Makalah Derai-Derai Cemara Karya Chairil Anwar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Puisi dapat didefinisikan sebagai karya sastra yang cenderung dengan irama (ritme) yang dibangun dengan rima, bait dan baris. Irama merupakan nada-nada yang ada pada puisi. Irama biasanya dibangun dengan rima (persamaan bunyi), bait dan baris. Meskipun demikian, orang tidak akan dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya esteti yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkit akan perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan pancaindra. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan. Segala ulangan susunan baris sajak yang nampak di baris lain dengan tujuan menambah kebagusan puisi, itulah yang dimaksud dengan korespondensi (Slametmuljana, 1956: 113). Sebagaimana diketahui bahwa puisi-puisi karya Chairi Anwar merupakan merupakan puisi yang disusun dengan kata-kata yang sederhana dan lebih memperdalam makna. Chiril Anwar dan cara hidupnya yang “jalang” telah menjadi semacam mitos, kita suka bahwa sajak-sajak yang ditulis menjelang kematiannya menunjukkan sikap hidupnya yang matang dan mengendap meskipun umurnya baru 26 tahun. Puisi ‘Derai-Derai Cemara’ ini merupakan sajak yang ditulisnya pada saat ia berada pada pembaringan di rumah sakit. Dalam puisi ini Chairil Anwar meneriakkan keinginannya untuk tetap hidup walaupun umurnya telah terbatas, yaitu 27 tahun. Pada usia 26 tahun ia menyadari bahwa hidupnya “hidup hanya menunda kekalahan…sebelum pada akhirnya kita menyerah”. Sajak ini merupakan sebuah kesimpulan yang diutarakan dengan sikap yang sudah mengendap, yang sepenuhnya menerima proses perubahan dalam diri manusia yang memisahkannya dari gejolak masa lampau. Proses itu begitu cepat, sehingga “ada yang tetapi tidak diucapkan”. Si aku dalam lirik puisi ini pun menyadari sepenuhnya bahwa hari belum malam, namun terasa jadi malam. 1



B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan puisi dan unsur apa saja yang terdapat dalam puisi? 2. Apa tema dalam puisi Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar? 3. Citraan apa saja yang terdapat dalam puisi Derai-Derai Cemara? 4. Pesan apa yang dapat diambil dalam puisi Derai-Derai Cemara? 5. Apa yang dimaksud dengan “hidup hanya menunda kekalahan” (larik yang terdapat pada bait ketiga)? C. Tujuan Penulisan Makalah Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui dan menjelaskan mengenai definisi puisi dan apa saja unsur yang terdapat dalam puisi. 2. Mengetahui tema dalam puisi Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar. 3. Menyebutkan citraan atau pengimajian yang terdapat dalam puisi. 4. Menjelaskan pesan yang terdapat dalam puisi Derai-Derai Cemara. 5. Menjelaskan larik dalam bait puisi Derai-Derai Cemara. D. Manfaat Penulisan Makalah Penulisan makalah ini memberikan manfaat mengenai pentingnya mengapresiasi puisi untuk mengetahui unsur apa saja yang terdapat dalam puisi tersebut dan nilai apa saja yang dapat dipetik dalam puisi setelah mengapresiasinya. Puisi Derai-Derai Cemara memberikan fungsi informatif mengenai sebuah kesadaran tentang sebuah perjalanan hidup manusia yang rapuh. Setiap perjalanan manusia pasti akan berakhir, dan semua yang bernyawa pasti akan mati apabila telah tiba pada waktunya. Puisi ini dapat memberikan manfaat pelajaran bahwa sesungguhnya sekeras apapun manusia berusaha atau bekerja, tetap saja semua jalan hidup dan keputusan ada di tangan-Nya.



