Makalah Bullying Antar Pelajar Di Sekolah [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Pii
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BULLYING DALAM DUNIA PENDIDIKAN



Disusun Oleh : Evi Nurvita Ayu Ferananda .S Nor Komalasari Risky Anggi Sugiarti Kelas XI-IIS 2



SMA NEGERI 3 PANGKALAN BUN



Kata Pengantar Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami berbagai macam nikmat kepada kami. Diantaranya nikmat iman, nikmat islam, nikmat umur, terlebihlebih nikmat kesempatan sehingga kami masih dapat menyelesaikan makalah ini sebagaimana yang diharapkan. Shalawat serta salam kami curahkan kepada junjungan kami bahwa yang hak itu benar dan yang bathil itu salah. Semoga prinsip semacam ini dapat kita realisasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Selanjutnya saran dan kritik kami harapkan dari berbagai pihak, terutama Guru Bahasa Indonesia serta teman-teman sekalian yang kami banggakan. Untuk perbaikan-perbaikan pembuatan makalah untuk kedepannya sehingga pembuatan makalah kedepannya sesuai dengan yang diharapkan. Pada kesempatan ini, kami mohon maaf sebesar-besarnya kepada Guru Bahasa Indonesia. Karena sangat kami sadari bahwa pembuatan makalah ini sangat jauh dari harapan bapak/ibu guru bahasa indonesia dan masih banyak kekurangan-kekurangan serta kesalahankesalahan yang kami lakukan dalam pembuatan makalah ini.



Pangkalan Bun, 29 Maret 2018



Penyusun



i



Daftar Isi Kata Pengantar ...............................................................................................................................i Daftar Isi .......................................................................................................................................ii BAB I Pendahuluan .....................................................................................................................1 1. Latar Belakang .........................................................................................................................1 2. Rumusan Masalah ....................................................................................................................1 3. Tujuan Masalah ........................................................................................................................2 BAB II Pembahasan .....................................................................................................................3 1. Pengertian Bullying ..................................................................................................................3 2. Jenis-jenis Perbuatan Bullying .................................................................................................4 3. Komponen Bullying .................................................................................................................5 4. Faktor Penyebab Bullying ........................................................................................................7 5. Contoh kasus bullying...............................................................................................................7 6. Dampak terjadinya Bullying ....................................................................................................9 7. Upaya Pencegahan dan penanggulangan Bullying...................................................................9 BAB III Penutup ........................................................................................................................12 1. Kesimpulan ............................................................................................................................12 2. Saran ......................................................................................................................................12 Daftar Pustaka ............................................................................................................................13



ii



BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seorang peserta didik menghabiskan waktu di sekolah dari mulai pagi hingga petang. Selain menambah keahlian dan kreatifitasnya dalam pembelajaran dan pendidikan, ia juga belajar untuk bergaul dengan orang lain dalam lingkungan institusi pendidikan tersebut. Mungkin ia belajar untuk mengenal si cengeng, si pemarah, si komedian, si cantik, si pemimpin dan lain sebagainya. Namun ia juga mulai mengenal bentuk karakter lain yang akhir-akhir ini mulai menjadi sorotan banyak pihak. Yaitu si bully. Karakter bully ini banyak membuat ketakutan dan cenderung adalah mereka yang dihindari oleh para peserta didik karena perilaku mereka yang tidak menyenangkan. Kekerasan di institusi pendidikan bisa dilakukan oleh siapa saja, baik antar teman, antar siswa, antar geng di sekolah, kakak kelas, bahkan guru. Lokasi kejadiannya mulai dari ruang kelas, toilet, kantin, halaman, pintu gerbang, bahkan di luar pagar sekolah. Akibatnya, sekolah bukan lagi tempat yang menyenangkan bagi siswa, tetapi justru menjadi tempat yang menakutkan dan membuat trauma. Bullying berasal dari bahasa Inggris yaitu “bully” yang artinya menggertak atau menggangu. Mereka bisa mengganggu secara fisik atau emosional. Kasus bullying ini sebaiknya mulai menjadi salah satu pusat perhatian bagi para pendidik dan para guru karena masalah ini terus saja meningkat kadar dan kasusnya dari tahun ke tahun. Dan kaitannya dengan pendidikan karakter dan motivasi belajar siswa, salah satu kutipan mengenai bullying secara verbal bisa digambarkan sebagai berikut,”Sticks and stones may break your bones but mean words can tear holes in your spirit”[anonymous]. Yang artinya adalah “tongkat dan batu dapat mematahkan tulangmu, tapi ucapan yang jahat dapat menghancurkan semangatmu”. Perilaku bullying dapat menghancurkan semangat dan motivasi siswa dan terutama menciptakan situasi yang tidak nyaman untuk belajar. Karena itu perilaku bullying ini perlu mendapatkan pemahaman dan perhatian lebih lanjut



