Makalah Bentuk Dan Makna Kata [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BENTUK DAN MAKNA KATA



Oleh : Aswin arif 2110253046 Ade kurnia 2110611056



UNIVERSITAS ANDALAS



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah wa syukru Lillah karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Bentuk Dan Makna Kata” pada mata kuliah Bahasa Indonesia dengan baik. Terima Kasih kepada ibuk Lilimiwirsi, S.S., M.Hum. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas kepada kami. Kemudian, terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bentuk dan makna kata. Kami beharap makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Semoga makalah



sederhana



ini



dapat



dipahami



bagi



siapapun



yang



membacanya. Demikian yang dapat kami sampaikan, kami mengharapkan kritik dan saran untuk kami agar lebih baik kedepanya dalam pembuatan makalah.



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................... i KATA PENGANTAR................................................................. ii DAFTAR ISI.............................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1 1.1 Latar Belakang.......................................................... 1 1.2 Rumusan Pennasalahan ........................................... 1 1.3 Tujuan....................................................................... 2 1.3.1



Tujuan Penelitian ........................................... 2



1.3.2



Manfaat Penelitian.......................................... 2



BAB II PEMBAHASAN........................................................... 2 2.1 Kajian Teoritis.......................................................... 2 2.1.1



Pengertian bentuk kata................................... 2



2.1.2



Bentuk Kata................................................... 2 2.1.2.1 Fonem................................................. 2 2.1.2.2 Morfem............................................... 3 2.3 Kata.......................................................... 5 2.1.2.4 Frasa................................................... 7



2.1.3



Makna Kata.................................................... 8 2.1.2.1 Pengertian Makna Kata...................... 8 2.1.2.2 Jenis Makna Kata............................... 8 2.1.2.3 Pergeseran dan Perubahan Makna...... 9 2.1.2.4 Macam - macam pergeseran makna... 9



2.2



Pembahasan....................................................13



BAB III PENUTUP................................................................. 13 3.1



Kesimpulan....................................................13 3.2



Kritik dan Saran..............................................13



DAFTAR PUSTAKA...............................................................14



BAB PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang



Penguasaan bahasa indonesia secara intensif sangat penting di dalam era modem saat ini. Penggunaan bahasa yang baik dan benar secara individu maupun kelompok merupakan usaha kita dalam melestarikan bahasa negara kita. Bahasa indonesia juga merupakan alat komunikasi resmi bagi seluruh penduduk nusantara. Tetapi pada masa kini banyak orang yang berbahasa indonesia seharihari, namun belum begitu mengerti tentang bentuk dan maknanya. Hal itu dimungkinkan karena kurangnya pendidikan dan faktor lingkungan. Jadi pembelajaran dan penerapan berbahasa indonesia secara baik dan benar sangat penting. Hal itu dilakuakan untuk membangun bangsa dan negara, serta meningkatkan sistem komunikasi dan informasi dengan tepat. Sebagai langkah awal sebagai mahasiswa baru perlu adanya pembekalan untuk penguasaan bahasa indonesia dengan baik dan benar. Oleh karena itu kami rasa sangat penting untuk membahas judul “Bentuk dan Makna” di dalam bahasa indonesia, dengan harapan supaya mahasiswa dapat memajukan sistem komunikasi dan infonnasi bangsa dan negara. 1.2



Batasan Masalah



Mengingat banyaknya perkembangan yang bisa ditemukan dalam permsalahan ini, maka perlu adanya batasan-batasan masalah yang 1



jelas mengenai apa yang dibuat dan diselesaikan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, makalah ini dibatasi hanya berkaitan dengan bentuk dan makna kata yang ada dalam kaidah bahasa Indonesia 1.3



Rumusan Masalah



1.



Apa pengertian bentuk kata?



2.



Apa saja bentuk kata?



3.



Apa pengertian makna kata?



4.



Apa saja makna kata?



1.4



Tujuan Penulisan



Tujuan dari penulisan ini adalah untuk optimalisasi bagi mahasiswa dalam mengetahui secara intensif mengenai mata kuliah bahasa indonesia dengan target sebagai berikut: 1. 2.



