Makalah Antropologi Kesehatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1 MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN (MASYARAKAT, RUMAH SAKIT DAN KEBUDAYAAN)



Dosen:



Dosen: Ns. TRI WAHYUNI, M.Kep



Disusun Oleh: AFRILIMUNIKA BURI EDY JUNIARDI VALENTINA FEBYTEA



(SNR18213022) (SNR18213023) (SNR18213017)



SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK PRODI S1 NON REGULER B 2019



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii BAB I ......................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1 A.



Latar Belakang ............................................................................................................ 1



B.



Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3



C.



Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 3



BAB II........................................................................................................................................ 3 TINJAUAN TEORI ................................................................................................................... 3 A.



Antropologi Kesehatan ................................................................................................ 3



B.



Penerapan Antropologi Kesehatan kepada Masyarakat .............................................. 5



C.



Penerapan Antropologi Kesehatan Kepada Rumah Sakit ........................................... 6



D.



Penerapan Antropolgi Kesehatan Kepada Kebudayaan .............................................. 8



BAB III .................................................................................................................................... 11 PARADIGMA KEPERAWATAN .......................................................................................... 11 A.



Kelebihan Dan Kekurangan Antropologi Pada Masyarakat ..................................... 11



B.



Kelebihan Dan Kekurangan Antropologi Pada Rumah Sakit ................................... 11



C.



Kelebihan Dan Kekurangan Antropologi Pada Kebudayaan .................................... 12



BAB IV .................................................................................................................................... 16 PENUTUP................................................................................................................................ 16 A.



Kesimpulan................................................................................................................ 16



B.



Saran .......................................................................................................................... 16



DAFTAR PUSTAKA



ii



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah yang berjudul “Antropologi Kesehatan: Masyarakat, Rumah Sakit dan Kebudayaan” dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Kami menyusun makalah ini guna memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat menerapkan makalah ini dalam kegiatan sehari-hari pembaca. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari segala kekurangan dan kemampuan yang sangat terbatas yang kami miliki, sehingga dalam penulisan, penyusunan kalimat dan dalam mencari sumber buku serta sumber dari internet masih kurang. Dengan segala usaha yang telah kami lakukan maka makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu dan berharap menghasilkan yang terbaik. Dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.



Pontianak, 20 September 2019 Penyusun



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Antropologi berasal dari bahasa yunani, asal kata dari anthoropus berarti manusia , dan logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah antropologi adalah ilmu kemanusiaan. Para ahli antropologi sering mengemukakan bahwa antropologi marupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kemanisiaan baik dalam bentuk fisik, kemanusiaan, dan kebudayaanya. Ahli antropologi kesehatan berorientasi ekologi, menaruh perhatian pada hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan alamnya, tingkah laku, penyakit dan cara-cara dimana tingkah laku dan penyakit mempengaruhi evolusi dan kebudayaan melalui proses umpan balik. Lingkungan manusia bersifat alamiah dan sosial budaya, semua kelompok harus berdaptasi dengan lingkungan geografi dan iklim, belajar mengeksploitasi sumber yang tersedia untuk kehidupan dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diciptakan sendiri dan dimana mereka hidup. Manusia menderita penyakit selain karena patologinya juga karena sosial psikologi dan faktor budayanya. Persepsi sehat-sakit yang berbeda antara masyarakat dan perawat dapat menimbulkan permasalahan. Persepsi masyarakat tentang sehat sakit dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu terhadap penyakit serta terkait dengan sosial-budaya masyarakat setempat. Budaya masyarakat Jawa dan Madura dalam mencari pengobatan sangat berbeda. Masyarakat Jawa terkadang lebih memilih berobat pada “orang pintar” ke dukun daripada ke dokter atau masyarakat Madura yang lebih meminta disuntik dua kali saat berobat ke mantri, semua ini didasari atas persepsi masyarakat dalam mencari pengobatan ketika mereka sakit. Sejarah antropologi kesehatan pada tahun 1849 Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849 menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit, maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial, untuk menjadikan efektif hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat struktur sosial yang 1



