Makalah Antibiotik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ANTIBIOTIK



DISUSUN OLEH : NAMA



: SUTINAH ANGGRIYANI Y. NOHO



NIM



: 2320191072



KELAS : B 2019 PRODI : D-III ANALIS KESEHATAN



PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO 2021



KATA PENGANTAR Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah mari kita curahkan kepada baginda Habibillah Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempunya dengan bahasa yang sangat indah. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami dilain waktu. Semoga makalah “Antibiotik” ini bisa menambah wawasan para pembaca dan untuk peningkatan ilmu pengetahuan.



Gorontalo, Maret 2021



Penulis



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................................................i DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1 1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4 1.3 Tujuan...............................................................................................................................4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5 2.1 Pengertian Antibiotik........................................................................................................5 2.2 Penggolongan Antibiotik..................................................................................................6 BAB III PENUTUP..................................................................................................................10 3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi atau bakteri, yang



memiliki



khasiat



mematikan



atau



menghambat



pertumbuhan



mikroorganisme pathogen, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil. Turunan zat-zat yang dibuat secara semi sintesis tersebut juga termasuk kelompok antibiotic, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri. Antibiotik sebagai obat untuk menanggulangi penyakit infeksi, penggunaanya harus rasional tepat dan aman. Penggunaan antibiotic yang tidak rasional akan menimbulkan dampak negatif, seperti terjadinya kekebalan mikroorganisme terhadap beberapa antibiotic, meningkatnya efek samping obat dan bahkan berdampak kematian (Tjay dan Rahardja,2007). Penggunaan antibiotic dikatakan tepat bila efek terapi mencapai maksimal sementara efek toksik yang berhubungan dengan obat menjadi minimum, serta perkembangan antibiotic resisten seminimal mungkin (WHO, 2008). Diantara bakteri yang resisten terhadap antibiotik adalah S. aureus dan S. pyogenes.S. aureus yang diisolasi dari beberapa rumah sakit di Asia pada awal tahun 2010 diperkirakan 28 % merupakan MRSA (Methichilin-Resistant Staphylococcus aureus) yang berasal dari rumah sakit di Hong Kong dan Indonesia dan lebih dari 70 % berasal dari rumah sakit di Korea (Chen and Huang, 2014). Penulisan resep dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat tersebut cenderung meluas. The Center for Disease Control and Prevention in USA menyebutkan terdapat 50 juta peresepan antibiotik yang tidak diperlukan (unnecessary prescribing) dari 150 juta peresepan setiap tahun (Center for Disease Control and Prevention et al., 2013). Pelayanan pembelian antibiotika secara bebas oleh penyedia obat mendorong perilaku swamedikasi antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat oleh masyarakat, meliputi penghentian pengobatan secara tibatiba, dosis berlebihan, penggunaan sisa antibiotik, dan penggunaan antibiotika dengan



jangka waktu tidak tepat (Oyetunde et al., 2010). Alasan lain masyarakat membeli antibiotik tanpa resep dokter, karena mereka merasa diuntungkan dapat menghemat waktu dan uang (Widayati et al., 2010). 1.2 Rumusan Masalah 1. Pengertian Antibiotik? 2. Penggolongan antibiotik? 1.3 Tujuan Dalam makalah ini bertujuan agar lebih mengetahui pengertian dari antibiotik, dan mengetahui penggolongan dari antibiotik..



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Antibiotik Menurut asalnya antibakteri dapat dibagi menjadi dua, yaitu antibiotik dan agen kemoterapetik. Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk menhambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme, contohnya penisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan lainlain. Antibiotik yang relatif non toksis bagi pejamunya digunakan sebagai agen kemoterapetik dalam pengobatan penyakit infeksi pada manusia, hewan dan tanaman.Istilah ini sebelumnya digunakan terbatas pada zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, tetapi penggunaan istilah ini meluas meliputi senyawa sintetik dan semisintetik dengan aktivitas kimia yang mirip, contohnya sulfonamida, kuinolon dan fluorikuinolon (Setiabudy, 2011; Dorland, 2010). 2.1.1



Pemilihan Jenis Antibiotik Pemilihan jenis antibiotic harus berdasar pada :



1) Informasi tentang spectrum kuman penyebab infeksi dan pola kepekaan kuman terhadap antibiotic 2) Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebab infeksi 3) Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotic 4) Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasul mikrobiologi dan keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat



5) Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective dan aman. 2.1.2



Penerapa Penggunaan Antibiotik Penerapan penggunaan antibiotic secara bijak dilakukan dengan langkah sebagai berikut (Kemenkes, 2011) :



1) Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan terhadap penggunaan antibiotic secara bijak. 2) Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas penunjang, dengan penguatan pada laboratorium hematologi, imunologi, dan mikrobiologi atau laboratorium lain yang berkaitan dengan penyakit infeksi. 3) Menjaminketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten di bidang infeksi. 4) Mengembangkan system penanganan penyakit infeksi secara tim (team work). 5) Membentuk tim pengendali dan pemantau penggunaan antibiotic secara bijak yang bersifat multi disiplin. 6) Memantau penggunaan antibiotic secara intensif dan berkeseimbangan. 7) Menetapkan kebijakan dan pedoman penggunaan antibiotic secara lebih rinci di tingkat nasional, rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dan masyarakat. 2.1.3



Faktor-faktor Penyebab Berkembangnnya Resistensi Antibiotik Fenomena resistensi antibiotic yang terjadi secara almiah dan berkembang dengan sendirinya. Perilaku manusia sedikit banyak



membantu proses peningkatan dan penyebaran resistensi antibiotic. Tahun 2013 WHO (WorldmHealth Organization) mengeluarkan factor-faktor apa saja yang menyebabkan berkembangnya resistensi antibiotic. Faktor-faktornya adalah sebagai berikut : 1) Kurangnya respon yang komperhenaif dan terkoordinasi. 2) Lemak atau tidak adanya system pengawasan akan resistensi antimikroba. 3) System yang tidak memadai untuk memastikan kualitas dan gangguan pasokan obat-obatan. 4) Penggunaan yang tidak tepat akan penggunaan antimikroba 5) Miskinnya praktik pencegahan dan pengendalian infeksi. 6) Kurangnya peralatan untuk diagnose, pencegahan, dan terapi. 2.1.4



Perilaku Penggunaan Antibiotik Perilaku penggunaan antibiotic merupakan suatu tindakan dalam upaya mencari pengobatan dengan menggunakan antibiotic yang diperoleh dengan bermacam cara dengan orang yang berkompeten (Tahir dan Rizal, 2011). Perilaku penggunaan antibiotic berkaitan dengan pemahaman dan pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan antibiotic yang sesuai untuk penyakitnya tersebut. Acuan yang biasa digunakan untuk menilai perilaku penggunaan antibiotic adalah seperti (Sutama dan Rizal, 2011) : 1) Tempat mendapatkan antibiotic



2) Penggunaan terakhir antibiotic 3) Intensitas pemakaian antibiotic 4) Pengetahuan tentang aturan pakai 5) Tindakan menggantu antibiotic 6) Efek samping antibiotic 7) Pengetahuan tentang resistensi antibiotik 2.2 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan spectrum atau kisaran terjadinya, antibiotic dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu (Pratiwi, 2008) : 1) Antibiotik berspectrum sempit (narrow spectrum), yaitu antibiotic yang hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri gram negative saja. Yang termasuk golongan ini adalah penisilin, streptomisin, neomisin, basitrasin. 2) Antibiotik berspektrum luas (broad spektrum), yaitu antibiotic yang dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun negative. Yang termasuk golongan ini yaitu tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol ampisilin, sefalosporin, carbapenem dan lain-lain. Antibiotik bisa diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu : a) Menghambat sistesis atau merusak dinding sel bakteri, seperti belaktam (Penisilin, Sefalosporin, Monobaktam, Karbapenem, Inhibitor Beta-Laktamase), Basitrasin, dan Vankomisin.



b) Memodifikasi



atau



Aminoglikosida,



mengambat



sintesis



Kloramfenikol,



protein,



Tetraskilin,



misalnya Makrolida



(Eritromisin, Azitromisin, Klaritomisin), Klindamisin Mupirosin, dan Spektinomisin. c) Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolism folat, misalnya Trimetoprim dan Sulfonamid. d) Mempengaruhi sintesis atau metabolism asam nukeat, misalnya kuinolon, Nitrofurantoin (Permenkes, 2011). Penggolongan



antibiotic



berdasarkan



mekanisme



kerja



(Permenkes, 2011) : 1)



Obat yang menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri : a) Penicilin Penicilin merupakan anti bacterial pertama yang digunakan untuk terapi (sweetman, 2009) dan termasuk dalam kelas betalaktam. Semua obat golongan penicillin memiliki struktur cincin kimia yang sama dan asam mono-basic yang terbentuk dari garam dan



ester.



