Makalah AGENDA SETTING [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AGENDA SETTING DISUSUN OLEH : MASKURI 3012019077 DOSEN PEMBIMBING : YUSMAMI S.Ag, MA



PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Agenda Setting” Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta. Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif. Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati. Langsa Februari 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGENTAR.....................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1 A. Latar Belakang.................................................................................1 B. Rumusan Masalah............................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3 A. Pengertian Agenda Setting...............................................................3 B. Latar Belakang Teori Agenda Setting..............................................5 C. Asumsi-Asumsi Teori Agenda Setting.............................................6 D. Hasil Belajar Teori Komunikasi.......................................................9 BAB III PENUTUP.........................................................................................12 A. Kesimpulan........................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi Massa (Mass Communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat. Salah satu teori efek komunikasi massa adalah teori agenda setting Dari beberapa asumsi mengenai efek komunikasi massa, satu yang bertahan dan berkembang dewasa ini menganggap bahwa media massa dengan memberikan perhatian pada issue tertentu dan mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruh terhadap pendapat umum. Orang akan cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan dan menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap isu-isu yang berbeda. Asumsi ini berhasil lolos dari keraguan yang ditujukan kepada penelitian komunikasi massa yang menganggap media massa memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar dan bukan dengan perubahan sikap atau pendapat. Studi empiris terhadap komunikasi massa telah mengkonfirmasikan bahwa efek yang cenderung terjadi adalah dalam hal informasi. Teori agenda-setting menawarkan suatu cara untuk menghubungkan temuan ini dengan kemungkinan terjadinya efek terhadap pendapat, karena pada dasarnya yang ditawarkan adalah suatu fungsi belajar dari media massa. Orang belajar mengenai isu-isu apa dan bagaimana isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingannya. Berdasarkan uraian di atas kami akan membahas lebih rinci lagi mengenai Teori Agenda Setting pada bab selanjutnya.



1



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian agenda setting? 2. Apa latar belakang teori agenda setting? 3. Apa asumsi-asumsi teori agenda setting? 4. Apa hasil belajar teori komunikasi?



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Agenda Setting Jika diurai secara bahasa (etimologi) agenda setting diambil dari Bahasa Inggris yang terdiri dari dua suku kata, yakni agenda dan setting. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata agenda diartikan dalam 2 (dua) pengertian, yaitu: 1) buku catatan yang bertanggal untuk satu tahun: acara rapat itu telah dicatat dalam agenda; 2) acara (yang akan dibicarakan dalam rapat), hal itu tercantum juga dalam agenda rapat. Adapun kata mengagendakan, sebagai kata kerja (verb) berarti memasukkan dalam acara (rapat dan seminar) Kata Setting atau yang dipadankan ke dalam Bahasa Indonesia dalam bentuk kata kerja (verb) dalam istilah “mengeset” diartikan sebagai pekerjaan menata, mengatur (tentang rambut, susunan huruf dalam mesin cetak, dan sebagainya): sudah menjadi kebiasaannya, ia mengeset rambut setiap pergi ke pesta, adapun orang yang mengerjakan pekerjaan mengeset dikatakan sebagai seorang “pengeset”. Sementara itu, jika kata mengeset diubah menjadi kata “pengesetan” artinya menjadi “pengaturan” Berdasarkan pengertian secara etimologi di atas, maka pengertian agenda setting



dapat



dipahami



sebagai



pengaturan



atau



penyusunan



agenda/acara/kegiatan. Hal ini sesuai dengan istilah yang dikemukakan oleh beberapa ahli komunikasi Indonesia sebagai penentuan atau penyusunan agenda. Lihat misalnya terjemahan dari pendapat Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss dalam Hamdan, 2009: 415) Tentu saja yang dipahami dalam keterkaitannya dengan pembahasan ini adalah peran media massa dalam penyusunan agenda/acara/kegiatan seseorang. Adapun pengertian agenda setting dalam istilah komunikasi adalah: a) Maxwell E. McCombs dan Donald L. Shaw percaya bahwa media massa memiliki kemampuan untuk mentransfer hal yang menonjol yang dimiliki sebuah berita dari news agenda mereka kepada public agenda. Pada saatnya, media massa mampu membuat apa yang penting menurutnya, menjadi penting pula bagi