2 mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian tidak dapat dikatakan bahwa Vichrow berperan dalam pembentukan asal-usul bidang Antropologi Kesehatan tersebut, munculnya bidang baru memerlukan lebih dari sekedar cetusan inspirasi yang cemerlang. Tahun 1953 Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat pada tulisan yang ditulis Caudill berjudul “Applied Anthropology in Medicine”. Tulisan ini merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru. Tahun 1963 Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan Paul membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi. Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical Behaviour Science yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar dalam bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis bagi Antropologi Biografi ahli antropologi : Rudolf Ludwig Karl Virchow (lahir di Schivelbein, Pomerania, 13 Oktober 1821 – meninggal



di Berlin, 5



September 1902 pada



seorang dokter, patologis, sejarahwan, ahli



biologi,



umur



80



tahun)



dan politikus Jerman.



adalah Virchow



mempelajari ilmu kedokteran di Berlin pada akademi militer Prussia. Ia lulus pada 1843 dan



menjadi profesor pada 1847.



Dengan



alasan



politis,



ia



pindah



ke Würzburg dua tahun kemudian, dan bekerja dalam bidang anatomi. Ia kembali ke Berlin pada 1856. Virchow dikenal dengan berbagai penemuannya. Ia adalah orang pertama yang mengenal leukemia dan amat dikenal dengan hukumnya: Omnis cellula e cellula ("setiap sel berasal dari sel lainnya") yang ia kemukakan pada 1855. Hukum ini berdasarkan penemuannya bahwa bukan seluruh organisme, melainkan kelompok sel tertentu



yang



dalam



keadaan



tak



sehat.



Virchow



menguraikan



mekanisme



dari tromboembolis pada paru-paru. Menurutnya, bekuan darah dalam arteri pulmonaris berasal dari trombi pada pembuluh vena. Virchow jugalah yang membangun berbagai disiplin



ilmu



dan antropologi.



dalam



kedokteran



Pada 1869,



ia



yaitu patologi



seluler, patologi



mendirikan



perhimpunan



perbandingan, bagi



ahli



3 antropologi, etnologi dan sejarahwan prasejarah yang dikenal dengan nama Gesellschaft für Anthropologie, Ethnologie und Urgeschichte. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Antropologi Kesehatan ? 2. Bagaimana Definisi Antropologi Kesehatan? 3. Bagaimana Menerapkan Antropologi Kesehatan Kepada Masyarakat ? 4. Bagaimana Menerapkan Antropologi Kesehatan Kepada Rumah Sakit ? 5. Bagaimana Menerapkan Antropologi Kesehatan Kepada Kebudayaan ? C. Tujuan Penulisan 1. Dapat Mengetahui Sejarah Perkembangan Antropologi Kesehatan 2. Dapat Mengetahui Definisi Antropologi Kesehatan 3. Dapat Mengetahui Penerapan Antropologi Kesehatan Kepada Masyarakat 4. Dapat Mengetahui Penerapan Antropologi Kesehatan Kepada Rumah Sakit 5. Dapat Mengetahui Penerapan Antropologi Kesehatan Kepada Kebudayaan



BAB II TINJAUAN TEORI



A. Antropologi Kesehatan Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia. Antropologi kesehatan membantu mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, diantaranya: 1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes) 2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun supernatural atau penyihir 3. Kelompok 'healers' ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap kelompok masyarakat 4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh 5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan 'sakit' atau 'penyakit' tidak secara individual, terutama "illness dansickness" pada keluarga ataupun masyarakat Jika diumpamakan sebagai kewajiban, maka tugas utama ahli antropologi kesehatan diantaranya: bagaimana individu di masyarakat mempunyai persepsi dan bereaksi terhadap "ill" dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaan sosial di lingkungan tempat tinggalnya. Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling berkontribusi dalam memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain. Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi. Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat tertentu. Contoh: penyakit keturunan albinism di suatu daerah di



3



4 Nusa Tenggara Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga. Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut: a) Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun. Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativi sme yang menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik. b) Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan. c) Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat. Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi kesehatan, antara lain: 1) Antropologi fisik/biologi/ragawi, Contoh: nutrisi mempengaruhi pertumbuhan, bentuk tubuh, variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari evolusi penyakit sebagai akibat faktor budaya, migrasi dan urbanisasi. 2) Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat primitif atau yang masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan lebih lanjut stereotipe ini harus dihindari karena pengobatan tradisional tidak selamanya terbelakang atau salah. 3) Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di berbagai belahan dunia. Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah untuk mencari penyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi pola perawatan penyakit yang sama. 4) Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasama dengan antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan praktek kesehatan.



