Makalah Ekonomi Pembangunan Kel 9.. [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



TRANSFORMASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH PEDESAAN ( Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan Jurusan Ekonomi Islam Semester IV )



Oleh : Kelompok XI AISYAH CITRA DEWI



(0501181048)



DEKSA IMAM SUHADA



(0501182160)



SALSABILLA SIAGIAN



(0501181002)



DOSEN PENGAMPU : KHAIRINA TAMBUNAN, M. EI



JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA 2020



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Transformasi Pertanian Dan Pembangunan Daerah Pedesaan” tepat pada waktunya. Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, terkhusus kepada Ibu Khairina Tambunan selaku dosen mata kuliah Ekonomi Pembangunan. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki dalam penulisan makalah selanjutnya. Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang transformasi pertanian dan pembangunan daerah pedesaan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembacanya.



Medan, 05 April 2020



Kelompok XI



i



DAFTAR ISI



Kata Pengantar .................................................................................................................i Daftar Isi ............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1 A. Latar Belakang.........................................................................................................1 B. Rumusan Masalah....................................................................................................1 C. Tujuan Penulisan......................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................2 A. Peran Sektor Pertanian Bagi Pembangunan.............................................................2 B. Struktur Sistem Agraria di Negara Berkembang.....................................................3 C. Peran Penting Kaum Wanita....................................................................................6 D. Perilaku Petani dan Pembangunan Agrikultur.........................................................8 E. Permasalahan Sektor Pertanian................................................................................10 F. Ekonomi Pedesaan...................................................................................................10 G. Strategi Kedepan......................................................................................................11 H. Agenda Kedepan......................................................................................................13 BAB III PENUTUP...........................................................................................................16 A. Kesimpulan..............................................................................................................16 B. Saran........................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya pertanian di dalam pertumbuhan sebuah ekonomi yang didominasi oleh sektor pertanian, pertumbuhan pertanian akan meningkatkan laju pertumbuhan pendapatan daerah bruto (PDB). Peran sektor pertanian dan sangat diperlukan dalam upaya menurunkan kemiskinan. Data PDB menyatakan bahwa pada daerah pedesaan dinegara berkembang terdapat 1 milyar penduduk dari 1,2 milyar penduduk hidup dalam kemiskinan absolute. Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat yang tidak diimbangi oleh teknik pertanian menyebabkan kekurangan, hal ini menyebabkan degradasi tanah dan penurunan produksi dan konsumsi makanan per kapita. B. Rumusan Masalah 1. Apa Saja Peran Sektor Pertanian Bagi Pemangunan ? 2. Bagaimana Struktur Sistem Argaria di Negara-negara Berkembang ? 3. Menjelaskan Peran Penting Kaum Wanita 4. Bagaimana Perilaku Petani dan Pembangunan Agrikultur ? 5. Apa Saja Permasalahan Sektor Pertanian ? 6. Bagaimana Keadaan Ekonomi Pedesaan ? 7. Strategi Ke Depan Dalam Pembangunan Pertanian ? 8. Apa Saja Agenda Ke Depan Dalam Pembangunan ? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui Penjelasan tentang Peran Sektor Bagi Pembangunan. 2. Dapat Memahami Struktur Sistem Argaria di Negara-negara Berkembang. 3. Mengetahui Peran Penting Kaum Wanita. 4. Mengetahui Perilaku Petani dan Pembangunan Agrikultur. 5. Dapat Memahami Permasalahan Sektor Pertanian. 6. Mengetahui Keadaan Ekonomi Pedesaan. 7. Mengetahui Strategi Ke Depan Dalam Pembangunan Pertanian. 8. Mengetahui Agenda Ke Depan Dalam Pembangunan.



1



BAB II PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Bagi Pembangunan 1. Arti Penting Kemajuan Sektor Pertanian dan Pembangunan Daerah Pedesaan Suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap dasar, yakni:1 a. Percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional, dan insentif harga yang khusus dirancang untuk meningkatkan produktivitas para petani kecil. b. Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang dihasilkan dari strategi pembangunan perkotaan yang berorientasikan pada upaya pembinaan ketenagakerjaan. c. Diversifikasi kegiatan pembangunan daerah pedesaan yang bersifat padat karya, yaitu non pertanian,yang secara langsung dan tidak langsung akan menunjang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian. Harus diingat bahwa tanpa pembangunan daerah pedesaan yang integratif, pertumbuhan industri tidak akan berjalan dengan lancar dan kalaupun bisa berjalan, pertumbuhan industri tersebut akan menciptakan berbagai ketimpangan internal yang sangat parah dalam perekonomian bersangkutan. Pada gilirannya, segenap ketimpangan tersebut akan memperparah



masalah-masalah



kemiskinan,



ketimpangan



pendapatan, serta pengangguran.  2. Pertumbuhan dan Stagnasi Pertanian Kita telah mengetahui bahwa selama beberapa dasawarsa yang lalu banyak negara yang sedang berkembang berhasil mencapai peningkatan pertumbuhan GNP secara mengesankan. Sumbangan terbesar bagi tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini berasal dari sektor manufaktur dan perdagangan yang tingkat pertumbuhan output pertahunnya seringkali lebih dari 20 persen. Sebaliknya, pada masa yang sama pertumbuhan output pertanian sebagian besar kawasan negara-negara sedang 1



