Makalah Agama Manusia Dan Alam Semesta [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH AGAMA, MANUSIA DAN ALAM SEMESTA



Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Dosen Pengampu : Drs. H. Komarudin Ks



Disusun oleh : Zulkifli Riki Permadi



FAKULTAS TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON TAHUN 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul Agama, Manusia dan Alam Semesta dalam rangka memenuhi tugas Kelompok Mata Kuliah Agama. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan atau petunjuk maupun pedoman bagi yang membaca makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan hati terbuka agar dapat meningkatkan kualitas makalah ini. Demikian yang dapan penulis sampaikan. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.     Cirebon, Januari 2021    Penulis



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar........................................................................................................... i Daftar isi..................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 1. Arti dan Ruang Lingkup Agama.................................................................... 3 2. Jenis-jenis Agama.......................................................................................... 3 3. Hubungan Manusia dengan Agama............................................................... 4 4. Manusia dan Alam Semesta........................................................................... 7 5. Manusia menurut Agama Islam..................................................................... 11 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................................... 14 B. Kritik dan Saran............................................................................................. 14 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia memang harus mengetahui apa yang akan di kerjakan sehingga bias mendapatkan hal-hal yang baik dan menggunakan akal sehat, jika ia bertanya kepada diri sendiri, “Bagaimana saya ada?” ia akan menjawab, “Saya ada entah bagaimana!” Dengan penalaran demikian, ia akan menjalani kehidupan tanpa pernah merenungkan masalah-masalah seperti itu. Dalam perenungan ini, ia tidak perlu takut seperti yang dirasakan sebagian manusia untuk mencapai kesimpulan “Saya telah diciptakan”. Orang yang tak mau merenungkan hal ini sebenarnya tidak ingin bertanggung jawab pada sang Pencipta. Mereka takut harus mengubah gaya hidup, kebiasaan, dan ideologi jika mengaku telah diciptakan. Oleh karena itu, mereka lari dari ketaatan kepada Pencipta mereka. Demikianlah sikap yang diambil orang-orang yang mengingkari Allah dan “mengingkari (tanda-tanda kekuasaan-Nya) karena kezaliman dan kesombongan mereka, padahal hati mereka meyakini kebenarannya” (QS. An-Naml, 16: 14). Sebaliknya, seseorang yang menilai keberadaan dirinya dengan kearifan dan akal sehat, akan melihat dalam dirinya hanya tanda-tanda penciptaan Allah. Ia mengakui bahwa keberadaannya bergantung pada kerja sama antara ribuan sistem rumit, yang tak satu pun ia ciptakan atau ia kendalikan. Ia memahami fakta bahwa “ia diciptakan”. Dengan mengenal Penciptanya, ia berusaha me-mahami untuk tujuan apa ia “diciptakan” Tuhan. Bagi siapa pun yang berusaha memahami makna ciptaan Tuhan, terdapat kitab petunjuk: Al Quran. Kitab ini adalah panduan yang diberikan kepada semua manusia yang diciptakan Tuhan di muka bumi. Bahwa fenomena penciptaan itu terjadi sesuai dengan uraian yang ada dalam Al Quran membawa arti sangat penting bagi orang-orang yang berakal. Kisah penciptaan manusia berawal di dua tempat yang saling berjauhan. Manusia menapaki kehidupan melalui pertemuan dua zat terpisah di dalam tubuh lelaki dan perempuan, yang diciptakan saling terpisah namun sangat selaras. Jelas, sperma di dalam tubuh lelaki tidak dihasilkan atas kehendak dan kendali lelaki tersebut, sebagaimana sel telur di dalam tubuh perempuan tidak terbentuk atas kehendak dan kendali perempuan tersebut. Sesungguhnya, mereka bahkan tidak menyadari pembentukan sel-sel ini. 1



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditemukan Rumusan Masalah sebagai berikut : 1. Arti dan Ruang Lingkup Agama ? 2. Jenis-jenis Agama ? 3. Hubungan Manusia dengan Agama? 4. Manusia dan Alam Semesta? 5. Manusia menurut Agama Islam?



