Makalah Ergonomi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ERGONOMI DAN FAAL KERJA HUMAN CAPABILITY AND LIMITATION Disusun oleh : Kelompok III 1. Defani Laura



165050009



2. Delson Lambers



165050010



3. Hanifah Isnainie Khairunisha



165050028



4. Rory Irawan



165050059



FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA JAKARTA 2019



KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Human Capability And Limitation” tepat pada waktunya. Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing dan semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, atas kritik dan sarannya, kami mengucapkan terimakasih.



Jakarta, 30 September 2019



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR......................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1 1.1. Latar Belakang.................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah............................................................................1 1.3. Tujuan..............................................................................................2 1.4. Manfaat............................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3 2.1. Sistem Rangka.................................................................................3 2.2. Pengelompokan Rangka Pada Manusia...........................................3 2.3. Gangguan Dan Kelainan Pada Tulang.............................................9 2.4. Otot................................................................................................10 2.5. Panca Indera...................................................................................18 2.6. Antropometri..................................................................................25 2.9. Sumber Energi...............................................................................37 2.10. Dynamic And Static Work............................................................38 BAB III PENUTUP.....................................................................................39 3.1. Kesimpulan....................................................................................39 3.2. Saran..............................................................................................40 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................iii



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fokus ergonomi melibatkan tiga komponen utama yaitu manusia, mesin dan lingkungan yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Interaksi tersebut menghasilkan suatu sistem kerja yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya yang dikenal dengan istilah work system (Bridger 2003). Dalam ergonomi, manusia merupakan titik sentral. Sebagai titik sentral, maka keterbatasan manusia haruslah menjadi patokan dalam penataan suatu produk yang ergonomis. Keterbatasan itu dapat berasal dari dalam, maupun dari luar manusia. Faktor yang berasal dari dalam misalnya kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh, sedangkan faktor dari luar yaitu lingkungan kerja, penyakit, gizi, dan sosial ekonomi (Budiono, 2003). Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem syaraf, sistem penginderaan, sistem otot, dll. Sistemsistem tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan berperan dalam menyokong kehidupan manusia. Akan tetapi dalam ergonomi, sistem yang paling berpengaruh adalah sistem otot, sistem rangka dan sistem syaraf. Ketiga sistem ini sangat berpengaruh dalam ergonomi karena manusia yang memegang peran sebagai pusat dalam ilmu ergonomi (person-centered ergonomics). 1.2. Rumusan Masalah Sebagai titik sentral, keterbatasan manusia haruslah menjadi patokan dalam penataan suatu produk yang ergonomis. Keterbatasan itu dapat berasal dari dalam, maupun dari luar manusia. Maka dari itu, berikut ini akan dibahas mengenai apa saja yang termasuk dalam keterbatasanketerbatasan dan kemampuan pada tubuh manusia (Human Capability and Limitations) dalam ergonomi.



1



1.3. Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ergonomi yang berjudul Human Capability Limitations. 1.2.2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui gambaran Human Capability Limitations atau kemampuan dan keterbatasan pada manusia. 1.4. Manfaat Adapun manfaat dari pembahasan mengenai Human Capability and Limitation adalah : 1. Mengetahui sistem-sistem pada tubuh manusia 2. Mengetahui kemampuan apa saja yang ada pada tubuh manusia 3. Mendapatkan gambaran mengenai keterbatasan-keterbatasan pada tubuh manusia dalam ergonomi 4. Mengetahui penyebab dan dampak akibat tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan ergonomi kerja



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Sistem Rangka Rangka merupakan rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi organ tubuh yang lunak. Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak bila tidak digerakkan oleh otot. Otot dapat menggerakan tulang karena dapat berkontraksi. Pada sistem rangka yang terletak di dalam tubuh dan dilindungi oleh kulit dan otot disebut endoskeleton. Rangka pada manusia memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Memberikan bentuk pada tubuh dan menegakkan berdirinya tubuh. 2. Melindungi organ yang rusak (melindungi organ-organ tubuh pada saat badan kita lemah) 3. Sebagai alat gerak pasif. 4. Sebagai tempat melekatnya otot-otot rangka. 5. Menunjang tegaknya tubuh. 6. Tempat pembentukan sel-sel darah. 7. Sebagai tempat penyimpanan mineral. 8. Tempat pembentukan sumsum. 2.2. Pengelompokan Rangka Pada Manusia Secara garis besar rangka tubuh manusia terdiri atas tiga kelompok, yaitu: tengkorak, tulang badan, dan tulang anggota gerak. Rangka aksial merupakan rangka yang terdiri dari tulang tengkorak, tulang belakang, tulang dada dan tulang rusuk (iga). Sedangkan, rangka apendikuler merupakan rangka pelengkap yang terdiri dari tulang-tulang anggota gerak atas dan tulang –tulang anggota gerak bawah. 2.2.1 Tengkorak Tulang tengkorak adalah tulang batok kepala. Tulang tengkorak berguna untuk melindungi otak dan bola mata yang merupakan organ lemah. Terdapat 22 tulang pada tengkorak manusia, 21 diantaranya melekat kuat sehingga tidak terjadi gerakan diantara tulang tersebut.



3



Tulang-tulang tengkorak berbentuk pipih dan saling bersambungan satu dengan yang lain. Gambar 2.2.1. Tengkorak Pada Manusia



2.2.2 Tulang Badan Tulang-tulang pembentuk badan terdiri atas lima macam tulang, yaitu tulang belakang, tulang dada, tulang rusuk, tulang bahu, dan tulang panggul. a.



Tulang belakang Tulang belakang berada di bagian tengah tubuh yang



berfungsi untuk menompang seluruh tubuh, melindungi organ dalam tubuh, serta merupakan tempat pelekatan tulang rusuk. Tulang belakang terdiri atas 33 ruas yaitu: • 7 ruas tulang leher • 12 ruas tulang punggung • 5 ruas tulang pinggang • 5 ruas tulang kelangkang • 4 ruas tulang ekor



