerah.” Pejabat yang terlibat dalam pembahasan proyek ini mengatakan Gunalan sudah melakukan praktek itu sejak akhir 2014, setelah terpilih menjadi Direktur Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa. Terakhir, Gunalan mengumpulkan puluhan pejabat daerah di Jakarta pada FebruariMaret lalu. Dalam setiap pertemuan dengan para pejabat daerah, Gunalan menawarkan pengadaan proyek pembangunan di daerah-daerah itu. Menurut dia, sang direktur jugalah yang memilih perusaha-



an rekanan untuk menggarap proyek. Jika daerah tertarik, Gunalan berjanji mengegolkan proyek itu beserta alokasi anggaran yang dibutuhkan. Syaratnya, pejabat daerah menyetorkan sejumlah uang sebagai uang muka yang bakal diberikan ke perusahaan rekanan. Besar setoran bervariasi, tergantung jenis pekerjaan proyek. ”Angkanya bisa mencapai 15 persen dari nilai total proyek,” katanya. Lewat cara itulah Gunalan diduga mengelabui hampir 122 kabupaten tertinggal yang tertarik pada proyek yang dia tawarkan. Seorang pejabat di wilayah Indonesia timur mengaku pernah diundang Gunalan ke Jakarta untuk membahas perencanaan anggaran Kementerian Desa dan pengadaan proyek pembangunan fisik di



daerahnya. Dia mengaku telah menyetorkan hampir Rp 150 juta untuk Gunalan. ”Uang diberikan sebelum proyek berjalan,” ujarnya. Tempo memperoleh salinan percakapan surat elektronik sang pejabat yang meminta agar uang yang telah disetorkan dikembalikan lagi. Dari sejumlah dokumen dan bukti transfer pengiriman uang yang salinannya diperoleh Tempo, total uang yang diterima Gunalan dari para pejabat daerah tercatat senilai Rp 748 juta. Uang itu dipakai untuk sejumlah kebutuhan pribadi, seperti sumbangan buat salah satu organisasi kemasyarakatan di Jombang sebesar Rp 100 juta dan setoran tunai ke sejumlah nama di beberapa daerah yang nilainya mencapai lebih dari Rp 200 juta. Salah sa-



21 AGUSTUS 2016 |



| 39



NASIONAL PROYEK FIKTIF DI KEMENTERIAN DESA



tunya sumbangan Rp 40 juta untuk seseorang bernama Icha di Makassar. Gunalan juga menggunakan duit itu buat membeli telepon seluler istrinya senilai Rp 14 juta dan memberikan uang tunai Rp 20 juta untuk istrinya. Selain itu, setoran daerah dipakai Gunalan untuk membiayainya menginap di sejumlah hotel. Tercatat ada uang yang digelontorkan buat biaya menginap di Hotel Kaisar, Jakarta, sebesar Rp 40 juta, Hotel Novotel Lampung Rp 1 juta, serta Grand Manhattan, Borobudur, Jakarta, sebanyak



tiga kali, masing-masing Rp 55 juta, Rp 79 juta, dan Rp 17 juta. Inspektur Jenderal Kementerian Desa Sugito tidak menyangkal ketika Tempo memperlihatkan data bukti dugaan permainan Gunalan. ”Kami sedang menelusuri,” katanya. Ketika ditemui Rabu pekan lalu, Gunalan menyangkal semuanya. ”Tidak ada itu,” ujarnya. Menurut dia, bukan kewenangannya mengumpulkan pejabat dae-



rah untuk membahas perencanaan anggaran dan pengadaan proyek pembangunan. ”Itu bukan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) saya.” Ogy Sugiono menyatakan justru dialah yang melaporkan penyimpangan Gunalan ke Inspektorat Jenderal. ”Saya tak pernah ada urusan proyek dengan Gunalan,” katanya. ”Saya enggak ngurusin proyek.” ● PRIHANDOKO, ANTON APRIANTO



INI TUDUHAN GILA



D



IREKTUR Pembangunan Sa-



rana dan Prasarana Desa Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Gunalan, menyangkal pernah membuat proyek fiktif dan menerima setoran dari pejabat daerah. Dalam wawancara dengan Prihandoko dari Tempo pada Rabu pekan lalu, dia mengaku sudah menjelaskan semua tuduhan kepada atasannya.



Anda disebut-sebut kerap mengumpulkan pejabat daerah dan menawarkan proyek. Mengumpulkan pemerintah daerah dalam rangka koordinasi program memang tugas kami. Misalnya, kami kumpulkan sekretaris badan pemberdayaan masyarakat desa untuk penyiapan data desa online. Kami undang secara resmi. Tapi mengumpulkan pejabat daerah dalam konteks yang lain itu tidak ada sama sekali. Kami hanya mengumpulkan mereka untuk membahas program, bukan yang aneh-aneh. Tidak ada sama sekali pembahasan tentang perencanaan anggaran. Pertemuan dengan pemerintah daerah dilakukan secara berkala? Tidak. Dikumpulkan berdasarkan program yang sedang dijalankan. Misalnya program membangun air bersih berbasis partisipasi masyarakat. Kalau kami susun sendiri, tentu tak implementatif. Butuh support teman-teman daerah. Karena itu, mereka kami undang bertemu di Kementerian atau hotel. Jumlah kabupaten yang diundang bervariasi, antara



40 |



| 21 AGUSTUS 2016



30 dan 100 kabupaten. Terakhir, tiga pekan lalu, kami kumpulkan mereka di Hotel Acacia, Jakarta. Ada kabar Anda meminta setoran kepada pejabat daerah dan menjanjikan mereka mendapat proyek. Tidak ada itu. Perencanaan anggaran itu dari Biro Perencanaan. Kami hanya mengumpulkan pemerintah daerah terkait dengan program yang sudah ada dan perlu disinkronisasi. Saya tidak pernah meminta uang ke daerah. Kalaupun ada, mungkin ada orang yang menjual nama saya. Yang seperti itu mungkin banyak berkeliaran di Kementerian Desa. Saya tidak tahu siapa. Kan, banyak pejabat yang dijual namanya untuk sebuah proyek. Bukan cuma di sini. Kami memiliki salinan dokumen transfer bank dan bukti pengeluaran uang dari setoran pejabat daerah yang nilainya ratusan juta dan digunakan untuk keperluan pribadi. Tidak ada. Saya kaget disebut terima Rp 700 juta. Berdasarkan dokumen kami, Anda menyetorkan uang ke sejumlah orang. Wah, ini (tuduhan) lebih gila lagi. Haha-ha…. Tidak ada itu. Bagaimana hubungan Anda dengan Ogy Sugiono? Staf khusus kan bagian dari struktur kementerian. Saya berkoordinasi dengan Mas Sugiono itu hal biasa. Saya juga berkoordinasi dengan semua anggota staf khusus yang terkait dengan program, misalnya tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk mempercepat serapan anggaran. Tidak ada koordinasi dalam konteks negatif. ●



TEMPO/EKO SISWONO TOYUDHO, DOK PRIBADI



GUNALAN, DIREKTUR PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA DESA:



NASIONAL CALON WAKIL KAPOLRI



POSISI BARU MANTAN AJUDAN Komisaris Jenderal Syafruddin disebut-sebut calon kuat Wakil Kepala Kepolisian RI. Menunggu Budi Gunawan pindah posisi.



N



DOK TEMPOR/MARIFKA WAHYU HIDAYAT



ETA S. Pane bergegas ke



rumah dinas Kepala Lembaga Pendidikan Polri Komisaris Jenderal Syafruddin di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa pekan lalu. Lewat telepon, Ketua Presidium Indonesia Police Watch itu diundang berdiskusi. Selama hampir satu jam keduanya asyik berbincang tentang sejumlah kabar, termasuk penunjukan Syafruddin sebagai Wakil Kepala Polri. ”Saya dimintai masukan soal kepolisian,” kata Neta, Rabu pekan lalu. Syafruddin, 55 tahun, mengakui ada perbincangan dengan Neta S. Pane. Hanya, dia mengatakan pokok pembicaraan mereka terkait dengan soliditas Polri. ”Saya meminta beliau menjaga pernyataan di media massa,” ujarnya. Posisi baru untuk mantan ajudan Wakil Presiden Jusuf Kalla itu santer beredar dalam beberapa pekan terakhir. Kabar ini menguat saat muncul wacana penunjukan Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala Badan Intelijen Negara. Neta menuturkan, kabar ini berembus kencang di Trunojoyo sejak sebelum Lebaran. Apalagi dia mendengar soal telah digelarnya rapat Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi Polri. ”Telegram Kapolri keluar setelah Budi Gunawan resmi ditunjuk sebagai Kepala BIN,” kata Neta. Syafruddin lulusan Akademi Kepolisian 1985. Selepas menjadi ajudan Jusuf Kalla, dia menempati sejumlah posisi, dari Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sumate-



ra Utara, Kepala Polda Kalimantan Selatan, Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri, hingga terakhir sebagai Kepala Lembaga Pendidikan Polri. Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan menolak berkomentar tentang keputusan Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi. ”Saya tak berwenang membicarakannya,” ujarnya. Adapun Syafruddin memastikan belum ada pembicaraan apa pun soal ini. ”Kami mesti menghormati Pak Budi Gunawan,” katanya. Di Dewan Perwakilan Rakyat, pergantian Wakil Kepala Polri telah ramai dibicarakan. Lagi-lagi pemicunya perpindahan Budi Gunawan ke BIN. Politikus PDI Perjuangan, Trimedya Panjaitan, menyebutkan pernah menanyakan soal ini kepada Budi. Jawabannya, kata Trimedya, Budi memilih menunggu keputusan Presiden. Wakil Ketua Komisi Hukum DPR Desmond J. Mahesa juga mengetahui kabar bakal ditunjuknya Budi sebagai pemimpin lembaga telik sandi. ”Kalau iya, posisi Wakapolri bakal kosong,” ujar Desmond. Selain Syafruddin, nama yang disebutsebut memiliki peluang menjadi orang nomor dua di korps Bhayangkara adalah Inspektur Jenderal Lutfi Lubihanto. Lutfi kerap disebut dekat dengan Presiden Joko Widodo. Saat Jokowi menjadi Wali Kota Solo, Lutfi menjabat Kepala Kepolisian Resor Kota Surakarta. Dia juga berdinas di se-



Komisaris Jenderal Syafruddin (tengah) di Gedung Rupatama Markas Besar Polri, Jakarta. jumlah wilayah di Jawa Tengah sejak 2000 hingga 2008. Dia pernah pula bertugas sebagai Kepala Polda Jambi. Sejak Desember tahun lalu, Lutfi menjadi Wakil Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri. Desmond dan Trimedya lebih mendukung Syafruddin. Menurut Desmond, calon Wakil Kepala Polri sebaiknya dari perwira bintang tiga. Politikus Partai Gerindra ini beralasan, pemilihan perwira senior itu untuk menjaga regenerasi. Kata dia, Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian, yang berasal dari angkatan 1987, mesti didampingi perwira tinggi yang bisa menjadi jembatan semua angkatan. ”Syafruddin diterima semua kalangan,” ujar Desmond. Sebaliknya, dia mengatakan Lutfi, 55 tahun, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya, perwira tinggi lulusan Akademi Kepolisian 1984 ini tak pernah memimpin kepolisian daerah tipe A dan tidak mempunyai spesialisasi dalam perjalanan kariernya. Satu-satunya kelebihan Lutfi, menurut Desmond, dia dianggap dekat dengan Presiden Joko Widodo. Lutfi memilih irit bicara soal pencalonannya. ”Apa pun keputusan Kapolri dan Presiden, saya bakal patuh,” kata Lutfi. ● WAYAN AGUS PURNOMO



21 AGUSTUS 2016 |



| 41



NASIONAL REKLAMASI PULAU G



NAPAS BARU PENGEMBANG PULAU G Luhut Binsar Pandjaitan membuka peluang melanjutkan proyek reklamasi Pulau G. Potensi kerusakan lingkungan menjadi catatan penting.



O



PTIMISME soal kelanjut-



an proyek reklamasi Pulau G kembali menyeruak dalam rapat tim Komite Gabungan Reklamasi pada Jumat dua pekan lalu. Dalam rapat yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman yang baru, Luhut Binsar Pandjaitan, itu semua tim di dalam Komite Gabungan diminta melakukan paparan ulang. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Brahmantya Satyamurti Poerwadi, yang hadir dalam pertemuan itu, mengatakan terlalu prematur jika kesimpulan rapat dikaitkan dengan keputusan membatalkan rekomendasi penghentian permanen reklamasi Pulau G. “Baru paparan data. Pak Luhut minta dijelaskan fakta di lapangan seperti apa,” ujar Brahmantya, Rabu pekan lalu. Seorang peserta rapat mengatakan Luhut sempat menyampaikan pentingnya melanjutkan komitmen investasi dalam reklamasi Pulau G. Alasannya, pemerintah tengah getol menggenjot investasi.



42 |



| 21 AGUSTUS 2016



Selain itu, dia meminta Komite Gabungan mencari solusi atas serangkaian masalah yang menghambat reklamasi Pulau G, baik dari aspek teknis, hukum, maupun lingkungan, bukan justru menghentikan proyek yang digadang-gadang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu. Setelah menggantikan Rizal Ramli sebagai Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut akan meninjau penghentian proyek reklamasi Pulau G. Akhir Juni lalu, sebelum dicopot, Rizal Ramli mengumumkan penghentian pembuatan Pulau G secara permanen. Rizal mengklaim keputusan dibuat berdasarkan rekomendasi Komite Gabungan yang terdiri atas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kementerian Koordinator Kemaritiman. Rizal membatalkan reklamasi lantaran Pulau G memberikan dampak lingkungan dan sosial di wilayah itu. Proyek ini bahkan dikategorikan sebagai pelanggaran berat karena berada di atas jaringan kabel listrik milik PT PLN. Keberadaan pipa gas milik PT Pertamina juga menjadi alasan



mengapa reklamasi Pulau G dihentikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan menjadi salah satu pihak yang paling ngotot agar reklamasi dihentikan. Alasannya, jika reklamasi dilanjutkan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beserta pengembang, PT Muara Wisesa Samudra, belum dapat memberikan jalan keluar atas sejumlah potensi pencemaran lingkungan, seperti rusaknya biota laut, serta nasib nelayan di sekitar Pulau G. Jarak pulau ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap Muara Karang, yang tak lebih dari 300 meter, serta adanya pipa gas milik Pertamina menjadi hambatan yang tak kunjung terselesaikan. “Catatan dari kami tetap. Tentu harus dicarikan solusi,” kata Brahmantya. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai pemegang izin lingkungan dengan tegas menyatakan reklamasi untuk Pulau G hanya bisa dilakukan setelah pengembang merevisi dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (amdal). Meskipun akhirnya Kementerian Koordinator Kemaritiman merevisi keputusan sebelumnya, proyek tidak bisa berlanjut selama dokumen lingkungan belum mendapat persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup. “Rekomendasi boleh saja, menjadi input untuk pengambilan keputusan. Tapi di ujung akan dikeluarkan pemberi izin,” ujar Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup Rasio Ridho Sani. Syarat yang harus dipenuhi pengembang antara lain pulau mesti dibangun terpisah. Jika tidak demikian, akan ada sedimentasi sehingga nelayan harus mengubah rutenya. Pipa gas milik Pertamina serta lokasi PLTU yang terlalu dekat juga menjadi catatan khusus bagi pengembang. “Kami minta pengembang mencari solusi dengan PLN dan Pertamina, yang lalu disertakan di dalam dokumen amdal yang direvisi,” kata Rasio. “Jika itu tidak dipenuhi, kami dapat mencabut izin pengembang di Pulau G.” Luhut Pandjaitan masih bungkam tentang kelanjutan proyek reklamasi Pulau G. Dia mengaku masih membutuhkan waktu untuk melakukan kajian menyeluruh. “Lagi kami teliti, benar atau tidak isu yang beredar,” ujarnya. ● ANANDA TERESIA, DIKO OKTARA



TEMPO/SUBEKTI



Area reklamasi Pulau G, Muara Angke, Jakarta.



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN



MENDIKBUD Prof. Dr. Muhadjir Effendy menyemangati siswa siswi SMK Muhammadiyah 1 Imogiri Bantul Yogyakarta dengan mencoba mobil hibrid berbahan bakar bensin dan tenaga matahari karya mereka didampingi Direktur Pembinaan SMK, Mustaghfirin Amin, Rabu 10 Agustus 2016



SMK SIAP PENUHI KEBUTUHAN INDUSTRI



S



eiring pertumbuhan ekonomi Indonesia, kebutuhan tenaga kerja yang siap terjun kesektor industri akan semakin tinggi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membaca ini sebagai peluang besar bagi lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). SMK pun dituntut melahirkan lulusan-lulusan yang siap memenuhi kebutuhan itu. Direktur Pembinaan SMK (PSMK), Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Mustaghfirin Amin mengatakansetiap lulusan SMK memiliki kompetensi yang dibutuhkan berbagai sektor industri. “Kami memperbaikikualitas lulusan dengan penyelarasan dan harmonisasi paket keahlian di SMK dengan kebutuhan



INFORIAL



industri. Selain hard skill (pengetahuan akademik dan keterampilan), para lulusan SMK juga sudah dibekali dengan soft skill (karakter),” katanya. Setiap tahun, ada jutaan lulusan sekolah menengah pertama (SMP) yang siap melanjutkan pendidikan. Mereka memiliki dua pilihan. Pertama, memasuki jalur akademik ke sekolah menengah atas (SMA) untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kedua, jalur keahlian ke SMK untuk langsung terjun ke dunia kerja. Sebagian dari lulusan SMP itu tentu akan memilih SMK. Saat ini jumlah siswa dan siswi SMK se-Indonesia mencapai 4,4 juta siswa. Terdapat 13 ribu SMK yang tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai kejuruan. Slogan SMK Hebat yang diusung saat ini, kata Mustaghfirin, bertujuan untuk memberikan layanan terbaik bagi



para siswa agar pendidikan di SMK bisa menjadi bekal ketika mereka menghadapi dunia kerja. Bekal yang terpenting adalah karakter yang baik. “Karakter ini yang membuat mereka bisa diterima industri. Soal kompetensi kerja kita bisa dilatih kemudian,” ujarnya. Persoalannya adalah belum semua sekolah memiliki kualitas pendidikan yang sama. Sebagian sekolah telah menerapkan pola pendidikan yang diharapkan, sebagian lagi belum. Karena itu, Direktorat PSMK menerapkan pola rujukan. Sekolah-sekolah berkualitas bagus dengan prestasi yang telah terbukti dijadikan rujukan. Dari data Direktorat PSMK, ada sekitar 1.650 SMK yang memiliki pola pendidikan baik sehingga dijadikan sekolah rujukan. SMK rujukan ini akan menjadi benchmark bagi sekolahsekolah lain untuk memperbaiki pola



pendidikannya. SMK rujukan tidak selalu sekolah negeri. Ada banyak SMK swasta yang kualitasnya tidak kalah, misalnya SMK St Mikael di Solo, Jawa Tengah. Dengan siswa sekitar 600 orang, sekolah ini tidak hanya mengutamakan pendidikan akademik seperti penguasaan pengetahuan dan keterampilan, tapi juga membentuk karakter siswa. Sikap dan nilai-nilai yang baik, seperti jujur, hormat kepada orang lain, mandiri, dan memiliki inisiatif tinggi pun diajarkan. Direktorat Pembinaan SMK bekerja sama pula dengan industri untuk meningkatkan kompetensi mereka. Kerja sama itu meliputi penyusunan kurikulum, proses pembelajaran, dan pengujian kemampuan siswa. Ini memungkinkan setiap lulusan mendapatkan pengetahuan teknologi terkini yang digunakan di industri sehingga mereka akan terbiasa menggunakannya. Salah satu bentuk kerja sama itu adalah program magang. Setiap siswa SMK diwajibkan mengikuti program magang di industri yang sesuai dengan kejuruannya selama tiga bulan. Bahkan akan ditingkatkan menjadi empat sampai enam bulan. Program magang ini bertujuan untuk mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja. Saat magang, para siswa itu tidak hanya mempelajari industri yang akan mereka masuki, tapi juga berbagai hal yang dibutuhkan dunia kerja, mulai komunikasi hingga tata krama kerja. Selain kurikulum, Direktorat PSMK



SMK tidak hanya mengutamakan pendidikan akademik seperti penguasaan pengetahuan dan keterampilan, tapi juga membentuk karakter siswa.



meningkatkan kualitas para guru. Dengan siswa SMK sebanyak 4,4 juta, jumlah guru 286 ribu orang sudah mencukupi. Hanya saja, kebutuhan guru kejuruan di bidang tertentu belum terpenuhi. Sebab, sebagian besar guru yang tersedia adalah guru umum. “Kami akan mengupayakan mereka menjadi guru kejuruan dengan melakukan reposisi dan latih ulang. Kebutuhan guru kejuruan di setiap bidang harus terpenuhi,” kata Mustaghfirin. Ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan tentang pemenuhan kebutuhan guru. Pertama, jumlah guru perlu ditambah seiring dengan penambahan siswa SMK sehingga memenuhi rasio guru-murid 1:30. Lalu, kompetensi guru akan ditingkatkan, juga pengetahuan mereka agar sesuai dengan perkembangan teknologi. Diperlukan pula pendampingan guru dari industri



agar transfer ilmu berjalan dengan baik. Soal kompetensi pengetahuan dan keterampilan, lulusan SMK tidak perlu diragukan lagi. Tak sedikit dari mereka telah menorehkan prestasi yang membanggakan, bahkan di tingkat internasional. Pada 2013, misalnya, sebanyak 32 siswa SMK yang dikirim ke ajang World Skills Competition di Leipzig, Jerman, berhasil membawa pulang sejumlah medali. Satu medali emas disumbang bidang teknologi desain grafis atas nama Ganjar Satrio, yang saat itu merupakan siswa SMKN 3 Kasian, Bantul. Pada lomba itu, Ganjar menyerahkan empat modul yang terdiri atas packaging, majalah, editorial, dan advertising. Di ajang yang sama, satu medali perak juga disumbang bidang prototype modeling, juga delapan medallion of excellence. Siswa SMK juga didorong untuk berinovasi. Tahun ini, misalnya, siswa SMK di Papua Barat membuat obat herbal, yang diyakini bisa meningkatkan daya tahan tubuh serta mengobati sejumlah penyakit. Adapun obat itu terbuat dari campuran buah merah dan sarang semut. Siswa SMK Cokroaminoto di Kotamobagu, Sulawesi Utara, menciptakan pula alat untuk membuat kacang goyang, makanan khas daerah itu, dengan mesin modern. Kedua inovasi ini dipamerkan dalam Lomba Kompetensi Siswa SMK di Malang, Mei lalu. Dengan kompetensi yang ada, angka serapan siswa SMK di Indonesia terbilang tinggi. Menurut Mustaghfirin, hampir semua teknisi di industri adalah lulusan SMK. Tingginya permintaan industri akan lulusan SMK ini membuat Kementerian merasa perlu menambah jumlahnya. Tahun ini, pemerintah berencana menambah sekitar 340 unit SMK. Adapun kejuruan yang diprioritaskan antara lain pariwisata, maritim, dan agroindustri sebagai pendukung ketahanan pangan nasional. Penambahan unit SMK baru juga didorong oleh semakin tingginya peminat. Ada beberapa alasan yang membuat SMK selalu diincar, terutama oleh anak dari keluarga kalangan menengah ke bawah. Setelah lulus dari SMK, mereka bisa langsung bekerja sehingga bisa membantu perekonomian keluarga. Selain bisa langsung bekerja, lulusan SMK tetap bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. z



INFORIAL



EDISI KHUSUS



CHAIRIL ANWAR (1922-1949)



SI MATA MERAH YANG INGIN HIDUP 1.000 TAHUN Dalam sebuah sajaknya, Chairil Anwar menyebut dirinya ”Aku ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang”. Lalu, dalam sajaknya yang lain, Chairil juga menulis optimistis: ”Aku mau hidup seribu tahun lagi!”. Namun, pada tahun terakhir menjelang kematiannya, dia sadar, hidup yang diinginkannya serba mustahil: ”Hidup hanya menunda kekalahan… sebelum pada akhirnya kita menyerah.” Enam puluh tujuh tahun sudah Chairil meninggalkan kita. Ia meninggal pada 1949 di usia relatif muda: 27 tahun. Ia menderita. Penuh paradoks. Tapi dari kemiskinan penyair kurus berwajah tirus dengan mata merah ini lahir sajak-sajak yang memperkaya bahasa Indonesia. Chairil menjadi sebuah ikon. Riwayat hidup dan puisi-puisinya memperkaya kita semua. Ia adalah perwujudan sepenuhnya dari pepatah Ars longa, vita brevis. Hidup itu singkat, seni itu abadi. ILUSTR ASI: KENDR A PAR AMITA