3



masyarakat. (Nuruddin, 2007: 195). b) Menurut Bernard C. Cohen agenda setting theory adalah teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dikemukakannya bahwa “pers mungkin tidak berhasil banyak waktu dalam menceritakan orang-orang yang berfikir, tetapi berhasil mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa”. (Baran dan Dennis, 2007: 13), c) Stephan W. Littlejohn dan Karen A. Foss mengemukakan bahwa agenda setting theory adalah teori yang menyatakan bahwa media membentuk gambaran atau isu yang penting dalam pikiran. Hal ini terjadi karena media harus selektif dalam melaporkan berita. Saluran berita sebagai penjaga gerbang informasi membuat



pilihan



tentang



apa



yang



harus



dilaporkan



dan



bagaimana



melaporkannya. Apa yang masyarakat ketahui pada waktu tertentu merupakan hasil dari penjagaan gerbang oleh media (Littlejohn & Foss, 2009: 416). d) Syukur Kholil mengutip pendapat Samsudin A. Rahim mengemukakan bahwa agenda setting adalah peran media massa yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku masyarakat dengan menentukan agenda terhadap masalah yang dipandang penting (Kholil, 2007: 36). Berdasarkan pengertian-pengertia di atas, dapat dikemukakan bahwa agenda setting theory membicarakan tentang peran besar media massa dalam menentukan agenda orang-orang yang terkena informasi tersebut. Masyarakat menjadi terbiasakan dengan berita-berita yang disampaikan media, sehingga menjadi bahan pembicaraan dalam pergaulan sehari-hari. Berita atau informasi yang disampaikan media tersebut bukan saja hanya sebagai ilmu atau pengetahuan bagi masyarakat, tetapi bahkan bisa mengubah gaya hidup, perilaku, ataupun sikap masyarakat.



4



B. Latar Belakang Teori Agenda Setting Agenda setting theory (teori penyusunan agenda) mulai dirintis sejak tahun 1968, ketika berlangsungnya penelitian tentang kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat. Penelitian ini berhasil menemukan hubungan yang tinggi antara penekanan berita dengan bagaimana berita itu dinilai tingkatannya oleh pemilih yang kemudian menjadi hipotesis teori agenda setting. Meningkatkatnya nilai penting topik tersebut bagi khalayak (Nuruddin, 2007: 195) Hasil penelitian inilah yang kemudian menjadi fenomena utama bagi Maxwell McComb dan Donald L.Shaw dalam melahirkan teori agenda setting pada tahun 1972 (Lubis, 2007: 106). Yang dipublikasikan pertama kali dengan judul “The Agenda Setting Function of the Mass Media” Public Opinion Quarterly No. 37 (Bungin, 2006: 279). Sebagai ilmuwan yang pertama sekali menguji teori ini, Maxwell McComb dan Donald L Shaw kemudian menjadi tokoh utama dibalik teori ini, yang empat tahun setelah penelitiannya (1968-1972) baru mengumumkan ke publik, bahwa risetnya itu menguatkan hipotesis hingga keduanya sepakat menamakan teori tersebut sebagai agenda setting theories. Penelitian menjelang pemilu Presiden Amerika Serikat Tahun 1968 itu juga sekaligus menjadi latar belakang sejarah kelahiran teori agenda setting. Meskipun, jauh sebelumnya sudah ada gagasan/pandangan para ilmuan yang cenderung sama dengan fungsi teori agenda setting, sebagai hasil observasi pengaruh media terhadap khalayak. Hanya saja saat itu belum sampai memproklamirkan teori seperti teori agenda setting. Aplikasi teori agenda setting pertama sekali pada penelitian perubahan sikap pemilih dalam kampanye pemilu Presiden AS tahun 1968, memberikan hasil penelitian berbalik dengan teori efek media terbatas (the limited media effect theories) sebelumnya. Dengan kata lain teori agenda setting menganggap



media



memiliki



kekuatan



untuk



menarik



perhatian



dan



mempengaruhi khalayak terhadap suatu isu. Fungsi teori ini berlangsung karena media sangat selektif dalam menyiarkan berita, yang menarik bagi publik baik dilihat dari aspek nilai berita (news value) maupun nilai jual (sell value). Sehingga model agenda setting ini mengasumsikan adanya hubungan positif antara