4



Gambar 2.2.2 (a) Tulang Belakang pada Manusia



b. Tulang Dada Tulang dada terdiri atas 3 bagian yaitu: bagian hulu, badan dan taju pedang. Tulang dada berfungsi sebagai tempat melekatnya tulang rusuk bagian depan. c. Tulang Rusuk Tulang rusuk terdiri atas 12 pasang yaitu: 7 pasang rusuk sejati, 3 pasang rusuk palsu dan 2 pasang rusuk melayang. Tulang rusuk sejati melekat pada tulang punggung dan dada. Tulang rusuk palsu berhubung dengan tulang belakang. Antara tulang dada, tulang punggung dan tulang rusuk terdapat pada rongga. Rongga ini sebagai tempat jantung dan paru-paru. Gambar 2.2.2 (c) Tulang Rusuk dan Tulang Dada pada Manusia



d. Tulang Bahu



5



Tulang gelang bahu terdiri atas tulang belikat yang berbentuk segitiga pipih dan sepasang tulang serangka berbentuk seperti huruf S. Tulang belikat mempunyai tonjolan yang disebut taju paruh bebek. Tonjolan ini terletak dibagian belakang dan berhubungan dengan tulang rusuk. Gambar 2.2.2 (d) Tulang Bahu pada Manusia



e. Tulang Panggul Tulang gelang panggul terdiri atas sepasang tulang usus yang berguna untuk menopang usus, sepasang tulang duduk yang berguna untuk menopang saat duduk, dan sepasang tulang kemaluan yang mengguna untuk tempat menempelnya alat kemaluan. Gambar 2.2.2 (e) Tulang Panggul pada Manusia



2.2.3 Tulang Anggota Gerak a. Tulang Anggota Gerak Atas



6



Tulang anggota gerak atas terdiri dari tulang bahu, tulang lengan atas, dan tulang lengan bawah. Tulang bahu terdiri dari tulang selangka (klavikula) dan tulang belikat (skapula). Tulang selangka bagian depan melekat pada bagian hulu tulang dada. Sedangkan, tulang belikat menjadi tempat pelekatan tulang lengan atas. Tulang lengan atas (humerus) berhubungan dengan tulang lengan bawah (radius-ulna), yaitu pada tulang hasta (ulna) dan tulang pengumpil (radius). Tulang hasta dan tulang pengumpil berhubungan dengan tulang pergelangan tangan (karpus), kemudian dengan tulang telapak tangan (metakarpus), dan tulang jari tangan (falanges). Tulang anggota gerak atas terdiri dari :      



Tulang pengumpil Tulang lengan atas 2 tulang hasta 16 tulang pergelangan tangan 10 tulang telapak tangan 28 ruas tulang jari tangan



Gambar 2.2.3 (a) Tulang Anggota Gerak Atas pada Manusia



7



b. Tulang Anggota Gerak Bawah Tulang gerak bawah terdiri dari tulang pinggul yang tersusun dari tulang duduk (iscium), tulang usus (ilium), serta tulang kemaluan (pubis) yang terletak dikanan dan di kiri. Pada tulang pinggul terdapat lengkukan yang disebut asetabulum. Asetabulum merupakan tempat melekatnya tulang paha (femur). Tulang paha berhubungan dengan tulang betis (fibula) dan tulang kering (tibia). Pada pensendian antara tulang paha, dan tulang betis, tulang kering terdapat tulang tempurung lutut (patela). Tulang kering dan tulang betis berhubungan dengan tulang pergelangan kaki (tarsus), kemudian tulang telapak kaki (metatarsus), dan tulang jari kaki (falanges).



8



Tulang anggota gerak atas terdiri dari: 



2 tulang paha







2 tulang tempurung lutut







2 tulang kering







2 tulang betis







14 tulang pergelangan kaki







10 tulang telapak kaki







28 ruas tulang jari kaki Gambar 3.2.3 (b) Tulang Anggota Gerak Bawah



2.3. Gangguan Dan Kelainan Pada Tulang Tulang-tulang penyusun rangka tubuh manusia dapat mengalami gangguan dan kelainan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya. Gangguan atau kelainan tulang dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, pengaruh zat makanan, sikap duduk yang salah atau oleh adanya faktorfaktor keturunan. Sikap berdiri, tidur, dan duduk juga dapat mempengaruhi bentuk tulang belakang. Kelainan tulang karena sikap duduk yang salah mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan tulang belakang (tulang punggung). Kelainan ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut:



9



a. Lordosis, terjadi jika tulang belakang bagian leher dan panggul selalu membengkok kedepan sehingga kalau dilihat dari samping tulang belakang tampak tidak lurus. Gambar 2.3 (a) Kelainan Tulang Punggung (Lordosis)



b. Kifosis, terjadi jika tulang belakang bagian punggung dan tungging terlalu membengkok ke belakang. Gambar 2.3 (b) Kelainan Tulang Punggung (Kifosis)



c. Skoliosis, terjadi jika tulang belakang terlalu membengkok kesamping kanan atau kiri. Gambar 2.3 (c) Kelainan Tulang Belakang (Skoliosis)



10



2.4. Otot Otot adalah kumpulan sel otot yang membentuk jaringan yang berfungsi menyelenggarakan gerakan organ tubuh. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan rangka tubuh merupakan alat gerak pasif. Otot tidak hanya menggerakan rangka tubuh. Misalnya, otot polos penyusun usus menggerakan makanan, dan otot jantung memompa darah. Otot penggerak rangka tubuh dikenal sehari-hari sebagai daging. Sel-sel otot mempunyai kemampuan berkontraksi. Kontraksi adalah melakukan pengerutan sehingga membentuk sel otot memendek. Setelah berkontraksi, otot melakukan relaksasi. Relaksasi adalah melakukan pengenduran sehingga bentuk sel otot memanjang. Dengan berkontraksi, otot memiliki tenaga mekanik untuk pergerakan. Tenaga itu dihasilkan melalui proses pernapasan sel. Pergerakkan tubuh ditentukan oleh sistem rangka dan otot. Otot terdiri dari sel-sel yang terspesialisaasi untuk kontraksi, yaitu mengandung protein kontraktil yang dapat berubah dalam ukuran panjang dan memungkinkan sel-sel untuk memendek. Sel-sel tersebut sering disebut serabut-serabut otot. Serabut-serabut otot disatukan oleh jaringan-jaringan ikat. Fungsi Sistem Otot Rangka sebagai berikut : a.



Menghasilkan gerakan rangka.



b.



Mempertahankan sikap & posisi tubuh.



c.



Menyokong jaringan lunak.



d.



Menunjukkan pintu masuk & keluar saluran dlm sistem tubuh.



e.



Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot:energi panas.