2



BAB II PEMBAHASAN A. Arti Dan Ruang Lingkup Agama Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkupi manusia . Agama muncul dalam kehidupan manusia pada berbagai dimensi dan sejarahnya. Secara bahasa, kata “agama” berasal dari bahasa sanskerta yang berarti “tidak pergi”, tetap di tempat, diwarisi turun temurun. Secara istilah agama berarti undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengikat manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam yang teratur dan damai. Oxford Student Dictionary (1978) mendefenisikan agama (realigion) dengan “ the belief in the exitence of supranatural ruling power, the creator and controller of the universe” yaitu suatu kepercayaan akan keberadaan suatu kekuatan pengatur supranatural yang menciptakan dan mengendalikan alam semesta. Menurut Abu Ahmadi, agama menurut bahasa ada 2 arti, yaitu: 1. Agama berasal dari bahasa sanskerta yang diartikan dengan haluan, peraturan, jalan atau kebaktian kepada Tuhan. 2. Agama terdiri dari 2 kata yaitu A, berarti tidak, dan Gama berarti kacau balau, tidak teratur. Jadi agama berarti tidak kacau balau yang berarti teratur. Sebuah agama secara umum meliputi tiga persoalan pokok, yaitu: 1. Keyakinan (credial) yaitu keyakinan akan adanya suatu kekuatan supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam. 2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukanya. 3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinannya tersebut. B. Jenis – Jenis Agama Di tinjau dari sumbernya agama di bagi menjadi dua, yaitu agama wahyu dan agama bukan wahyu. Agama wahyu adalah agama yang di terima oleh manusia dari Allah Sang Pencipta melalui Malaikat Jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Sedangkan agama yang bukan wahyu bersandar semata-mata kepda ajaran seorang manusia yang di anggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai secara mendalam. 3



C. Hubungan Manusia Dengan Agama 1. FITRAH TERHADAP AGAMA Kenyataan ditemukannya berbagai macam agama dalam masyarakat sejak dahulu hingga kini membuktikan bahwa di bawah sistem keyakinan adalah tabiat yang merata pada manusia. Tabiat ini sudah ada sejak manusia lahir sehingga tak ada pertentangan sedikit pun dari seseorang yang tumbuh dewasa dalam sebuah sistem kehidupan. Agama-agama yang berbeda tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat tersebut. Susunan jagat raya yang mengagumkan ini menunjukan keagungan Sang Pencipta, sistem yang sangat sempurna telah dibuat demi kelangsungan kehidupan. Maka penyembahan manusia kepada Pencipta adalah suatu karakteristik dari penciptaan itu sendiri. Seperti ketundukan satelit mengorbit pada planetnya. ‫يحهُ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم بِ َما‬ ٍ ‫صافَّا‬ َ ِ‫صاَل تَهُ َوتَ ْسب‬ َ ‫ت ُك ٌّل قَ ْد َعلِ َم‬ َ ‫ض َوالطَّ ْي ُر‬ ِ ‫أَلَ ْم تَ َر أَ َّن هَّللا َ يُ َسبِّ ُح لَهُ َمن فِي ال َّس َما َوا‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬ َ‫ يَ ْف َعلُون‬Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masingmasing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya , dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (An-Nur, 24 : 41) Keteraturan seluruh elemen alam semesta ini membangkitkan kesadaran bahwa kehidupan manusia membutuhkan keteraturan tersebut. Perbedaan watak manusia memunculkan dimensi yang berbeda pada hukum-hukumnya. Apabila terjadi penyimpangan dalam keteraturan maka akan mengakibatkan kerusakan baik bagi alam maupun bagi manusia, bisa berupa kehancuran fisik dan sosial. Dimensi pahala dosa dan pembalasan terdapat pada hampir seluruh agama di dunia. Dimensi ini secara luas diterima manusia bahkan dalam cara berfikir modern sekalipun. Paham materialisme yang menganggap materi sebagai hakikat abadi di alam justru tidak mendapat tempat di dunia modern. ُ ‫ َوقَالُوا َما ِه َي إِاَّل َحيَاتُنَا ال ُّد ْنيَا نَ ُم‬Dan ‫ك ِم ْن ِع ْل ٍم ِإ ْن هُ ْم إِاَّل يَظُنُّون‬ َ ِ‫وت َونَحْ يَا َو َما يُ ْهلِ ُكنَا إِاَّل ال َّد ْه ُر َو َم~~ا لَهُم بِ ~ َذل‬ mereka berkata : Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita hidup dan mati dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka hanya menduga-duga saja. (AlJaasiyah, 45 : 24)



