Makalah Aplikasi Pengontrolan Dan Pencegahan Infeksi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH APLIKASI PENGONTROLAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI, PROSEDUR INVASIF SERTA PENYEBAB TERJADINYA ADVERSE EVENTS TERKAIT PROSEDUR INVASIF



Disusun Oleh: Kelompok 11 A 1.



Jenita Kamsya Bakara



(032017013)



2.



Selvi Gowasa



(032017016)



3.



Krisdiana Simanjuntak



(032017026)



4.



Dosi Ungsiana Tumanggor



(032017061)



PROGRAM STUDI NERS AKADEMIK SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN 2018



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat yang telah diberikannya kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan makalah keselamatan pasien dan kesehatan kerja dalam keperwatan yang berjudul “Aplikasi Pengontrolan Dan Pencegahan Infeksi, Prosedur Invasive Serta Penyebab Terjadinya Adverse Events Terkait Prosedur Invasif”. Dalam makalah ini akan menjelaskan bagaimana sistem informasi yang ada atau diterapkan dalam rumah sakit. Penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan makalah ini. Dalam Penyusunan makalah ini tidak menutup kemungkinan terdapat kekurangan dalam pengerjaannnya. Untuk itu penulis mengharapakan kritik serta saran yang membangun demi perbaikan kedepannya. Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama kepada tenaga kesehatan dan kami mengucapkan terimakasih.



Medan, Desember 2018



Kelompok 11 A



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Defenisi 2.2 Cara Penularan Infeksi 2.3 Pengontrolan dan Pencegahan Invasif 2.4 Prosedur Invasif 2.5 Penyebab Terjadinya Adverse Events BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia menghadapi beban ganda dalam pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kembali beberapa penyakit menular sementara penyakit degeneratif mulai meningkat. Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan terbesar di seluruh dunia. Infeksi terbanyak (18%) terutama pada anak di bawah lima tahun adalah infeksi saluran nafas akut yang sebagian berasal dari komunitas (Community Acquired Pneumoniae) dan sebagian lagi dari rumah sakit (Hospital Acquired Pneumoniae) (Dalam jurnal kefarmasian Indonesia, 2016). Infeksi Nosokomial (Nosocomial Infections) adalah infeksi yang didapat penderita ketika penderita itu dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan, baik itu puskesmas, klinik, maupun rumah sakit. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat Penting untuk melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari risiko tertularnya infeksi karena dirawat. Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan lintas profesional: Klinisi, Perawat, Laboratorium, Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Gizi, IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain sehingga perlu wadah berupa Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Tujuan dari PPI adalah meningkatkan kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga melindungi sumber daya manusia kesehatan, pasien dan masyarakat dari penyakit infeksi yang terkait pelayanan kesehatan (PMK nomor 27 tahun 2017) . (Tutiany, dkk. 2017. Buku Manajemen Kesehatan. Kementrian Kesehatan Indonesia).



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa defenisi dari infeksi? 2. Bagaimana cara penularan infeksi? 3. Apa cara untuk mencegah infeksi? 4. Bagaimana dengan prosedur invasif? 1.3 Tujuan Agar mahasiswa/ i memahami dan mengetahui bagaimana cara: 1. Pengontrolan dan pencegahan infeksi. 2. Bagaimana prosedur invasive. 3. Penyebab terjadinya adverse events terkait prosedur invasif.



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Defenisi Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen,



dengan/ tanpa disertai gejala klinik. Infeksi Terkait Pelayanan



Kesehatan (Health Care Associated Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (Tutiany, dkk. 2017. Buku Manajemen Kesehatan. Kementrian Kesehatan Indonesia). 2.2 Cara Penularan Infeksi Cara penularan infeksi (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010) dalam buku manajemen kesehatan, 2017, yaitu: 1) Penularan secara kontak. 2) Penularan melalui common vehicle. Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu pejamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah darah/ produk darah, cairan intra vena, obat- obatan, cairan antiseptik, dan sebagainya. 3) Penularan melalui udara dan inhalasi. 4) Penularan dengan perantara vector. 5) Penularan melalui makanan dan minuman. 2.3 Pengontrolan dan Pencegahan Infeksi Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama: (yang harus dipahami, dipatuhi dan diterapkan agar tidak terinfeksi). Pada tahun 2007, CDC dan HICPAC merekomendasikan komponen utama yang harus



