Makalah Etika Perjamuan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



MAKALAH ETIKA PERJAMUAN



Disusun oleh :



NAMA : NIM :



KATA PENGANTAR



Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi besar yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih. Banjar,



Februari 2016



Penyusun



1



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR....................................................



i



DAFTAR ISI.............................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN...............................................



1



A.Latar Belakang Masalah................................................. B.Rumusan Masalah.......................................................... A.Manfaat dan Tujuan.......................................................



1 2 2



BAB II PEMBAHASAN...............................................



3



A.Tata Cara Jamuan Makan..................................................................... B.Etika Jamuan Makan............................................................................ C.Penataan Meja Makan.......................................................................... D.Pengaturan Tata/ Tempat Duduk.......................................................... E.Etika Makan dalam Islam.....................................................................



3 6 17 23 25



BAB III PENUTUP.....................................................



31



A.Kesimpulan.................................................................... B.Saran ............................................................................



31 31



DAFTAR PUSTAKA....................................................



32



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari sehari hari etika dalam perjamuan makan perlu diterapkan agar bersikap sopan dan santun saat menyantap hidangan makan. Dalam makalah ini kita akan membahas definisi etika, etika dalam perjamuan makan yang terdiri dari cara duduk, cara makan, cara berbicara serta cara menyantap hidangan. Table Manners atau yang dapat disebut dengan Etika Makan adalah aturan yang harus dilakukan saat bersantap bersama di meja makan. Table Manner diperkenalkan oleh bangsa Eropa yang merupakan aturan standar terutama saat bersantap bersama-sama di sebuah acara resmi atau acara makan bersama di keluarga besar. Meskipun sebenarnya Manner tersebut telah ada jauh sebelum peradaban Eropa menyebar ke seluruh dunia. Untuk masyarakat Indonesia sendiri, khususnya di kalangan profesional, table manner paling banyak diadopsi dari standar Amerika. Meski tentu saja tetap dicampur dengan adat kebiasaan orang Indonesia itu sendiri. Dalam penghidangan makanan sendiri dibagi menjadi tiga macam, yaitu makanan pembuka (appetizer), makanan utama (main course), dan makanan penutup (dessert). Saat makan bukan hanya diartikan sebagai ritual pengisi perut semata, maka didalamnya ada etika jamuan makan yang mengatur tata cara makan yang benar seperti tata cara makan yang benar seperti cara duduk, cara berbicara, penggunaan alat makan bahkan bagaimana cara kita minum dari gelas yang tersedia. Oleh karena itu, agar tidak ketinggalan zaman, atau tidak memalukan saat diundang ke jamuan resmi maka harus memiliki table manner yang benar. Etiket makan tidak hanya ada di negara-negara barat. Di negara lain seperti Jepang, Cina, termasuk di Indonesia pun, dikenal etiket makan.



1



Etiket makan adalah alat bantu komunikasi, paham etiket di meja makan mempermudah kita dalam pergaulan. Dalam acara jamuan makan, tata cara makan atau Table Manner merupakan hal utama yang penting diperhatikan. Tata cara makan menunjukkan siapakah diri kita sebenarnya. Dalam makalah ini akan dibahas seperti apa perngertian table manner, tujuan table manner dan etiket jamuan dalam makan, hal-hal yang harus dihindari selama jamuan makan, aturan dasar dalam etika makan dan aturan pokok tata cara di meja makan, tata letak dan etika umum, tata cara makan yang baik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penyusun merumuskan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.



Bagaimanakah tata cara jamuan makan? Bagaimanakah etika jamuan makan? Bagaimanakah penataan meja makan? Bagaimanakah pengaturan tata/ tempat duduk? Bagaimanakah etika makan dalam islam?



C. Manfaat dan Tujuan Suatu kegiatan tanpa tujuan itu suatu hal yang sia-sia, adapun tujuan utama dalam penyusunan makalah ini adalah :. 1. 2. 3. 4. 5.



Dapat mengetahui tata cara jamuan makan? Dapat mengetahui etika jamuan makan? Dapat mengetahui penataan meja makan? Dapat mengetahui pengaturan tata/ tempat duduk? Dapat mengetahui etika makan dalam islam?



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Tata Cara Jamuan Makan Tata cara jamuan makan atau Table Manner adalah aturan yang harus dilakukan saat bersantap bersama di meja makan. Etika makan diperkenalkan oleh bangsa Eropa yang merupakan aturan standar terutama saat bersantap bersama-sama di sebuah acara resmi atau acara makan bersama di keluarga besar. Meskipun sebebarnya Etika tersebut telah ada jauh sebelum peradaban Eropa menyebar ke seluruh dunia. Jika mampu menunjukkan sopan santun di meja makan, sebenarnya secara tidak langsung menunjukkan kualitas pergaulan, intelektualitas dan etika pergaulan seseorang. Etika makan tidak dibentuk secara tiba-tiba. Kualitas etika makan harus dilakukan sejak usia anak dan remaja. Dengan kebiasaan sehari-hari dengan melakukan etika makan yang baik maka merupakan proses pembelajaran yang sangat baik. Bila etika makan dibentuk secara instan maka akan menghasilkan kualitas etika makan yang canggung dan tidak luwes. Bila seseorang diundang di sebuah restoran terkenal atau jamuan makan malam resmi dengan meja makan yang sudah di setting sedemikian rupa harus mengikuti aturan etika makan yang baik. Setiap negara memiliki aturan meja makan yang berbeda-beda. Untuk masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan profesional, table manner paling banyak diadopsi dari standar Amerika. Meski tentu saja tetap dicampur dengan adat kebiasaan orang Indonesia itu sendiri. Bicara tentang cara makan atau tata cara makan, cara makan seperti apa yang biasa anda gunakan? Cara makan bisa berhubungan dengan cara kita menggunakan alat untuk menyantap makanan atau bisa juga berhubungan dengan bagaimana kita makan seperti makan cepat, lambat, pakai banyak sambal, dan lain sebagainya.



3



Untuk alat makan, Di Indonesia sebagian besar orang biasa makan dengan menggunakan sendok dan garpu. Ya inilah cara makan yang umum di gunakan di Indonesia, selain cara makan langsung dengan tangan tentunya. Tapi di samping itu ada banyak cara makan dengan menggunakan peralatan lain di Indonesia, beberapa di antaranya adalah: 1. Sendok dan garpu Ini adalah cara makan yang sangat umum di Indonesia dan pasti anda telah paham bagaimana makan dengan cara seperti ini. Anda tinggal memegang sendok di tangan kanan dan garpu di tangan kiri (kecuali anda kidal). Makan dengan sendok dan garpu sangatlah mudah, sendok digunakan untuk mengambil makanan dan garpu dapat digunakan untuk menusuk makanan atau membantu mengumpulkan makanan di sendok, begitu mudah. Jika anda makan mie, anda bisa menggunakan garpu untuk memilin mie dan memakannya atau bisa juga menggunakan garpu untuk mengangkat sebagian mie lalu menaruhnya dahulu pada sendok anda. Kesulitan utama dalam makan dengan sendok dan garpu adalah pada saat anda memakan daging berukuran besar seperti saat makan steak. Jika anda makan steak dengan sendok dan garpu, maka cara terbaik yang bisa anda lakukan adalah menusukkan garpu untuk menahan daging lalu menggunakan ujung sendok untuk membuat potongan kecil dari daging steak, walaupun hal ini mungkin sulit dilakukan kalau daging steak anda liat / tidak lunak. 2. Pisau dan garpu Makan dengan garpu dan pisau saat ini menjadi makin umum dengan menjamurnya rumah makan yang menyediakan steak sebagai hidangan utamanya, bagaimana cara menggunakannya? Cara makan dengan pisau dan garpu tidaklah sulit, anda tetap memegang garpu di tangan kiri anda serta pisau di tangan kanan anda. Garpu digunakan untuk menusuk dan menahan makanan pada tempatnya selagi anda memotong makanan tersebut menjadi potongan yang lebih kecil menggunakan pisau anda. Setelah terpotong, maka anda memakan potongan kecil tadi menggunakan



