Makalah Budidaya Walet [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Budidaya Walet Disusun Oleh: Feronika Srikusmini Wiwis Sudarsono Edy Permadi Aswin Kurniawan Fery Oagay Risky Suluh K Amin Nuryanto Arpisel Kalikit Ndatang DAFTAR ISI Daftar Isi...............................................................................................................................i BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang.........................................................................................................1 2. Tujuan.......................................................................................................................1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Sejarah Burung Walet..............................................................................................2 2. Karakteristik Burung Walet......................................................................................2 A. Perkembangbiakan.............................................................................................2 B. Jenis-jenis Burung Walet....................................................................................3 C. Habitat Burung Walet.........................................................................................3 D. Ekolasi.................................................................................................................3 3. Potensi Produk..........................................................................................................3 4. Cara Budidaya Burung Walet...................................................................................3 A. Persyaratan Lokasi..............................................................................................3 B. Penyiapan Ssarana yang diperlukan...................................................................3 5. Pembibitan Burung Walet........................................................................................4 6. Hama dan Penyakit..................................................................................................6 7. Panen Budidaya Walet.............................................................................................7 8. Tahapan Panen.........................................................................................................7 9. Pasca Panen..............................................................................................................8 10. Pemberian Pakan......................................................................................................8 BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan...............................................................................................................9 Daftar Pustaka.....................................................................................................................10



BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Usaha dan pengembangan peternakan saat ini menunjukkan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian. Sebagian



besar masyarakat dunia mengakui bahwa produk-produk peternakan memegang peranan yang sangat penting di masa yang akan datang. Walet merupakan salah satu hewan ternak yang sangat potensial untuk di budidayakan karena sarang burung walet mempunyai daya jual yang tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Oleh, karena itu, kami dari kelompok 4 sangat tertarik untuk membuat makalah tentang “Budidaya Burung Walet”, untuk memenuhi tugas Pengantar Ilmu Peternakan dan sebagai reverensi bagi masyarakat umum. 2. Tujuan Adapun tujuan kami membuat makalah Budidaya Burung Walet ini karena, kami merasa budidaya burung walet sangat potensial untuk di kembangkan, dalam makalah ini kami mengupas seluk beluk budidaya burung walet yang meliputi, sejarah burung walet, karakteristik dan jenis burung walet, potensi produksi, perkembangbiakan, penyakit serta pakan



BAB II PRATINJAU PUSTAKA BUDIDAYA BURUNG WALET 1. Sejarah Burung Walet Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon. Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak. Klasifikasi burung walet adalah sebagai berikut: Superorder : Apomorphae Order : Apodiformes Family : Apodidae Sub Family : Apodenae Tribes : Collacaliini Genera : Collacalia Species : Collacaliafuciphaga 2. Karakteristik Burung Walet A. Perkembangbiakan a. Burung walet mempunyai fase berkembangbiak(musim kawin) sepanjang tahun. Musim ini ditandai dengan banyaknya kawanan walet yang saling berkejaran dan mengeluarkan suara tertentu untuk menarik hati lawan jenisnya. Musim kawin biasanya terjadi pada musim penghujan, hal ini dikarenakan populasi pakan yang melimpah pada musim



penghujan. b. Normalnya, burung walet mengalami masa kawin dua kali setahun. Selain itu, proses perkawinannya terjadi pada malam hari ketika burung walet telah kembali ke sarangnya. Namun sekarang banyak orang yang membudidaya burung walet di dalam gedung –gedung kusus. c. Keberhasilan memancing walet juga didukung oleh faktor musim.Musim berkembangbiak adalah waktu yg tepat untuk memancing walet.Normalnya walet berkembangbiak sebanyak dua kali dalam setahun. >> Awal pebruari dan awal september walet mulai bertelur >> Awal-akhir maret dan oktober sebagian walet masih bertelur >> Mei-juli dan desember-pebruari walet muda mulai terbang >> Desember-pebruari dan juli-agustus walet muda memasuki fase reproduksi dan walet muda mulai mencari pasangan dan kemungkinan menghuni tempat baru.Dgn demikian waktu yg tempat utk memancing walet adalah musim hujan sekitar bulan desemberpebruari dan musim kemarau pd bulan juni-agustus. B. Jenis-jenis burung Walet ( Spesies ) a. Walet Sarang Putih ( Aerodramus fuchipagus) b. Walet Sarang Hitam ( Aerodramus maximus ) c. Walet Sarang Lumut ( Aerodramus vanikorensi ) d. Walet Gunung ( Aerodramus brevirostris ) e. Walet Sapi (Collocalia esculenta ) f. Walet Besar ( Hydrochous gigas ) C. Habitat Burung Walet a. Walet mempunyai habitat di daerah gelap (dark zone), daerah yang tidak terjangkau paparan sinar matahari dengan suhu yang relatif stabil(24C – 27C). b. Umumnya, burung walet banyak dijumpai di dalam gua-gua alam yang dikelilingi hutan lebat. D. Ekolasi a. Ini adalah karakter burung walet yang sangat unik. Ekolokasi adalah kemampuan untuk mengeluarkan suara berfrekuensi tertentu (biasanya frekuensi tinggi) secara terputus-putus dan kemudian menangkap kembali pantulan suara tersebut untuk menentukan jarak dan letak sebuah benda. Hal ini memungkinkan walet untuk terbang dimalam hari atau ditempat yang gelap. b. Selain untuk menentukan keberadaan sarang walet, burung walet juga menggunakan ekolokasi untuk berkomunikasi seperti memberikan peringatan bahaya kepada burung walet lainnya 3. Potensi Produk Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya (saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat bermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan Paru paru panas dalam melancarkan peredaran darah dan penambah stamina 4. Cara Budidaya Burung Walet A. Persyaratan Lokasi a. Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl. b. Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat. c. Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging. d. Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat. B. Penyiapan Sarana yang di perlukan Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan penerangan yang mirip dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-95 %. Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan: • Melapisi plafon dengan sekam setebal 2° Cm • Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung



• Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter 4 cm • Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai • Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet. Bentuk dan konstruksi gedung Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya bervariasi dari 10×15 m 2 sampai 10×20 m 2 . Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi. Tembok gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar dari campuran semen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau semen dapat disirami air setiap hari. Kerangka atap dan sekat tempat melekatnya sarangsarang dibuat dari kayu-kayu yang kuat, tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan rengat. Atapnya terbuat dari genting. Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang. Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20×20 atau 20×35 cm 2 dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat hitam. 5. Pembibitan Burung Walet Umumnya para peternak burung walet melakukan dengan tidak sengaja. Banyaknya burung walet yang mengitari bangunan rumah dimanfaatkan oleh para peternak tersebut. Untuk memancing burung agar lebih banyak lagi, pemilik rumah menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara burung Walet. Ada juga yang melakukan penumpukan jerami yang menghasilkan serangga-serangga kecil sebagai bahan makanan burung walet. Berbicara ekolokasi aatau suara walet ada juga peternak yang menggunakan suara buatan yang menyerupai suara burung walet, namun jangan salah terkadang walet jga rish dan kabur dari sarangnya akibat suara itu. Untuk menghindari hal itu bsa d cegah dengan mengganti suara setiap bulanya, a. Pemilihan bibit, Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau bersarang di dalam gedung baru. Cara untuk memancing burung sriti agar masuk dalam gedung baru tersebut dengan menggunakan kaset rekaman dari wuara walet atau sriti. Pemutaran ini dilakukan pada jam 16.00–18.00, yaitu waktu burung kembali mencari makan. b. Perawatan bibit dan calon induk Di dalam usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur walet untuk ditetaskan pada sarang burung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik gedung walet yang sedang melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan setelah burung walet membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur walet diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalam panen ini dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak populasi burung walet dengan menetaskannya di dalam sarang sriti. c. Memilih Telur Burung Walet - Merah muda, telur yang baru keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari - Putih kemerahan, berumur 6–10 hari - Putih pekat kehitaman, mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari - Telur walet berbentuk bulat panjang, ukuran 2,014×1,353 cm dengan berat 1,97 gram. Ciri telur yang baik harus kelihatan segar dan tidak boleh menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur tetas yang baik mempunyai - kantung udara yang relatif kecil. Stabil dan tidak bergeser dari tempatnya. Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah. Penentuan kualitas telur di atas dilakukan dengan peneropongan. d. Cara menetaskan telur walet pada sarang sriti Pada saat musim bertelur burung sriti tiba, telur sriti diganti dengan telur walet. Pengambilan telur harus dengan sendok plastik atau kertas tisue untuk menghindari



kerusakan dan pencemaran telur yang dapat menyebabkan burung sriti tidak mau mengeraminya. Penggantian telur dilakukan pada siang hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan. Selanjutnya telur-telur walet tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah menetas akan diasuh sampai burung walet dapat terbang serta mencari makan. e. Menetaskan telur walet pada mesin penetas Suhu mesin penetas sekitar 40 ° dengan kelembaban 70%. Untuk memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piring atau cawan berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air didalam cawan tersebut tidak habis. Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara merata atau mendata dan jangan tumpang tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur dibalik dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga dilakukan peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati dibuang. Embrio mati tandanya dapat terlihat pada bagian tengah telur terdapat lingkaran darah yang gelap. Sedangkan telur yang embrionya hidup akan terlihat seperti sarang labalaba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12. Selama penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan pembalikan atau mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13–15 hari telur akan menetas. f. Perawatan ternak burung walet Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah. Anak walet yang belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut (kroto segar) tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih memerlukan pemanasan yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin tetas. Setelah itu, temperatur boleh diturunkan 1–2 derajat/hari dengan cara membuka lubang udara mesin. Setelah berumur ± 10 hari saat bulu-bulu sudah tumbuh anak walet dipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi dengan alat pemanas yang diletakan ditengah atau pojok kotak. Setelah berumur 43 hari, anak-anak walet yang sudah siap terbang dibawa ke gedung pada malam hari, kemudian dletakan dalam rak untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari lantai. Dengan ketinggian ini, anak waket akan dapat terbang pada keesokan harinya dan mengikuti cara terbang walet dewasa. g. Pakan burung walet Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri. Makanannya adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan, tanah terbuka, hutan dan pantai/perairan. Untuk mendapatkan sarang walet yang memuaskan, pengelola rumah walet harus menyediakan makanan tambahan terutama untuk musim kemarau h. Pemeliharaan kandang burung walet Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang menumpuk di lantai harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam karung dan disimpan di gedung. 6. Hama dan Penyakit a. Tikus Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan sarangnya. Tikus mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya dapat menyebabkan suhu yang tidak nyaman. Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak menimbun barang bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus. b. Semut Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan mengganggu burung walet yang sedang bertelur. Cara pemberantasan dengan memberi umpan agar semut-semut yang ada di luar sarang mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air panas. c. Kecoa Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat, kecil dan tidak sempurna. Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat persembunyian d. Cicak dan Tokek Binatang ini memakan telur dan sarang walet. Tokek dapat memakan anak burung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan dan suhu yang ditimbulkan mengganggu ketenangan burung walet. Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk penghalang,



