Makalah Arsen (As) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PAJANAN ZAT KIMIA ARSEN (As)



Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Toksikologi Industri



OLEH : FERA RAHAYU NINGSI J1A1 17 207 K3



KONSENTRASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2019



KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat-NYA, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas pembutatan makalah ini yang berjudul “Pajanan Zat Kimia Arsen (As)” tepat pada waktunya. Makalah ini buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Toksikologi Industri. Dalam makalah ini akan mengulas mengenai definisi Arsen (As), Kegunaan Arsen (As), Pencegahan Paparan Arsen (As), dan lain-lain. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan manfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurang. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat di harapakan dari pembaca guna meningkatkan dan memperbaiki makalah yang akan Penulis buat berikutnya.



Kendari, 17 September 2019



Penulis



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Masalah ................................................................................................ 1 C. Tujuan .................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3 A. Definisi Arsen (As) .............................................................................. 3 B. Kegunaan Arsen (As) ........................................................................... 4 C. Bahaya Pajanan Arsen (As) ................................................................. 8 D. Manifestasi Klinis Arsen (As) .............................................................. 9 E. Gambaran Laboratorium Arsen (As) ................................................... 12 F. Pencegahan Paparan Arsen (As) .......................................................... 13 G. Pengobatan Akibat Paparan Arsen (As) ............................................... 14 BAB III PENTUTUP ..................................................................................... 18 A. Kesimpulan .......................................................................................... 18 B. Saran ..................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang karena sifat atau konsentrasi, dapat mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang menyusun “top-20” B3 antara lain : Asenic, Lead, Mercury,Vinyl choloride, Benzene,



Polychlorinated



Biphenyls



(PCBs),



Kadmium,



Benzo(a)pyrene,



Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, Chromium (hexa valent), Divenz(a,h)anthracene, Dieldrin, Hecaxhlorobutadiene, Chlodrdane. Beberapa diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic (As) , Lead (Pb), Mercury (Hg), Kadmium (Cd) da Chromium (Cr) (Sudarmaji, 2006). Logamlogam berat tersebut dalam konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi kesehatan manusia bila ditemukan di dalm lingkungan, baik di dalam air, tanah maupun udara. Arsen (As) adalah salah atu logam toksik yang sering diklasfikasikan sebagai logam, tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak seperti logam lain yang membentuk kation, Arsen (As) di alam berbentuk anion, seperti H2SO4 (Ismunandar, 2004). Arsen (As) tidak bisa larut di perairan dan akhirnyakan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada awalnya digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organik di temukan, dan sebagai pengawet kayu (Copper Chromatead Arsenic (CCA)).



B. Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Arsen (As)? 2. Apa yang menjadi penggunaan Arsen (As)? 3. Apa saja yang menjadi bahaya pajanan Arsen (As)? 1



4. Bagaimana manifestasi klinis Arsen (As)? 5. Bagaimana gambaran Laboratorium Arsen (As)? 6. Bagaimana pencegahan yang dilakukan dalam penggunaan Arsen (As)? 7. Bagaimana cara pengobatan Arsen (As)?



C. Tujuan 1. Untuk mengetaui definisi Arsen (As). 2. Untuk mengetahui macam-macam kegunaan Arsen (As). 3. Untuk mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari pajanan Arsen (AS). 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Arsen (As). 5. Untuk mengetahui gambaran laboratorium pajanan Arsen (As). 6. Untuk mengetahui cara pencegahan paparan Arsen (As). 7. Untuk mengetahui cara pengobatan jika terkena paparan Arsen (As).



