Makalah Bab Iii [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



REPOCUSING DALAM ASUHAN ANTENATAL PERENCRAFT EDUCATION br



BIRTH PLAN



SUPPORT SYSTEM DALAM KEHAMILAN DAN



DI SUSUN OLEH: ISVA NASARI ISHAK (NIM: 191302061) NYOMAN JUPRIANI



PROGRAM PENDIDIKAN DIV KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2020



2



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Bimbingan Dan Konseling Dalam Keluarga” Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik. Dengan terselesainya penyusunan Makalah ini, penulis menitipkan sebuah harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat, dengan kerendahan hati Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.



Makassar,



Maret 2020



Penulis



ii



3



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL .................................................................................................i KATA PENGANTAR...............................................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................................1 B. Rumusan Masalah.......................................................................................2 C. Tujuan Penulisan........................................................................................2 D. Manfaat Penulisan......................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Repocusing Dalam Asuhan Antenatal.......................................................3 B. Parentcraft Education Keluarga..............................................................16 C Brith Plan ...............................................................................................19 D. Support System Dalam Kehamilan…………………….........................23 E . Implemntasi Hak Ibu Dan Janin Pada Masa Kehamilan.........................29 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan..............................................................................................34 E . Saran........................................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA



iii



4



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan focus utama pemecahan masalah kesehatan di Indonesia. Menurut survey Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 1997 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 334 per 100 000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi adalah 52 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatal adalah 25 per 1000 kelahiran hidup (Standar Pelayanan Kebidanan, DepKes RI,  2001 dan Saifuddin, 2002). Selanjutnya angka kematian tersebut mengalami penurunan yang lambat menjadi sebanyak  307 / 100.000 KH untuk AKI dan AKB sebanyak 35 / 1000 KH ( SDKI 2002 / 2003 ). Penyebab secara langsung tingginya AKI adalah perdarahan post partum, infeksi, dan preeklamsi/eklamsia. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah 27 % akan mengalami komplikasi atau masalah yang bisa berakibat fatal (Survey Demografi dan kesehatan, 1997). Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15 % dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Sebagian besar penyebab tersebut dapat dicegah melalui pemberian asuhan kehamilan yang berkualitas.



5



B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan Repocusing dalam Asuhan Antenatal 2. Apa yang dimaksud dengan Parencraft education? 3. Apa yang dimaksud dengan Birtth Plan ? 4. Suppor system apa saja yang diperoleh saat masa kehamilan?? 5. Bagaimanakah Implementasi hak ibu dan janin pada masa kehamilan ? C. TUJUAN PENULISAN 1. Mampu mendeskripsikan Repocusing dalam Asuhan Antenatal 2. Mampu mengetahui Apa yang dimaksud dengan Parencraft education 3. Mampu memahami Apa yang dimaksud dengan Birth Plan. 4. Mampu mengetahui Support system apa saja yang diperoleh saat masa kehamilan 5. Mampu mengetahui Bagaimanakah Implementasi hak ibu dan janin pada masa kehamilan ? D. MANFAAT PENULISAN 1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Repocusing dalam Asuhan Antenatal 2. Agar Mahasiswa dapat mengetahui apa yang itu dengan Parencraft education 3. Agar mahasiswa dapat mengetahui Apa yang dimaksud dengan Birth Plan. 4. Agar mahasiswa Mampu memahami Support system apa saja yang diperoleh saat masa kehamilan 5. Agar mahasiswa mengetahui Bagaimanakah Implementasi hak ibu dan janin pada masa kehamilan



6



BAB II PEMBAHASAN A. REPOCUSING DALAM ASUHAN ANTENATAL (KEHAMILAN) Refocusing berasal dari kata refocused yang artinya perbarui. Refocusing Asuhan adalah asuhan kehamilan yang diberikan pada ibu hamil dengan hal-hal yang terfokus pada kebutuhan ibu. Dalama hal ini bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tandatanda awal perdarahan/infeksi,  maupun deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut  tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal & perinatal. 1. Fokus lama ANC a. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus. b. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan kategori resiko ibu. c. Pengajaran / Pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk mencegah resiko/komplikasi.



7



d. Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO (Maternal Neonatal Health) menunjukkan bahwa : 1) Pendekatan resiko mempunyai bila prediksi yang buruk karena kita tidak bisa membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil studi di Kasango (Zaire) membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami partus macet tidak terprediksi sebelumnya, dan 90% ibu yang diidentifikasi sebagai beresiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi. 2) Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya yang cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong dalam kategori resiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi (Enkin, 2000 : 22). 3) Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok resiko rendah mengalami komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa yang dapat dilakukannya. Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko :adalah bahwa setiap bumil beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehingga setiap bumil  harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Karenanya, fokus ANC perlu diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif  dan dapat dijangkau oleh setiap wanita hamil.



8



2. Isi Refocusing ANC Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk : a. Membantu setiap ibu hamil & keluarganya membuat perencanaan persalinan : petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil menjamin asuhan normal yang aman sehingga mencegah komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera mengenali masalah dan merespon dengan tepat. b. Membantu setiap ibu hamil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi  (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan, dana kegawat daruratan, komunikasi, transportasi, donor darah,) pada setiap kunjungan. Jika setiap bumil sudah mempersiapkan



diri



sebelum



terjadi



komplikasi



maka



waktu



penyelamatan jiwa tidak akan banyak terbuang untuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah, dsb. c. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah. d. Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).