Mahasiswa mampumendefinisikan dan memahami bentuk kata. Mahasiswa mampumenentukan pembagian bentuk kata.



3.



Mahasiswa mampu untuk mendefinisikan dan memahami makna



kata 4.



Mahasiswa mampumenentukan pembagian makna kata.



1.5



Manfaat Penelitian



Makalah ini berisi penjelasan tentang bentuk dan makna kata yang ada dalam bahasa Indonesia serta tentang penggunaan kalimat efektif, yang diharapkan bisa membantu para pembaca dalam memahami bahasa Indonesia lebih mendalam.



2



BAB II PEMBAHASAN 2. KAJIAN TEORITIS 2.1 PENGERTIAN BENTUK KATA Morfologi atau ilmu bentuk kata adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satnan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dapat pula dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik. 2.1.1 1.



BENTUK KATA Fonem Fonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip



kedengarannya. Ejaan merupakan lambang bunyi yang diklasifikasikan dalam konsonan, vokal, dan diftong. Dalam ilmu bahasa fonem itu ditulis di antara dua garis miring: /.../. /p/ dan /b/ adalah dua fonem karena kedua bunyi itu membedakan arti. Contoh: pola — /pola/: bola — /bola/ parang — /parag/: barang — /barag/ peras — /peras/: beras — /beras/ Fonem dalam bahasa dapat mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Fonem /p/ 3



dalam bahasa Indonesia, misalnya, dapat mempunyai dua macam lafal. Bila berada pada awal suku kata, fonem itu dilafalkan secara lepas. Pada kata /pola/, misalnya, fonem /p/ itu diucapkan secara lepas untuk kemudian diikuti oleh fonem /o/. Bila berada pada akhir kata, fonem /p/ tidak diucapkan secara lepas; bibir kita masih tetap rapat tertutup waktu mengucapkan bunyi ini. Dengan demikian, fonem /p/ dalam bahasa Indonesia mempunyai dua variasi.Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon. Alofon dituliskan di antara dua kurung siku [...]. Kalau [p] yang lepas kita tandai dengan [p] saja, sedangkan [p] yang tak lepas kita tandai dengan [p>], maka kita dapat berkata bahwa dalam bahasa Indonesia fonem /p/ mempunyai dua alofon, yakni [p] dan [p>].Bunyi- bunyi yang dapat dikatakan mirip secara fonetis adalah sebagai berikut :a) bunyi- bunyi yng lafalnya mirip dan seartikulasi. Misalnya, bunyi [p] dan [b].b) bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya berdekatan. Misalnya, bunyi [b] dan [d].c) bunyibunyi yang lafalnya jauh berbeda dan seartikulasi. Misalnya, bunyi [b] dan [m].d) bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya beijauhan. Misalnya, bunyi [m] dan [n].



4



2.



Morfem Kata dan Morfem adalah dua pengertian yang berbeda, perhatikan contoh berikut: 1. Rumah itu bermandikan cahaya (4 kata)2. Rumahitn-ber-mandi-kan-cahaya (6 morfem)Jadi Kata merupakan unsur



terkecil yang dapat berdiri sendiri dan berbentuk bebas, dan dapat terdiri dari 1, 2 atau lebih morfemSedangkan Morfem adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa yang masih memiliki arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi. Pembagian Morfem 1.



Berdasarkan posisi, yakni penempatannya terdiri atas. a. Morfem prefiks (awalan): di, ber-, me-, ke-, ter-b. b. Morfem infiks (sisipan): -el, -er, -emc. c. Morfem Sufiks (Akhiran): -kan, -an, -Id. d. Morfem gabungan : ber-an, di-kan, me-kane. e. Morfem Konfiks : per-an, ke-an2.



2.



Berdasarkan distribusi, terdiri atas a. Morfem bebas : morfem yang terdiri dari kata yang bisa berdiri sendiri, dapat diucapkan tersendiri, dan dapat diletakkan dalam hubungan kalimat. 5



- 1 suku kata : tak, jin, jam, bus - 2 suku kata : kapal, buku, pensil, guru, teman - 3 suku kata : kemeja, celana, jendela - 4 suku kata : kendaraan, kelelawar, distribusi - 5 suku kata : partispasi, imajinasi - 6 suku kata : rekapitulasi



b. Morfem terikat: morfem yang tidak bisa berdiri sendiri, memerlukan ikatan dengan imbuhan dalam kata atau dalam kalimat. Ikatan dengan imbuhan dalam kata atau dalam kalimat. • Keterikatan dengan imbuhan bayang = berbayang = berbayangan • Keterikatan dengan kata mete = jambu mete sawit = kelapa sawit gurau = senda gurau



6



3.