46 |



| 21 AGUSTUS 2016



21 AGUSTUS 2016 |



| 47



Kita guyah lemah Sekali tetak tentu rebah Segala erang dan jeritan Kita pendam dalam keseharian Mari berdiri merentak Diri-sekeliling kita bentak Ini malam bulan akan menembus awan pahlawan tak harus selalu diangkat dari kalangan militer. Tidak pula wajib dimunculkan dari kaum politikus. Dia bisa juga datang dari sosok bohemian yang hidupnya di jalanan. Menggelandang dari satu tempat ke tempat lain, dengan mengidap penyakit tifus dan disentri, tapi pemikiran-pemikiran dan gairah ciptanya menyalanyala. Pembaca, menyambut perayaan Kemerdekaan RI kali ini, Tempo menurunkan edisi khusus yang lain daripada yang lain. Biasanya pada bulan Agustus kami mengupas figur politikus dan negarawan, seperti Sukarno, Sutan Sjahrir, Mohammad Hatta, Tan Malaka, Douwes Dekker, dan Hamengku Buwono IX, tapi kini kami mengulas tuntas hidup seorang penyair, yaitu Chairil Anwar. Chairil bagi kami memiliki peran penting dalam membangun inspirasi dan imajinasi bangsa ini. Ia adalah seorang perintis jalan bagi sastra modern Indonesia. Sebagaimana pernah dikatakan Profesor A. Teeuw, sumbangan terbesar Chairil adalah keberhasilannya meyakinkan bahwa bahasa Indonesia, bahasa yang pada 1940-an masih amat muda itu, ternyata merupakan bahasa yang menyimpan tenaga besar. Tahun-tahun ketika Chairil menciptakan sajak-sajaknya, bahasa Indonesia adalah bangunan yang belum lengkap. Bahasa Indonesia banyak mengalami pergantian ejaan serta masih berusaha melepaskan diri dari bahasa daerah yang mengepung dan menjadi bahasa utama hampir seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan peran sastra pun pada masamasa itu kerap diragukan, disepelekan. Chairil dengan gagah ada di lapangan



48 |



| 21 AGUSTUS 2016



Chairil Anwar, 1951.



yang masih minoritas itu. ”Hal yang menakjubkan dalam puisinya adalah puisi itu mematangkan bahasa Indonesia yang belum matang dan belum cukup digerakkan itu,” kata Profesor A. Teeuw. Chairil sendiri pada 1945 mengatakan demikian. ”Sekarang: Hoppla! Lompatan yang sejauhnya penuh kedara-remajaan bagi negara remaja ini. Sesudah masa mendurhaka pada Kata, kita lupa bahwa Kata adalah yang menjalar, mengurat, hidup dari masa ke masa, terisi padu dengan penghargaan, mimpi, pengharapan, cinta dan dendam manusia. Kata ialah kebenaran!!!” Kutipan artikel Chairil Anwar berjudul ”Hoppla!” yang dimuat dalam majalah Pembangoenan Desember 1945 tersebut membuktikan bahwa tatkala negara baru berumur 4 bulan itu Chairil pun sadar energi yang bisa membangkitkan energi ini adalah energi bahasa Indonesia. Asrul Sani, sahabat Chairil yang bersama Rivai Apin menerbitkan kumpulan puisi Tiga Menguak Takdir, mengatakan memang Chairil Anwar mempunyai rasa bahasa yang luar biasa untuk memberi makna pada kosakata baru Indone-



sia. Dalam penulisan puisi, dia sangat profesional. Teknik penulisan sajaknya unggul betul. Dia melepaskan bahasa dari aturan baku tata bahasa. Asrul Sani menulis, bagi Chairil, bahasa adalah alat untuk mengutarakan sesuatu. ”Jadi, kalau perlu, dia bengkokkan bahasa itu untuk menjelaskan apa yang ingin dia utarakan,” kata Asrul. Belum lagi bila kita membicarakan betapa penerimaan sajak Chairil begitu membekas sampai ke tingkat akar rumput. Sebut saja sajak ”Aku”, ”Diponegoro”, dan ”Krawang-Bekasi”, yang penuh vitalitas dan boleh dibilang sampai sekarang dalam perayaan Hari Kemerdekaan RI banyak dibacakan di kampung-kampung. Lirik-liriknya pun banyak dihafal orang. Secara estetika, kehadiran sajak-sajak Chairil merupakan perlawanan terhadap estetika Pujangga Baru. Menurut Profesor Sapardi Djoko Damono, hampir semua sajak 1945-1950 tergolong sajak gelap alias susah dipahami. Itu karena banyak penyair Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang masih tak begitu mereka kuasai. Sedangkan Chairil memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang luar biasa. Sapardi menambahkan, kehebatan Chairil adalah kemampuan dia menggunakan bahasa baru. Sering dia memasukkan kosakata baru yang membuat sa-



PERPUSTAKAAN NASIONAL



S



EORANG



jak-sajaknya langsung terlihat bedanya. Chairil adalah seorang kutu buku. Dia banyak membaca. Rujukannya banyak ke luar, terutama ke Barat. Chairil mungkin tak memahami betul semua bacaannya. Dia hanya mengerti sedikit-sedikit. ”Namun dalam puisi-puisinya dia tak peduli menambahkan kata ’zonder’ dari Belanda atau kata ’iseng’ dari Betawi, tapi berhasil, dan membuat sajaknya luar biasa,” kata Sapardi . Menurut Sapardi, keberhasilan Chairil adalah keberhasilan memasukkan kata-kata sehari-hari ke dalam sajaknya. ”Jadi menghargai Chairil adalah menghargai usahanya mengangkat bahasa baru. Kalau tema-tema puisinya, sih, sama dengan penyair lain,” ujar Sapardi. Dalam catatan H.B. Jassin, sepanjang hidupnya, Chairil telah membuat 94 tulisan. Terdiri atas 70 sajak asli, 4 sajak saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli, dan 4 prosa terjemahan. Chairil Anwar adalah sosok yang tak mau menyerah. Seperti sebuah moto



tongan halaman buku yang dirobeknya entah dari mana. ”Mungkin dari perpustakaan, toko buku, atau milik kawan,” kata Nasjah Djamin. Chairil bergaul di segala lini. Tempat nongkrong-nya di manamana. Chairil, misalnya, bergaul erat dengan para pelukis. Di Jakarta, Chairil sering berkumpul dengan Affandi dan Sudjojono. Ia menyayangkan banyaknya sastrawan yang tak mau kenal dengan seni lukis. Untuk edisi ini, selain mengundang Sapardi Djoko Damono, kami menghadirkan penulis Chairil Anwar: Sebuah Biografi, Hasan Aspahani, untuk berdiskusi. Adapun putri Chairil, Evawani Alissa, kami temui untuk mengungkap sisisisi personal dan humanis ayahnya. Dari perjumpaan dengan ketiganya, kami mendapat info, masih banyak faset kehidupan Chairil yang belum terungkap di luar aspek kepenyairan dan sajak-sajaknya. Misalnya tentang keluarga besarnya, perempuan-perempuan yang mengaguminya, pergaulannya dengan para



Pada 28 April 1949, sang ”Binatang Jalang” menyerah. Ia pergi meninggalkan bermacam kesan. Orang ingat tubuhnya kurus, matanya merah, tapi senantiasa riang dan gelisah. Ia urakan, liar, petualang kumuh, tapi seorang intelektual yang memiliki passion bagi kemerdekaan. yang dikutip di awal pengantar ini, yang diucapkan Chairil dalam pidato di muka Angkatan Baru Pusat Kebudayaan, 7 Juli 1943, ia memang penyair yang berani hidup menderita demi sebuah pencarian. Chairil tak pernah bisa bekerja kantoran. Ia selalu meninggalkan meja kerjanya, pindah ke pekerjaan lain. Meskipun begitu, hasilnya sama. Ia tetap memilih jalanan. Menurut Nasjah Djamin dalam buku Hari-hari Akhir Si Penyair, kebiasaan Chairil adalah menenteng map ke manamana. Dan isi map itu, selain kertas-kertas berisi sajak-sajaknya dan sajak-sajak orang lain (ia beberapa kali bekerja sebagai redaktur), ternyata potongan-po-



seniman, dan kematian ayahnya Pada 28 April 1949, sang ”Binatang Jalang” menyerah. Ia pergi meninggalkan bermacam kesan. Orang ingat tubuhnya kurus, matanya merah, tapi senantiasa riang dan gelisah. Ia urakan, liar, petualang kumuh, tapi seorang intelektual yang memiliki passion bagi kemerdekaan. Pada 1945 itu ia menulis: Hopplaa!! Dunia–terlebih kita–yang kehilangan kemerdekaan dalam segala makna, menikmatkan kembali kelezatannya kemerdekaan. Hopplaa! Melompatlah! Nyalakan api murni! Mari kawan-kawan seangkatan, kita pahat tugu pualam Indonesia sempurna. ●



PENANGGUNG JAWAB Seno Joko Suyono PEMIMPIN PROYEK Nurdin Kalim KOORDINATOR Anton Aprianto, Anton Septian, Agus Supriyanto, Mustafa Ismail PENULIS Abdul Manan, Agus Supriyanto, Ali Anwar, Amandra M. Megarani, Amri Mahbub, Anton Aprianto, Anton Septian, Dian Yuliastuti, Moyang Kasih Dewimerdeka, Mustafa Ismail, Nurdin Kalim, Prihandoko, Rusman Paraqbueq PENYUNTING Amarzan Loebis, Idrus F. Shahab, Jajang Jamaludin, Kurniawan, L.R. Baskoro, Leila S. Chudori, Philipus Parera, Sapto Yunus, Seno Joko Suyono, Tulus Wijanarko, Yos Rizal Suriaji PENYUMBANG BAHAN Moyang Kasih Dewimerdeka (Jakarta), Andri El Faruqi (Padang), Riyan No tra (Pekanbaru), Shinta Maharani, Pito Agustin Rudiana, Muh. Syaifullah, Pribadi Wicaksono (Yogyakarta), Eko Widianto (Malang) BAHASA Uu Suhardi, Iyan Bastian, Sapto Nugroho RISET Dani Muhadiansyah, Evan Koesoemah FOTO Ratih Purnamasari (Koordinator), Jati Mahatmaji, Ijar Karim DESAIN Djunaedi , Eko Punto Pambudi, Kendra Paramita, Rudy Asrori, Tri Watno Widodo



21 AGUSTUS 2016 |



| 49



EDISI KHUSUS: CHAIRIL ANWAR



MEDAN, SASTRA, DAN TRAGEDI KELUARGA KEDUA ORANG TUA CHAIRIL ANWAR BERASAL DARI KALANGAN KELAS ATAS. AYAHNYA, TOELOES BIN MANAN, SEORANG CONTROLEUR, PEGAWAI TINGGI DI ERA KOLONIAL BELANDA. IBUNYA, SALEHA, PUTRI BANGSAWAN KOTO GADANG, SUMATERA BARAT, YANG PUNYA PERTALIAN SAUDARA DENGAN AYAH SUTAN SJAHRIR—PERDANA MENTERI PERTAMA INDONESIA. KEDUA ORANG TUA CHAIRIL BERCERAI DAN AYAHNYA MENIKAH DENGAN PEREMPUAN LAIN. ILUSTR ASI: KENDR A PAR AMITA



50 |



| 21 AGUSTUS 2016



CHAIRIL MUDA DIMANJA BERLEBIHAN. SUDAH GEMAR MEMBACA BUKU DAN MENGGODA PEREMPUAN.



C



ERMIN itu beratnya minta ampun. Tak bisa diangkat dengan satu tangan. Tingginya sekitar satu setengah meter, lebar setengah meter, berbingkai kayu hitam. Di sudut kanan atas tertempel selembar foto sepia yang telah terkelu-



pas di sana-sini. Foto itu menampakkan bagian kepala dan dada seorang lelaki muda. Ia difoto dari samping, sedang menatap tajam ke depan, kantong matanya tebal. ”Abuk yang menempelkan foto itu waktu masih muda dulu,” kata Dynni Ferianty, 34 tahun. ”Abuk” adalah panggilan Dynni untuk neneknya, Siti Chairani. Tak banyak yang tahu penyair Chairil Anwar memiliki seorang kakak perempuan—ya Chairani itu. Foto tua di cermin itu adalah potret Chairil semasa remaja. Itu satu-satunya foto yang tersisa dari periode Chairil di Medan. Cermin beserta foto yang melekat di permukaannya itu kemudian diwariskan Chairani kepada anak perempuannya, Risna Lydia. Risna meneruskannya kepada Dynni, putri bungsunya. Tempo menemui Dynni pada akhir



52 |



| 21 AGUSTUS 2016



Juli lalu di rumahnya di Jalan Harmonika Baru, Medan. Dia belum lama bercerai dan baru saja pindah ke kontrakan dua kamar itu bersama dua putra yang masih kecil. Cermin bersejarah itu hampir saja ketinggalan di depan kamar mandi rumah Dynni sebelumnya. Menurut Dynni, neneknya lahir di Medan pada 1 Agustus 1919 dari pasangan Toeloes bin Manan dan Siti Saleha binti Datuk Paduko Tuan. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 26 Juli 1922, Chairil Anwar pun lahir. Saleha dan Chairani hingga wafatnya tinggal di sebuah rumah di Jalan Gajah Mada 38, persis di seberang Taman Gajah Mada. Saleha wafat pada 23 Januari 1976. Putri sulungnya menyusul setahun kemudian. Pada zaman Belanda, permukiman di Jalan Gajah Mada itu adalah kompleks perumahan ambtenaar alias pamong praja. Orang-orang menyebutnya ”kompleks gedong”. Sampai kini permukiman di sekitar taman itu masih berupa deretan rumah besar berpagar tinggi. Tamannya menjadi tempat penghuni kompleks berolahraga—atau minum es kelapa pada sore hari. Malamnya tempat itu menjadi lokasi transaksi pelacur yang memamerkan diri di atas becak motor. Ketika Belanda menduduki Medan,



●●●



TOELOES bukan orang sembarangan. Pada zaman Belanda, pangkatnya controleur. Setelah kemerdekaan, ia diangkat jadi Bupati Indragiri. Toeloes lahir di Taeh, Payakumbuh, pada 8 Maret 1902. Pada usia belasan, ia merantau ke Medan. Dalam ingatan Nini Toeraiza Toeloes, putri Toeloes dari istri keduanya, ayahnya berperawakan tinggi besar. Kulitnya putih, rambutnya hitam bersaput merah. ”Seperti orang Belanda,” kata Nini kepada Tempo. Di Medan, Toeloes remaja menumpang di rumah Datuk Paduko Tuan, yang berasal dari Koto Gadang dan masih punya pertalian saudara dengan ayah Sutan Sjahrir. Datuk Paduko Tuan dan istrinya yang asli Surabaya mempunyai putri bernama Saleha. Demikianlah Toeloes dan Saleha bertemu, lalu menikah. Secara fisik, Saleha bertolak belakang dengan Toeloes. Ia pendek dan gendut. Kegemarannya mengisap cerutu. Dia



Foto masa muda Chairil Anwar di rumah keluarganya di Medan.



TEMPO/SUBEKTI/REPRO DOK. KELUARGA



REMAJA FLAMBOYAN MANIAK BUKU



Toeloes, Saleha, dan dua anak mereka sempat tinggal di rumah itu. Setelah kematian Chairil, foto ukuran besar adik lelakinya pernah dipajang Chairani di ruang tamu rumah. ”Model rumahnya gaya Belanda, yang dikelilingi halaman rumput luas di sekelilingnya,” ujar Dynni. Ke rumah itu pula Hans Bague Jassin mengirimkan surat untuk mengabarkan kematian sang penyair. Jassin mengalamatkan surat bertanggal 11 Mei 1949 itu kepada Saleha dan Abdul Halim. Halim adalah suami Chairani yang bekerja di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Chairani belakangan juga dikenal sebagai Ani Halim. Pada 1993, keturunan Ani menjual rumah beserta tanah itu kepada seorang bupati. Rumah itu lalu dirobohkan, berganti dengan rumah baru dari bata merah. Rumah bata itu pun kini kosong. Semak rimbun tumbuh tinggi di halamannya.



CHAIRIL ANWAR



pandai memasak. ”Kalau ngomongin dia, kami memanggilnya Uyang Tomat karena pipinya yang tembam dan putih kemerahan,” ujar Dynni. Karakter Tuan Ambtenaar dan Uyang Tomat sama-sama keras. Pernikahan mereka diwarnai pertengkaran yang tak mengenal damai sedikit pun. Sjamsulridwan, teman masa kecil Chairil di Medan, pernah menulis tentang keluarga ini dalam Kenang-kenangan: Chairil Anwar Semenjak Masa Kanakkanak, yang terbit di Mimbar Indonesia pada Maret-April 1959. ”Keduanya samasama galak, sama-sama keras hati, samasama tidak mau mengalah,” demikian ia menulis. Di tengah suasana inilah Chairani dan Chairil Anwar dibesarkan. Secara ekonomi, keluarga ini berkecukupan. Toeloes dan Saleha memanjakan anak-anak mereka dengan memenuhi setiap keinginan. Lebih-lebih si anak laki-laki bungsu. Panggilan kesayangannya adalah Ninik. Ninik selalu dibelikan motor-motoran, sepeda, dan mainan terbaik. Begitu pula soal makanan. ”Bukan hal aneh bagi Chairil, sebagai kanak-kanak, menghabiskan seekor ayam goreng sendiri saja,” kata Sjamsulridwan, teman Chairil di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Saking sayangnya, bila si buyung bertengkar dengan kawan sepermainan, Toeloes ikut turun tangan. Dia siap mengasah golok untuk menghadapi siapa pun yang cari perkara dengan anaknya. Sejak umur lima tahun, Chairil ikut ayahnya berpindah-pindah tugas dari satu kota ke kota lain: Siak Sri Indrapura, Tanjung Balai, Pangkalan Brandan. Pernah pula ia tinggal bersama nenek dan datuknya di Medan, menyusul Chairani yang lebih dulu dititipkan kepada mereka. Kepada penulis biografi Hasan Aspahani, Nini Toeraiza menyatakan bahwa nenek Chairil dikenal dengan nama Mak Tupin. Chairil dekat sekali dengannya. Mak Tupin wafat setelah Chairil hijrah ke Jakarta. Kematian itu membekas betul hingga lahirlah sajak ”Nisan”, yang dipersembahkan Chairil untuk nenekanda. Sajak bertarikh Oktober 1942 itu disebut sebagai sajak pertama Chairil di



21 AGUSTUS 2016 |



| 53



(1)



CHAIRIL ANWAR



keras itu memancing polisi datang. Chairil lalu dibawa ke kantor polisi dan dicecar karena buku tentang emansipasi perempuan yang terbit pada 1936 itu dianggap sensitif.



Jakarta—yang langsung menarik perhatian Jassin. Baik ketika tinggal bersama orang tuanya maupun dengan neneknya, Chairil selalu dimanjakan dan dicukupi. ”Tidak ada satu kesempatan di mana ia rela dijadikan kurang,” Sjamsulridwan mengenang. Chairil menjadi anak yang keras kepala dan tak mengenal batas. Di sisi lain, ia cerdas dan bergaul luas. Kegemarannya pada perempuan telah pula dimulai pada masa ini. Sjamsulridwan mengingat, sejak di HIS, sahabatnya itu telah menggaet gadis-gadis tercantik di sekolah atau sekitar rumahnya. Si flamboyan tak ragu menggunakan cara-cara radikal untuk mencuri hati pujaannya. Ia pernah menantang pemuda-pemuda satu kampung agar dapat mengencani seorang gadis yang tinggal di sana. Untungnya, di tengah gejolak pubertas dan hujan perhatian dari orang-orang di sekitarnya, Chairil tak lupa membaca buku. Ini rupanya menurun dari Toeloes. ”Papaku punya banyak sekali buku,” kata Nini, yang juga tumbuh menjadi peminat buku. Toeloes membangun budaya intelektual yang baik di rumahnya. Anak-anaknya harus bersekolah. Mereka cakap berbahasa Belanda. Bakat seni dikembangkan. Sementara Chairil menjadi penyair, kakaknya lebih tertarik pada musik.



54 |



| 21 AGUSTUS 2016



(3)



1. Siti Saleha, ibunda Chairil Anwar, 1950. 2. Dynni Ferianty, cucu Siti Chairani, kakak Chairil Anwar di Medan. 3. Foto lama Siti Chairani.



Kelak Ani menjadi guru piano dan membuat sanggar orkes Minang, bahkan band Hawaiian, di rumahnya. Kegemaran membaca pernah membuat Chairil remaja tertimpa masalah. Dalam sebuah wawancara dengan H.B. Jassin pada 1969, Saleha berkisah bahwa anak bungsunya itu pernah dibawa ke kantor polisi untuk diperiksa. Saat itu Chairil dan Mak Leha sedang berada di rumah di Pangkalan Brandan. Chairil membacakan satu bagian dari buku Layar Terkembang karangan Sultan Takdir Alisjahbana untuk ibunya, dengan lagak seorang deklamator. Suara



PERNIKAHAN Toeloes dan Saleha ternyata tak bisa dipertahankan. Meski tak resmi bercerai, pasangan ini mulai hidup terpisah sejak Chairil duduk di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Toeloes menikah lagi dengan seorang perempuan jelita asal Guguak, Payakumbuh, bernama Ramadana. Ramadana, yang kemudian dikenal sebagai Mama Dona, lahir pada 1910. Dia putri Tuanku Lareh (”Laras”, birokrat setara dengan camat). Keluarga ini terpandang di Guguak, kampung yang jaraknya dua jam naik delman dari Taeh—tempat asal Toeloes. Mereka mempunyai rumah gadang, tanda kebesaran sebuah famili di ranah Minang. Ketika menikah dengan Toeloes, Dona janda dengan dua anak. Pernikahan kedua ini, menurut Sjamsulridwan, tak dapat diterima Chairil. Ia jadi benci dan dendam kepada ayahnya. Kebencian ini menjadi pemicu keinginan Chairil pergi dari Medan menuju Batavia. ”Jiwa Chairil mulai gelisah dan menginginkan kehidupan lain,” tulis Sjamsulridwan. Cerita ini tak diakui keturunan Toeloes dan Dona. Menurut Nini Toeraiza, Chairil dekat dengan Dona. Remaja 16 tahun itu sangat gembira ketika tahu dia mendapat adik perempuan. Ia datang ke rumah Toeloes dan Dona khusus untuk memberi nama kepada adiknya. ”Kasih nama Nini saja, Bah,” ujar Chairil kepada abahnya, seperti ditirukan Nini. Walau begitu, kira-kira tiga tahun setelah kelahiran Nini pada 1938, Chairil memang hijrah ke Jakarta. Ahmad Syubbanuddin Alwy dalam buku Derai-derai Cemara menulis kepergian Chairil ke Jakarta terjadi saat ia kelas II MULO, pada usia 19 tahun. Rencananya dia akan melanjutkan sekolah di Jakarta. Tak lama Mak Leha, yang masih patah hati karena pernikahannya berakhir, menyusul putra bungsunya. ●



TEMPO/SUBEKTI, PDS HB JASSIN (SALEHA), DOK. DYNNI FERIANTY



●●●



(2)



(1)



AKAR KEPENYAIRAN CHAIRIL DAPAT DITELUSURI DI MEDAN. SEBAGIAN BESAR TELAH HILANG.



I lahan kosong berpagar seng karatan di Jalan Cut Mutia itu dulu berdiri gedung Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan. Jauh sebelumnya, ketika jalan itu masih bernama Jan Lighthart Straat, bangunan tersebut adalah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)—setingkat SMP. Sutan Sjahrir, Amir Hamzah, dan Chairil Anwar pernah bersekolah di sana. Sjahrir dan Amir lulus lebih dulu dari sekolah itu pada 1923 dan 1927. Hans Bague Jassin pernah bertemu dengan Chairil, yang masih berstatus siswa MULO, pada 1937. ”Pertemuan saya dengan Chairil terjadi di perkumpulan pelajar di Medan,” kata Jassin dalam wawancara dengan Tempo pada 1989. Jassin kala itu siswa Hogere Burger-



D 56 |



| 21 AGUSTUS 2016



school (HBS)—setingkat sekolah menengah atas. Perkumpulan pelajar yang dimaksud adalah Inheemse Jeugdorganisatie, yang beranggotakan murid-murid Joshua Instituute, MULO, HBS, Invoorno, Taman Siswa, dan Gouvernements. Kegiatannya memajukan perpustakaan dan olahraga. Mula-mula Jassin tak tahu pemuda necis yang lebih muda lima tahun darinya itu seorang penulis. Setahu dia, Chairil adalah pemain pingpong jagoan. ”Setiap kali mengalahkan lawan, Chairil berjingkrak, menjerit-jerit, dan bertepuk tangan,” ujar Jassin. Pria Gorontalo itu lalu menemukan nama Chairil dalam kolom pengurus majalah dinding Ons MULO Blad. Tulisan Chairil pada masa itu berupa prosa—yang tak pernah terdokumentasikan. Setelah Belanda hengkang, gedung MULO dipakai oleh SMP 1. Jejak-jejak Chairil tak pernah disimpan di sekolah itu.