9



e. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan. f. Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena tetanus. g. Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat. Untuk populasi tertentu: a. Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens anemia berat, b. Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk  menurunkan resiko terkena malaria di daerah endemik c. Suplementasi yodium d. Suplementasi vitamin A 3. Standar Asuhan Kehamilan Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal seperti sebagai berikut: a. Standar 3



: Identifikasi ibu hamil



Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.



10



b. Standar 4 Bidan



: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal memberikan



sedikitnya



4



x



pelayanan



antenatal.



Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehtan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya. c.   Standar 5



: Palpasi Abdominal



Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan plapasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. d. Standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan / atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda tanda serta gejala preeklamsia lainnya, seta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.



11



f. Standar 8 : Persiapan Persalinan Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini. 4. Deteksi Anemia dalam Kehamilan dengan pemeriksaan Hb pada waktu yang tepat Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney H, 2006). Anemia pada wanita hamil jika kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 10,00 gr%. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobin < 6,00 gr% disebut anemia gravis. Jumlah hemoglobin wanita hamil adalah 12,00-15,00 gr% dan hematokrit adalah 35,00-45,00% (Mellyna, 2005). Anemia dalam kandungan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr%. Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II. Karena ada perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II (Sarwono P, 2002).



12



Untuk mendeteksi anemia dapat dilakukan dengan pemeriksaan Hemoglobin. Pemeriksaan hemoglobin (Hb) secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya dilakukan untuk mendeteksi anemia. Namun ada kecenderungan bahwa kegiatan ini tidak dilaksanakan secara optimal selama masa kehamilan. Pemeriksaan Hb pada ibu hamil dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu metode sahli dan metode talquist. 5. Pengukuran BB dan TB dalam kunjungan antenatal Pengukuran BB dan TB merupakan salah satu Pelayanan standar. Pertambahan berat badan yang normal pada ibu hamil yaitu berdasarkan masa tubuh (BMI: Boddy Masa Indeks) dimana metode ini untuk menentukan pertambahan berat badan yang optimal selama masa kehamilan, karena merupakan hal yang penting mengetahui BMI wanita hamil. Dalam triwulan pertama penambahan berat ± 1 kg, pada triwulan ke-2 penambahan ± 5 kg, triwulan ketiga penamahan berat ± 5,5 kg. Penambahan berat ini disebabkan oleh berat janin (3kg), placenta (0,5 kg), ait ketuban (1 kg), berat rahim (dari 30 gr, menjadi 1 kg), penimbunan lemak seperti di buah dada, pantat dan lain-lain (1,5 kg), penimbunan zat putih telur (2 kg), retensi air (1,5 kg). Kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg. Tinggi badan diperiksa sekali pada saat ibu hamil datang pertama kali kunjungan dilakukan untuk mendeteksi tinggi badan ibu yang berguna untuk mengkategorikan adanya resiko apabila hasil pengukuran < 145 cm.



13



6. Pengukuran Tinggi Fundus uteri dengan pita ukur Sejak uterus dapat diraba secara abdominal, yaitu pada usia kehamilan 12 minggu lokasi fundus uteri terhadap simpisi pubis dapat di identifikasi sebagai fundus uteri. Pengukuran tinggi fundus uteri dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu menggunakan meteran dan palpasi menurut Leopold. Pengukuran mengunakan meteran ini menurut Mc.Donal. Cara ini akurat bila dilakukan dilakukan setelah usia kehamilan 20 minggu. Caranya, garis nol pada meteran diletakkan pada tepi atas simfisis pubis, kemudian direntangkan ke atas melalui perut hingga mencapai fundus uteri. Tinggi fundus uteri dinyatakan dengan centimeter (cm) Pada waktu fundus uteri setinggi pusat hasil pengukurannya sekitar 20 cm. Setiap minggu diharapkan terdapat kenaikan 1 cm, dengan demikian apabila didapatkan hasil pengukuran setinggi 33 cm, maka usia kehamilannya sekitar 33 minggu, sedangkan bila usia kehamilannya di bawah 20 minggu, pengukuran tinggi fundus uteri dan penentuan usia kehamilan dapat di lakuan dengan cara palpasi menurut leopold. Cara pengukuran tinggi fundus uteri dengan centimeter ini juga dapat membantu menentukan perkiraan berat janin dengan rumus dari Johnson Tausak (TFU dalam cm-12)x 155 = taksiran berat janin. 7. Posisi Aman Pada Masa Kehamilan Seiring bertambahnya usia kehamilan, ibu dapat mengalami nyeri punggung dan penambahan berat badan. Tak terelakkan, hal-hal tersebut



14



dapat memengaruhi gairah seksual dan kenyamanan saat berhubungan intim. Oleh sebab itu, ibu hamil perlu tahu posisi hubungan intim saat hamil yang nyaman dan tepat. a. Trimester Pertama Trimester pertama dimulai dari usia kehamilan 0-13 minggu. Apalagi jika ibu mengalami mual, muntah, mudah lelah, dan nyeri pada payudara. Posisi hubungan intim saat hamil yang aman pada trimester ini adalah misionaris, woman on top, doggy style, saling berhadapan, melakukan di kursi, hingga posisi spooning. Selama dalam batas wajar, berhubungan intim aman untuk dilakukan. Sebab pada trimester ini, janin terlindung aman dalam cairan ketuban dan lapisan otot rahim. Namun, berhubungan intim pada trimester ini sebaiknya ditunda jika ibu mengalami:  Ada riwayat persalinan prematur pada kehamilan sebelumnya.  Kelainan letak plasenta, misalnya plasenta menutupi mulut rahim.  Perdarahan pada Miss V.  Ketuban bocor.  Rahim terbuka prematur. b. Trimster Kedua Trimester kedua dimulai pada rentang usia kehamilan 13-27 minggu. Gairah seksual kembali normal, serta Miss V dan klitoris menjadi lebih sensitif. Selain itu, ibu hamil pada trimester ini juga akan mengalami mulas hingga kram pada kaki.



