Makalah Diagnostik & Assesment [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang



i ii iii iii



B. Rumusan Masalah



iii



C. Tujuan Penulisan Makalah



iv



BAB II Pembahasan A. Konsep Validitas



1 1



B. Kriteria yang Berkaitan dengan Validitas C. Validitas Konstruk D. Validitas dan Bias



2 2 4



BAB III Penutup A. Kesimpulan



8 8



B. Saran Daftar Pustaka



8 9



i



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1986), atau dengan kata lain, validitas adalah suatu standar yang menunjukkan seberapa tepat suatu instrumen dalam mengukur hal yang seharusnya diukur. Tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur dengan akurat. Dengan validitas, kita dapat melihat sejauh mana ketepatan alat ukur melakukan fungsi pengukurannya. Jadi pengujian validitas itu mengacu pada sejauh mana suatu instrument dalam menjalankan fungsi. Dalam sebuah penelitian memiliki tujuan yakni suatu kebenaran, dalam usaha soal validitas merupakan aspek yang sangat penting. Pengertian validitas alat ukur tidak berlaku untuk semua tujuan ukur. Suatu alat ukur menghasilkan ukuran yang valid hanya bagi satu tujuan ukur tertentu saja. Tidak ada alat ukur yang dapat menghasilkan ukuran yang valid bagi berbagai tujuan ukur. Validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan. Ada sifatsifat yang tidak dapat langsung tampak perwujudannya dalam kelakuan manusia, misalnya kepribadian seseorang. Kepribadian terdiri dari berbagai komponen, dengan tes kepribadian kita ingin mengetahui aspek-aspek manakah yang sebenarnya kita ukur. Dengan teknik statistik yang disebut analisis faktor dapat diselidiki berbagai komponen kepribadian tersebut, sehingga tes itu dapat disusun berdasarkan komponen itu, tes yang demikian ini bisa dikatakan memiliki validitas konstruk. Bias adalah terjadinya sistematika eror dalam studi. Terjadi karena kesalahan sistematis akibat distorsi penaksiran parameter populasi sasaran ii



berdasarkan parameter sampel. Bias bisa muncul pada desain dan pelaksanaan studi. Bias itu sendiri bisa dievaluasi namun tidak bisa diperbaiki pada tahap analisa. Kesalahan sistematis itu sendiri adalah kesalahan riset yang dilakukan oleh peneliti dan atau subyek penelitian, baik disadari maupun tidak, yang mengakibatkan distorsi penaksiran parameter populasi sasaran. Kesalahan sistematik akan merusak validitas dan kualitas penelitian. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan validitas? 2. Bagaimana konsep dari validitas ? 3. Apa saja karakteristik yang berkaitan dengan validitas? 4. Apa yang dimaksud dengan validitas konstruk? 5. Bagaimana kita mengetahui tes yang dilakukan dengan validitas konstruk benar atau tidak? 6. Untuk apa validitas konstruk biasa digunakan ? 7. Apa yang dimaksud dengan bias? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui maksud dari validitas 2. Untuk mengetahui konsep dari validitas 3. Untuk mengetahui karakteristik yang berkaitan dengan validitas 4. Untuk mengetahui maksud dari validitas konstruk 5. Untuk mengetahui tes yang dilakukan dengan validitas konstruk benar atau tidak 6. Untuk mengetahui kegunaan validitas konstruk 7. Untuk mengetahui maksud dari bias



iii



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Validitas Azwar (1987: 173) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya.Validitas merujuk pada ketepatan (appropriateness), kebermaknaan (meaningfull), dan kemanfaatan (usefulness) dari sebuah kesimpulan yang didapatkan dari interpretasi skortes. Validitas mengarah kepada ketepatan interpretasi hasil penggunan suatu prosedur evaluasi sesuai dengan tujuan pengukurannya. Validitas merupakan suatu keadaan apabila suatu instrument evaluasi dapat mengukur apa yang sebenarnya harus diukur secara tepat. Seperti contoh, suatu alat ukur hasil belajar matematika dikatakan valid apabila alat ukur tersebut benar-benar mengukur hasil belajar matematika. Validitas alat ukur tidak semata-mata berkaitan dengan kedudukan alat ukur sebagai alat, tetapi terutama pada kesesuaian hasilnya, artinya sesuai dengan tujuan diselenggarakan dan dibuatnya alat ukur tersebut. Suryabrata (2000: 41) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Pengukuran validitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar (dalam arti kuantitatif) suatu aspek psikologis terdapat dalam diri seseorang, yang dinyatakan oleh skor pada instrumen pengukur yang bersangkutan. Dalam hal pengukuran ilmu sosial, validitas yang ideal tidaklah mudah untuk dapat dicapai. Pengukuran aspek-aspek psikologis dan sosial mengandung lebih banyak sumber kesalahan (error) daripada pengukuran aspek fisik. Kita tidak pernah dapat yakin bahwa validitas instrinsik telah terpenuhi dikarenakan kita tidak dapat membuktikannya secara empiris dengan langsung. Pengertian validitas alat ukur tidaklah berlaku garis besar untuk semua tujuan ukur. Suatu alat ukur menghasilkan ukuran yang valid hanya bagi satu tujuan ukur tertentu saja. Tidak ada alat ukur yang dapat menghasilkan ukuran yang valid bagi berbagai tujuan ukur. Oleh karena itu, pernyataan seperti “alat ukur ini valid” belumlah lengkap apabila tidak diikuti oleh keterangan yang menunjukkan kepada tujuannya, yaitu valid untuk apa dan valid bagi siapa. Itulah yang ditekankan oleh Cronbach (dalam Azwar 1986) bahwa dalam proses validasi sebenarnya kita tidak bertujuan untuk melakukan validasi alat ukur akan tetapi melakukan validasi terhadap interpretasi data yang diperoleh oleh prosedur tertentu.