5



penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian khalayak pada persoalan yang sama (Rahmat, 1993: 68). Berdasarkan teori agenda setting, pemberitaan positif dan negatif media massa terhadap para kandidat selama massa kampanye akan sangat menentukan nasib kandidat dalam pemilu. Dengan demikian muncullah anggapan bahwa “menguasai media berarti menguasai publik” atau “menguasai media berarti menguasai massa (politik)”. Jauh sebelum teori agenda setting diperkenalkan oleh McCombs dan Shaw, Bernard Cohen telah mengemukakan “pers lebih penting daripada sekedar penyedia informasi dan opini, barangkali mereka (media) tidak terlalu sukses dalam menyuruh apa yang dipikirkan seseorang tetapi mereka sukses dalam menyuruh orang apa yang seharusnya dipikir. Dunia akan terlihat berbeda menurut orang yang berbeda pula tergantung bukan hanya pada visi mereka pribadi tetapi juga peta yang diberikan media massa kepada mereka (Stanley dan Dennis, 2007: 347). C. Asumsi-Asumsi Teori Agenda Setting Asumsi teori ini adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Khalayak tidak hanya mempelajai isu-isu pemberitaan, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik berdasarkan cara media massa memberikan penekanan terhadap isu atau topik tersebut. Media massa mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Asumsi agenda-setting ini mempunyai kelebihan karena mudah dipahami dan relatif mudah untuk diuji. Dasar pemikirannya adalah di antaraberbagai topik yang dimuat media massa, topik yang mendapat perhatian lebih banyak dari media massa akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap



6



penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media. Perkiraan ini dapat diuji dengan membandingkan hasil dari analisis isi media secara kuantitatif dengan perubahan pada pendapat umum yang diukur melalui survei pada dua (atau lebih) waktu yang berbeda. Teori ini menyatakan bahwa media massa merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah: (1) Masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan; mereka menyaring dan membentuk isu. (2) Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting dari pada isu-isu lain. Salah satu aspek yang paling penting dalam konsep penentuan agenda adalah peran fenomena komunikasi massa, berbagai media massa memiliki penentuan agenda yang potensial berbeda termasuk intervensi dari pemodal. Ide dasar pendekatan Agenda Setting seperti yang sering dikemukakan Bernard Cohen (1963) adalah bahwa “pers lebih dari pada sekadar pemberi informasi dan opini. Pers mungkin saja kurang berhasil mendorong orang untuk memikirkan sesuatu, tetapi pers sangat berhasil mendorong pembacanya untuk menentukan apa yang perlu dipikirkan”. Dalam studi pendahuluan tentang Agenda Setting, McCombs dan Shaw (1972) menunjukkan hubungan di antara beberapa surat kabar tertentu dan pembacanya dalam isu-isu yang dianggap penting oleh media dan publik. Jenjang pentingnya isu publik ini disebut sebagai salience. Akan tetapi, studi ini sendiri bukanlah Agenda Setting seperti yang kita maksudkan, karena arah penyebabnya tidaklah jelas. Baik media ataupun publik bisa saja menimbulkan kesepakatan tentang jenjang isu-isu publik.