Berdasarkan pemakaiannya: a. Morfem produktif (morfem terbuka) ; morfem tambahan yang pemakaiannya lebih luas dan bisa diberi imbuhan lagi. Contoh: me + ekor = mengekor me + tatap = menatap ter + dengar = terdengar mem + beri + kan = memberikan b. Morfem nonproduktif (morfem tertutup) ; morfem yang sangat terbatas pemakaiannya terhadap kata contoh : el + tapak = telapak em + tali = temali er + gigi = gerigi c. Morfem asing ; morfem dari bahasa asingyang dipakai dalam bahasa Indonesia karena kemampuan adaptasinya dalam perluasan pemakaiannya, contoh : Non : nonproduktif, nonteknis, nonformal Dwi: dwifungsi, dwiwama Awalan a: Amoral Awalan re : reorganisasi



7



4.



Berdasarkan fonem yang membentuk a. Morfem segmental ; morfom yang terdiri atas fonem-fonem konsonan dan vokal atau diftong (ai,au, o i). b. Morfem suprasegmental, morfom yang terlukis dari lagu atau lafal yang membedakan arti kata. 3. KATA Pembagian Kata 1. Berdasarkan Bentuknya a. Kata Dasar ; kata yang belum mendapatkan imbuhan. b. Kata Jadian ; kata yang sudah mendapatkan imbuhan. c. Kata ulang ; kata dasar atau jadian yang mengalami



perulangan. d. Kata berklitika ; diawal atau diakhir kata. e. Kata majemuk ; gabungan dua kata atau lebih yang menyatakan makna khusus atau mempunyai arti baru 2. Pembagian menurut kebutuhan bahasa Indonesia a. Kata Benda kongkret; nama diri, nama jenis, nama zat, nama kumpulan b. Kata Kerja Bentuknya : dasar, berimbuhan, ulang, majemuk; jalan, jalan-jalan, beijalan, mencampur aduk.



8



4. FRASA Frase atau kelompok kata adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk kesatuan dan merupakan unsur-unsur pembentuk kalimat. Frase terbagi atas : • Frase



bertingkat (endosentrik); memiliki pola inti, pola DM atau MD.



Contoh : Penuh wibawa Gembira Sekali M D (inti) D(inti) M • Frase setara (eksesentrik) ; tidak memiliki inti frase, unsur-unsurnya merupakan kelompok kata yang setara contoh : tanya jawab Penggolongan frasa berdasarkan : a) Frase Nominal; distribusinya sama dengan kata benda ; rumah mewah b) Frase Verbal; distribusinya sama dengan kata keija ; belum pergic. c) Frase Sifat; distribusinya sama dengan kata sifat; jujur sekalid. d) Frase bilangan ; distribusinya sama dengan kata bilangan ; tujuh helaie. Frase Depan ; frase yang diawali kata depan dan diikuti dengan kata benda, keija, bilangan dan keterangan ; dari terminalf. e) Frase keterangan ; distribusinya sama dengan kata keterangan ; minggu depan Menurut polanya : a) Frase berpola DM 9



Misalnya ; Mesin tangan D Mb. b) Frase berpola MD Misalnya ; Seluruh negeri M Dc. c) Frase berpola MDM Misalnya : Keterangan Bapak Dokter M



DM



1. Pengertian Makna Kata Makna adalah pengertian yang diberikan kepada suatn bentuk kebahasaan (KBBI). 2. Jenis Makna Kata 1.



Makna Denotatif dan Makna Konotatif a.