●●●



PENYAIR Medan, Damiri Mahmud, pernah mencoba menelusuri jejak Chairil Anwar di Medan. Dia penasaran karena penyair yang mati muda itu selalu dikaitkan dengan pemikir-pemikir Barat. ”Padahal di dalam kantong kebudayaan Melayu yang tua inilah Chairil lahir, hidup, dan dewasa,” ujar penulis buku Rumah Tersembunyi Chairil Anwar itu kepada Tempo. Apalagi, dalam suratnya kepada Jassin, Chairil mengakui sendiri bahwa kepenyairannya telah penuh sejak ia berusia 15 tahun. Usia ketika ia masih tumbuh di Medan. ”Seluruh hasrat dan minatku sedari umur 15 tahun tertuju ke titik satu saja, kesenian,” tulis Chairil dalam kartu pos bertanggal 8 Maret 1944 itu. Menurut Damiri, karakter Melayu Medan kentara sekali dalam sajak-sajak Chairil. Ambil contoh sajak ”Perhitung-



TEMPO/SUBEKTI



YANG TERTINGGAL DAN YANG HAMBUS



Murni Luhur, yang bersekolah di sana pada 1982, mengatakan tak pernah ada acara peringatan Chairil semasa ia menjadi siswa. Nama sang penyair tak sedikit pun disebut-sebut. ”Saya baru tahu kalau Chairil Anwar juga bersekolah di sana,” kata Murni kepada Tempo. Jejak itu makin hilang setelah seluruh gedung dirobohkan pada 1999. SMP 1 pindah ke Jalan Bunga Asoka. Rencananya di lahan bekas sekolah itu akan dibangun hotel. ”Karena diprotes masyarakat, hotel itu tidak jadi dibangun sampai sekarang,” ujar Hairul, Ketua Pelaksana Harian Badan Warisan Sumatera (BWS). BWS adalah lembaga swadaya yang mendata bangunan tua dari era pra-kemerdekaan.



CHAIRIL ANWAR



(2)



1. Foto dulu dan sekarang gedung bioskop Rex yang kini menjadi Restoran Ria di Jalan M.T. Haryono, Medan. 2. Foto dulu dan sekarang MULO yang kini menjadi lahan kosong di Jalan Cut Mutia, Medan.



an”, yang dibikin pada 16 Maret 1943. Baris kedua terakhir dalam sajak itu berbunyi: Hambus kau aku tak perduli, ke Bandung, ke Sukabumi...!?. Oleh Pamusuk Eneste, penyunting buku Aku Ini Binatang Jalang, dan Taufiq Ismail, penyunting Derai-derai Cemara, kata ”hambus” di awal larik itu dimuat sebagai ”hembus”. Padahal ”hambus” khas Melayu Medan. ”Artinya enyah. Sampai sekarang masih digunakan,” ucap Damiri. Selain itu, ada kata ”menginyam”, ”menjengkau”, ”mereksmi”, ”sintuh”, ”mengelucak”, ”kupak”, ”sekali tetak”, ”bermuka-muka”, ”secepuh”, dan ”remang miang”. ”Chairil secara bersungguh-sungguh menggoreskan kata, idiom, dan simbol yang berasal dari kebudayaan Melayu dalam sebagian besar sajaknya,” Damiri, 71 tahun, menambahkan. Pada 1988, Damiri menghadap Wali Kota Medan Agus Salim Rangkuti. Bersama dua sastrawan lain, Lazuardi Anwar dan Rusli A. Malem, Damiri mengajukan proposal penelusuran jejak Chairil di Medan kepada Rangkuti. Wali kota yang pernah menjabat Komandan Inrehab Pulau Buru itu setuju. Sejumlah dana dikucurkan langsung



dari kantong pribadinya. ”Dia berjanji membuat Jalan Chairil Anwar, Taman Chairil Anwar, dan Tugu Chairil Anwar,” Damiri mengenang. Pekerjaan pertama tim adalah menelusuri dari mana kekayaan diksi Chairil yang sangat khas Melayu. Damiri mendapat informasi bahwa orang tua Saleha ada kemungkinan memiliki rumah di sekitar Jalan Sisingamangaraja, tak jauh dari Masjid Raya Medan. Chairil diketahui sering bermain, bahkan sempat tinggal, di rumah datuk dan neneknya itu. Informasi itu ia peroleh dari sesama penyair Medan yang dulu rutin membuat acara peringatan kematian Chairil. Ibu Chairil selalu diundang dalam haul. Panitia biasa menjemput Saleha di kawasan dekat Masjid Raya itu. ”Kawasan ini dulu tempat bermukim pendatang dari Minang,” kata Hairul. Damiri menduga di permukiman tempat orang Minang dan Melayu berbaur itulah Chairil menyerap berbagai kosakata Melayu yang kemudian digunakan dengan bebas dalam sajak-sajaknya. Walau begitu, keberadaan persis rumah orang tua Saleha tak lagi dapat diketahui. Belum lama penelusuran itu berjalan, jabatan Rangkuti berakhir. Pengganti sang Wali Kota tak peduli lagi urusan Chairil. Rencana menggali kehidupan Chairil selama di Medan pun menguap begitu saja. Damiri kini jadi satu-satunya yang masih hidup dari tim tersebut. ●●●



PEMBENTUKAN karakter kepenyairan Chairil dapat pula ditelusuri dari kegemarannya semasa kanak-kanak. Kawannya mengenang Chairil sebagai bocah kutu buku dan senang menonton bioskop. Wawasan literasi Chairil kala di MULO melampaui kawan-kawan sebayanya. Ia melahap buku-buku sastra, sejarah, dan ekonomi yang diperuntukkan bagi siswa HBS. Begitu pula karya-karya Hendrik Marsman dan Edgar du Perron. ”Semua buku mereka sudah aku baca,” kata Chairil kepada Sjamsulridwan. Pada masa itu, surat kabar berbahasa Belanda dan Melayu sudah banyak beredar. Data Museum Sejarah Pers Medan



merekam setidaknya ada 133 penerbitan di Sumatera Utara pada 1886-1942. Sebagian beredar di Medan pada periode yang sama dengan masa remaja Chairil. Di antaranya De Sumatra Post, Pelita Andalas, dan Pewarta Deli. Sejarawan sekaligus pendiri Museum Sejarah Pers, Ichwan Azhari, mengatakan rata-rata surat kabar yang terbit pada masa itu memuat karya sastra. De Sumatra Post bahkan menaruh rubrik cerita bersambung di halaman pertama. ”Kesusastraan telah berkembang pesat di Medan pada masa itu,” kata Ichwan kepada Tempo, akhir Juli lalu. Chairil juga kecanduan film. ”Dia sering sekali menonton, tak peduli malam sekolah atau tidak,” Sjamsulridwan menulis. Chairil harus mendapat tiket kelas satu di bioskop. Ia tak peduli bila Saleha harus meminjam atau menggadai barang demi memenuhi keinginannya menonton ”gambar idoep”. Pada masa itu, bioskop sudah menjamur. Tapi hanya orang-orang Belanda dan berduit yang mampu menonton. Film yang ditayangkan hampir semuanya bikinan Eropa atau Amerika. Bila melihat dokumen surat kabar Pelita Andalas pada 1930-an, film-film yang diiklankan antara lain berjudul Bidadari Biroe, Marilah Kita Bersenang Hati, dan Monte Carlo. ”Dimainkan oleh Norma Shearer yang memuaskan mata sekali,” begitu bunyi salah satu iklannya. Norma Shearer ialah aktris seksi Hollywood kelahiran Kanada yang populer pada 1925-1942. Tengku Luckman Sinar dalam buku Sejarah Medan Tempo Doeloe mencatat bioskop pertama di Medan adalah Oranje Bioscoop kepunyaan seorang Yahudi bernama Michael yang berdiri pada 1908. Setelah itu, lahir Imperial Theater di ujung Jalan Kebudayaan, bioskop Capitol di Jalan Kanton, bioskop Rex di Sambu, Deli Bioscoop di Jalan Perdana, dan seterusnya. Bioskop Deli kini berubah menjadi deretan ruko modern di area Kesawan. Begitu pula Capitol. Lainnya tak terlacak. Satu-satunya gedung bioskop tua yang masih bertahan adalah Rex, yang sekarang jadi Restoran Ria. ●



21 AGUSTUS 2016 |



| 57



NINI MENGINGAT NINIK



D



I usianya yang ke-78, Nini Toeraiza Toeloes su-



dah lupa banyak hal. Termasuk tanggal lahirnya sendiri. Tapi ada satu peristiwa yang tak hilang dari ingatan Nini, yakni pemberian nama depannya. Dari ayahnya, Nini tahu nama depannya baru ditambahkan setelah kedatangan seorang Ninik. Bang Nik—begitu Nini dulu memanggilnya—tak lain adalah Chairil Anwar. Air mata Nini merebak ketika Tempo menyebut nama penyair itu pada pertemuan dua pekan lalu di rumahnya di Jalan Bangka Buntu, Jakarta Selatan. ”Dia abangku. Dia yang kasih namaku,” kata perempuan itu dengan bibir bergetar. Chairil dan Nini sama-sama berayahkan Toeloes bin Manan. Setelah berpisah dengan ibu Chairil, Toeloes menikahi perempuan asal Guguak, Payakumbuh, bernama Syariah Ramadana. Selang setahun, pada 28 Desember 1938, lahirlah putri sulung mereka yang dinamai Toeraiza Toeloes. Adikadik Toeraiza kelak juga diberi nama senada: si kembar Toehilwa dan Toehilwi serta si bungsu Toechairiah. Chairil, yang saat itu berusia 16 tahun, senang sekali mendengar kabar kelahiran adik perempuannya. Ia menyambangi kediaman Toeloes di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Chairil memohon kepada Toeloes agar adiknya diberi nama Nini. Toeloes mempertanyakan pilihan itu karena Chairil sendiri dipanggil Ninik sedari kecil. ”Tidak apa. Aku Ninik pakai K, dia Nini,” ujar Chairil—sebagaimana diingat Nini dari cerita ayahnya. Toeloes akhirnya sepakat. Dalam ingatan Nini, abangnya adalah lelaki lucu dan flamboyan. ”Tubuhnya tinggi dan jari-jarinya pan-



58 |



| 21 AGUSTUS 2016



jang seperti papaku.” Nini kecil juga pernah dibawa Chairil mengunjungi rumah Mak Leha—panggilan ibu kandung Chairil, Siti Saleha. Hubungan dua keluarga itu cukup baik walaupun Saleha telah berpisah dengan Toeloes. Chairil dekat dengan ibu tirinya. Mama Dona—begitu sapaannya—pernah mengajak Chairil ke kampungnya di Payakumbuh. Setelah Chairil hijrah ke Batavia, pada 1940, tak ada lagi persinggungan Nini dengan abangnya. Nini berpindah-pindah dari Pangkalan Brandan ke Medan, Bukittinggi, Pekanbaru, hingga Rengat, mengikuti ayahnya yang bekerja sebagai pamong praja. Semasa mengungsi di Bukittinggi, Toeloes sempat berjumpa dengan Hamka. Menurut Dwiyana Bravani, putri kedua Nini, kakeknya memang memiliki lingkaran pergaulan yang luas. Toeloes lalu bercerita kepada Nini tentang pertemuan dengan Hamka. Lelaki tinggi besar itu menangis. Kabar yang dibawa Hamka menggugahnya. ”Sudah dengar kabar anakmu di Jakarta? Jadi penyair dia sekarang,” Nini menirukan perkataan penulis Di Bawah Lindungan Ka’bah itu kepada Toeloes. Dalam kenangan Nini, kabar itu membuat ayahnya terharu. Toeloes sudah lama tak mengirimkan uang kepada Chairil yang merantau ke Jakarta. Subsidi berhenti setelah Chairil menolak melanjutkan sekolah. ”Uang sudah disetop. Ternyata Bang Nik masih bisa jadi orang,” kata Nini. Ketika terjadi penyerbuan Rengat yang mengambil nyawa Toeloes, Dona dan anak-anak mengungsi ke Pekanbaru. Kemudian mereka melanjutkan hidup di kampung Dona di Guguak. Nini lalu mengambil sekolah guru taman kanakkanak di Padang. Ia menikah dengan pegawai bank, Djohan Arifin, dan dikaruniai lima anak perempuan. Meski perjumpaan mereka singkat, kebanggaan Nini kepada Chairil tak lekang. Ia hafal sajak-sajak Chairil dan sering mendeklamasikannya ketika menjadi penyiar di Radio Republik Indonesia Padang. Nini juga senang membuat sajak, termasuk tentang peristiwa kematian tragis Toeloes yang disaksikannya sendiri. Memang tak ada peninggalan tertentu dari Chairil untuk Nini, kecuali nama depan yang terus dipakai hingga kini. Walau begitu, ada satu tempat khusus di dinding ruang tengah rumah Nini. Poster besar Chairil Anwar yang sedang merokok tergantung di sana dalam bingkai kayu. Suatu ketika Dwiyana menurunkan poster itu karena meyakini Islam melarang pajangan gambar makhluk hidup di dalam rumah. Nini marah besar. ”Abangku satu-satunya itu, jangan diturunkan!” ujarnya meraung. Poster itu tak pernah dicopot lagi—sampai sekarang. ●



TEMPO/ADITIA NOVIANSYAH



CHAIRIL ANWAR



GE



INOVASI MEMBANGUN NEGERI



L



ebih dari 70 tahun General Electric (GE) hadir di Indonesia. Selama itu, perusahaan ini tak pernah berhenti berkontribusi membangun negeri. Begitu pula di era saat ini, ketika pemerintah berkonsentrasi membangun infrastruktur demi memperkuat perekonomian dan meningkatkan daya saing bangsa di tingkat global. Untuk memperkuat infrastruktur, GE Indonesia menghadirkan teknologi dan solusi mutakhir pembangkit listrik, manajemen energi, kesehatan, aviasi, transportasi, minyak dan gas bumi (migas), serta pencahayaan. Salah satu infrastruktur yang sedang digencarkan pemerintah adalah listrik. Pemerintah meluncurkan program percepatan pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt untuk memenuhi defisit pasokan listrik Tanah Air. GE berkomitmen mendukung program itu dengan menghadirkan teknologi pembangkit listrik berteknologi fast power TM2500. Teknologi ini memiliki keunggulan dapat meningkatkan pasokan listrik lebih cepat dibandingkan dengan pembangkit listrik pada umumnya. Sebab, inovasi pada gas turbine generator berbahan bakar ganda (solar dan gas), ini mudah diangkut, kebutuhan akan lahan yang relative kecil per kW installed serta didukung oleh INFORIAL



project team yang sudah berpengalaman proyek yang sama bukan hanya di Indonesia tapi juga di negara berkembang lainnya. Pemasangannya pun relatif cepat karena tidak membutuhkan konstruksi berat. “Dengan teknologi ini, GE, bekerja sama dengan PLN, mengaliri listrik ke daerah-daerah terpencil di Indonesia.” kata Fajar Akbar, Sales Director, Gas Power System, GE Power Indonesia. Pembangkit listrik di atas trailer (trailermounted) itu akan menyumbang pasokan listrik 500 MW yang tersebar di delapan lokasi, antara lain Tarahan (100MW), Pontianak (100MW), Air Anyir (50MW), Lombok (50MW), Paya Pasir (75MW), Nias (25MW), Duri (75MW) Belitung (25MW). Selain delapan lokasi itu, teknologi TM2500 juga telah beroperasi di Gorontalo. Daerah itu menjadi salah satu wilayah yang mengalami defisit listrik, seiring dengan pertumbuhan ekonomi daerah. Namun, sejak dirampungkannya PLTG Gorontalo 100 MW yang menggunakan teknologi ini pada Maret 2016, pasokan listrik pun bertambah. Akhirnya, semakin banyak warga menikmati listrik di rumah mereka. Di sektor kesehatan, GE mendukung kampanye Indonesia Sehat dengan menghadirkan teknologi yang dibutuhkan rumah sakit-rumah sakit kecil di daerah. Sejak diberlakukannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), rumah sakit-rumah sakit



tipe C dan D mengalami peningkatan jumlah pasien. Dukungan peralatan yang terjangkau dan mumpuni pun dibutuhkan. Tahun ini, GE Healthcare menghadirkan alat ultrasound portabel yang terjangkau dan akurat guna meningkatkan layanan kesehatan ibu hamil. Alat ini diciptakan untuk tenaga kesehatan primer. Meski demikian, informasinya akurat. Alat ultrasound portabel ini merupakan bagian dari program Healthymagination GE, komitmen untuk berinvestasi memberikan layanan kesehatan yang mumpuni dan berkesinambungan bagi dunia. Di Indonesia, program global ini disandingkan dengan program GE Healthcare yang bertujuan untuk mendukung target nasional pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan primer, yaitu program Inovasi yang Peduli. Solusi juga diberikan untuk industri migas Tanah Air. Industri migas yang sedang dalam masa sulit karena harga yang fluktuatif menjadi tantangan bagi para pelakunya. Pada tahun 2013, GE Oil and Gas Indonesia memperbarui pabrik di Batam gunamenjadi pabrik pertama yang dapat memproduksi vertical subsea tree di Asia-Pasifik. Perluasan fasilitas GE di Batam ini merupakan wujud komitmen kami untuk lebih meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri dalam solusi kami di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, guna mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan pencapaian target pertumbuhan energi. z



MENGHADIRKAN berbagai teknologi dan solusi untuk pembangunan infrastruktur, itulah dukungan GE untuk Indonesia yang lebih baik.



GE Indonesia:



70



Lebih dari



Tahun Bersama Indonesia



GE telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1940 sebagai penyedia teknologi dan solusi terkini dalam bidang penerbangan, transportasi, pembangkit tenaga listrik, manajemen energi, minyak dan gas, kesehatan, penerangan, dan digital industrial.



4



alat kesehatan dari GE Healthcare



terpasang di berbagai kota di 25,000 unit telah Indonesia, dari Aceh hingga ke Nabire.



Setiap



GE mempekerjakan lebih dari



1,000



1 menit



karyawan Indonesia



di Jakarta, Bandung, Batam dan Surabaya. telah diinvestasikan oleh GE dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Inilah kontribusi GE di Indonesia selama lebih dari 70 tahun.



>$1,5 milyar 1



Transportasi mendukung industri perkeretaapian di Indonesia.



350 lokomotif GEolehdigunakan PT KAI. orang setiap tahunnya menggunakan api milik PT KAI yang digerakkan >200 juta kereta oleh lokomotif GE.



2 proyek 35 GW pemerintah telah beroperasi di Indonesia dengan teknologi TM2,500 dari GE, menghasilkan 125 MW. Pabrik GE Oil & Gas di Batam adalah pabrik pertama yang dapat memproduksi Vertical Subsea Tree di Asia Pasifik. 3



Penerbangan Setiap 68 detik, pesawat yang dilengkapi teknologi GE tinggal landas di seantero Indonesia.



>75% pesawat



di Indonesia menggunakan mesin produksi GE dan joint venture CFM International.



Kontribusi terhadap SME



d d yang dipekerjakan langsung oleh GE ataupun melalui pihak ketiga, adalah bagian dari rantai suplai internasional.



6



> 30%



70 pasien melakukan deteksi dini penyakit jantung dengan menggunakan alat ECG dari GE. 1 pasien mendapatkan diagnostic scan dengan menggunakan alat CT Scan dari GE.



> 1,000 2,000 orang Indonesia



Energi daya listrik terpasang di Indonesia digerakkan oleh turbin GE.



5 pasien terbantukan oleh alat anestesi dari GE dalam tindakan pembedahan.



GE membantu memberikan fasilitas perawatan turbin GE di Bandung yang komponen suku cadangnya disuplai oleh 100 supplier lokal diakui secara internasional sebagai COE Global Repair shop bagi suku cadang turbin gas kelas B/E.



Kini, ada lebih dari



2



15 wanita mendapatkan layanan scanning berkualitas dengan menggunakan alat ultrasound dari GE.



Sejak 2012, >2,500 tenaga medis mendapatkan pelatihan klinis, teknis dan kepemimpinan dari GE melalui ASEAN Healthcare Learning Institute (AHLI) yang bermitra dengan beberapa asosiasi tenaga medis. 5



> 60 tahun



Kesehatan



Pengembangan SDM GE Learning and Technology Center didirikan oleh GE bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN), Garuda Indonesia dan Pertamina untuk pendidikan ilmu teknik dan kepemimpinan serta melokalisasi teknologi GE. Setiap tahunnya, GE berinvestasi lebih dari 7,300 jam pelatihan untuk >1,000 karyawannya, yang meliputi manajemen dan pimpinan bisnis hingga para insinyur yang bekerja di lapangan. Sejak tahun 2000, GE Foundation telah memberikan beasiswa kepada 165 mahasiswa di Indonesia dengan jumlah total sebesar $1 juta atau setara dengan Rp 13 Milyar. Creative by Brilio.net



PUSTAKA IMPIAN TAEH BARUAH CHAIRIL ANWAR PERNAH MENULIS PUISI DI GUBUK BEKAS SURAU DI KAMPUNG HALAMAN AYAHNYA. RENCANA PEMBANGUNAN GEDUNG PUSTAKA TAK KUNJUNG JADI KENYATAAN.



ling kolam ikan itu, Yurida Emni duduk mengenang cerita puluhan tahun silam. Dulu, gubuk itu dikenal dengan nama Surau Rauf. Di sinilah penyair Chairil Anwar pernah belajar mengaji, juga menu-



lis puisi. ”Dulunya surau ini cukup besar. Tapi sebagian sudah roboh,” kata Yurida di Nagari Taeh Baruah, Payakumbuh, Sumatera Barat, Jumat dua pekan lalu. Yurida adalah sepupu Chairil. Perempuan 68 tahun ini anak Zulbaida, adik bungsu Toeloes bin Manan, ayah Chairil. Sekitar 150 meter dari gubuk bekas Surau Rauf, berdiri tegak rumah gadang bergonjong empat. Beberapa ruas dinding kayunya terlihat lapuk. Pintu uta-



62 |



| 21 AGUSTUS 2016



manya sudah diganti. Begitu pula tiga jendelanya. ”Rumah ini puluhan tahun tak dihuni,” ujar Yurida. Di rumah dengan lahan seluas 500 meter persegi inilah Toeloes lahir dari pasangan H Manan dan Saimin. Toeloes anak pertama dari empat bersaudara. Ia menikahi Saleha, perempuan berdarah Jawa. Dari pasangan ini, Chairil lahir di Medan pada 26 Juli 1922. Ketika orang tuanya bercerai, Chairil tinggal bersama keluarga ibunya. Meski begitu, hubungan dengan keluarga sang ayah tidaklah putus. Chairil memiliki sejumlah kemiripan fisik dengan keluarga ayahnya. Di antaranya rambut yang agak pirang. ”Rambut



kami banyak yang pirang, seperti Kakek Manan,” kata Zulkifli, adik sepupu Chairil Anwar, Ahad dua pekan lalu. Zulkifli anak keempat Zulbaida. Zulkifli lantas menuturkan kisah Chairil kecil yang sering menolak perintah guru ngaji dengan berbagai alasan. ”Kalau giliran azan magrib, dia selalu tak berada di surau,” ujar Zulkifli. ”Waktu diminta azan isya, dia menolak dengan alasan mengantuk.” Chairil biasanya hanya bersedia mengumandangkan azan waktu subuh. Dia selalu mengeraskan suara ke arah rumah gadang. Itu bukan tanpa tujuan. Chairil hendak membangunkan neneknya agar segera memasak nasi setelah salat. De-



TEMPO/ANDRI EL FARUQI



D



I gubuk kayu berkeli-



CHAIRIL ANWAR



Rumah gadang tempat kelahiran ayah Chairil Anwar di Jorong Parik Dalam, Nagari Taeh Baruah, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.



ngan begitu, Chairil bisa makan nasi panas sepulang dari surau. ”Dia suka makan,” ujar Zulkifli, 76 tahun, sembari tertawa. Chairil kecil juga dikenal suka membaca. Pada masa itu, dinding beberapa rumah di Taeh Baruah ditempeli koran bekas. Biasanya koran itu untuk menutup dinding yang rusak atau bolong. ”Kadang dia ambil kursi atau meja untuk



membaca koran di dinding bagian atas,” kata Zulkifli. Ketika beranjak dewasa, Chairil pernah tiga kali mengunjungi keluarga besar ayahnya di Nagari Taeh Baruah. Pada 1946, Chairil bahkan pernah tinggal di sana sekitar enam bulan. Menurut Yurida, Chairil pun pernah menulis puisi di gubuk bekas surau itu. Tapi Yurida tak ingat puisi karya kakak sepupunya ter-



sebut. Toehilwi Toeloes, adik seayah Chairil, juga pernah menyinggung puisi yang ditulis Chairil di Taeh Baruah. Salah satunya berjudul ”Nenek”. Puisinya pendek saja: Bukan kematianmu menusuk kalbu Hanya kepergianmu yang menerima segala apa. ”Puisi itu ditulis di atas bungkus rokok Cap Tombak,” ujar Toehilwi dalam acara ”Alek Puisi Taeh” yang digelar Dewan Kesenian Sumatera Barat pada 2005. Di depan rumah gadang keluarga Toeloes Manan, kini terpasang plang bertulisan ”Insya Allah, di sini akan dibangun Gedung Pustaka dan Monumen Chairil Anwar”. Papan pengumuman dipasang lebih dari sepuluh tahun lalu. ”Kabarnya akan dibangun pemerintah kabupaten,” ujar Yurida. Tapi, sejauh ini, belum ada tanda-tanda rencana pembangunan gedung pustaka akan jadi kenyataan. Menurut Wali Nagari Taeh Baruah, Syafri, rencana pembangunan perpustakaan dan monumen itu terganjal masalah dana. ”Kami sedang mencari donatur,” kata Syafri. Bupati Lima Puluh Kota Irfendi Arbi menjelaskan, pembangunan gedung pustaka dan monumen direncanakan pada masa Bupati Alis Marajo (20002005). Namun Irfendi mengaku tak tahu mengapa rencana itu tertunda begitu lama. Irfendi berjanji meneruskan rencana pendahulunya itu untuk menghormati Chairil. ”Akan kami lanjutkan,” ujarnya. ●



Chairil biasanya hanya bersedia mengumandangkan azan waktu subuh. Dia selalu mengeraskan suara ke arah rumah gadang. Itu bukan tanpa tujuan. Chairil hendak membangunkan neneknya agar segera memasak nasi setelah salat. 21 AGUSTUS 2016 |



| 63



KOMNAS PENGENDALIAN TEMBAKAU



MENJAWAB MITOS FCTC



S



ejak Mei 2003, sebanyak 180 negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), atau 90 persen populasi dunia, telah mengadopsi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) atau Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau dalam sidang Majelis Kesehatan Dunia (WHO). Konvensi tersebut terdiri atas 38 pasal dan 11 bab. Secara global, konsumsi rokok/tembakau di negaranegara berkembang menyebabkan 5 juta kematian per tahun. Setelah 13 tahun berlalu, tinggal tujuh negara yang belum menandatangani FCTC, termasuk Indonesia. Profesor Doktor Anhari Achadi, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, salah satu perancang FCTC, menjawab sejumlah mitos. APAKAH BENAR FCTC MENYEBABKAN PHK BURUH?