5 B. Penerapan Antropologi Kesehatan kepada Masyarakat Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah “Zoon Politicon” artinya bahwa manusia itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial. Manusia dikenal sebagai makhluk sosial dan makhluk budaya. Makhluk sosial artinya bahwa kita tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan manusia lain. sebagai makhluk budaya menandakan bahwa manusia memiliki akal budi yang membedakan dengan makhluk hidup lain dibumi ini. Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi dapat juga menuju ke arah kemunduran. Terkadang perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung dengan cepat, sehingga membingungkan dan menimbulkan ”kejutan budaya” bagi masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi atau keyakinan. Perubahan di berbagai bidang sering disebut sebagai perubahan sosial dan perubahan budaya karena proses berlangsungnya dapat terjadi secara bersamaan. Manusia Sebagai Makhluk Sosial Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:



6 1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial. 2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain. 3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain 4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia C. Penerapan Antropologi Kesehatan Kepada Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang parmanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Pelayanan kesehatan dalam konteks antropologi 1. Pelayanan Kesehatan Barat a) Dunia barat/sekarang ini sakit ditangani di RS oleh dokter dan perawat. b) Kelompok non-medikal : anggota keluarga/kerabat menjalankan fungsi minimal (selama tahap akut ) c) Dunia Tradisional sebaliknya : kelompok non-medikal menjalankan peran yg sangat besar pendukung pengobatan tanpa dibantu personal medis 2. Keterlibatan Asisten a) Asisten dlm pengobatan dilibatkan > bersifat seremonial b) Peran sampingan > sedikit memberikan sumbangan kesembuhan c) Shaman (irian) > menggunakan medium/asisten yg disukai roh utk mengundang roh dihadapan penyembuh d) Manang (kalimantan) > menggunakan asisten utk penyembuhan 3. Perbedaan Sistem Medis Aspek



Modern



Tradisional



Sifat Keilmuan



Empiris



Spirital, Magic, irasional



Bisa Dipelajari



Pewaris dan pelatihan



Ada sertifikasi formal



Pengakuan



Percaya rasio dan teknologi



Percaya kekuatan supra-N



Mengalami Industrialisasi



Sederhana



Teknologi



7



Sifat Praktek/perilaku



Spesialisasi



(



Dokter



Baur ( seorang penyembuh



/perawat spesialis ) Seleksi



dan



bisa mengobati byk hal)



pendidikan



Formal Kompensasi Material



Seleksi Sosial Kompensasi sosial, moral juga material.



4. Struktur Rumah Sakit a) Rumah Sakit adalah organisasi sangat otoriter/militer b) Semua



perintah



atau



instruksi harus dijalankan



tanpa



kecuali,



Asumsinya menyangkut hidup/mati pasien. c) Rumah sakit juga memiliki garis kebijakan sebagai organisasi d) Hal ini menjadikan perawat dilema e) Kadang



peraturan



Rumah Sakit bertujuan



untuk



kepentingan



Rumah Sakit daripada pasien f) Ada penilaian oleh tenga medis à Pasien baik/bermasalah dilihat dari : kooperatif, tidak mengeluh dan kuat g) Masuk rumah sakità dipersepsikan dalam kegiatan yang sangat ritual : menimbulkan kekhawatiran pasien 5. Bentuk Alternatif Masuk Rumah Sakit a) Perlu perawatan Rumah Sakit Jiwa yang efektif, kombinasi yang disertai iklim manusiawi.Rumah Sakit yang



terbuka akan menimbulkan



kesan



santai



terhadap perawatan hasilnya akan menguntungkan b) Pada masa Yunani, masuk Rumah Sakit secara tradisional



melambangkan



ditinggalkannya pasien oleh keluarga. Orang yunani beranggapan hubungan antar manusia



sama pentingnya bagi sehat maupun sakit keras karena



dampaknya c) Rumah Sakit hubungan informal, kotor, berdesakan (tidak disukai orang modern) akibat nya akan berdampak kesembuhan dalam konteks budaya yunani



