9 0 95 KB
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Untuk Mencapai status kesehatan paripurna baik, fisik, mental
dan
kesejahteraan
sosial,
setiap
individu
atau
kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk
memenuhi
kebutuhan
mengantisipasi lingkungan.
dan
mengubah
atau
Kesehatan, sebagai sumber
kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber sosial dan personal, sebagaimana halnya kapasitas fisik. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan bukan saja tanggung jawab sektor kesehatan tapi juga meliputi sektor-sektor lain yang mempengaruhi gaya hidup sehat dan kesejahteraan sosial, serta diperlukan adanya monitoring dan evaluasi setiap kegiatan yang berlangsung supaya dapat memberikan informasi atau peringatan secara dini terhadap masalah atau kendala yang dihadapi. Pendidikan kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. demikian pendidikan kesehatan
yang
kesehatan adalah
dirancang
untuk
Dengan
program-program
membawa
perubahan
(perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam
1
organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain pendidikan kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan nonfisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Negara
penduduknya pada
Indonesia tahun
berkisar 237,641,326
merupakan
negara
yang
2010 menurut data statistik
juta jiwa dan pastinya pada setiap
tahunnya akan selalu meningkat, persoalan-persoalan yang munculpun dalam kehidupan masyarakat Indonesia sangat beragam, salah satunya dalam hal kesehatan. Menurut WHO (1947) Sehat adalah
keadaan yang
sempurna dari fisik, mental, dan social, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Indonesia adalah negara berkembang.
Masalah
Kesehatan
Masyarakat
khususnya
negara berkembang sangat beragam dan harus segera diatasi dengan
kerjasama
yang
kuat
antara
pemerintah
dan
masyarakat itu sendiri. dalam hal ini pemerintah telah membentuk badan khusus secara formal yang menangani masalah kesehatan masyarakat yaitu Kementerian kesehatan sesuai dengan visinya Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan. Sehat merupakan hak setiap warga negara, maka setiap warga negara juga diperbolehkan mendapatkan edukasi tentang kesehatan demi menjaga kesehatan individu dan keluarga seperti yang tercantum pada UU kesehatan no 36 tahun 2009 pasal 7 yaitu Setiap orang berhak untuk
2
mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. B. Rumusan Masalah 1. Untuk mengetahui pendidikan kesehatan dan perilaku 2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan kesehatan 3. Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan kesehatan 4. Untuk mengetahui metode pendidikan kesehatan 5. Untuk mengetahui monitoring dalam pendidikan kesehatan 6. Untuk mengetahui
evaluasi
dalam
pendidikan
kesehatan
C. Tujuan a.
Tujuan Umum Untuk mengetahui
monitoring
dan
evaluasi
dalam
Pendidikan kesehatan b. Tujuan Khusus 1. 2. 3. 4. 5.
Untuk Untuk Untuk Untuk Untuk
mengetahui pendidikan kesehatan dan perilaku mengetahui tujuan pendidikan kesehatan mengetahui ruang lingkup pendidikan kesehatan mengetahui metode pendidikan kesehatan mengetahui monitoring dalam pendidikan
kesehatan 6. Untuk mengetahui
evaluasi
kesehatan
3
dalam
pendidikan
BAB II PEMBAHASAN A. Pendidikan Kesehatan Dan Perilaku Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya, pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal–hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan
orang
lain,
kemana
seharusnya
mencari
pengobatan jika sakit, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007: 12).