2



BAB II PEMBAHASAN Derai-Derai Cemara Karya :Chairil Anwar cemara menderai sampai jauh terasa hari akan jadi malam ada beberapa dahan ditingkap merapuh dipukul angin yang terpendam aku sekarang orangnya bisa tahan sudah berapa waktu bukan kanak lagi tapi dulu memang ada satu bahan yang bukan dasar perhitungan kini hidup hanya menunda kekalahan tambah terasing dari cinta sekolah rendah dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan sebelum pada akhirnya kita menyerah 1949 Puisi “Derai-Derai Cemara” yang merupakan salah satu puisi yang ditulis Chairil Anwar pada waktu menjelang kematiannya, yang dipandang penulis merupakan kristalisasi tentang filosofi perjalanan atau peran seorang manusia dalam kehidupan. Penyerahan Chairil Anwar dalam puisi ini terasa begitu kental dengan adanya unsur penyerahan, kepasrahan, kematian, dan ketidakberdayaan. Hal pertama yang membuat tertarik setelah membaca sajak “Derai-derai Cemara” adalah gaya bahasa pengarang dalam puisi ini yang berbeda dari puisi-puisi lainnya. Dimana dalam puisi ini rimanya lebih teratur tidak seperti dalam puisi-puisi Chairil lainnya, misalnya dibandingkan dengan puisi “Aku”. Selain itu, puisi ini memberikan kesan yang sangat dalam bagi penulis, mulai dari bait pertama sampai bait terakhir. 3



Pada bait pertama memberikan kesan bahwa bait itu bercerita mengenai kondisi sang penyair yang semakin memburuk, seperti yang tergambar pada setiap larik-lariknya. Dimana hal itu digambarkan mengenai diri penyair itu sendiri yang digambarkan sebagai sebuah cemara, dan daunnya itu telah menderai dan dahan-dahannya telah merapuh. Pada bait kedua, kesan yang dapat diambil adalah mengenai perasaan pengarang yang memang bisa tahan menghadapi kondisinya itu, karena ia memang sudah dewasa seperti yang terlukis pada larik kesatu dan kedua. Walaupun sebenarnya kondisinya yang ia rasakan itu tak pernah ia bayangkan sebelumnya, hal ini tergambar pada bait ketiga dan keempat. Pada bait terakhir, dapat ditafsirkan bahwa akhirnya penyair menyerah, setelah sebelumnya ia berjuang dan mengerti bahwa sesungguhnya hidup hanya menunda kekalahan atau kematian, karena setiap manusia pasti akan menghadapi kematian. A. STRUKTUR FISIK PUISI Struktur fisik puisi atau struktur kebahasaan puisi disebut juga metode puisi. Bahasa merupakan medium pengucapan yang hendak disampaikan oleh penyair. 1. Tipografi (rima) Yang pertama kita lihat dalam puisi adalah tipografinya yaitu bentuk-bentuk tertentu yang digunakan pada saat menulis puisi. Tipografi dapat juga memberi makna dan suasana tertentu dalam puisi. Puisi Derai-Derai Cemara memiliki tipografi yang beraturan yakni a-b-a-b, puisi ini memiliki 3 bait dan memiliki total jumlah 12 baris. Penyusunan bentuknya yang sedemikian rupa dapat memengaruhi nada dan suasana ketika membaca puisi ini seperti dalam keadaan sedih, pasrah, dan tidak berdaya. 2. Diksi (rima majas pencitraan) Diksi merupakan pemilihan kata oleh penulis untuk menyatakan maksud (Keraf dalam Wahyudi, 1989: 242). Diksi digunakan oleh penyair untuk mencurahkan perasaan dan isi pikirannya. Chairil Anwar pada zamannya dikatakan sangat kuat dalam diksinya. Kata-kata Chairil Anwar begitu tegas dan lugas sehingga pembacanya terpesona. Diksi (pilihan kata) yang digunakan dalam puisi Derai-Derai Cemara ini sangat sederhana dan dingin, sehingga pembaca seolah-olah mengalami pesakitan yang 4