8 D. Penerapan Antropolgi Kesehatan Kepada Kebudayaan Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Budaya adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar (keyakinan dan harapan) yang ditemukan ataupun dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dari organisasi, dan kemudian menjadi acuan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan adaptasi keluar dan integrasi internal, dan karena dalam kurun waktu tertentu telah berjalan atau bekerja dengan baik, maka dipandang sah, akhirnya kebudayaan dibakukan bahwa setiap anggota organisasi harus menerimanya sebagai cara yang tepat dalam pendekatan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi. Sedangkan kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Pengaruh manusia dan kebudayaannya dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari luar. Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa di sebuah lingkungan tertentu akan berbeda kebiasaanya dengan lingkungan lainnya dan mengasilkan kebudayaan yang berbeda pula. 1. Ruang lingkup sosial budaya Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem hidup bersama dalam masyarakat. Budaya atau kebudayaan adalah cara atau sikap hidup manusia dalam hubungannya dengan alam dan lingkungan sekitarnya. Jadi, sosial budaya adalah sekelompok masyarakat yang



9 bekerja bersama-sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup dalam bermasyarakat. Dalam sosial budaya juga dikenal sistem sosial budaya, artinya keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai, tata sosial, dan tata laku manusia yang saling berkaitan dan bekerja sama saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup bermasyarakat. Manusia adalah orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Keduanya tidak dapat dipisahkan dan merupakan dwitunggal. Tak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan juga sebaliknya. Sosial budaya merupakan bagian dari kehidupan kita sebagai anggota masyarakat. Sebagai makhluk sosial maka kita menjadi bagian dalam sebuah sistem kemasyarakatan yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta hukum. Saat kita hidup bermasyarakat maka akan menghasilkan sebuah kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Dalam sebuah kebudayaan dikenal dengan nama unsurunsur kebudayaan, sebagai berikut: a) Bahasa Bahasa merupakan suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan sekaligus sebagai alat perantara yang paling utama bagi manusia untuk meneruskan atau mengadaptasikan kebudayaan. Bentuk bahasa ada dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan b) Sistem Pengetahuan Sistem pengetahuan berkisar pada pengetahuan tentang kondisi alam sekelilingnya dan sifat-sifat peralatan yang digunakannya. Sistem pengetahuan meliputi flora dan fauna, ruang pengetahuan tentang alam sekitar, waktu, ruang dan bilangan, sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia serta tubuh manusia. c) Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi Yang dimaksud dengan teknologi adalah jumlah dari semua teknik yang dimiliki oleh para anggota dalam suatu masyarakat yang meliputi cara bertindak dan berbuat dalam mengelola dan mengumpulkan bahan-bahan mentah. Kemudian bahan tersebut dijadikan sebagai alat kerja, penyimpanan, pakaian, perumahan, alat transportasi, dan kebutuhan hidup lainnya yang berupa material. Unsur teknologi yang sangat menonjol adalah kebudayaan fisik yang



10 meliputi alat produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian, perhiasan, tempat tinggal, perumahan, dan alat-alat transportasi. d) Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial Organisasi sosial merupakan sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu dengan sesamanya. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial meliputi kekerabatan, asosiasi, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, dan perkumpulan e) Sistem Mata Pencaharian Hidup Sistem mata pencaharian hidup adalah segala usaha atau upaya manusia untuk medapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi meliputi berburu, mengumpulkan makanan, bercocok tanam, perikanan, peternakan, dan perdagangan f) Sistem Religi Sistem religi bisa diartikan sebagai sebuah sistem yang terpadu antara keyakinan dan praktek keagamaan yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan tidak dapat dijangkau oleh akal dan pikiran. Sistem religi meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai, pandangan hidup, komunikasi keagamaan, dan upacara keagamaan g) Kesenian Secara sederhana kesenian dapat diartikan sebagai segala hasrat manusia terhadap keindahan atau estetika. Bentuk keindahan yang beraneka ragam itu muncul dari sebuah permainan imajinatif dan kreatif.