tembok bagian luar dibuat licin dan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup. e. Salah satu metode lain yang sangat efektif untuk menghentikan tikus dan tokek atau serangga lainya masuk gedung walet adalah dengan menambahkan pecahan kaca di seluruh lubang keluar-masuk burung walet sehingga hama-hama tersebut tidak bisa masuk. pecahan kaca juga termasuk mencegah Kelelawar dan burung hantu di dalam gedung walet sangat mengganggu kenyamanan burung walet sehingga menyebabkan walet menjadi takut dan kemudian pergi dari gedung 7. Panen budidaya burung walet Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam menanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan. Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet dengan beberapa cara, yaitu: a. Panen rampasan, Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walrt karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur. b. Panen Buang Telur, Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya c. Panen Penetasan, Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat 8. Tahapan dalam Panen Burung Walet a. Panen 4 kali setahun, Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihuni dan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan pola buang telur. b. Panen 3 kali setahun, Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur. c. Panen 2 kali setahun, Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak populasi burung walet. 9. Pasca panen budidaya walet Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel yang kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor. 10. Pemberian Pakan Setiap hari walet dapat mengkonsumsi pakan sekitar 500 jenis serangga yang berukuran 0,2-2,5 mm. Pakan tersebut di dapat dari areal persawahan, kebun, dan lahan yang di tumbuhi tanaman. Kandungan zat pakan yang di butuhkan walet antara lain Protein 5560%, Energi 4.100 kkal, Lemak 14%, Kalsium 0,15-0,25%, Fosfor 0,4-0,6%, dan serat Kasar 5-8%. Persentase kalsium yang berfungsi sebagai unsur pembentuk tulang lebih sedikit dari pada fosfor menyebabkan kaki walet lemah sehingga hanya bisa menggantung.



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Kesimpulan dari makalah kami yaitu, dalam membudidayakan burung walet tidak lah sulit, kita hanya perlu menyediakan tempat yang tidak terjangkau paparan sinar matahari dengan suhu yang relatif stabil(24C – 27C). Kemudian Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya(saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapatbermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan Paru paru panas dalam melancarkan peredaran darah dan penambah stamina Hama yang menyerang walet yaitu, Tikus, Kecoa, Semut, Cicak dan Tokek. Pakan alami berupa burung dan berbagai serangga yang ad di alam bebas, namun perlu pakan tambahan seperti Protein 55-60%, Energi 4.100 kkal, Lemak 14%, Kalsium 0,15-0,25%, Fosfor 0,40,6%, dan serat Kasar 5-8%. Persentase kalsium yang berfungsi sebagai unsur pembentuk tulang lebih sedikit dari pada fosfor menyebabkan kaki walet lemah sehingga hanya bisa menggantung



DAFTAR PUSTAKA www.duniawalet.com www.omkicau.com www.scribd.com



www.andrapriyadi.com Susilorini,Tri Eko, 2010. Budidaya 22 Ternak Potensial, Jakarta: Penebar Swadaya



Makalah Peternakan Burung Walet BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan sarang burung walet adalah industri yang istimewa dan sangat penting untuk beberapa orang seluruh Indonesia terutama Hulu Sungai Utara. Sarang burung walet terbuat dari air liur burung walet yang dianggap mempunyai bermanfaat untuk kesehatan. Sarang tersebut biasanya digunakan untuk membuat sop dan sebagian besar sarang yang menghasilkan di Indonesia diekspor ke negara China terutama Hong kong. Burung walet mula-mula membuat sarangnya di atap gua, sehingga untuk mengambil sarang burung walet sangatlah sulit dan berbahaya. Burung walet juga membuat sarang di dalam rumah-rumah yang kosong. Karena budidaya burung walet di dalam rumahrumah kosong adalah metode yang sangat efektif untuk menghasilkan sarang tersebut, orangorang mulai membuat gedung khusus untuk budidaya sarang burung wallet. Memiliki rumah / gedung walet ibarat punya harta karun yang tak akan pernah habis. Namun pemilikan itu tak akan berhasil kalau pemilik tidak menetapkan 5 prinsip persyaratan ilmu perwaletan dalam pengelolaannya. Masing-masing adalah biologi, ekologi, geografi, meteorology, dan ekonomi perwaletan. Kelima itu harus sejalan, saling mendukung, dan salingmelengkapi pengelolaan. Upaya mengelola walet gua dan walet rumah telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu di daerah jawa. Tujuannya agar populasi dan produksi sarang walet terjaga lestari. Ini penting demi kelanjutan bisnis para pengusaha itu sendiri. Bisnis sarang walet dengan pasaran langsung ke Cina telah berlangsung secara tradisional dan turun temurun tempo dulu.



B. 1. 2. 3. 4. 5. C. 1. 2.



Rumusan Masalah Bagaimana sejarah dari peternakan burung wallet ? Berapa jenis dari burung wallet ? Apa saja syarat dan ketentuan untuk membuat gedung wallet ? Masalah apa yang dihadapi para peternak burung wallet ? Bagaimana solusi menghadapi masalah para peternak burung wallet ? Tujuan Makalah Untunk mengetahui sejarah singkat dari peternakan burung wallet. Memberikan pengetahuan pada masyarakat serta pembaca tentang seberapa besar potensi bisnis dari peternakan burung wallet. 3. Disamping itu pula makah ini dibuat untuk memenuhi tugas matau kuliah Politik Perekonomian Indonesia.



BAB II



PEMBAHASAN A. Sejarah Peternakan Burung Walet Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon. Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak. B. Jenis – Jenis Burung Walet Ada tiga jenis burung walet yang umu dikenal antara lain: 1. Collocalia fuciphaga, 2. Collocalias maxima dan 3. Collocalia esculenta Ada satu jenis burung walet lagi yaitu Collocalia germani, tetapi menurut pendapat Chantler dan Driessens (1995), Collocalia germani termasuk dalam spesies Collacalia fuciphaga sehingga bukan merupakan spesies tersendiri. Collocalia germani tidak ditemukan di Indonesia, namun burung tersebut ditemukan di negara lain di Asia seperti Vietnam. Collocalia fuciphaga adalah jenis burung yang banyak dicari karena burung tersebut bersarang putih. Collocalia fuciphaga ditemukan di Cina selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Di Sumatra dan Kalimantan burung tersebut bisa hidup sampai ketinggian 2800 meter di atas permukan laut, tetapi di Jawa dan Bali burung ini biasanya hidup dekat pantai di dalam gua yang gelap dan dalam. Burung tersebut kira-kira berukuran 12 sentimeter, dadanya berwarna hitam kecoklatan dan warna punggung lebih kelabu. Ekor burung ini bercabang, paruhnya berwana hitam dan kakinya juga berwarna hitam. Collocalia fuciphaga dan Collocalia maxima tidak dapat dibedakan dari Collocalia esculenta kecuali dari sarangnya Collocalia maxima membuat sarang dengan air liur seperti fuciphaga tetapi sarangnya bercampur dengan bulu burung sehingga harga sarangnya lebih rendah. Namun demikian, karena keduanya membuat sarang dengan air liur dan sarangnya hanya sedikit berbeda, orang Indonesia menyebut Collocalia fucipha ga dan Collocalia maxima dengan nama burung walet. Harga sarang burung walet antara tujuh juta sampai empat belas juta rupiah per kilogram tergantung kualitasnya. Ada empat kelas sarang burung walet yang dihasilkan di Indonesia. 1. Kelas keempat adalah sarang yang paling kotor sehingga harganya paling murah. Sarangnya sangat kotor karena telur walet sudah ditetaskan atau terbuat dari air kotor Harga sarang kelas empat kira-kira tujuh sampai delapan juta rupiah per kilogram. 2. Kelas ketiga agak kotor tetapi terbuat dari air liur dan bulu burung. Sarang kelas tiga berharga kira-kira delapan sampai sembilan juta rupiah per kilogram.