Transformasi Pertanian Dan Pembangunan Daerah Pedesaan Diakses dari https://www.academia.edu/7054754/Transformasi_Pertanian_dan_Pembangunan_Daerah_Pedesaan , Pada tanggal 05 April 2020



2



berkembang yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu justru mengalami stagnasi, sehingga andil output pertanian dalam GNP secara keseluruhan terus menurun. Dalam rangka meningkatkan taraf hidup kelompok masyarakat yang paling miskin, upaya yang dilakukan harus langsung diarahkan kepada kelompok penduduk yang bersangkutan. Karena pada umumnya mereka tinggal di pedesaan dan bekerja di sektor pertanian, maka kunci pengentasan kemiskinan terletak pada pembangunan sektor pertanian secara sungguh-sungguh. Revolusi hijau sangat berperan dalam meningkatkan jumlah kawasan garapan dan menaikkan output. Sayangnya, manfaat yang dihasilkan tidak selalu menyebar ke wilayah lain atau mendukung pelestarian lingkungan yang berkelanjutan. Penyebab utama memburuknya kinerja pertanian di negara-negara dunia ketiga terabaikannya sektor yang sangat penting ini dalam perumusan prioritas pembangunan oleh pemerintah itu sendiri. Diperparah lagi dengan gagalnya pelaksanaan investasi dalam perekonomian industri perkotaan, yang terutama disebabkan oleh kesalahan dalam memlih strategi industrialisasi subtitusi impor dan penetapan nilai kurs yang telalu tenggi. B. Struktur Sistem Argaria di Negara-negara Berkembang Sebenarnya, pola atau sistem-sistem pertanian yang ada di dunia ini dapat dibagi menjadi dua pola yang berbeda. Pertama, Pola pertanian di negara-negara maju yang memiliki tingkat efisiensi tinggi dengan kapasitas produksidan rasio output pertenaga kerja yang juga tinggi, sehingga dengan jumlah petani yang sedikit dapat menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk. Kedua, Pola pertanian yang tidak atau kurang efisien yang umumnya terdapat dinegara-negara berkembang. Tingkat produktivitasnya begitu rendah sehingga hasil yang diperoleh acap kali tidak dapat memenuhi kebutuhan para petaninya sendiri. 2 Di sejumlah negara-negara yang berkembang, pertaniannya bersifat subsisten. Jangankan untuk mencukupi kebutuhan pangan daerah perkotaan untuk keperluan sehari-haripara petani itu saja tidak memadai. Sedangkan dinegara-negara maju pertumbuhan output pertanian yang mantap telah berlangsung sejak pertengahan abad 2



Ibid.



3



ke-18. Laju pertumbuhan tersebut dipacu oleh perkembangan teknologi dan pengetahuan biologi, yang mampu menghasilkan tingkat produktivitas tenaga kerja dan lahan yang lebihtinggi lagi. Gambaran produksi pertanian tersebut berbeda sekali dengan yang dialami oleh negara-negara dunia ketiga. Di negara-negara miskin, metode produksi pertanian dari waktu ke waktu tidak mengalami perubahan berarti. Pada bagian selanjutnya dari bab ini akan ditunjukkan bahwa stagnasi teknologi pertanian dinegara-negara berkembang tersebut dapat ditelusuri ke situasi khusus pertanian subsisten yang memiliki risiko tinggi dan hasil yang tidak menentu. Sampai sekarang, para petani di negara-negara berkembang masih banyak yang menggunakan metode produksi yang sudah dipraktekkan sejak ratusan yang lampau. Dengan teknologi pertanian danpenggunaan masukan (input) tradisional diluar tenaga kerja manusia yang sama, kita mengetahui dari prinsip perolehan hasil yang semakin berkurang (diminishing returns) bahwa jika semakin banyak orang yang mengerjakan sebidang lahan maka tingkat produktivitas marjinal akan semakin menurun sebagai hasil akhirnya standar hidup petani pedesaan di negara-negara dunia ketiga terus memburuk. 1. Petani Kecil di Amerika Latin, Asia, dan Afrika Pola kepemilikan lahan yang sangat timpang mudah ditemui di negara-negara Amerika Latin dan sebagian negara-negara di Asia. Di Afrika, pola kepemilikan lahannya lebih merata karena faktor-faktor sejarahnya memang bebeda, dan begitu luasnya lahan yang tersedia sehingga pola serta sruktur kegiatanpertaniannya pun berbeda. Meskipun demikian, tingkat produktivitas pertanian pada ketiga wilayah tersebut ternyata tidak jauh berbeda, yakni sama-sama rendah. Bagi sejumlah besar keluarga pertanian, yang para anggotanya merupakan tenaga kerja pokok, pertanian bukan hanya sebagai sebuah pekerjaan atau sumber pendapatan, tetapi juga sebagaipandangan dan gaya hidup. Setiap perubahan metode produksi dengan sendirinya akan membawa perubahan-perubahan terhadap pandangan hidup mereka. Oleh karena itu, agar bisa membuahkan hasil yang diharapkan, setiap pengenalan inovasi biologi dan teknologi pertanian bukan hanya harus diadaptasikan kepada keadaan alam dan ekonomi saja, tetapi juga kepada sikap, nilai-nilai, dan tingkat kemampuan para para petani itu sendiri sehingga mereka mau dan mampu memahami,