BAB III PARADIGMA KEPERAWATAN



A. Kelebihan Dan Kekurangan Antropologi Pada Masyarakat Antropologi kesehatan sosiokultural dari semua masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, dalam jurnal Drs. Naffi Sanggenafa 2002. Jurnal Antropologi Papua. Diantaranya objek yang menjadi kajian disiplin ilmu adalah: 1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes) 2. Beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun supernatural atau penyihir 3. Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda disetiap kelompok masyarakat 4. Healers yang memepunyai peran sebagai penyembuh 5. Perhatian terhadap suatu keberasaan sakit atau penyakit tidak secara individual, terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat Jauh sebelum apa yang disimpulkan ahli-ahli antropologi pada akhir abad 20. Pada tahun 1924 W.H.R. River, seorang dokter, menyebutkan bahwa keperawatan medis dan prakteknya tidak dapat dipisahkan dari aspek budaya ddan organisasi sosial yang lain. Ia menyatakan “praktek medis primitif mengikuti dari dan membuat pengertian dalam syarat-syarat yang mendasari kepercayaan medis. Ia juga menyatakan keberadaan 3 pandangan dunia yang berbeda (gaib, religi, dan naturalistik) dan menghubungkan sistem-sistem kepercayaan dan tiap-tiap pandangan memiliki model perilaku medis yang sesuai. (Sanggenafa 2002) B. Kelebihan Dan Kekurangan Antropologi Pada Rumah Sakit Sebagai suatu profesi yang berbeda dengan profesi lain, keperawatan haruslah memiliki suatu cara pandang yang berbeda dalam menyikapi setiap permasalahan yang ada dalam profesinya. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang merupakan bentuk pelayanan profesional keperawatan, hendaknya perawat harus memperhatikan seluruh aspek yang termasuk dam paradigma keperawatan, yaitu manusia sebagai makhluk holistik dan unik dengan segala macam kebutuhannya, lingkungan internal mapun eksternal yang didalamnya terdapat stressor-stressor yang akan mempengaruhi kondisi sehat dan sakitnya manusia. 11



12 Sehingga keperawatan harus berperan untuk memingkatkan derajat kesehatan dan membantu manusia berada dalam rentang kesehatan yang optimal. C. Kelebihan Dan Kekurangan Antropologi Pada Kebudayaan Hubungan antara kebudayaan dan kesehatan adalah sangat kompleks hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain; 1. Penyebab masalah Kesehatan Menurut pandangan kesehatan modern sakit adalah suatu kelainan fisiologis atau gangguan fungsi tubuh atau organ tubuh yang disebabkan oleh beberapa hal seperti bakteri, virus, jamur dan sebagainya atau pertumbuhan sel tubuh yang tidak normal yang disebut denganpathologis. Sedangkan menurut cara pandang budaya bahwa kejadian suatu penyakit berkaitan dengan perubahan hubungan dengan masyarakat, dengan alam dan dengan lingkungan sehingga menimbulkan dampak terhadap tubuh manusia. Masyarakat dapat beipandaugan bahwa kesehatan secara kultur atau budaya dapat disetarakan dengan kesehatan modern jika terdapat hubungan atau terdapat kesamaan contohnya: Seorang yang terkena diare dan muntah dikatakan bahwa orang tersebut dibikini atau didukuni seseorang dan memalui makanan. Jika dilihat dari kedua sudut pandang ini terdapat kesamaan penyebab masalah tersebut adalah karena makanan yang mengandung sesuatu sehingga menimbulkan suatu kelainan dalam tubuh manusia. Hal ini jika kita analisa lebih dalam dapat dimanfaatkan oleh pelayanan kesehatan modern dengan memadukan cara pandang kultur dengan kesehatan modern sehingga dapat diterima dalam masyarakat bahwa penyakit tersebut memang diakibatkan oleh termakan sesuatu (kuman penyakit) sehingga menimbulkan reaksi tubuh yaitu muntah dan diare sehingga pemecahan masalah dapat dilakasanakan dengan cara yang lebih ilrniah dan profesional dan kemudian secara perlahan dapat diberikan pengertian kepada masyarakat bahwa yang termakan atau yang masuk kedalam tubuh manusia tersebu adalah kuman peyakit yang dapat menyerang siapa saja jika makanannya terkontaminasi kuman penyakit penyebab diare. 2. Pengalaman yang berkaitan dengan masalah tersebut Masalah kesehatan merupakan masalah yang selalu berhadapan dalam kehidupan masyarakat, setiap saat manusia selalu bertemu dengan masalah kesehatan baik ringan maupun berat. Pengalaman masalah kesehatan yang ditemui oleh masyarakat sangat memepngaruhi cara pandang masyarakat terhadap masalah tersebut. Contoh; seseorang menderita suatu