2. Rumusan Masalah a. b. c. d. e. f. g.



Apa yang dimaksud dengan bullying? Sebutkan jenis-jenis perbuatan bullying! Apa saja komponen bullying? Sebutkan faktor penyebab bullying! Sebutkan contoh kasus bullying di Indonesia! Sebutkan dampak terjadinya bullying! Bagaimanakah upaya umtuk mengatasinya?



1



3. Tujuan Masalah a. b. c. d. e. f. g. h.



Sebagai pemenuhan tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bullying. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis perbuatan bullying. Untuk mengetahui apa saja komponen bullying. Untuk mengetahui faktor penyebab bullying. Untuk mengetahui apa saja contoh kasus bullying di Indonesia. Untuk mengetahui dampak terjadinya bullying. Untuk mengetahui bagaimana upaya untuk mengatasi kasus bullying.



2



BAB II Pembahasan 1. Pengetian Bullying Istilah ini pertama kali dikenal sebagai “Mobbing”, istilah tersebut diperkenalkan sekitar akhir 1960-an dan awal 1970-an oleh Heinemann yang merupakan seorang ahli fisika di sebuah sekolah di Swedia. Pada saat itu, mobbing oleh para ahli diartikan sebagai serangan sekelompok hewan kepada seekor binatang. Seiring perkembangan zaman, istilah tersebut diganti menjadi bullying. Pengertian bullying menurut para ahli yaitu suatu agresi atau perilaku agresif dimana seseorang memberikan perlakuan agresif tersebut bertujuan untuk melukai atau membuat korbannya merasa tidak nyaman. Para ahli juga mengatakan, seorang anak dikatakan menjadi korban bully adalah ketika perlakuan agresif atau bentuk perlakuan negatif lainnya diberikan secara berulang, dan dalam waktu yang lama. Sedangkan pengertian bullying secara umum yaitu salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/kelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Definisi lain tentang bullying dapat dikemukakan sebagai berikut: a) Bullying adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok, sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya. b) Bullying sebagai penggunaan agresi dalam bentuk apapun yang bertujuan menyakiti ataupun menyudutkan orang lain secara fisik maupun mental. Bullying dapat berupa tindakan fisik,verbal, emosional, dan juga seksual. c) Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku berupa pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik maupun psikologis terhadap seseorang atau kelompok yang lebih lemah oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempersiakannya lebih kuat. Terjadinya bullying di sekolah menurut Salmivalli dan kawan-kawan merupakan proses dinamika kelompok dan di dalamnya ada pembagian peran. Peran-peran tersebut adalah bully, asisten bully, reinfocer, defender, dan outsider.  Bully yaitu siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin, berinisiatif dan aktif terlibat dalam perilaku bullying.  Asisten bully, juga terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun ia cenderung bergantung atau mengikuti perintah bully.  Rinfocer adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan, mentertawakan korban, memprofokasi bully, mengajak siswa lain untuk menonton dan sebagainya.  Defender adalah orang-orang yang berusaha membela dan membantu korban, sering kali akhirnya mereka menjadi korban juga.  Outsider adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi, namun tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak peduli. 3