4



menerima serta melaksanakan perubahan-perubahan metode produksi yang lebih baik, sesuai denagn yang dianjurkan. 2. Amerika Latin dan Asia: Persamaan dan Perbedaan Para petani di kawasan Amerika Latin dan Asia adalah petani kecil pedesaan yang tujuan pokoknya adalah sekedar dapat mempertahankan hidup. Jika terdesak kebutuhan, mereka sering kali menyewakan atau menggadaikan tanahnya kepada tuan tanah atau para rentenir, atau jika lahan garapannya sudah tidak ada, mereka akan menjual tenaga pada perusahaan pertanian komersial guna memperoleh upah sekedarnya. Di negara-negara yang proporsi petaninya di daerah pedesaan cukup besar, penanaman tanaman pangan tradisional hanya diusahakan oleh keluarga para petani sendiri secara berganti-ganti dan biasanya didominasi oleh biji-bijian atau umbi yang menjadi makanan pokok, seperti jagung diMeksiko, padi di Indonesia, mandioca di Brasil dan kacang kedelai di Cina. Perbedaannya, di negara-negara Amerika Latin, para petani berurat akar pada sistem latifundio-minifundio, sedangkan di Asia lebih banyak mengandalkan lahan pertanian yang semakin lama semakin banyak terpecah-pecah sehingga masing-masing luas lahan garapan tersebut menjadi semakin sempit. 3. Pola dan Sumber Daya Latifundio-Minifundio: Pemanfaatan Lahan yang Terbatas di Amerika Latin Latifundio adalah kepemilikan tanah yang sangat luas. Di Amerika Latin, hak milik atas sebidang tanah yang luas ini merupakan sebuah unit usaha pertanian besar yang bisa menampung lebih dari 12 orangpekerja bahkan sampai ratusan. Sebaliknya, minifundio adalah unit usaha pertanian terkecil yang hanya dapat menampung satu keluarga (2 orang pekerja), dengan pola pendapatan, akses pasar, dan tingkat teknologi serta jumlah modal tertentu yang berbeda menurut masing-masing negara atau wilayah.  4. Fragmentasi dan Subdivisi Lahan Petani di Asia Masalah pokok bidang pertanian di Asia adalah banyaknya orang yang bekerja pada lahan yang sangat sempit. Hampir selama abad 20 ini kondisi pedesaan di kawasan Asia semakin memburuk. Prof. Gunnar Myrdal mebgidentifikasikan tiga elemen atau kekuatan pokok yang saling berkaitan yang membentuk pola kepemilikan lahan tradisioanal, yang dapat dirinci menjadi : (1) Penindasan yang dilakukan bangsa Eropa.