B. Kriteria yang Berkaitan dengan Validitas Validitas memiliki beberapa kriteria yang melekat pada intisari validitas itu sendiri. Berikut adalah beberapa karakteristik yang berkaitan dengan validitas. a. Validitas merujuk pada ketepatan interpretasi terhadap hasil suatu tes yang diberikan kepada peserta tes, bukan merujuk pada tes itu sendiri. Sering kali kata validitas disandarkan pada tes, sehingga muncul istilah validitas tes. Tetapi, sebenarnya yang diinginkan dari validitas tes bukan terletak pada tes melainkan validitas interpretasi atau kesimpulan yang didapatkan dari hasil/skor tes. b. Validitas berkaitan dengan pengkatagorian derajat (degree) tertentu seperti halnya validitasnya tinggi, sedang dan rendah. c. Validitas hanya berkaitan dengan kondisi khusus. Artinya, suatu tes bisa dikatakan sebagai tes yang memiliki derajat kevalidan yang tinggi hanya pada satu materi atau kondisi khusus. Tidak bisa kemudian dikatakan bahwa validitas tes ini tinggi dan bisa dijadikan tes untuk kondisi atau materi yang lain. Hal ini dikarenakan setiap poin dalam biji soal sangat berkaitan dengan materi yang akan diujikan. d. Adanya korelasi antara perangkat tes dan kesinambungan tertentu yang dikehendaki dalam tes. Contohnya: untuk membuat kuesioner kita harus menyediakan wadah untuk menampung jawaban seperti website dan membutuhkan responden. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan partikel sekecil kecilnya di antara subjek yang satu dengan yang lain.



C. Validitas Konstruk Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual



yang telah ditetapkan. Ada sifat-sifat yang tidak dapat langsung tampak perwujudannya dalam kelakuan manusia, misalnya kepribadian seseorang. Kepribadian terdiri dari berbagai komponen, dengan tes kepribadian kita ingin mengetahui aspek-aspek manakah yang sebenarnya kita ukur. Dengan teknik statistik yang disebut analisis faktor dapat diselidiki berbagai komponen kepribadian tersebut, sehingga tes itu dapat disusun berdasarkan komponen itu, tes yang demikian ini bisa dikatakan memiliki validitas konstruk. Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen-instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel-variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan intelekual), kecerdasan emosional dan lain-lain. Validitas konstruk juga digunakan ketika kita menyaksikan apakah gejala yang tes benarbenar hanya mengandung satu dimensi. Apabila ternyata gejala itu mengandung lebih dari satu dimensi maka validitas tes itu diragukan. Keuntungan validitas konstruk ini ialah bahwa mengetahui komponen-komponen sikap atau sifat yang diukur dengan tes itu. Untuk menentukan validitas konstruk suatu instrumen harus dilakukan proses penelaahan teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan butir-butir item instrumen. Perumusan konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses analisis dan komparasi yang logik dan cermat. Validitas konstruk merupakan salah satu tipe validitas internal rasional suatu instrumen yang menunjukkan sejauh mana instrumen tersebut mengungkap suatu trait atau konstruk teoretik yang hendak diukurnya. Dalam hal ini konstruk merupakan kerangka dari suatu konsep. Pengertian konstruk ini bersifat terpendam dan abstrak sehingga berkaitan dengan banyak indikator perilaku empiris yang menuntut adanya uji analisis seperti analisis faktor. Menurut Suryabrata (2000), Validitas konstruk (construct validity) adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh butir-butir tes mampu