11



2.4.1. Struktur Otot Pada Manusia Daging sebenarnya adalah kumpulan dari otot-otot. Otot merupakan jaringan terbanyak yang menyusun tubuh manusia, pada awal kelahiran mencapai 25% dari massa tubuh, lebih dari 40% ketika remaja, dan 30% ketika dewasa/tua. Setiap otot dilapisi jaringan konektif yang disebut epimisium. Otot rangka disusun oleh fasikula yang merupakan berkas otot yang terdiri dari beberapa sel otot. Setiap fasikula dilapisi jaringan konektif yang disebut perimisium dan setiap sel otot dipisahkan oleh endomisium. Sel-sel khusus jaringan otot memiliki bangunan khusus yang dikaitkan dengan aktivitas kontraksi. Berdasarkan bentuk serta bangunannya, sel sel otot disebut serabut otot (myofiber).Tetapi serabut otot berbeda dengan denga serabut jaringan ikat, karena serabut jaringan ikat bersifat ekstra seluler, berbeda dengan sel. Jaringan otot secara langsung mampu menghasilkan gerakan. Sel-sel jaringan lain dapat pula bergerak, tetapi gerakannya kurang terintegrasi. Hanya kumpulan sel-sel yang mampu menciptakan gerakan kuat melalui progres kontraksi dengan gerakan searah dilaksanakn oleh otot. Otot merupakan jaringan yang terdiri atas kumpulan sel-sel serabut otot.Selama perkembangan embrionik, serabut otot dibentuk melalui peleburan ekor dengan ekor dari banyak sel menjadi struktur yang seperti pipa. Hal ini yang menyebabkan mengapa serabut otot memiliki struktur yang panjang dan memiliki banyak inti. Gambar 2.4.1 Struktur Otot Manusia



12



Pada sel otot ini terdiri atas membran sel yang disebut dengan sarkolemna, sitoplasma sel yang disebut dengan sarkoplasma, serta banyak organel sel seperti mitokondria dan nucleus. Sarkolemna dicirikan dengan banyaknya invaginasi seperti lubang yang meluas ke dalam sarkoplasma pada sudut kanan sepanjang aksis sel. Di dalam sarkoplasma terdapat glikogen, ATP, phosphocreatine, dan enzimenzim glikolisis. Dalam sel serabut otot ini terdapat unit kontraksil yanng disebut dengan miofibril.Perluasan sarkoplasma mengadakan hubungan dengan miofibril ini.Ketika myofibril diamati dengan mikroskop elektron, ditemukan adanya pita terang dan pita gelap. Pita-pita ini kemudian disebut pita A (anisotrop atau gelap) dan pita I (isotrop atau terang). Pada pita A terdapat daerah yang tanpa filamen aktin, sehingga terlihat kurang padat daripada bagian pita A yang lain, daerah ini disebut dengan zone H. Pita I terbagi menjadi dua bagian oleh garis Z yang tebal dan gelap. Sarkomer merupakan daerah antara dua garis Z dan berulang sepanjang serabut otot pada jarak 1500 – 2300 nm tergantung bagian yang berkontraksi.Otot merupakan alat gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulit dan rambut



13



setelah mendapat rangsangan. Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu : a. Kontraktibilitas yaitu kemampuan untuk berkontraksi / memendek. b. Ekstensibilitas yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan yang ditimbulkan saat kontraksi c. Elastisitas yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula otot disebut dalam keadaan relaksasi. Menurut letaknya, otot dibedakan menjadi otot-otot batang badan, otot-otot anggota gerak dan otot-otot kepala. Otot-otot batang badan terdiri dari otot-otot perut, otot-otot punggung, otot-otot dada dan otot-otot leher. Otot punggung tidak terlihat dari permukaan tubuh.Otot punggung berfungsi untuk gerak-gerik tulang belakang. Otot perut terentang antara gelang panggul dan rangka dada. Otot-otot tersebut dapat memendek secara aktif. Sedangkan Menurut jenis dasarnya otot terdiri dari : a. Bagian-bagian otot: 



Sarkolema : merupakan membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot







Sarkoplasma : merupakan cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan miofilamen berada







Miofibril : merupakan serat-serat pada otot. Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni : 1) Miofilamen homogen (terdapat pada otot polos) 2) Miofilamen



heterogen



(terdapat



pada



otot



jantung/otot cardiak dan pada otot rangka/otot lurik). 



Miofilamen : merupakan benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril. Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut aktomiosin (aktin dan miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot



14



kita berkontraksi (memendek) maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan relaksasi (memanjang) maka miosin yang sedang bekerja. 2.4.2. Cara Kerja Otot Otot bekerja dengan cara berkontraksi. Pada saat berklontraksi, otot menegang dan memendek atau mengerut serta bagian tengahnya mengembung sehingga otottampak besar, pendek dan keras. Ketika otot tidak berkontraksi atau otot berelaksasi, otot tersebut mempunyai kekenyalan tertentu yang dinamakan tonus. Apabila otot berkontraksi, tonus semakin besar hingga mencapai maksimum. Tonus yang selalau mencapai maksimum terus menerus dinamakan tetanus (kejang). Apabila otot sadar berkontaraksi terus menerus, otot tersebut akan mengalami kelelehan yang ditandai dengan adanya rasa gemetar. Agar otot kembali segar, diperlukan isturahat yang cukup. Otot dapat mengalami kram atau kejang jika kadar garam natrium darah menurun. Hal ini dapat terjadi jika otot mengalami kelelahan karena kontraksi yang terus menerus. Selain itu, kejang dapat disebabkan oleh inrfeksi bakteri Clostridium tetani. 2.4.3. Macam-macam Otot Berdasarkan sel-sel penyusunnya, otot dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung. a. Otot Lurik Atau Otot Rangka Otot lurik mempunyai serabut kontraktil yang memantulkan cahaya berselang-seling gelap (anisotrop) dan terang (isotrop). Sel atau



serabut



otot



lurik



berbentuk



silindris



atau



serabut



panjang.Setiap sel mempunyai banyak inti dan terletak di bagian tepi sarkoplasma. Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga disebut otot volunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari sistem saraf pusat.Kontraksi otot lurik cepat tetapi tidak teratur dan mudah lelah.



15



Gambar 2.4.3 (a) Otot Lurik Pada Manusia



Otot lurik disebut juga otot rangka karena biasanya melekat pada rangka tubuh, misalnya pada bisep dan trisep. Selain itu juga terdapat di lidah, bibir, kelopak mata, dan diafragma. Otot lurik berfungsi sebagai alat gerak aktif karena dapat berkontraksi secara cepat dan kuat sehingga dapat menggerakkan tulang dan tubuh. b. Otot Polos Otot lurik mempunyai serabut kontraktil yang memantulkan cahaya berselang-seling gelap (anisotrop) dan terang (isotrop). Sel atau serabut otot lurik berbentuk silindris atau serabut panjang. Setiap sel mempunyai banyak inti dan terletak di bagian tepi sarkoplasma. Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga disebut otot volunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari sistem saraf pusat. Kontraksi otot lurik cepat tetapi tidak teratur dan mudah lelah. Otot lurik disebut juga otot rangka karena biasanya melekat pada rangka tubuh, misalnya pada bisep dan trisep. Selain itu juga terdapat di lidah, bibir, kelopak mata, dan diafragma. Otot lurik berfungsi sebagai alat gerak aktif karena dapat berkontraksi secara cepat dan kuat sehingga dapat menggerakkan tulang dan tubuh. Gambar 2.4.3 (b) Otot Lurik Pada Manusia



16



c. Otot Jantung Otot jantung berbentuk silindris atau serabut pendek. Otot ini tersusun atas serabut lurik yang bercabang-cabang dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau dua inti yang terletak di tengah sarkoplasma. Otot jantung bekerja di luar kehendak (otot tidak sadar) atau disebut juga otot involunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari saraf otonom. Kontraksi otot jantung berlangsung secara otomatis, teratur, tidak pernah lelah, dan bereaksi lambat. Dinamakan otot jantung karena hanya terdapat di jantung. Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan jantung menguncup dan mengembang untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri khas otot jantung adalah mempunyai diskus interkalaris, yaitu pertemuan dua sel yang tampak gelap jika dilihat dengan mikroskop.