2. Jenis-jenis Bullying Barbara Coloroso (2006:47-50) membagi jenis-jenis bullying kedalam empat jenis, yaitu sebagai berikut: 1. Bullying secara verbal; perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, terror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, bullying dalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan dan bullying bentuk verbal akan menjadi awal dari perilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanjut. 2. Bullying secara fisik; yang termasuk dalam jenis ini ialah memukuli, menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara teratur melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan remaja yang paling bermasalah dan cenderung akan beralih pada tindakan-tindakan kriminal yang lebih lanjut. 3. Bullying secara relasional; adalah pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek. Bullying dalam bentuk ini cenderung perilaku bullying yang paling sulit dideteksi dari luar. Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatannya diawal masa remaja, karena saat itu tejadi perubahan fisik, mental emosional dan seksual remaja. Ini adalah saat ketika remaja mencoba untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya. 4. Bullying elektronik; merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya. Pada umumnya, anak laki-laki lebih banyak menggunakan bullying secara fisik dan anak wanita banyak menggunakan bullying relasional/emosional, namun keduanya sama-sama menggunakan bullying verbal. Perbedaan ini, lebih berkaitan dengan pola sosialisasi yang terjadi antara anak laki-laki dan perempuan (Coloroso, 2006:51). Selanjutnya, Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) mengelompokkan jenis-jenis bullying ke dalam 5 kategori yaitu: 1. Kontak fisik langsung, memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain.



4



2. Kontak verbal langsung, mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, member panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-downs), mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gossip. 3. Perilaku non-verbal langsung, melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal. 4. Perilaku non-verbal tidak langsung, mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng. 5. Pelecehan seksual, kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal. Meskipun anak laki-laki dan anak perempuan yang melakukan bullying cenderung sama-sama menggunakan bullying verbal, namun pada umumnya, perilaku bullying fisik lebih banyak dilakukan oleh anak laki-laki dan bullying bentuk verbal banyak digunakan oleh anak perempuan. Menurut US National Center for Education Statistics (2007), jenis-jenis bullying dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu: Bullying secara langsung meliputi agresi seperti mendorong, menampar, melempar barang, menonjok dan menendang, menjambak, mencakar, menggigit, dan mencekik. Sedangkan bullying secara tidak langsung berupa pengucilan. Misalnya dengan cara menyebarkan gossip, mem-bully orang yang ingin bersosialisasi dengan korban, tidak ingin bersosialisasi dengan korban, mengkritik cara berpakaian korban, dan penunjuk identitas sosial korban lainnya seperti agama, ras, kecacatan. Peneliti menyimpulkan dari beberapa pendapat di atas bahwa jenis-jenis bullying dapat berupa tindakan fisik, psikis, maupun verbal yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Semua jenis-jenis bullying bertendensi atau cenderung merusak.



3. Komponen Bullying A. The Bully Stephenson dan Smith mengindentifikasi ada tiga tipe dari pelaku bullying, antara lain : a) Pelaku yang percaya diri dimana pelaku mempunyai fisik yang kuat, menyukai agresi atau kekerasan, selalu merasa aman dan mempunyai popularitas. b) Pelaku yang cemas dimana pelaku merasa lemah dalam nilai akademiknya, konsentrasi yang rendah, kurang terkenal dan juga kurang aman (ada 18% dari pelaku dan sebagian besar adalah laki-laki). c) Pelaku yang mengincar korban dalam situasi tertentu dan pelaku juga pernah di “bullied” juga oleh orang lain. Banyak peneliti mengatakan bahwa pelaku “bully” mempunyai karakteristik yang agresif, suka mendominasi dan mempunyai pandangan yang positif tentang kekerasan, selalu menuruti kata hati dan tidak mempunyai sifat empati terhadap korbannya. Ada beberapa tanda–tanda pelaku dan karakteristik di sekolah terjadi Bullying yakni sebagai berikut: 1) sikapnya agresif dan perilaku mendominasi terhadap orang lain, menjengkelkan, 2) bersifat rahasia dan sulit untuk dilakukan pendekatan, 5