3. Sarang walet kelas dua tidak terbuat dari bulu burung tetapi sarangnya masih sedikit kotor. Kotornya bisa dikarenakan burung tersebut bertelur tetapi telurnya kemudian diambil setelah menetas. Harga sarang kelas dua kira-kira sepuluh sampai dua belas juta rupiah per kilogram. 4. Kelas yang tertinggi adalah sarang yang paling bersih, warnanya sangat putih dan tidak ada bulu burung. Sarang seperti ini adalah sarang yang paling banyak diminta dari pemilik gedung walet karena harga sarang ini paling tinggi, kira-kira dua belas sampai empat belas juta rupiah per kilogram. Disamping kelaskelas sarang berwarna putih ada juga sarang burung walet yang berwarna merah. Sarang merah asli adalah sarang yang jarang didapat karena sarangnya terbuat dengan campuran air liur dan darah, tetapi sarang ini sangat jarang sehingga harganya merupa kan yang tertinggi, kirakira empat belas juta rupiah atau lebih per kilogram. Sarang burung walet juga bisa dibuat agar berwarna merah tetapi warnanya sedikit berbeda dengan sarang merah asli. Untuk membuat sarang berwarna merah didalam gedung walet harus mempunyai banyak air dan diberi campuran amoniak kedalam airnya. Amoniak membantu sarang menjadi warna merah tetapi harga sarang ini tidak setinggi sarang merah asli. Harga sarang yang dibuat merah masih tergantung dengan kualitas sarang tetapi sedikit lebih mahal dari pada sarang putih biasa. Ada beberapa faktor yang sangat penting untuk budidaya sarang burung walet, yaitu: lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bangunan, faktor makanan serta teknik memancing walet. Semua faktor ini sangat penting untuk keberhasilan peternakan burung walet. Di samping itu, gedung burung walet harus seperti gua liar karena itulah habitat asli burung walet. C. Persyaratan Lokasi Sarang Persyaratan lingkungan lokasi kandang adalah: 1. Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl. 2. Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat. 3. Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging. 4. Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat.



D. Pedoman Teknis Penyiapan Sarana Dan Peralatan



1. Suhu, Kelembaban dan Penerangan Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan penerangan yang mirip dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 8095 %. Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan a. Melapisi plafon dengan sekam setebal 2° Cm b. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung. c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu lubang, berdiameter 4 cm. d. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai. Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi walet. E. Bentuk dan Konstruksi Gedung Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya bervariasi dari 10×15 m 2 sampai 10×20 m 2 . Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi. Tembok gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar dari campuran semen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau semen dapat disirami air setiap hari. Kerangka atap dan sekat tempat melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayu-kayu yang kuat, tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan rengat. Atapnya terbuat dari genting. Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang. Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20×20 atau 20×35 cm 2 dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat hitam. F. Memancing walet Sesudah gedung siap digunakan untuk peternakan burung walet, ada beberapa metode untuk memancing burung dari gua, gedung yang lain atau burung yang sudah bersarang di t empat lain sehingga burung tersebut mau bersarang di dalam gedung baru. Karena burung walet membuat sarang dengan daun dan air liur, dimana daun pinus adalah daun yang paling disukai, dengan menggantungkan daun pinus di gedung adalah metode yang sangat mudah, murah dan mujarab. Oleh karena itu, motode ini adalah metode yang sangat biasa digunakan.



Metode yang paling mujarab adalah sistem tweeter, sistem ini menggunakan banyak speaker di dalam gedung yang memutar suara burung wallet. Metode ini dipakai setiap pagi dan sore agar terdengar oleh burung walet yang sedang mencari tempat bersarang. Disamping itu, untuk memancing burung walet yang berada di kejauhan, bisa digunakan hexagonal tweeter. Tweeter ini dipasang di atap gedung walet dan suaranya sangat kuat sehingga burung walet yang sedang terbang di kejauhan bisa mendengarnya. Terdapat bermacam-macam sistem tweeter dalam jumlah besar mulai dari sistem otomatis yang cukup mahal, sampai CD player murah yang harus dihidupkan secara manual. CD dan sistem tweeter ini bisa dibeli di toko burung walet. Satu metode lain untuk memancing walet yang digunakan oleh pemilik gedung walet adalah aroma wallet . Biasanya metode ini hanya dipakai di gedung walet yang kosong dan dengan aroma walet ini, burung walet berpikir bahwa gedung tersebut sudah dihuni oleh koloni buru ng walet sehingga tempat itu aman untuk walet. Aroma walet dibuat dengan 1kg kotoran walet dicampur dengan 5 liter air. Kemudian, campuran kotoran walet dan air diendapkan selama 5 hari kemudian disaring. Sesudah itu, air walet dicampur dengan minyak ikan dengan perbandingan 3 : 1, kemudian diaduk. Setelah itu campuran siap untuk disemprotkan ke dinding gedung walet, tetapi campuran ini tidak boleh mengenai sirip papan karena merupakan tempat burung akan bersarang. Jika gedung wallet tersebut baru dibangun, penyemprotan harus dilakukan setiap minggu agar bau semen cepat hilang G. Panen Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam menanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan. Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet dengan beberapa cara, yaitu: 1. Panen rampasan Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walet karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada



waktu istirahat. Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur. 2. Panen Buang Telur Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya. 3. Panen Penetasan Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung dapat meningkat. Adapun waktu panen adalah: a.