Contoh



antibiotic



penicillin



adalah



Mericiliin,



Ampicillin, Amoksilin, Carbenicillin, Tenociliin, dan Mecillinam (Sweetman, 2009). b) Sefalosporin Sefalosporin adalah antibacterial semi sintesis yang berasal dari antibacterial alami yaitu Cephalosporium acremonium. Golongan ini bersifat bakterisida dan menghambat sintesis dari



dinding sel, sama seperti penicillin. Sefalosporin terbagi menjadi empat generasi. Generasi pertama adalah Cefalotin; generasi kedua adalah Cefamandole, Cefonicid, Ceforamide, dan Ceoftiam; generasi ketiga adalah Cefotaxime, Cefixime, Ceftazidime, Cefoperazone, dan Cefpiramide; dan generasi keempat adalah Cefepime, Cefpirome, Ceftobiplore. Selain itu juga terdapat golongan semi sintesis dari sefalosporin yaitu Cephamycin (Sweetman, 2009). c) Karbapenem Karbapenem



merupakan



antibiotic



lini



ketiga



yang



mempunyai aktivitas antibiotic yang lebih luas dari pada sebagian besar beta-laktam lainnya. Yang termasuk karbapenem adalah Imipenem, Meropenem dan Doripenem. Spektrum aktivitas : Menghambat sebagian besar Gram-positif, Gram-negatif, dan anaerob. Ketiganya sangat tahan terhadap beta-laktamase. Efek samping: paling sering adalah mual dan muntah, dan kejang pada dosis tinggi yang diberi pada pasien dengan lesi SSP atau dengan insufisiensi ginjal. Meropenem dan doripenem mempunyai efikasi serupa impinem, tetapi lebih jarang menyebabkan kejang. d) Basitrasin Basitrasi adalah kelompok yang terdiri dari antibiotic polipeptida, yang utama adalah basitrasi A.. Berbagai kokus dan basil Grampositif, Neisseria, H.influenzae, dan Treponema pallidum sensitive



terhadap obat ini. Basitrasin tersedia dalam bentuk salep mata dan kulit, serta bedak untuk topical. Basitrasin jarang menyebabkan hipersensitivitas. Pada beberapa sediaan, sering di kombinasi dengan neomisin dan atau polimiksin. Basitrasin bersifat nefrotoksik bila memasuki sirkulasi sistematik. e) Vankomisin Vankomisin merupakan antibiotic lini ketiga yang terutama aktif terhadap bakteri Gram-positif. Vankomisin hanya diindikasi untuk infeksi yang disebabkan oleh S.aurens yang resisten terhadap metisilin (MRSA). Semua basil Gram-negatif dan mikrobakteria resisten terhadap vankomisin. Vankomisisn diberikan secara intravena, dengan waktu paruh sekitar 6 jam. Efek sampingnya adalah reaksi hipersensitivitas, demam, flushing dan hipotensi (pada



infuse



cepat),



serta



nefrotoksisitas pada dosis tinggi.



gangguan



pendengaran



dan



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi atau bakteri, yang



memiliki



khasiat



mematikan



atau



menghambat



pertumbuhan



mikroorganisme pathogen, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil. Turunan zat-zat yang dibuat secara semi sintesis tersebut juga termasuk kelompok antibiotic, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri. Antibiotik sebagai obat untuk menanggulangi penyakit infeksi, penggunaanya harus rasional tepat dan aman. Penggunaan antibiotic yang tidak rasional akan menimbulkan dampak negatif, seperti terjadinya kekebalan mikroorganisme terhadap beberapa antibiotic, meningkatnya efek samping obat dan bahkan berdampak kematian (Tjay dan Rahardja,2007). Diantara bakteri yang resisten terhadap antibiotik adalah S. aureus dan S. pyogenes.S. aureus yang diisolasi dari beberapa rumah sakit di Asia pada awal tahun 2010 diperkirakan 28 % merupakan MRSA (Methichilin-Resistant Staphylococcus aureus) yang berasal dari rumah sakit di Hong Kong dan Indonesia dan lebih dari 70 % berasal dari rumah sakit di Korea (Chen and Huang, 2014). Penggunaan antibiotic dikatakan tepat bila efek terapi mencapai maksimal sementara efek toksik yang berhubungan dengan obat menjadi minimum, serta perkembangan antibiotic resisten seminimal mungkin (WHO, 2008).



DAFTAR PUSTAKA Huang Y., Gu J., Zhang M., Ren Z., Yang W., Chen Y., Fu Y., Chen X., Cals J.W., Zhang F., 2013. Knowledge, Attitude and Practice of Antibiotics: A Questionnaire Study Among 2500 Chinese Students. BMC Medical Education. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta WHO. 2008. The International Pharmacopoeia. Fourth Edition. Elactronic Version Geneva. World Health Organization.