Makalah Banjir Sentani 2019 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN BENCANA BANJIR BANDANG SENTANI 2019



Dosen Pengampu : Juliawati, S.Kep., M.Kep.An Disusun Oleh Kelompok 1: 1. 2. 3. 4. 5.



Abdul Hamid Solehudi Grace Christin Marang Khusnul Chotimah Sofia Wanimbo Enjel Metelmety



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Banjir Bandang Sentani 2019”. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Banjir Bandang Sentani 2019 kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.   Jayapura, Febuari 2019   Penyusun



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1 A.



Latar Belakang.......................................................................................................1



B.



Rumusan Masalah..................................................................................................1



C.



Tujuan....................................................................................................................1



BAB II LANDASAN TEORI............................................................................................3 A.



Definisi Bencana Alam..........................................................................................3



B.



Definisi Bencana Banjir.........................................................................................3



C.



Penyebab Terjadinya Banjir...................................................................................4



D.



Dampak Negatif Dari Banjir..................................................................................4



BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................5 A.



Faktor Penyebab Banjir di Sentani.........................................................................5



B.



Kronologi Terjadinya Banjir di Sentani..................................................................5



C.



Dampak yang di Timbulkan dari Banjir.................................................................6



D.



Dampak Kesehatan Pasca Terjadinya Banjir..........................................................6



E.



Kondisi Sentani Pasca Terjadinya Banjir...............................................................7



F.



Tahapan Selanjutnya Setelah Banjir di Sentani......................................................7



BAB IV PENUTUP.........................................................................................................12 A.



Kesimpulan..........................................................................................................12



B.



Saran....................................................................................................................12



DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sudah sering kita dengar dan merupakan bencana alam yang sudah tidak asing bagi masyarakat. Pada umumnya banjir di wilayah perkotaan merupakan banjir lokal yaitu banjir yang terjadi saat hujan lebat. Salah satu penyebab banjir di kota ini adalah perubahan penggunaan lahan yang membawa dampak terhadap infiltrasi tanah. Jayapura terletak di antara 1390-1400 bujur timur dan 20 LU dan 30 LS. Jayapura terdiri dari beberapa distrik, salah satunya distrik sentani yang memiliki luas wilayah 129,2 M2. Sumber air di wilayah Kabupaten Jayapura terdiri dari sungai, danau, dan air tanah, sungai besar yang melintas, dan sungai-sungai kecil. Kabupaten Jayapura memiliki pertumbuhan penduduk yang cukup besar dan mengalami peningkatan yang cukup besar tiap tahunnya, sehingga dapat memakan banyak korban jika terjadinya bencana yang besar. Sentani, Sebagai daerah yang berada di Lereng perbukitan yang terjal, Sentani tidak terlepas dari ancaman banjir yang sewaktu-waktu dapat menyerang. Berdasarkan BNPB, banjir bandang pernah terjadi di Sentani, tepatnya pada tahun 2003 dan 2007. Dengan begitu, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi banjir pada tahun 2019. B. Rumusan Masalah 1. Faktor apakah yang menyebabkan terjadinya banjir di Sentani? 2. Bagaimana kronologis terjadinya banjir di daerah Sentani, Papua? 3. Apakah dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut? 4. Bagaimana keadaan Papua pasca terjadinya banjir? 5. Bagaimana tahapan selanjutnya setelah bencana banjir di Sentani? C. Tujuan 1. Mengetahui faktor yang menyebabkan banjir di Sentani 2. Mengetahui kronologi terjadinya banjir di Sentani, Papua. 3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari banjir.