Makna Denotatif



Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatn pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif Makna denotative sering juga disebut makna konseptual. Misalnya kata makan, bermakna memasukkan ke dalam mulut, dikunyah dan ditelan. Makna kata makan seperti itu adalah makna denotatif. Makna denotatif ialah arti harfiah kebutuhan pemakaian bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatn kata tanpa ada suatu makna yang menyertainya. Makna denotatif adalah makna yang bersifat umum. Contoh: Dia adalah wanita cantik. b.



Makna Konotatif



Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makan konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untnng atau pukul. Makna konotatif tidak tetap, berbeda dari zaman ke zaman. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif).



1 0



Dalam hal ini kita kadang-kadang lupa apakah makna denotatif atau konotatif. Makna-makna konotatif sifatnya lebih professional dan operasional daripada makna denotatif. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi tertentu. Misalnya: dibuat (dirakit, disulap) Makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, peranan dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus. Contoh : Dia adalah wanita manis. 2. Makna Umum dan Makna Khusus Kata umum adalah kata yang cakupannya lebih luas. Kata khusus adalah kata yang memiliki cakupan yang lebih sempit. Misalnya bunga termasuk kata umum, sedangkan kata khusus dari bunga adalah bunga mawar, melati, anggrek. 3. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan. Contoh: kata nyamuk, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit. Makna gramatikal adalah untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan pengulangan kata, seperti kata: meja yang bermakna “sebuah meja”, menjadi meja yang bennakna “banyak meja”. 3. Pergeseran dan Perubahan Makna Pergeseran makna adalah gejala perluasan, penyempitan, pengonitasian (konotasi), penyinestesian (sinestesia), dan pengasosiasian sebuah makna kata yang masih hidup dalam satu medan makna. Dalam pergeseran makna, rujukan awal tidak berubah atau diganti, tetapi rujukan awal mengalami perluasan atau penyempitan rujukan. Perubahan makna adalah gejala pergantian rujukan dari symbol bunyi yang sama. Ini berarti dalam konsep pembahan makna teijadi pergantian rujukan yang berbeda dengan rujukan semula. Rujukan yang lama diganti dengan rujukan yang baru. Misalnya, kata canggih bahasa Indonesia pemah bermakna “suka mengganggu (rebut, bawel, dsb)” (KUBI 1976, 183), sedangkan dewasa ini kata canggih mendapat makna atau rujukan baru “sangat rumit dan ruwet dalam bidang teknologis karena keterkaitan antarkomponen atau unsur”. Makna rujukan awal dan makna baru tidak berada dalam satu medan makna, apalagi makna awal tidak pemah hidup lagi dalam pemakaian bahasa Indonesia kontemporer.



1 1



4.



Macam-macam Pergeseran Makna 1. Perluasan Arti Yang dimaksud dengan perluasan arti adalah suatn proses perubahan makna yang dialami sebuah kata yang tadinya mengandung suatu makna yang khusus, tetapi kemudian meluas sehingga melingkupi sebuah kelas makna yang lebih umum. Kata berlayar dulu dipakai dengan pengertian: bergerak di laut dengan menggunakan layar. Sekarang semua tindakan mengarungi lautan atau perairan dengan mempergunakan alat apa saja disebut berlayar. Dulu kata bapak dan saudara hanya dipakai dalam hubungan biologis, sekarang semua orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya disebut bapak, dan lain-lainnya dengan saudara. Demikian pula halnya dengan kata putra dan putri., dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja, sekarang semua anak laki-laki dan wanita disebut putra dan putri. Laksamana pada mulanya nama orang, saudara Rama; kemudian dipadkai untuk pangkat yang tertinggi dalm kerajaan Melayu. Dalam pemerintahan Republik Indonesia mula-mula dipakai untuk jenjang kepangkatan yang tertinggi pada angkatan laut dan angkatan udara, terakhir hanya untn angkatan laut. Kata buah pada beberapa bahasa daerah berarti ‘pinang’. Pinang adalah suatu buah yang sangat penting dalam kehidupan adat-istiadat bangsa Indonesia. Dalam Bahasa Melayu kemudian semua jenis buah-buahan disebut juga buah. Sering pula nama-nama orang dipergunakan untuk menyatakan tingkahlakunya yang terkenal atau menyebut hasi ciptaan tingkah-lakunya atau hasil ciptaannya. Kaisar sebagai nama jabatan tadinya adalah nama seorang penguasa Romawi terkenal Julius Caesar. Nama-nama lain yang sekarang sudah diabadikan dalam istilah-istila yang umum adalah: mujair, watt, volt, diesel, boikot dan sebagainya. Di samping itu, nama-nama perusahaan sering pula dipakai untuk menyebut barang-barang yang dihasilkannya: fridger, selofan, philips, dan lain- lain 2. Penyempitan Arti Penyempitan arti sebuah kata adalah sebuah proses yang dialami sebuah kata di mana makna yang lama mebih luas cakupannya dari makna yang baru. Kata pala tadinya berarti buah pada umumnya, sekarang hanya dipakai untuk menyebutkan jenis buah tertentu. Kata sarjana dulu dipakai untuk menyebutkan semua orang cendikiawan. Sekarang dipakai untuk gelar universiter. Pendeta dulu berarti orang berilmu. Sekarang dipakai untuk menyebut guru agama Kristen atau domine. Kata bau tadinya mengandung pengertian yang lebih luas untuk