2



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Arsen (As) Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal (steel-grey). Senyawa arsen didalam alam trichlorida (AsCl3) berupa cairan



berada dalam 3 bentuk: Arsen



berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen



putih) berupa kristal putih dan berupa gas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering disebut sebagai gas perang, merupakan salah satu turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak berbau, tetapi beberapa senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun arsen pada umumnya mudah larut dalam air, khususnya dalam air panas . Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen trioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg. Arsen (As) merupakan bahan kimia beracun, yang secara alami ada di alam. Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat ditemukan di industri seperti industri pestisida, proses pengecoran logam maupun pusat tenaga geotermal. Elemen yang mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan pada produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun (tidak toksik). Arsen dapat dalam bentuk in organik bervalensi tiga dan bervalensi lima. Bentuk in organik arsen bervalensi tiga adalah arsenik trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida, sedangkan bentuk in organik arsen bervalensi lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat (Pb arsenat, Ca arsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan akut. Logam arsen sebenarnya tidak beracun hanya saja bila dalam jumlah yang banyak dapat menjadi beracun. Hal ini dipengaruhi oleh respirasi seluler dengan mengkombinasikan dengan bebrapa Sulphydril dari enzim mitokondrial, oksidasi 3



piruvat dan phosfatase tertentu. Arsen memiliki target pada endotel pembuluh darah, terhitung banyaknya lesi yang disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas pembuluh darah, edema jaringan dan hemorrhagi, pada saluran pencernaan. Keracunan arsen dapat timbul melalui saluran cerna yang berasal dari oksida arsen, bubuk putih tidak berasa dari cuprum, sodium dan potassium arsenic, arsen dari calcium lead, arsen sulfide, gas arsen (industri). Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain (Wijanto, 2005). Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen, yang berbau seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.



B. Kegunaan Arsen (As) Karena arsen dapat berikatan dengan Cu membentuk CuAs sehingga didapat sebagai produk sampingan pabrik peleburan Cu. Arsen sering digunakan untuk racun tikus, pestisida, herbisida, insektisida; dan keracunan arsen pada manusia sudah sangat dikenal baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Senyawa arsen terutama digunakan di dalam pertanian dan kehutanan. Sejumlah kecil digunakan dalam industri keramik, gelas, dan sebagai aditif. Contoh penggunaan arsen trioksida pada tahun 1975-1978 adalah sebagai berikut: pembuatan zat kimia untuk pertanian (pestisida) 82%, gelas dan peralatan dari gelas (pecah belah) 8%, industri kimia seperti amalgam dari tembaga, timah hitam, dan farmasi 10%.



4



Di dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga acetoarsenit, natrium arsenit, kalsium arsenat, dan senyawa arsen organik digunakan sebagai pestisida. Sejumlah kecil methylarsenik acid dan dimethyl arsenik acid secara selektif digunakan sebagai herbisida. Herbisida ini terutama penting untuk pembasmian sorghum halepense dalam perkebunan kapas. Bahan-bahan tersebut juga digunakan untuk pembasmian terhadap rerumputan sebagaimana "sandbur" (cenchrus sp), cocklebur (xanthium sp), dan rumput ketam dalam petak rumput. Dimethylarsinic acid digunakan sebagai silvisida dalam perlindungan hutan. Oleh karena itu pekerjanya akan terpapar senyawa ini, yang merupakan penguapan saat pemakaian. Sedangkan dimethyl arsenik acid telah digunakan sebagai Agent Blue di perang Vietnam. Tembaga arsenat, natrium arsenat, dan seng arsenat bila ditambahkan senyawa kromat dapat digunakan untuk pengawetan kayu, yang mana senyawa ini digunakan di bawah tekanan dan bereaksi dengan kayu dan menghasilkan senyawa tidak larut dalam air. Pengawetan gelondong kayu ini tahan pada serangan jamur dan insektisida. Penggunaan arsen dalam bidang pengawetan kayu ini dari tahun ke tahun semakin bertambah. Beberapa senyawa phenyl-arsenik sebagaimana arsenik acid digunakan sebagai aditif pada peternakan ayam untuk melawan serangan penyakit. Penggunaan lain dari arsen ditemukan dalam bidang peleburan baja, di mana digunakan sebagai doping germanium dan silikon atau dalam produksi gallium arsenida dan indium arsenide (Sukar, 2003). Absorbsi, Distribusi, dan Ekskresi Arsen (As) Menurut Sari yang mengutip pendapat Frank, selain menyebabkan efek lokal di tempat kontak, suatu zat toksik akan menyebabkan kerusakan bila ia diserap oleh organisme. Absorbsi dapat terjadi melalui kulit, saluran cerna, dan saluran nafas. Selain itu sifat dan hebatnya zat kimia terhadap organisme tergantung dari kadarnya di organ sasaran. Kadar ini tidak hanya tergantung pada konsentrasi 5