4



garpu, jangan menggunakan pisau anda untuk memakan makanan, karena selain tidak benar hal ini juga beresiko menyebabkan lidah anda teriris pisau secara tidak sengaja. Kekurangan dari penggunaan pisau dan garpu adalah anda akan kesulitan menyantap makanan yang berkuah, anda mungkin akan tetap membutuhkan sendok untuk menikmati kuah dari makanan anda. 3. Sumpit Makan dengan memakai sumpit juga bukan merupakan hal yang asing di Indonesia. Tempat-tempat makan bertema Jepang, Cina, atau Korea biasanya selalu menyediakan sumpit bagi anda. Makan dengan menggunakan sumpit memiliki seni tersendiri, anda harus bisa memegang sumpit dengan benar agar dapat menyantap hidangan anda dengan nyaman dan terhindar dari rasa sakit atau nyeri di tangan akibat cara memegang sumpit yang salah. Saat makan dengan sumpit, usahakan untuk selalu menjepit makanan anda dengan sumpit dan jangan menusuk makanan serta menggunakan sumpit seperti anda menggunakan garpu. 4. Pulukan / Menggunakan tangan Makan dengan menggunakan tangan adalah salah satu cara makan yang wajar di Indonesia, khususnya untuk menyantap makanan-makanan yang tidak berkuah. Makan dengan menggunakan tangan sangatlah mudah, hal yang perlu anda perhatikan adalah usahakan anda hanya menggunakan bagian ujung dari jari-jari anda saat makan. Biasanya orang yang makan dengan lahap dengan menggunakan tangan akan terlihat sangat menikmati makanannya dan membuat orang yang melihat jadi lapar ingin ikut makan 5. Suru Untuk yang satu ini, mungkin suru adalah kata yang asing bagi telinga anda. Suru adalah sebuah alat makan yang biasanya terbuat dari daun pisang, dan biasa digunakan untuk menyantap pecel di beberapa daerah di Jawa Tengah. Suru berfungsi seperti sendok, dua atau tiga lembar daun pisang berukuran sekitar 3 x 7 cm ditumpuk menjadi satu, lalu anda memegang salah satu ujung daunnya dengan cara ibu jadi di bagian atas



5



dan menekan bagian tengah daun agar bagian tengah daun melengkung ke dalam, lalu jari telunjuk dan jari tengah di bagian bawah daun kiri dan kanan untuk menopang daun. Setelah itu daun akan menjadi seperti sendok dan siap digunakan untuk makan. B. Etika Jamuan Makan Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control“, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk dan tanggung jawab. Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itu diperlukan adanya etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia yang dibatasi oleh norma masyarakat yang ada. Etika jamuan makan tidak sesuai dengan nasehat orang tua, para pakar etiket malah menganjurkan untuk memulai makan tanpa harus selalu menunggu orang lain – mulailah makan saat makanan hangat disajikan. Untuk makanan dingin atau buffets, tunggulah hingga tuan rumah mempersilakan makan, dan tunggu pula hingga tamu utamanya mulai mengambil makanan. Jamuan makan yang dilakukan di hotel maupun restauran biasanya menggunakan buffet service (prasmanan). Aturan mainnya, tamu melakukan self service. Mulai dari hidangan pembuka (appetizer), menu utama (main



6



course) sampai penutup (dessert), anda diwajibkan mengambil hidangan sendiri dan menyantap di atas meja makan yang sudah di set up piranti makannya. Ada juga yang menggunakan american service. Aturan main pelayanannya, tamu duduk di sekeliling meja makan, sedangkan hidangan dikeluarkan secara berurutan oleh waiter. Dalam jamuan makan, meja makan sudah di set up alat-alat makannya sesuai menu yang akan di sajikan. Standarnya, didepan anda persis ada show plate, sebuah piring besar yang tidak digunakan untuk makan. Fungsi dari show plate hanya sebagai pemanis meja makan, menempatkan napkin dan sebagai alas piring saji. Tahap pertama, setelah anda duduk, buka napkin dan letakan di pangkuan Anda. Jika ukuran napkin terlalu lebar, bukalah separunya saja. Gunakan alat makan, baik itu garpu, pisau, dan sendok selalu mulai dari arah paling luar atau paling jauh dari piring. Ambil berpasangan kiri dan kanan, kecuali pisau, garpu atau sendok dessert yang letaknya di atas piring (main course). 1. Hidangan Pembuka (Appetizer) Sebelum hidangan pembuka disajikan, pada B&B Plate ( bread & butter plate/piring roti dan mentega) sudah disajikan roti dan mentega, biasanya dinner roll, soft roll atau brioche. Roti ini disantap dengan mentega sambil menunggu hidangan pembuka tiba (salad/soup). Jangan menyantapnya dengan pisau dan garpu. Makan dengan menggunakan tangan, sobek roti dengan ukuran sekali suap dan olesi dengan butter (jika tersedia). Pada jamuan makan lengkap, biasanya appetizer terdiri dari dua jenis hidangan. Giliran pertama cold appetizer atau hidangan pembuka dingin. Ragam makanannya berupa aneka salad, shrim coktail atau cold canape (sandwich kecil yang disajikan dingin). Cara makannya dengan menggunakan pisau ditangan kanan dan garpu ditangan kiri. Perhatikan bentuknya, pisau dan garpu untuk salad ukurannya lebih kecil dibandingkan cutelery untuk untuk hidangan utama.



7



Giliran kedua hot appetizer (pembuka panas), makanan yang disajikan biasanya aneka jenis soup. Alat hidang yang digunakan adalah mangkuk kecil dengan dua telinga dan sendok soup. Bentuk sendok sup, bertangkai pendek dan berujung bulat. Cara makannya, hirup soup dari tepi sendok bukan disuap dari ujung sendok, jika hampir habis, miringkan cup soup sehingga anda mudah mengambilnya. Jangan sekali-kali meniup soup yang disajikan panas. Aduk perlahan dan tunggu beberapa saat sampai panas agak berkurang. Anda diperkenankan menghirup soup dari mangkok soup, dengan catatan soup disajikan dengan mangkuk bertelinga (sebaiknya jangan dilakukan). Setelah selesai, letakan sendok soup di atas saucer (alas cup soup) agar waiter lebih mudah melakukan clear up. 2. Hidangan Utama (main course) Hidangan utama biasanya berupa hidangan dari daging, unggas, sea food maupun telur, baik dilengkapi saus maupun tidak. Ada kalanya main course disajikan bersama olahan sayuran dan kentang sebagai pendamping menu utama. Cara makan main course bisa dilakukan dengan dua cara : a. Gaya Amerika, makanan dipotong-potong dulu kemudian letakan pisau di sisi kanan piring, kemudian garpu dipindahkan ke tangan kanan untuk menyuap makanan. b. Gaya Eropa lain lagi, pisau selalu di tangan kanan untuk memotong dan menikmati hidangan dengan garpu menggunakan tangan kiri. Peganglah pisau dan garpu seluwes mungkin, usahakan posisi jari telunjuk tepat di atas punggung garpu atau pisau, ini memudahkan anda saat memotong makanan dan kelihatan tidak kaku. Anda boleh menggunakan satu diantaranya yang lebih mudah bagi anda. Hidangan utama biasanya disajikan dengan minuman penyerta. Makanan dari daging disertai dengan red wine sedangkan sea food disertai white wine. Jika anda tidak mengkonsumsi wine, tolak dengan halus dan katakan minuman pengganti yang anda inginkan. 3. Hidangan Penutup (dessert)