3) secara teratur memiliki perhiasan, pakaian atau uang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, 4) ada laporan dari anak-anak lain tentang perkelahian atau tindak kekerasan anak tertentu sengaja menyakiti anak lain, 5) memiliki bukti bahwa milik seorang anak telah dirusak atau merusak milik seseorang, 6) menggunakan orang lain untuk mendapatkan apa yang ia suka, 7) terus-menerus menceritakan kebohongan tentang perilakunya, 8) ketika ditanya, anak memperlihatkan perilaku yang tidak pantas dan sering bermuka masam, 9) menolak untuk mengakui melakukan sesuatu yang salah atau menerima kesalahan, tetapi ketika mengakui kesalahan, tidak ada penyesalan nyata atau rasa empati, 10) tampak menikmati menyakiti orang lain dan melihat mereka menderita, melihat teman yang lebih lemah sebagai mangsa, 11) menceritakan cerita atau membuat komentar menghasut (menyalahkan, mengkritik, dan tuduhan palsu) tentang orang lain yang tidak benar untuk menempatkan mereka ke dalam kesulitan, 12) anak-anak lain yang diintimidasi menjadi gugup atau diam dalam kehadiran anak tertentu, 13) anak-anak lainnya berbohong untuk melindungi anak tertentu, 14) tidak punya gambaran ke depan untuk mempertimbangkan konsekuensi atas perilakunya, 15) menolak untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan-tindakan yang sudah dilakukannya. B. The Victim Ada tiga ciri korban, antara lain: a. korban yang pasif mempunyai sifat cemas serta self esteem dan kepercayaan diri yang rendah, mereka selalu merasa dirinya lemah dan tidak berdaya serta tidak dapat berbuat apa-apa untuk menjaga diri mereka. b. Korban yang proaktif mempunyai sifat yang lebih kuat secara fisik dan lebih aktif dibandingkan korban yang pasif c. Korban yang diprovokasi cenderung melakukan tindakan bullying juga. Perry menemukan bahwa hal yang paling ekstrim dari korban adalah ketika mereka melakukan tindakan agresif, di “bullied” oleh anak yang lebih kuat, lalu menjadi pelaku Bullying terhadap anak yang lebih lemah. Ada beberapa tanda-tanda perilaku korban Bullying, yakni sebagai berikut : 1. Tidak bahagia di sekolah dan malas bangun di pagi hari; 2. Merasa cemas meninggalkan sekolah dan mengambil rute pulang ke rumah yang tidak biasa; 3. Mengeluh tentang perasaan sakit di pagi hari tanpa tanda-tanda fisik, produktifitas semakin memburuk disertai dengan berkurangnya minat di sekolah; 4. Menjadi marah atau emosional untuk alasan sepele, Luka atau memar di tubuh di mana penjelasan tidak benar-benar bisa dipercaya, 6



5. Buru-buru ke kamar mandi ketika pulang ke rumah dan enggan untuk pergi keluar dan bermain, 6. Membuat pernyataan yang komentar dan menurunkan kemampuan diri (“saya ini tidak pantas punya teman, atau saya ini bodoh”), 7. Menderita sakit perut, sakit kepala, serangan panik, atau luka yang tidak dapat dijelaskan, 8. Tidak punya keterampilan sosial-emosional, tidak punya teman, 9. Mengembangkan minat yang tiba-tiba pada kegiatan pembelaan diri dan bergabung dengan klub bela diri, 10. Menjadi gelisah ketika teman-teman di sekolah disebutkan, 11. Tidak tampil seperti biasa dan merasa tak berdaya diri, kelihatan atau merasa sedih, kesal, marah atau takut setelah mendapat panggilan telepon atau email, 12. Memiliki konsep diri yang rendah dan tampak tidak bahagia.