dialami oleh pengarang. Diksi yang digunakan oleh penyair dalam puisi yang merefleksikan penyerahan dan kepasrahan ini, tak lagi bersemangat. Penyair memilih kata-kata yang bernada lembut dan menekan. Tidak ada semangat yang terkandung dalam setiap katanya. Bait puisi pertama, yaitu: cemara menderai sampai jauh terasa hari akan jadi malam ada beberapa dahan ditingkap merapuh dipukul angin yang terpendam Cemara dijelaskan pada bait sebelumnya merupakan sebuah jenis pohon yang berbatang tinggi lurus seperti tiang yang daunnya kecil-kecil seperti lidi. Menderai dapat digunakan sebagai sebuah gambaran guguran atau dedaunan yang berjatuhan. Jauh menggambarkan sebuah jarak yang atau panjang antaranya tidak dekat. Terasa dapat diartikan suatu suasana yang dialami oleh pelaku, hari dapat diartikan waktu selama matahari menerangi tempat kita (dari matahari terbit sampai matahari terbenam). Menjadi malam menunjukkan suasana perubahan situasi, malam diartikan waktu setelah matahari terbenam hingga matahari terbit. Ada beberapa menunjukkan jumlah yang tidak tentu banyaknya. Lebih dari dua tetapi tidak terlalu banyak. Dahan adalah salah satu bagian dari pohon yang tumbuh mencuat dan menyamping, beranting dan berdaun. Tingkap merupakan salah satu jendela yang tertetak di atap atau di dinding pada sebuah rumah yang memiliki banyak nama. Merapuh berasal dari kata dasar rapuh yang berarti sudah lemah, rusak, tidak kuat lagi. Memperoleh penambahan prefiks yang mempunyai arti sebuah proses menuju rapuh. Dipukul adalah sesuatu yang dialami oleh subjek yaitu pukulan dengan sesuatu alat yang berat. Angin adalah gerakan udara dari daerah yg bertekanan tinggi ke daerah yg bertekanan rendah. Terpendam diartikan sesuatu yang tertanam, biasanya didalam tanah atau dapat juga dengan sesuatu yang lain. Pohon cemara menggambarkan tentang sesuatu yang lemah, rapuh, sesuai dengan bentuk daun cemara yang kecil, meruncing mudah terhempas oleh angin yang bertiup. Malam identik dengan kesunyian, kegelapan, waktu istirahat dan akhir dari sebuah kejadian. Angin memberikan gambaran tentang segala cobaan dan kepahitan dalam hidup, yang menghempas kehidupan si tokoh dalam puisi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bait pertama memberikan gambaran tentang akhir dari sebuah perjalanan hidup 5



atau merupakan sebuah kesadaran tentang segala sesuatu yang terjadi di dunia ini penuh dengan cobaan dan semua yang ada didunia ini pasti akan berakhir, dan semua yang bernyawa juga pasti akan mati. Bait puisi kedua, yaitu: … aku sekarang orangnya bisa tahan sudah berapa waktu bukan kanak lagi tapi dulu memang ada satu bahan yang bukan dasar perhitungan kini Sekarang menunjukkan waktu saat ini atau saat yang sedang terjadi. Bisa berarti dapat atau mampu dan tahan berarti tetap keadaannya (kedudukannya) meskipun mengalami berbagai-bagai hal. Sudah berarti telah terjadi. Beberapa menunjukkan jumlah yang tidak tentu jumlahnya yang lebih dari dua namun tidak terlalu banyak. Waktu mempunyai arti seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Bukan kanak-kanak lagi. Bukan berarti berlainan dengan sebenarnya. Kanak-kanak berarti periode perkembangan anak masa prasekolah (usia antara 2-6 tahun). Dulu berarti dahulu yaitu waktu sebelum sekarang tapi dengan jangka yang cukup lama. Suatu bahan yang dimaksudkan adalah barang yg akan dibuat menjadi satu benda tertentu; bakal; atau sesuatu yg dapat dipakai atau diperlukan untuk tujuan tertentu, seperti untuk pedoman atau pegangan, untuk mengajar, memberi ceramah. Bukan merupakan menunjukkan negasi atau penyebutan sesuatu yang bukan sebenarnya. Dasar diartikan sebuah pokok atau pangkal suatu pendapat sedangkan perhitungan



mempunyai



arti



tentang



pertimbangan



mengenai



sesuatu.