13 penyakit dan dalam memecahkan masalah tersebut kebetulan menemui seseorang yang dapat membebaskannya dari masalah tersebut sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap hal tersebut. Contoh; seorang menderita sakit kepala berat ketika melaksanakan kegiatan dalamjangka waktu lama, sebelum orang tersebut sakit kepala terdengar bunyi denging pada telinga orang tersebut. Kemudian orang tersebut mendapat masukan untuk berobat kepada orang pintar dan orang pintar tersebut berkata bahwa ada sesuatu yang dikirim sesorang kepadanya apalagi ada suara denging ditelinga tersebut menandakan bahwa orang tersebut telah diperbincangkan oleh orang lain. Kemudian orang tersebut melakukan pijatan pada area tengkuk, pelipis dan kening serta pada area pergelangan tangan dan mengatakan bahwa angin sudah keluar dan mudah-mudahan segera sembuh dengan sedikit istirahat. Setelah orang tersebut istirahat sebentar, orang tersebut kernbali sehat dan menumbuhkan kepercayaan bahwa masalah yang dihadapinya adalah sesuai dengan yang dikatakan oleh orang pintar tersebut dan mungkinjika orang tersebut mendapat rnasalah yang sama dia akan kembali mencari orang pintar tersebut. jika dilihat dari sudut pandang kesehatan masalah ini dapat saja terjadi pada seseorang yang melakukan kegiatan yang cukup lama apalagi monoton dapat menyebabkan ketegangan pada sistem syaraf dan peredaran darah. Gangguan peredaran darah keotak akan menyebabkan sakit kepala dan jika peredaran darah ketelinga akan menimbulkan gejala seperti berdenging. Masalah ini dapat diatasi dengan melakukan masage pada aliran darah tertentu dimana aliran darah dan sistem syaraf manusia yang terbanyak adalah pada area tengkuk, pelipis dan sebagainya. Dengan keadaan aliran darah yang maksimal dan istirahat akan memulihkan kerja otak dan sistem syaraf sehingga menghilangkan gejala sakit kepala. 3. Ungkapan yang berkaitan dengan masalah tersebut Cara pandang masyarakat dan ungkapan masyarakat terhadap suatu masalah kesehatan yang terjadi dalam masyarakat dapat mernpengamhi cara pandang seseorang terhadap penyakit tersebut, Contoh: Seorang yang menderita penyakit lepra atau kusta dipandangoleh masyarakat sebagai suatu penyakit kutukan sehingga orang tersebut harus diasingkan agar kutukantersebut tak mengaiir kepada masyarakat lainnya. Hal ini juga berpengaruh terhadap cara pandang individu atau pada pasien tersebut sehingga pasien tersebut mengikuti cara pandang masyarakat tanpa berusaha mencari penyelesaian masalah kesehatan yang dihadapinya atau tanpa mencari pengobatan terhadap penyakit yang dihadapinya. Pasien tersebut akan rela untuk diasingkan dan