5



(2) Pengenaln transaksi ekonomi yang serba menggunakan uang secara besar-besaran serta meningkatnya kekuatan pemilik uang yang bertindak sebagai rentenir. (3) Laju pertumbuhan penduduk Asia yang sangat cepat. 5. Pertanian Subsisten dan Perluasan Perladangan di Afrika Seperti halnya di Asia dan Amerika Latin pola pertanian subsisten pada sebidang lahan yang sempit merupakn cara hidup sehari-hari dari sebagian besar keluarga petani di Afrika. Akan tetapi, srtruktur dan organisasi sistem perekonomian sangatlah berbeda. Sebagian besar petani di daerah tropis Afrika masih mengarahkan hasil pertaniannya untuk kehidupan subsisten, kecuali di daerah perkebunan bekas jajahan. Karena input variabel yang utama dalam pertanian Afrika adalah keluarg a dan tenaga kerja pedesaan, maka sistem pertanian di Afrika didominasi oleh tiga karakteristik utama : (1) Masih sangat pentingnya pola pertanian subsisten bagi masyarakat pedesaan. (2) Eksistensi atau ketersediaan sebidang lahan yang luasnya melebihi dari cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar yang masih memungkinkan berlangsungnya pola pertanian berpindah serta membuat tanah bukan merupakan suatu instrumen kekuatan ekonomi dan politik bagi pemiliknya. (3) Adanya hak bagi setiap keluarga guna memanfaatkan lahan dan air di dalam dan sekitar wialyah kampung halamannya, dan sama sekali tidak boleh dijamah oleh keluarga-keluarga lain meskipun mereka berasal dari satu suku.3 C. Peran Penting Kaum Wanita Dalam beberapa kasus, kaum wanita melakukan sekitar 70 persen tugas pertanian, dan dalam satu kasus bahkan hampir mencapai 80 persen dari keseluruhan pekerjaan. Pada umumnya, yang dikerjakan adalah pekerjaan-pekerjaan kasar dengan menggunakan peralatan yang serba sederhana atau bahkan pimitif dan memerlukan banyak waktu, sekedar untuk mencukupi keperluan subsisten keluarganya, sementara kaum pria atau para suami mencoba mencari pekerjaan sambilan di perkebunan atau di kota-kota.



3



Isnaini Harahap, Ekonomi Pembangunan Pendekatan Transdisipliner, (Medan : Perdana Publishing, 2018), hal 270



6



Selama ini kaum wanita telah memberikan kontribusi yang besar dan penting dalam ekonomi pertanian, khususnya dalam sektor tanaman pangan yang cepat menghasilkan uang. Di berbagai kawasan di negara-negara berkembang jerih payah kaum wanita selama berjam-jam setiap harinya dalam menghasilkan produk tanaman komersial tetap saja tidak mendapatkan imbalan atauupah. Sementara sumber penghasilan dari produksi pertanian komersial meningkat, kontrol kaum wanita terhadap sumber-sumber ekonomi itu justru menurun ini dikarenakan sebagian besar sumber dayarumah tangga, seperti tanah dan input-input lainnya dialihkan dari budidaya tanaman pekarangan ke produksi pertanian komersial itu.4 Program-program pengembangan yang dijalankan pemerintahan negara-negara berkembang selama ini hanya terfokus pada kaum pria saja, sehingga ketimpangan akses ke berbagai sumber daya ekonomi antara kaum pria dan wanita semakin lama semakin besar. Karena itu, kontribusi wanita bagi pendapatan keluarga dengan sendirinya merosot. Program-program yang disponsori pemerintah belum memberikan perhatian yang memadai kepada kaum wanita. Di banyak negara berkembang, seorang wanita hanya dapat melakukan suatu kontrak atau transaksi ekonomi jika disertai oleh tanda tangan sang suami. Sedikit sekali kaum wanita yang terlibat dalam program-program pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Berbagai macam kendala kultural dan sosial masih menghalangi integrasi kaum wanita ke dalam program-program pengembangan pertanian di banyak negara-negara berkembang. Secara umum, keterlibatan kaum wanita dalam berbagai macam proyek pembangunan dan program-program peningkatan kesejahteraan masih sangat terbatas; jadi tidak mengherankan jika proyek atau program itu sendiri banyak yang gagal mencapai sasarannya. Yang tidak kalah pentingnya bahwa segala macam usaha kaum wanita masih dianggap tidak perlu diberi imbalan atau upah, padahal tetes keringat kaum pria mendapat imbalan. Pentingnya peranan dan fungsi ekonomi kaum wanita tersebut dibuktikan oleh keberhasilan yang sangat mengesankan dari program-program pembangunan yang melibatkan partisipasi mereka secara penuh. Sehubungan dengan begitu pentingnya 4



Isnaini Harahap, Op. Cit, h. 275



7



peranan kaum wanita dalam peningkatan kemakmuran masyarakat pertanian, maka setiap program atau proyek pembangunan haruslah melibatkan merekaagar kaum wanita juga memperoleh manfaat dan kesempatan yang sama besarnya dengan yang diterima oleh kaum pria. D. Perilaku Petani dan Pembangunan Agrikultur Tiga tahap pokok dalam evolusi pola produksi pertanian. Tahap pertama dan yang paling primitif adalah usaha tani subsisten murni yang berskala kecil (petani hanya bertani) dengan tingkat produktivitas yang rendah. Tahap kedua adalah apa yang disebut sebagai pola pertanian keluarga campuran atau yang telah terdiversifikasi. Tahap ketiga adalah usaha pertanian modern yang secara khusus sudah mengarah kepada usaha-usaha perdagangan dengan tingkat produktivitas yang tinggi telah terspesialisasi. Modernisasi pertanian dalam sisem prekonomiam campuran di berbagai negaranegaraberkembang juga dapat dijelaskan sebagai suatu proses transisi yang berlangsung  secara bertahap tetapi berkesinambungan, yakni dari pola produksi subsisten menjadi sistem pertanian yang terdiversifikasi dan terspesialisasi. Namun, transisi semacam itu bukanlah