Banyak pabrik rokok kecil yang tutup meski FCTC belum ditandatangani. Pabrik tersebut runtuh karena kalah bersaing dengan pabrik besar dan adanya mekanisasi (pemakaian mesin) di pabrik-pabrik rokok untuk mengejar target produksi yang semakin tinggi. Apalagi produksi rokok cenderung ingin meningkatkan produksi Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang tidak padat karya daripada Sigaret Kretek Tangan (SKT). Data BPS 2005, jumlah pekerja industri rokok 259 ribu orang dengan upah sekitar



SETELAH lebih dari satu dekade, saatnya Indonesia segera mengaksesi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC).



Lebih dari



Profesor Doktor Anhari Achadi, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia



Negara di dunia menjadi bagian dari FCTC dan menunjukkan komitmennya untuk kesehatan masyarakat



Satu-satunya negara di Asia yang menolak aksesi atau tanda tangan FCTC



Keterangan Telah meratifikas



62 persen dari upah pekerja di sektor industri lain.” APAKAH BENAR FCTC MENGANCAM KEBERADAAN PETANI TEMBAKAU?



Pengendalian perdagangan rokok akan mematikan petani tembakau dalam negeri adalah mitos yang disebarkan untuk membelokkan pengertian tentang FCTC dari perlindungan kesehatan ke mematikan nafkah petani tembakau. Padahal, sebagian besar kebutuhan tembakau untuk rokok lebih banyak dari impor. Selain itu, inti FCTC bukan untuk menyetop suplai pertanian tembakau atau pabrik. Kita ingin agar secara perlahan, demand merokok bisa berkurang, terutama di kalangan generasi muda (mengerem laju angka perokok pemula). AKSESI FCTC MEMBUAT INDONESIA TIDAK BISA BEBAS MENENTUKAN PENDAPAT/ ATURAN SENDIRI, BENAR DEMIKIAN?



Justru terbalik. Ada beberapa hal/ protokol yang harus disepakati oleh anggota yang telah meratifikasi/ mengaksesi, seperti iklan rokok lintas negara pada media (televisi dan online). Jika Indonesia belum menandatangani FCTC, kita akan kehilangan kesempatan mempengaruhi kebijakan global. Kita hanya akan jadi penonton dan sasaran korporasi rokok asing. Jika Indonesia berada di luar perundingan, lalu siapa yang akan memperjuangkan kepentingan kita? SEBENARNYA UNTUK APA FCTC INI?



Tujuan FCTC, sesuai pasal 3, adalah untuk melindungi generasi sekarang dan generasi mendatang dari dampak



Telah menandatangi



Belum tanda tangan



Belum tanda tangan dan ratifikasi (Asia)



merusak terhadap kesehatan, sosial, lingkungan, dan ekonomi akibat penggunaan produk tembakau dan paparan asap tembakau. FCTC untuk mengendalikan penggunaan produk tembakau dalam semua bentuk. BUKANKAH KALAU INDONESIA MEMILIKI ATURAN YANG KUAT TENTANG PENGENDALIAN TEMBAKAU, KITA TIDAK PERLU LAGI FCTC?



Kita tetap perlu FCTC, karena Indonesia bagian dari komunitas internasional. Sesama anggota FCTC bisa melakukan banyak kerja sama antara lain bagaimana mengatur penggunaan pestisida oleh petani tembakau. Sesama anggota FCTC juga bisa berbagi pengalaman, seperti alternatif budi daya untuk petani tembakau. Ditambah, dalam kerangka SDG’s, FCTC adalah salah satu means of implementation (Tujuan 3, MoI 3A)” APA PERAN INDONESIA DALAM PROSES PEMBUATAN FCTC?



Indonesia bersama Cina, India, dan Jepang termasuk 20 negara perumus FCTC di awal penyusunannya. Pada sidang-sidang regional di New Delhi dan Penang, serta di Jenewa, Indonesia aktif memberikan sejumlah usulan. Jadi, Indonesia seharusnya justru jadi pelopor negara lain untuk aksesi FCTC. BANYAK YANG CURIGA FCTC ADALAH CARA ASING MENYETIR INDONESIA, MENURUT ANDA?



Saya tidak sependapat dengan hal ini. Ide FCTC adalah melindungi warga negara, khususnya perokok pemula atau generasi muda, agar terbebas dari rokok.z INFORIAL



PETANI TEMBAKAU



PUN SETUJU :L[\Q\TLYVRVRTLTI\H[RL[HNPOHU& Petani tembakau 94,9% dan mantan petani tembakau 98,2%



:L[\Q\TLYVRVRZLIHIRHURHURLYWHY\WHY\& Petani tembakau 99% dan mantan petani tembakau 95,8%



:L[\Q\HUHR)HWHR0I\TLYVRVR& Petani tembakau 64,4% dan mantan petani tembakau 80,1%



:L[\Q\WLTLYPU[HOW\U`HH[\YHUZVHSYVRVR& Petani tembakau 62,5% dan mantan petani tembakau 83,2%



Setuju



Tidak setuju



7L[HUP[LTIHRH\W\UTLUNLY[PIHOH`HYVRVR KHUZL[\Q\YVRVRKPH[\Y



-*;* TR AK TA T IN TE RN AS IO NA L PE NG EN DA LI AN TE M BA KA U



PAK JOKOWI, AYO SEGERA AKSESI FCTC! * Hasil survei Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) “Persepsi Petani Tembakau dan Mantan Petani Tembakau terhadap Pertanian Tembakau serta Pengendalian Produk Tembakau di Indonesia” (2015) terhadap 500 koresponden (309 petani tembakau saat ini dan 191 mantan petani tembakau) di 3 provinsi penghasil utama tembakau di Indonesia: Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.



EKSEKUSI MATI SANG BUPATI TOELOES BIN MANAN, AYAH CHAIRIL ANWAR, TEWAS DIBUNUH TENTARA BELANDA. MAYATNYA DIBUANG KE SUNGAI.



D



ERU mesin puluhan



pesawat tempur seketika memecah keheningan langit Kota Rengat, Kabupaten Indragiri, Riau. Beberapa detik kemudian, rentetan peluru dan bom menghunjam dari udara. Himron Saheman menceritakan suasana Rengat yang mencekam pada suatu pagi sekitar 70 tahun silam. Himron, kini 90 tahun, melihat ratusan warga Rengat berlarian menyelamatkan diri dari serangan pesawat Mustang milik Belanda itu. Tak sedikit yang hilang nyawa lantaran gagal mencari tempat berlindung. ”Tentara Belanda membabi-buta,” kata Himron ketika ditemui Tempo di Pekanbaru, Riau, pada awal Agustus lalu. Himron bersama kawan-kawannya dari Tentara Republik Indonesia melawan dengan menembakkan peluru ke arah pesawat. Tapi kekuatan musuh terlampau besar. Himron dkk semakin kesulitan tatkala puluhan pesawat Dakota menerjunkan ratusan tentara Belanda. Begitu mendarat, serdadu Belanda langsung menyerbu kota. ”Mereka menembaki penduduk tanpa ampun,” ujarnya. Himron beruntung karena berhasil menyelamatkan diri dan keluar dari Rengat. Serangan hari itu dikenal sebagai Peristiwa Rengat, 5 Januari 1949. Kala itu, Re-



66 |



| 21 AGUSTUS 2016



ngat merupakan ibu kota Kabupaten Indragiri. Bupatinya bernama Toeloes bin Manan, ayah penyair Chairil Anwar. Toeloes menjabat sejak pertengahan 1948. Menurut Harto Juwono dan Yosephine Hutagalung dalam Tiga Tungku Sejarangan: Sejarah Kesultanan Indragiri sampai Peristiwa 5 Januari 1949, penyerbuan Rengat merupakan bagian dari operasi militer Belanda untuk menguasai kota-kota di wilayah Riau. Kala itu, Belanda menerapkan taktik bumi hangus. Belanda menyerang Indragiri dengan dua alasan. Pertama, Belanda menduga tentara Indonesia di sekitar Riau menarik diri ke Indragiri dan membangun



pertahanan di sana. Padahal di Rengat hanya ada sekitar 600 tentara pejuang dengan senjata dan amunisi yang moratmarit. Alasan lain, Belanda tergiur oleh kekayaan alam wilayah itu. Selama hampir satu jam pesawat perang Belanda menggempur pusat kegiatan warga Rengat, seperti pasar dan permukiman. Akibat gempuran udara itu, Kampung Sekip, tempat Bupati Toeloes dan stafnya berkantor, porak-poranda. Serangan susulan oleh pasukan terjun Belanda membuat tentara Indonesia dan warga Kota Rengat semakin kocar-kacir. Hanya dalam waktu dua jam, Belanda berhasil menguasai seluruh kota. Tak hanya melancarkan serangan udara, pasukan Belanda pun menggelar operasi ”pembersihan”. Serdadu Belanda mencari sisa-sisa tentara Indonesia yang bersembunyi di tengah warga sipil. Terjadilah pembantaian besar-besaran terhadap kaum pribumi. Semua orang yang dicurigai ditangkap. Mereka digiring menuju Lapangan Rengat, dijajarkan, lalu diberondong tembakan. Selain tentara, sejumlah polisi dan pamong praja Indragiri menjadi korban pembantaian. Hampir 2.000 orang tewas dalam rangkaian serbuan dan pembersihan itu. Sebagian mayat ditimbun massal. Sebagian lain dihanyutkan begitu saja ke Sungai Indragiri. Bupati Toeloes termasuk korban pembantaian. Menurut Himron, Toeloes tewas ditembak tentara Belanda dalam perjalanan menuju kantornya. Mayatnya dibuang ke Sungai Indragiri. Anak perempuan Toeloes, Nini Toeraiza, punya versi agak berbeda soal kematian sang ayah. Perempuan 78 tahun ini mengatakan ayahnya diseret dari depan rumah mereka ketika terjadi operasi pembersihan. Padahal Toeloes bukan tentara yang ikut berperang. Setelah ditembak, mayat Toeloes dicampakkan begitu saja ke Sungai Indragiri. ”Persis di seberang rumah kami,” ujar Nini. Cerita yang sama disampaikan Nini kepada Raja Belanda Willem-Alexander melalui surat pada akhir Februari lalu. Nini berharap pemerintah Belanda meminta maaf atas tragedi Rengat 70 tahun lalu itu. ●



TEMPO/RIYAN NOFITRA/REPRO/HUMAS PEMKAB INDRAGIRI HULU



CHAIRIL ANWAR



EDISI KHUSUS: CHAIRIL ANWAR



BOHEMIAN PERTAMA JAKARTA PADA 1942, CHAIRIL ANWAR PINDAH KE JAKARTA MENGIKUTI IBUNYA, SALEHA, KARENA BERPISAH DENGAN AYAHNYA, TOELOES, YANG MENIKAH LAGI. DI JAKARTA IA MISKIN BAHKAN TELANTAR. IA MENGGELANDANG DARI SATU TEMPAT KE TEMPAT LAIN. UNTUK BERTAHAN HIDUP, IA SERING MENCURI KECIL-KECILAN. NAMUN DI ”KAMPUNG BESAR” INI PULA CHAIRIL DITEMPA. INTELEKTUALITASNYA BERKEMBANG. BACAANNYA BERTAMBAH BANYAK. WAWASANNYA SEMAKIN LUAS. ILUSTR ASI: KENDR A PAR AMITA



68 |



| 21 AGUSTUS 2016



CHAIRIL ANWAR



21 AGUSTUS 2016 |



| 69



DALAM LINGKARAN SJAHRIR



S



ITI Latifah Herawati



Diah hanya bisa mengingat dua hal tentang Chairil Anwar, yakni syair dan Sutan Sjahrir. Perempuan yang pada 3 April lalu berusia 99 tahun itu bercerita, satu kali pernah Chairil datang ke rumahnya di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat. Chairil datang untuk menemui suaminya, Burhanuddin Mohammad Diah. Herawati lupa kapan tepatnya. ”Yang saya masih ingat, Chairil membacakan ’Aku’ dengan penuh semangat,” katanya saat ditemui Tempo, Jumat dua pekan lalu. Menurut Herawati, Chairil dekat dengan suaminya, yang juga seorang wartawan era kemerdekaan. Dari suaminya, Herawati mengetahui Chairil adalah keponakan Sjahrir, tokoh pergerakan nasional yang menjadi perdana menteri pertama Indonesia. Namun Herawati tak bisa mengingat bagaimana hubungan paman dan keponakan itu. Sejumlah catatan menyebutkan Chairil adalah keponakan Sjahrir dari keluar-



70 |



| 21 AGUSTUS 2016



ga ibunya, Saleha. Chairil dan ibunya datang ke Batavia pada 1941. Keduanya ketika itu kemudian menumpang di rumah Sjahrir di Jalan Dambrink atau kini Jalan Latuharhary 19. Pada saat bersamaan, Sjahrir juga baru kembali dari Banda Neira, Maluku, setelah diasingkan tujuh tahun oleh Belanda bersama tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya. Usia Sjahrir 13 tahun lebih tua ketimbang Chairil. Chairil kemudian bertemu dengan anak angkat Sjahrir dari Banda Neira. Salah satunya Des Alwi. Des tinggal sekamar dengan Chairil. Seperti diungkapkan Des Alwi dalam bukunya, Friends and Exiles: A Memoir of The Nutmeg Isles and The Indonesia Nationalist Movement (Cornell Seap on Sea, 2008), Chairil yang dia panggil Ninik memiliki kemampuan bahasa Inggris dan Belanda sangat baik. Dengan dua bahasa ini, menurut Des, Chairil kerap berdebat tentang apa pun dengan Sjahrir. Di mata Des, Chairil adalah kutu buku. Menurut Des, Sjahrir sangat mengagumi kecerdasan keponakannya ini. Sjahrir juga menyuntikkan pemikiran-pemikiran ideologis kepada Chairil.



Dari Des, Chairil untuk pertama kalinya mendapatkan cerita tentang Kepulauan Maluku. Misalnya, tentang bagaimana sakralnya pohon pala dan mitos tentang datu. Des juga yang memperkenalkan Chairil kepada Leonardine Hendriette Tamaela atau dikenal Dien Tamaela. Gadis berdarah Maluku itu tinggal dengan kedua orang tuanya tidak jauh dari rumah Sjahrir saat di pengasingan tersebut. Chairil semakin tertarik pada Maluku setelah mendengar cerita tentang wilayah itu dari Dien. Saat keduanya makan di sebuah restoran, Dien bercerita tentang datu keturunannya yang pertama di Maluku, dari Radjawane sampai akhirnya Tamaela. Kekaguman Chairil terha-



TEMPO/SUBEKTI



SEBAGAI KEPONAKAN DAN TINGGAL DI RUMAH SUTAN SJAHRIR, CHAIRIL DEKAT DENGAN BERBAGAI KALANGAN, TERMASUK TOKOH PERGERAKAN NASIONAL. IA PERNAH MENJADI KURIR UNTUK MENYAMPAIKAN INFORMASI PENTING DARI SJAHRIR.



CHAIRIL ANWAR



... ...



Bangunan yang dulunya rumah Sjahrir di Jalan Latuharhary 19, Jakarta.



dap cerita Dien tentang Maluku kemudian dituangkan dalam sajak ”Cerita buat Dien Tamaela”. Beta Pattiradjawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu ... ... Betta Pattiradjawane, menjaga hutan pala Beta api di pantai. Siapa mendekat Tiga kali menyebut beta punya nama



Sejarawan Rusdi Husein mengatakan Sjahrir dan orang-orang dekatnya banyak mempengaruhi kehidupan Chairil. Selain mengenal anak-anak angkat Sjahrir, menurut Rusdi, Chairil mulai banyak berhubungan dengan tokoh politik dan pergerakan serta seniman lain. Tokoh pergerakan di lingkaran Sjahrir yang dekat dengan Chairil adalah Soedjatmoko atau Koko, Sudarpo, juga Subadio Sastrasatomo atau Kiyuk. Ketiganya dikenal sebagai ”The Sjahrir’s Boys” atau lingkaran dalam kelompok Sjahrir. ”Tapi Chairil tetap memilih menjadi penyair, tidak mau menjadi politikus seperti mereka,” kata Rusdi.



Berada di lingkaran Sjahrir, Chairil juga mengenal banyak wartawan. Menurut sejumlah literatur tentang Chairil, selain dengan Herawati dan suaminya, Chairil juga berteman dengan banyak wartawan di era kemerdekaan. Dua di antaranya Rosihan Anwar dan Mochtar Lubis. Rusdi Husein mengatakan Chairil memiliki banyak teman wartawan karena ia kerap melibatkan diri dalam aktivitas politik dan perjuangan Sjahrir. Dalam banyak kegiatan, baik sebagai tokoh pergerakan maupun ketika menjadi perdana menteri, Sjahrir kerap mengajak wartawan. ”Chairil hanya ikut-ikutan,” kata Rusdi. Chairil juga pernah menjadi ”kurir” penting bagi Sjahrir pada awal Agustus



21 AGUSTUS 2016 |



| 71



UNIVERSITAS PASUNDAN



MEMANTAPKAN MENJADI GREEN CAMPUS



P



rihatin dengan nasib Sungai warga di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Citarum yang dicap sebagai Bandung. Bibit-bibit pohon itu ditanam di sungai terkotor di dunia, lahan 35 hektare milik Perhutani. Selain Universitas Pasundan (UNPAS) alpukat, ada pohon kopi yang ditanam warga menawarkan solusi. Sungai setempat. terpanjang di Jawa Barat ini menjadi kotor “Untuk menahan erosi, harus ada pohon karena limbah industri dan limbah rumah keras, pohon produktif. Makanya kami tangga. Aliran sungai pun dituding menjadi tanam di situ alpukat. Untuk menjaga tanah penyebab banjir di daerah-daerah yang tetap gembur, dilakukan tumpang sari. dilewatinya. Misalnya satu pohon alpukat, di bawahnya “Saya tahu betul, sejak saya SMA pada ditanam sayuran, ” ucap Eddy. 1972, banjir hanya terjadi di Andir, Dayeuh Meski langkah ini hanya memberikan Kolot, Citeureup, Ciodeng. Sekarang kontribusi kecil, Eddy yakin, tumbuhnya sudah melebar ke Cieunteung, ” pohon-pohon keras membuat erosi kata Rektor UNPAS Prof. Dr. berkurang. Begitu pula dengan Ir. H. Eddy Jusuf Sp.M.Si., sedimentasi. Harapannya, M.Kom. banjir berkurang di daerah Bisa dihitung, sejak 1972, hilir, seperti di Andir, meski kepala daerah dan Cieunteung, Rancamanyar, kepala negara berganti dan Dayeuh Kolot. berapa kali, belum ada Ia menilai, program satu pun yang berhasil Citarum Bestari, yang menuntaskan permasalahan di digalakkan Pemerintah Sungai Citarum. Walaupun Provinsi Jawa Barat, cukup Prof.Dr.Ir.H.Eddy Jusuf Sp.MSi, M.Kom setiap tahun telah ada upaya mengubah wajah Sungai Rektor Universitas Pasundan normalisasi sungai Citarum Citarum. Dari beberapa titik di bagian hilir justru sungai alirannya, seperti di kawasan itu kini berubah bagaikan septic tank raksasa. Cilampeni dan Rancamanyar, sungai Sebab, hampir semua limbah industri dan tampak lebih bersih. UNPAS merangkul rumah tangga di buang ke sungai ini. tokoh-tokoh masyarakat ikut mengedukasi Salah satu solusi yang ditawarkan UNPAS warga di sepanjang DAS Citarum. melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat “Kami tidak bisa sendirian. adalah mengurangi sedimentasi yang Bagaimanapun perlu peran tokoh-tokoh diakibatkan erosi. Caranya dengan menanam masyarakat dan warga. Misalnya di Kertasari pohon keras di bantaran sungai. Kegiatan ini (mengubah) kebiasaan membuang kotoran dilakukan setiap tahun oleh mahasiswa dan sapi ke sungai, tapi dibuat kompos,” ujarnya. Eddy membandingkan Sungai Citarum dengan Kalimalang, kali besar yang melintasi kawasan Bekasi, hingga Jakarta Timur, yang sekarang tampak lebih bersih. Terlebih, sekarang, sepanjang sisi sungai UNTUK dipasang turap. Karena itu, kelihatan rapi. menjaga Kepedulian UNPAS terhadap lingkungan Sungai Citarum, juga diwujudkan di Pantai Pangandaran. Di kabupaten baru itu, tepatnya di Kecamatan mahasiswa dan Parigi, masyarakat diberdayakan untuk warga setempat diajak memelihara tumbuhan bakau yang menanam pohon bermanfaat menahan laju abrasi dan serbuan ombak serta berfungsi sebagai alpukat di bantaran rumah ikan-ikan. Melalui unit LPM sungai itu. Teknologi Pangan, UNPAS membagi terobosannya untuk mengolah tumbuhan bakau. Daun dan buah dari tumbuhan INFORIAL



bakau dapat dibuat dodol serta sirup. Daun bakau diolah menjadi teh. Sampah di Kota Bandung, tempat kampus-kampus UNPAS berdiri, turut menjadi hal yang diperhatikan. Beberapa waktu lalu, UNPAS menandatangani nota kesepahaman dengan Yayasan PLN untuk pengelolaan sampah dengan alat biodigester. Bak berukuran 6 x 8 meter ini mampu mengolah sampah menjadi kompos dan sumber energi, seperti listrik dan gas. Alat tersebut diujicobakan di Kampus UNPAS Setiabudhi. Jumlah minimal sampah yang bisa dimasukkan ke alat itu 25 kilogram per sekali olah. Karena itu, UNPAS mengajak RW setempat untuk membuang sampah . Sebab, sampah di lingkungan Kampus UNPAS Setiabudhi tak pernah bisa mencapai berat itu dalam 1 hari. Eddy berencana membawa alat ini ke daerahdaerah binaannya di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Pangandaran. UNPAS pun bekerja sama dengan lembaga-lembaga di luar negeri mewujudkan lingkungan bersih. Belum lama ini, UNPAS turut serta dalam program penelitian bernama Research Complex Programme yang diselenggarakan pemerintah Kitakyushu, Jepang, melalui Yayasan Kitakyushu, untuk kemajuan industri, sains, dan teknologi (FAIS). Yayasan ini bekerja sama dengan Badan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Jepang atau Japan Science and Technology Agency dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi (MEXT) Jepang. Hasil-hasil penelitian UNPAS tentang pemeliharaan lingkungan akan direkomendasikan ke JST Agency, kemudian diadopsi. Proposal dosendosen UNPAS, terutama Prodi Teknik Lingkungan, dimasukkan sebagai proyek di JST Agency yang akan disebarluaskan. Program yang dimulai pada September 2016 menargetkan pencemaran udara di kota-kota dunia turun hingga 50 persen pada 2020 dengan memasyarakatkan hasil riset ini. Kota Kitakyushu, yang dulu dikenal sebagai kota kotor dan berpolusi, kini menjadi hijau dengan udara rendah karbon.z