1



4. Mengetahui kondisi Papua pasca terjadinya banjir 5. Mengetahui tahapan selanjutnya setelah bencana banjir di Sentani



2



BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Bencana Alam Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh gejala alam. Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada bumi. Namun, hanya ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat menyebutnya sebagai bencana. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: “bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia. Namun demikian pada daerah yang memiliki



tingkat bahaya



tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada di sana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan evaluasi kemampuan sistem dan infrastrukturinfrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. B. Definisi Bencana Banjir Banjir adalah kondisi air yang menenggelamkan atau mengenangi suatu area atau tempat yang luas. Banjir juga dapat mengacu terendamnya daratan yang semula tidak terendam air menjadi terendam akibat volume air yang bertambah seperti sungai atau danau yang meluap, hujan yang terlalu lama, 3



tidak adanya saluran pembuangan sampah yang membuat air tertahan, tidak adanya pohon penyerap air dan lain sebagainya. Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga merendam wilayah-wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang yang ada di sana. Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya sistem aliran air yang ada sehingga daerah yang rendah terkena dampak kiriman banjir. C. Penyebab Terjadinya Banjir  Penyebab terjadinya banjir di antaranya yaitu : 1. Pendangkalan sungai. 2. Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai. 3. Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat. 4. Pembuatan tanggul yang kurang baik. 5. Curah hujan tinggi. 6. Banjir kiriman. D. Dampak Negatif Dari Banjir Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa: 1. Rusaknya areal pemukiman penduduk. 2. Sulitnya mendapatkan air bersih. 3. Rusaknya sarana dan prasarana penduduk. 4. Menghambat proses belajar mengajar. 5. Timbulnya penyakit-penyakit. 6. Menghambat transportasi darat.



4



BAB III PEMBAHASAN A. Faktor Penyebab Banjir di Sentani Letak geografis, kondisi topografi, iklim, faktor demografi, dan kondisi sosial masyarakat menyebabkan kemungkinan terjadinya banjir di Sentani, Papua cukup besar. Banjir dapat terjadi kapan saja dan intensitasnya tidak dapat diperkirakan. Peristiwa banjir sebetulnya tidak akan menjadi masalah jika banjir tidak menimbulkan gangguan atau kerugian yang berarti bagi kepentingan manusia. Penyebab terjadinya banjir di Sentani, Papua disebabkan oleh hujan yang sangat deras. Hujan tersebut mengalami fluktuasi curah hujan yang terus menerus meningkat. Karena itu, palung sungai yang terdapat di kawasan tersebut tidak mampu menampung air hujan dengan volume yang sangat besar. Sehingga, palung sungai longsor dan menyebabkan banjir bandang di beberapa kelurahan di Sentani, Papua. B. Kronologi Terjadinya Banjir di Sentani Pada Sabtu, 16 Maret 2019 pukul 17:00 WIT, hujan deras mengguyur kawasan Sentani, Jayapura. Hujan tersebut turun sangat deras. Kemudian pada pukul 18.00 WIT, hujan mengalami fluktuatif dengan curah hujan menjadi deras mencapai 50.5 mm/jam. Setelah itu, Pukul 22.00 s.d. 00.00 WIT, palung sungai yang ada di sekitar Sentani tidak mampu menampung, terjadi longsoran-longsoran yang kemudian membendung alur-alur sungai di hulu. Lalu, banjir bandang membawa material kayu-kayu gelondongan, batubatu sedimen banyak yang dialurkan ke bagian hilirnya. Sehingga menerjang 9 kelurahan di Kecamatan Sentani. Curah hujan yang terjadi di Sentani sangat ekstrem. Selama 8 jam hujan terus menerus terjadi tanpa henti hingga mencapai 235.1 mm/jam. Kemudian pada Minggu, 17 Maret 2019 Pukul 08.00 -17.00 WIT. Setelah diterjang banjir sejak tanggal 16 Maret 2019, sejumlah petugas melakukan evakuasi. Hasilnya, petugas gabungan menemukan 14 jenazah. Sampai dengan sore tercatat korban meninggal 58 orang, Menurut Sutopo Purwo