dilaksanakan dan dipatuhi dalam kewaspadaan standar, (Menurut Buku Manajemen Keselamatan, 2017), yaitu: 1) Kebersihan tangan. 2) Alat pelindung diri (APD). 3) Dekontaminasi peralatan pasien. 4) Pengelolaan limbah. 5) Penatalaksanaan linen. 6) Perlindungan kesehatan petugas. 7) Penempatan pasien. 8) Hygiene respirasi / etika batuk dan bersin. 9) Praktik menyuntik yang aman dan, 10) Praktik lumbal yang aman. 2.4 Prosedur Invasif Tindakan



invasif



suatu



tindakan



medis



yang



langsung



dapat



mempengaruhi keutuhan jaringan pasien (Menurut Peraturan Kesehatan Republik Indonesia No. 29/ Menkes/ PER/ III/ 2018). Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit (RS), namun hal ini berisiko tinggi terjadinya Hospital Acquired Infection (HAIs). Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu patuh pada Standar Prosedur Operasional (SPO) yang telah ditetapkan demi terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu (Dalam jurnal Mutiana Muspita Jeli. 2014. Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan...Vol. 14 No. 1: 51-62, Mutiara Medika). 2.5 Penyebab Terjadinya Adverse Events Kewaspadaan standar yang digunakan untuk perawatan kesehatan pasien yang dirawat di rumah sakit termasuk memberikan perhatian khusus pada penerapan teknik barier, meliputi; mencuci tangan, pakai masker dan sarung tangan, cuci tangan dan permukaan kulit lain segera jika terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh, jangan menutup kembali atau memanipulasi



jarum, buang jarum ke wadah benda tajam. Letakkan semua limbah dan material yang terkontaminasi dalam kantung plastik, peralatan klien dibersihkan dan diproses ulang dengan tepat, alat sekali pakai dibuang. Linen yang terkontaminasi diletakkan dalam kantong yang tahan bocor dan ditangani untuk mencegah paparan terhadap kulit dan membrane mukosa (Schaffer, Garzon, Heroux & Korniewicz, 2000). Penerapan kewaspadaan standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan pathogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Penerapan ini merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin dilaksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan (World Health Organization, 2008) ( Dalam Jurnal Penerapan Prinsip Kewaspadaan Standar Oleh Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Penyakit Bedah RSUDZA Banda Aceh Idea Nursing Journal Vol. Ii No. 1)



BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat Penting untuk melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari risiko tertularnya infeksi karena dirawat. Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan lintas profesional: Klinisi, Perawat, Laboratorium, Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Gizi, IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain sehingga perlu wadah berupa Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Tindakan



invasif



suatu



tindakan



medis



yang



langsung



dapat



mempengaruhi keutuhan jaringan pasien seperti dalam pemasangan infus. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu patuh pada Standar Prosedur Operasional (SPO) yang telah ditetapkan demi terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu. Kewaspadaan standar yang digunakan untuk perawatan kesehatan pasien yang dirawat di rumah sakit termasuk memberikan perhatian khusus pada penerapan teknik barier.



DAFTAR PUSTAKA Joseph, Max, dkk. 2016. Jurnal Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Pemerintah dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Indonesia. Kamil, Hazzul. Jurnal Penerapan Prinsip Kewaspadaan Standar Oleh Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Penyakit Bedah RSUDZA Banda Aceh Idea Nursing Journal Vol. Ii No. 1) Muspita, Mutiana. 2014. Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional Pemasangan Infus di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Mutiara Medika,Vol. 14, No.1: 51-62. Tutiany, dkk. 2017. Buku Manajemen Kesehatan. Kementrian Kesehatan Indonesia. Peraturan Kesehatan Republik Indonesia No. 29/ Menkes/ PER/ III/ 2018.



Naskah Role Play dalam Pengontrolan dan Pencegahan Infeksi