15



Pada trimester ini, posisi hubungan intim saat hamil yang cukup nyaman adalah doggy style, spooning, dan woman on top. untuk menghindari nyeri dan kontraksi berlebihan. Sebab, posisi ini dapat meningkatkan tekanan pada rahim dan memengaruhi aliran darah ke plasenta sehingga menyebabkan bayi kekurangan oksigen. c. Trimester Ketiga Pada trimester ketiga, berat badan ibu semakin bertambah dan rentan mengalami nyeri punggung. Oleh sebab itu, ibu bisa memilih posisi berhubungan intim dengan penetrasi yang tidak terlalu dalam. Posisi yang masih aman dilakukan adalah saling berhadapan dan spooning. Untuk mengurangi nyeri pinggang dan tekanan pada rahim selama berhubungan intim, ibu dapat menaruh bantal di bagian belakang tubuh. Dalam



berhubungan



mengomunikasikannya



dengan



intim,



hal



pasangan.



terpenting Ini



adalah



dilakukan



demi



kenyamanan suami dan istri, serta keamanan janin yang ada di dalam kandungan. 8. Kunjungan Antenatal Dan Tujuannya Pada Tiap Trimester Antenatal care adalah pemeriksaan/pengawasan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar a. Tujuan ANC



16



 Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.  Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental dan sosial ibu.  Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang



mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.  Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengans elamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.  Mempersiapkan Ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.  Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal. b. Kunjungan ANC Sebaiknya Dilakukan Paling Sedikit 4 Kali Selama Kehamilan Yaitu:  Satu kali pada trimester pertama  Satu kali pada trimester kedua  Dua kali pada trimester ketiga Tujuan kunjungan ulang difokuskan pada pendeteksian komplikasi,



mempersiapkan



kelahiran



dan



kegawatdaruratan.



Keadaan kesejahteraan janin dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan kondisi kesehatan oragn tuanya. Tujuan pengkajian kesejahteraan janin adalah untuk mengenal sedini



17



mungkin kapan waktu yang tepat untuk terminasi sehingga bayi dapat bertahan hidup lebih baik dibandingkan bila tetap berada dalam kandungan. Kunjungan



Waktu



Tujuan



Trimester I



Sebelum 14 minggu –      Mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa. –      Mencegah masalah, misal : tetanus neonatal, anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya) –      Membangun hubungan saling percaya –      Memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi komplikasi. –      Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga, istirahat, seks, dsb).



Trimester II



14 – 28 minggu –      Sama dengan trimester I ditambah: kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)



Trimester III



28 – 36 minggu –      Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda. Setelah 36 minggu –      Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di RS.



18



c. Trend Dan Issue Terkini Dalam ANC  Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care) Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap  perawatan diri sendiri selama hamil  semakin meningkat. Klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi anjuran petugas kesehatan secara pasif. Kecenderungan saat ini klien lebih aktif dalam mencari informasi,  berperan secara aktif dalam perawatan diri dan merubah perilaku untuk mendapatkan outcome kehamilan yang lebih baik. Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar dimana klinik ANC baik itu milik perorangan, yayasan swasta maupun pemerintah sudah mulai memberikan pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi para calon ibu. Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangat menguntungkan baik bagi klien maupun sistem pelayanan kesehatan karena potensinya yang dapat menekan biaya perawatan.  ANC pada usia kehamilan lebih dini Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan  profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak.  Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice). Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi



19



dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.  Sesuai dengan evidence-based practice. B. PARENTCRAFT



EDUCATION



(PERSIAPAN



MENJADI



ORANG TUA) 1. Pengertian Parentcraft Education Parentcraft education adalah pendidikan  dan penyuluhan yg diberikan kepada orang tua untuk persiapan menghadapi kelahiran dan juga persiapan untuk menjadi orang tua. 2. Tujuan Parentcraft Education  Membantu keluarga agar mampu menyesuaikan dengan kebutuhan  Peran menjadi orang tua dapat dicapai terutama melalui pendidikan  Klien menerima informasi yang ditujukan untuk membantu mereka mengembangkan pemahaman dasar: reproduksi, perkembangan janin, bagaimana cara merawat diri mereka sendiri selama dan setelah kehamilan, pengaruh positif dan negatif pada kehamilan dan hasilnya.  Memberikan para calon orang tua pengetahuan dan ketrampilan yang perlu  untuk mengatasi stres selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran  Menyiapkan calon orang tua menjadi konsumen perawatan kesehatan yang  terinformasi.  Membantu ibu dalam mengatasi nyeri dengan menggunakan teknik penatalaksanaan nyeri dan intervensi farmakologik yang minimal  Membantu para orang tua dalam mencapai pengalaman persalinan dan kelahiran yang positif, aman, dan memuaskan. 3. Tugas Perkembangan Ibu Selama Hamil a. Identifikasi peran ibu