INFORIAL



Subadio. Satu hal yang dihindari Chairil adalah melibatkan diri dalam rapat Sjahrir dan para pemuda di rumah pamannya itu. Kalaupun harus nimbrung, seperti yang dikisahkan Sjuman Djaya lewat buku skenario Aku terbitan Pustaka Utama Grafiti pada 1987, Chairil sekadar ingin meminta cerutu dari Sjahrir. Ini misalnya terjadi pada November 1945. Ketika itu Chairil menyela rapat pemuda yang dipimpin Sjahrir di rumahnya. Sjahrir saat itu sudah menjadi perdana menteri. ”Selamat pagi, Bapak Perdana Menteri. Ada yang sedang penting rupanya. Saya interupsi sebentar cuma buat ini, kok...,” ujar Chairil sambil mengambil beberapa batang cerutu di depan Sjahrir dan bergegas meninggal ruangan itu. Bung Kecil—begitu panggilan Sjahrir— tidak marah melihat kelakuan keponakannya tersebut. Sjahrir biasanya kemu-



Pendiri harian berbahasa Inggris, Indonesian Observer (1955), Siti Latifah Herawati Diah, di Jakarta. Lord Killearn dan Christeley di rumah Sjahrir, 1946 (kanan). dian hanya memanggil Chairil. ”Ril, sini dulu! Kenalkan kawan-kawan ini.” ●●●



Mulai kelam Belum buntu malam Kami masih saja berjaga Thermophylae Jagal tidak dikenal Tapi nanti Sebelum siang membentang Kami sudah tenggelam Hilang…



Menurut Subadio, pada 10 Agustus 1945, Chairil bergegas menemuinya di kantor Komisi Bahasa Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 23 . Kepada Subadio, Chairil yang menjadi ”kurir” informasi dari Sjahrir membawa berita penting yang diperoleh dari radio luar negeri itu: Amerika menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. ”Saya menyampaikan berita dari Sjahrir itu ke kelompok pemuda dan teman-teman,” kata Subadio. 74 |



| 21 AGUSTUS 2016



TEMPO/SUBEKTI



1945. Ketika itu Sjahrir meminta Chairil menyampaikan informasi tentang Jepang yang kalah oleh Sekutu kepada para pemuda dan mahasiswa pejuang. Inilah pesan Sjahrir yang kemudian menggerakkan semua pejuang hingga berujung pada penculikan Sukarno dan Mohammad Hatta agar keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Jika tidak dilakukan, demikian menurut Sjahrir, Belanda yang membonceng Sekutu akan kembali menjajah Indonesia. Informasi penting itu didengar Sjahrir melalui siaran radio luar negeri yang ketika itu sangat dilarang oleh Jepang. Jika ada yang kedapatan mendengar dan menyebarkan siaran radio negara-negara pendukung Sekutu, tentara Jepang akan langsung menangkap orang itu. Menurut kesaksian Subadio Sastrasatomo, dalam buku Soebadio Sastrosatomo, Pengemban Misi Politik, terbitan 1995, yang ditulis Rosihan Anwar, semua pesawat radio di Batavia ketika itu disegel. Hanya ada satu frekuensi radio Jepang yang boleh didengar, yakni Hosso Kyoku. Sjahrir mendapatkan radio gelap itu dari Chairil. Radio Philips yang dipakai Sjahrir untuk memantau siaran luar negeri ini dibeli Chairil dari seorang nyonya Belanda yang tengah kesulitan ekonomi karena suaminya ditahan Jepang. Menurut Subadio, pada 10 Agustus 1945, Chairil bergegas menemuinya di kantor Komisi Bahasa Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 23 . Kepada Subadio, Chairil yang menjadi ”kurir” informasi dari Sjahrir membawa berita penting yang diperoleh dari radio luar negeri itu: Amerika menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. ”Saya menyampaikan berita dari Sjahrir itu ke kelompok pemuda dan teman-teman,” kata



FOTO: PERPUSNAS



CHAIRIL ANWAR



Sajak ini menandai kiprah Chairil secara fisik dalam pergerakan nasional, tidak lama setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan. Sajak itu ditulis di Markas Angkatan Pemuda Indonesia di Menteng 31, Jakarta, yang sekarang dikenal dengan Gedung Joang. Di tempat inilah Sukarno, Mohammad Hatta, Amir Sjarifuddin, dan Ki Hadjar Dewantara mengajarkan nasionalisme. Menurut penulis buku Chairil Anwar: Sebuah Biografi, Hasan Aspahani, di tempat ini Chairil menyerap gairah perjuangan. ”Aktivitas Chairil ini dilaporkan ke Sjahrir,” ujar Hasan. Selain di Gedung Joang, Chairil leluasa bergerak di sejumlah asrama yang menjadi pusat perjuangan pemuda dan mahasiswa di Jakarta. Misalnya di asrama milik perguruan tinggi Islam di Jalan Prapatan 10 dan asrama di Jalan Cikini. Chairil leluasa bergerak dari asrama satu ke asrama lain karena para pemuda dan mahasiswa itu menghormatinya sebagai ke-



ponakan Sjahrir. Chairil juga kerap ikut bersama Sjahrir berkunjung ke jaringannya di Bandung, Cepu, Yogyakarta, hingga Surabaya. ”Di sana ada kegiatan pemuda yang dipimpin Sjahrir,” kata Abu Bakar Lubis dalam bukunya, Kilas Balik Revolusi: Kenangan, Pelaku, dan Saksi, 1992. Ia ketika itu mahasiswa kedokteran yang dekat dengan Sjahrir. A.M. Chandra, saksi sejarah, mengatakan kerap melihat Chairil, dengan bajunya yang kusut dan rambut tidak pernah disisir, muncul di asrama Patuk, Yogyakarta, bersama Des Alwi, Abu Bakar Lubis, dan Ali Algadri. ”Mereka anak muda kaki tangan Sjahrir, mempertaruhkan nyawa menjadi penghubung pusat perjuangan di Jakarta dengan pusat perjuangan di Jawa Tengah dan Jawa Timur,” ujar Chandra, seperti tertulis dalam artikel ”Chairil Anwar dan Perjuangannya” di Sinar Harapan, 28 April 1971. Menurut Des Alwi, Chairil melengkapi diri dengan sepucuk pistol. Des menye-



but dia—termasuk Chairil—sebagai pasukan bawah tanah. Jika tidak terpakai, kata Des, pistol itu disimpan di dalam tanah dengan dibungkus kain agar tidak berkarat. Kendati sangat bangga kepada Sjahrir, Chairil tidak pernah menulis sajak khusus untuk sang paman. Justru untuk Sukarno, Chairil menulis sebuah sajak, ”Persetujuan dengan Bung Karno”. Hingga kemudian, pada 1948, Chairil membuat sajak ”Krawang-Bekasi”, yang satu baitnya menyebutkan Sjahrir dan memposisikan pamannya itu sejajar dengan Sukarno dan Hatta, nama-nama yang dalam sajak itu harus dijaga bangsa Indonesia. Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskanlah jiwa kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Sjahrir ●



21 AGUSTUS 2016 |



| 75



DITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN



S



ekitar 1.000 jiwayang terdiri dari penduduk Pulau Enggano, pegawai dari 17 Kementerian/ Lembaga Republik Indonesia, Pemerintah Provinsi Bengkulu, Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara, puluhan personel TNI Korem 041/Garuda Emas, dan anggota Polda Bengkulu akan menghadiri peringatan HUT ke-71 RI di Lapangan Apoho, Pulau Enggano, Rabu, 17 Agustus 2016. Sebanyak 72 pelajar (SMP dan SMA) lokal diikutsertakan dalam pasukan pengibar bendera (paskibra). Seusai upacara bendera, masyarakat Enggano berencana menganugerahkan gelar adat kepada menteri, gubernur, dan bupati. Para peserta upacara malam sebelumnya dihibur oleh warga sekitar dengan Festival Seni dan Budaya Enggano. Acara ini menampilkan tari-tarian, kesenian, lagu-lagu, dan makanan khas setempat. Sebelum pengibaran bendera, digelar workshop Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar (PPKT), bakti sosial, penanaman vegetasi pantai, transplantasi terumbu karang, bersih pantai dan aksi tepian negeri yang bekerjasama dengan LSM DFW Indonesia. Seusai upacara bendera, penyerahan bantuan kepada masyarakat PPKT pun dilakukan. KKP memberikan bantuan dermaga apung dan becak motor sebagai alat angkut distribusi air serta alat selam untuk mendukung kelompok wisata di kawasan Pulau Enggano. Bantuan lainnya berupa penguatan sinyal dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta bantuandari Kemenpora berupa pelatihan pemuda maritim, pemberdayaan pemuda maritin, pendampingan pemuda maritim, dan pelatihan pemuda wisata



UPACARA peringatan HUT ke-71 RI di Pulau Enggano dilakukan untuk membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat. Kementerian/lembaga negara bertugas meningkatkan infrastruktur pulau-pulau kecil terluar.



PANTAI Kaana di Desa Kaana



SERIUS MEMBANGUN IKLIM PULAUPULAU TERLUAR sebanyak 50 pemuda yang berada di Pulau Enggano. Pulau Enggano merupakan satu dari 31 pulau terluar berpenduduk yang menjadi salah satu mandat Perpres 78 Tahun 2005 tentang PPKT. Pulau Enggano menjadi lokasi kedelapan upacara hari ulang tahun kemerdekaan RI, yang diinisiasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan, sejak 2009. Pulau yang terletak 100 kilometer dari barat daya Pulau Sumatera ini dipilih berkat usulan Bupati Bengkulu Utara sejak akhir 2015, yang diperkuat oleh surat Gubernur Bengkulu, Mei lalu. “Yang paling penting, Pulau Enggano berhadapan dengan Samudera Hindia sebagai batas kontinen yang perlu dijaga,” ujar



Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, KKP, Brahmantya Satyamurti Poerwadi, S.T. Pulau Enggano perlu diperkenalkan kepada pihak kementerian/lembaga lain untuk meningkatkan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakatnya. Tujuan upacara bendera HUT RI di PPKT ialah membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat bahwa PPKT berpenduduk merupakan bagian integral NKRI. Dengan kegiatan upacara tingkat nasional, diharapkan masyarakat Pulau Enggano merasakan wujud kehadiran negara. “Yang harus diciptakan adalah membangun iklim pulau-pulau terluar dengan serius,” kata Brahmantya, yang sebelumnya menjabat sebagai Overseas Manager PT Pertamina (Persero). Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla telah mencanangkan laut



  



±



PETA PROVINSI BENGKULU



!!



!



!



!



! ! (



!



  



!



!



  ! ! ( P. Tapakarifin



!







!



      ! ! ( ! ! (   ! ! (   



! ! ! (



!



P. Tapakbalai



! ! !



P. Tikus



!



! " ) 



P. Mega



  ! ! (



!



!



!



!



!



!



!



!



!



 ! ! (



!



!



!



!



!



!



!



!



.P



!







!



P. Enggano ! P. Dua ! ! P. Merbau ! ! P. Bangkei



P. Satu!







!







!



(VUL'H/RUPH*(%&212$$ 1*'&DQGRWKHUFRQWULEXWRUV



!



!



!



!



!



!



  ! ! (







(VUL'H/RUPH*(%&212$$1*'&DQGRWKHUFRQWULEXWRUV



sebagai masa depan Bengkulu mengusulkan bangsa. Karena itu, pembangunan sentra pemerintah berupaya kelautan dan perikanan menciptakan kedaulatan terpadu (SKPT) di Pulau di laut, kesejahteraan, Enggano dioptimalkan. dan makmur. Umumnya, Wilayah tersebut masyarakat pulau terluar memiliki potensi bekerja sebagai nelayan. perikanan tangkap ikan Berkat diberantasnya jenis pelagis yang besar, praktek IUUF (Illegal termasuk ikan tuna. Unreported Unregulated Bupati Bengkulu BRAHMANTYA Fishing), stok ikan Utara Mian mengatakan SATYAMURTI berlimpah. “Dalam jangka pihaknya berupaya POERWADI, S.T. panjang, pemerintah mengembangkan sektor Direktur Jenderal mendampingi masyarakat pariwisata di Pulau Pengelolaan Ruang Enggano untuk terus Enggano. Penampilan Laut, KKP, mengembangkan usaha seni-budaya, kuliner asli perikanan tangkap,” ujar Pulau Enggano, karya Brahmantya. ukir, dan wisata alam bawah laut Akses transportasi laut dan menjadi sajian utama, baik turis udara ke Enggano diharapkan domestik maupun asing. Dua motif mendukung pengembangan Batik peninggalan Belanda pada potensi wisata bahari. Masuknya 1800 dari Pulau Enggano menambah wisatawan dan interaksi dengan varian perbatikan Indonesia. orang asing akan mempengaruhi Imron Rosyadi, Koordinator aspek sosial-budaya masyarakat Lapangan Upacara Hut ke-71 RI setempat. “Karena itu, mereka di Pulau Enggano mengatakan harus diberdayakan agar mandiri kesempatan Bengkulu menjadi dan mampu bersaing. Sebab, tidak tuan rumah adalah momentum mungkin mereka didampingi agar keindahan Pulau Enggano terus,”kata Brahmantya. lebih dikenal wisatawan domestik Gubernur Bengkulu Ridwan dan internasional. “Bengkulu Mukti mengatakan masa depan selayaknya menjadikan Enggano Provinsi Bengkulu berada di sebagai ikon. Orang luar enggak laut. Dengan panjang pantai apa-apa tidak mengenal Bengkulu, 525 kilometer, potensi sektor tapi harus tahu Enggano karena maritim wilayahnya sangat besar. lebih bagus dari Bunaken dan Raja Karena itu, Pemerintah Provinsi Ampat,”ujarnya. z



ENGGANO tercatat sebagai pulau terluar Indonesia bagian barat dengan luas 400,6 kilometer persegi. Enggano secara administratif tercatat menjadi sebuah kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara yang memiliki enam desa, yaitu Kahyapu, Kaana, Malakoni, Meok, Apoho, dan Banjarsari. Jumlah penduduknya lebih dari 600 kepala keluarga atau 3.934 jiwa. Jarak ke Pulau Enggano dari pusat Kota Bengkulu ialah 90 mil laut atau 156 kilometer. Sedangkan jarak terdekat dengan Kota Manna, Bengkulu Selatan, 96 kilometer atau 60 mil laut. Pulau Enggano bisa dijangkau melalui jalur laut dan udara. KMP Pulo Tello beroperasi dua kali sepekan, yakni setiap Selasa dan Jumat (BengkuluEnggano) serta Rabu dan Sabtu petang (EngganoBengkulu). Kendala cuaca, kerusakan teknis, atau perbaikan rutin mengakibatkan kapal laut tak bisa menyeberang ke Enggano. Masyarakat bergantung terhadap kapal laut karena semua barang kebutuhan pokok, seperti beras, gula, garam, minyak goreng, penyedap rasa, telur ayam, dan BBM didatangkan dari Bengkulu. Setiap 2 hari sekali, puluhan ton pisang kepok dari Pulau Enggano dikirim ke provinsi tetangga di Sumatera dan Jawa. Pesawat bermuatan 15 orang juga telah melayani rute BengkuluEnggano dua kali sepekan (Senin dan Jumat) dengan waktu tempuh 1 jam. Saat ini, runway Bandara Enggano sedang diperpanjang dari 1.300 meter menjadi 1.500 meter. Nantinya, Bandara Enggano bisa didarati pesawat bermuatan 50-60 penumpang. Dari sisi infrastruktur energi, Pulau Enggano tertinggal dibanding kecamatan lainnya di daratan Bengkulu. PLTS hanya ada di Desa Kahyapu dan Banjarsari dengan kapasitas terbatas untuk penerangan. Empat desa lainnya menggunakan genset bantuan program PNPM dengan waktu pemakaian 5 jam (17.00-23.00 WIB). “Yang jadi kendala di sini ialah terang saat siang. Ketika malam, sepertinya enggak perlu terang,” ujar Camat Kepulauan Enggano Marlansius. Sinyal telekomunikasi juga menjadi kendala besar. Dua menara BTS milik Telkomsel tak mampu menjangkau seluruh desa. Dari sisi infrastruktur jalan, Enggano juga terbelakang. Dari 43 kilometer jalan yang menghubungkan enam desa, sekitar 15 kilometer sudah diaspal. Hanya kendaraan SUV dan pick up yang sanggup melintasi sebagian besar jalan tanah merah yang licin dan berlumpur jika hujan. Biaya pembangunan jalan di Enggano empat kali lipat lebih besar dibanding wilayah lainnya karena material harus diangkut menggunakan kapal. z



±



P. Enggano !



! P. Dua Kecil ! P. Dua



P. Bangkei !



P. Satu !



! P. Merbau



(VUL'H/RUPH*(%&212$$ 1*'&DQGRWKHUFRQWULEXWRUV







.P



(VUL'H/RUPH*(%&212$$1*'&DQGRWKHUFRQWULEXWRUV



INFORIAL



!



!



Serba Tertinggal setelah Tujuh Dekade



LONTANGLANTUNG DI BATAVIA EJAK Belanda bertekuk lutut kepada Jepang, Maret 1942, hubungan antara wilayah Sumatera dan Jawa terputus. Di Batavia, berpindahnya kekuasaan ke tangan tentara Dai Nippon ini memutarbalikkan kehidupan semua orang, termasuk Chairil Anwar. Ia tak lagi mendapat kiriman uang dari ayahnya, yang masih tinggal di Medan. Menurut Hasan Aspahani, dalam bukunya, Chairil Anwar: Sebuah Biografi (2016), terputusnya hubungan dengan ayahnya di Medan membuat Chairil yang terbiasa hidup berkecukupan dengan kiriman ayahnya itu tiba-tiba harus mencari nafkah sendiri. Chairil dan ibunya, Saleha, menumpang di rumah Sutan Sjahrir di Jalan Dambrink atau sekarang Jalan Latuharhary 19 (kantor firma hukum Elza Syarief dan rekan), Menteng. Mereka hidup serba kekurangan. Mereka bisa bertahan dengan menguangkan apa saja yang berharga untuk dijual, sambil berharap situasi



S 78 |



| 21 AGUSTUS 2016



akan lekas membaik. ”Ia sempat bekerja di kantor Jepang, tapi itu bukan dunianya,” kata Hasan dalam bukunya. Sjahrir, yang menolak bekerja sama dengan Jepang, pun hidup dalam keterbatasan ekonomi. Namun Sjahrir kadang-kadang mendapat santunan dari kawan-kawan seperjuangannya. Senasib dengan Chairil adalah Des Alwi, anak angkat Sjahrir dan Mohammad Hatta dari Banda Neira. Keduanya sama-sama penganggur. Dalam situasi sulit itu, Chairil punya ide berdagang barang bekas. Ia memulai kongsi usaha bersama Des Alwi dengan modal dari Sjahrir 500 gulden. Pernah suatu hari Chairil dan Des Alwi ”mengambil barang” dari nyonya Belanda. Sjahrir tak suka. Tapi mencuri, menjual barang milik kawannya tanpa pemberitahuan, kelak menjadi kebiasaan dan perilaku Chairil untuk bertahan hidup. Tak lama kemudian Sjahrir pindah rumah ke Jalan Maluku 19. ”Rumah itu agak kecil, sehingga Chairil dan ibunya harus mencari tempat tinggal lain,” kata Des Alwi dalam bukunya, Friends and Exiles: A Memoir of The Nutmeg Isles and The In-



donesia Nationalist Movement (2008). Des Alwi ingat, saat itu Chairil pindah ke rumah seorang temannya di Sawah Besar, kemudian ke Kwitang. Setelah itu ia selalu berpindah dari satu rumah ke rumah lain. Hans Bague Jassin, sastrawan yang juga sahabat Chairil, dalam wawancara yang dimuat di Tempo edisi 30 September 1989, menceritakan Chairil yang lontang-lantung, tidak punya pekerjaan tetap. ”Dia memilih mengabdi pada seni,” kata Jassin. Chairil datang mengunjungi rumah atau kantor Jassin, keluar-masuk semaunya saja. Tingkah lakunya seenaknya. Terkadang dia datang naik becak dan meminta Jassin membayarnya. Bila masuk ke rumah dan Jassin tak ada, dia sering meminjam mesin ketik atau buku. Ada yang dikembalikan, ada yang tidak. ”Saya kesal buku-buku ini tak kembali, karena saya sudah memberi catatan-catatan di pinggirnya,” kata Jassin. Hampir semua temannya di masa itu sebenarnya pernah menjadi tempat ampiran Chairil. Ia menumpang tidur atau sekadar makan siang. ”Badannya ce-



DOK.TEMPO/ILHAM SOENHARJO



PADA ZAMAN PENDUDUKAN JEPANG, HIDUP SEMAKIN SULIT. UNTUK BERTAHAN, CHAIRIL MENCURI, MENJUAL BARANG KAWANNYA TANPA MEMBERI TAHU PEMILIKNYA.



CHAIRIL ANWAR



Des Alwi di Jakarta, 1981.



TEMPO/SUBEKTI



Bangunan yang dulunya rumah indekos Sam Soeharto di Jalan Paseban 3G, Jakarta (kanan).



king seperti kekurangan makan. Mungkin karena itu dia selalu datang ke rumah saya tepat jam makan siang, ha-ha-ha...,” kata sastrawan dan wartawan Mochtar Lubis kepada Tempo pada medio Maret 1992. ”Dia itu seperti parasit,” ujar Daoed Joesoef, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang pernah bertemu dengan Chairil. Rosihan Anwar juga menuturkan, Chairil kerap main ke rumahnya di Paviliun Pegangsaan Barat Nomor 6 (kini Apartemen Menteng). ”Chairil Anwar pun sering mampir,” tutur Rosihan dalam bukunya, Belahan Jiwa: Memoar Kasih Sayang Percintaan Rosihan Anwar dan Zuraida Sanawi. Rumah itu menjadi saksi pertengkaran Chairil dan Hapsah, istri-



nya, hampir setiap hari. Tempat lain yang paling sering disinggahi adalah sanggar pelukis Affandi di Taman Siswa di Jalan Garuda, Kemayoran, atau di Jalan Jawa (sekarang Jalan H O.S. Cokroaminoto) 28A, Menteng. Keduanya berteman sejak kepindahan Affandi dari Bandung ke Jakarta pada 1942-1943. Menurut Kartika Affandi, anak Affandi, Chairil sering datang sendirian dan pulang sesukanya, juga sering menginap di rumahnya. ”Karena Om Chairil juga punya kunci rumah kami,” kata Kartika kepada Tempo. Saat itu usia Kartika 8 atau 9 tahun. Menjelang kematiannya, Chairil menumpang di rumah karikaturis Indonesia Raya, Sam Soeharto. Soeharto indekos di rumah Miftah Abdul Jassin bin Haji Jassin di Paseban 3G. Rumah yang dipecah menjadi ruko-ruko 3A-H itu sekarang sudah bukan milik keluarga Miftah. Kepada Ajip Rosidi, Sobron Aidit menuturkan bahwa Chairil sering menginap di rumahnya di kawasan Gondangdia Kecil, Menteng. Chairil bertahan hidup dan memenuhi kebutuhannya membaca dengan men-



curi. Salah satu kenakalannya yang melegenda adalah aksinya bersama Asrul Sani. Suatu hari Chairil pernah mengajak Asrul mencuri buku filsafat di toko buku terbesar bernama Van Dorp. Sekarang toko buku itu menjadi kantor dealer Toyota Astra. Van Dorp dulu dikenal sebagai toko buku yang menjual buku-buku bagus. Mereka salah ambil buku berjudul Also Sprach Zarathustra karangan filsuf Friedrich Nietzsche. Chairil punya pembenarannya sendiri: tak apa-apa mencuri kalau di toko milik orang Belanda. ”Bangsa mereka juga merampok kekayaan negeri kita,” katanya. Maka, jika kawan-kawannya membutuhkan buku, mereka mengandalkan Chairil untuk mengambil buku sonder bayar. Dia tak pernah tertangkap basah. Salah satu pelanggannya adalah sastrawan dan wartawan Mochtar Lubis. Chairil tak pernah membayar utang, kecuali dengan buku-buku yang dia ”selundupkan” keluar tanpa lewat kasir. ”Chairil menyumbang perpustakaan saya dengan buku-buku curiannya,” kata Mochtar. ”Saya tahu betul, Chairil sangat ahli mencuri buku di Van Dorp.” Dia juga sering meminjam buku milik perpustakaan USIS (United States Information Service) untuk Mochtar Lubis dan tidak mengembalikannya. Namun keberuntungannya tak begitu bagus di hadapan Kenpetai (polisi Jepang). Chairil berulang kali ditangkap lantaran mencuri macam-macam barang: dari cat hingga seprai. Mia Bustam, istri maestro lukis Sudjojono, mengenang peristiwa itu dalam buku Sudjojono dan Aku. Suatu hari, Chairil minta dilukis oleh Sudjojono. Karena persediaan cat putihnya hampir habis, Chairil mengandalkan kelicinannya mencuri. Namun kali ini dia tertangkap dan disiksa Kenpetai. Dalam kesempatan lain, Saleha, ibunda Chairil yang tahu bahwa anaknya sering berada di Kantor Bahasa Indonesia, mengabarkan bahwa Chairil ditahan. Ia ketahuan mencuri seprai sehingga beberapa kawannya terpaksa mengumpulkan uang seharga seprai itu untuk menebusnya. ●



21 AGUSTUS 2016 |



| 79



CHAIRIL ANWAR



BUKAN ORANG KANTORAN CHAIRIL ANWAR PERNAH BEKERJA SECARA FORMAL SEBAGAI PEGAWAI DI SEJUMLAH KANTOR DAN MEDIA MASSA. BUKAN DUNIANYA, IA HANYA BERTAHAN TIGA BULAN.