4



2. PENCARIAN MANUSIA TERHADAP AGAMA Akal yang sempurna akan senantiasa menuntut kepuasan berfikir, oleh karena itu pencarian manusia terhadap kebenaran agama tak pernah lepas dari muka bumi. Penyimpangan dari sebuah ajaran agama dalam sejarah kehidupan manusia dapat diketahui pada akhirnya oleh pemenuhan kepuasan berfikir manusia yang hidup kemudian. ‫ضااّل ً فَهَ~دَى‬ َ ‫ َو َو َج َد‬Dan Dia mendapatimu sebagai َ ‫ك‬ seorang yang bingung , lalu Dia memberikan petunjuk. ( Ad-Duha 93: 7 ) Seiring dengan sifat-sifat mendasar pada manusia, dalam salah satu kitab (Al-Qur’an) sebagian besar isinya menantang kemampuan berfikir manusia untuk menemukan kebenaran yang sejati. Tatkala seseorang gelisah dengan jalan yang dilaluinya kemudian ia “menemukan” sebuah pencerahan, maka niscaya ia akan memasuki dunia yang lebih memuaskan akal dan jiwanya. ُ ْ ُ‫َاب الَّ ِذينَ آ َمن‬ ْ ‫َويَقُو ُل الَّ ِذينَ َكفَر‬ ‫وا‬ َ ‫ َم ْن أَن‬. ‫ضلُّ َمن يَ َشا ُء َويَ ْه ِدي إِلَ ْي ِه‬ ِ ُ‫نز َل َعلَ ْي ِه آيَةٌ ِّمن َّربِّ ِه قُلْ إِ َّن هّللا َ ي‬ ِ ‫ُوا لَوْ الَ أ‬ ْ ‫َط َمئِ ُّن قُلُوبُهُم بِ ِذ ْك ِر هّللا ِ أَالَ بِ ِذ ْك ِر هّللا ِ ت‬ ْ ‫َوت‬ ُ‫َط َمئِ ُّن ْالقُلُوب‬ Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mu'jizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepadaNya",(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar-Ra’d , 13 : ) 3. KONSITENSI KEGAMAAN Manusia di diciptakan dengan hati nurani yang sepenuhnya mampu mengatakan realitas secara benar dan apa adanya, namun manusia juga memiliki keterampilan kejiwaan lain yang dapat menutupi apa-apa yang terlintas dalam hati nuraninya, yaitu sifat berpura-pura. Sikap konsisten seseorang terhadap agamanya terletak pada pengakuan hati nuraninya terhadap agama yang dipeluknya, meskipun menjaga konsistensi bukan hal yang mudah. a. Pengenalan Seseorang harus mengenal dengan jelas agama yang dipeluknya sehingga bisa membedakannya dengan agama yang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan mengetahui ciri-ciri pokok dan cabang yang terdapat dalam sebuah agama. Jika ada orang yang menyatakan semua agama itu sama maka dapat dipastikan bahwa sebenarnya ia tak mengenali agama itu satu persatu. b. Pengertian Ajaran agama yang dipeluk pasti memiliki landasan yang kuat, tempat dari mana seharusnya kita memandang. Mengapa suatu ajaran 5