20



Peran ibu dimulai pada kehidupan seorang perempuan menjadi seorang ibu dari anaknya.Persepsi lingkungan sosialnya tentang aturan peran wanita dapat mempengaruhi pilihannya antara menjadi ibu atau perempuan karier,menikah atau tetap membujang atau menjadi bebas daripada tergantung orang. Perempuan yang menyukai bayi atau anakanak mempunyai motivasi untuk menerima kehamilan dan menjadi ibu. b. Hubungan interpersonal ibu. Kedekatan hubungan membuat ibu hamil lebih siap untuk berperan sebagai  ibu. Diperlukan komunikasi yang efektif antara ibu dengan suami dan keluarganya. Hubungan ibu dengan anak dimulai selama hamil ,ketika ibu menghayal dan memimpikan dirinya sebagai ibu. Ibu ingin mendekat, menghangatkan,berce rita kepada bayinya dan mencoba membayangkan adanya tangisan bayi,memperkirakan adanya gangguan terhadap kurangnya kebebasan dan kegiatan  mengasuh anak. 4. Hubungan Ibu & Anak Berkembang Dalam 3 Fase Selama  Hamil. a. FASE 1 Ia menerima kenyataan biologis tentang kehamilan dengan pernyataan  ”Saya Hamil” dan menyatakan ide tentang anak di dalam tubuhnya dan gam baran dirinya sbb:  Pikiran terpusat pada dirinya  Menyadari kenyataan dirinya hamil  Fetus adalah bagian dirinya  Fetus seolah – olah tidak nyata b. FASE 2



21



Pada saat ini dimana ibu merasakan hal-hal sebagai berikut :  Menerima tumbuhnya fetus yang merupakan makhluk yang berbeda deng an dirinya.  Timbulnya pernyataan ”Saya Akan Mempunyai Bayi”  Terlibat dalam hubungan ibu dan anak ,asuhan dan tanggung jawab .  Mengembangkan pelekatan (attachment).  Menerima kenyataan ,mendengar DJJ dan merasakan gerakan anak . c. FASE 3 Ini adalah proses attachment dan ibu merasakan  sbb:  Merasa realistik  Mempersiapkan kelahiran  Mempersiapkan menjadi orang tua  Spekulasi mengenai jenis kelamin anak  Keluarga berinteraksi dengan menempelkan telinganya ke perut ibu dan berbicara dengan bayinya.        5. Efektifitas Pendidikan Kelahiran Anak   a. Penelitian membuktikan bahwa kelas persiapan kelahiran anak dapat meningkatkan kepuasan ,mengurangi jumlah nyeri yang dilaporkan ,dan meningkatkan perasaan –perasaan kontrol bagi wanita hamil dan pasangannya. b. Baik seorang wanita menginginkan atau dapat melakukannya, mengikuti kelas persiapan kelahiran anak bergantung pada faktorfaktor budaya dan sosial ekonomi dan pilihan individu.



22



c. Mempelajari penurunan stres dan teknik –teknik relaksasi meminimkan wanita untuk mengatasi beratnya persalinan  secara  lebih efektif. d. Bagi wanita dan pasangannya menikmati kesempatan untuk berbagi perasaaan takut dan harapan mereka tentang kehamilan dengan  orang lain.        e. Kesehatan neonatus ditingkatkan dengan pengobatan yang minimal . f. Ikatan orang tua dan BBL terjalin waktu kelahiran. C. BIRTH PLAN (PERENCANAAN PERSALINAN) 1. What Birth Plan (Rencana persalinan) adalah rencana tindakan yang dibuat ibu,anggota keluarganya dan bidan. Dengan adanya rencana persalinan akan mengurangi kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu. Birth Plan adalah "rancangan" berupa catatan tentang pilihan metode, tempat dan persiapan bersalin selama hamil. Menurut berbagai penelitian, ibu dapat "menciptakan" pengalaman positif terhadap persalinan dengan membuat birth plan (perencanaan kelahiran). Birth vision adalah "gambaran" secara ide atau visi yang dituangkan di dalam birth plan. 2. Where Perencaan persalinan biasanya dilakukan ketika pemeriksaan kehamilan di klinik maupun di rumah. Perencanaan persalinan biasanya



23



diputuskan bersama pasangan dan keluarga. Perencanaan ini biasanya diputuskan ketika TM III karena sudah diketahui apakah kelahiran bisa normal atau tidak, karena apabila ada penyulit maka biasanya proses kelahiran akan dilakukan di rumah sakit ataupun rumah bersalinan dengan fasilitas yang lengkap untuk menghindari terjadinya masalah. 3. When Birth plan bias dilakukan dari TM I kehamilan, tapi biasanya keputusan akhir terjadi saat TM III. 4. Why Birth plan dilakukan untuk memastikan bahwa ibu dan keluarga mendapatkan pelayanan yang terbaik dan telah merencanakan semuanya dari awal agar tidak terjadi masalah yang dapat membahayakan nyawa ibu dan anak ketika proses persalinan. 5. How Terdapat 5 komponen penting dalam hal rencana persalinan yakni : a. Langkah 1: Membuat rencana persalinan Idealnya setiap keluarga seharusnya mempunyai kesempatan untuk membuat suatu rencana persalinan. Hal-hal dibawah ini harus digali dan diputuskan dalam membuat rencana persalinan tersebut:  Tempat persalinan  Memilih tenaga kesehatan yang terlatih  Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut  Bagaimana transpotasi ke tempat persalinan