Gambar 2.4.3 (c) Otot Jantung Pada Manusia



17



Tabel 2.4 Perbedaan Otot Polos, Otot Lurik dan Otot Jantung



18



2.4.4. Gangguan Pada Sistem Otot Otot berperan penting dalam aktivitas gerak manusia sehingga gangguan pada otot akan mempengaruhi aktivitas gerak. Gangguan pada otot dapat terjadi dalam beberapa bentuk seperti berikut ini: a. Atrofi Atrofil merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau kehilangan kemampuan untuk berkontraksi. Gangguan ini dapat disebabkan oleh penyakit poliomielitis, yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus ini menyebabkan kerusakan saraf yang mengkoordinasi otot ke anggota gerak bawah. b. Hipertrofi Hipertrofil merupakan otot yang berkembang menjadi lebih besar dan kuat. Hipertrofil disebabkan aktivitas otot yang kuat sehingga diameter serabut-serabut otot membesar. c. Hernia abdominalis Hernia abdominalis merupakan sobeknya dinding otot abdominalis sehingga usus memasuki bagian sobekan tersebut. d. Tetanus Tetanus merupakan otot yang mengalami kekejangan karena secara terus-menerus berkontraksi sehingga tidak mampu lagi berkontraksi. Tetanus disebabkan luka yang terinfeksi oleh bakteri clostridium tetani. e. Distrofi otot Distrofi otot merupakan penyakit kronis yang menyebabkan gangguan gerak. Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan adanya cacat genetik. f. Miastenia gravis Miastenia gravis merupakan otot yang secara berangsurangsur melemah dan menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini



19



disebabkan oleh hormon tiroid dan sistem imunitas yang tidak berfungsi dengan normal. 2.5. Panca Indera 2.5.1. Mata (Indera Pengelihatan) 1) Bagian yang melindungi mata : a. Alis mata, gunanya untuk menahan keringat agar tidak masuk ke mata. b. Bulu mata dan kelopak mata, gunanya untuk menangkap debu/kotoran, asap dan binatang kecil yang memasuki mata juga berfungsi mengurangi cahaya masuk. c. Kelenjar air mata gunanya untuk mengeluarkan air mata. Air mata berguna untuk mengeluarkan kotoran dari dalam mata dan membasahi kornea mata. d. Otot mata berguna untuk menggerakan bola mata sehingga dapat bergerak ke kanan ke kiri (melirik) dan ke atas dan ke bawah. 2) Bagian-bagian penting dalam pengelihatan : a. Selaput Pelangi (Iris)  Selaput pelangi membedakan pola warna pada mata kita  Bagian tengah terdapat anak mata (pupil) fungsinya untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk sehingga sesuai dengan kebutuhan  Pupil akan mengecil jika cahaya yang diterima mata terlalu banyak (menyilaukan) dan akan membesar jika cahaya yang diterima terlalu sedikit (redup). b. Selaput Bening (Kornea)  Kornea bersifat transparan (meneruskan cahaya) dan tidak berpembuluh darah  Berfungsi meneruskan cahaya yang masuk mata kbagian retina (selaput jala) c. Lensa Mata



20



 Bersifat elastis, dapat mencembung dan memipih untuk memfokuskan jatuhnya cahaya. Kemampuan lensa mata untuk mengubah kecembungannya disebut daya akomodasi  Berfungsi untuk memusatkan cahaya yang masuk ke mata agar mata bisa jatuh tepat di retina (selaput jala) d. Badan Bening  Merupakan bagian paling luas, tepatnya di belakang lensa  Badan berisi zat seperti agar-agar  Berfungsi meneruskan cahaya dari lensa mata ke retina e. Selaput Jala (Retina)  Bersifat sangat peka terhadap cahaya yang masuk ke mata, karena mempunyai sel-sel saraf penerima (sel reseptor)  Berfungsi meneruskan rangsang cahaya ke saraf mata f. Saraf Mata (Saraf Optik)  Berfungsi meneruskan rangsang cahaya yang diterimanya ke susunan saraf pusat di otak  Setelah rangsang diterima otak barulah kita bisa melihat Gambar 2.5.1 (1) Anatomi Mata Manusia Sumber : www.wannura.com



3) Proses manusia dapat melihat benda :  Cahaya dari benda (baik cahaya pantuk dan cahaya sendiri) masuk ke lensa mata melalui pupil mata  Lensa mata berupa lensa positif membentuk bayangan benda  Otot lensa mata mengatur tebal lensa mata hingga bayangan yang terbentuk jatuh di retina di bagian bintik kuning



21



 Bayangan (cahaya yang terbentuk) di bintik kuning merangsang saraf dan meneruskannya ke otak dan di otak bayangan tersebut dianalisa dan otak menerangkan benda apa yang kita lihat



4) Daya akomodasi, yaitu kemampuan otot mata mengatur tebal tipisnya lensa mata agar bayangan jatuh di retina dengan proses berikut ini :  Untuk melihat benda dekat, otot mata mengatur lensa mata cukup tebal agar bayangan jatuh di retina  Untuk melihat benda jauh maka lensa akan menipis Gambar 2.5.1 (2) Daya Akomodasi Mata



5) Penyakit-Penyakit Pada Mata (Cacat Mata)  Tuna netra : orang yang tidak dapat melihat  Rabun ayam : kurang jelas melihat di waktu senja dan malam hari  Trakhom : penyakit yang disebabkan oleh kuman trakhom yang dapat mengakibatkan kebutaan pada mata  Katarak : permukaan bola mata luar dilapisi selaput lemak sehingga pandangan kabur  Astigmatisma : cacat mata astigmatisma terjadi jika sinar yang masuk ke mata berkumpul pada satu titik sehingga bayangan yang terbentuk tidak sama dengan bendanya. Cacat mata ini dapat dibantu dengan lensa silindris