1 2



menyebut segala macam gas yang dapat diserap oleh indra penciuman. Sekarang kata bau selalu diartikan busuk (bau busuk). 3. Ameliorasi Ameliorasi adalah suatn proses pembahan makna, dimana arti yang baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang lama. Kata wanita dirasakan nilainya lebih tinggi dari kata perempuan., kata istri atau nyonya dirasakan lebih tinggi dari kata bini. Kata pria mengalami pula perkembangan yang sama bila dibandingkan dengan kata laki-laki. 4. Peyorasi Peyorasi adalah suatu proses pembahan makna sebagai kebalikan dari ameliorasi. Dalam peyorasi arti yang baru dirasakan lebih rendah nilainya dari arti yang lama. Kata bini dianggap tinggi pada jaman lampau, sekarang dirasakan sebagai kata yang kasar; kata perempuan dulu tidak mengandung nilai yang kurang baik, tetapi sekarang nialinya dirasakan sudah merosot; oleh kebanyakan orang nilainya dianggap kurang baik dibandingkan kata wanita. Kata kaki tangan dulu dipakai (sekarang masih di pakai Malaysia) dalam arti yang baik yaitu pembantu, sekarang dipakai dengan arti yang kurang baik. Peyorasi bertalian erat dengan sopan santun yang dituntut dalam kehidupan kemasyarakatn. Ada kata yang boleh diucapkan secara terus terang, ada yang harus disembunyikan. Kata yang mulanya dipakai untuk menyembinyikan kata yang dianggap kurang sopan itu suatn waktu dapat dianggap kurang sopan, sehingga harus diganti dengan kata lain. Kata bunting dianggap kurang sopan, lalu diganti dengan hamil atau mengandung, kemudian diganti dengan berbadan. Sekarang kita berbicara mengenai WC, pergi ke WC, sebelum mengenal kata Inggris itu kita mempergunakan kata ke belakang, dan bagaimana sebelumnya? 5. Metafora Pembahan makna yang dinamakan peyorasi, ameliorasi, menyempit dan meluas dilihat dari nilai rasa dan luas lingkup makna dulu dan sekarang. Disamping itu perubahan makna dapat dilihat dari sudut persepsi kemiripan fungsional antara dua obyek. Metafora adalah pembahan makna karena persamaan sifat antara dua objek. Ia merupakan pengalihan semantic berdasarkan kemiripan persepsi makna. Kata matahari, putri malam (untuk bulan), pulau (empu



1 3



laut), semuanya dibentuk berdasarkan metafora. Salah satu sub-tipe dari metafora adalah sinestesia yaitu perubahan makna berdasarkan pergeseran istilah antara dua indra, misalnya dari indra peraba ke indra penciuman. Kita mengatakan penciuman yang tajam, walaupun kata tajam sebenarnya menyangkut indra peraba; suaranya terang kedengaran dari sini walaupun kata terang sebenarnya menyangkut masalah penglihatan bukan pendengaran. Ada juga metafora yang masih jelas sebagai gaya bahasa yang tidak masuk dalam pembahan makna yang sudah membeku. Bila kita mendengar orang mengatakan, “Saya tidak ingin mendengar serigala berbicara dan berlagak sebagai domba-domba dalam mangan sidang ini”, itu adalah metaphor yang menyangkut gaya bahasa.