mengukur apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan. Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat konsep diri, lokus kontrol, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), inteligansi (kecerdasan intelektual), kecerdasan, emosional dan lain-lain. Sutrisno Hadi (2001) menyamakan construct validity dengan logical validity atau validity by definition. Suatu instrumen non tes mempunyai validitas konstruk, jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Misalnya untuk mengukur minat terhadap matematika, perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu minat terhadap matematika, demikian juga untuk mengukur kemandirian belajar siswa maka perlu terlebih dahulu didefinisikan mengenai apa itu kemandirian belajar siswa. Setelah konsep atau defenisi itu diperoleh selanjutnya disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur minat terhadap matematika sesuai definisi. Dalam hal ini, untuk melahirkan definisi tentu saja diperlukan teori-teori. Sutrisno Hadi menyatakan bahwa jika memang bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat pengukur yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid. Namun demikian, walaupun secara teoritis dapat dikatakan sudah valid, pengujian secara empiris terhadap suatu instrumen non-tes tetap diperlukan untuk mengungkap seberapa jauh setiap variabel yang akan diukur dapat dijelaskan oleh setiap dimensi dalam instrumen yang telah disusun. D. Validitas dan Bias 1. Validitas Validitas berhubungan dengan konseptual dan scientific dari penelitian atau investigasi, dan tujuan utama dari semua bentuk penelitian untuk menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang valid (akurat). Untuk menghasilkan kesimpulan yang valid, akurat atau bermanfaat, kesimpulan peneliti harus mengusahakan untuk menghilangkan atau memperkecil pengaruh dari luar,variabel-variabel dan



penjelasan-penjelasan yang dapat mengurangi keakuratan dari hasil akhir yang diperoleh. Secara sederhana, validitas berhubungan dengan metodelogi penelitian karena tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan keakuratan dan kegunaan dari penemuan dengan mengeliminasi atau mengendalikan variabel-variabel, yang diikuti oleh kepercayaan yang besar terhadap penemuan dari semua studi yang diberikan. Setiap studi penelitian berbeda dan menghadapi sumber yang unik dari artifact dan bias yang dapat mempengaruhi validitas hasil akhir. Sumber artifact dan bias dapat terjadi terpisah atau kombinasi,yang dapat mengurangi keakuratan. Para peneliti harus menyadari hal ini dan mengendalikan keberadaannya. Ada beberapa cara bagi para peneliti yang dapat mengontrol efek artifact dan bias. Metode yang paling efektif termasuk penggunaan dari kontrol statistik, kontrol dan perbandingan kelompokkelompok dan randomisasi. Penggunaan pengakuratan yang salah atau strategi pengukuran yang tidak sesuai bisa menyebabkan hasil yang tidak sesuai. 2. Bias Bias adalah terjadinya sistematika eror dalam studi. Terjadi karena kesalahan sistematis akibat distorsi penaksiran parameter populasi sasaran berdasarkan parameter sampel. Bias bisa muncul pada desain dan pelaksanaan studi. Bias itu sendiri bisa dievaluasi namun tidak bisa diperbaiki pada tahap analisa. Kesalahan sistematis itu sendiri adalah kesalahan riset yang dilakukan oleh peneliti dan atau subyek penelitian, baik disadari maupun tidak, yang mengakibatkan distorsi penaksiran parameter populasi sasaran. Kesalahan sistematik akan merusak validitas dan kualitas penelitian. Kesalahan sistematik bisa terjadi pada semua tahap penelitian, baik perencanaan, pelaksanaan dan interpretasi hasil. Ada dua jenis bias dalam studi epidemiologi : 1. Bias Seleksi Bias ini terjadi bila terdapat perbedaan karakteristik antara kelompok yang menjadi subyek penelitian dengan kelompok yang tidak menjadi subyek penelitian. Sumber terjadinya bias seleksi ini adalah :



