Makalah Evolusi Bumi Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH EVOLUSI PLANET BUMI Makalah ini di susun sebagai tugas Mata Kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa Dosen pengampu: Dr. Khumaedi, M.Si dan Dr. Suharto Linuwih, M.Si



Oleh: Inggrid Indrayanti (0402517025) Litasari Aldila Aribowo (0402517032)



PASCASARJANA PENDIDIKAN IPA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2018



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi sebagai planet yang kita tinggali merupakan salah satu planet yang terletak di dalam tata surya. Selain planet Bumi ada 7 planet lain yang berada di tata surya ini. Planet itu antara lain Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Selain planet, tata surya ini juga terdapat benda langit lain seperti matahari, satelit, komet, asteroid, dan lain-lain. Bagaimana planet bisa terbentuk? Sejak kapan planet-planet tersebut diberi nama? Siapa yang memberi nama? Tentu pertanyaan-pertanyaan semacam ini sering hadir di benak kita. Banyak teori yang mempelajari bumi dan seisinya, sehingga muncul berbagai anggapan yang meyakinkan kita untuk bisa mengembangkan pemikiran. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin memudahkan kita untuk membuktikan bahwa umur bumi sudah tua. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses pembentukan tata surya menurut teori Big Bang? 2. Bagaimana proses pembentukan benua menurut teori pangea? 3. Bagaimana teori pembentukan samudera? 4. Bagaimana skala waktu geologi? 1.3 Tujuan 1. Mendeskripsikan proses pembentukan tata surya menurut teori Big Bang. 2. Mendeskripsikan proses pembentukan benua menurut teori pangea. 3. Mendeskripsikan teori pembentukan samudera. 4. Mengetahui cara penentuan skala waktu geologi.



1



BAB II PEMBAHASAN 2.1



Asal Usul Tata Surya Menurut Teori Big Bang Seluruh materi dan energi dalam alam semesta pernah bersatu membentuk



sebuah bola raksasa. Kemudian bola raksasa ini meledak sehingga seluruh materi mengembang karena pengaruh energi ledakan yang sangat besar.” Tahapan terjadinya Dentuman Besar: a) Segera setelah terjadi dentuman besar, alam semesta mengembang dengan cepat hingga kira-kira 2000 kali matahari. b) Sebelum berusia satu detik, semua partikel hadir dalam keseimbangan. Satu detik setelah dentuman, alam semesta membentuk partikelpartikel dasar, yaitu elektron, proton, neutron, dan neutrino pada suhu 10 miliar kelvin. c) Kira-kira 500 ribu tahun setelah terjadi ledakan, lambat laun alam semesta menjadi dingin hingga mencapai suhu 3000K. Partikel-partikel dasar membentuk benih kehidupan alam semesta. d) Gas hidrogen dan helium membentuk kelompok-kelompok gas rapat yang tak teratur. Dalam kelompok-kelompok tersebut mulai terbentuk protogalaksi. e) Antar satu dan dua miliar tahun setelah terjadinya dentuman besar, protogalaksiprotogalaksi melahirkan bintang-bintang yang lambat laun berkembang menjadi raksasa merah dan supernova yang merupakan bahan baku kelahiran bintangbintang baru dalam galaksi. f) Satu di antara miliaran galaksi ytang terbentuk adalah galaksi Bimasakti. Di dalam galaksi ini terdapat tata surya kita, dengan matahri adalah bintang yang terdekat dengan bumi. 2.2



Proses Terbentuknya Benua



a. Arus Konveksi Holmes berpendapat lempengan-lempengan benua satu dengan yang lain mampu melakukan pergeseran akibat terjadinya arus konveksi. Lempenganlempengan benua merupakan material pasif berada di atas astenosfer arus konveksi, akibatnya lempengan kerak bumi dapat bergerak bebas. Lempengan-



2



lempengan terebut terhubung dengan punggungan-punggungan di tengah samudera, yakni daerah arus konveksi ke atas dari astenosfer dan timbul pada permukaan bumi melewati retakanretakan. Parit laut (oceanic trench) serta aluralur orogenesis sebagai lokasi pada muka bumi tempat terjadinya arus konveksi. Menjelang kematian



Wegener,



beberapa



ahli



geologi



mendapatkan



pengamatan yang mengemukanan suatu mekanisme dan menyiapkan keterangan tentang terjadinya pengapungan benua. Mereka menyadari bahwa beberapa unsur radioaktif alamiah yang kemundurannya lambat di dalam bumi mengeluarkan panas yang cukup besar, sehingga bumi meskipun pada umumnya padat-panas sekali sampai putih; cukup panas untuk mengubah bentuk batu-batuannya. Batubatuan ini kemudia secara berlahan-lahan dapat diubah bentuknya untuk membangkitkan arus konveksi di bagian dalam bumi. Para ahli geologi ini kemudian mengemukakan bahwa arus dapat naik di bawah punggungpunggung bukit yang kemudian hanya diketahui dengan samar-samar terjadi sepanjang poros pusat lautan. Arus itu kemudian akan berbalik lagi ke bagian gunung-gunung yang aktif dan palung lautan, seperti yang terdapat di Chili, Peru, Alaska, dan Asia Timur. Arus-arus yang disebutkan tersebut mendorong benua-benua di atasnya dengan kecepatan rerata 5 sampai 10 cm setiap tahunnya.