diajarkan, apa faedahnya untuk kehidupan pribadi dan masyarakat, apa yang terjadi apabila manusia meninggalkan ajaran tersebut dan lain-lainnya adalah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya akan mengantarkan kita kepada sebuah pengertian. c. Penghayatan Penghayatan terhadap suatu ajaran agama lebih daripada sekedar pengertian. Ajaran yang hidup dalam jiwa menjadi kecenderungan yang instingtif mencerminkan tumbuhnya sebuah kesatuan yang tak terpisahkan antara agama dan kehidupan. Interaksi seseorang terhadap ajaran agamanya pada fase ini tidak hanya dengan pikirannya tetapi lebih merasuk ke dalam relung-relung hati sehingga mendorongnya untuk melaksanakan agama dengan tulus ikhlas. d. Pengabdian Seseorang yang tidak lagi mempunyai ambisi pribadi dalam mengamalkan ajaran agamanya akan dapat memasuki pengabdian yang sempurna. Kepentingan hidupnya adalah kepentingan agamanya, tujuan hidupnya adalah tujuan agamanya, dan warnanya adalah warna agamanya. Orang yang memasuki fase ini bagaikan sudah tak memiliki dirinya lagi, karena demikianlah hakekat pengabdian. e. Pembelaan Apabila kecintaan seseorang terhadap agamanya telah demikian tinggi, maka tidak boleh ada perintang yang menghalangi laju jalannya agama. Rintangan terhadap agama adalah rintangan terhadap dirinya sendiri sehingga ia akan segera melakukan pembelaan. Ia rela mengorbankan apa saja yang ada pada dirinya, harta benda bahkan nyawa, bagi nama baik dan keagungan agama yang dipeluknya. Pembelaan ini disebut jihad, yaitu suatu sikap yang sungguh-sungguh dalam membela agamanya. Itulah makna konsistensi keagamaan seseorang yang ditampakkan pada jalan kehidupannya. Sejarah mencatat fenomena ini dalam berbagai agama dan ideologi yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan manusia. Allah berfirman : Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (Al-Hujurat , 49 :15 ) Agama adalah sebuah sistem keteraturan yang mengendalikan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, hubungan sesama manusia dan hubungan



6



dengan alam. Sistem ini bersifat menyeluruh dan mencakup segala aspek dalam kehidupan manusia dimana pun mereka berada atau tinggal. D. Manusia dan Alam Semesta. 1. Pengertian Manusia. a. Menurut istilah. Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya,



organisasi



mereka



dalam



masyarakat



majemuk



serta



perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan. b. Menurut para ahli. NICOLAUS D. & A. SUDIARJA Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang. ABINENO J. I Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana". UPANISADS Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana atau badan fisik. c. Menurut Agama dan Al-Qur’an Manusia menurut pandangan islam adalah makhluk Allah SWT yang paling sempurna dan mulia.



7



Seperti terkandung dalam surat At-tin ayat 4 yang artinya : “Sungguh, kami (Allah SWT) telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya”. Dan di jelaskan juga dalam surat Al-isra’ ayat 70 yang artinya : “Dan sungguh, kami telah memeuliakan anak cucu adam dan kami angkat mereka di darat dan di laut, dan kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”. 2. Pengertian Alam Semesta. a. Menurut istilah. Di abad 19, gagasan yang umum adalah bahwa alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya. Pengertian dari alam semesta adalah ruang dimana di dalamnya terdapat kehidupan biotic maupun abiotik serta segala macam peristiwa alam yang dapat diungkapkan maupun yang belum dapat diungkapkan oleh manusia. Atau ada pula yang mengatakan bahwa pengertian alam semesta mencakup tentang mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran sangat kecil, misalnya atom, elektron, sel, amuba, dan sebagainya. Sedang makrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat besar, misalnya bintang, planet, dan galaksi. b. Teori” penciptaan alam semesta. Manusia berusaha memahami alam semesta ini dari zaman dahulu bahkan sampai sekarang. Pada jaman kejayaan Yunani, orang percaya bahwa Bumi merupakan pusat dari alam semesta ini ( Geosentrisme ). Namun, berkat pengamatan dan pemikiran yang lebih tajam, pandangan itu berubah sejak Zaman abad pertengahan yang dipelopori oleh Copernicus menjadi Heliosentrik, yaitu matahari menjadi pusat beredarnya bumi dan planet-planet lain. c. Alam semesta menurut islam. Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan mrnjadi beberapa jenis, diantaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah. Alam syahadah dalam istilah Inggris disebut universe yang artinya 8