Panen 4 kali setahun Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihuni dan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan pola buang telur.



b.



Panen 3 kali setahun Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu, panen tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.



c.



Panen 2 kali setahun Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak populasi burung wallet.



H. Pascapanen Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan pembersihan dan penyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel yang kemudian dilakukan pemisahan antara sarang walet yang bersih dengan yang kotor. Gambaran Peluang Agribisnis Sarang burung walet merupakan komoditi ekspor yang bernilai tinggi. Kebutuhan akan sarang burung walet di pasar internasional sangat besar dan masih kekurangan persediaan. Hal ini disebabkan oleh masih kurang banyaknya budidaya burung walet. Selain itu juga produksi sarang walet yang telah ada merupakan produksi dari sarang-sarang alami. Peternakan burung walet sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik dan intensif. I.



Manfaat



Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya (saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat bermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga. J. Permasalahan Dalam Peternekan Burung Walet Permasalahan permasalahan yang sering terjadi dalam peternakan burung wallet adalah : 1. Sangat kesulitan dalam memperoleh modal, sebab peternakan burung wallet membutuhkan waktu bertahun – tahun untuk dapat dipanen, jadi modal sangat sulit didapat. Maka dari itu kebanyakan dari peternakan burung wallet adalah orang – orang yang tarap ekonominya tinggi. 2. Kurangnya keahlian, dimana peternakan burung wallet tidak seperti peternakan – peternakan lainnya, sebab peternakan burung wallet lebih khusus sebab untuk membuat burung wallet tertarik dan membuat sarang tidak lah mudah, oleh karna itu tidak semua orang dapat menjalankan bisnis ini. 3. Disamping itu juga masalah hama pada peternakan butung wallet juga harus diperhatikan seperti kecoa, semut, tokek, kelelawar dan butung hantu. K. Pemecahan Masalah Dalam Peternekan Burung Walet 1. Dalam persoalan modal, butuh waktu lama untuk mengembalikan modal tersebut, jadi hendaknya modal peternakan burung wallet merupakan hasil dari usaha yang lain artinya, modal tidak merupakan pinjaman tapi dari hasil perputaran modal usaha yang lain yang lebih cepat perputarannya. 2. Sekarang ini dapat kita lihat bersama bahwa, peternakan burung wallet sudah mulai merebak khususnya untuk daerah Hulu Sungai Utara, jadi untuk menyikapi hal ini, pemerintah hendaknya memiliki inisiatif agar, setiap peternak butung wallet yang sudah berhasil dapat memberikan pengalamannya kepada masyarakat yang lain. 3. Cara yang sangat ampuh untuk membebaskan gedung walet dari serangga/ semut adalah dengan menggunakan racun kapur ajaib. Racun ini harus ditempatkan di seluruh gedung terutama di tempat serangga bisa masuk gedung seperti lubang ventalasi. Racun tikus juga harus diletakkan di dalam gedung karena tikus sangat suka memakan sarang burung walet, sehingga menyebabkan burung walet menjadi stress dan mencari tempat lain yang lebih aman untuk bersarang. Racun tikus juga efektif untuk tokek karena tokek juga suka memakan sarang burung wallet Salah satu metode lain yang sangat efektif untuk menghentikan tikus dan tokek masuk gedung walet adalah dengan menambahkan pecahan kaca di seluruh lubang kel uar-masuk . Metode yang sangat efektif untuk menghentikan hama masuk gedung walet adalah dengan membuat kolam di seluruh fundamen. Serangga-



serangga, tokek dan tikus tidak suka masuk air sehingga kolam di seluruh gedung akan menghalangi hama tersebut untuk memasuki gedung.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah hinggap di pohon. Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak. Memiliki rumah / gedung walet ibarat punya harta karun yang tak akan pernah habis. Namun pemilikan itu tak akan berhasil kalau pemilik tidak menetapkan 5 prinsip persyaratan ilmu perwaletan dalam pengelolaannya. Masing-masing adalah biologi, ekologi, geografi, meteorology, dan ekonomi perwaletan. Kelima itu harus sejalan, saling mendukung, dan salingmelengkapi pengelolaan. Gambaran Peluang Agribisnis Sarang burung walet merupakan komoditi ekspor yang bernilai tinggi. Kebutuhan akan sarang burung walet di pasar internasional sangat besar dan masih kekurangan persediaan. Hal ini disebabkan oleh masih kurang banyaknya budidaya burung walet. Selain itu juga produksi sarang walet yang telah ada merupakan produksi dari sarang-sarang alami. Peternakan burung walet sangat menjanjikan bila dikelola dengan baik dan intensif.



B. Saran Mengingat bahwa petrnakan burung wallet merupakan peluang bisnis yang cukup menjanjikan maka tidak heran, bawa banyak orang yang ingin dan berbisnis ini, namun dalam kesempatan ini kami ingin memberikan saran bahwa burung wallet juga merupakan makhluk hidup di bumi ini jadi untuk itu kita sebagai manusia harus bias menjaga kelestarian mereka bukan hanya ingin mendapatkan keuntungan semata. Kita harus dapat berfikir ke masa depan, kepada para penerus kita nantinya. Apabila usaha ini dikelola dengan baik dan kelestarian burung wallet dapat dijaga maka untuk tempo puluhan tahun kedepan kita masih bias menggunakan burung wallet sebagai sarana bisnis.