Kini



menunjukkan waktu sekarang atau saat ini atau waktu dekat dengan sekarang. Jadi, dapat dikatakan bahwa tokoh puisi merupakan sosok yang telah meninggalkan masa lalunya, masa kanak-kanaknya dan telah menunjukkan kedewasaannya. Tokoh puisi telah mempunyai suatu cita-cita atau pandangan hidup pada masa kecilnya. Akan tetapi, apa yang dicita-citakan pada waktu kecil tidak terjadi pada masa sekarang, dan pandangan tentang hidupnya telah berbeda dari apa yang pernah dia pikirkan ketika ia masih kanak-kanak. 6



Bait puisi ketiga, yaitu: … … hidup hanya menunda kekalahan tambah terasing dari cinta sekolah rendah dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan sebelum pada akhirnya kita menyerah Hidup diartikan sebagai sebuah keadaan yang masih tetap ada, bergerak dan berfungsi sebagai manusia. Kata ini identik digunakan pada manusia hewan atau tumbuh-tumbuhan. Hanya berarti cuma atau menyebutkan sesuatu yang dianggap sepele atau tidak penting. Menunda berarti mengundurkan waktu pelaksanaan (yang sudah direncanakan sebelumnya). Kekalahan berarti sebuah situasi yang buruk, berada pada satu pihak yang dikategorikan lebih lemah. Terasing mempunyai arti terpisah dari yang lain atau dalam suatu keadaan yang terdiskriminatif. Cinta berarti sebuah perasaan yang manusiawi dimiliki manusia yang ditujukan kepada lawan jenis atau merupakan sebuah ungkapan sayang. Sekolah rendah menunjukkan jenjang pendidikan yang terbatas, mungkin hanya tingkat sekolah dasar yang dianggap lebih rendah dibandingkan dengan lulus SMA. Sebelum menunjukkan waktu ketika belum terjadi atau lebih dahulu dari suatu kejadian. Akhirnya berarti kesudahannya atau memberikan kesimpulan terhadap sebuah wacana yang telah dijabarkan sebelumnya. Menyerah berarti berserah pasrah, tidak mampu berbuat apa-apa. Dapat disimpulkan bahwa puisi Derai-Derai Cemara merupakan ungkapan tentang perjalanan seorang tokoh puisi yang hidupnya penuh penderitaan, ia sempat mempunyai cita-cita yang cemerlang pada masa kecilnya namun pada kenyataannya hidupnya mengalami kepahitan dan penderitaan, sehingga membawa pada sebuah keterasingan dan menyadarkan tentang segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti akan berakhir dan segala sesuatu yang bernyawa pasti akan mati. 3. Kata Konkret (diksi) Kata kongkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau 7



lambang. Menurut Jabrohim dkk (2003:41) kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Dalam hidup hanya menunda kekalahan merupakan sebuah penggambaran tentang keputusasaan tokoh, semacam kesimpulan yang diutarakan dengan sikap mengendap, yang sepenuhnya menerima proses perubahan dalam diri manusia yang memisahkannya dari masa lalunya. Kata menunda seolah terasa asing ditelinga, biasanya kata menunda lebih dikenal untuk disandingkan pada kata menunda kemenangan. Kekalahan digambarkan sebagai suatu simbol kepasrahan dan sangat identik dengan keputusasaan, penderitaan, bahkan kematian. Cita-cita si tokoh puisi pada masa lampaunya yang begitu cemerlang namun tokoh puisi selalu mengalami penderitaan dalam hidupnya. Nampak dari kata terasingkan yang digunakan atau yang menceritakan tentang rencana si tokoh tentang cita-citanya namun berbeda dengan apa yang diharapkan sehingga membawa dia ke dunia yang dianggap asing dan pada akhirnya berujung pada keputusasaan atau kematian. 4. Citraan atau Pengimajian Pengimajian atau daya bayang adalah kemampuan menciptakan citra atau bayangan dalam benak pembaca (Herman J. Waluyo). Gambaran-gambaran angan dalam sajak itu disebut citraan (imagery). Imaji terbagi menjadi imaji penglihatan (visual imagery), imaji pendengaran (audiotory imagery), imaji raba dan sebagainya. Dalam  puisi Derai-Derai Cemara, citraan atau penggambaran suasana dalam sajak oleh pengarang dibuat sedemikian rupa untuk membangkitkan suasana yang relevan dengan tema sajak. Citraan yang digunakan pengarang mengarah kepada kesunyian,