sekedar



reorganisasi



struktur



ekonomi



pertanianatau



semta-mata



memperkenalkan eknologi pertanian yang baru. Sebelum menganalisis aspek-aspek ekonomi pengembangan sektor pertanian pengembangan sektor pertanian dan pembangunan kawasan pedesaan, terlebih dahulu kita perlu memahami bagaimana sistem dalam pertanian di suatu negara berkembang mengalami perubahan atau evolusi dari waktu ke waktu, yakni mulai dari pola pertanian subsisten dari berskala kecil, ke pola pertanian keluarga yang lebih besardan lebih terdiversifikasi, hingga akhirnya sampai ke pola produksi pertanian secara massal yang dioperasikan oleh unit-unit usaha pertanian komersial secara berskala besar. 1. Pertanian



Subsisten:



Pencegahan



Risiko,



Ketidakpastian,



dan



Upaya



Mempertahankan Kelangsungan Hidup Dalam pola pertanian subsisten klasik, sebagian besar output dikonsumsi sendiri oleh keluarga petani (hanya sebagian kecil sisanya yang dijual atau diperdagangkan di pasar-pasar lokal). Pertanian subsisten mempunyai risiko yang tinggi dan penuh ketidakpastian.



8



Meskipun berbagai proses dan institusi penunjang pertanian di daerah pedesaan di berbagai negara-negara berkembang sangat bervariasi, setidak-tidaknya ada tiga karakteristik umum yang terus bertahandari waktu ke waktu. Ketiga hal itu adalah: (1) para petani di berbagai negara-negara berkembang secara historis mampu bertahan menghadapi berbagai kesulitan, karna sampai sekarang mereka masih bisa mempertahankan kehidupannya; (2) kondisi mereka relatif statis, paling tidak apabila dikaitkan dengan cepatnya perubahan yang berlangsung pada jaman sekarang; serta (3) mereka hampir selalu gagal melakukan usaha-usaha untuk mencitakan perubahan, baik karena kelembagaan dan proses yang ada dianggap sudah cukup dapat diandalkan maupun karna telah terciptanya berbagai unsur yang membentuk suatu harmoni dalam kesatuan antara ekologi dan petani itu sendiri. 2. Transisi Menuju Pertanian Campuran dan Terdiversifikasi Pola pertanian terdiversifikasi atau pertanian campuran merupakan tahap perantara yang harus dilalui dalam proses transisi dari pola produksi pertanian subsisten menjadi produksi pertanian yang terspesialisasi. Pada tahap ini, tanaman pokok tidak mendominasi hasil-hasil pertanian karna para petani sudah mulai menanam jenis-jenis tanaman perdagangan yang baru dan relatif mudah dijual. Kegiatan ini dapat memberikan kesempatan kerja kepada para buruh tani yang terpaksa menganggur diluar musim panen dan musim tanam. Usaha-usaha sampingan seperti itu sangat cocok bagi negara-negara berkembang guna memanfaatkan jumlah tenaga kerja pedesaannya yang berlimpah secara lebih baikdan lebih efisien. 3. Dari Divergensi ke Spesialisasi: Pertanian Komersial Modern Pertanian terspesialisasi merupakan tahap akhir dan bentuk yang paling maju dari unit usaha pertanian dalam sistem perekonomian pasar campuran. Ini adalah tipe pertanian yang pada umumnya terdapat dinegara-negara industri maju. Dalam pola pertanian terspesialisasi atau pertanian khusus, pengadaan bahan pangan untuk keperluan keluarga dan sejumlah surplus yang dapat dijual tidak lagi merupakan tujuan pokok. Adapun karakteristik umum dari semua unit usaha pertanian yang terspesialisasi  adalah pengutaman jenis tanaman tertentu; pemakaian modal secara intensif; penggunaan



teknik-teknik



produksi modern



yang hemat



tenga



kerja;



serta



9



pengembangan skala ekonomi yang besar untuk mengurangi unit-unit biaya dan memaksimalkan keuntungan.5 