4. Faktor-faktor penyebab terjadinya bullying Banyak sekali factor mengapa seseorang melakukan bullying. Pada umumnya orang melakukan bullying karena merasa tertekan, terancam, terhina, dendam, dan lain sebagainya. Bullying disebabkan oleh korban dari keadaan lingkungan yang membentuk kepribadiannya menjadi agresif dan kurang mampu mengendalikan emosi, seperti lingkungan rumah yang tidak harmonis karena adanya pertengkaran orangtua atau broken home, kekerasan yang dilakukan orangtua terhadap anaknya, perlakuan orangtua yang terlalu mengekang anaknya. Sementara itu Psikolog Clara Wriswanto dari Jagadnita Counseling mengemukakan bahwa penyebab seseorang menjadi pelaku “bullying” bisa dari berbagai faktor seperti orang tua yang terlalu memanjakan anaknya, keadaan keluarga yang berantakan sehingga diri anak tersisihkan, atau hanya karena anak tersebut meniru perilaku “bullying” dari kelompok pergaulannya serta tayangan bernuansa kekerasan di internet atau televisi. Selain itu, lingkungan sekitar rumah juga berpengaruh besar terhadap perilaku bullying ini, misalnya anak hidup pada lingkungan orang yang suka berkelahi atau bermusuhan, berlaku tidak sesuai norma yang ada, maka akan mudah meniru perilaku dari lingkungan tersebut dan merasa tidak bersalah. Lingkungan sekolah juga bisa menjadi factor penyebab aksi bullying, misalnya guru berbuat kasar terhadap siswa, guru yang kurang memperhatikan kondisi anak, teman yang sering mengejek atau menghina, dan lain sebagainya. Faktor lain yang berpengaruh cukup kuat terhadap anak untuk berbuat bullying yaitu adanya tayangan televisi yang sering mempertontonkan kekerasan dalam sinetron atau film atau acara lain seperti acara sidik, berita utama dan lain sebagainya.



5. Contoh kasus bullying a. Bullying di SMAN 70 Jakarta Pada Juli 2014, 13 siswa di SMAN 70 Jakarta dikeluarkan akibat melakukan pelanggaran yakni perbuatan bullying pada juniornya. Para senior telah mem-bully 15 siswa yang masih duduk di kelas satu.



7



b. Siswa SD aniaya teman hingga tewas September 2015, seorang siswa di SDN 07 Pagi Kebayoran lama berusia delapan tahun melakukan tindak kekerasan kepada teman sebayanya. Akibat tindakan tersebut, korban harus menghembuskan nafas terakhirnya. c. Bullying oleh siswi berseragam pramuka Belum lama ini, beredar video kekerasan yang dilakukan siswi berseragam pramuka kepada temannya. Pelaku dan korban diketahui bersekolah di SMPN 4 Binjai, Sumatera Utara. Dalam video berdurasi lima menit itu, pelaku tidak hanya memaki, tetapi juga menampar hingga menendang korbannya. d. Siswa baru di-bully oleh 18 Senior Saat masa orientasi sekolah (MOS), seorang siswa baru di SMA Seruni Don Bosco, Pondok Indah bernama Ary dianiaya oleh 18 seniornya. Terdapat luka sundutan setelah Ary melakukan visum. Selain itu, juga didapati luka memar di tubuh Ary. Selain Ary, tiga siswa lainnya juga menjadi korban bullying para senior. e. Kasus Bullying di SMA 90 Jakarta Para junior disuruh berlari, push up dan bahkan berkelahi di lapangan Bintaro oleh para seniornya. Bila juniornya menolak, maka akan ditampar keras. Hal ini berlangsung dari pagi hingga petang. Tercatat 31 siswa yang melakukan peristiwa bullying tersebut. f. Kasus Bullying SMA 82 Jakarta Seorang siswa kelas 1 bernama Ade hendak mengambil catatan geografinya yang tertinggal di kelas, namun ia melewati koridor khusus untuk anak kelas 3. Yang dinamakan “koridor Gaza”. Selain dipukuli dan ditendangi oleh sekitar 30 siswa, ia juga terpaksa dibawa ke rumah sakit karena mengalami luka cukup parah. g. Kasus Bullying SMA 46 Jakarta Seorang siswa bernama Okke sering dipinjami motor oleh seniornya yang berinisial B. Namun ia meminjamnya dengan cara kasar dan mengembalikannya juga dengan seenaknya. Karena kesal maka Okke tidak lagi menggubris B, akibatnya ia dipukuli, diludahi dan sebagainya. Kini Okke lebih memilih untuk home schooling. h. Kasus Bullying SMA 70 Jakarta Vhia dipukuli oleh 3 orang seniornya dengan alasan karena ia tidak menggunakan kaos dalam (singlet). Peraturan tersebut dibuat oleh para seniornya dan bukan oleh sekolah. i. Kasus Bullying SMA Don Bosco Pondok Indah Kasus ini menimpa junior yang dilaporkan mengalami tindak kekerasan berupa pemukulan dan sundutan rokok saat masa orientasi siswa. Saat ini kasus masih diproses dan dikabarkan polisi telah menahan 7 tersangka. KPAI Terima Aduan 26 Ribu Kasus Bully Selama 2011-2017. Kak Seto, pakar pendidikan anak menambahkan bahwa di Indonesia mesti adanya perbaikan sistem dalam dunia pendidikan Indonesia karena kasus bullying ini terjadi baik di tingkat SMA hingga ke tingkat TK.