22



 Rabun dekat/hipermetropi : terjadi karena bayangan yang terbentuk jatuh di daerah badan kaca pada mata. Umumnya ditemui pada pelaut karena matanya terbiasa melihat benda yang jauh dan orang yang telah berumur. Cacat mata ini bisa dibantu dengan lensa positif atau lensa cembung  Rabun jauh/miopi : terjadi karena bayangan yang terbentuk jatuh di luar mata. Umumnya ditemui pada orang selalu melihat dekat seperti peneliti, tukang arloji dan orang-orang yang banyak membaca sambil tidur. Cacat mata ini bisa dibantu dengan lensa negatif atau lensa cekung  Rabun jauh dan rabun dekat/presbiopi : pada orang yang tidak dapat melihat dengan jelas benda yang jauh dan dekat pada jarak normal. Dapat dibantu dengan lensa rangkap (positif dan negatif)  Juling : kelainan yang terjadi akibat otot-otot penggerak bola mata kerjannya tidak serasi  Buta warna : gangguan pengelihatan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna. Biasanya hanya mengenal warna putih atau abu-abu saja. 2.5.2. Telinga (Indera Pendengaran) 1) Bagian-Bagian Telinga  Telinga bagian luar : gunanya untuk menangkap getaran suara, terdiri dari daun telinga dan lubang telinga  Telinga bagian tengah : gunanya untuk mengatur agar bunyi dapat diketahui, terdiri dari selaput gendang, tulang-tulang pendengar (martil, landasan dan sanggurdi) dan saluran eustachius (saluran penghubung ke rongga mulut)  Telinga bagian dalam : tingkap jorong dan rumah siput (koklea) Gambar 2.5.2 Bagian-Bagian Telinga



23



2) Proses Terdengarnya Bunyi Daun



telinga



berfungsi



sebagai



corong



untuk



mengumpulkan getaran, maka bunyi masuk ke lubang telinga sehingga gendang telinga bergetar yang akan menggetarkan tulang-tulang pendengaran termasuk tangkap jorong dan rumah siput, di dalam rumah siput ada cairan limfa, yang akan bergetar bila ada bunyi sehingga merangsang ujung-ujung saraf yang berhubungan dengan saraf pendengaran yang menuju ke otak, maka



terdengarlah



bunyi.



Pada



telinga



terdapat



alat



keseimbangan tubuh yang akan memberi tanggapan terhadap kedudukan tubuh (tegak, miring dan pemutaran tubuh), maka jika telinga sakit keseimbangan juga terganggu. 3) Penyakit Pada Telinga Tuna runggu atau tuli adalah penyakit dimana seseorang yang tidak dapat mendengar disebabkan selaput gendang telinga pecah, tersumbatnya lubang telinga atau rusaknya saraf pendengaran. Kemudian ada pula infeksi telinga yang mengeluarkan lender berbau (congek). 2.5.3. Hidung (Indera Penciuman) Hidung sebagai panca indera penciuman atau pembau juga sebagai saluran pernafasan. Dalam rogga hidung terdapat bulu halus dan selaput lender yang berguna menahan kotoran dari udara yang terhisap. Di bawah selaput rongga hidung terdapat saraf pencium yang menerima rangsangan dari zat berbau ke otak.



24



Gambar 2.5.3 Anatomi Hidung (Indera Penciuman)



Penyakit pada hidung :  Ansomia : ketidakmampuan hidung untuk mencium bau yang diakibatkan oleh terjadinya penyumbatan rongga hidung, gangguan saraf pembau.  Salesma (pilek/flu) : disebabkan oleh kuman influenza  Polip : gangguan pada saraf pembau  Sinusitis : luka pada rongga hidung 2.5.4. Lidah (Indera Pengecap) Pada lidah terdapat bintil-bintil (papilla) yang merupakan ujungujung saraf pengecap. Fungsi lidah adalah untuk mengucap kata, mengatur letak makanan dalam mulut waktu mengunyah, mmbantu menelan makanan dan sebagai pengecap rasa. Lidah dapat mengecap rasa yang berbeda-beda yakni :  Ujung dalam lidah mengecap rasa pahit  Tepi lidah sebelah dalam mengecap rasa asam  Tepi lidah sebelah luar mengecap rasa asin  Ujung lidah luar mengecap rasa manis Gambar 2.5.4 Lidah Manusia



25



2.5.5. Kulit (Indera Peraba) Kulit bertugas menerima rangsangan pada lapisan kulit tersebar ujung-ujung saraf peraba. Bila kita memegang benda maka akan menimbulkan rangsang. Rangsang diterima oleh ujung-ujung saraf peraba untuk diteruskan ke otak. Dengan demikian dapat merasakan halus atau kasar sebuah permukaan benda. Selain itu kita dapat merasakan panas, dingin, sakit atau nyeri. Bagian kulit yang paling peka terhadap rangsangan yaitu bagian yang terdapat pada bibir ujung jari. Ujung-ujung saraf peraba juga terdapat pada dinding alat-alat dalam, misalnya dinding usus. Oleh karena itu, kita dapat merasakan sakit atau nyeri pada alat-alat tersebut. Selain itu, kulit juga berfungsi untuk membungkus tubuh bagian dalam, mengatur suhu tubuh dan kemjaga kuman agar tidak masuk serta mengeluarkan zat-zat sisa pembakaran (keringat dan garam-garaman). Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu, lapisan luar (epidermis) tersusun dari kulit air dan lapisan Malpighi (lapisan tanduk) yang berhubungan dengan keadan luar. Dan lapisan dalam tersusun dari kulit jangat dengan pembentuknya berupa lubang pori-pori, jaringan lemak, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar minyak, rambut (bulu), pembuluh darah dan saraf penerima yang disebut reseptor. Macam-macam penyakit pada kulit yakni cacar, panu, kudis, kutu air dan lain-lain. Gambar 2.5.5 Anatomi Kulit



26



2.6. Antropometri Anthropometry adalah ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan pengukuran besar, berat dan proporsi badan manusia. Antropometri merupakan bagian dari ergonomic yang secara khusus mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear serta isi dan juga meliputi daerah ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Antropometri



disebut



juga



pengukuran



komparatif



berbagai



karakteristik tubuh misalnya berat badan, tinggi badan, tebal lipatan kulit dan sebagainnya. Salah satu pembatas kinerja tenaga kerja, guna mengatasi keadaan tersebut diperlukan data antropometri tenaga kerja sebagai acuan dasar desain sarana prasarana kerja. Antropometri sebagai salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam ergonomic memegang peran utama dalam rancang bangun sarana dan prasarana kerja. Antropometri terbagi menjadi dua macam yakni, antropometri statis dan dinamis. Antropometri statis ialah yang merupakan ukuran tubuh dan karakteristik tubuh dalam keadaan diam atau statis untuk posisi yang telah ditentukan atau standar misalnya; tinggi badan dan lebar bahu. Sedangkan antropometri dinamis adalah ukuran tubuh atau karakteristik tubuh dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin



27



terjadi saat bekerja melaksanakan kegiatan misalnya; putaran sudut tangan dan sudut pergelangan kaki. 2.5.1. Data antropometri Data antropometri adalah data-data dari hasil pengukuran yang digunakan sebagai data untuk perancangan peralatan. Mengingat bahwa keadaan dan ciri dapat membedakan satu dengan yang lainnya, maka dalam perancangan yang digunakan data antropometri terdapat tiga prinsip yang harus diperhatikan yaitu (Wignjosoebroto, 2003) : 1) Prinsip rancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim (minimum atau maksimum) Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang akan dirancang tersebut dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang akan memakainya. Contohnya; ketinggian kontrol maksimum digunakan tinggi jangkauan ke atas dari orang pendek, ketinggian pintu disesuaikan dengan orang yang tinggi dan lain-lain. 2) Prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas tersebut dapat menampung atau bisa dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya. Biasanya rancangan ini memerlukan biaya lebih mahal tetapi memiliki fungsi yang lebih tinggi. Contohnya; kursi kemudi yang bisa diatur maju-mundur dan kemiringan sandarannya, tinggi kursi sekretaris atau tinggi permukaan mejanya. 3) Prisip perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para pemakainya. Prinsip ini hanya digunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan bila lebih banyak rugi daripada untungnya. Ini berarti hanya



28



sebagian kecil dari orang-orang yang merasa enak dan nyaman ketika menggunakan fasilitas tersebut. Kenyataan menunjukan bahwa terdapat perbedaan atribut/ukuran fisik antara satu manusia dengan manusia yang lain. Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain dikarenakan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi data antropometri yaitu; umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dan jenis pekerjaan. Dalam rangka untuk mendapatkan suatu rancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis maupun dinamis selain itu juga harus didapatkan datadata yang sesuai dengan tubuh manusia. Pengukuran tersebut adalah relative mudah untuk didapat jika diaplikasikan pada data perorangan. Akan tetapi, semakin banyak jumlah manusia yang diukur dimensi tubuhnya, makan akan semakin terlihat betapa besar variasinya antara tubuh dengan tubuh yang lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun segmennya. 2.5.2. Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomi dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal, (Menurut Wignjosoebroto, 2003): 1) Perancangan area kerja (work station, mobile, interior, dll) 2) Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas dan sebagainya 3) Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan sebagainya.



29



4) Perancangan lingkungan kerja fisik Jadi



dapat



disimpulkan



bahwa



data



antropometri



dapat



menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikanya atau menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu mengakomodasikan dimensi dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90%-95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah dapat menggunakan produk tersebut. Untuk mendesain peralatan kerja secara ergonomi yang digunakan dalam lingkungan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan seharusnya disesuaikan dengan manusia di lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi manusia tersebut. Dampak negatif bagi manusia tersebut akan terjadi dalam jangka waktu pendek (short term) maupun jangka panjang (long term). 2.5.3. Prinsip Perancangan Produk Atau Fasilitas Dengan Ukuran RataRata Data Antropometri Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rencana tersendiri. Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa sarana/ rekomendasi yang bisa diberikan sesuai langkahlangkah sebagai berikut (Nurmianto, 2003): Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rencana tersebut



30



Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini perlu juga diperhatikan apakah harus menggunakan data dimensi tubuh statis ataukah data dimensi tubuh dinamis Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai “segmentasi pasar” seperti produk mainan anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dll. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (adjustabel) ataukah ukuran rata-rata. Pilih prosentase populasi yang harus diikuti 90th, 95th, 99th ataukah nilai persentil yang lain yang dikehendaki Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuan akibat tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan dan lain-lain. Selanjutnya untuk menjelaskan mengenai data antopometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka gambar berikut akan memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur. Gambar 2.5.3 Antropometri Anggota Tubuh Manusia Yang Diukur Dimensinya



31



Keterangan : 1. Tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala) 2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak 3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak 4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus) 5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan) 6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/pantat sampai dengan kepala ). 7. Tinggi mata dalam posisi duduk. 8. Tinggi bahu dalam posisi duduk 9. Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus) 10. Tebal atau lebar paha. 11. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut. 12. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis (Lipat lutut ke pantat).



32



13. Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha 15. Lebar bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk ) 16. Lebar pinggul/pantat 17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dlm gambar). 18. Lebar perut / Tebal Perut 19. Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus. 20. Lebar kepala. 21. Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari. 22. Lebar telapak tangan. 23. Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri-kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar ). 24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal). 25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no 24 tetapi dalam posisi duduk ( tidak ditunjukkan dalam gambar ). 26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan. Secara statistik ukuran tubuh manusia pada suatu populasi tertentu akan terkonsentrasi pada suatu nilai tengah dan suatu bagian kecil dari harga ekstrim akan berada di bgaian sisi kurva distribusi. Sebagian besar data antropometri dinyatakan dalam bentuk persentil. Satu populasi dibagi dalam seratus kategori prosentase yang diurutkan dari yang terkecil sampai terbesar untuk ukuran tubuh tertentu. Persentil satu dari tinggi tubuh



33



misalnya menunjukkan bahwa 99% dari populasi yang diamati mempunyai tinggi tubuh lebih besar atau sama dengan ukuran tersebut. Ada tiga prinsip yang perlu dipahami dalam pemakaia data Antropometri, yaitu: 1. Perancangan benda / produk berdasarkan individu ekstrim, digunakan apabila produk yang dirancang dapar dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang yang menggunakan 2. Perancangan benda/produk yang bisa disesuaikan, digunakan agar benda yang dirancang dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua orang yang memerlukan 3. Perancangan produk berdasarkan ukuran rata-rata pemakai 2.7. Penyebab dan Dampak Akibat Tidak Melakukan Pekerjaan Sesuai dengan Ergonomi Kerja Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam dua kelompok : 1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari: – Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain – Lingkungan kerja – Proses kerja – Sifat pekerjaan – Cara kerja 2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dapat terjadi antara lain karena: – Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana – Cacat tubuh (bodily defect) – Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh. – Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik 2.8. Pedoman Yang Digunakan Untuk Penerapan Ergonomi Pedoman yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk penerapan ergonomi, yaitu :



