Makalah AIK Keperibadian Muhammadiyah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Hal : 362-364 Tokoh dari muhammadiyah. Memang anggota Masyumi bukan Muhammadiyah saja, tetapi Muhammadiyah yang dominan saat itu menduduki anggota Masyumi. Saat Masyum didirikan pada tanggal 7 November 1945 di Yogyakarta yang pada saat itu berdirinya Parta Masyumi diputuskan dalam Kogres Muslimin Indonesia di Madrasah Ma’alimin Muhammadiyah Yogyakarta. Kogres tersebut mengikrarkan : 1. Bahwa Masyumi adalah satu-satunya partai politik islam Indonesia . 2. Bahwa Masyumi-lah yang akan memperjuangkan nasib umat Islam Indonesia. Ikrar ini menunjukkan bahwa umat Islam Indonesia tidak mengakui keberadaan partai islam lain. Pendukung Masyumi, selain organisasi politik seperti PSII, juga dua organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan NU. Pendukung lainnya adalah Perikatan Umat Islam dan Persatuan Umat Islam (PUI) Indonesia. Perkembangan pesat anggota istimewa Masyumi ditandai dengan masuknya organisasi-organisasi Islam, antara lain: Persatuan Islam (Persis), Bandung (1948); Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA), (1949); Al-Irsyad (1950); Al- Washliyah dan Al-Ittihadiyah, Sumatera Utara, sesudah tahun 1949; Mathla'ul Anwar, Banten dan Nahdlatul Wathan, Lombok. Ketika Masyumi di bubarkan pada tanggal 17 Agustus 1960 sebelumnya telah terjadi gejolak yang membuat anggota Masyumi keluar dari partai 1ini, yaitu NU dan PSII. Selama kurun waktu 1949-1955 partai Masyumi ikut serta dalam kabinet. Kabinet Amir Sjarifudin berhasil menarik PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia) untuk keluar dari Masyumi. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1947 sehingga mulai menimbulkan keretakan dalam kalangan Islam. Keluarnya PSII disebabkan karena kekecewaan sebagian politisinya di Masyumi yang tidak mendapatkan peran dan kedudukan yang kurang strategis. Kemudian pada tahun 1952 ketika Fakih Usman terpilih menjadi Menteri Agama dalam kabinet Wilopo menyebabkan masalah yang besar karena dalam hal ini, sebelumnya Menteri Agama dipegang oleh NU dengan KH. Wahab duduk sebagai menteri. NU juga ingin menunjukan bahwa kalangan Ulama berpendidikan tradisional sebenarnya juga mampu mengelola suatu negara modern, maka dalam Muktamar NU di Palembang pada 1952, menyatakan diri keluar dari Masyumi. Sejak NU keluar dari Partai Masyumi, kedudukan Muhammadiyah di dalam Masyumi semakin kuat, bahkan persyarikatan ini menjadi soko tunggal. Tanpa Muhammadiyah, kata Prodjokusumo, Masyumi hampir-hampir mengalami kelumpuhan. Namun pada sisi lain, keluarnya NU dari Masyumi membuat Muhammadiyah prihatin. Sidang Tanwir mengusulkan kepada PP Masyumi agar secepat mungkin mengadakan rapat anggota-anggota istimewa untuk mengajak NU kembali ke Masyumi.