24



 Siapa yang akan menemani pada saat persalinan  Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara mengumpulkan biaya tersebut.  Siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu tidak ada. b. Langkah 2: Membuat rencana untuk mengambil keputusan jika terjadi kegawatdaruratan pada saat mengambil keputusan utama tidak ada. Penting bagi bidan dan keluarga untuk mendiskusikan:  Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga  Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan? c. Langkah 3: Mempersiapkan system transportasi jika kegawatdaruratan Rencana ini perlu dipersiapkan lebih dini dalam kehamilan dan harus terdiri dari elemen-elemen dibawah ini:  Dimana ibu akan bersalin (desa,fasilitas kesehatan,rumah sakit)  Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika terjadi kegawat daruratan  Ke fasilitas kesehatan yang mana ibu tersebut harus dirujuk  Bagaimana cara mendapatkan dana jika terjadi kegawat daruratan  Bagaimana cara mencari donor darah yang potensial d. Langkah 4: Membuat rencana/pola menabung Keluarga seharusnya dianjurkan untuk menabung sejumlah uang sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan dan jika terjadi kegawat daruratan.Banyak sekali kasus ,dimana ibu tidak mencari asuhan atau



25



mendapatkan asuhan karena mereka tidak mempunyai dana yang diperlukan. Persalinan normal umumnya membutuhkan biaya yang relatif ringan. Namun, bila persalinan diperkirakan harus dilakukan dengan tindakan operatif, maka persiapan dana yang lumayan besar harus segera dilakukan. Untuk mengetahui apakah nanti akan dilakukan sesar, pasangan harus selalu berkonsultasi ke dokter. Lewat konsultasi ini diharapkan, segala kemungkinan yang bakal terjadi bisa lebih dicermati. Bila diperkirakan lahir dengan sesar, pasangan tentunya sudah bisa berancang-ancang mempersiapkan dananya sejak jauh hari. Bila dana sudah terkumpul, otomatis beban mental suami juga bisa lebih teratasi. e. Langkah



5: Mempersiapkan



peralatan



yang diperlukan



untuk



persalinan. Seorang ibu dapat mempersiapkan segala sesuatunya untuk persalinan. Setelah minggu-minggu terakhir kehamilan anda waktu persiapan akan terasa begitu sedikit. Dan kapan waktu persalinan akan terjadi kadang tak dapat dipastikan. Adalah lebih baik jika anda sudah mempersiapkan apa saja yang harus dibawa ke rumah sakit pada saat hari yang ditunggu tersebut tiba. 6. MENYUSUN RENCANA PERSALINAN a. Rencana



kelahiran



dapat



membantu



menyiapkan



wanita



dan



Pasangannya,dalam mencapai tujuan yang realitas ,yang berhubungan dengan perhatian terhadap keamanan ibu dan bayi.



26



b. Pendidikan kelahiran anak membantu pasangan dalam membuat pilihan – pilihan penting ,yang akan masuk ke dalam rencana  kelahiran yang tertulis. Pilihan- pilihan yang penting tsb meliputi :  Memilih penolong persalinan .  Menentukan tempat mereka menginginkan kelahiran itu dilakukan ( RS, rumah, dll)  Memutuskan untuk menggunakan obat atau tidak, untuk mengatasi nyeri persalinan.  Memutuskan intervensi medis apa yang dapat diterima atau tidak dapat diterima selama persalinan dan kelahiran (SC, vakum, forcep )  Memutuskan tipe kegiatan untuk dilakukan selama persalinan (berjalan, nonton video, dll )  Memutuskan arah kejadian pasca partum c. Pasangan baru harus memahami bahwa rencana kelahiran mungkin perlu dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan yang specifik dan tuntutan keadaan pengalaman kelahiran individual mereka. D. SUPPORT SYSTEM DALAM KEHAMILAN Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan bagi seorang wanita yang sedang hamil, terutama dari orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali hamil. Seorang wanita akan merasa tenang dan nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari orang orang terdekat. oleh sebab itu dukungan yang diperlukan oleh ibu hamil yakni Dukungan/ support 



27



yang



diperlukan oleh ibu hamil dapat berasal dari keluarga dan tenaga



kesehatan. 1. Dukungan/ support keluarga Mercer dalam Bryar mendefinisikan keluarga sebagai sistem dinamis yang terdiri atas beberapa subsistem– individu (ibu, ayah, janin/bayi) dan pasangan (ibu-ayah, ibu- janin/ bayi, dan ayah-janin/ bayi) dalam keseluruhan sistem keluarga. Hubungan antara wanita dan ibunya terbukti signifikasi dalam adaptasi terhadap kehamilan menjadi ibu. Reaksi ibu terhadap kehamilan anaknya



menandakan



penerimaannya



terhadap



cucu



dan



anak



perempuannya dan ini akan sangat membantu ibu dalam menghadapi kehamilannya dengan lebih tenang. Bila ibu mendukung, anak bisa berdiskusi dengan ibunya tentang kehamilan, melahirkan, dan perasaannya apakah merasa senang atau ada penolakan. Rubin dalam menyatakan bahwa bila ibu dari perempuan yang mengandung  terlihat tidak senang dengan kehamilan tersebut, anak perempuan itu mulai merasa ragu terhadap dirinya dan dapat memberikan anaknya kepada orang lain. Sebaliknya bila ibunya menghargai otonominya, anak perempuan tersebut merasa percaya diri. Walaupun hubungan dengan ibunya adalah penting, tetapi yang terpenting adalah suami, atau ayah dari janinnya.  Seorang perempuan yang berhubungan harmonis dengan suaminya akan mempunyai pengaruh emosional dan