4
Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan
yang
mempengaruhi
kesehatan
individu,
kelompok, atau masyarakat (Blum:1974). Oleh sebab itu dalam
rangka
membina
dan
meningkatkan
kesehatan
masyarakat, maka intervensi atau upaya yang ditunjukan kepada terhadap
factor
perilaku
faktor
ini
perilaku
sangat
ini
secara
strategis. garis
Intervensi
besar
dapat
dilakukan melalui dua upaya yang saling bertentangan. Masing-masing upaya tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Kedua upaya tersebut dilakukan melalui 1. Tekanan (enforcement) Upaya
agar
masyarakat
mengubah
perilaku
atau
mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara-cara tekanan, paksaanatau koersi (coertion). Upaya enforcement ini bisa dalam bentuk undang-undang atau peraturan- peraturan, instruksi- instruksi, tekanan-tekanan (fisik atau non-fisik) sanksi-sanksi, dan sebagainya. Pendekatan
atau
cara
ini
biasanya
menimbulkan
dampak yang lebih cepat terhadap perubahan perilaku. Tetapi pada umumnya perubahan perilaku
baru yang dihasilkan
tidak langgeng karena perubahan perilaku ini tidak didasari oleh kesadaran yang tinggi terhadap tujuan perilaku tersebut. 2. Edukasi (Education) Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan 5
sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku masyarakat akan memakan waktu lama, dibandingkan dengan cara koersi. Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng, bahkan selama hidup dilakukan. Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, maka sebelum dilakukan intervensi perlu dilakukan diagnosis atau analisis terhadap masalah perilaku tersebut. Output yang diharapkan dari pendidikan khususnya pendidikan kesehatan adalah terbentuknya perilaku baru yang sesuai dengan harapan pendidikan yang bermanfaat dan
memberikan
nilai
bagi
upaya
peningkatan
dan
pemeliharaan kesehatan. Beberapa dimensi perilaku tersebut adalah sebagai berikut : 1. Perubahan Perilaku ; Perilaku individu, keluarga dan masyarakat
yang
tidak
sesuai
dengan
nilai-nilai
kesehatan diubah menjadi perilaku yag mengandung nilai-nilai kesehatan, atau dari perilaku negatif ke perilaku positisif. Misalnya kebiasaan merokok, minum minuman keras, ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya
pada
petugas
bermalasan-malasan
juga
kesehatan,
merupakan
termasuk
salah
satu
perilaku yang harus diubah, dan sebagainya. 2. Pembinaan Perilaku ; Pembinaan ini ditujukan kepada perilaku individu, keluarga dan masyarakat yang sudah sehat agar dipertahankan. Misalnya olahraga teratur,
6
makan dengan menu seimbang, membuang sampah pada tempatnya, dan sebagainya. 3. Pengembangan Perilaku ; pengembangan perilaku sehat ditujukan membiasakan hidup sehat pada usia dini. Misalnya membiasakan anak untuk mencuci angan sebelum makan dan setelah melakukan aktifitas fisik, mengosok
gigi
dan
mandi
secara
teratur,
dan
sebagainya. B. Tujuan Pendidikan Dan Perilaku Menurut Benyamin Bloom (1908) tujuan pendidikan adalah
mengembangkan
atau
meningkatkan
3
domain
perilaku yaitu kognitif (cognitive domain), afektif (affective domain),
dan
psikomotor
(psychomotor
domain).
(Notoatmodjo, 2003: 127) Menurut Notoatmodjo (2007: 139) dalam perkembangannya, teori
Bloom
ini
dimodifikasi
untuk
pengukuran
hasil
pendidikan kesehatan, yakni: a.
Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).
Pengetahuan
yang
tercakup
dalam
domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2) Memahami (comprehension)
7
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau
suatu
obyek
ke
dalam
komponen
–
komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau
menghubungkan
bagian
–
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
bagian
untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. b. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan: 1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). 2) Merespon (responding)
8
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk
mengerjakan
atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. c.
Praktik atau tindakan (practice) Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan:
1) Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan
tindakan
yang
akan
diambil
adalah
merupakan praktik tingkat pertama. 2) Respon terpimpin (guided response) Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. 3) Mekanisme (mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah
merupakan
kebiasaan,
maka
ia
sudah
mencapai praktik tingkat tiga. 4) Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu
9
sudah
dimodifikasikannya
tanpa
mengurangi
kebenaran tindakan tersebut. Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan
masyarakat
untuk
memelihara
dan
meningkatkan derajat kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun social, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Mubarak, 2009). C. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan kesehatan, tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan, dan tingkat pelayanan pendidikan kesehatan. (Herawani dkk, 2001: 4) a.
Sasaran pendidikan kesehatan Dari dimensi sasaran, ruang
lingkup
pendidikan
kesehatan dapat dibagi menjadi 3 kelompok: 1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu 2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok 3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat b.
Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan
kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat sehingga dengan sendirinya sasarannya juga berbeda. Misalnya:
10
1. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan
sasaran
murid,
yang
pelaksanaannya
diintegrasikan dalam upaya kesehatan sekolah (UKS) 2. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat kesehatan masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit umum
maupun
khusus
dengan
sasaran
pasien
dan
keluarga pasien 3. Pendidikan kesehatan di tempat – tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan. c.
Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan Dalam
dimensi
tingkat
pelayanan
kesehatan,
pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari Leavel dan Clark: 1) Promosi kesehatan (health promotion) Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan
kesehatan
berkala,
peningkatan
gizi,
dan
kebiasaan hidup sehat. 2) Perlindungan khusus (specific protection) Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan
kesadaran
masyarakat.
Misalnya
tentang
pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit, pada anak, maupun orang dewasa. 3) Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan penyakit yang terjadi dimasyarakat. 1) Pembatasan cacat (disability limitation) 11
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena masyarakat
sering
didapat
tidak
mau
melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas atau tidak mau melakukan pemeriksaan dan pengobatan penyakitnya secara tuntas. Pada
tingkat
ini
kegiatan
meliputi
perawatan
untuk
menghentikan penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, serta fasilitas untuk mengatasi cacat dan mencegah kematian. 5) Rehabilitasi (rehabilitation) Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, seseorang mungkin menjadi cacat. Untuk memulihkan kecacatannya itu diperlukan latihan – latihan. Untuk melakukan suatu latihan yang baik dan benar sesuai program yang ditentukan, diperlukan adanya pengertian dan kesadaran dari masyarakat yang bersangkutan. d. Sasaran dan tujuan Sasaran utama pendidikan / promosi kesehatan adalah masyarakat khususnya perilaku masyarakat. Berdasarkan tahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran digolongkan dalan 3 (tiga) kelompok yaitu : 1. Sasaran Primer ; ditujukan kepada masyarakat langsung sebagai objek program, misalnya ibu hamil dan menyusui (untuk progran KIA/KB) ataupun anak sekolah (untuk program kesehatan
remaja).
Upaya
ini
sejalan
pemberdayaan masyarakat (empowerment).
12
dengan
strategi
2.
Sasaran
Sekunder
;
ditujukan
kepada
para
tokoh
masyarakat dan tokoh agama dengan harapan agar menjadi jembatan dalam penyebarluasan informasi kesehatan. Upaya ini sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support). 3. Sasaran Tersier ; ditujukan kepada para pembuat kebijakan terkait kesehatan dengan harapan agar kebijakan atau kepuusan
yang
dihasilkan
berdampak
positif
terhadap
kesehatan. Upaya ini sejalan dengan strategi mempengaruhi (advocate).
D. Metode Pendidikan Kesehatan Dibawah pendidikan
ini
akan
individual,
diuraikan
kelompok,
beberapa
dan
massa
metode (public).
(Notoatmodjo, 2003: 104) a. Metode pendidikan individual (perorangan) Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku
atau
inovasi.
Dasar
digunakannya
pendekatan
individual ini disebabkan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda – beda sehubungan dengan penerimaan
atau
perilaku
baru
tersebut.
Bentuk
pendekatan ini: 1) bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) 2) wawancara (interview). b. Metode pendidikan kelompok
13
dari
Dalam memilih metode pendidikan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar metodenya akan lain dengan
kelompok
kecil.
Efektifitas
suatu
metode
akan
tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan. 1) Kelompok besar Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini antara lain ceramah dan seminar. 2)
Kelompok kecil Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang disebut
kelompok kecil. Metode – metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), bola salju (snow bolling), kelompok kecil – kecil (bruzz
group),
memainkan
peran
(role
play),
permainan
simulasi (simulation game). c.
Metode pendidikan massa (public) Metode pendidikan (pendekatan) mengkomunikasikan
pesan
–
pesan
massa kesehatan
untuk yang
ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public, maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Contoh metode ini adalah ceramah umum (public speaking).
14
E. Monitoring Dalam Pendidikan Kesehatan 1.
Pengertian Monitoring
atau
pemantauan
merupakan
upaya
supervisi dan reviewe kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis oleh pengelola program untuk melihat apakah pelaksanaan
program
sudah
sesuai
dengan
yang
direncanakan. Pemantauan seringkali disebut juga evaluasi proses. 2.
Tujuan Pemantauan Seawal mungkin bisa menemukan dan memperbaiki
masalah dalam pelaksanaan program, misalnya:
Bagiamana strategi yang tidak berfungsi Mekanisme program mana yang tidak sesuai Apakah program sudah berjalan sesuai rencana Apakah ada masalah baru dalam pelaksanaannya
3.