8



6. Dampak terjadinya bullying Menurut Psikolog Ratna Juwita, siswa korban bullying akan mengalami permasalahan kesulitan dalam membina hubungan interpersonal dengan orang lain dan jarang datang ke sekolah. Akibatnya, mereka (korban bullying) ketinggalan pelajaran dan sulit berkonsentrasi dalam belajar sehingga hal tersebut mempengaruhi kesehatan fisik dan mental baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Beberapa hal yang bisa menjadi indikasi awal bahwa anak mungkin sedang mengalami bullying di sekolah : • Kesulitan untuk tidur • Mengompol di tempat tidur • Mengeluh sakit kepala atau perut • Tidak nafsu makan atau muntah-muntah • Takut pergi ke sekolah • Sering pergi ke UKS • Menangis sebelum atau sesudah bersekolah • Tidak tertarik pada aktivitas sosial yang melibatkan murid lain • Sering mengeluh sakit sebelum pergi ke sekolah • Sering mengeluh sakit pada gurunya, dan ingin orang tua ingin segera menjemput pulang. • Harga diri yang rendah • Perubahan drastis pada sikap, cara berpakaian, atau kebiasaannya • Lecet luka Dari penelitian Riauskima dkk mengemukakan ketika mengalami bullying korban merasakan banyak emosi negatif seperti marah, dendam, kesal, tertekan,takut, malu dan sedih).Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri dan gejala-gejala gangguan stres pasca trauma (post trumatic stress disoder). Anak yang menjadi korban bullying atau tindakan kekerasan fisik, verbal ataupun psikologis di sekolah akan mengalami trauma besar dan depresi yang akhirnya bisa menyebabkan gangguan mental di masa yang akan datang. Gejala-gejala kelainan mental yang biasanya muncul pada masa kanak-kanak secara umum terbukti anak tumbuh menjadi orang yang pencemas, sulit berkonsentrasi, mudah gugup dan takut, hingga tak bisa bicara.



7. Upaya untuk mengatasi bullying Pencegahan agar anak tidak menjadi pelaku bullying orang tua harus mampu mengembangkan kecerdasan emosional anak sejak dini. Ajarkan anak untuk memliki rasa empati, menghargai orang lain, dan menyadarkan sang anak bahwa dirinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Pemerintah seharusnya memiliki program yang tegas, jelas, dan terarah. Kalau kita diam saja, maka itu sama saja melegalkan tradisi dendam di sekolah tersebut.