DAFTAR PUSTAKA www.kingwalet.com www.multi-walet.com http://ngraho.wordpress.com http://infoindonesia.wordpress.com http://bumipertiwiextrem.blogspot.com



Makalah Beternak Itik BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bebek adalah hewan penurut,Bebek mudah di ternakkan dan dipelihara. Banyak sekali sumber daya yang bisa kita ambil dari bebek ini, ada telurnya, dagingnya bahkan kotorannya bisa di jadikan pupuk. Penggemar daging dan telur bebek sekarang semakin banyak, karena rasa dari dagingnya yang sangat lezat. Telurnya pun bisa dibikin telur asin yang tak kalah lezat dengan dagingnya. Kebutuhan akan ketersediaan daging dan telur bebek ini sangatlah tinggi. Pada umumnya tujuan pemeliharaan itik adalah untuk menghasilkan telur.Pemeliharaan itik dari masa ke masa, profilnya adalah peternakan itik rakyat atau itik kampung, yang skala pemeliharaannya kecil dan umumnya diumbar.Itik mempunyai karakteristik khas unggas petelur termasuk dalam tipe petelur ini antara lain berasal darijenis : Indian Runner, Khaki Khampbel dan Buff Orpington atau itik Buff. Dalam perkembangannya di Indonesia, Indian Runner banyak dipelihara di wilayah tertentu, misalnya di Kalimantan Selatan dikenal itik Alabio,di daerah Tegal disebut itik Tegal dan di Bali disebut Itik Bali. Kemampuan bertelurnya bila dipelihara intensif hingga 300 butir pertahun dan bila dipelihara semi insentif berkisar 90 - 100 butir saja.Prospek dari usaha pemeliharaan itik cukup baik mengingat konsumsi telur dari tahun ke tahun terus meningkat, pemeliharaannya sudah mengarah pada semi insentif maupun kearah insentif. Usaha peternakan itik di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak itik Namun sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri dengan pemahaman tentang perkandangan, bibit unggul, pakan ternak, pengelolaan dan pemasaran hasil. Misalnya bagaimana pemeliharaan anak bebek (5-8 minggu), pemeliharaan bebek Dara (umur 8-20 minggu ke atas) dan pemeliharaan bebek petelur (umur 20 minggu ke atas).



1. 2. • • • • • 3. 4.



1. 2. 3. 4.



1.2 TUJUAN Adapun tujuan dari karya ilmiah tentang peternakan itik adalah: Memberikan bayangan ataupun gambaran tentang cara berternak itik, Manajemen pemeliharaan ternak itik yang meliputi: Pemeliharaan bibit Perkandangan Pemberian pakan Pencegahan penyakit Pengelolaan Reproduksi Usaha ternak itik sebagai peluang bisnis yang menjanjikan Sebagai wadah pembelajaran ataupun pemahaman tentang meningkatkan kesejahteraan peternakan, khusnya bagi masyarakat yang Mengusahakan peternakan itik tersebut. 1.3 MANFAAT PENULISAN Mengetahui cara beternak itik Mengetahui manajemen pemeliharaan beternak itik Mengetahui bahwa usaha beternak itik merupakan bisnis yang menjanjikan Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pengusaha peternak itik



BAB II PEMBAHASAN



2.1 PEDOMAN BUDIDAYA TERNAK BEBEK/ITIK 1. Letak tempat ataupun sarana dalam beternak itik Dalam beternak itik perlu memperhatikan letak tempat/kondisi lingkungan disekitarnya serta sarana-sarana untuk beternak,karena hal tersebut sangat mendukung untuk berhasilnya dalam beternak itik.Adapun tempat dan sarana yang perlu diperhatikan untuk beternak itik adalah: a. Lokasi  Tak bertentangan dengan RUTR dan RDTR  Letak dan ketinggian lokasi dengan wilayah sekitarnya harus memperhatikan lingkungan dan topografi b. Lahan Lahan harus jelas, sesuai degan peruntukannya menurut peraturan perundangan yang berlaku c. Penyediaan Air dan Alat Penerang Air yang digunakan harus memenuhi baku mutu air yang sehat yang dapat diminum oleh manusia dan ternak serta tersedia sepanjang tahun, dan hendaknya menyediakan alat penerangan (listrik) yang cukup sesuai kebutuhan. 2. Perkandangan Lokasi Kandang yang baik adalah: jauh dari keramaian,ada atau dekat dengan sumber air,tidak terlalu dekat dengan rumah,dan mudah dalam pengawasan. Persyaratan kandang yang harus dipenuhi adalah : mudah dibersihkan, sirkulasi uadara lancar dan cukup mendapatkan sinar matahari.Beberapa tipe kandang yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pemeliharaannya seperti: a. Kandang sistim terkurung atau postal • Lantai kandang terbuat dari tanah yang dipadatkan dan dialasi/bagian atas dilapisi sekam/serbuk gergaji dicampur dengan serbuk kapur. • Seluruh ruangan kandang dinaungi atap. • Apabila sampai dewasa (produksi) kepadatannya dapat mencapai 4 ekor /m² b) Kandang sistim koloni Yakni perpaduan atau kombinasi antara terkurung dengan sistim dilepas, yang bercirikan : • Lantai kandang dapat terbuat dari tanah yang dipadatkan ataupun disemen dan dialasi dengan litter (dapat berasal dari sekam, kulit padi atau bekas serutan kayu/serbuk gergaji). • Atap kandang menggunakan sistim atap berlubang • Umbaran atau pekarangannya dibuatkan pagar setinggi ± 75 cm, yang dilengkapi dengan peralatan kandang (tempat makan dan minum) • Dinding dari bambu atau kayu.



c) Kandang sistem batere • Satu kotak untuk satu ekor itik (dengan ukuran 45 x 35 x 60), bahan kotaknya dapat dibuat dari bambu atau kawat. • Lantai kandang sedikit miring (agar telur mudah menggelinding keluar). • Tempat makan dan minum diusahakan diluar kotak(dibagian depan) • Semua kotak/kandang betere dikumpulkan pada satu tempat dan diberi atap serta dindingnya dipagar dengan anyaman bambu atau kawat. • Untuk anak itik digunakan indukan sebagaimana untuk anak ayam. • Luasan lantai kandang yang diperlukan untuk anak itik sebagai berikut :  Umur 1 hari - 1 minggu, kepadatannya 20 ekor/m².  Umur 1 - 2 minggu, kepadatannya 18 ekor/ m².  Umur 2 - 3 minggu, kepadatannya 15 ekor/m².  Umur 5 - 6 minggu, kepadatannya 10 ekor/ m². Konstruksi Bangunan Memenuhi daya tampung untuk menjamin masuknya udara dengan leluasa ke dalam kandang dan keluarnya udara kotor (suhu optimal 26,5 oC dengan kelembaban maksimum 90%) memiliki saluran pembuangan limbah , bahan yang ekonomis.