34



1. Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,ukuran, susunan, dan penempatan mesin dan peralatan serta perlengkapan kerja; juga bentuk, ukuran dan penempatan alat kendali serta alat petunjuk, cara kerja mengoperasikan mesin dan peralatan. 2. merinci



macam



gerak, arah dan kekuatannya



yang harus



dilakukan.Untuk standarisasi bentuk dan ukuran mesin dan peralatan kerja, harus diambil ukuran terbesar (misal rerata + 2 deviasi standar) sebagai dasar serta diatur suatu cara, sehingga dengan ukuran tersebut mesin dan peralatan kerja dapat dioperasikan oleh tenaga kerja yang ukuran antropometrisnya kurang dari ukuran standar. Sebagai contoh adalah kursi yang tingginya dapat dinaik turunkan sesuai dengan ukuran antropometris tenaga kerja yang duduk pada kursi tersebut, atau tempat duduk yang dapat disetel (diatur posisinya) mundur ke belakang atau maju ke depan untuk menyesuaikannya terhadap ukuran jarak unjuk lutut ke garis belakang punggung. 3. Ukuran antropometris statis terpenting sebagai dasar desain danpengoperasian mesin atau peralatan kerja antara lain : Berdiri : a. Tinggi badan berdiri : 1. Tinggi bahu 2. Tinggi siku 3. Tinggi pinggul 4. Panjang depan 5. Panjang lengan Duduk : a. Tinggi duduk : 1. Panjang lengan atas 2. Panjang lengan bawah dan tangan 3. Jarak lekuk lutut-garis punggung 4. Jarak lekuk lutut-telapak kaki. 5. Standar ukuran meja kerja bagi pekerjaan yang dilakukan dengan berdiri :



35



 Pada pekerjaan tangan (manual) yang dilakukan dengan cara berdiri, tinggi meja kerja sebaiknya 5-10 cm dibawah tinggi siku  Apabila bekerja dilakukan dengan berdiri dan pekerjaan dikerjakan di atas meja dan dtaran tinggi siku dinyatakan sebagai dataran 0 maka bidang kerja  Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian 0+(5-10) cm  Untuk pekerjaan ringan 0-(5-10) cm  Untuk pekerja berat yang perlu mengangkat barang berat dan memerlukan bekerjanya otot punggung 0-(10-20) cm. 4. Dari segi otot, posisi duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk, sedangkan dari aspek tulang, terbaik adalah duduk yang tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak dalam keadaan yang lemas. Sebagai jalan keluar, dianjurkan agar digunakan posisi duduk yang tegak dengan di selingi istirahat dalam bentuk sedikit membungkuk. 5. Tempat duduk yang baik memenuhi persyaratan sebagai berikut :  Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan injakan kaki sehingga sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha dalam keadaan datar ;  Tinggi papan sandaran punggung dapat di atur dan menekan dengan baik kepada punggung  Lebar alas duduk tidak kurang dari lebar terbesar ukuran antropometris pinggul misalnya lebih dari 40 cm  Tinggi meja kerja merupakan ukuran dasar sesuai dengan pedoman pada butir 4b. 6. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan yang menjadi posisi duduk. Untuk pekerjaan yang dilakukan sambil berdiri, bagi tenaga kerja disediakan tenpat duduk dan diberi kesempatan untuk duduk. 7. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37° ke bawah sedangkan untuk pekerjaan duduk 32-44° ke bawah. Arah



36



penglihatan ini sesuai dengan posisi kepala yang berada pada keadaan istirahat (relaxed). 8. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan juga oleh lengan bawah ; pegangan dari obyek kerja harus diletakkan di daerah ruang gerak tersebut ; hal ini lebih penting lagi bila sikap tubuh berada pada posisi tidak berubah. 9. Macam gerakan yang kontinyu (tidak mendadak atau tersendat atau putus-putus) dan berirama lebih diutamakan, swedangkan gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan pakas asangat melelahkan. Gerakan keatas harus dihindarkan. Papan penyokong bagian anggota badan misalnya lengan atas atau lainnya dipakai untuk posisi kerja lengan yang melelahkan misalnya menahan beban suatu °berada pada pusat penyangga beban yaitu pinggul dan ditopang oleh sistem otot-tulang dengan pemanfaatan secara tepat potensi kekuatannya. 10. Pembebanan kerja sebaiknya dipilih yang optimal, yaitu beban kerja yang dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien.Beban fisik maksimum menurut ILO sebesar 50 kg (untuk Indonesia beban demikian terlalu besar dan 35 kg adalah realistis). Cara mengangkat dan menolak serta menarik memperhatikan kaidah ilmu gaya mekanika dan dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu. Gaya dari beban diupayakan berada pada pusat penyangga beban yaitu pinggul dan ditopang oleh sistem oto-tulang dengan pemanfaatan secara tepat potensi kekuatannya. 11. Gerakan ritmis seperti mendayung, mengayuh pedal, memutar roda atau menggergaji memerlukan frekuensi siklus gerak repetitif yang optimal dengan menggunakan tenaga yang efisien. Sebagai misal pada frekuensi siklus gerakan ritmis 60 kali setiap menitnya mengayuh pedal atau memutar roda dirasakan lebih enteng. 12. Apabila seorang tenaga kerja (dengan atau tanpa beban) harus berjalan pada jalan yang menanjak atau naik tangga, maka derajat tanjakan optimum sebagai berikut :



37



 Jalan menanajak 10°  Tangga rumah 30°  Tangga 70°(dengan anak tangga yang berukuran berkisar anatara 20-30 cmtergantung pada beban kerja.) 13. Kemampuan seseorang bekerja seharian adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja serta keselamatan, kesehatan dan kepuasan kerja sangat menurun. 14. Waktu istirahat didasarkan kepada keperluan atas pertimbangan ergonomi. Harus dihindari istirahat sekehendak tenaga kerja atau istirahat curian diluar sistem kerja, yaitu istirahat oleh karena turunnya kemampuan dan kesanggupan tubuh untuk melakukan pekerjaan atau tenaga kerja sebenarnya telah menjadi lelah dan tidak kuat lagi bekerja. 15. Beban tambahan akibat lingkungan kerja fisik, mental, psikologis,d an sosial sebaiknya sedapat mungkin dikurangi. 16. Pemeliharaan indera penglihatan dilakukan sebaik-baiknya terutama dengan penyelenggaraan pencahayaan dan penerangan yang baik terutama berkaitan dengan kepentingan pelaksanaan pekerjaan. 17. Kondisi mental psikologis dipelihara dan ditingkatkan dengan memberikan insentif atau perangsang dan juga bila perlu disinsentif, menggelorakan motivasi kerja untuk menaikkan produktivitas dan kesejahteraan, mewujudkan harmoni iklim kerja dan lain-lain. 18. Beban kerja fisik dinilai antara lain dengan mengukur konsumsi O2, frekuensi nadi, suhu badan, dan lain-lainnya atau analisi kegiatan dari pekerjaan itu sendiri. 19. Batas kemampuan atau kesanggupan bekerja sudah tercapai, apabila bilangan nadi kerja mencapai angka 30/menit diatas bilangan nadi istirahat, sedangkan nadi kerja tersebut tidak terus naik dan sehabis bekerja nadi pulih kembali kepada keadaan istirahat sesudah lebih kurang 15 menit.