9



Untuk mengatasi dan mencegah masalah bullying diperlukan kebijakan yang bersifat menyeluruh di sekolah, sebuah kebijakan yang melibatkan komponen dari guru sampai siswa, dari kepala sekolah sampai orang tua murid, kerja sama antara guru,orang tua dan masyarakat atau pihak lain yang terkait seperti kepolisian, aparat hukum dan sebagainya. Peran orang tua di rumah harus mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan anakanak dan membekali anak dengan pemahaman agama yang cukup dan menanamkan ahlakul karimah yang selalu dilaksanakan di lingkungan rumah, karena anak akan selalu meniru perilaku orangtua. Pemberian teladan kepada anak akan lebih baik dari memberi nasihat. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh sekolah ialah membuat sebuah program anti bullying di sekolah. Meurut Huneck bullying akan terus terjadi di sekolah-sekolah, apabila orang dewasa tidak dapat membina hubungan saling percaya dengan siswa, tidak menyadari tingkah laku yang masuk tindakan bullying, tidak menyadari luka yang disebabkan oleh bullying, tidak menyadari dampak bullying yang merusak kegiatan belajar siswa, serta tidak ada campur tangan secara efektif dari sekolah. Adapun kegunaan dari program serta kegiatan anti bully di sekolah antara lain: a) Menanamkan pengertian bahwa rasa aman adalah hak dan milik semua orang b) Menyadarkan semua orang di sekolah bahwa tindakan bullying dalam bentuk apapun tidak dapat ditolelir c) Membekali siswa untuk membuat keputusan d) Membantu siswa membentuk lingkaran orang yang mereka percayai Kegiatan yang dapat dilakukan selama program ini, antara lain : 1) Brainstorming dan diskusi 2) Kegiatan menggunakan lembar kerja 3) Membaca buku cerita yang berhubungan dengan bullying 4) Membuat gambar, kolase, poster mengenai pencegahan bullying 5) Bermain drama 6) Berbagi cerita dengan orang tua di rumah 7) Menulis puisi 8) Menyanyikan lagu anti bullying dengan lirik yang sudah di rubah dari lagu populer 9) Bermain teater boneka Beberapa tips mencegah terjadinya bullying : a. Berikan mereka alternatif komunitas yang mengakuinya Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pengakuan atas keberadaan dirinya, terlebih pada usia remaja yang sedang dalam masa transisi dan krisis identitas, para remaja lebih senang berkumpul dengan teman-teman sebaya yang menurutnya lebih bisa menerima dan senasib dan sepenanggungan. Oleh karena itu kewajiban kita untuk memberikan alternatif komunitas yang positif dan tetap memenuhi kriteria penerimaan identitas para remaja, misalnya buat perkumplan pecinta alam atau wira usaha yang sesuai dengan keiginannya. Membuat kelompok band, atau kelompok kesenian dan sebagainya. b. Putus mata rantai pelaku dan budaya bullying Biasanya budaya bullying diwariskan dengan sistem kaderisasi yang kuat, motivasi senioritas adalah faktor yang terkuatnya. Untuk menghindari gejala tersebut sebaiknya bimbinglah para remaja dengan cara mengadakan kegiatan bersama antara generasi tersebut maupun alumninya dan buatlah suatu ikatan supaya terbentuk jalinan. 10