8



Hidangan penutup banyak sekali ragamnya, ada kalanya disajikan aneka cake, ice cream, pudding, potongan buah-buahan, shorbet atau punch. Alat hidang yang digunakan berupa sendok, garpu dan pisau kecil yang diletakan pada bagian atas piring main course. Jika dessert berupa minuman yang disajikan dengan gelas disertai hiasan di atasnya, santap hiasan terlebih dahulu atau sisihkan sehingga memudahkan anda di saat menikmatinya. 4. Digestif Drink Sering juga disebut dengan after dinner drink, minuman ini dinikmati setelah acara jamuan makan selesai. Fungsi dari sajian digestif drink adalah untuk membantu mencerna makanan. Sering disajikan aneka minuman yang mengandung alkohol seperti, Cohnac, Brandy, Calvados atau Whiskey. Untuk para wanita umumnya lebih menyukai Apricot Brandy, Orange Liqueur atau Benedictine. Jika anda bukan penikmat wine, mintalah dengan sopan kepada pelayan untuk diganti dengan juice, soft drink, kopi maupun teh. Untuk minuman yang disajikan dengan sendok pengaduk, jangan sampai saat mengaduk sendok membentur dasar maupun dinding cangkir sehingga mengeluarkan bunyi. Sedangkan minuman yang disajikan dengan gelas berkaki, pegang dengan posisi jari kelingking, jari manis dan tengah berada dikaki gelas, sedangkan ibu jari dan jari telunjuk menahan keseimbangan pada badan gelas. Adakalanya waiter menawarkan tambahan minuman, cara menolaknya cukup anda menyentuh bibir gelas dengan jari telunjuk dan katakan terima kasih. Jaga jangan sampai ada noda lipstick di bibir gelas atau ujung sedotan. Berikut adalah beberapa etika yang dilakukan dalam jamuan makan berdasarkan beberapa budaya dan kondisi. 1. Etika Makan Menurut Budaya Jawa a. Bagi sebagian masyarakat Jawa yang masih menjunjung adat, makan adalah kegiatan sehari-hari yang tidak boleh terlepas dari sopan santun dan aturan budaya jawa. b. Setiap gerak, ucapan dan perilaku harus lebih diutamakan 9



c. Saat suatu keluarga mengadakan jamuan makan, tempat duduk ini diberikan pada tamu yang paling mereka hormati atau yang paling di tuakan. Jika sang tamu terhormat atau yang paling tua belum duduk, tamu lain belum diperkenankan duduk. Acara makan juga belum dimulai jika tamu terhormat belum mulai makan. d. Saat santapan dimulai, orang muda harus menunggu orang yang lebih tua, baik untuk mengambil nasi atau untuk memulai makan. e. Saat makan sebaiknya tidak menggunakan suara yang keras atau tertawa yang keras. f. Bila mengambil nasi atau lauk sebaiknya mengambil dalam p[orsi yang cukup, kalau kurang bartu tambah lagi. Jangan sampai menyisakan sisa makanan didalam piring. g. Saat mengunyah sebaiknya tidak berbunyi dan dengan mulut tertutup. h. Jangan bersendawa dan gelekan setelah makan. i. Bila diundang menjadi tamu di dalam jamuan makan di rumah, sebaiknya mencobai semua jenis makanan yang ada meskipun sedikit. j. Menambah porsi makan tidak masalah asal jangan berlebihan. 2. Etika Makan Internasional Menghadiri perjamuan makan ala Barat atau Internasional hendaknya memperhatikan etika berikut: 1) Hendaknya menunggu makanan sudah tersedia di depan semua tamu, setelah nyonya rumah memberi isyarat baru mulai bersantap. Sebelum nyonya rumah mengambil sendok atau garpu, para tamu hendaknya tidak mengambil makanan apapun. Ini adalah kebiasaan orang Amerika, yang agak berbeda dengan beberapa negara di Eropa. 2) Serbet makan hendaknya dibentang di atas lutut. Bila agak besar, hendaknya dilipat dan diletakkan di atas paha. Apabila agak kecil, boleh dibuka keseluruhannya. Serbet makan meskipun boleh dikenakan di sekeliling leher atau di depan dada, namun terlihat kurang sedap dipandang, maka sebaiknya jangan dilakukan. 3) Boleh menggunakan serbet makan untuk menyeka mulut ataupun jari tangan, namun jangan dipakai untuk menyeka peralatan makan. 4) Pada saat makan duduklah tegak, jangan terlalu miring ke depan, juga jangan meletakkan ke dua siku di atas meja, agar tidak membentur tamu di samping. 10



5) Dalam menggunakan pisau dan garpu, hendaknya tangan kanan memegang pisau, tangan kiri memegang garpu. Bila hanya menggunakan garpu boleh menggunakan tangan kanan. Dalam menggunakan pisau, bagian yang tajam jangan menghadap ke luar. Terlebih lagi jangan menggunakan pisau memasukkan makanan ke dalam mulut. 6) Sewaktu memotong daging jangan menimbulkan suara berisik beradunya pisau dan piring. Ketika makan mie, boleh dimakan dengan dililitkan pada garpu, jangan ditusuk. Di pertengahan jalan bila meletakkan pisau dan garpu, hendaknya diletakkan di atas piring dengan membentuk huruf V terbalik yaitu 八. 7) Apabila pisau dan garpu diletakkan bersama memiliki arti telah selesai makan. 8) Roti hendaknya diambil dengan tangan, kemudian diletakkan pada piring kecil di samping atau di bagian pinggir piring besar, janganlah mengambil roti dengan menusukkan garpu. Mentega hendaknya diambil dengan pisau mentega, jangan menggunakan pisaunya sendiri. Mentega yang diambil diletakkan di piring kecil di samping, jangan langsung dioleskan di atas roti. Jangan memotong roti dengan pisau, juga jangan mengoleskan mentega keseluruh permukaan roti, melainkan setiap kali dicabik sedikit, diolesi dan dimakan. 9) Salad dimakan dengan garpu. Garpu dipegang dengan tangan kanan, ujungnya menghadap ke atas. Bila salad dimakan bersama roti atau kue kering, tangan kiri boleh memegang sepotong roti kecil atau kue kering, membantu garpu mengambil salad. 10) Ketika menyantap ikan, tangan kiri boleh memegang roti, tangan kanan memegang pisau untuk menyingkirkan duri. Tulang dan duri ikan yang sudah berada dalam mulut jangan langsung diludahkan ke dalam piring, melainkan ditangkap dengan garpu dan diletakkan di atas piring dengan perlahan. Atau diupayakan tanpa menarik perhatian diambil dengan tangan dan diletakkan dipinggir piring, jangan dibuang di atas meja atau lantai. Biji buah hendaknya