6. Metonimi Metonimi sebagai suatn proses pembahan makna teijadi karena hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu lingkungan makna yang sama, dan dapat diklasifikasi menurut tempat atau waktu, menurut hubungan isi dan kulit, hubungan antara sebab dan akibat. Kata kota tadinya berarti susunan batu yang dibuat mengelilingi sebuah tempat pemukiman sebagai pertahanan terhadap serangan dari luar. Sekarang tempat pemukiman itu disebut kota, walaupun sudah tidak ada susunan batunya lagi. Gereja berarti tempat ibadah umat Kristen, tetapi juga dipakai untuk mengacu persekutuan umat Kristen. Bila kita berbicara mengenai Istana Merdeka maka yang dimaksud adalah Presiden Republik Indonesia. Penemuan-penemuan yang sering disebut menurut penemunya tennasuk gejala ini: ohm, ampere, watt', demikian juga hasil produksi disebut menurut tempatnya: eau de cologne, bordeaux, champagne, dan sebagainya. Hubungan yang lebih sempit lagi disebut sinekdoke, yaitu bagian untuk keseluruhan, atau keseluruhan untuk bagian: kepala, jiwa untuk manusia. Suatu gejala yang mirip metonimi adalah ellipsis. Dua kata atau lebih yang sering muncul bersama-sama, dapat memberi pengaruh timbal balik yang semantic. Sehingga bila sala satunya dihilangkan, maka seluruh makna tetap dipertahankan. Misalnya: (surat kabar) harian, (oratio) prosa, (mode) ala Prancis, sebuah (lukisan) Picasso, sebotol (anggur) Burgundi, dan lain-lain. 2.2 PEMBAHASAN Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah karangan. Di antara fonem dan karangan terdapat deretan bentuk morfem, kata, frasa, kalimat, dan alinea.



1 4



Ketujuh satuan bentuk bahasa itu baru diakui eksistensinya jika mempunyai makna atau dapat mempengaruhi makna. Maksudnya adalah kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru. Hubungan antara bentuk dan makna dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang: satu sama lainnya saling melengkapi. Karena bentuk yang tidak bennakna atau tidak dapat mempengaruhi makna tidak terdapat dalam tata satuan bentuk bahasa BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Fonem adalah bunyi dari lambang suatn huruf yang dapat membedakan arti, misalnya perbedaan huruf /e/ pada kata sate, pedas, dan enak. Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna; dan atau mempunyai makna, misalnya diper-main-kan. Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna, misalnya sepeda. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non predikatif dan bennakna leksikal, misalnaya gunung tinggi. Pembagian jenis kata ada lima, yaitu (1) verba/kata keija; (2) adjektiva/kata sifat; (3) adverbia/kata keterangan; (4) rumpun kata benda, meliputi nomina/kata benda dan nama, pronomina/kata ganti, numeralia/kata bilangan; (5) rumpun kata tugas, meliputi preposisi/kata depan, konjungtor/kata sambung, inteijeksi/kata seru, artikel/kata sandang, partikel. Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu (hal) yang diacunya. Pembagian makna ada dua macam, yaitu leksikal/denotasi (makna sebenarnya) dan gramatikal/konotasi (makna tidak sebenarnya). Perubahan makna ada enam bentuk, yaitu Meluas, Menyempit, Amelioratif, Penyoratif, Sinestesia, dan Asosiasi. 3.2 Kritik dan Saran Demikian penjelasan mengenai “Bentuk dan Makna” dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia, semoga bisa bennanfaat bagi segenap pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan baik berupa penulisan maupun pembahasan di atas karena keterbatasan pengetahuan. Kiranya kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini kedepan. Sekian, dan Wallahu ‘Alam bish Showab.



1 5



DAFTAR PUSTAKA Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa, Komposisi Lanjutan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hudaa, Syihaabul. 2018. Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia. Jawa Barat: Jejak. Kushartanti, Untung Yuwono dan Multamia RMT Lauder (Penyunting). 2007. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.



1 6