Kedudukan Muhammadiyah pasca NU keluar dari Masyumi ini secara khusus berpengaruh terhadap persiapan dan pelaksanaan pemilu 1955, bahkan sesudahnya. Namun, partai Masyumi walaupun telah ditinggal PSII dan NU terus maju hingga pemilihan umum 1955. Pemilu 1955 memperlihatkan posisi Masyumi yang begitu kuat pendukungya, bisa diartikan pada saat itu memang Masyumi merupakan partai yang bersifat nasionalis. Pada saat itu pendukung Partai Masyumii didukung oleh pendukung yang berasal dari luar Jawa yang wilayah Islamya kuat seperti Sumatera hingga mampu menduduki posisi kedua hasil pemilihan umum. Pemilu 1955 menghasilkan empat partai terbesar, yaitu PNI (22,3% dengan 57 kursi), diikuti Masyumi (20,9% , 57 kursi), Nadrlatul Ulama (NU 18,4%, 45 kursi), dan Partai Komunis Indonesia (PKI 16,4%, 39 kursi). Adapun sisi kursi sebanyak 59 kursi dibagi diantara partai-partai kecil, seperti PSI (Partai Sosialis Indoensia) dibawah pimpinan Teuku Sjahrir yang hanya memiliki 5 di parlemen. Dari jumlah itu wakil dari kelompokIslam jika disatukan berjumlah sekitar 44%. Masyumi, Muhammadiyah dan NU merupakan perwujudan aliran pemikiran Islam, PNI merupakan perwujudan aliran komunis, dan PSI merupakan perwujudan aliran sosialisme Demokrat. Keikutsertaan PKI inilah yang menyebabkan awal mua dibubarkannya Masyumi. Dari awal NU dan Masyumi menolak keterlibatan PKI karena dianggap tidak mengakui keberadaan Tuhan yang Maha Esa. Soekrano menginginkan PKI dilibatkan dalam cabinet karena menduduki hasil ke empat pemilu 1955. PKI dianggap memperngaruhi kebijakan soekarno dan diakomodasi oleh pemerintah. Pertentangan antara Soekarno dengan Partai Masyumi



muhammadiyah menerima dan mensyahkan matan Kepribadian Muhammadiyah sebagai rumusan resmi persyarikatan. B. Matan Rumusan Keperibadian Muhammadiyah 1. Apakah Muhammadiyah itu? Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan gerakan Islam. Maksud geraknya ialah dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar yang ditujukan kepada dua bidang, perseorangan dan masyarakat. Dakwah dan amar makruf nahi munkar ini ditujukan kepada dua, yaitu, Pertama, amar ma’ruf nahi munkar kepada perseorangan yang terdiri, l) kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid) yaitu mengembalikan kepada ajaran-ajaran Islam yang asli murni. 2) kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam. Kedua, amar ma’ruf nahi munkar kepada masyarakat, bersifat perbaikan dan bimbingan serta peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah atas dasar tagwa dan mengharap keridhaan Allah SWT semata-mata. Dengan melaksanakan dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai. Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuannya ialah, -



terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya".



2. Dasar Amal Usaha Muhammadiyah Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan



terwujudnya



masyarakat Islam yang sebenar-benamya di mana kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan luas merata, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsip- prinsip yang tersimpul dalam muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, yaitu : 1) Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah SWT 2) Hidup manusia bermasyarakat 3) Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan berkeyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia dan akhirat 4) Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islama dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah SWT dan ihsan kepada kemanusiaan 5) Ittiba’ kepada langkah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW



6) Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi 3. Pendoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammdiyah Menilik dasar prinsip tersebut di atas maka apapun yang diusahakan dan bagaimanapun



cara



perjuangan



Muhammadiyah



untuk mencapai tujuan



tunggalnya harus berpedoman: "Berpegang teguh akan ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridoi Allah SWT. 4. Sifat Muhammadiyah Memperhatikan uraian tersebut di atas tentang: a) Apakah Muhammadiyah itu'? b) Dasar Amal Usaha Muhammadiyah dan c) Pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah. Maka Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifat -sifatnya, terutama yang terjalin di bawah ini : 1) Beramal dan berjuang untuk perdamain dan kesejahteraan 2) Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwwah Islamiyyah 3) Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam 4) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan 5) Mengindahkan segala hokum, undang-undang, peraturan serta dasar dan falsafah Negara yang syah 6) Amar makruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh tauladan yang baik 7) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam 8) Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya 9) Membantu pemerintah serta bekerja sama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. 10) Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana. HAL 367-368 Muhammadiyah yang tadinya berkiprah di partai dan berjuang dalam medan politik praktis, Kembali mengaktifkan diri dalam Muhammadiyah. Banyak sekali tokoh Muhammadiyah yang masih membawa politik praktis dalam Persyarikatan