28



gejala fisik yang lebih sedikit, termasuk komplikasi waktu melahirkan dan penyesuaian postpartum. Penelitian yang dilakukan Retnowati (2007) menyebutkan bahwa sebanyak 61,9 % ibu hamil mendapat dukungan dari suami mempunyai motivasi yang tinggi terhadap pemeriksaan ANC. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Djusmalinar, Erli Zainal, dan Elvina Desmayanti  pada tahun 2011 yang emperoleh kesimpulan hasil penelitian bahwa ada hubungan bermakna antara dukungan suami terhadap meningkatnya kunjungan ANC pada ibu hamil. Hasil penelitianpenelitian tersebut menunjukkan bahwasanya dukungan suami dalam masa kehamilan istrinya sangatlah penting. Ada 4 jenis dukungan yang dapat diberikan suami sebagai calon ayah bagi anaknya antara lain: a. Dukungan emosi Yaitu suami sepenuhnya memberi dukungan kepada istrinya secara psikologis dengan menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan emosi ibu hamil b. Dukungan Instrumental Yaitu dukungan suami yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil dengan bantuan keluarga lainnya. c. Dukungan informasi



yaitu dimana Dukungan suami dalam



memberikan informasi yang diperolehnya mengenai kehamilan. d. Dukungan penilaian Yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan kehamilan istrinya.



29



Pada trimester pertama kehamilan, Suami dapat memberikan dukungan dengan mengerti dan memahami setiap perubahan yang terjadi pada istrinya, memberikan perhatian dengan penuh kasih sayang dan berusaha untuk meringankan beban kerja istri. Pada Trimester kedua, dukungan yang dapat diberikan oleh keluarga atau suami pada trimester ini adalah bersama sama dengan ibu untuk merencanakan persalinan, ikut mewaspadai adanya komplikasi  dan tanda tanda bahaya, dan bersama sama mempersiapkan suatu rencana apabila terjadi komplikasi . Pada trimester ke tiga, keluarga dan suami dapat memberikan dukungan dengan memberikan keterangan tentang persalinan yang akan ibu lalui dan itu hanya masalah waktu saja . Tetap memberikan perhatian dan semangat pada ibu selama menunggu persalinannya. Bersama sama mematangkan persiapan persalinan dengan tetap mewaspadai komplikasi yang mungkin terjadi. 2. Support Dari Tenaga Kesehatan Bidan berperan memberikan support dan dukungan moral bagi klien dalam menghadapi perubahan fisik dan adaptasi psikologis, meyakinkan bahwa klien dapat menghadapi kehamilannya dan perubahan yang dirasakannya adalah sesuatu yang normal. Bidan harus bekerja sama dan membangun hubungan yang baik dengan klien agar terjalin hubungan yang terbuka antara bidan dan klien. Keterbukaan ini akan mempermudah bidan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi klien.



30



Peran bidan dalam persiapan psikologis ibu hamil yaitu mempelajari keadaan lingkungan ibu hamil. Ibu hamil yang selalu memikirkan mengenai keluarga, keuangan, perumahan dan pekerjaan dapat juga menimbulkan depresi  dan perlu penanggulangan. Untuk itu bidan harus melakukan pengkajian termasuk keadaan lingkungan (latar belakang) sehingga



mempermudah



dalam



melakukan



asuhan



kebidanan



Bidan juga berfungsi sebagai fasilitator bagi kliennya. Bidan dapat membagi pengalaman yang pernah dirasakan bidan itu sendiri atau menceritakan



pengalaman



orang



lain



sehingga



klien



mampu



membayangkan bagaimana cara mereka sendiri untuk menyelesaikan dan menghadapi permasalahannya. Bidan memperkuat pengaruh yang positif misalnya dengan memberikan dukungan mental dan penjelasan tentang kebahagiaan akan mempunyai anak yang diinginkan dan dinantikan. Bidan juga berperan sebagai pendidik, bidan yang memutuskan apa yang harus diberitahukan kepada klien dalam menghadapi kehamilannya dan agar selalu waspada terhadap setiap perubahan yang terjadi, perilakunya dan bagaimana menghadapi permasalahan yang timbul akibat kehamilannya. Dalam



memberikan



informasi



dan



pendidikan



kesehatan,



bidan



mengurangi pengaruh yang negatif misalnya kecemasan dan ketakutan yang sering ditimbulkan oleh cerita cerita yang menakutkan mengenai kehamilan dan persalinan, pengalaman persalinan yang lampau atau karena kurangnya pengetahuan mengenai proses kehamilan dan persalinan.