11



11) Makanan di dalam mulut hendaknya ditelan dulu sebelum minum, jangan mendorong makanan di dalam mulut dengan air. Perlu diperhatikan untuk menyeka mulut sebelum minum air dari gelas agar tidak mengotorinya. 12) Pada saat menyantap jangan mengangkat mangkuk atau lepek. Minum kuah boleh kopi jangan meletakkan sendok di dalam gelas. 13) Bersantap, terutama minum kuah jangan mengeluarkan suara. Pada waktu mengunyah hendaknya menutup mulut. 14) Jangan membuang ingus atau bersendawa di meja makan. Bila bersin atau batuk hendaknya meminta maaf kepada orang di sekeliling. 15) Di meja makan jangan mengorek gigi. Bila ada yang mengganjal di sela gigi, terpaksa harus dikeluarkan, hendaknya menutupi mulut dengan serbet makan, sebaiknya menunggu tidak ada orang lain baru dikeluarkan. 16) Waktu makan selalu berdiam diri adalah kurang sopan, hendaknya berbincang dengan orang di sebelah. Namun pada saat mengunyah jangan berbicara. Sekalipun ada yang mengajak Anda berbicara, juga mesti menelan dulu makanan di mulut baru menjawab. Sewaktu berbicara boleh tidak meletakkan pisau garpu, namun jangan sambil menggerak-gerakkannya di udara. 17) Di meja makan, segala makanan hendaknya di-ambil dengan pisau dan garpu. Hanya seledri, buah-buahan, snack kering, buah kering, permen, irisan kentang goreng, jagung, paha katak, roti dan lain-lain, boleh dimakan dengan dipegang tangan. 18) Ketika pelayan membagikan makanan secara berurutan, saat sampai di sebelah kiri, baru merupakan giliran Anda. Bila pelayan masih berdiri di sebelah kanan janganlah mengambil, saat itu merupakan giliran tamu yang ada di sebelah kanan Anda untuk mengambil makanan. 19) Waktu mengambil, sebaiknya setiap macam diambil sedikit, dengan demikian akan menyenangkan nyonya rumah. Kalau memang sangat tidak menyukai makanan tertentu, juga boleh mengatakan, Terima kasih, tidak. 20) Ketika nyonya rumah akan mengambilkan makanan untuk anda. Anda boleh menyodorkan piring bersama pisau dan garpu kepa-danya atau



12



menyerahkan kepada petugas. Bila beliau tidak menawarkan kepada anda, andapun tidak dapat meminta tambah, karena berbuat demikian sangatlah tidak sopan. 21) Beberapa jenis makanan seperti roti, mentega, selei, acar, buah-buahan yang dikeringkan, permen dan lain lain, perlu menunggu nyonya rumah mempersilahkan baru boleh disantap. 22) Para tamu ketika bergilir mengambil makan, tamu pria selayaknya mempersilahkan tamu wanita disampingnya mengambil dahulu, atau menawarkan jasa untuk mengambilkannya. 23) Sewaktu makan, jangan mengambil makanan melintasi muka orang. Bila memerlukan sesuatu hendaknya disampaikan melalui bagian belakangnya. 24) Setelah makan, para tamu hendaknya menunggu nyonya rumah berdiri baru satu per satu mengikutinya meninggalkan meja makan. Meninggalkan perjamuan ketika masih makan atau ketika perjamuan belum selesai adalah kurang sopan. Setelah berdiri, tamu pria hendaknya membantu kaum wanita untuk mengembalikan kursi ke tempatnya semula. 25) Serbet makan diletakkan di atas meja, jangan dilipat seperti keadaan semula. 26) Agar seluruh perjamuan dipenuhi atmosfir menggembirakan dan harmonis, bukan saja para tamu mesti berperilaku tepat dan sopan, sikap tuan dan nyonya rumah juga sangat menentukan. 27) Setelah perjamuan dimulai, kewajiban tuan dan nyonya rumah adalah memfasilitasi komunikasi yang hidup dan menarik, setiap tamu tidak terabaikan. Bila ada seseorang yang membicarakan topik yang kurang tepat, tuan rumah hendaknya secara cerdik segera mengalihkan topik pembicaraan. 28) Dalam perjamuan, tuan rumah hendaknya menunggu para tamu selesai menyantap sejenis makanan baru melanjutkan dengan jenis berikutnya. 29) Tuan rumah hendaknya tidak makan terlalu cepat, bila kebanyakan orang sudah selesai, sedangkan ada beberapa orang masih belum menyelesaikannya, maka sebaiknya mengurangi kecepatan agar tidak ada tamu yang merasa kurang nyaman.



13



30) Dalam perjamuan, tuan rumah hendaknya berusaha keras agar setiap tamu merasa nyaman dan leluasa. Andaikan seorang tamu menjatuhkan pisau garpu di lantai, hendaknya dengan sopan segera mengupayakan penggantinya. 31) Bila seorang tamu tanpa sengaja memecahkan piring atau mangkuk, nyonya rumah hendaknya dengan tenang membereskannya dan mengucapkan kata-kata yang menghibur, jangan menunjukkan wajah yang tidak senang. 32) Tuan rumah tidak boleh memerinci perhitungan biaya yang dikeluarkan dalam perjamuan di depan para tamu. 3. Etika Makan Dalam Jamuan Bisnis Jangan sepelekan etika makan saat berbisnis. Sebab, berdasarkan hasil survei lembaga riset diketahui, 49% Bagian Keuangan menyatakan sebagian besar keberhasilan transaksi bisnis justru terjadi di luar kantor, seperti di restoran atau tempat entertain yang lain. Hasil survai juga menyebutkan yang menjadi wakil perusahaan wajib mengerti tentang bagaimana cara meng-entertain (menghibur) klien dan tata cara makannnya. Sebab, hal itu mempengaruhi citra perusahaan. Cara makan seseorang itu menunjukkan karatkernya dan berpengaruh terhadap citra perusahaan. Hubungan Sosial, entertaining etiquette bertujuan mempererat hubungan sosial antara yang mengundang maupun tamunya, baik untuk kepentingan bisnis atau keperluan lainnya. Tips bagi pengundang, tentukan restorannya, datang lebih awal, siapkan pembayaran, dan selalu menawarkan. Sementara bagi penerima undangan jangan terlambat, perhatikan kode-kode undangan, beri tahu jika vegetarian/ alergi terhadap makanan tertentu. 4. Etiket Makan Di Kantor Jam istirahat yang terlalu singkat, ingin berhemat, kantin yang jauh dari kantor, masih banyak pekerjaan yang belum selesai, atau sekedar malas keluar kantor adalah beberapa alasan yang membuat karyawan seringkali melewatkan makan siang mereka. Namun, dengan alasan



14



kesehatan yang berdampak pada produktifitas kerja, mau tidak mau tubuh harus tetap mendapatkan asupan makanan agar bisa terus bekerja. Hasilnya, membeli makanan lalu menyantapnya di meja makan siang atau sekedar ngemil di meja kerja pun menjadi pilihan. Perut tetap terisi, dan schedule pekerjaan tetap jalan sebagaimana yang direncanakan. Makan di meja kerja memang lazim dilakukan oleh para karyawan, bahkan jika peraturan perusahaan sebenarnya tidak memperbolehkan hal tersebut. Sekalipun ada ‘toleransi’ dari perusahaan demi menjaga kesehatan dan performa kerja karyawan, bukan berarti Anda dapat mengabaikan etika. Di bawah ini adalah beberapa rules yang harus diperhatikan tentang etika makan di kantor: a. Make it simple. Anda tetap harus ingat bahwa meja kerja bukanlah meja makan, jadi sebaiknya bawa makanan yang tidak terlalu menghabiskan banyak tempat dan dikemas dengan praktis b. Jangan makan di depan klien atau sambil bicara di telepon. Berhatihatilah jika sewaktu-waktu klien Anda masuk ke ruang kerja atau menghampiri meja Anda. Hentikan aktivitas makan jika Anda harus melayani mereka. Jika pekerjaan Anda berhubungan dengan pemakaian telepon, jangan pernah mengangkat telepon atau berbicara dengan mulut penuh makanan. c. Hindari makanan berbau tajam. Makanan yang mengandung bawang atau bahan beraroma kuat dan masih panas mungkin terasa menggugah selera bagi Anda, tapi belum tentu teman kerja Anda menyukainya. Karena itu pilihkan makan siang yang tetap nikmat dimakan walaupun sudah dingin. Selain dapat menganggu orang lain, aroma yang terlalu kuat dapat menarik perhatian. d. Perhatikan waktu makan. Gunakan waktu break Anda dengan sebaikbaiknya. Meskipun seolah-olah Anda makan sambil bekerja, tapi performa kerja Anda tidaklah maksimal. Selesaikan dengan cepat makanan Anda, kemudian bersiaplah bekerja kembali. e. Jaga kebersihan. Bersihkan meja kerja Anda setelah makan, jangan sampai ada sisa makanan yang tertinggal. Selain demi kenyamanan