E. Permasalahan Sektor Pertanian Akses petani terhadap sumber-sumber produktif semakin terbatas. Pemilikan lahan semakin terbatas dari tahun ketahun, sebagian besar petani di Indonesia disebut petani gurem ,dengan penguasaan aset produktif yang minimal dan jauh dari memadai untuk suatu usaha yang layak bagi pemenuhan pendapatan keluarga. Kondisi ini mencerminkan bahwa peningkatan kesejahteraan petani akan tidak mencukupi apabila hanya mengandalkan pada usaha taninya. Perlu adanya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari luar usaha tani, itulah sebabnya pembangunan pertanian tidak dapat dilepaskan dari pembangunan pedesaan dalam arti luas. Pada satu sisi lahan yang di usahakan para petani semakin sempit, selain itu kualitas lahan juga semakin turun. Keadaan yang sama juga dirasakan oleh para nelayan yang menggantungkan nasibnya di laut, tanpa adanya kebijakan-kebijakan yang bersifat pemihakan terhadap petani miskin, maka pembangunan akan gagal mencapai tujuan asasinya seperti yang di amanahkan pada UUD 1945.6 F. Ekonomi Pedesaan Sebagian besar rumah tangga pedesaan beraktivitas di pertanian, tetapi banyak diantara rumah tangga itu sumber pendapatan utamanya dari aktivitas non-pertanian. Sumber pendapatan rumah tangga pedesaan berasal dari pertanian, tenaga kerja upahan desa, ataupun dari migrasi. Pendapatan migrasi adalah anggota rumah tangga yang bekerja diluar desa itu atau bahkan pergi keluar negeri. Pertanian dapat mempengaruhi aktivitas non-pertanian dipedesaan melalui tiga cara, yaitu satu produksi meliputi pupuk, pestisida, benih, dll, yang kedua konsumsi dan yang ketiga keterkaitan pasar tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja disektor pertanian bersifat musiman yang tentu berpengaruh pada penawaran tenaga kerja untuk aktivitas non-pertanian. 5



Nyoman Yudiarini, Perubahan Pertanian Subsisten Tradisional Ke Pertanian Komersial, Jurnal Dwijenagro Vol. 2 No. 1 6 Isnaini Harahap, Op. Cit, h. 280-282



10



Kesempatan kerja disektor non-pertanian di pedesaan terutama penting bagi penduduk pedesaan yang miski, buruh tani ataupun petani gurem mengandalkan pendapatannya dari non-pertanian. Perempuan memiliki pangsa yang cukup besar dalam tenaga kerja disektor pertanian maupun non-pertanian dipedesaan. Lebih dari 35% tenaga kerja dipertanian adalah perempuan, disektor non-pertanian dipedesaan perempuan lebih terkonsentrasi bekerja dibidang perdagangan, industri pengolahan dan jasa.7 G. Strategi Ke Depan Dari bebagai masalah dan akibat yang ditimbulkan maka perlu dilakukan suatu tindakan untuk menyelamatkan tata perekonomian negara-negara tersebut. Cara yang harus dilakukan oleh pemerintah negara-negara tersebut adalah dengan memberikan perhatian bagi sektor pertanian yang bisa dijadikan sektor andalan bagi negara tersebut dan para penduduk juga sudah harus mulai mengelola lahan ini sebaik mungkin, sehingga diharapkan ada suatu ikatan yang baik antara pemerintah dan penduduk negara yang bersangkutan dimana pemerintah memberikan akses dan kemudahan dalam pengelolaan lahan pertanian baik itu akses pasar maupun kemudahan dalam berbagai bentuk seperti dalam penyediaan faktor produksi dan pendanaan untuk pengelolaan lahan pertanian dan penduduk negara yang bersangkutan juga ikut mengelola lahan pertaniannya dengan baik, serius dan dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Apabila tujuan utama pembangunan pertanian dan daerah pedesaan di negaranegara berkembang adalah untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat di pedesaan melalui peningkatan pendapatan, total produksi (output), dan produktivitas petani kecil, maka



pertama-tama



pemerintahan



negara-negara



berkembang



tersebut



harus



mengidentifikasi sumber-sumber pokok kemajuan pertanian dan kondisi-kondisi dasar yang sekiranya akan mepengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan utama. Sehingga untuk menuju pertanian dan pedesaan yang andal perlu dipahami apa saja yang menjadi sumber kemajuan, syaratsyarat untuk maju, dan kebijakan pendukung apa yang diperlukan. Sumber-sumber kemajuan pertanian berskala kecil adalah kemajuan teknologi dan inovasi, kebijakan ekonomi pemerintah yang tepat, dan elembagaan sosial yang 7