14 menerima bahwa dirinya telah menerima kutukan dan diharuskan menebus dosa yang telah diperbuatnya dengan hidup dalam pengasingan. 4. Perawatan yang dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut Sistem pengelolaan kesehatan modern dipadukan dengan budayamasya rakat setempat untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan modern tetapi tanpa mengenyampingkan etika pelayanan kesehatan atau profesional pelayanan kesehatan seperti suatu pelayanan kesehatan modern yang dilakukan oleh seorang dokter dengan mengadopsi nilai-nilai budaya yang berlaku didaerah yang bersangkutan. Contoh: dokter membuka praktik pengobatan dengan memberikan obat awal pada tempat praktik dan pasien disuruh minum obat pada saat pelayanan kesehatan dan kernudian diteniskan dirumah dengan menuliskan atau memberitahu konsumsi obat pada waktu tertentu misalnya pasien berobat jam 4 sore kemudian pasien mendapatkan terapi 3 kali perhari. Ada saat berobat pasien langsung makan obat yaitu pada jam 4 kemudian dianjurkan pasien akan obat keduajam 12 dan yang ketiga jam 8 pagi (setiap 8 jam) profesional yang terkandung ada keadaan ini adalah bahwa pasien tidak lagi minum obat hanya dengan berpatokan 3 kali saja tanpa rnemperhatikan rentang waktu bahwa 3 kali itu merupakan makan obat setiap 8 jam sesuai dengan perkiraan kadar obat dalam darah dan reaksi obat terhadap tubuh, sedangkan dari pengamatan sehari - hari kebiasaan pasien makan obat adalah pada waktu siang hari seperti makan obat pertama jam 8 pagi, kedua jam 12 siang pada saat makan siang dan makan obat kedua jam 8 sore pada saat makan malam sehingga reaksi obat tidak dapat maksimal karena kandungan obat dalam tubuh manusia tidak stabil yaitu pada periode siang dengan jumlah yang maksimal sedangkan pada malam hari turun pada tingkat yang sangat minimal karena pasien tidak makan obat selama 12 jam. Sehingga hal ini sebetulnya sangat rnerugikan pada kesehatan pasien itu sendiri seperti pasien menjadi resisten atau tahan terhadap jenis obat tersebut, pasien tidak sembuh sesuai dengan waktunya. Nilai budaya yang terkandung adalah pasien merasakan bahwa dengan meminum obat dekat dengan dokter dan langsung mempunyai daya motivasi tersendiri bagi pasien dalam menjalani pengobatan dan menganggap meminum obat dekat dokter tersebut termasuk dalam suatu rangkaian ritual pengobatan tersebut sehingga menumbuhkan rasa percaya diri dan percaya terhadap dokter tersebut. Karena berkemungkinan pasien pernah berkunjung atau mempunyai pengalaman pengobatan altematif



15 dengan menggunakan dukun dan ritualnya mirip dengan yang dilakukan oleh dokter tersebut (Isniati 2013).



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berbagai upaya dilakukan oleh perawat untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat, termasuk mempelajari unsur sosial dan kebudayaan masyarakat. Melalui proses keperawatan, khususnya pada tahap pengkajian perawat perlu mengkaji unsur sosial masyarakat seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, social ekonomi, dan unsur budaya. Kemudian mengenai pandangan sehat-sakit yang berbeda antara masyarakat dan perawat dapat menimbulkan permasalahan. Persepsi masyarakat tentang sehat sakit dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu terhadap penyakit serta terkait dengan sosialbudaya masyarakat setempat. B. Saran Dengan upaya yang dilakukan oleh perawat untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat, diharapkan juga masyarakat ikut serta dalam meningkatkan status kesehatan sehingga akan lebih efektif bila bersama-sama menerapkannya. Sehingga diharapkan nanti tidak ada lagi masyarakat dengan status kesehatan yang rendah selain itu tidak ada lagi perbedaan mengenai pandangan sehat sakit dalam masyarakat dengan perawat.



16



DAFTAR PUSTAKA



Mashudi, Sugeng. 2012. Buku Ajar Sosiologi Keperawatan Konsep & Aplikasi. Jakarta: 2012 Isniati. 2013. “Kesehatan Moderen Dengan Nuansa Budaya.” Jurnal Kesehatan Masyaraka Vol. 7, No, 1. Sanggenafa, Drs. Naffi. 2002. “Penerapan Ilmu Antropologi Kesehatan dalam Pembanggunan Kesehatan Masyarakat Papua Jayapura.” Jurnal Antropologi Papua.