Tabel 1.luas kandang yang diperlukan untuk anak itik petelur Umur



Luas kandang (m/ekor)



1 hari- 1 minggu 2-3 minggu 3-4 minggu 4-5 minggu 6-8 minggu



0,03 0,07 0,09 0,11 0,15



3. Pemeliharaan anak itik Sebelum anak itik ditempatkan setelah menetas, yaitu pada lingkaran yang terbuat dari tripleks, harus dilakukan persiapan sebelumnya seperti penyemprotan kandang agar bersih dengan menggunakan Biotama 3 (2 – 3 tutup botol Biotama 3 dilarutkan dalam 1 liter air). Pengaturan lampu pemanas dalam lingkaran tripleks tersebut agar kesehatan anak itik terjamin. Untuk menghindari angin yang masuk, mengingat bulu anak itik masih halus dan tidak tahan udara dingin, usahakan dinding kandang ditutup dengan tirai plastik. Seelah 4 hari, tirai plastik dapat dibuka pada siang hari, dan pda malam hari ditutup kembali. Pada umur 4 minggu tirai plastik dapat dilepas semua sebab anak itik sudah memiliki bulu yang cukup tebal, namun kalau ada hujan lebat atau ada angin kencang, tirai plastik masih



diperlukan. Induk buatan dengan alat pemanas lampu minyak atau lampu listrik sangat diperlukan sampai umur 3 minggu. Anak itik yang baru di beli dari Poulty Shop atau dari tempat yang cukup jauh, setelah dimasukkan dalam pelingkar tadi jangan tergesa-gesa diberi makan. Akan tetapi diberikan dahulu minuman segar, berupa susu atau air gula. Hal ini untuk menghindari “stress” karena perpindahan tempat. Setelah lebih kurang 1 jam, itik diberi makan sedikit demi sedikit tetapi sering agar makanan tidak terbuang dan diacak-acak. Setelah 1 minggu pertama, berilah air segar yang dicampur “antibiotika alami” yaitu Biotama 5 , kunyit dan asam jawa. 1 ruas kunyit ditambah 1 cm asam jawa potongan (haluskan) tambahkan 1 -2 tutup botol Biotama 5 dan air hingga 1000 ml. Masukkan dalam botol aqua besar, tutup rapat lalu kocok kocok. Minuman segar ini bisa disebut dengan ”jamu ternak”. Berikan minuman ini 1 minggu sekali. Hal ini untuk merangsang nafsu makan dan pertumbuhan yang seragam, juga untuk menghindari kepekaan terhdap gangguan penyakit selama pemeliharaan. 4. Seleksi bibit itik



• • • •



Untuk tujuan penghasil telur maka hendaknya dipilih itik-itik yang bercirikan : Tubuh ramping (tidak gemuk) dan bentuk seperti botol, leher kecil, panjang dan bulat seperti rotan. Kepala kecil, mata bersinar (terletak dibagian atas kepala). Sayap menutup badan secara rapat, dengan ujung sayap tersusun rapi dipangkal ekor, bulu halus, rapi dan tidak kusut. Kaki berdiri kokoh (induk yang produksi telurnya tinggi antara alin itik Tegal, Khaki Khampbell dan itik Bali).



5. Pemberian pakan Pada dasarnya pemberian pakan untuk itik memerlukan kandungan protein yang tinggi dan pemberian pakannya ada 2 macam cara yakni : a. Pakan lengkap dari satu jenis saja, dapat dalam bentuk all mash, pellet atau crumble yang sudah lengkap semua unsur nutrisinya (cara ini biasanya untuk suatu peternakan besar). b. Pakan lengkap dari beberapa jenis seperti campuran dedak padi, jagung, bungkil kedele dsb. (cara ini yang umum dipakai oleh peternak rakyat).Jumlah/konsumsi pakan untuk berbagai periode : - Anak itik rata-rata 58,3 gram/hari - Itik dara rata-rata 80 gram/hari - Dewasa (masa produktif) rata-rata 180 gram/hari c. Kebutuhan protein untuk berbagai periode :



-



Anak itik (0 - 6 minggu) 20 - 22% Itik dara (6 - 13 minggu) 16 - 18% Dewasa (> - 13 minggu) 15 - 16%



d. Bahan-bahan makanan sumber protein antara lain : - Bungkil kedele (protein 42 - 50%) - Bungkil kelapa (protein 19 - 23%) - Bungkil kacang (protein 0 - 15%) - Tepung ikan (protein 42,3 - 68,8%) e. Hal lain yang perlu diperhatikan antara lain : - Bahan pakan yang akan diberikan hendaknya tidak berbau tengik, tidak berjamur dan tidak berlebihan jumlahnya. - Selalu disediakan air minum dan ditempatkan agak lebih tinggi dari tempat pakan. - Kesehatan itik perlu diketahui, biasanya diawal terserang penyakit cenderung menurunkan gairah makan dan lambat laun konsumsi makannya berkurang. Tabel 2.formula ransum itik (%) Bahan



Anak itik(0-6 Dara(7-22 minggu) minggu)



Petelur(>23 minggu)



Jagung giling Bakatul Bungkil kelapa Bungkil kedelai Tepung dan lamtoro Tepung ikan Rumput kering Tepung kulit kerang Tepung tulang Garam



40 15 4,5 20 5 10 3 1 1 0,5



40 15 4,5 20 5 10 2 2 1 0,5



40 20 10 10 5 9,5 4 1 0,5



Jumlah



100



100



100



6. Pencegahan penyakit Melakukan pencegahan penyakit adalah lebih baik dari pada mengobatinya dan perlu diingat bahwa setiap penyakit belum tentu menyebabkan kematian, tetapi mungkit hanya menurunkan produksinya saja. Beberapa jenis penyakit yang biasa menyerang itik diantaranya.



