Tahap-tahap Pemantuan
1. 2. 3. 4.
Logistik yang diperlukan dalam pelaksanaan program Hasil antara Perilaku yang diharapkan Perbaikan kesehatan
4.
Manfaat Pemantauan
a.
Manajemen Pemantauan akan
memberikan
informasi
tentang
proses dan cakupan program kepada pimpinan program serta memberikan umpan balik pelaksanaan program. b. Evaluasi Pemantauan yang tepat dan baik dapat mentafsirkan hasil akhir program secara akurat 15
c.
Citra Pemantauan yang dilakukan dengan baik memberikan
kesan bahwa pemimpin program sangat peduli terhadap sumber dana dan daya yang diperlukan 5. Apa yang dipantau 1. Input Materi Distribusi Media Jangkauan target Kegiatan program Sumber daya 2. Output = hasil antara Apakah sasaran menerima pesan/materi Apakah sasaran memanfaatkan bahan Apakah sasaran merasakan manfaat bahan 3. Outcome = hasil intervensi Hasil intervensi berupa Perubahan perilaku 4.
Bagaimana Cara Pemantauan a.
Kunjungan rumah dan diskusi dengan anggota
rumah tangga b. Wawancara mendalam c. Fokus group diskusi d. Observasi e. Angket f. Artikel 5.
Siapa yang memantau a. b.
6.
Penanggung jawab: pimpinan program Pelaksana : Staf provider/pelaksana program Relawan yang terlatih Instansi terkait
Kapan pemantauan dilakukan a. b. c.
Selama perjalanan program Setiap tahap kegiatan Setiap bulan atau setiap 3 bulan
16
F. Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan 1.
Pengertian Pendidikan
kesehatan
merupakan
intervensi
untuk
mengarahkan perilaku kepada 3 faktor pokok, yakni factor predisposisi, factor pendukung dan factor pendorong. Untuk mencapai tujuan program dan kegiatan yang efektif dan efisien diperlukan perencanaan dan evaluasi. Perencanaan dan evaluasi program pendidikan kesehatan mempunyai kekhususan bila dibandingkan dengan evaluasi program kesehatan yang lain. Hal ini karena tujuan program pendidikan
sebagai
indicator
keberhasilan
program
pendidikan kesehatan adalah perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku sasaran yang memerlukan pengukuran khusus. Oleh sebab itu untuk evaluasi secara umum, mereka perlu diberikan perencanaan dan evaluasi pendidikan kesehatan. Evaluasi
merupakan
proses
penilaian
terhadap
keberhasilan program pendidikan dengan melihat perubahan yang terjadi pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai
dengan
rancangan
TIK/TIU
yang
telah
disusun
sebelumnya. Alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi kebersahilan
tersebut
dapat
berupa
:
kuesioner,Lembar
observasi (daftar cheklis), wawancara, dokumentasi. Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya
sukses
dalam
mencapai
tujuan
yang
sudah
ditetapkan sebelumnya. (APHA). Evaluasi sebagai suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui hasil 17
programnya dan ber-dasarkan itu mengadakan penyesuaianpenyesuaian
untuk
mencapai
tujuan
secara
efektif,
(Klineberg) Berdasarkan definisi di atas, proses ini mencakup langkahlangkah: 1. 2. 3. 4. 2.
3.
Maksud (Tujuan) penilaian a. b.
Untuk membantu perencanaan dimasa datang Untuk mengetahui apakah sarana dimanfaatkan
c.
dengan sebaik-baiknya Untuk menemukan kelemahan dan kekuatan dalam
d. e. f.
pelaksanaan program Untuk membantu menentukan strategi program Untuk motivasi Untuk mendapatkan dukungan sponsor
Siapa dan Bagaimana Penilaian 1. Pihak dalam (pelaksana program), melalui: a. Pencatatan dan pelaporan b. Supervisi c. Wawancara d. Observasi 2.
4.