kesendirian,



ketidakmampuan



dan



hal-hal



yang



menggambarkan



ketidakberdayaan si Aku lirik. Imaji atau citraan yang terdapat dalam puisi Derai-Derai Cemara diantaranya: a. Citraan Penglihatan Citraan penglihatan adalah citraan yang dihasilkan dengan memberi rangsangan indra penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat seolah-olah benarbenar terlihat. Dalam puisi Derai-Derai Cemara ini menggunakan pencitraan penglihatan, dimana saat pembaca membaca puisi ini, seolah pembaca diajak oleh 8



pengarang untuk melihat sesuatu yang ada dalam pusisi tersebut. Misalnya pada bait puisi pertama yang berbunyi: cemara menderai sampai jauh terasa hari akan jadi malam ada beberapa dahan ditangkap rapuh dipukul angin yang terpendam Pengarang merangsang imajinasi pembaca seolah-olah  melihat daun cemara yang menderai serta dahan-dahannya yang telah rapuh. Citraan penglihatan juga terdapat pada larik “Terasa hari jadi akan malam/ Ada beberapa dahan di tingkap merapuh” dan“sudah beberapa waktu bukan kanak lagi”.   b. Citraan Pendengaran Citraan pendengaran adalah citraan yang timbul oleh pendengaran. Citraan pendengaran dalam sajak ini menggunakan suasana alam berupa citraan pendengaran pada larik “Cemara menderai sampai jauh” menimbulkan suasana sunyi yang mencekam, sampai-sampai suara deraiannya terdengar sampai kejauhan. c. Citraan gerak Citraan



gerak



adalah



citraan



yang



menggambarkan



gerak,



atau



menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan dapat bergerak. Citraan gerak terdapat pada frasa “dipukul angin yang terpendam”. d. Citraan Pencecapan Citraan pencecapan adalah citraan yang digugah untuk mencoba merasakan apa yang ingin penyair sampaikan. Dalam puisi Derai-Derai Cemara, citraan alam yang digunakan Chairil Anwar pun menampilkan ketenangan, yaitu suara deraian cemara sampai di kejauhan menyebabkan hari terasa akan jadi malam, dan dahan yang di tingkap merapuh itu pun dipukul angin yang terpendam. Dalam seluruh sajak ini, kata “dipukul” jelas merupakan kata yang paling keras mengungkapkan masih adanya sesuatu  di dalam yang masih terpendam. Si aku dalam lirik puisi ini pun menyadari sepenuhnya bahwa hari belum malam, namun terasa jadi malam. 9



Imajinasi yang digunakan oleh pengarang sangat tinggi walaupun menggunakan kata-kata yang sederhana tetapi sangat menyentuh hati pembaca. 5. Majas Majas merupakan gaya bahasa yang sering digunakan dalam menulis puisi, biasa juga disebut bahasa kiasan. Majas membuat puisi menjadi lebih menarik, dan lebih menimbulkan kejelasan gambaran. Pemanfaatan majas atau bahasa kiasan oleh penyair dalam sajak-sajak Chairil Anwar ini tampak begitu singkron dengan tema yang diangkat oleh sang penyair. Dalam puisi Derai-Derai Cemara  tidak memakai banyak ragam bahasa kiasan atau majas. Adapun gaya bahasa yang digunakan oleh penyair dalam sajak Derai-Derai Cemara adalah: a) Personifikasi Personifkasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang yang tidak bernyawa seolah-olah hidup seperti manusia. Seperti pada bait pertama larik terakhir dipukul angin yang terpendam, dimana pada bait tersebut  kata angin yang sesungguhnya merupakan benda mati digambarkan seolaholah hidup sehingga ia bisa memukul. Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam puisi ini sangat sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan. b) Metafora Metafora adalah perbandingan sesuatu dengan yang sama sifatnya. Metafora dalam puisi Derai-Derai Cemara yaitu dari bagian tubuh manusia yang mulai lemah dengan kiasan “merapuh”. c) Simbolik Simbolik atau simbolis yaitu sebagai lambang. Jika dikaitkan dengan lariklarik sebelumnya, puisi Derai-Derai Cemara menggambarkan sebuah kehidupan si Aku lirik yang mulai lelah. Ditunjang dengan simbol-simbol seperti “dahan” dan simbolik “malam”, mengimajinasikan pada kesunyian dan akhir dari sebuah kehidupan.