31



Bidan mengajarkan dan menganjurkan latihan fisik seperi senam hamil untuk memperkuat otot otot dasar panggul. Dukungan



yang dapat



di



berikan oleh tenaga kesehatan berupa: a. Pada trimester pertama, tenaga kesehatan dapat memberi dukungan dengan menjelaskan dan meyakinkan pada ibu bahwa apa yang terjadi padanya adalah sesuatu yang sangat normal, sebagian besar wanita merasakan hal yang serupa pada trimester pertama. Membantu ibu untuk memahami setiap perubahan yang terjadi padanya baik fisik maupun psikologis . Yakinkan bahwa kebanyakan ibu akan merasa lebih baik dan berbahagia pada trimester kedua. b. Pada trimester ke dua, ibu sudah mulai merasa lebih sehat dan menginginkan kehamilannya sehingga petugas kesehatan dapat memberikan dukungan dengan mengajarkan kepada ibu tentang nutrisi, pertumbuhan bayi, tanda tanda bahaya, rencana kelahiran dan kegawatdaruratan, karena saat ini merupakan waktu dan kesempatan yang paling tepat. c. Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada, sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Kewaspadaan ibu terhadap timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan meningkat .Pada trimester ini, petugas kesehatan dapat memberikan dukungan dengan memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan ibu adalah normal, Membicarakan lagi dengan ibu bagaimana tanda tanda persalinan yang sebenarnya dan menenangkan ibu.



32



E. IMPLEMENTASI HAK IBU DAN JANIN PADA MASA KEHAMILAN Beberapa hak Ibu pada masa kehamilan secara umum adalah :  Hak untuk memperoleh informasi  Hak untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas  Hak untuk mendapatkan perlindungan dalam pelayanan  Hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan  Hak untuk mendapatkan pendampingan suami atau keluarga dalam pelayanan  Hak untuk mendapatkan pelayanan sesuai pilihan. 1. Air Susu Ibu dan Hak Bayi Hak anak adalah bagian dari hak azasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Hak anak tersebut mencakup :  Non diskriminasi  Kepentingan terbaik bagi anak  Hak kelangsungan hidup  Perkembangan dan penghargaan terhadap pendapat anak (Undang Undang Perlindungan Anak ini tertuang adalam Bab I pasal 1 No. 12 dan Bab II pasal 2). Mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu hak asasi bayi yang harus dipenuhi. Beberapa alasan yang menerangkan pernyataan tersebut, yaitu :  Setiap bayi mempunyai hak dasar atas makanan dan kesehatan terbaik untuk memenuhi tumbuh kembang optimal.



33



 Setiap bayi mempunyai hak dasar atas perawatan atau interaksi psikologis terbaik untuk kebutuhan tumbuh kembang optimal.  ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap percepatan tumbuh kembang, terutama pada 2 tahun pertama.  ASI memberikan seperangkat zat perlindungan terhadap berbagai penyakit akut dan kronis.  Memberikan interaksi psikologis yang kuat dan adekuat antara bayi dan ibu yang merupakan kebutuhan dasar tumbuh kembang bayi..  Ibu yang menyusui juga memperoleh manfaat menjadi lebih sehat, antara lain menjarangkan kehamilan, menurunkan risiko perdarahan pasca persalinan, anemi, kanker payudara dan indung telur. Sehubungan dengan hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :  Hak azasi bayi terhadap makanan, kesehatan dan interaksi psikologis terbaik dapat diperoleh dengan memberikan ASI atau dengan lain kata, ‘Hak setiap bayi untuk mendapat ASI sekaligus hak setiap ibu untuk menyusui bayinya’.  Bayi harus memperoleh nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sejak lahir. Oleh karena itu, setiap bayi mempunyai hak mendapat  ASI secara eksklusif selama 6 (enam) bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan bersamaan dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) sampai usia dua tahun atau lebih.



34



 Ibu tidak boleh dilarang bila ingin menyusui bayinya.  Pemerintah dan semua lapisan masyarakat mempunyai tugas untuk memastikan bahwa tidak ada hambatan bagi ibu untuk menyusui bayinya.  Ibu tidak boleh didiskriminasi karena menyusui.  Ibu harus mendapat informasi yang cukup dan dukungan agar mampu menyusui.  Ibu berhak untuk mendapat pelayanan antenatal (pra persalinan) yang baik dan pelayanan kesehatan sayang ibu / bayi.  Ibu seharusnya tidak terpapar oleh pemasaran susu formula baik melalui iklan maupun bentuk promosi lainnya. Untuk mendukung hal tersebut telah dikeluarkan berbagai pengakuan atau kesepakatan baik yang bersifat global maupun nasional yang bertujuan melindungi, mempromosi, dan mendukung pemberian ASI. Dengan demikian, diharapkan setiap ibu di seluruh dunia dapat melaksanakan pemberian ASI dan setiap bayi diseluruh dunia memperoleh haknya untuk mendapat ASI. Legislasi atau kesepakatan dunia tersebut diwujudkan dalam bentuk konvensi, kode (code), resolusi WHA (World Health Assembly) dan lainnya agar setiap negara mempunyai komitmen untuk melaksanakannya. Sedangkan, pada tingkat nasional kesepakatan ini sebaiknya diimplementasikan dalam bentuk UndangUndang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah atau Peraturan Menteri /Keputusan Menteri yang disertai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Hal ini sangat penting terutama dalam era desentralisasi 2. Perlindungan ibu