15



Anda bekerja, remah-remah yang terselip di keyboard atau di meja Anda adalah media yang baik untuk perkembangan bakteri merugikan. f. Hargai rekan kerja Anda. Saat Anda sedang asyik makan, mungkin rekan kerja Anda masih sibuk bekerja. Maka hargailah mereka dengan tidak membuat terlalu banyak keributan atau mengajak mereka mengobrol. Apalagi jika mulut Anda penuh dengan makanan, selain tidak sopan juga untuk mencegah Anda secara tidak sengaja menyemburkan makanan ke wajah mereka. g. Bersihkan diri setelah makan. Karena Anda masih harus bekerja setelah makan, jangan lupa untuk mencuci tangan dengan sabun untuk kebersihan dan menyikat gigi. Selalu bawa sabun atau hand sanitizer jika tempat kerja Anda adalah shared workspace. Dengan memperhatikan hal-hal di atas, diharapkan Anda dapat tetap menjaga etika sekalipun sebenarnya makan dalam kantor dianggap kurang pantas. Selain itu, jika memang memungkinkan ada baiknya mulai memisahkan antara waktu bekerja dan makan atau istirahat siang. Hal ini supaya dua-duanya dapat berjalan baik tanpa saling mengintervensi satu sama lain. C. Penataan Meja Makan



16



Pengaturan meja merujuk pada cara untuk mengatur meja dengan perlengkapan meja seperti peralatan makan dan piring untuk menyajikan dan makan. Pengaturan untuk jamuan tunggal disebut pengaturan tempat. Setiap budaya memiliki pengaturan yang berbeda-beda. 1. Pengaturan meja Meja seharusnya memiliki bagian tengah yang membentuk fungsi dekoratif. Bila jamuan informal dilakukan yang akan memenuhi tempattempat kosong di meja, pengaturan harus dilakukan untuk tidak membuat bagian tengah tidak terlalu besar sehingga akan terdapat tempat kosong untuk meletakkan piring. Tetapi, dalam jamuan formal di Eropa, bagian tengahnya besar dan, termasuk lilin, dapat memanjang hingga keseluruhan panjang meja. Bagian tengah harus rendah, sehingga tidak mengganggu pemandangan para tamu. 2. Pengaturan tempat Pengaturan informal biasanya memiliki lebih sedikit perlengkapan dan piring tapi menggunakan tampilan stereotip yang didasarkan pada pengaturan formal. Perlengkapan diatur sesuai urutan dan seseorang akan menggunakannya. Biasanya dalam budaya Barat, ini berarti bahwa garpu, piring roti, pisau margarin, dan celemek berada di sebelah kiri, sementara pisau, sendok, perlengkapan minum, cangkir dan piring kecil berada di sebelah kanan, meskipun urutan kiri-kanan dibalikkan di sejumlah kecil negara. Seara formal, di Eropa, Meksiko, Argentina dan Filipina, cangkir dan piringnya tidak akan diletakkan di meja hingga jamuan berakhir. 3. Pengaturan meja formal Perlengkapan diletakkan sekitar satu inci dari tepi meja, masingmasing berjajar di dasar dengan satu di sampingnya. Perlengkapan di posisi paling luar digunakan pertama (contohnya, garpu salad dan sendok sup, kemudian garpu makan dan pisau makan). Bagian pemotong di pisau, sebagai bagian perlengkapan paling "berbahaya" dan "agresif", harus menghadap piring, jauh dari peralatan lainnya. Gelas diletakkan sekitar satu inci dari pisau, juga dalam urutan penggunaan: anggur putih, anggur merah, anggur penutup, dan air.



17



Jamuan paling formal disajikan dari dapur. Ketika makanan disajikan, selain piring di setiap pengaturan, juga terdapat gulungan, celemek, dan peralatan memotong/perak: pisau [dan sendok bila diperlukan], di kanan dan garpu di kiri. Kopi disediakan dalam gaya Butler Service di demitasse dan sendok diletakkan di piring kecil di kanan setiap pegangan cangkir. Piring dan perlengkapan penyajian tidak diletakkan di meja dalam jamuan formal. Satu-satunya pengecualian pada peraturan umum ini adalah protokol yang diikuti di mahkamah kerajaan Spanyol, yang juga diadopsi oleh mahkamah Habsburg: seluruh perlengkapan diletakkan di kanan. Dalam jamuan kurang formal, tidak disajikan dari dapur, garpu dan sendok penutup dapat diatur di atas piring, garpu mengarah ke kanan, untuk mengikuti garpu lainnya, sendok mengarah ke kiri. Di Eropa, bila banyak menu yang akan disajikan, meja hanya diatur untuk sup, ikan, dan daging. Sendok dan garpu puding dan pisau dan garpu makan diletakkan di meja bila dibutuhkan. 4. Informal Dalam pengaturan informal, lebih sedikit perlengkapan yang digunakan dan piring makan diletakkan di meja. Terkadang cangkir dan piringnya diletakkan di sisi kanan sendok, sekitar empat inci dari tepi meja. Seringnya, dalam sebagian pengaturan formal, celemek dan/atau perlengkapan memotong dapat digabungkan bersama dalam satu kumpulan kecil bersama gulungan celemek. Tetapi, obyek seperti gulungan celemek itu sangat jarang di Britania Raya, Spanyol, Meksiko, atau Italia. 5. Jamuan keluarga Dibandingkan dengan jamuan formal, jamuan keluarga memiliki lebih sedikit perlengkapan. Celemek dapat diletakkan di piring. Biasanya hanya ada satu garpu, sendok & pisau dengan garpu makan di sisi kiri piring, dan pisau makan & sendok teh di kanan. Perlengkapan meja yang membentuk jamuan keluarga adalah: Cina:



18



1. Piring Salad 2. Piring Mentega 3. Piring Makan Perlengkapan perak: 1. Pisau makan 2. Garpu makan 3. Sendok teh 4. Pisau mentega Kristal: 1. Gelas besar air ema Jika Anda berencana membuat pesta makan malam besar atau mengundang beberapa teman untuk makan bersama, menata meja bisa menjadi hal yang sedikit sulit dilakukan. Untuk menata meja dengan baik, Anda harus tahu di mana tempat meletakkan piring, sendok, garpu dan gelas, dan Anda akan siap untuk mengatakan "Selamat makan" dengan segera. Jika Anda ingin tahu cara menata meja makan, ikutilah langkah berikut ini. Metode 1 dari 2: Menata Meja Makan Untuk Makan Malam Resmi a. Letakkan alas piring. Letakkan satu alas piring di depan setiap kursi untuk setiap tamu Anda. b. Untuk acara makan malam resmi, Anda sebaiknya memiliki alas piring dengan motif dan warna yang sama bagi semua tamu, alas piring ini juga harus cocok dengan taplak meja Anda. c. Letakkan serbet di sisi kiri alas piring. Lipat serbet menjadi dua atau empat bagian, tergantung pada lebar serbet. Serbet idealnya juga harus terbuat dari kain d. Anda juga bisa melipat serbet Anda di sisi kiri garpu setelah Anda meletakkannya. e. Letakkan piring di bagian tengah alas piring. Piring ini harus menutupi sisi kanan serbet. Jika Anda ingin suasana yang lebih mewah, gunakanlah piring keramik. f. Letakkan garpu makan dan garpu salad di atas serbet. Garpu makan harus sangat dekat dengan piring tanpa menyentuhnya, dan garpu salad harus satu sentimeter di sisi kiri garpu makan. Ujung gigi garpu harus mengarah ke tengah meja makan. g. Jika Anda lupa di mana harus meletakkan garpu, pikirkan apa yang akan Anda makan lebih dulu. Anda akan makan salad terlebih dulu, dan Anda