Memformulasikan tujuan Mengidentifikasi kriteria untuk mengukur sukes Menentukan dan menjelaskan besarnya sukses Rekomendasi untuk kegiatan program selanjutnya
Pihak luar program a. Laporan pihak lain b. Angket
Kapan dilakukan Penilaian 1. Penilaian rutin Penilaian yang berkesinambungan, teratur dan bersamaan dengan pelaksanaan program 2. Penilaian berkala
18
Penilaian yang periodik pada setiap akhir suatu bagian program misalnya pada setiap 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, dst. 3. Penilaian akhir Penilaian yang dilakukan pada akhir program atau beberapa waktu setelah akhir program selesai 5.
Apa yang dinilai a. Input = masukan, bahan, teknologi, sarana,
manajemen. b. Proses= Pelaksanaan program promkes c. Output= Hasil dari program pemahaman/pengetahuan, keterampilan d. Outcome =
peningkatan
sikap
dan
Dampak dari program seperti
peningkatan PHBS e. Impact= Peningkatan status kesehatan 6.
Langkah-langkah penilaian a. Menentukan tujuan penilaian b. Menentukan bagian mana yang dinilai c. Menetapkan standar dan indikator d. Menentukan cara penilaian e. Melakukan pengukuran f. Membandingkan hasil dengan standar g. Menetapkan kesimpulan
7.
Evaluasi Pendidikan Kesehatan a. Tujuan evaluasi Untuk mengetahui apakah tujuan
pendidikan
kesehatan tercapai atau tidak. Tujuan pendidikan kesehatan meliputi : Aspek knowledge = pengetahuan Aspek attitude = sikap Aspek psikomotorik = ketrampilan/praktik b. Waktu evaluasi Selama pendidikan kesehatan berlangsung Setelah pendidikan kesehatan selesai 19
c. Metode evaluasi Tergantung kepada tujuan pendidikan kesehatan Pengetahuan : tes tulis atau lisan Sikap : skala sikap Psikomotor : praktik d. Indikator Sesuai tujuan pendidikan kesehatan, meliputi : Aspek pengetahuan Aspek sikap Aspek ketrampilan/tindakan 8.
Apa yang dinilai = dimensi evaluasi 1.
Input = Kemampuan peserta, bahan/isi/materi,
2. 3.
metode, media, kemampuan penyuluh. Proses = Pelaksanaan pendidikan kesehatan Output = Hasil dari pendidikan kesehatan pemahaman/pengetahuan, peningkatan sikap dan
4.
keterampilan Outcome = Dampak dari pendidikan kesehatan peningkatan PHBS
9.
Hasil = Kesimpulan Bergantung pada tujuan dikategorikan
berhasil
pendidikan
apabila
peserta
kesehatan, pendidikan
kesehatan dapat: Memahami pesan pendidikan kesehatan Sikapnya baik (menerima/setuju) Melaksanakan kegiatan sesuai pesan pendidikan kesehatan Stephen
Isaac
dan
William
B.
Michael
(1981)
mengemukakan 9 bentuk desain evaluasi, yaitu: 1. Historikal , dengan merekonstruksi kejadian di masa lalu secaraobjektif dan tepat dikaitkan dengan hipotesis atau asumsi. 20
2. Deskriptif, melakukan penjelasan secara sistematis suatu situasi atauhal yang menjadi perhatian secara faktual dan tepat. 3. Studi perkembangan (developmental study), menyelidiki pola danurutan perkembangan atau perubahan menurut waktu. 4. Studi kasus atau lapangan (case atau field study), meneliti secaraintensif latar belakang status sekarang, dan interaksi
lingkungan
darisuatu
unit
sosial,
baik
perorangan, kelompok, lembaga, ataumasyarakat. 5. Studi korelasional (corelational study) , meneliti sejauh mana variasidari satu faktor berkaitan dengan variasi dari satu atau lebih faktor lainberdasarkan koefisien tertentu. 6. Studi sebab
akibat
(causal
comparative
study),
yang
menyelidikikemungkinan hubungan sebab akibat dengan mengamati menggalinya
berbagaikonsekuensi kembali
melalui
yang data
ada
dan
untuk faktor
menjelaskan penyebabnya. 7. Eksperimen murni (true esperimental), yang menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan membuat satu kelompok percobaanatau lebih terpapar akan suatu perlakuan atau kondisi danmembandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrolyang tidak menerima perlakuan atau kondisi. Pemilihan kelompokkelompok secara sembarang (random) sangat penting. 8. Eksperimen semu (quasi experimental), merupakan cara yangmendekati eksperimen, tetapi di mana kontrol tidak ada dan manipulasitidak bias dilakukan.