10



d) Eufemisme Eufemisme



adalah pengungkapan yang dihaluskan demi kesopanan.



Eufemisme “menyerah” sebagai metafora dari kata mati. Parabel ”hidup hanya menunda kekalahan” dijadikan penentang dari pepatah hidup hanya menunda kemenangan. 6. Rima dan Irama Bunyi dalam puisi menghasilkan versifikasi atau ritma dan rima. Secara umum ritma dikenal sebagai irama atau wirama, yakni pengertian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur (Jabrohim dkk., 2003: 53). Rima atau unsur bunyi dalam sajak ini sangat dingin sehingga menimbulkan kemerduan puisi, dan dapat memberikan efek terhadap makna, nada dan suasana dalam puisi tersebut. Dalam puisi Derai-Derai Cemara, Chairil Anwar menggunakan rima yang beraturan. Pengaturan inipun begitu tertib dan tenang, masing-masing terdiri dari empat larik yang sepenuhnya menggunakan rima a-b-a-b. Hal itu secara konsisten ia terapkan dari awal puisi hingga akhir puisi. Adapun irama dalam sajak ini tidak terlalu tinggi, tidak juga rendah. B. STRUKTUR BATIN PUISI Struktur batin dalam puisi mencakup tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat (Waluyo dalam Jabrohim dkk, 2003:65). 1. Tema Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan penyair melalui puisinya (Waluyo, 2003:17). Setiap karya sastra pasti memiliki tema yang menjadi pokok pembahasan dalam karya sastra tersebut. Tema puisi kadang-kadang disebut pula dengan makna puisi atau sense (Inggris). Tema sajak Derai-Derai Cemara ini menurut Chairil Anwar adalah mengenai penyerahan Chairil terhadap takdir. Karena hal itu didasarkan pada penegasan Chairil pada bait terakhir yang berbunyi: … …



11



hidup hanya menunda kekalahan tambah terasing dari cinta sekolah rendah ada yang tetap tidak diucapkan sebelum pada akhirnya kita menyerah Dalam bait terakhir puisi Derai-Derai Cemara menggambarkan perubahan dalam diri manusia yang terpisah dari kehidupan masa lalu, dari cinta sekolah rendah sebelum pada akhirnya kita menyerah. Tema kematian yang terdapat dalam sajak-sajak ini adalah refleksi dari hukum alam bahwa semua makhluk hidup yang bernyawa akan mati. Tiada daya bagi manusia untuk menolak kematian. Sajak ini merupakan semacam kesimpulan yang diutarakan dengan sikap yang sudah mengendap, yang sepenuhnya menerima proses perubahan dalam diri manusia yang memisahkannya dari gejolak masa lampau. Ketidakberdayaan manusia atas takdir yang terjabar dalam berbagai peristiwa, menunjukkan bahwa mereka hanyalah boneka bagi ketentuan takdir. “hidup hanya menunda kekalahan” dan “sebelum pada akhirnya kita menyerah” (bait ketiga). Aku lirik di dalam sajak digambarkan lebih tenang dan lebih dewasa dalam menghadapi segala hal, termasuk ketika ia harus menghadapi kematian. Ungkapan “aku sekarang orangnya bisa tahan” dan “sudah lama bukan kanak lagi” menunjukkan bahwa aku lirik telah sadar dan siap menghadapi segala hal. Oleh sebab itu, ia sadar pula bahwa “hidup hanya menunda kekalahan”, karena bagaimanapun manusia pasti kalah, sehingga apa pun yang terjadi harus “diserahkan” sepenuhnya kepada Tuhan. Kalau sudah demikian, tidak perlu takut walaupun kematian segera menjemput. 2. Perasaan (Feeling) Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya (Aminuddin, 2002:150). Sikap tersebut adalah sikap yang ditampilkan dari perasaan penyair, misalnya sikap simpati, antipati, senang, tidak senang, rasa benci, rindu, haru, sedih, dan sebagainya. Sifat puisi adalah gaya pengungkapan penyair terhadap tema yang diungkapkannya. Sifat dikenal pula dengan istilah rasa atau feeling (Inggris). Sifat dalam puisi merupakan salah satu aspek penting berkenaan dengan apresiasi puisi. Perasaan yang muncul dalam puisi Derai-Derai Cemara yaitu perasaan putus asa, sedih, menyerah, pasrah, dan tidak berdaya melawan kehendak atau apa yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan. 12