Gambar 1. Arus Konveksi Kulit bumi bersifat padat, dingin, dan terapung di atas lapisan mantel. Kerak bumi yang membentuk dasar samudera disebut lempeng samudera, sedang kerak



3



bumi yang membentuk benua dinamakan lempeng benua. Di bawah lempeng samudera dan lempeng benua adalah lapisan mantel. Lapisan mantel berupa massa cair pijar yang sangat panas. Proses yang terjadi pada lapisan mantel, persis seperti proses yang terjadi dalam panci (Matthews, 1983). Gambar 1 melukiskan bagaimana arus konveksi bergerak, sedangkan pada gambar 2 dan 3 merupakan proses terjadinya arus koveksi yang diumpakan seperti air dalam panci yang dipanasi dari bawah, akan terjadi gerakan air ke atas (konveksi), kemudian berbelok ke kiri dan ke kanan, sehingga terbentuk putaran air. Arah gerakan air pada konveksi sebelah kanan sesuai dengan putaran jarum jam, sedang arah gerakan air pada konveksi sebelah kiri berlawanan arah putaran jarum jam. (Perhatikan arah anak panah). Konveksi semacam ini akan terus berlangsung selama ada pemanasan dari bawah.



Gambar 2. Konveksi dalam panci yang dipanaskan, Gambar 3. Konveksi dalam lapisan mantel Proses yang serupa juga terjadi dalam massa cair pijar yang terdapat di lapisan mantel. Pemanasan yang terus menerus dari lapisan inti bumi menyebabkan terjadinya konveksi pada lapisan mantel. Kerak bumi yang terus menerus ditumbuk oleh arus konveksi, lama kelamaan akan bengkok ke atas dan patah. Patahan kerak



4



bumi yang terapung di atas arus konveksi akan bergeser mengikuti gerak arus konveksi (Kious et.al, 2008). Pembentukan benua dan samudra dimulai pada zaman karbon, pada saat itu, semua benua yang kita lihat pada saat ini menyatu yang disebut dengan Benua Pangea. Seiring dengan berjalannya waktu, benua-benua tersebut terpisah yang membentuk dua benua yang lain. Benua adalah bagian bumi berupa tanah atau daratan yg sangat luas yang dibasahi oleh laut dan lautan sehingga bagian tengah benua itu tidak mendapat pengaruh langsung dari angin laut. Daratan yang ada didunia luasnya kurang lebih 30% dari seluruh muka bumi .Dibandingkan dengan lautan, daratan yang ada merupakan daratan yang cukup sempit, apalagi terpecahpecah menjadi benua, kepulauan, dan pulau. Saat ini di Bumi terdapat 6 benua yang terbentuk yaitu benua Asia, benua Eropa, benua Amerika, benua Afrika, benua Australia, dan benua Antartika. Sekitar 250 juta tahun yang lalu, hanya ada superkontinen yang dinamakan Pangaea. Pada awalnya hanya terbentuk satu benua besar yang disebut Pangaea dan dikelilingi satu samudera Panthalassa. Kemudian sekitar 200 juta tahun yang lalu selama Periode Trias, Pangaea pecah menjadi dua superkontinen, Laurasia di sebelah utara dan Gondwana di sebelah selatan. b. Bumi yang mengembang Pada awal-awal pembentukannya, bumi berukuran jauh lebih kecil daripada ukuran saat ini, kira-kira 30% ukuran bumi sekarang. Pada waktu bumi mendingin, kerak terbentuk di permukaan, kemudian diikuti oleh berkembangnya ukuran bumi. Saat berkembangnya bumi tersebut, kerak asli mengalami retak dan membentuk benua-benua. Jika diasumsikan bahwa bumi berkembang seperti balon yang mengembang, sedangkan benua yang asli secara kasar memiliki ukuran yang sama, maka akan terbentuk kerak-kerak tambahan. Penjelasan ini masih bersifat spekulasi, tetapi memberikan keterangan yang masuk akal bagi sejumlah keberatan yang menghadang teori Wegener. Apabila diperhatikan lebih lanjut, sebenarnya teori yang dikemukakan oleh Halm ini hampir sama dengan teori apung benua Wegener, hanya saja Halm menambahkan selain pemisahan benua juga terjadi pertambahan luasan pada masing-masing kerak bumi yang memisah. Melalui



5



pengematan pada perkembangan Mid Oceanic Ridge, dasar benua yang tua tertelan di palung samudra. Dengan begitu hipotesa Expanded Earth yang menyatakan bahwa bumi itu berkembang terbantahkan. Dengan demikian ukuran bumi tidak bertambah, batuan dasar samudra memiliki umur yang muda, dan timbunan dasar sedimen sangat sedikit di dasar samudera, karena adannya daur ulang kerak bumi (Matthews, 1983). Gambar 4 menggambarkan pergerakan benua dan samudera dari masa ke masa.