Ibid, h. 282-285



11



menunjang. Kemudian syarat umum bagi kemajuan pedesaan adalah modernisasi struktur usaha tani dalam rangka memenuhi bahan pangan yang terus meningkan, penciptaan sistem penunjang yang efektif, dan perubahan kondisi sosial pedesaan guna memperbaiki taraf hidup masyarakat pedesaan. Strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak membutuhkan tiga unsur yaitu : (a) Percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional, dan insentif harga yang khusus dirancang untuk meningkatkan produktivitas para petani kecil. (b) Peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang dihasilkan dari strategi pembangunan perkotaan yang berorientasikan pada upaya pembinaan ketenagakerjaan (c) Diversifikasi kegiatan pembangunan daerah pedesaan yang bersifat padat karya, yaitu non pertanian yang secara langsung dan tidak langsung akan menujang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian. Ada tiga dalil pokok yang merupakan syaratsyarat terpenting yang harus segera dipenuhi atau dilaksanakan dalam rangka merealisasikan setiap strategi pengembangan sektor-sektor pertanian dan pembangunan daerah-daerah pedesaan yang berorientasikan pada kepentingan rakyat banyak. Land Reform: Dalil 1 Struktur usaha tani dan pola kepemilikan lahan harus disesuaikan dengan tujuan utama yang bersisi ganda, yaitu peningkatan produksi bahan pangan, serta pemerataan segala manfaat atau keuntungankeuntungan kemajuan pertanian pada sisi yang lain. Pembangunan sektor pertanian dan pedesaan hanya akan berhasil membawa manfaat atau keuntungan bagi orang banyak apabila ada usaha bersama antara pihak pemerintah dan semua petani (bukan hanya petani-petani besar saja). Langkah yang harus dilakukan adalah pemberian dan perbaikan hak kepemilikan atau penggunaan lahan kepada masing-masing petani. Oleh karena itu program land reform harus dijalankan demi menciptakan kondisi awal bagi terselenggaranya pembangunan pertanian yang mantap di berbagai negaranegara berkembang. Program land reform biasanya meliputi redistribusi hak-hak kepemilikan lahan dan/atau pembatasan penggunaan lahan yang terlalu luas oleh tuan-



12



tuan tanah, serta membagikannya kepada petani kecil yang lahannya terlalu sempit atau tidak memiliki lahan sama sekali. Semua land reform pada dasarnya dimaksudkan untuk melaksanakan suatu fungsi sentral: mengalihkan hak kepemilikan atau pemanfaatan lahan secara langsung atau tidak langsung pada orang-orang yang nantiny benar-benar menggarap lahan tersebut. Kebijakan-kebijakan Pendukung: Dalil 2 Semua manfaat dari pembangunan pertanian berskala kecil tidak akan dapat direalisir secara nyata tanpa didukung oleh serangakaian kebijakan pemerintah yang secara sengaja diciptakan untuk memberikan rangsangan atau intensif, kesempatan atau peluang-peluang



ekonomi



dan



berbagai



kemudahan



yang



diperlukan



untuk



mendapatkan segenap input utama guna memungkinkan para petani kecil meningkatkan tingkat output dan produktivitas mereka. Keterpaduan Tujuan-tujuan Pembangunan: Dalil 3 Keberhasilan pembangunan pedesaan, selain sangat tergantung pada kemajuankemajuan petani kecil, juga ditentukan oleh hal-hal penting lainnya yang meliputi: (1) upaya-upaya untuk meningkatkan pendapatan riil pedesaan, baik di sektor pertanian maupun nonpertanian, melalui penciptaan lapangan kerja, industrialisasi di pedesaan, pembenahan pendidikan, kesehatan dan gizi penduduk, serta penyediaan berbagai bidang pelayanan sosial dan kesejahteraan lainnya. (2) penanggulangan masalah ketimpangan distribusi pendapatan di daerah pedesaan serta ketidakseimbangan pendapatan dan kesempatan ekonomi antara daerah pedesaan dengan perkotaan. (3) pengembangan kapasitas sektor atau daerah pedesaan itu sendiri dalam rangka menopang dan memperlancar langkah-langkah perbaikan tersebut dari waktu ke waktu.8 H. Agenda Ke Depan Untuk meningkatkan penguasaan petani terhadap aset produktif, maka perl dilakukan agenda yang mampu mengurangi tekanan tenaga kerja pada sektor pertanian ataupun memperbesar kapasitas produktif pertanian. Agenda kedepan yang perlu dilakukan adalah: 8



Fikriman, Transformasi Pertanian dan Pembangunan Pedesaan, Jurnal Agri sains, vol. 1, no 02, 2017, hal 9