S



EKITAR 1943. Mera-



sa gagal berdagang barang bekas, Chairil Anwar mencoba jadi orang kantoran. Atas jasa Des Alwi, ia mendapat pekerjaan di kantor Mohammad Hatta. Suatu pagi, Des Alwi mengajaknya berkunjung ke rumah Mohammad Hatta dan memperkenalkan Chairil kepada ayah angkatnya itu. Des Alwi mempromosikan Chairil menguasai bahasa Inggris, Jerman, dan Belanda dengan sangat lancar. ”Bila perlu, Om boleh tes saja dia,” ujar Des Alwi, seperti diungkapkannya dalam bukunya, Friends and Exiles: A Memoir of The Nutmeg Isles and The Indonesian Nationalist Movement. Kembali dari pembuangannya di Banda Neira, menurut sejarawan Anhar Gonggong, Mohammad Hatta lebih bersikap kooperatif kepada Jepang. Hatta kala itu mendapat posisi penting sebagai Kepala Kantor Penasihat Bala Tentara Jepang Pusat (Chuo Sangi In). Gedung



80 |



| 21 AGUSTUS 2016



Chuo Sangi In ini kemudian menjadi Gedung Pancasila, yang berada di kompleks Kementerian Luar Negeri RI di Jalan Pejambon 6, Jakarta. Di kantor itu Chairil diterima sebagai penerjemah di kantor statistik. Tugasnya menerjemahkan dan menyalin informasi dan data dari bahasa Jerman dan Belanda. Dalam ingatan Des Alwi, Chairil dibayar 60 gulden sebulan. Jumlah itu sangat cukup untuk hidup pada zaman Jepang. Sejak bekerja itulah Chairil dan ibunya tak lagi menumpang di rumah Sutan Sjahrir. Ia menetap di kampung Kwitang. Namun itu tak bertahan lama. Dua atau tiga bulan jadi orang kantoran, Chairil tidak betah. Ia lebih sering tak masuk kantor. Gayus Siagian, salah satu teman dekat Chairil, dalam tulisannya, ”Percikan Hidup Chairil Anwar”, yang terbit di Suluh Indonesia pada 27 April 1960, menuturkan bagaimana sikap Chairil yang tak mau menjadi pegawai. Ia bahkan mengejek teman-temannya sendiri yang bekerja di pusat kebudayaan bentukan Jepang itu. ”Benci aku melihat mereka.



Jiwa pegawai negeri. Seniman apa itu?” tulis Gayus, mengutip Chairil. Gayus menyebut Chairil juga pernah ”makan gaji” saat bekerja di museum. Hingga usai Perang Dunia II, Chairil tak pernah terikat dengan pekerjaan formal. Sutan Takdir Alisjahbana dalam bukunya, Perjuangan Tanggung Jawab dalam Kesusastraan (1984), mengenang Chairil sangat menggebu-gebu dalam urusan sastra. Takdir bersama Chairil pernah merancang majalah Pujangga Baru versi baru selepas Jepang jatuh. Tapi rencana itu tidak pernah terwujud. Keduanya juga pernah merancang majalah Arena. Tapi lagi-lagi rencana itu gagal. ”Usahanya untuk membentuk sebuah organisasi yang sadar berjuang untuk kebudayaan baru tak tercapai oleh karena sifatnya Chairil Anwar yang gelisah, sering berubah-ubah, sering tak menepati janji, dan lain-lain,” tulis Takdir. Januari 1948, Chairil bekerja di Opbouw-Pembangoenan dengan tugas khusus mencari naskah untuk dipublikasi. Chairil mengelola majalah Gema Suasana. Chairil menjadi anggota redaksi bersama Mochtar Apin, Rivai Apin, dan Baharudin Marasutan, dengan Asrul Sani sebagai sekretaris redaksi. Kantor majalah itu di Gunung Sahari 84, Jakarta. Namun di kantor itu lagi-lagi Chairil tak betah. Ia hanya sanggup bertahan sampai edisi ke-3—sementara Gema Suasana sendiri hanya bertahan sampai edisi ke-6. Chairil lalu merancang satu majalah baru bernama Air Pasang. Tapi rencana itu tak pernah terwujud. Pelukis Soedarso mengenang Chairil pernah pula bekerja dan tinggal di biro reklame Elite di kawasan Senen. Menurut Hasan Aspahani, penulis buku Chairil Anwar: Sebuah Biografi (2016), memang ada kesaksian yang mengatakan Chairil bekerja berbulan-bulan di sana. Diperkirakan pada akhir 1948 hingga ia meninggal pada April 1949. ●



KITLV



Chairil Anwar (kanan) membuka pameran karya Wim Schippers dan Henk Devos di kantor OpbouwPembangoenan, Jakarta, 1949.



(1)



DI PUSARAN PELUKIS RAKYAT



C



HAIRIL Anwar dan



Affandi punya hubungan akrab. ”Ayah memanggilnya Ril, sedangkan Om Chairil memanggil Ayah dengan Di dan Ibu dengan panggilan Ceuceu,” kata Kartika Affandi, 82 tahun. Putri maestro seni rupa Affandi itu mengenang, sekitar 1942, tatkala ia berumur 8-9 tahun, Chairil sering bertandang ke rumahnya di Jalan Jawa 28 A (kini Jalan H O.S. Cokroaminoto), Menteng. Kartika ingat si Om sering datang sendirian, menginap dan pulang sesukanya. ”Om Chairil juga punya kunci rumah kami,” ujarnya. Chairil bukan orang lain bagi keluarga Affandi. Menurut Kartika, perkenalan ayahnya dengan Chairil terjadi sejak kepindahan Affandi dari Bandung ke Jakarta pada 1942. Affandi diajak Sukarno bergabung dengan tokoh nasional, bekerja di Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Affandi ditempatkan bersama seniman lain, seperti Dullah, Agus Djaja, S. Sudjojono, Henk Ngantung, dan Hendra Gunawan. Mereka adalah pentolan pelukis pendiri Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi), Seniman Muda Indonesia (SMI), atau Lima Bandung. Setelah di Putera, mereka pun masuk ke bagian seni rupa Keimin Bunka Shidoso (Pusat Kebudayaan Jepang). Mereka dipekerjakan Jepang dalam proyek



82 |



| 21 AGUSTUS 2016



membuat poster penyemangat perjuangan. Para seniman sering berkumpul di kantor Keimin Bunka Shidoso atau di rumah Affandi dan Sudjojono. Affandi menjadi salah satu sahabat Chairil. Sering kali Chairil ngobrol hingga larut malam di rumah maestro asal Cirebon ini. Chairil datang dan pergi sesuka hati. Tapi Affandi tak mempersoalkan hal itu. Dia pun mafhum dengan kebengalan pemuda ini. Suatu ketika Affandi pernah mengajaknya melukis di daerah pelacuran di Tanah Abang. Kartika pun diajak serta. Setelah selesai melukis, Affandi pun beranjak pulang seraya mengajak Chairil. ”Gua sudah selesai menggambar. Lu mau ikut pulang atau gua tinggal,” kata Affandi. ”Ditinggal aja, deh,” ujar Kartika menirukan jawaban spontan Chairil. Rupanya, kejadian ini berbuntut. Perempuan yang jadi model di lokalisasi itu mendatangi rumah Affandi untuk menagih bayaran. ”Saya mencari Tuan karena Tuan tadi malam tidak membayar saya,” ujarnya. Istri Affandi, Maryati, menurut Kartika, kaget karena Affandi semalam tak pergi ke mana pun. Affandi lalu menyelesaikan urusan ini dan membangunkan Chairil. Si pemuda pun dengan enteng menjawab, ”Brur, tolong deh, dibayari dulu.” Masalah pun selesai. Soal urusan perempuan dan lokalisasi, Chairil juga sering datang bersama pelukis Basuki Resobowo ke kawasan Senen,



(2)



Jakarta Pusat. Konon, Basuki sering menyambangi kawasan itu untuk ikut merasakan kehidupan ”akar rumput” sebagai seniman Marxis. ”Basuki suka juga, tapi tidak separah Chairil,” ujar Hersri Setiawan, penyunting buku Basuki, Bercermin di Muka Kaca: Seniman, Seni, dan Masyarakat. Chairil pernah terpesona oleh lukisan telanjang Basuki yang pernah dipajang dalam pameran SMI Madiun pada 1947. Saking terpesonanya, ia pun membuat puisi tentang lukisan itu dan diberi judul Surga. ”Hebat kau, Bas. Semua yang kau ceritakan ada di lukisan itu,” kata Chairil kepada Basuki. Keduanya memang sama sejalan dalam hal bohemian. Urusan lokalisasi malah akhirnya ikut menyumbang terwujudnya poster perjuangan yang diminta Bung Karno. Chairil pernah membuat slogan legendaris ”Bung Ajo Bung” untuk poster perjuangan yang dibuat Affandi. Menurut Tedjabayu, anak Sudjojono, ide poster itu sesungguhnya datang dari Sudjojono, lalu dilukis oleh Affandi dengan model pe-



FOTO: KITLV, DOK.TEMPO/ALI SAID, DOK.TEMPO/MUSTHAFA HELMY



DIA TAK HANYA BERGERAK DI ANTARA PENYAIR, TAPI JUGA PELUKIS. MENELUSUP DI HAMPIR SEMUA PELUKIS RAKYAT.



CHAIRIL ANWAR (3)



(4)



KOLEKSI OEY HAJ DJOEN/INSTITUT SEJARAH SOSIAL INDONESIA, JAKARTA



1 . Tino Sidin. 2. A andi. 3. Pertemuan kelompok seniman Gelanggang, Mochtar Apin (kiri), Baharudin, Asrul Sani, Henk Ngantung, dan Chairil Anwar, 1948. 4. Basuki Resobowo.



lukis Dullah. Tatkala gambar poster sudah jadi tinggal dibubuhi kalimat slogan, datang Chairil. Ia langsung diminta urun rembuk. Dengan enteng dia bilang, ”Bung Ajo Bung”. Semua yang hadir pun tertawa. Pasalnya, kalimat itu adalah kata-kata yang sering digunakan perempuan di pelacuran Senen ketika merayu calon pelanggan. Hersri menguatkan cerita Tedjabayu tersebut. ”Basuki bilang, itu Chairil celananya masih basah.” Dari Jakarta, Affandi kemudian pindah ke Yogyakarta. Setelah Agresi Militer Belanda II pada 1948, Affandi balik ke Jakarta. Ia memiliki sanggar di Taman Siswa,



Kemayoran. Menurut pelukis Nashar dalam bukunya, Nashar untuk Nashar, Chairil bahkan hampir setiap hari datang di sanggar tersebut. Di sana Nashar sering pergi dan ngopi bersama Chairil. Nashar sering membuat sketsa orang-orang kecil. Chairil juga pernah mengusiknya dengan pertanyaan tentang penderitaan orang kecil, sehingga membuat Nashar sering tercenung. Sering juga Chairil datang ke tempat tinggal Sudjojono di Jalan Segara, Jakarta. Pertemanan Sudjojono dengan Chairil sudah terjalin sebelumnya. Bahkan ketika Sudjojono dan seniman lain mengungsi ke Yogyakarta lalu kembali lagi ke Jakarta. Suatu saat dia minta Sudjojono melukis dirinya. Rupanya, dia melihat buku Andre Gide, De Nieuwe Spijzen, yang dibeli Mia Bustam, istri pertama Sudjojono. Mia membeli di tempat loakan. Andre Gide adalah penulis Prancis favorit Chairil. Chairil kemudian menerjemahkan karya Gide: Le Retour de l’enfant Prodigue menjadi Pulanglah Dia si Anak Hilang (diterbitkan Pustaka Rakyat, cetakan pertama 1948) ”Iya, Ibu pernah cerita, Chairil minta dilukis. Tapi Bapak menyuruh Chairil harus membawa cat putih karena persediaan cat putih habis,” ujar Tedjabayu, anak sulung Mia Bustam. Chairil menepati janji dan membawa sebuah tube besar cat putih hasil curian dari persediaan cat milik pelukis Jepang peranakan Prancis, Yamamoto. Chairil sempat datang beberapa kali untuk berpose dalam lukisan, tapi setelah itu dia menghilang. Di Yogyakarta, pelukis dan sastrawan



Nasjah Djamin dalam bukunya mengingat pertemuannya dengan Chairil. Saat itu, pada 1947, dia, Zaini A., serta Wakidjan belajar melukis dan menjadi anggota baru SMI di Yogyakarta. Nasjah datang dari Sumatera Utara bersama Daoed Joesoef, Sam Soeharto, dan Tino Sidin. Dia terpesona oleh gaya Chairil yang pandai bicara. Nasjah bertemu lagi dengan Chairil pada 1948. Saat itu Nasjah dan Wakidjan bekerja di Balai Pustaka. Balai Pustaka saat itu dipimpin oleh St. K. Pamuntjak. Di tempat itu ada sastrawan Idrus, Utuy Tatang Sontani, Achdiat Kartamihardja, Saleh Sastrawinata, Hasan Amin, Anas Ma’ruf, dan Rusman Sutiasumarga. Idrus, yang pendiam, teratur, dan tekun bekerja di belakang meja di bagian tipografi, menurut Nasjah, kurang disukai Chairil karena keteraturannya itu. Bagian tipografi dipimpin oleh pelukis Baharudin. Kepada Baharudinlah Chairil sering meminta uang. Di ruang ini pula Chairil sering membacakan puisinya meski sering tak diacuhkan. Tatkala Chairil mendapat borongan sajak dari Pamuntjak, dia sering pulang bertiga dengan Nasjah, Wakidjan, dan kemudian pergi ke sanggar Affandi di Taman Siswa. Di sana, saat malam Nasjah sering mendapati Chairil seperti orang kesepian. Chairil beberapa kali menawarkan rokok Highway-nya. Chairil pun pernah meminta Nasjah dan Wakidjan melukis dirinya. Mereka mengiyakan dan membuat sketsanya, tapi tak selesai. Asmoro Hadi dan Mochtar Apin sempat pula membuat lukisan Chairil. Pelukis Tino Sidin pun sempat mempunyai kenangan dengan Chairil pada sekitar 1949. Suatu ketika Chairil tibatiba mengajak makan Tino dan mentraktirnya. Tino Sidin heran tiba-tiba Chairil punya uang. Putri Tino, Panca Takariyati, 51 tahun, ingat ayahnya pernah bercerita tentang kejadian itu. ”Uang dari mana, Ril?” kata Tino kepada Chairil sebagaimana ditirukan Titik—panggilan Panca Takariyati. ”Dari penjualan baju lu,” ujar Chairil enteng. Rupanya, Chairil mengambil baju Tino tanpa setahu Tino dan melegonya. ●



21 AGUSTUS 2016 |



| 83



PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN



K



Tretes, Kota Seribu Villa awasan Tretes, Prigen terletak di kaki gunung Welirang dan Gunung Arjuna. Dengan kondisi alamnya yang berhawa dingin dan sejuk serta berlatarbelakang pegunungan, kawasan ini sangat cocok untuk wisata keluarga. Letaknya yang berada di ketinggian 700 meter dpl menjadikan hawanya sangat sejuk dan memiliki curah hujan yang tinggi. Pemandangannya didominasi oleh rangkaian pegunungan yaitu Gunung Penanggungan, Gunung Welirang, Gunung Arjuno dan Gunung Semeru. Masyarakat bisa menikmati panorama keindahan alam, menikmati pemandangan hutan pinus, akasia, kaliandra serta mahoni. Kota Tretes sangat terkenal sejak zaman Belanda sebagai tempat peristirahatan para petinggi zaman kolonial. Seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Tretes, pembangunan vila juga makin banyak, mulai dari yang disewakan per kamar hingga yang satu kompleks dengan berbagai fasilitas seperti play ground dan kolam renang.Di Tretes yang kerap disebut sebagai Kota Seribu Villa ini dijumpai banyak vila dan homestay untuk menginap. Di malam hari, bisa juga dinikmati berbagai macam kuliner yang dijajakan di pinggir jalan oleh para pedagang. Saat ini diperkirakan sudah ada seribu lebih vila yang ada di Kota Tretes, kebanyakan pemiliknya adalah orang Surabaya dan Jakarta, tetapi sekarang penduduk lokal pun sudah banyak yang memiliki vila sebagai sarana usaha.Di malam hari, pengunjung bisa berjalanjalan menikmati berbagai macam kuliner yang dijajakan di pinggir jalan. Seperti sate kelinci, jagung bakar dan menu kuliner khas Kabupaten Pasuruan lainnya. 1. Villa Park Desa Pecalukan, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan yang dikenal Tretes memiliki aset wisata budaya berupa kompleks rumah kuno bergaya kolonial yang disebut Villa Park. Terletak di kawasan yang letaknya berbukit-bukit di lereng utara Gunung Arjuno-Welirang berketinggian lebih dari 700 meter dpl yang menghamparkan pemandangan mempesona dan hawa segar, maka tidak



INFORIAL



DESTINASI WISATA KELUARGA DI PRIGEN



mengherankan jika dengan kondisi yang ideal tersebut, bangunan rumah kuno bergaya arsitektur Belanda tersebut mempunyai daya tarik tersendiri sebagai tempat peristirahatan ideal yang banyak dilirik masyarakat. Konon, hawanya yang sejuk dan pemandangan alamnya yang indah menjadi tempat favorit para penjajah untuk menjadikannya sebagai tempat peristirahatan. Di kawasan Villa Park yang sekarang lebih dikenal sebagai Taman Wisata terdapat banyak sekali vila atau lodji peninggalan jaman Belanda. Salah satu ciri lodji yang menonjol adalah adanya cerobong asap di tengah rumah dan atapnya yang sangat curam. Bahannya terbuat dari kayu dan dicat dengan warna merah dan hitam, berfungsi untuk menyerap panas dan menjaga kehangatan di dalam rumah. Dari segi penampilan fisik, ciri khas Villa Park berfondasi batu kali, berdinding batu setinggi kurang lebih setengah sampai satu meter, dimana



bangunannya disambung dengan dinding berbahan kayu. Pemasangannya mendatar berlapis rapi dan simetris antara satu lembar kayu dengan lainnya pun rapat dan kedap udara. Sedangkan dari sisi estetika, pewarnaan Vila Park didominasi hitam dan merah. Dipilihnya warna hitam bukan tanpa alasan. Warna hitam menyerap panas. Saat pagi sampai siang, terik matahari akan menghangatkan seisi rumah. Bila malam tiba, sistem penghangat diganti oleh tungku perapian yang terdapat di bagian tengah rumah. Ciri khas lainnya yang menonjol dari Villa Park adalah bentuk atapnya yang memiliki kemiringan sangat tajam. Bisa jadi, curah hujan yang tinggi jadi alasannya. Dengan sudut kemiringan yang tajam, air hujan gampang jatuh ke tanah sehingga bagian atap lebih awet dan tidak mudah bocor. Selain menggunakan genteng, ada rumah gaya kolonial lainnya yang atapnya dicor. Untuk melindungi bagian atap dan



agar dalam rumah tetap hangat, atap yang dicor dilapisi aspal. Karena orang Eropa sangat menyukai pemandangan, maka mereka membangun rumah  berlantai dua dengan teras terbuka di luarnya. Cocok untuk baca-baca dan minum kopi di sore hari. Untuk melengkapi fasilitas, mereka juga menyediakan kolam kecil di halaman rumah. Saat ini, rumah-rumah peninggalan Belanda tersebut dimiliki oleh perseorangan dan ada juga yang dimiliki oleh perusahaan negara (PTPN dan Bank Negara). 2. Inna Tretes Di antara penginapan di kawasan Tretes yang memiliki kenangan sejarah unik pendiriannya adalah Inna Tretes Hotel. Tempat peristirahatan yang beralamatkan di Jalan Pesanggrahan No 2 Tretes, Kelurahan/Kecamatan Prigen ini berada di lereng gunung dengan topografi cukup curam, mengingat lokasinya 750 meter di atas permukaan laut. Tidak mengherankan jika sejuk segarnya hawa pegunungan membuat pengunjung betah berlama-lama beristirahat di sana dan menjadikannya sebagai jujugan (tujuan). Baik sekadar melepas lelah maupun memilihnya sebagai tempat persinggahan melepas kepenatan aktivitas sehari-hari agar bisa merasakan hawa segarnya pegunungan. Tidak sulit menemukan hotel ini. Dari pusat kota Kecamatan Prigen, jaraknya hanya sekitar satu kilometer. Jika menggunakan kendaraan motor hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Tepat di atas pintu masuk Jalan Pesanggrahan, Lingkungan Tretes, Kecamatan Prigen ada plakat Inna Tretes: Hotel, Resort & Meeting. Sekilas, bangunan seluas sekitar dua hektare ini terlihat sederhana. Kesan bangunan lama cukup terasa. Selain model bangunannya terlihat sederhana, juga tidak banyak ornamen