19



akan makan dari luar ke dalam, menggunakan alat makan dari kiri ke kanan, sehingga sendok salad harus berada di sisi kiri garpu makan. h. Ingat bahwa Anda makan dengan menggunakan peralatan makan dari luar ke dalam, di mulai dengan yang paling luar dan semakin mendekati piring hingga akhir makanan. i. Letakkan pisau di sisi kanan piring. Sisi tajam pisau harus dihadapkan ke arah piring. j. Jika Anda bingung di mana harus meletakkan pisau dan garpu, bayangkan cara makan orang yang menggunakan tangan kanan. Jika Anda duduk dan membayangkan gerakannya, Anda akan tahu bahwa Anda mengambil garpu dengan tangan kiri dan pisau dengan tangan kakan. Sehingga di sanalah Anda seharusnya meletakkannya. k. Letakkan sendok teh di sisi kiri pisau. Sendok teh akan digunakan untuk mengaduk kopi atau teh di akhir makan. l. Letakkan sendok sup di sisi kanan sendok teh. Letakkan sendok sup, jika Anda akan menyediakan sup, sehingga alat makan ini akan menjadi yang pertama Anda gunakan. m. Perhatikan bahwa di dalam beberapa suasana tradisional, sendok sup lebih besar ukurannya dari sendok teh. n. Letakkan gelas anggur di ujung kanan alas piring. Untuk menambahkan gelas ekstra untuk air, letakkan di atas, di sebelah kiri gelas anggur. Ujung pisau harus mengarah ke gelas air. o. Tambahkan piring ekstra dan peralatan lain yang mungkin Anda perlukan. Anda mungkin perlu menambahkan piring dan peralatan berikut ini: p. Piring dan pisau roti. Letakkan piring kecil ini sekitar 12 cm di atas garpu. Letakkan pisau kecil secara horizontal di atas piring, dengan sisi tajam mengarah ke kiri. q. Sendok dan garpu untuk makanan penutup. Letakkan sendok dan garpu makanan penutup secara horizontal beberapa sentimeter di atas piring, dengan sendok di atas garpu menghadap ke kiri dan garpu menghadap ke kanan. r. Cangkir kopi. Letakkan cangkir kopi di atas alas cangkir beberapa sentimeter di atas peralatan yang paling luar di sisi kiri dan beberapa sentimeter di sebelah kirinya.



20



s. Gelas anggur putih dan merah. Jika Anda memiliki dua gelas yang berbeda, maka gelas untuk anggur putih harus diletakkan lebih dekat ke tamu Anda, dan anggur merah akan sedikit berada di atas, di sisi kiri gelas untuk anggur putih. Anda akan mengingat urutan ini karena tamu Anda akan minum anggur merah terlebih dahulu.



Metode 2 dari 2: Menata Meja Makan untuk Acara Kasual a. Letakkan alas piring di tengah meja. Alas piring yang Anda gunakan bisa lebih kasual dibandingkan dengan meja formal. Alas piring dengan warna yang terang bisa Anda gunakan. b. Letakkan serbet di sisi kiri alas piring. Anda bisa melipatnya menjadi dua atau empat bagian. c. Letakkan piring di tengah alas piring. Piring yang Anda gunakan tidak harus mewah. Tapi cobalah untuk menggunakan piring dengan motif yang sama untuk semua acara. d. Letakkan garpu makan di sisi kiri piring. Anda hanya membutuhkan satu macam garpu untuk acara makan kasual. e. Letakkan pisau di sisi kiri piring. Sisi tajam pisau harus mengarah ke piring, sama seperti acara formal. f. Letakkan sendok sup di sisi kiri pisau. Jika Anda tidak menyajika sup, maka tidak perlu meletakkannya di meja. g. Letakkan sendok makanan penutup secara horizontal di atas piring menghadap ke kiri. Sendok makanan penutup akan berukuran jauh lebih kecil dan lebih cekung dibandingkan dengan sendok sup. h. Letakkan garpu makanan penutup sejajar dan di bawah sendok makanan penutup, menghadap kanan. Garpu untuk makanan penutup harus lebih kecil daripada garpu makan. Garpu ini harus terletak di bawah sendok makanan penutup tanpa menyentuhnya. i. Letakkan gelas anggur beberapa sentimeter di atas dan di sisi kiri sendok sup. Untuk tata meja yang lebih kasual, gelas anggur yang digunakan tidak harus gelas berkaki. j. Letakkan gelas air beberapa sentimeter di atas sendok sup. Gelas air harus diletakkan lebih jauh dibandingkan dengan gelas anggur, dan di sisi kiri



21



gelas anggur. Gelas air harus berukuran sedikit lebih besar dibandingkan gelas biasa.



D. Pengaturan Tata/ Tempat Duduk Ada dua gaya yang bisa anda pilih dalam jamuan makan yaitu prasmanan atau dengan table setting. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Table setting cenderung membuat acara resepsi lebih teratur dan tertib, namun lebih pas bila diterapkan pada resepsi pernikahan dengan jumlah tamu dan lokasi yang relatif terbatas. Yang harus diperhatikan dalam gaya jamuan ini adalah penempatan tamu agar mereka dapat bersosialisasi dan membaur dengan baik, tapi juga menikmati perjamuan dan jalannya acara. Menentukan tempat duduk untuk tamu undangan memang merepotkan dan juga menambah panjang daftar tugas yang harus dilakukan calon pengantin. Tak sedikit pasangan pengantin yang hanya menyediakan mejameja dan membiarkan tamu memilih sendiri tempat duduknya. Tindakan ini tak dianjurkan, karena tanpa pengaturan tempat duduk, banyak hal tak menyenangkan yang mungkin terjadi. 1. Tamu berebut duduk di tempat yang strategis. 2. Tamu akan memerlukan waktu lebih lama untuk menemukan tempat duduk. Mereka mungkin masih berkeliaran saat makanan sedang disajikan. 3. Dekorasi Anda akan berkurang keindahannya akibat orang-orang meninggalkan jas atau tas mereka untuk menandai tempat duduk. 4. Tamu yang datang belakangan akan berkeliaran mencari tempat duduk yang tersisa, dan rasanya pasti tak nyaman bagi mereka. 5. Tamu yang datang berpasangan bisa jadi duduk terpisah, atau tamu-tamu lansia bisa duduk di tempat mereka tak bisa melihat atau mendengar apapun. 6. Orang-orang yang sesungguhnya tak diundang bisa menduduki tempat undangan yang sesungguhnya. Percayalah, anda pasti tak mau jamuan yang telah anda siapkan dengan susah payah berkurang kekhidmatannya, dan siapa tahu, tamu-tamu anda mengomel dalam hati atas kekacauan ini!



22



The Golden Rules, sebenarnya tak ada aturan baku dalam mengatur siapa duduk di mana, yang penting gunakan saja perasaan dan akal sehat anda. Yang terpenting, anda sudah tahu jumlah pasti tamu yang akan menghadiri pesta anda, kapasitas ruang resepsi, dan bentuk meja yang tersedia untuk jamuan pesta pernikahan anda. 1. Jumlah orang yang duduk di setiap meja tergantung pada jumlah tamu yang anda undang, jumlah meja, dan besar lokasi resepsi. Lebih baik anda menyediakan sedikit meja yang penuh dengan tamu daripada banyak meja tapi masing-masing hanya berisi sedikit tamu. Bila lokasi resepsi cukup luas, beri jarak secukupnya antar tamu dan antar meja hingga tamu merasa nyaman. 2. Bila saat perjamuan anda diselingi acara seperti pidato, musik, atau pemutaran video klip, misalnya, pertimbangkan pula pengaturan meja agar tak ada tamu yang duduk membelakangi panggung". 3. Tamu perlu diberitahu letak meja mereka sehingga mereka tak mencaricari ke sekeliling lokasi. Anda bisa menampilkan daftar tempat duduk atau menugaskan orang untuk mengantar tamu ke tempat duduk mereka masing-masing. Pasang nomor kartu meja agar bisa dicocokkan oleh para tamu. Jika meja yang anda sediakan cukup banyak, anda bisa juga membuat semacam peta di pintu masuk untuk menunjukkan lokasi tiap meja. 4. Anda boleh menempatkan orang yang saling mengenal dalam satu meja, atau menyebarkan mereka hingga mereka bisa mendapat kenalan baru. Tapi usahakan menempatkan setidaknya satu orang yang sudah mereka kenal. 5. Orang cenderung lebih mudah membaur bila sebaya atau memiliki kesamaan minat. Keluarga bisa didudukkan bersama, demikian pula rekan kantor. Pisahkan tamu-tamu yang kurang akur. 6. Aturlah meja sedemikian rupa, hingga jumlah tamu laki-laki dan perempuan seimbang. Jangan menempatkan tamu dengan mantan pasangannya di satu meja, kecuali anda yakin ini tak akan menimbulkan masalah.