seluruhnya, yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta. Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains. Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius. Alam syahadah atau alam materi sering juga disebut dengan alam fisik karene alam syahadah merupakan alam yang dapat dicapai oleh indera manusia baik dengan menggunakan alat atau tidak, berbeda dengan alam ghoib yang tidak dapat tercapai oleh indera. Alam syahadah dapat dibedakan menjadi alam raya (makrokosmos) dan alam zarrah (mikrokosmos). Dan dapat pula dibedakan menjadi alam nabati, hewani, dan insani Al Quran menggambarkan alam semesta laksana sebuah kitab yang disusun oleh satu wujud yang arif, yang setiap baris dan katanya merupakan tanda kearifan penulisnya. d. Proses terjadinya alam semesta dan bumi di dalam Al-Qur’an. Banyak terdapat penjelasan tentang proses terbentuknya langit dan bumi di dalam Al Qur’an, salah satunya: “Dan sumgguh, kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan kami tidak merasa letih sedikitpun.” (Qs. Qaf: 38). Dari ayat di atas sudah dapat dipahami bahwa pencipta langit dan bumi beserta seluruh isinya ialah Allah proses penciptaan tersebut terjadi selama enam masa, namun sebenarnya banyak yang berbeda pendapat dalam menafsirkannya mulai dari enam hari, enam masa, enam periode, dan enam tahapan. Satu hari bukan berarti 24 jam, dalam Al Qur’an pun diumpamakan secara berbeda-beda, ada yang 1.000 tahun (Qs. Al Hajj: 47) dan 50.000 tahun (Qs. Al-Ma’arij: 4), belum ada penafsiran pasti tentang itu. Dalam Qs. An-Nazi’at:27-33, para ahli mengambil kesimpulan bahwa proses penciptaan langit dan bumi terjadi dalam enam masa atau enam periode, urutan masa tersebut sesuai dengan urutan ayatnya, yang artinya sebagai berikut: “Apakah penciptaanmu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya?



[27],



Dia



telah



meninggikan



bangunannya



lalu



menyemperunakannya [28], dan Dia menjadikan malamnya (gelap gulita) dan 9



menjadikan siangnya (terang benderang) [29], dan setelah itu bumi Dia hamparkan [30], darinya Dia pancarkan mata air dan (ditumbuhkan) tumbuhan-tumbuhannya [31], dan gunung-gunung Dia pancangkan dengan teguh [32], (semua itu) untuk kesenanganmu dan hewan-hewan ternakmu. [33]”. (Qs. An-Nazi’at: 27-33). 3. Hubungan Historis Manusia dan Alam Semesta Pembicaraan tentang hubugan historis manusia dan alam semesta tentu dapat dimulai dari penelusuran terhadap asal muasal manusia sebagai bagian dari alam semsta ini. Asal usul manusia dikaitkan dengan keberadaan alam semesta merupakan topik menarik. Kapankah manusia pertama hadir dimuka bumi ini? Makhluk apakah yang menjadi nenek moyang manusia dan bagaimana proses penurunan dan perubahan-perubahannya? Ilmu pengetahuan manusia sudah mencoba untuk memberikan jawaban ilmiah tentang asal usul manusia itu yang diawali dengan teori evolusi Darwin yang meskipun pada akhirnya temuan ini dianggap sebagai kesimpulan yang serampangan dan mengaburkan fakta. Seperti temuan Ramapithecus yang berusia 15 juta tahun dan Oreopithecus yang berusia 12 juta tahun, Australopithecus yang hidup kira-kira pada 4 juta sampai 600.000 tahun yang lalu, Pithecanthropus Erectus yang hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu, Nanderthal yang hidup sekitar 1.000.000-500.000 tahun yang lalu. Akan tetapi temuan ini masih memunculkan tanda tanya para ahli apakah manusia yang di kenal sebagai manusia modern seperti sekarang ini merupakan akibat dari proses evolusi. Kesenjangan bukti-bukti ilmiah telah melemahkan hipotesis bahwa manusia adalah perkembangan lebih lanjut dari keluarga pritama. Juka pun ada pada suatau hari mungkin ditemukan bukti pormula yang menghubungkan manusia dengan nenek moyang hewan, maka hal itu adalah merupakan lompatan yang luar biasa pada pertambahan informasi genetic. Hanya dengan lompatan tersebut terbentuk suatu keturunan dengan ciri-ciri manusiawi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan evolusi meneju bentuk homo sapiens. Akan tetapi sesungguhnya dari hasil tersebut dapat dimaknai bahwa sepanjang sejarah manusia sampai sekarang keterkaitan dengan lingkungan alam semesta sangat tinggi.