a. Kelemahan desain penelitian, terutama pada saat penentuan anggota kelompok yang akan dibandingkan. b. Penentuan kerangka sampling yang tidak tepat. c. Subyek hilang dari pengamatan atau tidak memberikan respon selama pengumpulan data. d. Selektive survival, yaitu individu-individu yang terpilih sebagai subyek penelitian adalah individu-individu yang mempunyai karakteristik tertentu. Contoh bias seleksi misalnya pada penelitian case control : pengaruh penggunaan estrogen pasca menopause terhadap resiko Ca Endometrium. Kasus (Ca Endometrium) cenderung dipilih diantara wanita yang mengalami pendarahan per vaginam. Kontrol cenderung dipilih diantara wanita yang yang tidak mengalami pendarahan per vaginam. Padahal pendarahan merupakan tanda yang sering dijumpai pada wanita pemakai estrogen. Sehingga mengakibatkan jumlah kasus terpapar lebih banyak dari yang sebenarnya. 2. Bias Informasi Bias informasi misklasifikasi berkaitan dengan instrument dan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data, baik data pajanan, efek, maupun data faktorfaktor penelitian yang lain. Bias informasi terjadi bila pengukuran-pengukuran secara individual, klasifikasi penyakit atau klasifikasi pajanan dilakukan dengan tidak akurat (tidak mengukur apa yang seharusnya diukur). Confounding adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan hubungan secara keseluruhan maupun sebagian yang dapat mempengaruhi hasil dari studi yang sedang dipelajari. Confounding atau pengganggu muncul ketika efek dari dua eksposur terkait belum dipisahkan, sehingga dalam interpretasi, efek yang dipengaruhi oleh suatu variabel dapat dipengaruhi juga dengan variabelvariabel lain. Dampak dari adanya pengaruh confounding ini adalah bahwa estimasi hubungan tidak sama dengan efek sebenarnya. Menentukan variabel yang merupakan confouder : 1. Variabel terkait secara independen dengan hasil (yaitu menjadi faktor resiko).



2. Variabel harus dikaitkan dengan paparan yang diteliti dalam populasi sumber. 3. Seharusnya tidak terletak pada jalur kausal antara paparan dan penyakit. Contoh confounding : Misalnya suatu studi menemukan hubungan antara konsumsi alcohol terhadap resiko penyakit jantung koroner. Namun merokok dapat menjadi variabel pengganggu (confouder) antara alcohol dan penyakit jantung koroner. Misalkan merokok secara secara independen terkait dengan penyakit jantung koroner (merupakan faktor resiko) dan juga berhubungan dengan konsumsi alcohol (perokok cenderung mengkonsumsi alcohol lebih banyak dibanding bukan perokok). Adanya efek pembaur (confounding) dari merokok mungkin sebenarnya menunjukkan tidak ada hubungan antara konsumsi alcohol dan PJK. Pengaruh dari confounding : Faktor confounding jika tidak dikontrol dapat menyebabkan bias dalam estimasi dampak paparan yang sedang dipelajari. Efek dari confounding dapat menghasilkan : 1. Adanya hubungan yang diamati pada populasi studi, padahal tidak ada hubungan yang nyata. 2. Tidak adanya hubungan yang diamati pada populasi studi, padahal terdapat hubungan yang nyata. 3. Menyalahkan efek yang sebenarnya berhubungan. 4. Membenarkan efek yang sebenarnya salah



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Atau sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Karakteristik yang berkaitan validitas yaitu, validitas merujuk pada ketepatan interpretasi terhadap hasil suatu tes yang diberikan kepada peserta tes, bukan merujuk pada tes itu sendiri. Ke dua, validitas berkaitan dengan pengkategorian derajat (degree) tertentu seperti halnya validitas tinggi, sedang, dan rendah. Yang ke tiga adalah validitas hanya berkaitan dengan kondisi khusus yaitu suatu tes bisa dikatakan sebagai tes yang memiliki derajat kevalidan yang tinggi hanya pada satu materi atau kondisi khusus. Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan. B. Saran Adapun saran yang dapat diajukan berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas antara lain: 1. Validasi soal dapat diketahui kelemahannya dan kekuatannya dengan memberikan langsung validasi soal kepada siswa yang pernah mempelajari materi soal tersebut. 2. Sebaiknya guru menggunakan hasil belajar untuk mengetahui kelemahan dan kesulitan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika agar nantinya dapat mengetahui hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. 3. Diharapkan soal yang dikembangkan dapat digunakan di sekolah, minimal di sekolah yang diteliti.



DAFTAR PUSTAKA



Validitas Konstruk (Construct validity) – rajadariusputra (wordpress.com) Uji Validitas - Pengertian Menurut Para Ahli, Jenis, Cara (dosenpendidikan.co.id) Matondang, Zulkifli. "Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian." Jurnal Tabularasa 6.1 (2009): 87-97. Ihsan, Helli. "Validitas Isi Alat Uukur Penelitian: Konsep Dan Panduan Penilaiannya." Pedagogia 13.3 (2015): 173-179. Arifin, Zaenal. "Kriteria instrumen dalam suatu penelitian." Jurnal Theorems (The Original Research of Mathematics) 2.1 (2017). Arikunto, Suharini. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Thoha, M. Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. https://www.psikologimultitalent.com/2016/07/pengertian-konsepvaliditas-dan-jenis.html https://statistikceria.blogspot.com/2012/01/konsep-validitas-danrealibilitas.html https://qmc.binus.ac.id/2014/11/01/u-j-i-v-a-l-i-d-i-t-a-s-d-a-n-u-j-i-r-el-i-a-b-i-l-i-t-a-s/ https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-validitas/ https://www.ukulele.co.nz/validasi-adalah/