23



7. Untuk tamu-tamu kecil anda, sediakan meja khusus yang letaknya cukup jauh dari pusat acara. Sediakan menu khusus yang pasti mereka sukai, dan jaga mereka tetap terhibur mereka dengan menyediakan kertas, crayon, atau mainan lain. 8. Bila anda tak menyediakan meja khusus untuk anak-anak, tempatkan mereka bersama orangtuanya. Remaja bisa duduk dengan orangtua mereka atau dikelompokkan bersama remaja-remaja lain. 9. Jangan menyediakan meja khusus bagi tamu yang tidak termasuk golongan meja-meja lain. Lebih baik sebarkan mereka dengan merata. 10. Cobalah untuk menempatkan tamu lansia, sedang hamil, invalid, atau yang punya anak kecil di meja-meja dengan akses yang lebih mudah untuk ke toilet atau fasilitas lain. E. Etika Makan dalam islam Orang Muslim melihat makanan dan minuman itu sebagai sarana, dan bukan tujuan. Ia makan dan minum untuk menjaga kesehatan badannya karena dengan badan yang sehat, ia bisa beribadah kepada Allah Ta’ala dengan maksimal. Itulah ibadah yang menyebabkannya memperoleh kemuliaan, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ia tidak makan minum karena makanan Dan minuman, serta syahwat keduanya saja. Oleh karena itu, jika ia tidak lapar ia tidak makan, dan jika ia tidak kehausan maka ia tidak minum. Rasulullah saw. bersabda, “Kami adalah kaum yang tidak makan kecuali kami lapar, dan jika kami makan maka kami tidak sampai kekenyangan. ” 1. Etika Sebelum Makan Etika sebelum makan adalah sebagai berikut : a. Makanan dan minumannya halal, bersih dari kotoran-kotoran haram, dan syubhat, karena Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian. ” (Al-Baqarah:172). Yang dimaksud rizki yang baik ialah halal yang tidak ada kotoran di dalamnya. b. Ia meniatkan makanan dan minumannya untuk menguatkan ibadahnya kepada Allah Ta‘ala, agar ia diberi pahala karena apa yang ia makan,



24



dan ia minum. Sesuatu yang mubah jika diniatkan dengan baik, maka berubah statusnya menjadi ketaatan dan seorang Muslim diberi pahala karenanya. c. Ia mencuci kedua tangannya sebelum makan jika keduanya kotor, atau ia tidak dapat memastikan kebersihan keduanya. d. Ia meletakkan makanannya menyatu di atas tanah, dan tidak di atas meja makan, karena cara tersebut lebih dekat kepada sikap tawadlu’, dan karena ucapan Anas bin Malik ra, “Rasulullah saw. pernah makan di atas meja makan atau di piring. ” (Diriwayatkan Al-Bukhari). e. Ia duduk dengan tawadlu dengan duduk berlutut, atau duduk di atas kedua tumitnya, atau menegakkan kaki kanannya dan ia duduk di atas kaki kirinya, seperti duduknya Rasulullah saw. , karena Rasulullah saw. bersabda, "Aku tidak makan dalam keadaan bersandar, karena aku seorang budak yang makan seperti makannya budak, dan aku duduk seperti duduknya budak. ” (Diriwayatkan Al-Bukhari). f. Menerima makanan yang ada, dan tidak mencacatnya, jika ia tertarik kepadanya maka ia memakannya, dan jika ia tidak tertarik kepadanya maka ia tidak memakannya, karena Abu Hurairah ra berkata, “Rasulullah saw. tidak pernah sekali pun mencacat makanan, jika beliau tertarik kepadanya maka beliau memakannya, dan jika beliau tidak tertarik kepadanya maka beliau meninggalkannya. ” (Diriwayatkan Abu Daud). g. Ia makan bersama orang lain, misalnya dengan tamu, atau istri, atau anak, atau pembantu, karena Rasulullah saw. bersabda, “Berkumpullah kalian di makanan kalian niscaya kalian diberi keberkahan di dalamnya. ” (Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tirmidzi yang menshahih-kannya). 2. Etika ketika sedang Makan Di antara etika sedang makan ialah sebagai berikut: a. Memulai makan dengan mengucapkan basmalah, karena Rasulullah saw. bersabda, “Jika salah seorang dari kalian makan, maka sebutlah nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa tidak menyebut nama Allah, maka hendaklah ia menyebut nama Allah Ta‘ala pada awalnya dan



25



hendaklah ia berkata, Dengan nama Allah, sejak awal hingga akhir. ” (Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tirmidzi yang men-shahih-kannya). b. Mengakhiri makan dengan memuji Allah Ta‘ala, karena Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa makan makanan, dan berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang memberi makanan ini kepadaku, dan memberikannya kepadaku tanpa ada daya dan upaya dariku’, maka dosa-dosa masa lalunya diampuni. ” (Muttafaq Alaih). c. Ia makan dengan tiga jari tangan kanannya, mengecilkan suapan, mengunyah makanan dengan baik, makan dari makanan yang dekat dengannya (pinggir) dan tidak makan dari tengah piring, karena dalildalil berikut. Rasulullah saw. bersabda kepada Umar bin Salamah, “Hai anak muda, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang dekat denganmu (pinggir). ” (Muttafaq Alaih). “Keberkahan itu turun di tengah makanan. Maka oleh karena itu, makanlah dari pinggir-pinggirnya, dan janqan makan dari tengahnya. ” (Muttafaq Alaih). d. Mengunyah makanan dengan baik, menjilat piring makanannya sebelum mengelapnya dengan kain, atau mencucinya dengan air, karena dalil-dalil berikut : Rasulullah saw. bersabda, “Jika salah seorang dari kalian makan makanan, maka ia jangan membersihkan jari-jarinya sebelum ia menjilatnya. ” (Diriwayatkan Abu Daud dan AtTirmidzi yang men-shahih-kannya). Ucapan Jabir bin Abdullah ra bahwa Rasulullah saw. memerintahkan menjilat jari-jari dan piring. Beliau bersabda, “Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di makanan kalian yang mana keberkahan itu berada. ” (Diriwayatkan Muslim). e. Jika ada makanannya yang jatuh, ia mengambil dan memakannya, karena Rasulullah saw. bersabda, “Jika sesuap makanan kalian jatuh, hendaklah ia mengambilnya, membuang kotoran daripadanya, kemudian memakan sesuap makanan tersebut, serta tidak membiarkannya dimakan syetan. ” (Diriwayatkan Muslim). f. Tidak meniup makanan yang masih panas, memakannya ketika telah dingin, tidak bernafas di air ketika minum, dan bernafas di luar air hingga tiga kali, karena dalil-dalil berikut: Hadits Anas bin Malik ra 26