3. Nada dan Suasana Sikap penyair kepada pembaca disebut nada puisi, sedangkan keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat yang ditimbulkan puisi terhadap perasaan pembaca disebut suasana. Nada mengungkapkan sikap penyair, dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius (sungguh-sungguh), patriotik, belas kasih (memelas), mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya (Waluyo 2009:37). Sikap adalah gaya pengungkapan penyair terhadap pembaca. Sikap dikenal pula dengan istilah nada atau tone (Inggris). Sikap dalam dunia puisi merupakan salah satu aspek penting berkenaan dengan apresiasi puisi. Nada dalam sajak Derai-Derai Cemara yaitu iba atau merengek. Sedangkan suasana yang tergambar yaitu suasana sedih, menyerah dan pasrah. 4. Amanat Menurut Waluyo (2003:40) Amanat, pesan atau nasehat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Cara pembaca menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan pandangan pembaca terhadap suatu hal. Dalam puisi terdapat pula amanat yang ingin disampaikan penyair melalui puisinya. Amanat adalah pesan penyair yang terdapat dalam puisinya. Amanat dikenal pula sebagai maksud, tujuan atau intention (Inggris). Sebuah puisi bisa saja mempunyai amanat untuk mendidik, menyerukan keadilan, menyampaikan berita ketidakadilan, cinta kasih atau kabar gembira. Penyair harus mempunyai kekayaan pengetahuan untuk dapat menyampaikan amanatnya kepada para apresiasinya. Sajak Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar ini mengamanatkan kepada pembaca bahwa sesungguhnya kita harus bisa menerima takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Kehidupan hanyalah perjalanan yang keras untuk ditempuh, dan setiap manusia akan mati dengan tenang kalau apa yang harapkannya tercapai.



13



BAB III SIMPULAN Puisi Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar ini meneriakkan keinginannya untuk tetap hidup walaupun umurnya telah terbatas. Puisi ini bertemakan tentang penyerahan terhadap takdir. Amanat yang terdapat dalam puisi yaitu kehidupan hanyalah perjalanan yang keras untuk ditempuh dan manusia hanya bisa berpasrah mengikuti takdir yang telah digariskan oleh Tuhan-Nya. Diksi yang digunakan dalam sajak ini sangat sederhana dan dingin, sehingga pembaca seolah-olah mengalami pesakitan yang dialami oleh pengarang. Citraan atau pengimajian yang terdapat dalam puisi yaitu citraan penglihatan, pendengaran, gerak, dan pencecapan. Adapun gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam sajak ini sangat sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan. Unsur bunyi dalam sajak ini sangat dingin sehingga menimbulkan kemerduan puisi, dan dapat memberikan efek terhadap makna, nada dan suasana puisi tersebut. Nada dan suasana dalam puisi menggambarkan nada iba atau merengek dan dalam suasana putus asa, pasrah dan menyerah.



14



DAFTAR PUSTAKA



J. Waluyo, Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. Fidwar,



Riyon.



2011.



Unsur-Unsur



Intrinsik



Puisi.



[online].



Tersedia:



http://riyonfidwar90.blogspot.com/2011/01/analisis-puisi-derai-derai-cemara oleh.html. [17 Juni 2012].



15