HM. Irsyad Yusuf, S.E, MMA Bupati Pasuruan modern yang bisa dijumpai. Sebutan Inna Tretes bagi hotel yang memiliki 76 kamar itu sendiri boleh dibilang masih baru. Sebab,pada saat awal dibangun oleh sang pemilik yang seorang warga Belanda kala itu, hotel ini diberi nama dalam bahasa Belanda, Bad Hotel. Tahun 1952, setelah merdeka, Pemerintah Indonesia yang kala itu dipegang Presiden Soekarno membuat kebijakan yang lebih dikenal dengan sebutan Trikora (Tiga Komando Rakyat). Salah satu item terpenting dari kebijakan itu adalah nasionalisasi aset negara. Dampaknya, seluruh aset yang dulunya dikuasai penjajah, diambil alih oleh Pemerintah Indonesia. Tak terkecuali, Bad Hotel yang pengelolaannya kemudian diserahkan ke Departemen Perhubungan, cq. Dirjen Pariwisata. Bukan hanya itu. Nasionalisasi tersebut bukan hanya dilakukan lewat bentuk akuisisi aset saja. Tapi pelepasan berbagai atribut asing di dalam negeri. Pada akhirnya, nama hotel yang sebelumnya Bad Hotel diubah menjadi Hotel Pemandian Tretes. Pada perkembangan berikutnya, sejalan kebijakan perekonomian dalam negeri, Hotel Pemandian Tretes kemudian diserahkan ke PT Natour. Salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak di bidang perhotelan. Itu terjadi pada tahun 1976. Saat itu, setidaknya ada 10 hotel berbintang yang dikelola



perusahaan ini. Dan, Hotel Pemandian Tretes adalah salah satunya. Namun, seiring pergantian manajemen, nama Hotel Pemandian Tretes pun diganti menjadi Bath Hotel Tretes. Mulailah perkembangan hotel ini melaju pesat. Dibuktikan penambahan jumlah kamar. Dari yang pada saat awal berdiri hanya memiliki 22 kamar, ditambah menjadi 50 kamar. Itu terus dilakukan hingga pada tahun 1989, total mencapai 70 kamar. Di sisi lain, upaya meningkatkan citra hotel pun terus dilakukan. Termasuk, mengganti nama hotel. Dari Bath Hotel Tretes menjadi Natour Bath Tretes. Konon, perubahan ini dilakukan untuk memberikan kesan sebagai hotel di bawah manajemen PT Natour. Puncak perubahan itu terjadi pada delapan tahun silam, 2001. Ketika itu, pemerintah memutuskan menggabungkan dua BUMN yang bergerak di bidang perhotelan. Antara PT Natour dan PT Hotel Internasional Indonesia (HII). Dari merger kedua perusahaan inilah yang pada akhirnya memunculkan nama HIN (Hotel Indonesia Natour). Atau Inna Hotel Group & Catering. Serangkaian peristiwa inilah, akhirnya menjadikan hotel yang saham terbesarnya dimiliki Departemen Keuangan itu dengan sebutan Inna Tretes. 3. Goa Jepang Tempat wisata jujugan keluarga di kawasan Tretes yang juga memiliki peninggalan bersejarah dan unik yakni keberadaan Goa Jepang. Lokasinya berada di bawah ruang lobi dan restoran hotel Inna Tretes atau di samping sisi kiri ruang Untung Suropati Building. Ada banyak riwayat yang tersembunyi dibalik eksotisme goa peninggalan di masa penjajahan Jepang ini. Konon, di goa berlokasi di Kelurahan Pencalukan, Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan inilah para tentara Jepang menggalang kekuatan melawan Sekutu. Saat proses penggalangan kekuatan itulah, Jepang memaksa penduduk setempat untuk membuat goa. Keterangan dari berbagai sumber, ujung goa diperkirakan berada di kawasan air terjun Kakek Bodo. Yang menarik, meski pembuatan goa itu semula dimaksudkan sebagai tempat persembunyian, tentara Jepang belum pernah memanfaatkan goa itu. Hal ini karena, waktu itu Jepang lebih dulu dibom atom oleh tentara Sekutu. z INFORIAL



CHAIRIL ANWAR



CHAIRIL DALAM SEPOTONG TERPAL BECAK jarahnya dalam buku Affandi milik ayahnya, Bagong KusUKISAN bergaya ekspresionis itu terpajang di sudiardja. ”Ini karya terbatas.” Setelah itu, dia lalu mengsalah satu dinding galeri pribadi Chris Darmawan, hubungi Chris, yang diketahui pengagum berat Affandi. kolektor sekaligus pemilik Galeri Semarang, di ke”Cuma sekali dan langsung. Saya lega lukisan itu berada di diamannya di Parakan, Temanggung, Jawa Tetangan orang yang tepat.” ngah. Lukisan berukuran 79 x 96 sentimeter itu Affandi memang dekat dengan Chairil Anwar. Chairil terlihat buram. Warna gelap mendominasi lukispernah menghadiahkan sebuah puisi untuk Affandi: ”Bean berpigura kayu itu. Cukup sulit menangkap tinanya Affandi”. ”Chairil Anwar saya lukis lima hari sebegambaran kepala kuda dan surainya. Yang terlihat cukup lum meninggal,” tulis Affandi dalam bukunya. Affandi juga jelas adalah figur seorang lelaki dengan pakaian setelan mengatakan lukisan itu diselesaikan saat kematian Chairil berwarna putih, juga sepasang betis perempuan yang berkarena ia tak ingin kehilangan ”kechairilan” sang penyakulit terang. Itulah karya Affandi berjudul Chairil Anwar, ir. Affandi melukis Chairil di teryang dilukis menjelang kematian pal penutup becak yang bolong. sang penyair. Dia menutup lubang yang sejajar Lukisan itu menggambarkan di sisi atas lukisan itu dengan emChairil Anwar di mata sang sapat potongan kanvas dan menyahabat, Affandi. Karya tersebut markan dengan cat pada lubang menggambarkan pemuda Chairil hidung, mata kuda, dan latar luyang konon mempunyai semakisan. ngat bagai seekor kuda, sedangNamun, dalam ingatan Kartikan betis perempuan menyimka Affandi, putri Affandi, ayahbolkan kekuatan sekaligus kelenya melukis setelah mendengar mahan Chairil terhadap peremkabar meninggalnya Chairil. Mepuan. nurut Kartika, sang ayah tak perChris membelinya antara 2003 gi mengantarkan Chairil ke perdan 2005. Dia kepincut setelah diLukisan Chairil Anwar karya A andi dan Chris istirahatan terakhirnya karena iming-imingi seniman Butet KarDarmawan di Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. sangat terpukul kehilangan setaredjasa. Butet tahu Chris pengorang sahabat. ”Rasa kehilanggemar lukisan Affandi. ”Saya an membuat Pak Affandi kemudian melukis sosok Om Chatiba-tiba dikabari Mas Butet, ada karya Affandi yang bagus iril,” ujar Kartika. tentang Chairil Anwar,” ujar Chris. Chris pun minta dikiriMenurut Kartika, saat Chairil sakit dan dirawat di Centrami foto lukisan. Dia tak berusaha melacak dan bertemu dele Burgerlijke Ziekenhuis (Rumah Sakit Cipto Mangunkungan pemilik lukisan itu sebelumnya. Tapi di belakang pisumo), ayahnya juga tak datang menjenguk. Saat itu Affangura kayu tertulis pemiliknya adalah mantan Duta Besar di tengah mendapat tugas dari Kepala Sekolah Taman SisIndonesia untuk Uruguay, Argentina, dan Cile, Jusuf Ronowa di Kemayoran, Jakarta, Moch Said, untuk menjadi guru dipuro. Chris enggan membeberkan harga lukisan. Tapi, gambar di studio. ”Om Chairil terlupakan karena kesibukmenurut dia, harga lukisan itu murah. an. Rasa penyesalan itu ditumpahkan Pak Affandi ke atas Kepada Tempo, Butet membeberkan asal-usul pemilik lukanvas.” kisan itu. Dia menjelaskan, pada 2003, ia dihubungi istri Tak hanya satu kali Affandi melukis bertema Chairil. Hazil Tanzil, General Manager Taman Ismail periode 1973Chris Darmawan mengatakan Affandi juga membuat lukis1982, untuk menjualkan lukisan Affandi tersebut. Rupanya, an yang hampir sama pada 1984 dengan judul Si Binatang Jakeluarga Tanzil adalah pemilik lukisan setelah Jusuf Ronolang. Lukisan ini menjadi sampul buku On Rendezvous: Afdipuro. Namun tak diketahui sejak kapan lukisan itu berfandi dan Chairil, yang diterbitkan pada 25 Mei 2013 oleh Gapindah tangan. ”Kata Bu Tanzil sedang BU (butuh uang). leri Larasati. ”Affandi mencoba mengingat kembali Chairil Dia minta menjualkan karena saya punya akses kepada kokedua kalinya, tanpa obyek, hanya imajinasi,” kata Chris. lektor,” ucap Butet. Sayang, ia tak tahu siapa kolektor lukisan tersebut. ● Butet lalu melihat kondisi lukisan itu dan membaca se-



86 |



| 21 AGUSTUS 2016



TEMPO/PITO AGUSTIN RUDIANA



L



BERGURU KEPADA MENTOR DARI TIMUR



S



ASTRAWAN angkat-



an Pujangga Baru itu tak begitu dikenal publik. Namanya tak setenar Sutan Takdir Alisjahbana, pendiri majalah Poedjangga Baroe, atau Hans Bague Jassin, kritikus sastra sekaligus redaktur Panji Pustaka. Ia juga tak seterkenal Amir Hamzah, raja penyair angkatan Pujangga Baru. Laurens Koster Bohang, nama sastra-



88 |



| 21 AGUSTUS 2016



wan itu, juga tidak meninggalkan banyak karya kecuali sejumlah tulisan yang menggunakan nama samaran perempuan, Airani Molito. Hal inilah yang menjelaskan watak Bohang yang dikenal rendah hati dan tidak suka menonjolkan diri. Karya-karyanya merupakan buah pemikirannya tentang ketidakpastian masa itu. Tak banyak yang tahu tentang kehidupan pribadi pria kelahiran 1913 itu. Hubungan persahabatannya dengan banyak sastrawan kebanyakan untuk mem-



bahas karyanya. Pada masanya, Bohang, yang juga redaktur buku berbahasa Melayu dan administrator naskah Poedjangga Baroe, adalah magnet bagi para sastrawan muda yang ingin masuk ke lingkaran elite intelektualitas Takdir. Hasan Aspahani dalam bukunya, Chairil Anwar: Sebuah Biografi, menyebutkan bahwa meja kerja Bohang kerap dikelilingi pemuda dari Sulawesi Utara. Bohang kerap berbicara dalam bahasa Belanda yang fasih dan sesekali mengucapkan kata dan isti-



FOTO: PERPUSNAS



CHAIRIL ANWAR MENULIS DUA SAJAK UNTUK LAURENS KOSTER BOHANG. SAHABAT, ABANG, SEKALIGUS GURU YANG MEMPENGARUHI PEMIKIRAN DAN KARYA-KARYANYA.



CHAIRIL ANWAR



lah dalam bahasa Manado. Bohang berasal dari Sangihe, Sulawesi Utara. Ketika pertama kali sampai di Batavia, ia tidak bisa berbahasa Indonesia. Ia memanfaatkan posisinya di Poedjangga Baroe untuk mempelajari bahasa Indonesia. Bagi Chairil Anwar, Bohang bukan hanya sahabat. Dengan jarak usia 12 tahun, hubungan mereka lebih dari sekadar abang dan adik. Bohang adalah mentor yang mempengaruhi tulisan dan pemikiran Chairil di kemudian hari. ●●●



CHAIRIL pertama kali bertemu dengan Bohang pada 1942. Saat itu Chairil, yang tinggal bersama pamannya, Sutan Sjahrir, di Jalan Dambrink (kini Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat), disuruh sang paman bertemu dengan Takdir. Sjahrir dan Takdir masih ada hubungan saudara, sehingga secara tak langsung Chairil dan Takdir pun memiliki hubungan kekerabatan. Saat pertama kali bertandang ke rumah Takdir di Gang Kesehatan VII Nomor 3—yang juga merupakan kantor redaksi Poedjangga Baroe—itulah Chairil bertemu dengan Bohang. ”Saat itu Takdir sedang mengadakan walimahan (resepsi pernikahan) adik perempuannya yang baru menikah,” kata Hasan, akhir Juli lalu. Menurut Hasan, Chairil waktu itu belum percaya diri dan belum terkenal. Dalam pertemuan pertama dengan Takdir dan Bohang itu, Chairil lebih banyak mengamati para tamu yang hadir dalam kenduri itu. Tak butuh waktu lama bagi Chairil untuk menjadi akrab dengan Bohang. Bagi banyak sastrawan di masa itu, Bohang adalah sahabat, filsuf, dan mahaguru. Jassin dalam suratnya kepada Amal Hamzah bertanggal 21 Oktober 1943 menyebutkan Bohang sebagai ”kawan dan guru kita” ketika Jassin dan Amal berseteru pendapat tentang sikap hidup. Jan Engelbert Tatengkeng, penyair besar dari Manado, menduga bahwa Chairil dan Bohang kerap menghabiskan waktu bersama. Dalam kuliah umum di hadapan dosen dan mahasiswa Fakultas Sas-



tra Universitas Hasanuddin pada 30 April 1966, Tatengkeng menghubungkan satu dari tiga surat Bohang bertanggal 24 Juni 1943, yang dipublikasikan di Almanak Seni (1957), yang menyebutkan bahwa dia dan kawannya kerap mengembara ke Masjid Luar Batang di Pasar Ikan, Batavia. Adapun sajak-sajak Chairil pada waktu yang berdekatan dengan surat itu juga mengungkapkan pengalaman yang sama, seperti sajak ”Di Masjid” (29 Mei 1943) serta ”Kawanku dan Aku” (5 Juni 1943). ”Dari persekitaran tanggal surat Bohang dan sajak-sajak Chairil keduanya bisa menulis dari peristiwa sama yang mereka alami. Mengembara, menjelajahi Batavia,” kata Tatengkeng dalam kuliah umum berjudul ”Tujuh Belas Tahun Sesudah Wafatnya Chairil Anwar” itu. Menurut Tatengkeng, persahabatan Chairil dan Bohang itu merupakan proses latih-



keseluruhan konteksnya. Segala sesuatunya menjadi baru,” demikian Teeuw menilai sajak Chairil itu. Ia menyatakan karya ini memiliki intensitas, konsistensi yang terbayangkan, mutiara dengan banyak lapisannya, yang mengungkap pengalaman manusia. Simaklah bait pertama puisinya: Kami jalan sama/Sudah larut/Menembus kabut/Hujan mengucur badan/Berlaluan kapal-kapal di pelabuhan/Darahku mengental-pekat/Aku tumpat-pedat/Siapa berkata? Bohang meninggal pada 14 Februari 1945. Kepergian Bohang membawa duka bagi banyak sahabatnya. Dua hari setelah kematiannya, Amal Hamzah menuliskan kenangannya terhadap penyair yang tak terkenal itu. Surat itu kini tersimpan di arsip mikrofilm Pusat Doku-



Menurut Tatengkeng, persahabatan Chairil dan Bohang itu merupakan proses latihan Chairil untuk mengucapkan renungan hidup dalam bentuk yang paling cocok dengan ”bakat”-nya. an Chairil untuk mengucapkan renungan hidup dalam bentuk yang paling cocok dengan ”bakat”-nya. Ahli sastra berkebangsaan Belanda, Andries Teeuw, pernah mengulas sajak ”Kawanku dan Aku” dalam bukunya yang berjudul Modern Indonesian Literature. Menurut dia, Chairil menulis sajak ini untuk Bohang bukan karena kebetulan, melainkan karena Bohang erat pergaulannya dengan seniman muda. Teeuw menyebutkan sajak itu sebagai karya unggulan Chairil. Ia menyatakan, dalam sajak ini, Chairil memanfaatkan secara penuh setiap kata, morfem, bunyi, unsur tata bahasa dan struktur sajak, serta unsur makna. Menurut dia, segala sesuatu dalam sajak ini disemantikkan, tidak ada lagi yang tidak bermakna, tidak ada yang hanya konvensional atau otomatis saja. ”Sebab, unsur-unsur yang kelihatannya seragam dengan pola tradisional pun dihidupkan kembali dalam



mentasi Sastra H.B. Jassin di kompleks Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat. Chairil menulis lagi satu sajak tentang sang mentor. Hasan yang menemukan tulisan asli sajak ini menyebutkan bahwa judul asli sajak kedua ini adalah ”Kepada Penyair Bohang”. ”Lalu nama Bohang dicoret, menjadi ”Kepada Penyair”. Tapi ”Kepada Penyair” itu tidak merujuk pada individu khusus. Belakangan, sajak itu ditulis dengan judul semula: ”’Kepada Penyair Bohang’,” kata Hasan. Menurut Hasan, dua sajak yang ditulis Chairil itu merupakan bukti kekaguman Chairil kepada Bohang. Dalam bait-baitnya, Chairil menulis salam perpisahan akan kenangan pada sang mentor. Bohang/Jauh di dasar jiwamu/bertampuk suatu dunia/menguyup rintik satu-satu/Kaca dari dirimu pula. Chairil menyusul guru dan sahabatnya itu empat tahun kemudian. ●



21 AGUSTUS 2016 |



| 89



E D I S I K H U S U S: C H A I R I L A N WA R



YANG PATRIOT, YANG EROS, DAN YANG BELUM RAMPUNG PEREMPUAN DAN REVOLUSI, DUA TEMA ITU SENANTIASA MENGGODA CHAIRIL ANWAR. DI TENGAH GELEGAK PERTEMPURAN DAN DIPLOMASI, IA TAMPIL DENGAN SAJAK-SAJAKNYA YANG PATRIOTIK. SAJAK ”DIPONEGORO”, MISALNYA, SANGAT POPULER HINGGA KINI. CHAIRIL JUGA MASYHUR DENGAN PUISI CINTA YANG DITUJUKAN KEPADA BEBERAPA WANITA. SIAPA SAJA WANITA CHAIRIL? SEJAUH MANA HUBUNGAN MEREKA? TERNYATA CHAIRIL JUGA MENYISAKAN SEJUMLAH SAJAK YANG BELUM SELESAI DITULIS. ADAKAH ITU SAJAK ASMARA ATAU SAJAK YANG MEREFLEKSIKAN KANCAH PEPERANGAN?



ILUSTR ASI: KENDR A PAR AMITA



90 |



| 21 AGUSTUS 2016



21 AGUSTUS 2016 |



| 91



CHAIRIL ANWAR TIDAK HANYA MENULIS PUISI BERDASARKAN IMAJINASI, TAPI JUGA TERLIBAT LANGSUNG DALAM HIRUK-PIKUK REVOLUSI.



P



IGURA dengan bing-



kai kuning emas yang memudar itu diletakkan di atas sebuah pengeras suara hitam berbentuk kotak di ruang Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Jakarta. Posisinya agak miring dengan bagian atas menyandar ke dinding. Letak pigura itu berjarak sekitar dua meter dari foto H.B. Jassin berbaju batik dalam pose dua pertiga badan, yang menempel di dinding. Di dalam pigura itu, di atas batu berwarna krem, terpahat sajak tulisan tangan Chairil Anwar. Judulnya: ”Persetujuan dengan Bung Karno”. Lalu ada foto Chairil sedang merokok dalam ukuran kecil yang ditempel dalam posisi miring di sudut kanan atas bidang. ”(Karya) itu dibikin Motinggo Busye,” kata salah seorang pegawai Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Rabu sore dua pekan lalu. Bingkai puisi Chairil itu diletakkan terpisah dengan bingkai puisi penyair Indonesia lainnya, yang juga karya Busye. Ditulis pada 1948, ”Persetujuan dengan Bung Karno” berbunyi: Ayo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji



92 |



| 21 AGUSTUS 2016



Aku sudah cukup lama dengan bicaramu dipanggang di atas apimu, digarami lautmu Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945 Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu Aku sekarang api aku sekarang laut Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh ”Puisi itu sangat nasionalis,” ucap Rachmat Djoko Pradopo, mantan guru besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Saat itu, menurut dia, suasana memang sedang bergolak setelah kemerdekaan 1945. Orang-orang melancarkan perlawanan dan pemberontakan terhadap penjajah Belanda. ”Bagaimanapun, seorang penyair akan terpengaruh oleh suasana politik zaman itu,” ujar Rachmat, yang juga penyair. Sejarawan Mona Lohanda menggambarkan, pada saat puisi itu ditulis, di beberapa tempat terjadi gejolak dan pertempuran. ”Tapi sifatnya lokal,” kata mantan peneliti di Arsip Nasional Republik Indonesia ini.



ONBEKEND / ANEFO, NATIONAL ARCHIVES OF THE NETHERLANDS /ANEFO, NATIONAAL ARCHIVE



LASKAR DI BALIK MEJA DAN MEDAN PERTEMPURAN



Pertempuran besar pada tahun itu terjadi di Yogyakarta—yang saat itu menjadi ibu kota Republik Indonesia. Penyerbuan Yogya itu diikuti dengan penangkapan tokoh-tokoh Republik, seperti Sukarno, Hatta, dan Sjahrir. Lalu, pada sebuah pagi, mereka dinaikkan ke pesawat tempur dan diterbangkan ke Bangka atas perintah Kolonel D.R.A. Van Langen. ”Saya menduga sajak itu ada kaitannya dengan Yogya yang diserbu,” tutur sejarawan kelahiran Tangerang pada 1947 itu. Puisi lain yang kental semangat perjuangan adalah ”Krawang-Bekasi”. Maman S. Mahayana, pengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, mengatakan Chairil menulis puisi ”Krawang-Bekasi” bukan berdasarkan imajinasi di belakang meja saja, melainkan juga terlibat langsung dalam hirukpikuk perjuangan (Baca: ”Di Balik ’Krawang-Bekasi’”). Chairil bersama seniman dan pemuda lain juga ikut mencetuskan sejumlah slogan pembakar semangat perjuangan. Slogan tersebut antara lain ”merdeka atau mati”, ”berjuang sampai titik darah penghabisan”, dan ”ayo bung rebut kembali”. Menurut Maman, pada 1945-1948, Belanda tidak hanya melakukan serangan senjata, tapi juga serangan psikologi. Nah, ”Para seniman ikut serta dalam perjuangan melawan Belanda itu.” Keterlibatan Chairil dalam gebalau revolusi juga dicatat oleh sejarawan Australia, Robert Bridson Cribb, dalam bukunya, Gejolak Revolusi di Jakarta 1945-1949. ”Pada 1946, sastrawan yang memilih bergabung dengan laskar, seperti Chairil Anwar, menerbitkan suplemen kesusastraan di dalam surat kabar Siasat yang diberi nama ’Gelanggang’,” tulis Cribb. Namun ia tidak mengupas lebih dalam peran Chairil. Sejumlah referensi juga menyebutkan pada masa itu Chairil suka berkumpul dengan pemuda pejuang. Salah satunya di Jalan Menteng 31, yang kini menjadi Gedung Joang di Jalan Menteng Raya, Jakarta. ”Sajak ’Malam’ ditulis di markas API,” ujar penyair Hasan Aspahani, yang menulis buku Chairil Anwar: Sebuah Biografi. Angkatan Pemuda Indonesia (API)



CHAIRIL ANWAR



Presiden Sukarno di Jakarta, 1945. bermarkas di gedung bekas hotel milik warga Belanda itu. Sajak ”Malam” memang tidak populer, tapi isinya tentang perjuangan. Puisi itu dimuat dalam buku Derai-derai Cemara yang disunting Taufiq Ismail. Di bawah sajak itu memang ditulis tempat penciptaan, yakni Markas API, Menteng 31, 1945. Sebelumnya, sajak itu dimuat di Panca Raya edisi 1 Desember 1946. MALAM Mulai kelam belum buntu malam kami masih berjaga —Thermopylae?— —jagal tidak dikenal ?— tapi nanti sebelum siang membentang kami sudah tenggelam hilang.... Markas API, Menteng 31, 1945 Menurut Hasan, kunci untuk memahami sajak itu adalah kata ”Thermopylae”, yakni lokasi pertempuran pasukan Persia dengan Yunani pada 480 Sebelum Masehi. Persia menyerang dengan 150 ribu tentara dan Yunani bertahan dengan 7.000 anggota pasukan. Meski dimenangi Persia, tulis Hasan, pertempuran itu contoh bagus bahwa semangat patriotik adalah kekuatan penting dalam mempertahankan tanah kelahiran. Setelah Proklamasi 1945 adalah tahuntahun yang berat, tapi Chairil yakin malam tak akan buntu. ”Karena itu, kami masih saja berjaga. Patriotisme adalah modal terbesar,” kata Hasan, mengulas bagian puisi tersebut. A.M. Hanafi, salah seorang pentolan Menteng 31, melukiskan kenangannya bersama Chairil dengan mengutip judul puisi ”Krawang-Bekasi” di bukunya, Menteng 31: Membangun Jembatan Dua Angkatan. Hanafi menyebutkan Chairil ”pernah bersama-sama kami sejak dari Menteng 31 sampai ke Krawang-Bekasi”. Yang dimaksud ”kami” adalah pemuda seperti Sukarni, M. Nitihardjo, Adam Malik, Wikana, Chaerul Saleh, Pandu Wi21 AGUSTUS 2016 |



| 93



DIPONEGORO Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati.