5



Nugroho, selaku Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat di BNPB Kemungkinan korban masih akan terus bertambah dikarenakan proses evakuasi masih berlanjut, dan belum semua daerah yang terdampak bencana dijangkau oleh tim SAR gabungan C. Dampak yang di Timbulkan dari Banjir Banjir yang terjadi di Sentani menyebabkan jebolnya bendung alamiah dari sedimentasi longsoran sepanjang dinding sungai dan batu berukuran besar di hulu lembah sungai. Terlihat juga perubahan morfologi terjal Pegunungan Cyclops menjadi wilayah pendataran tanah endapan (aluvial). Longsoran pada dinding sungai terbawa arus oleh air sehingga material kayu-kayu gelondongan, batu-batu sedimen tergenang pada air banjir. Banjir bandang di Sentani tidak luput dari korban jiwa. Sekitar 112 orang tewas dan 94 orang masih hilang. Lebih dari empat ribu warga Sentani harus mengungsi ke posko terdekat. Bencana ini menyebabkan 350 rumah rusak terseret arus air, 3 jembatan, 8 drainase, 4 jalan, 2 gereja, 1 masjid, 8 sekolah, 104 ruko, dan 1 pasar semuanya mengalami rusak berat, dan 15.670 warga mengungsi. Peristiwa banjir ini membuat sebanyak 11.725 keluarga terdampak. Dilaporkan pula sebuah pesawat twin otter yang sedang parkir di Lapangan Terbang Adventis Doyo dan sebuah helikopter rusak karena adanya banjir ini. Sejumlah lokasi juga terdampak pemadaman listrik sebagai akibat dari banjir ini. Pada tanggal 19 Maret, PLN melaporkan dari 104 gardu listrik tercatat padam, 69 telah berhasil dipulihkan. Dilaporkan juga bahwa beberapa menara transmisi tegangan tinggi mengalami kerusakan. Operasional Bandar Udara Sentani, pascabanjir tetap normal dan beroperasi dengan baik. D. Dampak Kesehatan Pasca Terjadinya Banjir Penyakit mulai menyerang warga korban banjir  Sentani, Kabupaten Jayapura pasca bencana alam, warga mulai terserang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan diare. "Hari keempat pasca banjir Sentani, warga mulai terserang penyakit diare. Pada 17 hingga 19 Maret 2019 masih didominasi pada kasus ISPA, Myalgia dan Dermatitis," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi



6



Papua, Aloysius Giyai di Jayapura, Jumat (22/3). Namun, lanjut dia pada 20 Maret 2019, penyakit diare menempati urutan ketiga. Hampir sebagian besar warga korban banjir  terserang penyakit diare. E. Kondisi Sentani Pasca Terjadinya Banjir Pasca-bencana banjir bandang di Kabupaten Jayapura pada Sabtu 16 Maret 2019 malam, sebanyak 25 kampung terendam karena luapan air Danau Sentani. Dari hasil pengecekan atau survei lokasi pemukiman oleh Tim Dit Polairud Polda Papua yang berada di Danau Sentani, terdapat 25 Kampung yang terendam banjir, ujar Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. AM Kamal. Ke-25 kampung tersebut adalah: Doyo Lama(Pinggiran Danau), Sosiri, Yakonde, Dondai, Kwadeware, Babrongko, Simporo, Kameyaka, Abar, Atamali , Putali, Sereh, Ifar Besar, Yoboi, Hobong, Yahim, Yobe, Ifale, Nendali, Asei Besar, Ayapo, Puay, Asei Kecil, Nolokla, Yokiwa Setelah banjir bandang menerjang 9 Kelurahan di Kabupaten Jayapura dan sejumlah wilayah di Kota Jayapura pada Sabtu 16 Maret 2019. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) turut membantu proses evakuasi warga ke tempat yang lebih aman, serta melakukan mobilisasi alat untuk evakuasi korban yang tertimbun material dan pembersihan jalan sepanjang 2 Km yang tertutup lumpur agar dapat dilalui kembali. F. Tahapan Selanjutnya Setelah Banjir di Sentani Adapun beberapa tahapan yang dilakukan Pasca Banjir di Sentani yaitu: 1. Tanggap Darurat Masa tanggap darurat bencana banjir bandang yang menerjang beberapa daerah di Papua, telah ditetapkan selama 14 hari, yang berlaku pada 16-29 Maret 2019, terdapat 2.317 personel dari 28 instansi yang turut membantu proses evakuasi dan penanganan dan akan terus membantu dalam pencarian orang hilang dan akan mengecek dan meningkatkan pencarian korban. Sementara itu, BNPB telah menyerahkan bantuan biaya operasional sebesar Rp 1,5 miliar. Rinciannya, sebanyak Rp 1 miliar diberikan kepada 7



Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jayapura. Lalu, sebesar Rp 250 juta diberikan untuk BPBD Kota Jayapura, dan sisanya sebesar Rp 250 juta untuk BPBD Provinsi Papua Berdasarkan data BNPB. Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan akan memenuhi antara lain air bersih, MCK, selimut, dan matras. Logistik, makan, dan bantuanbantuan lainnya akan terus ditambah dari bantuan berbagai pihak. Unsur relawan, TNI, dan Polri akan disiagakan di setiap titik pengungsian.



8



2. Pemulihan Terkait dengan bencana banjir bandang Sentani yang terjai di Kabupaten Jayapura, Papua, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan segera mengambil keputusan beberapa langkap strategis untuk penanganan bencan banjir tersebut. Langkah strategis penanganan bencana banjir bandang Sentani disusun ke dalam dua skema yaitu jangka panjang dan jangka panjang, akan dilakukan pembentukan Satuan Petugas (Satgas) Penanganan Bencana Sentani dan segera berangkat ke lapangan dalam waktu dekat, serta pembentukan posko informasi bencana Sentani. KLHK akan meningkatkan alokasi rehabilitasi hutan dan lahan di Papua dari semula 1.000 hektar menjadi 2.500 hektare, serta peningkatan pembangunan sarana Konservasi Tanah dan Air (KTA), yakni dam penahan erosi (gully plug), serta dam pengendali dan Saluran Pembuangan Air (SPA).program rehabilitasi dan pembangunan sarana konservasi



tanah



dan



air.



Kita



akan



menggunakan



pendekatan multiyears agar implementasinya dapat berjalan baik dan terukur. Kepala BBPJN 18 Jayapura Osman Marbun mengatakan bahwa Kementerian PUPR melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) 18 Jayapura, Ditjen Bina Marga membersihkan ruas Jalan Nasional Jayapura-Sentani-Kemiri sepanjang 2 Km yang tertutupi lumpur dan pohon tumbang dengan mengerahkan 3 unit excavator 2 unit loader. Proses pembersihan Jalan Nasional dilakukan untuk memudahkan mobilitas kendaraan-kendaraan emergency untuk keluar masuk dari wilayah yang terdampak bencana, serta memperlancar aktivitas masyarakat setempat. 3. Mitigasi Bencana banjir bandang bukanlah hal yang bisa dihindari. Tetapi, dampak yang ditimbulkannya bisa diperkecil jika dilakukan mitigasi. Banjir bandang yang terjadi di Sentani mempunyai kerugian yang besar karena tidak adanya mitigasi. Sebelumnya, bencana banjir sudah terjadi di



9



Sentani. Terulangnya bencana ini memperlihatkan para pihak yang sangat tidak peduli untuk menjaga dan memelihara lingkungan. Setelah terjadinya banjir bandang di Sentani, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Papua(Walhi Papua), Aiesh Rumbekwan menekankan pemerintah untuk segera menentukan langkah mitigasi dan adaptasi untuk mengantisipasi kemungkinan kejadian banjir bandan di Sentani terulang lagi. Pemerintah ditekankan untuk mengutamakan isu lingkungan hidup dalam