10



E. Manusia menurut agama islam. Manusia menurut pandangan islam adalah makhluk Allah SWT yang paling sempurna dan mulia. Seperti terkandung dalam surat At-tin ayat 4 yang artinya : “Sungguh, kami (Allah SWT) telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya”. Dan di jelaskan juga dalam surat Al-isra’ ayat 70 yang artinya : “Dan sungguh, kami telah memeuliakan anak cucu adam dan kami angkat mereka di darat dan di laut, dan kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”. 1. Asal kejadian dan potensi manusia. Asal usul manusia di bumi tidak terlepas dari kisah nabi Adam dan Siti Hawa, merekalah manusia pertama yang di ciptakan oleh Allah SWT. karena godaan setan yang sesat terhadap Nabi Adam dan Siti Hawa maka mereka di turunkan ke bumi. Adapun proses terjadinya manusia dalam Al-Qur’an salh satunya dalam surat almukminun ayat 12-14 yang artinya : “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari saripati yang berasal dari tanah”.(Q.S al-mukminun, 23:12) “Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yag disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)”.(Q.S al-mukminun, 23:13) “Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan ia makhluk yang berbentuk lain. Maha Sucilah Allah Pencipta yang paling baik. (Q.S al-mukminun, 23:14). Di sebutkan juga dalam surat as-sajdah ayat 7-9 yang artinya : “Yang memperindah segala sesuatu yang dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah”. (Q.S As-Sajdah, 32:7). “Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati yang hina (air mani)”.(Q.S As-Sajdah,32:8)



11



“Kemudian dia menyempurnakannya dan meniupkan ruh(ciptaan)Nya kedalam (tubuh)Nya dan dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu (tetapi) sedikit sekali yang bersyukur”. (Q.S As-Sajdah, 32:9). Manusia adalah makhluk Allah SWT yang paling sempurna, karena manusia di beri banyak kelebihan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah di bumi. Akan tetapi banyak kelebihan manusia yang di manfaatkan untuk merusak alam semesta. Berikut beberapa kelebihan manusia dari makhluk Allah yang lain : a. Akal Akal adalah alat untuk berfikir dan memahami ayat-ayat Alloh baik yang kauniyah maupun quraniyah. Tapi berfikir dengan akal tidak seperti berfikir dengan otak, berfikir dengan akal itu akan berujung dengan satu kesimpulan : “robbana maa kholaqta hadza baathila” tidak ada sesuatu apapun yang Alloh telah ciptakan itu sia-sia. Apabila seseorang telah mempergunakan akalnya dalam berfikir dengan baik dan benar maka niscaya keimanannya akan terus bertambah