35



Perlindungan ibu merupakan kondisi awal dari kesetaraan jender atau kesetaraan pria dan wanita. Ibu bekerja perlu upah selama cuti agar dapat menyusui secara eksklusif (ILO, 1997). WHA dan UNICEF (2001) menganjurkan menyusui eksklusif selama 6 bulan, selanjutnya setelah kembali bekerja, ibu mendapat kesempatan menyusui dengan fasilitas untuk menyusui atau memeras ASI di tempat kerjanya. Pada kenyataannya, para ibu masih menemui kendala di lingkungan pekerjaannya antara lain; cuti bersalin hanya dimungkinkan bagi pekerja formal atau tenaga kontrak, sedangkan petani, pekerja rumah tangga, dan pekerja di sektor informal masih belum terlindungi oleh peraturan tersebut. Di lain hal, sebagian ibu tidak mengambil cuti bersalinnya karena khawatir upah yang diterima akan dikurangi atau kehilangan pekerjaannya selama menjalankan cuti. Tempat penitipan anak di lingkungan tempat bekerja tidak dimanfaatkan oleh ibu, karena ketidaktersediaan alat transportasi yang aman dan nyaman. a. Tempat kerja sayang bayi Tempat kerja/perusahaan yang mendukung tenaga kerjanya untuk menyusui bayinya disebut sebagai ‘Tempat Kerja Sayang Bayi’ (Mother Friendly Work Place). Hal ini dapat terwujud bila memenuhi beberapa ketentuan seperti yang tercantum pada Undang Undang Ketenagakerjaan Tahun 2003 dan peraturan-peraturan lainnya, antara lain:  Pemimpin peduli dan  mendukung tenaga kerja wanita dalam pemberian ASI.



36



 Perusahaan mempunyai kebijakan tentang ijin menyusui dalam waktu kerja, penyesuaian jenis dan waktu kerja, cuti cukup, jaminan tetap kerja dan upah yang sama.  Menyediakan  ruang dan sarana menyusui (termasuk lemari es).  Menyediakan tempat penitipan bayi.  Mempunyai petugas penanggung jawab peningkatan pemberian ASI.  Menyelenggarakan penyuluhan dengan menggunakan paket media informasi.  Bantuan lainnya seperti lingkungan kerja, perlindungan kerja, pelayanan kesehatan, pengawasan kebersihan makanan dan sebagainya. b. International Code tentang pemasaran Pengganti ASI International code (1981) membatasi cara pemasaran pengganti ASI (PASI), botol susu, dan kempeng serta menegaskan tanggung jawab petugas pelayanan kesehatan dalam promosi pemberian ASI. Selanjutnya, International Code disempurnakan dengan dikeluarkannya Resolusi World Health Assembly (WHA, Majelis Kesehatan Dunia).  International code dan resolusi WHA bertujuan untuk melindungi pemberian ASI.  Beberapa larangan yang tercantum pada International code , yaitu :  Sampel gratis untuk ibu menyusui  Iklan kepada masyarakat  Promosi di fasilitas pelayanan kesehatan



37



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Refocusing berasal dari kata refocused yang artinya perbarui. Refocusing Asuhan adalah asuhan kehamilan yang diberikan pada ibu hamil dengan hal-hal yang terfokus pada kebutuhan ibu. Parentcraft education adalah pendidikan  dan penyuluhan yg diberikan kepada orang tua untuk persiapan menghadapi kelahiran dan juga persiapan untuk menjadi orang tua. Birth Plan adalah "rancangan" berupa catatan tentang pilihan metode, tempat dan persiapan bersalin selama hamil. Menurut berbagai penelitian, ibu dapat "menciptakan" pengalaman positif terhadap persalinan dengan membuat birth plan (perencanaan kelahiran). Birth vision adalah "gambaran" secara ide atau visi yang dituangkan di dalam birth plan. Support System adalah dukungan yang diberikan pada ibu selama masa kehamilan baik dari dukungan keluarga maupun dukungan dari petugas kesehatan. Implementasi hak ibu dan janin mencakup, Hak untuk memperoleh informasi,Hak untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas, Hak untuk mendapatkan perlindungan dalam pelayanan, Hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan,Hak untuk mendapatkan pendampingan suami atau keluarga dalam pelayanan dan Hak untuk mendapatkan pelayanan sesuai pilihan.



38



B. SARAN Diharapkan dari hasil pembahasan materi ini mahasiswa mampu memahami



apa itu Refocusing dalam asuhan antenatal , Parentcraft



education, Birth Plan, Support System dalam kehamilan serta Implementasi hak ibu dan janin. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari kawankawan sangatlah penting dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini, bermanfaat bagi kita semua.



39



DAFTAR PUSTAKA Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Graha Ilmu; Yogyakarta. Bagian Obstetri dan ginekologi fakultas kedokteran. 2000. Universitas padjajaran bandung Benson,D, Michael. 2009. Buku saku ilmu kebidanan. Jakarta; Binarupa aksara Bryar.Rosamund. 2008. Teori Praktik Kebidanan. Jakarta; EGC Henderson, Christine, Kathleen Jones. 2005. Buku ajar konsep kebidanan. Jakarta; EGC. http://womenstoryone.blogspot.com/2013/02/refocusing-asuhan-kehamilan.html http;//desirusmiatianas.blogspot.com/2010/02/konsep-dasar-asuhankehamilan.htm?m=1 https://izzatijannah.wordpress.com diakses tanggal 13 Maret 2020 Johnson, Ruth dan Taylor, wendy. 2001. Buku ajar praktik kebidanan Jakarta;Selmba Medika Kusmiyati, Yuni. Dan Heni puji Wahyuningsih. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta;  Fitramaya. Pantikawati, Ika. Dkk. 2010. Asuhan Kebidanan I (kehamilan) Yogyakarta; Muha medika Rukiah, Ai yeyen.Dkk. 2009.Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: TIM. Salmah.dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta; EGC Salmah. dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta; EGC          Studi



-           



keperawatan.blogspot.com/2012/03/konsep-dasar-asuhan-kehamilan.html



40