7



Selain itu, studi pendahuluan ini masih berupa suatu perbandingan umum, bukan perbandingan individual, seperti yang ditetapkan dalam hipotesis Agenda Setting ini. McCombs dan Shaw (1972) mengakui keterbatasan ini dalam studinya dan mengungkapkan bahwa “penelitian-penelitian lain harus meninggalkan konteks sosial yang umum dan memakai konteks psikologi sosial yang lebih spesifik”. Sayang sekali saran ini tidak sepenuhnya diikuti dalam hampir seluruh penelitian agenda setting yang dilakukan kemudian (Becker, 1982). Di pihak lain, studi-studi berikutnya tentang Agenda Setting berhasil menetapkan urutan waktu dan arah penyebab. Dalam kondisi tertentu, peneliti menunjukkan bahwa media massa benar-benar dapat menentukan agenda bagi khalayak yang spesifik, paling tidak pada suatu tingkat agregatif (cf. Shaw dan McCombs, 1977). McLeod et al. (1974) membandingkan agenda pembaca-pembaca sebuah surat kabar dengan pembaca-pembaca surat kabar lain di Madison, Wisconsin. Dari pengamatan ini ia dapat menunjukkan bahwa dalam batas-batas tertentu ada perbedaan di antara keduanya. Dalam pemberian suara, media ternyata tidak menunjukkan efek pada pemilih muda, yang baru pertama kali memberikan suaranya dan hanya sedikit mempengaruhi pemilih yang lebih tua. Pembagian lebih lanjut kelompok pemilih muda ini menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil menunjukkan bahwa mereka yang memiliki predisposisi partisan akan lebih dipengaruhi oleh agenda media. Akan tetapi, keterbatasan besar yang dihadapi penelitian ini disebabkan oleh liputan isu-isu publik surat kabar-surat kabar itu hampir sama. Dalam suatu studi yang dilakukan pada orang-orang yang menonton dan tidak menonton perdebatan calon-calon presiden Amerika Serikat pada tahun 1976, peneliti dapat menunjukkan perbedaan dalam penentuan agenda di kalangan segmen-¬segmen khalayak yang spesifik. Di samping itu, ditunjukkan pula bahwa waktu memainkan peranan penting dalam proses tersebut (Becker et al., 1979; McLeod et al., 1979). Sebagai perbandingan, suatu studi Agenda Setting surat kabar dan televisi di Barquisimeto, Venezuela oleh Chaffee dan Izcaray (1975) menunjukkan tiadanya



8



efek yang diharapkan. Penggunaan media massa oleh responden kedua peneliti ini tidak mengarah pada meningkatnya salience untuk isu-isu yang menerima liputan media yang besar. Di sini tampak bahwa posisi sosial ekonomi responden memainkan peranan dalam menentukan kepentingan relatif beberapa isu publik. Studi-studi ini menunjukkan bahwa agenda setting oleh media massa dapat terjadi dalam beberapa kondisi. Akan tetapi, kondisi yang berlaku di negara industri dan di negara sedang berkembang mungkin berbeda. Riset tentang agenda setting oleh media di negara-negara Dunia Ketiga masih perlu dilakukan, karena kebanyakan studi tentang agenda setting yang ada telah dilakukan di Eropa dan Amerika Serikat. D. Hasil Belajar Teori Komunikasi Di Indonesia, teori agenda setting kerap digunakan (diuji) dalam penelitian-penelitian untuk mengukur popularitas para kandidat Presiden tiap kali menjelang pemilu presiden, sejak tahun 2014 yang lalu. Lembaga survei seperti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) selalu mempublikasikan hasil poolingnya yang mengejutkan, sebab mengalami perbedaan signifikan antara pooling pertama dengan pooling berikutnya selama masa kampanye (khususnya pemberitaan media), ini berarti hipotesis fungsi agenda setting kembali teruji (Hamdani, 2011: 223) Selain itu juga, kasus pidato Anies Baswedan setelah dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta baru-baru ini menjadi kontroversi yang tengah ramai diperbincangkan di media sosial karena mencantumkan kata-kata pribumi. Hal yang menjadi heboh di media sosial adalah bagian pernyatan Anies yang berbunyi “ dulu kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura. Itik telor, ayam singerimi. Itik yang bertelor, ayam yang mengerami. Itu bunyi teks pidato yang dipegang Anies, yang disampaikan langsung Anies agak berbeda, ada sedikit penambahan kata-kata menjadi berbunyi dan Jakarta ini satu dari sedikit kota di Indonesia yang merasakan kolonialisme dari