21
9. Riset aksi (action research), bertujuan mengembangkan pengalamanbaru melalui aplikasi langsung di berbagai kesempatan. Kekuatan dan kelemahan dari proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan yang telah dilakukan, dapat diketahui lebih jelas setelah diaplikasikan dan dievaluasi secara seksama. Hasil yang diperoleh dari evaluasi akan memberi
petenjuk
kepada
seorang
perawat
tentang
bagian-bagian mana dari proses pendidikan kesehatan yang sudah baik dan belum baik. Atas dasar hasil evaluasi tersebut dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Beberapa tujuan evaluasi
dari
pertimbangan
pendidikan untuk
kesehatan
pemilihan
adalah
media
:Sebagai
pendidikan
kesehatan yang efektif, proses pemilihan media perlu pertimbangan dengan matang sehingga media yang dipilih betul-betul efektif dalam mendukung proses pendidikan kesehatan yang memadai, menilai kemampuan seorang perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan, untuk menilai atau melihat prosedur penggunaan media yang digunakan,
untuk
memeriksa
apakah
proses
yang
berlangsung sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, memberikan
informasi
yang
berkaitan
dengan
administrasi, keberadaan dan keberfungsian media harus selalu dievaluasi secara berkala untuk meningkatkan kualitas dalam pemberian promosi kesehatan.
22
Berdasarkan prosesnya, evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.Evaluasi Formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektifitas dan efisiensi dari pendidikan kesehatan yang sudah dilaksanakan.Evaluasi Sumatif adalah Evaluasi Akhir, evaluasi terhadap keseluruhan penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang sudah berlangsung. Atau secara khusus, dalam pemberian pendidikan kesehatan adah tiga macam evaluasi yaitu evaluasi persiapan yaitu apakah SAP sudah sesuai, apakah sudah kontrak waktu dengan warga masyarakat, dsb.Evaluasi Proses, diharapkan sesorang perawat mampu memberikan materi pendidikan kesehatan secara benar dan tepat, serta masyarakat
kooperatif
didalam
mengikuti
pendidikan
kesehatan, evaluasi hasil yaitu penilaian yang dilakukan apakah pendidikan kesehatan yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau belum.
BERIKUT DIAGRAM EVALUASI PENDIDIKAN KESEHATAN Input Teknologi
Proses Kegiatan
Output Knowledge
Penyuluhan
penyuluhan
Attitude
Sarana
Practice
Manajemen Metode
23
Outcomes Perilaku sehat
Impact Status kesehatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Kekuatan dan kelemahan dari proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan yang telah dilakukan, dapat diketahui lebih jelas setelah diaplikasikan dan dievaluasi secara seksama. Hasil yang diperoleh dari evaluasi akan memberi petenjuk kepada para tenaga
kesehatan
tentang
bagian-bagian
mana
dari
proses
pendidikan kesehatan yang sudah baik dan belum baik. Atas dasar hasil evaluasi tersebut dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
24
B. Saran Sebagai menjalankan
seorang monitoring
petugas dan
kesehatan evaluasi.
hendaknya guna
kita
mengetahui
keberhasilan yang telah kita lakukan kepada masyarakat. Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mengukur indicator yang berbeda dari hasil yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Balun, Maria Della Strada. Pengertian Sehat Menurut Para Ahli. 2013. Hak, Lalu Muhammad Rijalul. Konsep Pendidikan Kesehatan. 2012. Joesafira. Tujuan Pendidikan Kesehatan. 2012. WEB: Rachmah, Siti Nurbaeti. Monitoring dan Evaluasi Dalam Promkes. 2012.
25
Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.2009.Promosi Kesehatan Komitmen Global dari Ottawa-Jakarta-Nairobi Menuju Rakyat Sehat.FKM.UI.Jakarta Maulana, Heri DJ. 2009. Promosi kesehatan. Jakarta : EGC Notoatmodjo, Soekidjo dkk 2005.Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta. Jakarta Rudi Susilana, Cepi Riyana.Media Pembelajaran.2007.CV Wacana Prima.Bandung Nursallam. Evaluasi Pendidikan Kesehatan WEB: ebook.com (Dilihat pada: Minggu 2 maret 2014)
26