dosis yang diterima, tetapi juga pada faktor lain misalnya derajat absorbsi, distribusi, dan ekskresi (Sari, 2002). Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserap secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh organ tubuh. Sebagai suatu racun protoplasmik arsen melakukan kerjanya melalui efek toksik ganda, yaitu : 1. Arsen mempengaruhi respirasi sel dengan cara mengikat gugus sulfhidril (SH) pada dihidrolipoat sehingga menghambat kerja enzim yang terkait dengan transfer energi, terutama pada piruvate dan succinate oxidative pathway, sehingga menimbulkan efek patologis yang reversibel. Efek toksik ini dikatakan reversible karena dapat dinetralisir dengan pemberian dithiol, 2,3, dimerkaptopropanol (dimercaprol, BritishAnti-Lewisite atau BAL) yang akan berkompetisi dengan arsen dalam mengikat gugus sulfhidril (2,3). Selain itu sebagian arsen juga menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi gangguan oksidasi fosforilasi dalam tubuh 2. Senyawa arsen mempunyai tempat predileksi pada endotel pembuluh darah, khususnya di dearah splanknik dan menyebabkan paralisis kapiler, dilatasi dan peningkatan permeabilitas yang patologis. Pembuluh darah jantung yang terkena menyebabkan timbulnya petekie subepikardial dan subendokardial yang jelas serta ekstravasasi perdarahan. Efek lokal arsen pada kapiler menyebabkan serangkaian respons mulai dari kongesti, stasis serta trombosis sehingga menyebabkan nekrosis dan iskemia jaringan 3. Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah. Dalam waktu 24 jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam konsentrasi tinggi di berbagai organ tubuh, seperti hati, ginjal, limpa, paru- paru serta saluran cerna, dimana arsen akan mengikat gugus sulfhidril dalam protein jaringan. Sebagian kecil dari arsen yang menembus blood brain barrier.



6



Didalam tulang arsen menggantikan posisi fosfor, sehingga arsen dapat dideteksi didalam tulang setelah bertahun-tahun kemudian Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenik dan sebagian lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut. Fakta terakhir ini penting, karena setiap kali ada paparan arsen, maka menambah depot arsen di dalam kulit, kuku dan rambut. Dalam penyidikan kasus pembunuhan dengan menggunakan arsen, adanya peracunan kronis dan berulang dapat dilacak dengan melakukan pemeriksaan kadar arsen pada berbagai bagian (fragmen) potongan rambut dari pangkal sampai ke ujungnya. Bentuk fisik senyawa arsen yang masuk ke dalam tubuh mempengaruhi efeknya pada tubuh. Menelan senyawa atau garam arsen dalam bentuk larutan lebih cepat penyerapannya dibandingkan penyerapan



arsen dalam bentuk



padat. Penyerapan senyawa arsen dalam bentuk padat halus lebih cepat dibandingkan bentuk padat kasar, sehingga gejala klinis yang terjadipun lebih berat juga. Secara umum efek arsen terhadap tubuh tergantung dari sifat fisik dan kimiawi racun, jumlah racun yang masuk, kecepatan absorpsi, serta kecepatan dan jumlah eliminasi, baik yang terjadi alamiah (melalui muntah dan diare) maupun buatan, misalnya akibat pengobatan. Arsen anorganik yang masuk ke tubuh wanita hamil dapat menembus pembuluh darah plasenta dan masuk ke tubuh janin. Pada keadaan ini pemberian obat BAL tampaknya aman, tetapi D-penicillamin tidak boleh diberikan karena bersifat teratogen pada janin (Atmadja, 2008). Untuk eliminasi satu dosis terapeutik arsen dari semua jaringan (kecuali rambut dan kuku) diperlukan waktu 2 minggu. Setelah itu sejumlah kecil arsen tetap akan dijumpai dalam urin dan feses selama berbulan-bulan kemudian setelah paparan arsen jangka panjang dihentikan. Ekskresi arsen lewat urin mencapai puncaknya dalam beberapa hari setelah intake oral dosis tunggal atau setelah penghentian paparan kronis. Eliminasi melalui urin ini tidak berlangsung seragam, 7



sehingga kadarnya dalam urin bervariasi dari hari ke hari. Dengan demikian untuk mendapatkan data akurat mengenai keadaan pasien dan respons terhadap terapi, maka pemeriksaan urin harus dilakukan pemeriksaan serial pada beberapa sampel urin 24 jam (Atmadja, 2008).



C. Bahaya Pajanan Arsen (As) Intoksikasi tubuh manusia terhadap arsen (As) dapat berakibat buruk terhadap mata, kulit, darah, dan liver. Efek arsen terhadap mata adalah gangguan penglihatan dan kontraksi mata pada bagian perifer sehingga mengganggu daya pandang (visual fields) mata. Pada kulit menyebabkan berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan kulit (hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis) dan mempunyai efek pencetus kanker (karcinogenik). Pada darah, menyebabkan kegagalan fungsi sumsum tulang dan terjadinya pancytopenia (yaitu menurunnya jumlah sel darah perifer). Pada liver, mempunyai efek yang signifikan pada paparan yang cukup lama (paparan kronis), berupa meningkatnya aktifitas enzim pada liver (enzim SGOT, SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit kuning), liver cirrhosis (jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat dan ascites (tertimbunnya cairan dalam ruang perut). SGOT dan SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan terutama oleh sel-sel hati. Bila sel-sel hati rusak, biasanya kadar kedua enzim ini meningkat sedangkan Gamma GT adalah enzim yang berhubungan dengan penanda adanya sumbatan pada kantung empedu. Pada ginjal akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi ischemia dan kerusakan jaringan). Pada saluran pernafasan, akan menyebabkan timbulnya laryngitis (infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula menyebabkan kanker paru. Pada pembuluh darah, logam berat arsen (As) dapat menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat 8



mengakibatkan penyakit arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh karena faktor pembuluh darah potal), oedema paru dan penyakit pembuluh darah perifer (varises, penyakit burger). Pada sistem reproduksi, efek arsen (As) terhadap fungsi reproduksi biasanya fatal dan dapat pula berupa cacat bayi waktu dilahirkan, lazim disebut efek malformasi. Pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya tahan tubuh /penurunan kekebalan, akibatnya peka terhadap bahan karsinogen (pencetus kanker) dan infeksi virus. Pada sistem sel, efek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitochondria dalam inti sel menyebabkan turunnya energi sel dan sel dapat mati. Pada gastrointestinal (saluran pencernaan), arsen (As) akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut, mual (nausea) dan muntah (vomiting) (Sudarmaji, dkk; 2006).



D. Manifestasi Klinis Arsen (As) Indikator biologi dari keracunan arsen merupakan hal yang sangat penting. Arsen mempunyai waktu paruh yang singkat (hanya beberapa hari), sehingga dapat ditemukan dalam darah hanya pada saat terjadinya paparan akut. Untuk paparan kronis dari arsen tidak lazim dilakukan penilaian. Dalam paparan keracunan Arsen disebabkan 2 hal yaitu : 1. Secara Akut Pada konsentrasi 0,05 mg/l telah menimbulkan bahaya pada lingkungan laut (Made, 1989). Apabila arsen termakan dalam jumlah yang sedikit, tanda dan gejalanya mungkin tidak akan terlihat, akibatnya diagnosis pasti tidak dapat diketahui. Tetapi bila termakan dalam jumlah besar, kematian dapat terjadi dengan mendadak dan biasanya tanpa memperlihatkan gejala klinis. Bau nafas yang khas seperti bau bawang putih tercium pada nafas korban keracunan dan hal ini dapat dipakai sebagai petunjuk yang kuat dari keracunan arsen akut. 9



Pertama terjadi dilatasi pembuluh darah kapiler, kemudian terjadi kerusakan arteriola (arteri paru) dan myocardial (arteri otot jantung). Bila penderita dapat bertahan pada toksisitas akut ini gambaran ECG (Electro Cardiografi) terlihat abnormal dan mungkin akan terjadi selama beberapa bulan. Pada umumnya reaksi toksis pada peristiwa keracunan akut ini terjadi 30 menit sampai 1 jam setelah menelan arsen dalam dosis yang tinggi. Gejala yang terlihat menunjukkan adanya tanda-tanda radang lambung dan usus (gastroenteritis) yang parah, dimulai dengan rasa terbakarnya tenggorokan, sulit untuk menelan, dan sakit perut yang sangat. Gejala ini diikuti dengan rasa mual (nausea), rasa ingin muntah dan diare. Diare profus dengan feces bercampur air dan lendir. Gejala ini mirip dengan penyakit kolera, tetapi segera diikuti dengan diare bercampur darah. Hal ini disebabkan karena terjadinya iritasi dan pembengkakan dinding mukosa lambung yang terisi transudat (cairan dari kapiler darah). Bila vesicula pecah dan cairan masuk ke dalam saluran gastro intestinal jaringan mengelupas, plasma darah masuk dalam rongga usus dan terjadi koagulasi. Volume cairan yang meningkat dalam usus, akan menyebabkan diare campur darah. Perdarahan saluran pencernaan dapat menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah dengan cepat sehingga sisitem sirkulasi darah menjadi kolaps. Kerusakan ginjal terjadi pada pembuluh darah kapiler dalam tubulus dan glomeroulus. Glomeroulus ginjal rusak dan terisi dengan plasma protein di dalam kapiler yang dilatasi. Tubulus ginjal menjadi nekrosis sehingga penurunan volume urine yang keluar meyebabkan annuria (tidak dapat kencing). Hasil pemeriksaan darah memperlihatkan adanya perubahan bentuk sel darah, dan jumlah sel darah merah dan putih sangat menurun. Hati menunjukkan adanya degenerasi lemak, diikuti dengan nekrosis centralis disertai dengan sirosis 10



hepatis. Tanda-tanda toksitas arsen yang akut juga terlihat jelas dengan ditemukannya gejala rambut rontok (kebotakan/alopsea), tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai dengan kelumpuhan anggota gerak bagian bawah, kaki lemas, persendian tangan lumpuh, dan daya refleks menurun. 2. Secara Kronis Toksisitas kronis terjadi bila preparat arsen (As) sebagai obat, yang paling populer ialah obat penyakit kulit tertentu. Bila kulit diolesi obat yang mengandung arsen (As) dosis rendah, akan terlihat warna kemerahan pada kulit tersebut, hal ini disebabkan oleh adanya pelebaran pembuluh darah kapiler kulit (fase dilator). Bila pemberian dilakukan terus menerus akan terjadi hyperkeratosis, keratosis telapak tangan dan kaki serta dermatitis, terutama di daerah yang mengeluarkan keringat seperti ketiak dan persendian. Dermatitis disebabkan oleh pengaruh iritasi dan sensitifitas terhadap arsen (As). Keracunan kronis juga terjadi dari dalam tubuh (per oral dosis rendah) yang terlihat dari gejala kelemahan, kelelahan, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan iritabilitas. Gejala tersebut merupakan gejala umum yang tidak menimbulkan gejala khas keracunan arsen. Gejala yang khas dari keracunan arsen ini ialah warna coklat gelap pada kulit dan perubahan kulit. Kuku menebal, terciri dengan garis putih diatas persambungan kuku. Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut. Saraf kaki akan lebih parah daripada saraf tangan, menyebabkan kelumpuhan pada saraf motorik dan sensorik. Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam saluran pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis. Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pancytopenia (sel darah berkurang), terutama neutropenia (sel darah putih menurun). Produksi sel darah merah terhenti dan adanya gambaran basofilik stippling. Anemia yang ada 11



hubungannya dengan defesiensi asam folat juga terlihat. Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungannya antara toksisitas kronis dari arsentrivalen dan arsenpentavalen dengan ditemukannya kasus kanker paru, kanker limfa dan kanker kulit (Darmono, 2001). E. Gambaran Laboratorium Arsen (As) 1. Pemeriksaan darah. Pada keracunan akut maupun kronis dapat terjadinya anemia, leukopenia, hiperbilirubinemia. 2. Pemeriksaan urine. Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi proteinuria, hemoglobinuria maupun hematuria. 3. Pemeriksaan fungsi hati. Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi peningkatan enzim transaminase serta bilirubin. 4. Pemeriksaan jantung. Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi gangguan ritme maupun konduksi jantung. 5. Pemeriksaan kadar arsen dalam tubuh. Arsenik dalam urine merupakan indikator keracunan arsen yang terbaik bagi pekerja yang terpapar arsen. Normal kadar arsen dalam urine kurang dari 50ug/L Kadar As dalam rambut juga merupakan indikator yang cukup baik untuk menilai terjadinya karacunan arsen. Normal kadar As dalam rambut kurang dari 1mug/kg. Walaupun tidak ada pemeriksaan biokimia yang spesifik untuk melihat terjadinya keracunan arsen, namun



gejala



klinik



akibat



keracunan



As



yang



dihubungkan



dengan



mempertimbangkan sejarah paparan merupakan hal yang cukup penting. Perlu diingat bahwa seseorang dengan kelainan laboratorium seperti di atas tidak selalu disebabkan oleh terpapar atau keracunan arsen. Banyak faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan seperti di atas. Pada kasus keracunan Arsen (As), kadar dalam darah, urin, rambut dan kuku menigkat. Nilai batas normal kadar As adalah sebagai berikut Rambut kepala normal



: 0,5 mg/kg 12



Curiga keracunan



: 0,75 mg/kg



Keracunan akut



: 30 mg/kg



Kuku normal



: sampai 1 mg/kg



Curiga keracunan



: i mg/kg



Keracunan akut



: 80 ug/kg



Pada urin, As dapat ditemukan dalam waktu 5 jam setelah diminum, dan dapat terus ditemukan hingga 10-12 hari. Pada keracunan yang kronik, Arsen dapat didiekskresikan tidak terus menerus (intermiten) tergantung pada intake. Titik-titik basofil pada eritrosit dan leukosit muda mungkin ditemukan pada darah tepi. Menunjukan beban sumsum tulang yang meningkat. Kematian dapat terjadi sebagai akibat malnutrisi dan infeksi. Pemeriksaan Toksikologik Uji Reinsch: Berdasarkan Hukum Deret Volta (sebagian deret volta adalah : K Na Ca Mg Al Zn Fe Pb H Cu As Ag Hg Au), unsur yang letaknya sebelah kanan akan mengendap bila ada unsur yang letaknya lebih kiri dalam larutan tersebut. Letak As dalam deret adalah lebih kanan dari pada Cu. 10 cc darah + 10 cc HCL pekat dipanaskan hingga terbentuk AsCl3 Celupkan batang tembaga ke dalam larutan, akan terbentuk endapan kelabu sampai hitam dari As pada permukaan batang tembaga tersebut. Untuk membedakan dari Ba, digunakan sifat sublimasi As. Uji Gutzeit : Noda coklat sampai hitam pada kertas saring Uji Marsh : Zat + HCL + Zn --- cermin As Fisika : As menunjukan nyala api yang khas Kromatografi gas F. Pencegahan Paparan Arsen (As) Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian 13



alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen. Alat proteksi diri tersebut misalnya : 1. Masker yang memadai 2. Sarung tangan yang memadai 3. Tutup kepala 4. Kacamata khusus Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Jika keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam urine. Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama kadar arsen dalam patikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara dapat lancar. G. Pengobatan Akibat Paparan Arsen (As) Pada keracunan arsen akibat tertelan arsen, tindakan yang terpenting adalah merangsang refleks muntah. Jika penderita tidak sadar (shock) perlu diberikan infus. Antdote untuk keracunan arsen adalah injeksi dimerkaprol atau BAL (British Anti Lewisite). 1. Prognosis Pada keracunan akut, jika dilakukan penanganan dengan baik dan penderita dapat bertahan, maka akan kembali normal setelah sekitar 1 minggu atau lebih. Pada keracunan kronis akan kembali normal dalam waktu 6 – 12 bulan. Keracunan arsen merupakan masuk sesuatu ke tubuh yang mengakibatkan kerusakan pada berbagai jaringan tubuh. Pada keracunan arsen ada beberapa alasan mengapa racun ini banyak dipergunakan untuk pembunuh, yaitu : 14



2. Sifat racunnya yang tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau, membuat racun ini relatif tidak mudah diketahui oleh korbannya jika arsen dicampurkan pada makanan dan minuman. 3. Racun ini mempunyai efek seperti penyakit biasa, terutama penyakit muntaber, sehingga pembunuhnya seringkali dapat mengelabui orang lain, yang menduga korban meninggal karena penyakit muntaber atau kolera. Kenyataannya, memang banyak dokter dan keluarga korban yang terkecoh menyangka korban meninggal karena penyakit muntaber dan bukan karena diracun, apalagi jika kejadian muntebernya telah berlangsung lama dan berulang kali. Akan tetapi, seorang dokter yang berpengalaman dan waspada, tidak mudah terkecoh, dan akan memikirkan kemungkinan keracunan arsen pada kasus tersebut. 4. Racun ini mudah diperoleh. Sebagai suatu bahan kimia yang umum atau biasa digunakan untuk membasmi hama, racun ini mudah diperoleh di toko kimia dan toko pertanian sehingga mudah diperoleh dan disalahgunakan oleh orang yang punya



niat jahat. Orang di daerah Jawa misalnya, dapat dengan mudah



membeli warangan di toko kimia, karena bahan ini merupakan bahan yang banyak digunakan untuk mencuci keris. Meskipun demikian, dalam sejarahnya arsen sebenarnya bukanlah merupakan racun yang sempurna karena sebagai racun arsen tidak terlalu efektif Ini artinya, tindakan meracuni orang dengan menggunakan arsen belum tentu berhasil menyebabkan kematian pada korbannya. Efek kematian yang terjadi pada arsen biasanya terjadi lambat (tidak seketika) dan menimbulkan nyeri hebat pada korban, sehingga kondisi tersebut mudah menimbulkan kecurigaan orang. Arsen juga bukan racun yang ideal karena ia merupakan racun yang mudah dideteksi. Adanya penimbunan arsen di dalam jaringan rambut dan kuku, yang merupakan jaringan yang tahan pembusukan, membuat riwayat peracunan arsen dapat dibuktikan, bahkan juga pada kasus dengan korban yang sudah tinggal tulang belulang sekalipun. Dengan melakukan 15



pemeriksaan rambut secara fragmental dari pangkal sampai ke ujung, dan dengan memperhitungkan kecepatan pertumbuhan rambut, dokter forensik dapat menentukan sudah berapa lama dan berapa sering korban diracun sebelum akhirnya meninggal dunia. Adapun beberapa kasus atau contoh dari keracunan arsen, namun contoh yang kami dapatkan tidak menemukan kasus yang terjadi ditempat kerja yaitu : Contoh ini merupakan keracunan arsen pada petani dan pekerja kebun. Karena lebih mudah terpapar arsen. Salah satu kasus penelitian ini dilakukan di sebuah pusat penelitian antar bangsa oleh Carlos seorang pekerja ladang semenjak tahun 1977 hingga 1990. Terpaparnya berbagai jenis racun termasuk arsen dalam jangka waktu tersebut. Sebelumnya korban ini dinyatakan mengidap penyakit leukemia yang disebabkan oleh pekerjaannya. Proses keracunan ini terjadi melalui saluran pernapasan, ketika petani menyemprotkan pestisida, maka pestisida itu dengan mudah terhirup oleh si petani. Dimana didalam peptisida tersebut mengandung arsen yang secara tidak langsung terhirup dan masuk kesaluran pernafasan. Untuk kasus yang kedua ini, kami mengambil contoh mengenai keracunan pada saat makan. Dimana, kasus ini korban meninggal setelah makan udang. Peristiwa ini terjadi di Manado, yang korbanya adalah seorang wanita. Tiba-tiba wanita ini meninggal mendadak dengan mengalami ciri-ciri, dimana lima panca inderanya mengeluarkan darah. Setelah diselidiki ternyata wanita ini meninggal bukan karena bunuh diri atau dibunuh, melainkan akibat ketidaktahuan tentang racun akibat makanan yang . dikonsumsinya. Sebelumnya wanita ini terbiasa mengkonsumsi vitamin C setiap hari. Keracunan arsen terjadi saat wanita ini sedang memakan udang. Dimana, dalam udang tersebut mengandung sebuah zat yaitu Arsenic Pentoxide (As2O5), yang berhubungan dengan Vitamin C. Dimana proses keracunan ini terjadi, dari reaksi kimia di dalam perut yang membuat As2O5 berubah menjadi Arsenic 16



Trioxide (As2O3) yang menjadi beracun. Sehingga masuk ke dalam tubuh dan menyerang bagian organ dalam tubuh yang mengakibatkan hati, jantung, ginjal, pembuluh darah menjadi rusak, usus yang mengeluarkan cairan darah, tidak hanya pembuluh dalam menjadi rusak, namun membuat pembuluh darah juga melebar, sehingga wanita itu meninggal. Keracunan arsen juga dapat masuk melalui makanan dan vitamin, yang masuk ke dalam tubuh dan mengakibatkan kerusakan pada berbagai jaringan. Maka perlunya memperhatikan makanan yang dikonsumsi, agar tidak mengalami keracunan yang terjadi pada contoh diatas.



17



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal (steel-grey). 2. Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik. 3. Cara pencegahan paparan arsen dengan menggunakan alat proteksi diri dan melakukkan surveilance medis.



B. Saran Untuk menghindari terjadinya keracunan akibat paparan arsen melalui udara, air, tanah, biota dan kegiatan industr maka yang harus dilakukan adalah menggunakkan alat proteksi diri , seperti memakai masker, sarung tangan, kacamata dll saat berada di lingkungan kerja yang berhubungan dengan pertambangan. Selain itu melakukkan surveilance medis setiap tahun secara rutin. Ini ditujukan agar tidak terjadinya keracunan akibat paparan Arsen.



18



DAFTAR PUSTAKA Adnan Agnesa. 2010. Makalah Toksikologi Industri ARSEN. http://kesmasunsoed.blogspot.com/2010/10/makalah-toksikologi-industri-arsen.html (Di akses, 16 September 2019) Anonim, 2012. Arsen. http://akuwewete.blogspot.com/2012/11/arsen.html?m=1 (Di akses, 16 September 2019) Budiyanto, Fitri. 2011. Arsenik dan Senyawa Arsenik : Sumber, Toksisitas dan Sifat Di Alam. Journal Of Marine Sciences. Vol XXXVI (4) Hal. 23-30. Endrinaldi. 2009. Logam-Logam Berat Pencemar Lingkungan dan Efek Terhadap Manusia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. No.4 (1). Hal 42-46. Hayati, Nur. 2009. Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2009. Universitas Sumatera Utara Medan : Skripsi.



Lala,



Faraht. 2012. Makalah Toksikologi Arsen http://tralalaikrima.blogspot.com/2012/04/makalah-toksikologi-arsenas.html?m=1 (Di akses, 16 September 2019)



19



(As).



20