berbagai



perencanaan



pembangunan



dan



mengembangkan



kebijakan dan praktik pemanfaatan dan penggunaan lahan untuk pemukiman, perkebunan, pembalakan kayu, dan usaha ekonomi masyarakat secara lestari dan berkeadilan. Selain itu, pemerintah juga ditekankan untuk mengkaji ulang terhadap perencanaan pembangunan dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Kabupaten Jayapura. Walhi Papua juga mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat agar ikut melestarikan dan melindungi lingkungan. Dengan demikian, lingkungan dapat terhindar dari dampak bencana banjir bandang dan bencana-bencana lainnya. 4. Kesiapsiagaan Untuk mengatasi bencana banjir bandang agar tidak kembali terjadi di masa depan, KLHK memberikan empat rekomendasi untuk segera diselesaikan. Pertama adalah mengembalikan kawasan hutan sesuai dengan fungsinya. Kedua, melakukan review tata ruang berdasarkan pertimbangan pengurangan risiko bencana dan mengembangkan skema adaptasi di titik banjir. Ketiga, internalisasi program rehabilitasi lahan di hulu dan tengah DAS terutama kawasan hutan ke dalam indikasi program pada tata ruang. Keempat, internalisasi program konservasi tanah dan air berupa Saluran Pembuangan Air (SPA) di lahan pertanian dan permukiman untuk meningkatkan pengaturan Bupati



Jayapura, Mathius Awoitauw, mengatakan



di waktu



mendatang akan menerapkan sistem pembangunan berbasis mitigasi bencana. Artinya, semua pembangunan yang dilakukan nanti harus melihat risiko dan dampak bencana yang terjadi. Oleh sebab itu, menurutnya,



10



dalam proses pembangunan harus ada data dari tim geologis yang telah menganalisis, meneliti, serta mendata sebelum pembangunan dilakukan.



11



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan keseluruhan, khususnya pada wilayah Sentani, Papua maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: Wilayah Sentani ini terjadi banjir disebabkan oleh intensitas hujan yang sangat tinggi ditambah dengan kurangnya kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat. Karena kurangnya kesiapsiagaan, dampak banjir cukup besar dan menimbulkan kerugian yang cukup besar dan juga korban jiwa. Cara mengatasi terulangnya banjir di Sentani adalah: 1. Mengembalikan kawasan hutan sesuai dengan fungsinya. 2. Meninjau kembali tata ruang dengan mempertimbangkan risiko bencana. 3. Meninjau kembali daerah resapan air dan saluran pembuangan air. 4. Mengimbau masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungannya. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mencoba memberikan masukan yang mungkin dapat berguna bagi penanganan banjir wilayah Sentani, Papua. Sebaiknya masyarakat lebih waspada dan siap siaga terhadap bencana yang akan datang. Kemudian, perlunya adanya penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat tentang pengetahuan bencana banjir. Dan yang terutama, menyediakan tempat penampungan air dan pengaliran air yang lancar.



12



DAFTAR PUSTAKA Maryono A. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan, dan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Rukmana R. 1995. Teknik Pengelolaan Lahan Berbukit dan Kritis. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hestiyanto, Yusman. 2005. Geograpi 1 SMA Kelas. Jakarta : Yudistira. Hidayat. 2007. Ilmu Alam Fenomena Alam Sekitar. Bandung : PT Sarana Panca Karya Nusa. https://www.cnbcindonesia.com/news/20190318134229-4-61308/banjir-bandangsentani-tewaskan-77-orang-ini-penyebabnya http://manado.tribunnews.com/2019/03/17/video-dampak-banjir-bandang-disentani-jayapura-9-rumah-terbawa-arus-dan-hancur https://regional.kompas.com/read/2019/03/17/20173831/4273-orang-mengungsiakibat-banjir-di-sentani-jayapura https://news.okezone.com/read/2019/03/19/340/2031905/banjir-bandang-sentanidisebut-sebagai-konsekuensi-tak-dapat-dihindari https://tirto.id/walhi-papua-banjir-bandang-di-sentani-tak-hanya-karena-faktoralam-djLP https://tirto.id/74-korban-banjir-bandang-sentani-masih-hilang-dkpP https://news.okezone.com/read/2019/03/17/525/2031110/jk-pastikan-penangananbencana-banjir-bandang-di-sentani-sudah-dilakukan https://m.republika.co.id/berita/porro0h370/penyakit-mulai-serang-korban-banjirsentani



13