13



1. Percepatan transformasi sosio-budaya pedesaan merupakan keperluan yang mendesak, terutama untuk mengejar ketertinggalan masyarakat pedesaan. 9 Oleh karena itu, perekayasaan sosio-budaya yang dilakukan harus disertai dengan pendekatan penyelenggaraan pembangunan yang bersifat desentralistik, di mana kekhasan setiap daerah dapat dijadikan dasar untuk menentukan pola pembangunan masyarakat pedesaan yang bersifat khas pula. 2. Perekayasaan sosio-budaya untuk mempercepat transformasi masyarakat pedesaan harus dibarengi dengan melakukan reformasi keagrariaan di pedesaan yang lebih terarah. Demikian pula pengembangan organisasi petani, seyogyanya dibarengi juga dengan konsolidasi sumberdaya lahan di pedesaan. Kegagalan dalam melakukan reformasi agraria akan dapat menjadikan perkembangan masyarakat pedesaan kehilangan pijakan atau basis usaha yang jelas. 3. Perekayasaan keorganisasian petani dan agribisnis di pedesaan perlu diarahkan untuk menghasilkan produk pertanian akhir yang bernilai tambah tinggi. 4. Sistem manajemen yang digunakan dalam pengorganisasian sistem usaha dan agribisnis di pedesaan harus menggunakan kaidah pertanggungjawaban yang jelas (accountability), keterbukaan manajemen (transparency), pengambilan keputusan yang bersifat partisipatif dan demokratik. 5. Mengembangkan budaya usaha masyarakat dan sumberdaya manusia pedesaan setempat. 6. Di masa datang perlu dipikirkan tentang terbentuknya struktur masyarakat pedesaan yang lebih diferensiatif dan jauh dari kesan masyarakat yang polaristik. 7. Dalam rangka lebih mempertajam pencapaian program pembangunan pedesaan di masa datang, dukungan pengetahuan tentang kekuatan sosiobudaya lokal menjadi sangat penting. 8. Memperulas kesempatan kerja di luar usahatani. 9. Memperbaiki akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan untuk investasi. 10. Memperbaiki prasarana dan sarana pertanian dan pedesaan yang memunginkan lahan-lahan yang selama ini tidak produktif dapat diusahakan oleh petani. 11. Meningkatkan pendidikan dan kesehatan anggota rumah tangga petani. 9



Tri Pranadji Dan Endang Lestari Hastuti, Transformasi Sosio-Budaya Dalam Pembangunan Pedesaan, Jurnal Akp. Volume 2 No. 1, Maret 2004, H. 90



14



12. Mendorong dan meningkatkan pembangunan industri yang berbasiskan sumber daya alam 13. Memperbaiki dan meningkatkan teknologi di setiap tahapan produksi. 14. Memperkuat kelmbagaan yang memungkinkan adanya transfer teknologi dengan benar dan cepat. 15. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur pertanian dan pedesaan. 16. Menghapuskan berbagai pungutan yang membebani produk pertanian, terutama pungutan liar ataupun yang menurunkan daya saing.



15



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Pembangunan pertanian pada dasarnya adalah proses transformasi pertanian. Transformasi pertanian yaitu satu proses perubahan pada berbagai aspek di bidang pertanian. Perubahan yang dimaksud bukan hanya pada teknologi namun lebih jauh lagi pada kelembagaan ekonomi dan sosial pertanian. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi terutama pembangunan pedesaan sangatlah penting. Karena pada umumnya disebagian besar negara yang sedang berkembang mayoritas masyarakatnya adalah petani. Sumbangan sektor pertanian pada sektor ekonomi terletak pada penyediaan surplus pangan yang semakin besar, meningkatkan permintaan produk industri yang mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier, menyediakan tambahan devisa untuk imporimpor barang modal serta meningkatkan pendapatan daerah pedesaan. B. Saran Salah satu cara yang dapat dilakukan agar pembangunan pedesaan adalah dengan melakukan transformasi pertanian. Apabila petani di daerah pedesaan salah memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarganya, maka pada akhirnya perekonomian di pedesaan tersebut akan tumbuh dengan sendirinya. Hal ini juga harus didukung dengan berbagi kebijakan-kebijakan pemerintah seperti kebijakan Land reform dan kebijakan harga terhadap hasil produksi pertanian.



16



DAFTAR PUSTAKA



Fikriman, 2017 Transformasi Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Jurnal Agri sains, vol. 1, no 02 Harahap, Isnaini. 2018 Ekonomi Pembangunan Pendekatan Transdisipliner. Medan: Perdana Publishing Pranadji, Tri., dan Hastuti, Lestari, Endang. Transformasi Sosio-Budaya Dalam Pembangunan Pedesaan, Jurnal Akp. Volume 2 Transformasi



Pertanian



Dan



Pembangunan



Daerah



Pedesaan



diakses



dari



https://www.academia.edu/7054754/Transformasi_Pertanian_dan_Pembangunan_ Daerah_Pedesaan, Pada 05 April 2020 Yudiarini, Nyoman. Perubahan Pertanian Subsisten Tradisional Ke Pertanian Komersial, Jurnal Dwijenagro Vol. 2



17