Salmonellosis (Pullorum + Berak kapur) Penyebabnya bakteri Salmonella pullorum, bila menyerang itik umur 3-15 hari berakibat kematian tinggi. Tanda penyakit yang nampak adalah adanya kotoran warna putih lengket seperti pasta dan menempel pada dubur, tubuh lemah, lesu dan mengantuk kedinginan, cepat terengahengah, bulu kusam, sayap menggantung kadang terjadi kelumpuhan. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang serta makanan dan minum, isolasi itik yang sakit. Pengobatan dengan obat jenis sulfa dan antibiotik. Penyakit Cacing Penyebabnya terbagi jenis cacing menyerang pada itik yang dilepas. Tanda penyakit adalah nafsu makan berkurang, mencret, bulu kusam, kurus dan produksi turun. Pencegahan harus dijaga kebersihan kandang jaga kelembabannya, sanitasi kandang dan makan, minum. Pengobatan dengan memberikan obat cacing minimal 3 bulan sekali. Penyakit Botulismus Penyebabnya adalah racun yang dihasilkan oleh kuman Clostridium botulinum, yang sering ditemukan pada bangkai hewan dan tanaman busuk. Itik yang digembalakan sering memakannya Tanda penyakit adalah itik lesu, lemah, lumpuh, pada leher kaki dan sayap, nampak mengantuk, kadang-kadang tidak dapat berdiri tegak dan kalau berjalan sempoyongan, bulu mudah rontik. Pencegahan dengan menjaga kebersihan makanan dan hindari makanan basi/sudah membusuk dan tercemar, makanan harus bersih dan baru atau kalau hijauan yang masih segar. Pengobatan dapat dicoba dengan obat laxanitia.pencahar (garam espon). Lumpuh. Penyebab : Kekurangan vitamin B.Tanda-tanda : Kaki bengkak dibagian persendian, jalan pincang dan lumpuh, kelihatan ngantuk, kadang-kadang keluar air mata berlebihan.



7. Produksi telor Tabel 3.kemampuan produksi telur dan bobot telur beberapa jenis itik petelur unggul Jenis itik



Jumlah telur(butir/th)



Bobot telur(gram/butir)



Itik thaki campbell Itik tegal Itik majo sari Itik alabio Itik bali Itik BPT AK Itik BPT KAT



300-330 150-250 200-266 130-250 153-250 297 282



60 65-70 70 65-70 59-65 70 70



Itik BPT KA 8.



274



70



Pasca panen Kegiatan pascapanen yang bias dilakukan adalah pengawetan. Dengan pengawetan maka nilai ekonomis telur itik akan lebih lama dibanding jika tidak dilakukan pengawetan. Telur yang tidak diberikan perlakuan pengawetan hanya dapat tahan selama 14 hari jika disimpan pada temperatur ruangan bahkan akan segera membusuk. Adapun perlakuan pengawetan terdiri dari 5 macam, yaitu: a)Pengawetan dengan air hangat Pengawetan dengan air hangat merupakan pengawetan telur itik yang paling sederhana. Dengan cara ini telur dapat bertahan selama 20 hari. b) Pengawetan telur dengan daun jambu biji Perendaman telur dengan daun jambu biji dapat mempertahankan mutu telur selama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah direndam akan berubah warna menjadi kecoklatan seperti telur pindang. c) Pengawetan telur dengan minyak kelapa Pengawetan ini merupakan pengawetan yang praktis. Dengan cara ini warna kulit telur dan rasanya tidak berubah. d) Pengawetan telur dengan natrium silikat Bahan pengawetan natrium silikat merupkan cairan kental, tidak berwarna, jernih, dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori kulit telur sehingga telur awet dan tahan lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat10% selama satu bulan. e) Pengawetan telur dengan garam dapur Garam direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi 25- 40% selama 3 minggu.



BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Kunci keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan program tata laksana pemeliharaan itik sampai umur 22 minggu. Kesalahan nutrisi pada masa pertumbuhan ini bisa menyebabkan itik terlambat mencapai kedewasaan kelamin sehingga itik tidak bisa berproduksi pada umur yang diharapkan. Dalam usaha ternak itik secara intensif, ada tiga evaluasi pokok yang memiliki andil keberhasilan yakni: 1. Bibit itik; karakteristik ekonominya dalam menunjang keberhasilan usaha adalah 20%. 2. Makanan itik; dalam menunjang keberhasilan usaha mempunyai andil sebesar 30%. 3. Tata laksana pemeliharaan, termasuk kandang, cara pemeliharaan dan ketrampilan, memegang peranan yang sangat besar 3.2 SARAN     



Dalam beternak itik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Letak tempat peternakan itik Sarana dan prasarananya harus memadai Kandang harus sesuai dengan jumlah ternak Bibit harus benar-benar bagus Kebersihan harus dijaga supaya terhindar dari penyakit



DAFTAR PUSTAKA



Anggrorohadi, Pemadi dan Sudawonadi S.1993.Sumber Daya Sarana dan Prasaran Peternakan Bandung:Balai penelitian peternakan Hendro, Sunarjono.1989.Kiat Sukses Beternak Itik.Jakarta:Balai Penyluhan Peternakan Abdi,Sucipto.1987.Perawatan Dalam Beternak Itik.Jogja:Balai Penyuluhan Peternakan https://sababjalal.wordpress.com/2012/10/20/karya-ilmiah-peternakan-bebek/ http://research.amikom.ac.id/index.php/KIM/article/view/2736