Muhammadiyah, karena hamper separuh anggota Masyumi adalah tokoh besar dalam Muhammadiyah, seperti Ki Bagus Hadikusumo, Mr. R.A Kasmat, H.M Faried Ma’ruf, Junus Anies, Dr. Sukiman Wirfosandjojo, Mr. Kasman Singodimejo, Prawoto Mangkusasmito, Mohammad Roem, dan yang lainnya termasuk K.H. Fakih Usman. Fakih Usman yang pernah menjabat menjadi anggota dan wakil ketua II dan III dalam partai MAsyumi merasa sangat prihatin akan hal ini. Padahal Muhammadiyah bukan tempat untuk berpolitik, sesuai dengan citacita awal yaitu Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah yang mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar. Melihat hal ini Fakih Usman tidak mau berlarut-larut dia takut kalua Muhammadiyah keluar dari Gerakan utamanya. Pimpinan Muhammadiyah waktu itu juga berpendapat bahwa kondisi dan keadaan semacam ini tidak dapat dibiarkan terus menerus. Fakih Usman yang pada sat itu menjabat sebagai wakil ketua I memberikan kulaih dalam kursus/Latihan Pimpinan Muhammadiyah. Dalam kuliahnya Fakih Usman memberikan pidato yang berjudul”Kepribadian Muhammadiyah atau Muhammadiyah iyu?”. Fakih memang sengaja memberikan ceramah dengan menanyakan Apakah Muhammadiyah itu? Karena pada waktu itu siperlukan penegasan identitas untuk menjadi pegangan warga Persyarikatan dalam menghadapi situsi yang tidak menentu. Perumusan Matan Kepribadian Muhammadiyah tersebut diawali Ketika Muhammadiyah mengadakan acara kursus pimpinan Muhammadiyah se-Indonesia yang diselnggarakan pada tahun 1961 di Yogyakarta (tepatnya di Madrasah Mu’allimin MuhammadiyahYogyakarta, sebuah Lembaga pendidikan kader sejenis pesantren yang didirikan dan dipersiapkan oleh K.H. Ahmad Dahlan sendiri. Salah seorang pemateri pada acara tersebut adalah K.H. Fakih Usman. Beliau adalah salah seorang tokoh PP Muhammadiyah dan sekaligus juga sebagai tokoh DPP Masyumi pada waktu itu. Dalam ceramahnya K.H. Fakih Usman menyampaikan materi yang berjudul “Apakah Muhammadiyah itu?” di dalam makalah ceramahnya tersebut K.H Fakih Usman secara histories menguraikan secara tepat mengenai jati diri Muhammadiyah , apa dan siapa Muhammadiayah itu?. Materi pidato K.H Fakih Usman tersebut mengunggah dan ditanggapi secara positif oleh beberapa tokoh anggota pimpinan PP Muhammadiyah yang hadir pada waktu itu. Untuk itu maka PP Muhammadiyah kemudian membentuk Tim perumus “Keperibadian Muhammadiyah” yang terdiri dari Prof. DR. Hamka,



KH. Wardan Diponingrat, H. Djarnawi Hadikusumo, H.M Djindar Tamimy, H.M Saleh Ibrahim, dan K.H Fakih Usman sebagai narasumber (inisiator). Hasil rumusan materi “Keperibadian Muhammadiyah” itu kemudian dibahas didalam siding tanwir Muhammadiyah pada tanggal 25-28 Agustus 1962. Setelah melewati pengolahan Kembali akhirnya materi Keperibadian Muhammadiyah tersebut dijadikan salah satu materi pokok Muktamar Muhammadiyah ke 35 yang berlangsung pada tanggal 14-18 November 1962 di Jakarta. Dan setelah melalui perbincangan dan debat yang cukup menegangkan akhirnya dicapai kata sepakat Muktamar.