berkata, “Rasulullah saw. bernafas di luar tempat minum hingga tiga kali. ” (Muttafaq Alaih). Hadits Abu Said Al-Khudri ra, bahwa Rasulullah saw. melarang bernafas di minuman. (Diriwayatkan AtTirmidzi yang men-shahih-kannya). Hadits lbnu Abbas ra bahwa Rasulullah saw. melarang bernafas di dalam minuman, atau meniup di dalamnya. (Diriwayatkan At-Tirmidzi yang men-shahih-kannya). g. Menghindari kenyang yang berlebih-lebihan, karena Rasulullah saw. , bersabda, “Anak Adam tidak mengisi tempat yang lebih buruk daripada perutnya. Anak Adam itu sudah cukup dengan beberapa suap yang menguatkan tulang punggungnya. Jika ia tidak mau (tidak cukup), maka dengan seperti makanan, dan dengan seperti minuman, dan sepertiga yang lain untuk dirinya. ” (Diriwayatkan Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim. Hadits ini hasan). h. Memberikan makanan atau minuman kepada orang yang paling tua, kemudian memutarnya kepada orang-orang yang berada di sebelah kanannya dan seterusnya, dan ia menjadi orang yang terakhir kali mendapatkan jatah minuman, karena dalil-dalil berikut: Sabda Rasulullah saw. , “Mulai dengan orang tua. Mulailah dengan orang tua. " Maksudnya, mulailah dengan orang-orang tua. Rasulullah saw. meminta izin kepada Ibnu Abbas untuk memberi makanan kepada orang-orang tua di sebelah kiri beliau, sebab Ibnu Abbas berada di sebelah kanan beliau, sedang orang-orang tua berada di sebelah kiri beliau. Permintaan izin Rasulullah saw. kepada Ibnu Abbas untuk memberikan makanan kepada orang-orang tua di sebelah kiri beliau itu menunjukkan bahwa orang yang paling berhak terhadap minuman ialah orang yang duduk di sebelah kanan. Sabda Rasulullah saw. , “Sebelah kanan, kemudian sebelah kanan. ” (Muttafaq Alaib). “Pemberi minuman ialah orang yang paling akhir meminum. ” i. Ia tidak memulai makan, atau minum, sedang di ruang pertemuannya terdapat orang yang lebih berhak memulainya, karena usia atau karena kelebihan kedudukannya, karena hal tersebut melanggar etika, dan menyebabkan pelakunya dicap rakus. Salah seorang penyair berkata,



27



"Jika tangan-tangan dijulurkan kepada perbekalan, Maka aku tidak buru-buru mendahului mereka, sebab orang yang paling rakus ialah orang yang paling buru-buru terhadap makanan. " j. Tidak memaksa teman atau tamunya dengan berkata kepadanya, ‘silakan makan’, namun ia harus makan dengan etis (santun) sesuai dengan kebutuhannya tanpa merasa malu-malu, atau memaksa diri malu-malu, sebab hal tersebut menyusahkan teman atau tamunya, dan termasuk riya’, padahal riya’ itu diharamkan. k. Ramah terhadap temannya ketika makan bersama dengan tidak makan lebih banyak dari porsi temannya, apalagi jika makanan tidak banyak, karena makan banyak dalam kondisi seperti itu termasuk memakan hak (jatah) orang lain. l. Tidak melihat teman-temannya ketika sedang makan, dan tidak melirik mereka, karena itu bisa membuat malu kepadanya. Ia harus menahan pandangannya terhadap wanita yang makan di sekitarnya, dan tidak mencuri-curi pandangan terhadap mereka, karena hal tersebut menyakiti mereka membuat mereka marah dan ia pun mendapat dosa karena perbuatannya tersebut. m. Tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dipandang tidak sopan oleh masyarakat setempat. Misalnya, ia tidak boleh mengibaskan tangannya di piring, tidak mendekatkan kepalanya ke piring ketika makan agar tidak ada sesuatu yang jatuh dari kepalanya ke piringnya, ketika mengambil roti dengan giginya ia tidak boleh mencelupkan sisanya di dalam piring, dan tidak boleh berkata jorok, sebab hal ini mengganggu salah satu temannya, dan mengganggu seorang Muslim itu haram hukumnya. n. Jika ia makan bersama orang-orang miskin, ia harus mendahulukan orang miskin tersebut. Jika ia makan bersama saudara-saudaranya, ia tidak ada salahnya bercanda dengan mereka dalam batas-batas yang diperbolehkan. Jika ia makan bersama orang yang berkedudukan, maka ia harus santun, dan hormat terhadap mereka. 3. Etika Setelah Makan Di antara etika setelah makan ialah sebagai berikut:



28



a. Ia berhenti makan sebelum kenyang, karena meniru Rasulullah saw. agar ia tidak jatuh dalam kebinasaan, dan kegemukan yang menghilangkan kecerdasannya. b. Ia menjilat tangannya, kemudian mengelapnya, atau mencucinya. Namun mencucinya lebih baik. c. Ia mengambil makanan yang jatuh ketika ia makan, karena ada anjuran terhadap hal tersebut, dan karena itu adalah bagian dari syukur atas nikmat. d. Membersihkan sisa-sisa makanan di gigi-giginya, dan berkumur untuk membersihkan mulutnya, karena dengan mulutnya itulah ia berdzikir kepada Allah Ta‘ala, berbicara dengan saudara-saudaranya, dan karena kebersihan mulut itu memperpanjang kesehatan gigi. e. Memuji Allah Ta‘ala setelab ia makan, dan minum. Ketika ia minum susu, ia berkata, “Ya Allah, berkahilah apa yang Engkau berikan kepada kami, dan tambahilah rizki-Mu (kepada kami)”. Jika berbuka puasa di tempat orang, ia berkata, “Orang-orang yang mengerjakan puasa berbuka puasa di tempat kalian, orang-orang yang baik memakan makanan kalian, dan semoga para malaikat mendoakan kalian. ”



29



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Table manner atau etika makan adalah aturan yang harus dilakukan saat santap bersama di meja makan. Etika makan di perkenalkan oleh bangsa Eropa yang merupakan aturan standar terutama saat bersantap bersamasama di sebuah acara resmi atau acara makan bersama di keluarga besar. 2. Tujuan table manner secara mendasar yaitu: memudahkan pergaulan, percaya diri/terhindar dari rasa canggung atau malu, menghindari perilaku yang salah, tidak mengganggu orang lain, menjalin keakraban dan dapat menikmati suasana jamuan dengan nyaman. 3. Aturan pokok tata cara di meja makan ada 3 yaitu sebelum makan, penggunaan peralatan makan, dan selama makan. 4. Dalam jamuan makan internasional dikenal enam jenis istilah makan. Yakni coffee morning, brunch, lunch, teatime, cocktail, dan terakhir dinner. B. Saran Hendaknya belajar table manner itu di mulai sejak dini karena table manner sangat penting bagi seseorang. Table manner bisa mencerminkan pribadi seseorang. Untuk itu diharapkan untuk kedepannya. Table manner di pelajari di setiap tingkatan pendidikan jangan hanya di Perguruan Tinggi.



30



DAFTAR PUSTAKA



http://www. dedenbinlaode. web. id/2010/01/pengaruh-hasil-belajar-mata-kuliah. html http://duniamakanan. com/etika-makan-table-manners. html http://goorme. com/article/etika-makan-internasional http://konsultankarir. com/2009/01/30/saya-dan-karir/table-manner/ http://komunitas. kapanlagi. com/humor/tata-cara-makan-yang-baik. html http://korananakindonesia. wordpress. com/2010/02/14/pembelajaran-etikamakan-atautablemanners-secara-internasional-jepang-eropa-dan-menurut-islam/ http://roebyarto. multiply. com/journal/item/12?&show_interstitial=1&u= %2Fjournal%2Fitem



31