9



dekat. Selama ratus tahun, di tempat lain penjajahan mungkin tersa jauh. Tapi di Jakarta, bagi orang Jakarta kolonialisme itu di depan mata. Dirasakan sehari-hari, karena itu bila kita merdeka janjijanji harus dilunaskan. Dulu kita semua, pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya kita jadi tuan rumah di negeri sendiri. Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan dalam pepatah Madura (Aghilfath 2017-10-17T11:57:27+07:00). Dari kasus ini kita melihat bagaimana proses agenda setting berjalan, bahwa media massa mengarahkan “apa yang harus dipikirkan” oleh publik melalui penonjolan isu-isu (priming), dan membingkai (framing) pesan-pesan media. Mengapa hal ini disebut sebagai agenda setting, karena persoalan ini diangkat oleh media massa maka isunya menjadi nasional. Kritik terhadap teori agenda setting ini adalah bahwa opini yang muncul di antara peneliti media adalah bahwa media tidak selalu memiliki pengaruh kuat dalam agenda masyarakat. Kekuasaan media bergantung pada faktor-faktor, seperti kredibilitas media terhadap isu-isu tertentu pada saat-saat tertentu, tingkat pertentangan bukti yang dirasakan oleh individu anggota masyarakat, tingkat dimana individu berbagi nilai media pada waktu-waktu tertentu, dan kebutuhan masyarakat Littlejohn dan Foss, Teori, h. 417. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan sebelumnya bahwa terdapat dua agenda yang menentukan berpengaruh atau tidaknya suatu media kepada khalayak, yaitu agenda media dan agenda publik itu sendiri. Kekuatan teori agenda setting adalah: 1) Khalayak bukan saja belajar tentang isu-isu masyarakat dan hal-hal lain melalui media, mereka juga belajar sejauhmana pentingnya suatu isu atau topik dari penegasan yang diberikan oleh media massa. Misalnya, dalam merenungkan apa yang diucapkan kandidat selama kampanye, media massa tampaknya menentukan isu-isu yang penting. Dengan kata lain, media menentukan “acara”(agenda) kampanye. 2) Dampak media massa, kemampuan untuk menimbulkan perubahan kognitif di antara individuindividu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa. Di sinilah terletak dari efek komunikasi yang terpenting, kemampuan media untuk



10



menstruktur dunia buat kita. Tapi yang jelas agenda setting telah membangkitkan kembali minat peneliti pada efek komunikasi massa (Ritonga, 2011: 612). Adapun kelemahan teori agenda setting adalah 1) Mayoritas berita yang ditayangkan hanya menguntungkan si pemilik modal. Sebagai contoh, jika kita melihat beberapa acara media massa seperti TV ONE dan Metro TV, kesan-kesan masa kampanye pilpres 2014 masih cukup terasa, sehingga masyarakat juga sangat terpengaruh dengan keadaan tersebut. Masyarakat secara otomatis ada keengganan untuk menonton saluran yang mereka anggap tidak berpihak dengan keinginan mereka, begitu juga dengan media cetak. 2) Selain dari itu teori agenda setting ini juga berperan bagaikan pengadilan. Karena teori ini menganggap bahwa apa yang mereka beritakan itu adalah sebuah kebenaran padahal belum tentu seperti itu, sebab dalam proses kerja teori ini tidak ada istilah konfirmasi, yang ada hanya mendengarkan dari sepihak. Padahal seyogyanya dalam menyampaikan sebuah informasi media harus bersikap netral sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menentukan keputusan atau pun kebijakan.



11



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Teori agenda setting adalah teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah: 1. Masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan; mereka menyaring dan membentuk isu. 2. Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting dari pada isu-isu lain. Teori agenda setting memiliki tiga dimensi utama yang dikemukakan oleh Mannhem (Severin dan Tankard, Jr : 1992): 1.



Agenda media



2.



Agenda Khalayak



3.



Agenda Kebijakan



Dalam teori agenda setting, audiens bersifat pasif sehingga tidak bisa mengontrol efek yang menimpanya. Agar tidak terjadi kesalahan dalam perolehan informasi maka perlu untuk melek media atau Literacy Media. James Potter dalam bukunya yang berjudul “Media Literacy” (Potter, 2001) mengatakan bahwa media Literacy adalah sebuah perspekif yang digunakan secara aktif ketika individu mengakses media dengan tujuan untuk memaknai pesan yang disampaikan oleh media



12



DAFTAR PUSTAKA Burhan Bungin, 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group Dilla, S. 2007. Komunikasi Pembangunan: Pendekatan Terpadu. Simbiosa. Bandung Elvirano Ardianto, dkk, 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Refika Offset Jalaluddin Rakhmat, 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda Morissan, 2013. Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa.Jakarta: Prenada Media Group. Rachmat Kryantono,2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group. Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss. Theories of Human Communication (Edisi Sembilan), 2014. Jakarta: Salemba Humanika. Ungin, B. 2007. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Kencana. Jakarta Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, 2007. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Prenada Media Group. West, Richard. 2007. Pengantar Teori Komunikasi Analisis Dan Amplikasi. Penerbit Salemba Humanika: Jakarta.



13