MAJU Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu. Sekali berarti Sudah itu mati. MAJU Bagimu Negeri Menyediakan api. Punah di atas menghamba Binasa di atas ditindas Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai 94 |



| 21 AGUSTUS 2016



Jika hidup harus merasai Maju Serbu Serang Terjang (Februari 1943) Diponegoro, yang lahir pada 11 November 1785, putra tertua dari Sultan Hamengku Buwono III (1811-1814), sangat keras dalam menghadapi, melawan, dan menentang Belanda secara terbuka. Tapi ia liat, tidak mudah penjajah menangkapnya. Belanda pun menggelar sayembara berhadiah 50 ribu gulden bagi siapa saja yang bisa meringkus Pangeran Jawa itu. Akhirnya, dengan sebuah muslihat, Diponegoro pun ditangkap. Dalam sajak yang ditulis pada 1943 ini, Chairil memperlihatkan kekagumannya kepada pahlawan nasional itu dan menggelorakan kembali semangat sang tokoh. Salah satu ungkapan yang sangat populer dan diambil dari sajak itu adalah ”Sekali berarti, sudah itu mati”. ”Karya itu mendapat pujian dari Jepang,” kata Ajip Rosidi. Nasionalisme Chairil sudah tertanam jauh sebelum kemerdekaan diproklamasikan. Menurut Ajip, Chairil pernah dekat dengan orang-orang Belanda menjelang penyerahan kedaulatan Indonesia. Itu terlihat saat dia diangkat menjadi redaktur majalah Gema Suasana. Tapi ia hanya bekerja selama satu-dua bulan. Menurut Maman S. Mahayana, Chairil tidak tahu majalah itu dibiayai Belanda. ”Setelah tahu, ia keluar,” ucapnya. Maman mengungkapkan, sejak zaman Jepang, Chairil sudah menentang penjajah. Itu terlihat saat dia berpidato di depan Angkatan Baru Pusat Kebudayaan pada 7 Juli 1943. Sikap penentangannya terlihat dalam moto pidato yang, menurut Maman, berisi hinaan kepada para sastrawan pro-Jepang. Moto itu berbunyi: ”Kita guyah lemah/Sekali tetak tentu tak rebah/Segala erang dan jeritan/Kita pen-



dam dalam keseharian//Mari berdiri merentak/Diri-sekeliling kita bentak/Ini malam bulan akan menembus awan.” Naskah pidato ini kemudian dimuat di majalah Zenith edisi Februari 1951. ”Setelah merdeka, tentu saja sikapnya lebih kuat,” ujar Maman. Chairil memang terlihat selalu bersemangat soal kebebasan. Setidaknya seperti tergambar dalam puisi yang ditulis pada 1948 ini: PRAJURIT JAGA MALAM Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ? Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua



Pahatan tulisan sajak Chairil Anwar yang berjudul ”Persetujuan dengan Bung Karno”.



keras, bermata tajam Mimpinya kemerdekaan bintangbintangnya kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini Aku suka pada mereka yang berani hidup Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu...... Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu! ●



TEMPO/MUSTAFA ISMAIL



gana, Kusnaeni, Darwis, Johar Nur, dan Arminanto. Lalu ada empat serangkai: Bung Karno, Bung Hatta, KH Mas Mansyur, dan Ki Hadjar Dewantara, yang memimpin mereka. Hanafi mengutip judul puisi tersebut, ”Sekaligus sebagai pengungkap rasa hormat dan sayang kepada sang penyair. Kelak jika ada kesempatan memungkinkan terkandung niat pada saya untuk mencatat pengalaman kami bersama-sama Chairil.” Namun keterlibatan Chairil di medan pertempuran diragukan oleh Ajip Rosidi. Sastrawan ini mengatakan keterlibatan Chairil tidak dengan secara langsung memegang senjata dalam perang, tapi lewat sajak-sajak yang ia tulis. ”Tentu saja sajaknya menggambarkan nasionalisme. Ia bergerak,” ujar Ajip. Salah satu sajak yang menggambarkan nasionalisme itu dan pasti ditulis dengan kekuatan imajinasi adalah ”Diponegoro”.



CHAIRIL ANWAR



DI BALIK ’KRAWANG-BEKASI’



ONBEKEND/DLC, NATIONAL ARCHIVES OF THE NETHERLANDS/DIENST VOOR LEGERCONTACTEN INDONESIË, NATIONAL ARCHIVE



P



ADA November 1945, Perdana Menteri Sjahrir



memerintahkan semua personel Tentara Keamanan Rakyat dan badan-badan perjuangan keluar dari Kota Jakarta. Maklum, tentara Sekutu-Inggris dan Netherlands-Indies Civil Administration (NICA) yang masih bercokol kerap digempur pasukan Indonesia. Padahal ibu kota akan dijadikan kawasan diplomasi. Maka tentara Indonesia pun hijrah dan mengambil posisi di pinggiran Jakarta, seperti Cakung, Kranji, Pondok Gede, Bekasi, Tambun, Cikarang, Cibarusah, Karawang, dan Cikampek. Rupanya, keluarnya tentara ini juga diikuti sebagian aparat pemerintahan sipil, pedagang, wartawan, sastrawan, fotografer, hingga seniman—termasuk Chairil Anwar. Evawani Alissa, putri Chairil Anwar, mengisahkan, sepanjang akhir 1945-1947 itu, ayahnya memilih menetap di Karawang. ”Ayah saya kan menikah dengan ibu saya, Hapsah, di Karawang,” katanya. Rupanya, NICA yang dibantu Sekutu tidak puas hanya menduduki Jakarta. Mereka juga ingin menguasai lumbung padi dan perkebunan sepanjang Bekasi-Karawang. Berkali-kali penjajah mencoba menembus pertahanan Indonesia di pinggiran Jakarta ini, tapi gagal. Serangan darat dan udara dilakukan amat sengit setelah 26 serdadu Belanda dibunuh di belakang tangsi polisi Bekasi, awal Desember 1945. Orang-orang Belanda itu diringkus setelah melakukan pendaratan darurat di Rawa Gatel, Cakung, Bekasi. Serangan tersebut lalu dilanjutkan dengan ratusan pertempuran yang dikenal dengan agresi militer Belanda I pada 21 Juli 1947. Peristiwa inilah yang direkam Chairil Anwar dalam sajaknya berjudul ”Krawang-Bekasi”. Istimewanya, Chairil tidak hanya melakukan perenungan di balik meja belaka untuk puisinya itu. Maman S. Mahayana, kritikus sastra dari Universitas Indonesia, mengatakan Chairil terlibat langsung dalam pertempuran seperti halnya Pramoedya Ananta Toer, yang terlibat dalam pertempuran dan lalu ditulisnya dalam novel Di Tepi Kali Bekasi. ”Jadi puisi ’Krawang-Bekasi’ itu merupakan pengalaman hidup,” ujarnya. Pengalaman langsung Chairil itu juga digambarkan dalam skenario film yang dibuat Sjuman Djaya, Aku. Pada scene 105-106, misalnya, digambarkan ketika Bekasi dibombardir Sekutu dan Belanda, Chairil Anwar dan Hapsah menyaksikan langsung kehebohan para pejuang mempertahankan diri. Sedangkan pada scene 107, Sjuman Djaya menulis,



Chairil yang tengah melakukan perjalanan dari Karawang ke Bekasi menyaksikan mayat bergelimpangan di arus air sungai, di tebing, di jembatan-jembatan, di rawa-rawa, di atas pohon, atau di atas truk-truk dan pedati yang terbakar, di mana-mana. Semuanya itu, tulis Sjuman Djaya, dilihat dengan mata kepala Chairil sendiri. Dia tampak sekali terpengaruh, terpukul, dan teraniaya. Sajak itu akhirnya berumur sangat panjang. Sampai hari ini sajak tersebut terus dibaca orang. Oleh sebagian kalangan, ”Krawang-Bekasi” dituding sebagai plagiat dari sajak Archibald MacLeish berjudul ”The Young Dead Soldiers”. Namun sastrawan Sapardi Djoko Damono tidak sependapat. Menurut dia, bisa saja Chairil menerjemahkan karya MacLeish itu, tapi hanya sebagai inspirasi untuk membuat setting baru. Kata dia, ”The Young Dead Soldiers” dibuat



Perpindahan warga Jakarta ke Karawang, Juni 1947.



di Eropa pada masa Perang Dunia II tanpa menyebut nama tempat. Sedangkan Chairil jelas-jelas menyebut Karawang dan Bekasi. ”Dia memberikan konteks baru sehingga maknanya meningkat.” Bertarikh 1949, sajak itu ikut membuat nama Chairil Anwar akan selalu dikenang. Kami sekarang mayat berilah kami arti berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian kenang-kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi.... ●



21 AGUSTUS 2016 |



| 95



PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)



P



T Kereta Api Indonesia (Persero) melakukan terobosan dan pembenahan besar-besaran. Transformasi tersebut harus dibayar dengan integritas, dedikasi, kerja keras, loyalitas, dan konsistensi. Perkeretaapian Indonesia kini menunjukkan taringnya dan membuktikan bahwa bangsa Indonesia mampu mencapai kemajuan. Kemajuan perkeretaapian yang dapat dirasakan masyarakat saat ini telah melalui perjuangan panjang. Dimulai dari perubahan sistem ticketing, dari konvensional menjadi lebih modern dengan mengusung online ticketing. PT KAI menghimpun para praktisi teknologi informasi untuk melahirkan sistem ticketing yang lebih efektif dan efisien. Setelah melewati serangkaian proses, kini masyarakat dapat menikmati layanan pembelian tiket kereta api yang mudah. Sistem online ticketing pun menjadikan stasiun kian tertib dan tidak semrawut oleh penumpang yang mengantre. “Transformasi demi hasil yang positif mutlak dilakukan. PT KAI pun sangat menyadari hal itu. PT KAI telah mentransformasi pelayanan ticketing, pelayanan stasiun, pelayanan di atas kereta, hingga penataan aset. Transformasi ini tidak akan pernah berhenti karena dunia pelayanan selalu dinamis,” ujar Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro. Selain ticketing, sistem check-in dan boarding pernah membuat “geger” masyarakat. Sebab, pelayanan kereta api di stasiun yang dulu hanya ala kadarnya, ternyata bisa ditata menjadi tertib dan disiplin layaknya pelayanan di bandara. Yang teranyar, PT KAI secara bertahap mewujudkan komitmennya untuk memberikan pelayanan prima



TRANSFORMASI demi hasil yang positif mutlak dilakukan. PT KAI telah mentransformasi seluruh aspek pelayanannya dan transformasi ini tidak akan pernah berhenti karena dunia pelayanan selalu dinamis.



TEROBOSAN NYATA KAI MEMAJUKAN NEGERI kepada pengguna jasanya dengan menghadirkan sarana kereta yang andal. Pada Angkutan Lebaran 2016, secara perdana PT KAI mengoperasikan kereta ekonomi terbaru dengan fasilitas yang tak kalah dari kereta eksekutif. “Ke depannya, PT KAI secara bertahap akan meremajakan semua kereta ekonominya hingga memberikan rasa layanan eksekutif bagi para penumpang. Hingga 2019, PT KAI akan membeli 1.000 kereta baru,” ujar Edi. Pada 2015, PT KAI berhasil mengangkut 326 juta penumpang. Adapun pada 2016, PT KAI menargetkan dapat mengangkut 357 juta penumpang. Tak hanya kereta jarak jauh, tapi KRL atau Commuter Line, sebagai salah satu alternatif transportasi kaum urban di Ibu Kota, pun ditransformasi. KRL merupakan wajah perkeretaapian bangsa Indonesia karena perannya yang vital dalam mendukung kehidupan masyarakat. Wujud kerja nyata dalam pelayanan KRL di antaranya layanan e-ticketing, stasiun yang steril, hingga sarana kereta yang lebih baik. Selain itu, PT KCJ, sebagai anak perusahaan PT KAI yang mengoperasikan KRL, baru-baru ini mendatangkan 30 KRL untuk memperkuat armada demi meningkatkan pelayanan KRL. PT KAI juga tengah mengerjakan penugasan dari pemerintah untuk menghadirkan layanan transportasi terintegrasi di Indonesia. Kereta Bandara Kualanamu di Medan, Sumatera Utara, yang dioperasikan PT Railink sebagai salah satu anak perusahaan PT KAI, menjadi cikal bakal moda transportasi modern yang terintegrasi di Indonesia.



Setelah berhasil di Medan, kereta bandara yang berhasil menjadi prestise bagi bangsa ini pun akan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap akses yang mudah dan bebas macet menuju Bandara Soekarno-Hatta dan sebaliknya. Pada semester I tahun 2017, kereta bandara ini direncanakan akan beroperasi. Selain itu, akan hadir KA Bandara Minangkabau, Padang, yang direncanakan beroperasi pada 2017, KA Bandara Adi Soemarmo Solo yang direncanakan beroperasi pada 2018, dan KA Bandara Kulonprogo Yogyakarta yang direncanakan beroperasi pada 2019. Angkutan kereta api pun kini sudah terintegrasi dengan pelabuhan. Setelah diresmikan mengangkut barang ke Terminal Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya pada April 2015, kini layanan kereta barang PT KAI sudah melayani angkutan barang ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Dikelola oleh PT KA Logistik, salah satu anak perusahaan PT KAI, kereta barang ini pun kini menjadi alternatif angkutan barang ke pelabuhan tersibuk di Indonesia tersebut. PT KAI tengah melaksanakan proses pengadaan sarana untuk light rail transit (LRT) Palembang, LRT DKI Jakarta, dan LRT CibuburBekasi. PT KAI mendukung penuh upaya pemerintah dalam mewujudkan perkeretaapian hingga ke pelosok negeri di antaranya dengan kereta api TransSumatera dan Trans-Sulawesi. Melalui kerja nyata, asa untuk mewujudkan perkeretaapian di seluruh Bumi Pertiwi dapat dicapai. Dirgahayu Indonesia! z INFORIAL



37.HUHWD$SL,QGRQHVLD 3HUVHUR  PHQJXFDSNDQ



6HODPDW+87NH5HSXEOLN,QGRQHVLD



.HUMD1\DWD.$, 0HPDMXNDQ1HJHUL







‡ƒŒ—ƒ ’‡”‡”‡–ƒƒ’‹ƒ †‡‰ƒ •‡Ž—”—Š ƒ•’‡›ƒ ›ƒ‰ ‘’Ž‡• ‹‹ –ƒ •‡„ƒ–ƒ• ƒ‰ƒǦƒ‰ƒ Žƒ‰‹Ǥ ‡ŽƒŽ—‹ ‡”Œƒ ›ƒ–ƒǡ †‡†‹ƒ•‹ǡ ‘•‹•–‡•‹ǡ †ƒ ’‡”Œ—ƒ‰ƒ ›ƒ‰ –‹†ƒ —†ƒŠǡ  ‡”‡–ƒ ’‹ †‘‡•‹ƒ ȋ‡”•‡”‘Ȍǡ •ƒ‰ ‘’‡”ƒ–‘” ’‡”‡”‡–ƒƒ’‹ƒ „ƒ‰•ƒǡ ‹‹ †ƒ’ƒ– ‡‰ƒ–ƒ”ƒ ƒ•›ƒ”ƒƒ– ’ƒ†ƒ ‡”ƒ –”ƒ•’‘”–ƒ•‹›ƒ‰‘†‡”Ǥ‡Žƒ›ƒƒ›ƒ‰†‹–‡”ƒ’ƒ •‡ƒ–ƒǦƒ–ƒ—–—‡—†ƒŠƒ’ƒ”ƒ’‡‰‰—ƒŒƒ•ƒ‡”‡–ƒ ƒ’‹Ǥ‡”ƒ‰ƒ‹ƒ‡”Œƒ›ƒ–ƒ›ƒ‰†‹Žƒ—ƒ ‡”—’ƒƒ™—Œ—†’‡‰ƒ„†‹ƒ—–—–—”—–‡ƒŒ—ƒ„—‹’‡”–‹™‹Ǥ ‹”‰ƒŠƒ›— †‘‡•‹ƒǨ



0HPDMXNDQSHUNHUHWDDSLDQGLEXPLSHUWLZL ,WXODKNHUMDQ\DWD37.$,EDJLQHJHUL -D\DODKVHODOXEDQJVDNX-D\DODKVHODOX,QGRQHVLDNX NHUHWDDSLFRLG



$QGD$GDODK3ULRULWDV.DPL



KXPDVND



KISAH GELORA ASMARA CHAIRIL ANWAR TERTUANG DALAM BANYAK SAJAK. NAMUN SEMUA CINTA TERAMPAS DARINYA.



98 |



| 21 AGUSTUS 2016



DOK. PERPUSNAS



FRAGMEN CINTA PENYAIR AHASVEROS



CHAIRIL ANWAR



Ini kali tak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali… (”Senja di Pelabuhan Kecil”, 1946)



ARIS-GARIS kecantikan tertinggal di wajah Sri Ajati. Pipinya, yang meski sudah berkerut, masih menyisakan rona jelita masa muda, dengan ukiran senyum ramah dan rambut putihnya yang berombak tergelung. Pada siang akhir Juli 2007 di kompleks perumahan di Kebayoran Baru, Jakarta, Alwi Shahab, wartawan senior Republika, bertemu dengan perempuan yang pernah dipuja Chairil Anwar itu. ”Ibu Sri masih terlihat rupawan meski sudah menginjak kepala sembilan,” kata Alwi, 80 tahun, kepada Tempo di rumahnya di kompleks Bale Kambang Asri, Kramat Jati, Jakarta Timur, akhir Juli lalu. Pertemuannya dengan Sri tertuang dalam sebuah artikel berjudul ”Bertemu Pujaan Chairil Anwar” di koran Republika edisi 3 Agustus 2007. Sri Ajati adalah perempuan yang mendapatkan persembahan petikan sajak di atas dari Charil Anwar. Dalam bukunya, Pengarang Indonesia dan Dunianya (1983), kritikus sastra Hans Bague Jassin menilai sajak tersebut sebagai suatu kerawanan hati, kesedihan mendalam yang tak pernah terucapkan. ”Memang Chairil tak pernah bilang cinta kepada saya,” kata Sri kepada Alwi. Menurut Jassin, Chairil tahu bahwa Sri kala itu sudah punya tunangan seorang calon dokter, Soeparsono. Setelah menikah, keduanya pindah ke Serang, lalu ke Magelang, saat Soeparsono diangkat sebagai Kepala Rumah Sakit Tentara Dokter Soedjono. Dari pernikahan tersebut, keduanya dikaruniai empat anak dan enam cucu. Mayor Jenderal TNI Soeparsono wafat pada 1994. Sedangkan Sri meninggal pada 30 Desember 2009. Ihwal Sri, Jassin menulis: tubuhnya tinggi semampai, kulitnya hitam manis, rambutnya berombak, kerling matanya sejuk dan tajam. ”Kiranya tak ada pe-



G



muda yang tak jatuh hati padanya,” tulis Jassin. Jassin benar. Sri adalah gadis yang penuh daya pikat. Pesonanya pun mampu menggerakkan kuas pelukis Basoeki Abdullah untuk membuat potretnya pada 1945. Oleh Basoeki, Sri dilukis separuh badan dari sisi kiri. Rambutnya disasak menyerupai sanggul. Matanya mengerling tajam. Lukisan itu kini tersimpan di Museum Basoeki Abdullah di Cilandak, Jakarta Selatan. Sayang, saat ditemui, kata Alwi, mata itu sudah tak mampu melihat dengan jelas lantaran penyakit glaukoma. Meski begitu, kekaguman Alwi tak pupus. Malah ia kian terpukau oleh ingatannya yang masih amat baik untuk menceritakan perkenalannya dengan Chairil. Sri pertama kali bertemu dengan Chairil pada 1942. Perempuan kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 19 Desember 1919, itu tadinya sedang mengambil kuliah jurusan filologi di Faculteit der Oosterse Letteren en Wijsbergeerte (kini Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia). Ketika Jepang masuk ke Indonesia, semua sekolah ditutup dan ia terpaksa menganggur. Kemudian Sri diminta Utoyo Ramelan—kemudian menjadi kepala perwakilan Indonesia di Singapura—untuk bekerja di Hoso Kyoku, radio Jepang cikal-bakal Radio Republik Indonesia. Di tempat inilah dia sering bertemu dengan seniman muda era itu, termasuk Chairil Anwar. ”Saya tahu Chairil membuat sajak untuk saya dari Mimiek, putri angkat Sutan Sjahrir,” ujar Alwi seperti dituturkan Sri. Namun Sri menolak disebut masa mudanya berwajah jelita dan menyebabkan penyair bermata merah karena kurang tidur itu jatuh cinta kepadanya. Pada 1947, Sri pernah bermain teater dalam lakon Ken Arok dan Ken Dedes karya Muhammad Yamin. Pada medio 1960, rumahnya di kompleks ABRI Magelang pun sempat menjadi markas seniman Magelang dan Yogyakarta. Salah satunya Genthong Hariono. Ia dramawan yang naskah dramanya, Ciut Pas Sesak Pas, menang dalam sayembara naskah drama Dewan Kesenian Jakarta pada 1996. ”Ibu Sri tak canggung berada di antara kami.



Mungkin karena pernah berkecimpung di dunia seni,” ujarnya saat ditemui di rumahnya di Bantul, Yogyakarta. Hanya, Genthong bercerita, Sri kerap menghindar saat ditanya perihal Chairil. ”Beliau mungkin menjaga sikap dengan tak mengumbar cerita panjang tentang penyair yang pernah membuatkannya dua sajak itu,” tuturnya. Selain menggubah ”Senja di Pelabuhan Kecil”, Chairil membuat sajak ”Hampa” untuk Sri pada 1943. Menurut Hasan Aspahani, penyair sekaligus wartawan Batam Pos penulis buku biografi Chairil Anwar, ”Hampa” amat melankolis. ”Penyairnya berhasil memasukkan suasana surealistik,” ucapnya. ”Tampaknya memang tak mudah bagi Chairil untuk menganggap Sri sebagai perempuan yang biasa saja.” Ada beberapa gadis lain yang diabadikan Chairil ke dalam sejumlah sajak. Menurut Pamusuk Eneste dalam Mengenal Chairil Anwar, mereka disebut dalam sajak dengan tiga cara. Pertama, disebutkan dalam baris-baris sajak, seperti nama Ida Nasution. Kedua, dijadikan judul sajak (Sumirat, Dien Tamaela, Gadis Rasjid, dan Tuti). Ketiga, sebagai persembahan sajak. ”Seperti yang dilakukan Chairil kepada Sri dan Karinah Moordjono,” tulis Pamusuk. Puisi persembahan kepada Karinah Moordjono berjudul ”Kenangan”. Sajak tersebut berbunyi: … Halus rapuh ini jalinan kenang/ Hancur hilang belum dipegang/ Terhentak/ Kembali di itu-itu saja/ Jiwa bertanya: Dari buah/ Hidup kan banyakan jatuh ke tanah?/ Menyelubung nyesak penyesalan pernah/ menyia-nyia/. Sajak ini digubah pada 19 April 1943. ”Jalinan ’kenangan’ yang terjadi antara Chairil dan Karinah tentu hanya mereka berdua yang tahu,” tulis Pamusuk. Dua kali pria kelahiran Padang Matinggi, Sumatera Utara, 19 September 1951, ini menulis tentang Chairil. Yang pertama saat menyunting buku kumpulan puisi Chairil berjudul Aku Binatang Jalang; Koleksi Sajak 1942-1949 (1986) dan Mengenal Chairil Anwar. Namun Pamusuk menolak diwawancarai lebih lanjut. Jassin pernah menulis sedikit tentang Karinah Moordjono, putri seorang dok21 AGUSTUS 2016 |



| 99



70 Tahun Berkiprah Untuk Negeri



!"



  # $ %# &  ' #  '(  #  # (  )#  # () &  '(  '(($ * (' (*(#+   # ( * (' ,('(- #    '(  ' ( )* $(  ((*'  # ( *#  .. #'($(' ( .&(# .((  * *   /'#+( (+($(# #'*  $  '( & # &  *$##    '( * .  ' ( *(   $ &  +   (.#   # &  '. *$ ( *#  . .(( +   $  ( *  .( ($$  #(   * $( $( (   *  ' $# ( , - (*'#  '0( &  *$##  ' (& ') *('# +   *$  # &  *. ((#  $&   Cash Management .$ ( ('* (*(.  ((. .(    ('(  *   & (.(* .( ($$  *  ( (  ( #  )# , - &  *.  '()$ (( ( 1( ( ') '$ .( ($$  #(   *    * (.$' (.$# * (',$-*  (( (   *    1 * (  ' $, -



' ' $ & &    & *#($$     $  ((    #' * 



/#+ (( (  (   *  (( (  2('+ (    2( ( $+ *   ''   ,(( *('2-   +   *(   $&   .( #  ( (' & ) (  *#  .& (/' &  *$##  *  * ' (    *$ , - *$ (.(' # .'(' .(3    0('' 4 ) 0('  .(   *$ **#  ($##  .(&      *(   .( &( *  e-channel  + &  ATM BNI, EDC Mini ATM, * Corporate Internet Banking (BNIDirect)& ('(**( $&  (.* ,-'  (($ &+(( ( (     '* (.(5&#  .(&  )#+   *  # *(   (# '( ( *$ ( (  ( ( (' (* , 6- #(.*  +  ($$ Mini Automated Teller Machine (ATM)'(( &$    '$* '*'(5*$ &  *#( #    .  '* * #  $( (( (  '$ *  '#'('*)5#(7# ()# ( .   )# (Tax Amnesty) $ **(  #  .(( +   ( '/ ($##  ''$' .$ %$ #( ..*68 9 6":;* '.($&  '&  ( /# /'$'('($: