Makalah Asbabun Nuzul Ayat Al Quran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASBABUN NUZUL AYAT AL QUR’AN DOSEN : Hajjin Mabrur, S.S, M.S.I



DISUSUN OLEH KELOMPOK 5: 1.



Ade Shofiatul Jannah 2. 3.



Leman



Nida Nurfadilla



Bimbingan Konseling Islam IAI BUNGA BANGSA CIREBON SEMESTER 1 Jl. Widarasari III Tuparev - Cirebon Telp. (0231) 246215 Website: www.iaibbc.ac.id Email: [email protected]



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan kita kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita mampu menyusun makalah ini yang Insya Allah dapat memberikan manfaat. Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Baginda kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman terang benderang ini, tanpa beliau dan tanpa izin Allah mungkin kita tidak mungkin akan mengetahui tentang banyak nya Ilmu pengetahuan baik bersifat umum maupun religi. Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ulumul Quran yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada keluarga, serta rekan-rekan yang ikut mendukung dalam penyusunan makalah ini. Dengan disusunnya makalah ini kami menyadari penyusunan masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami harap rekan-rekan sekalian dapat memberikan kritikan serta masukan agar kedepannya kami dapat menyusun makalah lebih baik.



Cirebon, 1 November 2017



II



Penulis,



II



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................................II DAFTAR ISI..............................................................................................................III BAB I............................................................................................................................1 PENDAHULUAN........................................................................................................1 A. Latar Belakang....................................................................................................1 B. Rumusan Masalah...............................................................................................1 C. Tujuan.................................................................................................................1 BAB II...........................................................................................................................2 PEMBAHASAN...........................................................................................................2 A. Pengertian Asbabun Nuzul.................................................................................2 B. Cara Mengetahui Kebenaran Asbabun Nuzul....................................................9 C. Jenis-Jenis Riwayat Asbab al-Nuzul..................................................................9 D. Fungsi dari Asbabun Nuzul..............................................................................13 BAB IV........................................................................................................................15 PENUTUP..................................................................................................................15 A. Kesimpulan.......................................................................................................15 B. Saran.................................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16



III



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak ayat Al Quran yang turun namun kita tidak memahami mengapa sebabnya ayat tersebut diturunkan. Asbabun Nuzul ada kalanya berupa kisah tentang peristiwa yang terjadi, atau berupa pertanyaan sahabat pada zaman Rasul yang disampaikan kepada Rasulullah SAW untuk mengetahui hukum suatu masalah atau jawaban dari pertanyaan, sehingga ayat Al-Qur'an pun turun sesudah terjadi peristiwa atau pertanyaan tersebut. Diturunkannya ayat tersebut karena sesuai dengan kebutuhan diwaktu itu, namun tidaklah semua turunnya ayat dalam Al Quran mempunyai sebabnya. Al-Qur'an diturunkan untuk memahami petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang sesuai dengan ketetapan Allah juga Rasul nya. Sebagian besar Al-Qur'an pada mulanya diturunkan untuk menyaksikan banyak peristiwa sejarah, Namun ayat Al Quran bukan hanya menceritakan banyak nya peristiwa sejarah, tetapi diantara ayat ayat tersebut menjelaskan secara khusus tentang penjelasan hukum Allah SWT juga jawaban tentang pertanyaan sahabat Rasulullah SAW. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian asbabun nuzul ? 2. Bagaimana cara mengetahui riwayat kebenaran asbabun nuzul ? 3. Bagaimana cara mengetahui jenis riwayat asbabun nuzul ? 4. Apa fungsi asbabun nuzul ? C. Tujuan 1. Mampu mengetahui pengertian Asbabun Nuzul dan fungsinya. 2. Mampu mengetahui cerita yang berkaitan dengan Asbabun Nuzul. 3. Mampu mengetahui kriteria riwayat kebenaran Asbabun Nuzul.



1



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Asbabun Nuzul Menurut bahasa Asbabun nuzul berasal dari dua kata yaitu asbabun dan nuzul. Asbabun artinya sebab atau karena, sedangkan nuzul artinya turun. Jadi asbabun nuzul adalah sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an. (Wikipedia:2017). Menurut Al-Zarqani, asbab al-nuzul adalah suatu kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat, atau suatu peristiwa yang dapat dijadikan petunjuk hukum berkenaan turunnya sutu ayat. Menurut Shubhi al-Shalih, asbab al-nuzul adalah sesuatu yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat yang memberi jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab itu. Ash-Shabuni mendefinisikan asbabun nuzul adalah suatu peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya beberapa ayat yang berhubungan dengan kejadian itu, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi SAW ataupun kejadian yang berkaitan dengan urusan agama. Sebenarnya jika yang dimaksud dengan Asbabun Nuzul adalah hal-hal yang menyebabkan turunnya ayat-ayat al-Qur’an, maka semua ayat Al-Qur’an mempunyai Asbabun Nuzul nya. Karena tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an ialah hendak mentransformasikan umat Nabi Muhammad dari zaman jahiliyah ke arah yang lebih baik agar kita senantiasa berada di jalan Nya. Kondisi objektif yang lebih buruk itulah yang menjadi sebab ayat ayat Al-Qur’an diturunkan. Selama kurang lebih 23 tahun ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan bagaikan suatu paket yang tak dapat dipisahkan antara satu ayat dengan yang lainnya. Mengutip pengertian dari Subhi al-Shaleh kita dapat mengetahui bahwa asbabun nuzul ada kalanya berbentuk peristiwa atau juga berupa pertanyaan, kemudian asbabun nuzul yang berupa peristiwa itu sendiri terbagi menjadi 3 macam yaitu :



2



1. Peristiwa berupa pertengkaran Seperti kisah turunnya surat Ali Imran : 100. Yaitu yang bermula dari adanya perselisihan oleh kaum Aus dan Khazraj hingga turun ayat 100 dari surat Ali Imran yang menyerukan untuk menjauhi perselisihan. 2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius Seperti kisah turunnya surat an-Nisa’ : 43. Saat itu ada seorang Imam shalat yang sedang dalam keadaan mabuk, sehingga salah mengucapkan surat al-Kafirun, surat An-Nisa’ turun dengan perintah untuk menjauhi shalat dalam keadaan mabuk. 3. Peristiwa berupa cita-cita/keinginan Seperti contoh, cita-cita Umar ibn Khattab yang menginginkan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat, ‫والتخذ وامن مقام ابراهيم مصلّى‬ al baqarah 125 Sedangkan peristiwa yang berupa pertanyaan dibagi menjadi 3 macam yaitu : 1. Pertanyaan tentang masa lalu seperti : ً‫ك عَن ِذي ْالقَرْ نَ ْي ِن قُلْ َسأ َ ْتلُو َعلَ ْي ُكم ِّم ْنهُ ِذ ْكرا‬ َ َ‫َويَسْأَلُون‬ “Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya". (QS. Al-Kahfi: 83) 2. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung pada waktu itu seperti ayat: ً‫وح قُ ِل الرُّ و ُح ِم ْن أَ ْم ِر َربِّي َو َما أُوتِيتُم ِّمن ْال ِع ْل ِم إِالَّ قَلِيال‬ َ َ‫َويَسْأَلُون‬ ِ ُّ‫ك َع ِن الر‬ “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra’ : 85) 3. Pertanyaan tentang masa yang akan datang “(orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya?” Ayat tersebut terdapat dalam surat An Naziat ayat 42.



3



Menurut Al-Zarqoni dan Al-Ja’bari, dilihat dari peristiwa yang terkait dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1.  Ayat yang diturunkan dengan mubtada’an tanpa ada peristiwa yang terjadi saat ayat itu diturunkan Allah SWT. Turunnya ayat ini semata-mata karena Allah memberikan petunjuk kapada manusia. Kehendak-Nya untuk memberikan petunjuk inilah yang menjadi asbabun nuzul dari ayat atau beberapa ayat tersebut. Ayat-ayat ini lebih banyak jumlahnya terutama mengenai prinsip-prinsip keimanan, keislaman, dan akhlak yang luhur. 2.  Ayat yang diturunkan Allah SWT dengan sebab khusus atau peristiwa tertentu. Ayat ini jumlahnya tidak banyak. Misalnya, Allah SWT menurunkan surah al-anfal (8) yang menjelaskan berbagai persoalan mengenai perang, surah al-tholaq (65) yang membicarakan masalah yang berkaitan dengan talaq. Peristiwa sebelum atau saat ayat turun itu para mussafir menganggapnya sebagai asbabun nuzul. Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun nuzul terbagi menjadi sbb : •   Ta’addud al-asbab wa al-nazil wahid ( sebab turunnya lebih dari satu, dan ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu). •   Ta’addud al-nazil wa al-asbab wahid ( ini persoalan yang terkandung dalam satu ayat atau kelompok ayat lebih dari satu, sedangkan sebab turunnya satu). •   Redaksi Asbabun nuzul, yang dimaksud dengan ungkapan (redaksi) ini terkadang sebab nuzul ayat dan terkadang pula kandungan hukum ayat. Ungkapan-ungkapan yang di gunakan oleh para sahabat untuk menunjukkan turunnya alqur’an tidak selamanya sama. Ungkapan-ungkapan itu secara garis besar di kelompokkan dalam dua kategori; 1.      Sarih (jelas) Ungkapan riwayat “sarih” yang memang jelas menunjukkan asbab an-nuzul dengan indikasi menggunakan lafadz (pendahuluan). “sebab turun ayat ini adalah...” “telah terjadi..... maka turunlah ayat…..”



4



“rasulullah saw pernah di tanya tentang ....... maka turunlah ayat…..” Contoh lain: Q.S. al-maidah, ayat : 2 “hai orang-orag yang beriman, janganlah kamu melanggar shi’ar-shi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang hadya, dan binatang-binatang qala-id, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhoannya dari tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari masjid al-haram, mendorongmu membuat aniaya (kepada mereka). Dan tolongmenolonglah kamu dalam(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya ”.(Q.S. almaidah : ayat 2). Asbab an-nuzul dari  ayat berikut; ibnu jarir mengetengahkan subuah hadits dari ikrimah yang telah bercerita,” bahwa hatham bin hindun al-bakri datang kemadinah bersrta kafilahnya yang membawa bahan makanan. Kemudian ia menjualanya lalu ia masuk ke madinah menemui nabi saw.; setelah itu ia membaiatnya masuk islam. Tatkala ia pamit untuk keluar pulang, nabi memandangnya dari belakang kemudian beliau bersabda kepada orang-orang yang ada di sekitarnya, ‘sesungguhnya ia telah menghadap kepadaku dengan muka yang bertampang durhaka, dan ia pamit dariku dengan langkah yang khianat. Tatkala al-bakri sampai di yamamah, ia kembali murtad dari agama islam. Kemudian pada bulan dhulkaidah ia keluar bersama kafilahnya dengan tujuan makkah. Tatkala para sahabat nabi saw. Mendengar beritanya, maka segolongan sahabat nabi dari kalangan kaum muhajirin dan kaun ansar bersiap-siap keluar madinah untuk mencegat yang berada dalam kafilahnya itu. Kemudian Allah SWT. Menurunkan ayat,’ hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar shiar-shiar Allah...(Q.S. al-maidah : 2 ) kemudian para sahabat mengurungkan niatnya (demi menghormati bulan haji itu). Hadits serupa ini di kemukakan pula oleh asadiy.” Ibnu abu khatim mengetengahkan dari zaid bin aslam yang mengatakan, bahwa  rasulullah saw. Bersama para sahabat tatkala berada di hudaibiah, yaitu sewaktu orang-orang musyrik mencegah mereka untuk memasuki bait al-haram peristiwa ini sangat berat dirasakan oleh mereka, kemudian ada orang-orang musyrik dari penduduk sebelah timur jazirah arab untuk tujuan melakukan umroh. Para sahabat nabi saw. Berkata, marilah kita halangi mereka sebagaimana(temanteman mereka) merekapun menghalangi sahabat-sahabat kita. Kemudian Allah SWT. Menurunkan ayat,”janganlah sekali-kali mendorongmu berbuat aniaya kepada mereka...” (Q.S. al-maidah ayat : 2) 2.      Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)



5



Ungkapan “mutammimah”adalah ungkapan dalam riwayat yang belum dipastikan asbab annuzul karena masih terdapat keraguan. Hal tersebut dapat berupa ungkapan; ...“ayat ini diturunkan berkenaan dengan ...” “saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ...........” “saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan.....” Contohnya: Q.S. al-baqarah: 223 “istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, mak datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik)untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.”(QS. Al-baqarah, ayat ;223) Asbab an-nuzul dari ayat berikut ;dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh abu daud dan hakim, dari ibnu abbas di kemukakan bahwa penghuni kampung di sekitar yatsrib (madinah), tinggal berdampingan bersama kaum yahudi ahli kitab. Mereka menganggap bahwa kaum yahudi terhormat dan berilmu, sehingga mereka banyak meniru dan menganggap baik segala perbuatannya.Salah satu perbuatan kaum yahudi yang di anggap baik oleh mereka ialah tidak menggauli istrinya dari belakang. Adapun penduduk kamping sekitar quraish (makkah) menggauli istrinya dengan segala keleluasannya.Ketika kaum muhajirin (orang makkah) tiba di madinah salah seorang dari mereka kawin dengan seorang wanita ansar (orang madinah).Ia berbuat seperti kebiasaannya tetapi di tolak oleh istrinya dengan berkata: “kebiasaan orang sini, hanya menggauli istrinya dari muka.” Kejadian ini akhirnya sampai pada nabi saw, sehingga turunlah ayat tersebut di atas yang membolehkan menggauli istrinya dari depan, balakang, atau terlentang, asal tetap di tempat yang lazim.



Peristiwa atau pertanyaan yang disebut sebagai asbabun nuzul itu terjadi pada masa Rasulullah SAW atau pada masa saat ayat al-qur’an diturunkan. Jadi kita mengetahui asbabun nuzul itu dari penuturan para sahabat Nabi yang menyaksikan peristiwa itu. Hal ini berarti asbabun nuzul haruslah berupa riwayat yang dituturkan para sahabat. Para sahabat dalam menuturkan sebab nuzul menggunakan ungkapan (redaksi) yang berbeda dari satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Perbedaan ungkapan itu tentunya mengandung perbedaan makna yang memiliki impikasi pada status sebab nuzulnya.Macam-macam ungkapan (redaksi) yang digunakan para sahabat untuk menuturkan sebab nuzulnya , antara lain : 1.  Kata ‫سبب‬ (sebab) , contohnya 6



‫ َسبَبُ نُ ُزوْ ِل هَـ ِذ ِه االَ يَ ِة كــ َذا‬  (sebab turunnya ayat ini) Ungkapan (redaksi) ini disebut ungkapan (redaksi) yang sharih (jelas/tegas). Maksudnya, sebab nuzul yang menggunakan redaksi ini, menunjukkan betul-betul sebagai latar belakang turunnya ayat tidak mengandung makna yang lain. 2.  Kata ‫فـــ‬ (maka) , contohnya ُ‫( َح َدثَتَ َك َذا َو َك َذا فَـنَ َزلَت اآليَة‬telah terjadi peristiwa ini dan itu maka turunlah ayat) Ungkapan (redaksi) ini sama pengertiannya dengan penggunaan kata sababu, yakni sama-sama sharih (jelas/tegas). 3.  Kata ‫( في‬mengenai/tentang), contohnya ْ َ‫نَ َزل‬ (ayat ini turun mengenai ini dan itu) ‫ت هَ ِذ ِه اآليَةُ فِ ْي َك َذا و َكـ َذا‬ Ungkapan seperti ini tidak secara tegas (ghairu sharih) menyebutkan sebab turunnya ayat. Masih terdapat kemungkinan terkandung makna lain. •   Satu Ayat dengan Sebab Banyak Jika ditemukan dua riwayat atau lebih mengenai sebab turunnya ayat-ayat dan masing-masing menyebutkan suatu sebab yang jelas dan berbeda dari yang disebutkan lawannya, maka riwayat ini harus diteliti dan dianalisis. Permasalahannya ada empat bentuk, yakni : o  Pertama, salah satu dari keduanya shahih dan yang lainnya tidak. o  Kedua, kedua riwayatnya shahih akan tetapi salah satunya memiliki penguat (Murajjih) dan yang lainnya tidak o  Ketiga, keduanya shahih dan keduanya sama-sama tidak memiliki penguat (Murajjih). Akan tetapi keduanya dapat diambil sekaligus. o  Keempat, keduanya shahih dan keduanya tidak memiliki penguat (Murajjih),akan tetapi keduanya tidak mungkin diambil sekaligus. •   Banyaknya Nuzul dengan Satu Sebab Terkadang banyak ayat yang turun sedangkan sebabnya hanya satu. Karena itu banyak ayat yang turun dalam berbagai surat mengenai satu peristiwa. Contohnya ialah apa yang diriwayatkan oleh Said bin Manshur, Abdurrazaq, At-Tirmidzi, Ibnu



7



Jarir, Ibnul Mundzir, Ibnu Abu Hatim, Ath-Tharbani, dan Al-Hakim mengatakan shahih, dari Ummu Salamah, ia berkata : “Wahai Rasulullah, aku tidak mendengar Allah menyebut kaum perempuan sedikitpun mengenai hijrah. Maka Allah Menurunkan QS. Ali-Imran :195 untuk menjawabnya.” Begitu pula dengan hadist yag diriwayatkan Ahmad, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, Ath-Thabrani dan Ibnu Mardawaih dari Ummu Salamah, ia berkata : “Aku telah bertanya, Wahai Rasulullah, mengapakah kami tidak disebutkan dalam Al-Qur’an seperti kaum laki-laki? ‘Maka pada suatu hari aku dikejutkan dengan seruan Rasulullah di atas mimbar. Beliau membacakan: “Sungguh, laki-laki dan perempuan Muslim, laki-laki dan perempuan Mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah Menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 35) Al-Hakim meriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata: “Kaum laki-laki berperang sedang perempuan tidak. Di samping itu kami hanya memperoleh warisan setengah bagian dibanding laki-laki. Maka Allah menurunkan ayat: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah Dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (An-Nisaa’ : 32) Ketiga ayat di atas diturunkan karena satu sebab. •   Beberapa Ayat yang Turun Mengenai Satu Orang Terkadang seorang sahabat mengenai peristiwa lebih dari satu kali dan AlQur’an turun mengenai satu peristiwa,maka dari itu kebanyakan al-quran turun sesuai dengan peristiwa yang terjadi, misalnya seperti apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab al-adahi mufiat tentang berbakti kepada orang tua, dari Saad bin Abi Waqos ada empat ayat al-quran turun berkenaan dengan aku: Pertama, ketika ibuku bersumpah dia tidak akan makan dan minum sebelum aku meninggalkan Muhammad lalu Allah menurunkan ayat, ” Dan jika memaksamu 8



untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergilah keduanya di dunia dengan baik.”(luqman:15) Kedua, ketika aku mengambil sebuah pedang dan mengaguminya, maka aku berkata kepada Rasulullah, ”berikan aku pedang ini” maka turunlah ayat. Mereka bertanya kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang (al-anfal:01). Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah mengunjungiku dan aku bertanya kepada beliau: ”Rasulullah aku ingin membagikan hartaku, bolehkah aku mewasiatkan separuh nya?” Beliau menjawab: ”tidak” aku bertanya: ”bagaimana jika sepertiganya?” Rasulullah diam. maka wasiat dengan sepertiga harta itu diperbolehkan. Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khomr) bersama kaum ansor, seorang memukul hidungku dengan tulang rahang unta, lalu aku datang kepada Rasulullah , maka Allah swt melarang minum khomr. Dalam hal ini telah turun wahyu yang sesuai dengan banyak ayat. B. Cara Mengetahui Kebenaran Asbabun Nuzul Asbab al-nuzul diketahui melalui riwayat yang disandarkan kepada nabi Muhammad Saw. Tetapi tidak semua riwayat yang disandarkan kepadanya dapat dipegang. Riwayat yang dapat dipegang ialah riwayat yang memenuhi syaratsyarat tertentu sebagaimna ditetapkan para ahli hadist. Secara khusus dari riwayat asbab al-nuzul ialah riwayat dari orang yang terlibat dan mengalami peristiwayang diriwayatkannya ( yaitu pada saat wahyu diturunkan). Riwayat yang berasal dari para tabi’in yang tidak merujuk pada rasulullah dan para sahabatnya, yang dianggap lemah (dha’if) tidak boleh. Sebab itu seseorang tidak dapat begitu saja menerima pendapat seseorang penulis atau orang seperti itu bahwa suatu ayat diturunkan dalam keadaan tertentu. Karena itu, kita harus mempunyai pengetahuan tentang siapa yang meriwayatkan peristiwa tersebut, dan apakah waktu itu ia memang sunguh-sungguh menyaksiakan, dan kemudian siapa yang menyampaikannya kepada kita. C. Jenis-Jenis Riwayat Asbab al-Nuzul Riwayat-riwayat asbab al-nuzul dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu riwayat-riwayat pasti dan tegas, dan riwayat-riwayat yang tidak pasti (mumkin).



9



Kategori pertama, para periwayat dengan tegas menunjukkan bahwa peristiwa yang diriwayatkannya berkaitan erat dengan asbab al-nuzul, misalnya Ibn Abbbas meriwayatkan tentang Q.s. al-Nisa/4:59: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan rasul-Nya,dan orang-orang yang memiliki kekuasaan (ulil amr) diantara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. Ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Abdullah ibn Hudzaifah ibn Qais ibn Adi ketika rasul menunjuknya sebagai panglima sariyya (detasemen, sebuah satuan tugas tentara). Sedangkan kategori kedua (mumkin) periwayat tidak menceritakan dengan jelas bahwa peristiwa yang diriwayatkannya berkaitan erat dengan asbab al-nuzul, tetapi hanya menjelaskan kemungkinan-kemungkinannya, misalnya riwayat Urwah tentang kasus Zubair yang bertengkar dengan seseorang dari kalangan Anshar, karena masalah aliran air (irigasi di al-Harra). Rasulullah bersabda:” Wahai Zubair, aliri air tanahmu, dan kemudian tanah-tanah disekitarmu.” Sahabat Anshar tersebut kemudian memprotes:” Wahai Rasulullah, apakah karena ini keponakanmu?” Pada saat itu Rasulullah dengan rona wajah yang memerah kemudian berkata :” Wahai Zubair, alirkan air ketanahnya hingga penuh, dan kemudian biarkan selebihnya mengalir ketetanggamu.” Tampak bahwa Rasulullah Saw memungkinkan Zubair memperoleh sepenuh haknya justru sesudah Anshar memnujnjukkan kemarahannya. Sebelumnya Rasulullah telah memberikan perintah yang adil bagi mereka berdua. Zubair berkata: “ Saya tidak bisa memastikan, hanya agaknya ayat itu turun berkenaan dengan peristiwa tersebut.” Ayat yang dimaksud ialah Q.s. al-Nisa /4:65: Artinya:   “Maka demi Tuhan mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terahdap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya “. Mengenai jenis-jenis asbab al-nuzul dapat dikategorikan kedalam beberapa bentuk sebagai berikut: 1.         Sebagai tanggapan atas suatu peristiwa umum Bentuk sebab turunya ayat sebagai tanggapan terhadap suatu peristiwa, misalnya riwayat ibn Abbas bahwa Rasulullah perna ke al-Bathha, dan ketika turun dari gunung beliau berseru: “ Wahaw para sahabat, berkumpullah!” Ketika melihat



10



orang-orang Quraisy  yang juga ikut mengelilinginya, maka beliau pun bersabda:” apakah engkau akan percaya, apabila aku katakan bahwa musuh tengah mengancam ari balik punggung gunung  dan mereka bersiap-siap menyebrang entah dipagi hari ataupun dipetang hari?” Mereka menjawab:” Ya, kami percaya wahai Rasulullah!” Kemudian Nabi melanjutkan,” Danaku akan menjelaskan kepada mu tentang beberapa hukuman.” Maka Abu Lahab berkata:” Apakah hanya untuk masalah seperti ini engkau kumpulkan kami, wahai Muhammad?” Maka Allah kemudian menurunkan Q.s.al-Lahab/111 Artinya:”Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahakan. Kelakdia akan masuk kedalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, membawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali sabut.” 2.         Sebagai tanggapan atau suatu peristiwa khusus Contoh sebab turunnya ayat sebagai tanggapan atas suatu peristiwa khusus ialah turunnya surah al-Baqarah/2:158, sebagaimana telah diuraikan terdahulu. 3.         Sebagai jawaban terhadap pertanyaan kepada Nabi Asbab al-nuzul lainnya ada dalam bentuk pertanyaan kepada Rasulullah, seperti turunnya Q.s. al-Nisa/4:11: Artinya: “Allah mensyariatkan bagimi tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu bagian anak-anak laki-lakisama dengan bagian dua anak perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua penting dari harta yang ditinggalkan. Jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separuh harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak bagi masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan.” Ayat tersebut turun untuk memberikan jawaban secara tuntas terhadap pertanyaan Jabir kepada Nabi, sebagaimana diriwayatkan Jabir: “Rasulullah datang bersama Abu Bakar, berjalan kaki mengunjungiku (karena sakit) di perkampungan Banu Salamah. Rasulullah menemukanku dalam keadaan tidak sabar sehingga beliau meminta agar disediakan air, kemudian berwudhu, dan memercikkan sebagian pada tubuhku. Lalu aku sadar, dan berkata: “Ya Rasulullah! Apakah yamg Allah perintahkan bagiku berkenaan dengan harta benda milikku?” Maka turunlah ayat di atas. 4.         Sebagai jawaban dari pertanyaan Nabi



11



Salah satu bentuk lain ialah Rasulullah Saw mengajukan pertanyaan, seperti turunnya Q.s Maryam/19:64: Artinya: “Dan tidaklah kami (Jibril) turun,kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya lah apa-apa yang dihadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita, dan apa-apa yang ada diantara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.” Ayat tersebut turun untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan Nabi, sebagaimana diriwayatka Ibn Abbasbahwa Rasulullah bertanya kepada Malaikat Jibril, “aApa yamg menghalangi kehadiranmu, sehingga lebih jarang muncul ketimbang masa-masa sebelumnya?” Maka turunlah ayat di atas. 5.         Sebagai tanggapan atas pertanyaan yang bersifat umum Dalam bentuk lain, ayat-ayat al-Qur’an diturunkan dalam rangka memberi petunjuk perihal pertanyaan bersifat umum, yang muncul di kalangan sahabat Nabi,seperti turunnya Q.s. al-Baqarah/2:222: Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid, katakanlah: ”Haid itu adalah suatu kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita diwaktu haid,dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” Ayat itu turun perihal pertanyaan yang bersifat umum dari kalangan sahabat Nabi, sebagaimana diriwayatkan oleh Tsabit oleh Anas bahwa di kalangan Yahudi, apabila wanita mereka sedang haid, mereka tidak makan bersama wanita tersebut, atau juga tidak tinggal serumah. Para sahabat yang mengetahui masalah itu kemudian bertanya kepada RasulullahSaw tentang hal ini., maka turunlah ayat di atas. 6.         Sebagai tanggapan terhadap orang-orang tertentu Kadangkala ayat-ayat al-Qur’an turun untuk menanggapi keadaan tertentu atau ornag-orang tertentu, seperti turunnya Q.s. al-Baqarah/2:196: Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat dan jangan kamu mencukur kepalamu sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada diantara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah berfidyah, yaitu berpuasa atau bersedekah atau berkorban.”



12



Ka’b ibn Ujrah meriwayatkan bahwa ayat di atas turun berkenaan dengan pelaksanaan haji dan umrah.jika ada seseorang yang merasa sakit atau ada gangguan di kepala, maka diberi kemudahan baginya. Ka’b ibn Ujrah sendiri merasakan ada masalah dengan kutu-kutu yang banyak di kepalanya, lalu ia sampaikan kepada Nabi, dan Nabi menjawab: “Cukurlah rambutmu dan gantikanlah dengan berpuasa tiga hari, atau menyembelih hewan kurban atau memberi makan untuk enam orang miskin, untuk masing-masing orang miskin satu sha.” Contoh lain adalah rujukan tentang Nabi Muhammad Saw, di dalam al-Qur’an, seperti turunnya Q.s. al-Qiyamah/75:16-18: Artinya: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan membuatmu pandai membacanya. Apabila Kami  telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu.” Menurut riwayat Ibn Abbas, ayat ini turun ketika Malaikat Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi. Nabi tampak menggerak-gerakkan lidah dan bibirnya, hal ini tampak amat berat baginya, dan gerakan tersebut merupakan petunjuk bahwa wahyu sedang turun. D. Fungsi dari Asbabun Nuzul Fungsi memahami asbab al-nuzul antara lain sebagai berikut: 1.    Mengetahui hikmah dan rahasia diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap kepentingan umum, tanpa membedakan etnik, jenis kelamin, dan agama. Jika dianalisa secara cermat, proses penetapan hukum berlangsung secara manusiawi, seperti penghapusan minuman keras, misalnya ayat-ayat  al-Qur’an turun dalam empat kali tahapan, yaitu Q.s. al-Nahl/ 16:67, Q.s. al-Baqarah/2:219, Q.s. al-Nisa/ 4:43, dan Q.s. al-Maidah/ 5:90-91. 2.    Mengetahui asbab al-nuzul akan membantu memberikan kejelasan terhadap beberapa ayat. Misalnya Urwah ibn Zubair mengalami kesulitan dalam memahami hukum fardhu sa’i antara Shafa dan Marwah, Q.s. al-Baqarah/2:158: Artinya: “Sesungguhnya Shafa dan Marwah dalah sebagian dari syiar-syiar Allah. Barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.”



13



Urwah ibn Zubair kesulitan memahami “tidak ada dosa” di dalam ayat ini. Ia lalu menanyakan kepada Aisyah perihal ayat tersebut lalu Aisyah menjelaskan bahwa peniadaan dosa di situ bukan peniadaan hukum fardhu. Peniadaan di situ dimaksudkan sebagai penolakan terhadap keyakinan yang telah mangakar di hati kaum Muslimin ketika itu, bahwa melakukan sa’i diantara Shafa dan Marwah termasuk perbuatan jahiliyah. Keyakinan ini didasarkan atas pandangan bahwa pada masa pra Islam di bukit Shafa terdapat sebuah patung yang disebut Isa dan di bukit Marwah ada sebuah payung yang disebut Na ilah. Jika melakukan sa’i diantara dua bukit itu maka orang-orang Jahiliyah sebelumnya mengusap kedu patung tersebut. Ketika Islam lahir, patung-patung tersebut dihancurkan, dan sebagian umat Islam enggan melakukan sa’i di tempat itu, maka turunlah ayat ini (Q.s. al-Baqarah/2:158) 3.    Pengetahuan asbab al-nuzul dapat mengkhususkan (takhshis) hukum terbatas pada sebab, terutama ulama yang menganut kaidah “sabab khusus”. Sebagai contoh turunnnya ayat-ayat zhihar pada permulaan surah al-Mujadalah, yaitu dalam kasus Aus ibn al-Shamit yang menzihar istrinya, Khaulah binti Hakam ibn Tsa’labah. Hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat ini khusus bagi keduanya dan tidak berlaku bagi orang lain. 4.    Yang paling penting ialah asbab al-nuzul dapat membantu memahami apakah suatu ayat berlaku umum atau berlaku khusus, selanjutnya dalam hal apa ayat itu diterapakan. Maksud yang sesungguhnya suatu ayat dapat dipahami melalui pengenalan asbab al-nuzul.



14



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Asbabun Nuzul ada karena suatu masalah atau suatu peristiwa yang tidak dipahami sahabat dan sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW. Akhirnya munculah asbabun nuzul yang merupakan jawaban dari masalah dan pedoman hidup manusia. Pada saat zaman para sahabat pengetahuan tentang asbabun nuzul sangat penting untuk bisa memahami penafsiran Al Quran dengan benar. Karena itu, mereka berusaha mempelajari ilmu ini. Asbabun nuzul digunakan sebagai pengetahuan agar tidak salah dalam mengambil kesimpulan dari suatu masalah atau perkara yang tidak kita pahami.



B. Saran Dengan disusunnya makalah Ulumul Quran tentang asbabun nuzul ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian Ulumul Quran khususnya asbabun nuzul dengan membaca buku atau jurnal jurnal nya karena disini penulis hanya mengambil garis besar dari bahasan asbabun nuzul. Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik maupun saran yang membangun untuk penulisan makalah selanjutnya sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca khusunya untuk penulis.



15



DAFTAR PUSTAKA http://makalahmahasiswariau.blogspot.co.id/2015/06/asbab-al-nuzul.html? m=1 (diakses pada 29 Oktober 2017) http://blogushuluddin.blogspot.co.id/2016/04/pengertian-macam-macamredaksi-dan.html (diakses pada 29 Oktober 2017) https://muhfathurrohman.wordpress.com/studi-al-quran/ (diakses pada 29 Oktober 2017) Anwar, Rosihon, 2006, Ulumul Quran ,Bandung : Pustaka Setia Djalal,Abdul.2000. Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu



16