Persaudaraan yang akan melahirkan kesadaran bahwa senior harus membimbing dan para junior harus menghormati seniornya. c. Ajarkan cara mengantisipasi kekerasan bukan melakukannya Latihan bela diri misalnya merupakan salah satu alternatif pembentukan mental spiritual dan jasmani yang kuat. d. Tingkatkan kepedulian lingkungan sosial untuk mencegah praktek bullying Sudah waktunya masyarakat ikut peduli dan melakukan pencegahan atas praktek bullying yang terjadi di lingkungannya. e. ukung gerakan diet siaran televisi Batasi anak-anak dan remaja menonton televisi, karena acara dan penampilan yang disiarkan televisi ikut membentuk masyarakat pengaksesnya. Berikut merupakan saran bagi anak yang berisiko terkena bullying : 1. Jangan membawa barang mahal-mahal dan uang berlebihan. 2. Jangan sendirian. Kalau memungkinkan, beradalah di lingkungan yang dekat dengan guru atau orang dewasa lainnya yang dapat mengawasi anda. Atau lebih baik jika anda bersama teman-teman. 3. Jangan cari gara-gara dengan pelaku bullying. 4. Jika suatu saat menjadi korban bullying, kuncinya adalah tetaplah percaya diri. 5. Anda harus berani melapor kepada guru, orang tua, atau orang dewasa lainnya yang anda percayai. Pihak kepolisian bekerja sama dengan sekolah dengan cara mengadakan penyuluhan ke sekolah sekolah tentang bahaya dari bullying, dan memberikan sanksi dari mulai yang ringan seperti di skors beberapa waktu sampai dengan pemecatan dari sekolah. Begitu juga kerja sama dengan pihak kehakiman bagaimanakah proses persidangan, tuntutan serta keputusan yang akan dan telah diambil bagi pelaku bullying itu. Bagi pelaku bullying dari pihak guru, sekolah atau pihak- pihak lain jangan ragu-ragu untuk menindak dengan tegas supaya keadilan dapat di tegakkan di negeri ini dan guru tersadar atas semua kesalahannya, sehingga tidak terjadi lagi korban-korban bullying berikutnya.



11



BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Kegiatan bullying di sekolah merupakan satu masalah besar yang harus diatasi karena seharusnya sekolah melindungi siswanya dari tindakan kekerasan dalam bentuk apapun, dan menjadi wadah untuk pembentukan akal, moral dan karakter yang diperlukan untuk membangun masyarakat Indonesia yang sehat, berbudaya dan berteknologi tinggi. Masalah bullying di sekolah adalah tanggung jawab semua pihak yang ada di sekolah dan orang tua siswa. Bullying ini bisa dicegah selama semua yang terkait dalam institusi tersebut memiliki andil dan kepedulian untuk mengubah dan mencegah persoalan tersebut. Seperti yang telah diungkapkan oleh Hellen Keller sebagai berikut,”Science may have found a cure for most evils but it has found no remedy for the worst of them all – the human apathy” [ Sains mungkin telah menemukan penyembuh bagi kebanyakan setan namun belum menemukan penyembuh bagi yang terburuk – yaitu ketidakpedulian manusia]. Sesungguhnya bullying ini bisa dicegah baik bagi pelaku maupun korban, yaitu dengan meningkatkan setidaknya perasaan empati dan kepedulian antar sesama. Agar tidak ada lagi kekerasan yang berlanjut baik di rumah, institusi pendidikan, pekerjaan dan tempat lainnya.



2. Saran a. Kami mengusulkan supaya pemerintah memberi perhatian lebih terhadap kasus bullying, karena sekarang ini sebagian besar remaja melakukan bullying. b. Kami juga mengusulkan supaya sekolah dapat memilih guru dengan benar, supaya dapat membimbing siswa dan memperhatikan siswa. Tidak hanya memarahi siswa yang malah akan menyebabkan aksi bullying.



12



Daftar Pustaka Tisha. Astri. 2012. Apa sih, Bullying itu?. http://www.kawankumagz.com/read/apa-sih-bullying-itu Dra. Ehan. Bullying dalam Pendidikan. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707121984032EHAN/BULLYING_DALAM_PENDIDIKAN.pdf https://news.detik.com/berita/d-1979089/5-kasus-bullying-sma-di-jakarta/2 https://nsholihat.wordpress.com/tag/cara-mengatasi-bullying/ https://news.detik.com/berita/d-3670079/kpai-terima-aduan-26-ribu-kasus-bully-selama2011-2017 http://masalahbullyingdalamsekolah.blogspot.co.id/2017/03/masalah-bullying-dalamsekolah.html https://www.halopsikolog.com/pengertian-bullying/184/



13