38



2.9. Sumber Energi 2.9.1 Bioenergi Bioenergi adalah energi terbarukan yang didapatkan dari sumber biologis, umumnya biomasa. Biomasa adalah bahan organik yang menyimpan energi cahaya matahari dalam bentuk energi kimia. Biomassa sebagai bahan bakar umumnya berupa kayu, limbah industri kayu, jerami dan hasil pertanian seperti tebu yang dapat diolah menjadi bahan bakar. Dalam definisi yang lebih sempit, bioenergi adalah synonim dari biofuel, yang merupakan bahan bakar turunan dari sumber biologis. Dalam cakupan yang lebih luas, bioenergi juga mencakup biomassa. Bioenergi adalah energi yang dihasilkan dari biomassa, tetapi bioenergi bukanlah biomassa itu sendiri. 2.9.2 ATP dan ADP ATP merupakan singkatan dari adenosin difosfat. ADP adalah dua molekul fosfat yang terikat pada satu molekul adenosin. ATP menyimpan energi untuk sel. Ketika ATP menghidrolisis dan menjadi ADP, energi dilepaskan dan kemudian dikonsumsi oleh beberapa reaksi metabolisme. Energi digunakan dalam fosforilasi ADP, membentuk ATP, Enzim yang mengkatalisis reaksi ATP synthase. ATP yang dihasilkan kemudian dikonsumsi selama tahap fotosintesis kimia berikutnya untuk mentransfer energi untuk karbon dioksida pada pembentukan glukosa. Energi cahaya berperan untuk penguraian molekul air selama fotosintesis melalui proses yang dikenal sebagai fotolisis air. Selama reaksi ini, molekul air yang terkena energi cahaya dan melepaskan proton (ion hidrogen), elektron dan molekul oksigen. 2.10. Dynamic And Static Work Tabel 2.10 Dynamic and static work Static Work



Dynamic Work



Kontraksi otot menetap



Siklus kontraksi – relaksi berulang



Pengurangan aliran darah



Peningkatan aliran darah



39



Konsumsi Oksigen tidak mengikat



Konsumsi oksigen meningkat



Produksi energi tidak bergantung Produksi energi bergantung pada pada oksigen



oksigen



Glycogen otot diubah menjadi asam Glycogen otot berakhir dalam bentuk laktat



karbondioksida dan hydroksida



BAB III PENUTUP



3.1. Kesimpulan Bedasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem syaraf, sistem penginderaan, sistem otot, dll. 2. Dalam ergonomi, sistem yang paling berpengaruh adalah sistem otot, sistem rangka dan sistem syaraf. Ketiga sistem ini sangat berpengaruh dalam ergonomi karena manusia yang memegang peran sebagai pusat dalam ilmu ergonomi (person-centered ergonomics).



40



Rangka merupakan rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi organ tubuh yang lunak, otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan rangka tubuh merupakan alat gerak pasif. Manusia memiliki lima panca indera yaitu; mata (pengelihatan), hidung (penciuman), telinga (pendengaran), lidah (pengecap) dan kulit (peraba). Sedangkan antropometri disebut pengukuran komparatif berbagai karakteristik tubuh misalnya berat badan, tinggi badan, tebal lipatan kulit dan sebagainnya. 3. Kelainan tulang karena sikap duduk yang salah mengakibatkan terjadinya



gangguan



pertumbuhan



tulang



belakang



(tulang



punggung). Kelainan ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu; lordosis, kifosis dan scoliosis. Otot berperan penting dalam aktivitas gerak manusia sehingga gangguan pada otot akan mempengaruhi aktivitas gerak. Gangguan pada otot dapat terjadi dalam beberapa bentuk seperti; hipertrofi, hernia abdominalis, tetanus, distrofi otot dan miastenia gravis. 4. Penyakit akibat kerja (PAK) terbagi menjadi dua macam yang pertama yaitu kondisi tidak aman (unsafe condition) berupa; lingkungan kerja, proses kerja, sifat pekerjaan dan cara kerja. Dan yang kedua adalah perilaku tidak aman (unsafe action) berupa; Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana, Cacat tubuh (bodily defect), Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh, Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik. 3.2. Saran Dari hasil pembahasan ini kelompok memberikan saran-saran berdasarkan apa yang telah kelompok paparkan mengenai Human Capability and Limitation yaitu setiap pekerjaan perlu menerapkan ergonomi agar : 1. Beban tambahan akibat lingkungan kerja fisik, mental, psikologis, dan sosial sebaiknya sedapat mungkin dikurangi.



41



2. Pemeliharaan indera penglihatan dilakukan sebaik-baiknya terutama dengan penyelenggaraan pencahayaan dan penerangan yang baik terutama berkaitan dengan kepentingan pelaksanaan pekerjaan. 3. Kondisi mental psikologis dipelihara dan ditingkatkan dengan memberikan insentif atau perangsang dan juga bila perlu disinsentif, menggelorakan motivasi kerja untuk menaikkan produktivitas dan kesejahteraan, mewujudkan harmoni iklim kerja dan lain-lain.



42



DAFTAR PUSTAKA Kumala, Poppy et. all. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland, E/25. Jakarta. Percetakan Negara. Rosida, Eros SP. 2006. Buku Pintar SAINS – IPA. Bandung. Ganeca Sains Bandung. J, Rahayuni. 2016. Kamus Keperawatan. Palembang. Dinamika Press Indonesia. https://tatangsma.com/2015/09/apa-pengertian-atp-dan-adp.html. pada 4 Oktober 2019 (Pukul 20.05 WIB)



Diakses



https://www.google.co.id/amp/s/bambangwisanggeni.wordpress.com/2010/0 3/02/antropometri/amp/. Diakses pada 4 Oktober 2019 (Pukul 08.45 WIB) http://himatekkim.ulm.ac.id/id/.kesehatan-dan-keselamatan-kerja-faal-danergonomi-kerja/. Diakses pada 3 Oktober 2019 (Pukul 10.19 WIB) http://lib.ui.ac.id/file?file=gidital/.125428-s-5642-tinjauan%20faktorliteratur.pdf. Diunduh pada 3 Oktober 2019 (Pukul 11.00 WIB)



iii