mantap dan akan selalu mengalami peningkatan



meningkat. Kebanyakan kita mengatakan bahwa akal itu adalah otak, sehingga kalau kita berkata kepada orang lain “gunakan akalmu!” maka kita akan menunjuk dan mengarahkannya kepada kepala kita sebagai isyarat bahwa tempatnya akal disana. Maka ketahuilah oleh kita bahwasanya akal bukanlah otak, jadi letak keberadaannya tidak berada di kepala. Keberadaan akal tidaklah berbentuk secara fisik sehingga tidak dapat dilihat oleh mata kepala ini. Meskipun demikian gerakan dan fungsinya masih dapat kita rasakan. b. Hati. Banyak orang memahami bahwa hati (qolbu) itu adalah segumpal daging dalam diri manusia. Pemahaman ini tidak salah karena didasarkan pada sabda Rosululloh Saw sebagai berikut : Artinya : “… Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati (qolbu) “. (Riwayat Bukhori dan Muslim).



12



c. Nafsu. Nafsu adalah elemen jiwa (unsur ruh) yang berpotensi mendorong pada tabi’at badaniyah atau biologis dan mengajak untuk melakukan perbuatan baik atau buruk. 2. Manusia sebagai khilafah dan ‘abdullah. Tugas manusia di bumi ada 2 yaitu sebagi khalifah dan hamba Allah SWT.  Sebagai khalifah Sebagaimana di sebutkan dalam surat al-baqarah ayat 30 yang artinya : Ingatlah



ketika



Tuhanmu



berfirman



kepada



para



malaikat:



“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Khalifah berasal dari bahasa Arab yang diterjemahkan sebagai yang datang kemudian atau yang menggantikan. Menurut Quraish Shihab, kata khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya (2000: 140). Kata khalifah dalam Al-Qur’an digunakan bagi siapa saja yang kekuasaan mengelola wilayah baik secara luas maupun terbatas (Sya’roni, Badruddin, Tang, 2000: 111). Sedangkan sebagian besar para mufasir berpendapat bahwa yang dimaksud khalifah dalam ayat 30 dari Q. S Al-Baqarah adalah sebagai pengganti Allah dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya kepada manusia (Al-Maraghi I, 1992: 135). Dari sekian pengertian tentang khalifah maka dapat disimpulkan bahwa khalifah adalah siapa saja yang diberi wewenang untuk mengelola wilayah baik secara luas maupun terbatas sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah sebagai pemberi wewenang tersebut.



13



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Bagi orang yang tidak menggunakan akal sehat, jika ia bertanya kepada diri sendiri,“Bagaimana saya ada?” ia akan menjawab, “Saya ada entah bagaimana!” Dengan penalaran demikian, ia akan menjalani kehidupan tanpa pernah merenungkan masalah-masalah seperti itu. Akan tetapi, orang yang berakal semestinya merenungkan bagai-mana ia diciptakan, dan menentukan makna hidupnya sesuai dengan hasil perenungannya. Dalam perenungan ini, ia tidak perlu takut seperti yang dirasakan sebagian manusia untuk mencapai kesimpulan “Saya telah diciptakan”. Orang yang tak mau merenungkan hal ini sebenarnya tidak ingin bertanggung jawab pada sang Pencipta. Mereka takut harus mengubah gaya hidup, kebiasaan, dan ideologi jika mengaku telah diciptakan. Oleh karena itu, mereka lari dari ketaatan kepada Pencipta mereka. Demikianlah sikap yang diambil orang-orang yang mengingkari Allah dan “mengingkari (tanda-tanda kekuasa-an-Nya) karena kezaliman dan kesombongan mereka, padahal hati mereka meyakini B. Kritik Dan Saran Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.



14



DAFTAR PUSTAKA Kitab suci Al-Qur’an https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia https://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.htm http://ilmuishere.blogspot.co.id/2013/12/pengertian-alam-semesta.html http://melyme-agama.blogspot.co.id/2012/07/alam-semesta-menurut-pandangan-islam.html http://mirajnews.com/id/artikel/tadabbur-al-quran/enam-proses-penciptaan-alam-semestadan-bumi-dalam-alquran/ http://www.elearningpendidikan.com/hubungan-manusia-dan-alam-semesta.html http://jurnalapapun.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-dan-definisi-agama-menurut.html http://xpresikan-212.blogspot.co.id/



15