Gambar 4. Bumi yang mengembang Keterangan: 1) Letak benua pada 200 juta tahun yang lalu lalu 2) Letak benua pada 180 juta tahun yang lalu 3) Letak benua pada 135 juta tahun yang lalu akan 4) Letak benua 65 juta tahun yang datang 5) Letak benua saat ini 6) Letak benua 50 juta tahun yang akan datang. c.



Kemagnetan Batuan Melalui kajian Palaeomagnetism atau telaah magnetis di bumi, Sekitar tahun



1956, dua penemuan besar menjadi pemikiran para geologis. Salah satu penemuan itu menyatakan bahwa gerakan benua pada masa lalu dapat diikuti jejaknya melalui suatu analisis kemagnetan batu-batuan yang terdapat di benua. Penemuan yang kedua menyebutkan bahwa selalu ada punggung-punggung bukit di tengah lautan di Samudera dunia. Sejak jaman dahulu sudah diketahui bahwa batu-batuan, khusunya bijih besi merupakan magnet alam dan dapat dipakai sebagai kompas. Semakin lama instumen ini disempurnakan dan diketahui bahwa sebagian besar



6



batu-batuan bermagnet, meskipun lebih lemah dari bijih besi. Batu-batuan memperoleh kemagnetan dari medan magnet bumi pada waktu pembentukannya dan kemudian batu-batu itu menyimpan kemagnetan. lava yang dimuntahkan dekat kutub magnet bumi diberi daya magnet, yaitu ketika mendingin waktu melalui arah vertikal yang sama dengan medan di kutub. Sedimen yang menumpuk di samudera dekat kutub juga bermagnet. Arah ini dapat terjadi melalui cara sebagai berikut: saat batuan beku dan sedirnen terbentuk, partikel magnet yang ada pada batuan tersebut memiliki arah dan dip yang sama sebagai medan geomagnetik lokal pada saat batuan tersebut memadat. Sebaliknya, batu-batuan yang terjadi di dekat katulistiwa tempat medan magnetik letaknya horizontal, mengandung magnet. Batu-batuan berisi magnet dalam arah sesuai dengan garis lintang tempat batu-batuan itu terjadi dan arah magentik itu akan tetap dipertahankan.



Telaah



mutakhir



memperlihatkan



batu-batuan



di



benua



menunjukkan arah medan magnetis beragam antar stadia geologi satu dengan lainnya. Artinya, Magnetik masa lampau membuat acuan kemana letak kutub magnetis bumi yang bisa perlihatkan pada masa berbeda sepanjang sejarah geologis. Telaah kemagnetisan bumi sangat utama, sebab dapat menopang teori pergeseran atau gerak lempeng benua pada kurun waktu, dan mendukung pendapat mengenai terbentuknya kerak samudera baru yang terjadi secara kontinyu. Lebih lanjut, diketahui perubahan orientasi magnetic dapat dipresiksi, apabila benuabenua bergerak sesuai dengan teori Wegener. Hal ini merupakan pengakuan dan bukti nyata terhadap teori pengapungan benua. Geofisikawan menggunakan instumen magnetik secara disengaja menemukan keanehan keragaman magnetik sepanjang dasar samudera. Keragaman magnetik tersebut tercatat pada batuan basalt yang terletak di dasar samudera. Batuan Basalt banyak mengandung unsur besi (Fe) menjadi unsur pembentuk utama samudera sebab memiliki kandungan unsur-unsur magnetis. Dalam penelitian lebih lanjut, ditemukan fakta adanya dua sifat magnetis batuan, yaitu kutub normal dan kutub berlawanan. Vine dan Mattew mengemukanan bahwa lava mengalir sepanjang puncak-puncak punggungan bukit samudera dan membentuk dsar laut yang baru



7



itu akan termagnetkan sewaktu mendingin dan membentuk medan magnet bumi. Lava ini akan ditambahkan ke pada lempeng-lempeng yang terpisah dan terbawa secara merata ke semua arah. Kemdian, sesudah melewati jangka waktu berjutajuta tahun, medannya terbalik, lava yang masuk sesudah medan yang terbalik itu akan bermagnet ke arah yang terbalik tadi. Pemagnetan terbalik ini bergantian menguatkan dan melemahkan dampak megnetis yang diukur dalam survey dan akan muncul sebagai pola bergaris simetris di sekeliling poros dsar laut yang terbentang. 2.2.1



Benua Laurasia Nama Laurasia menggabungkan nama Laurentia, nama yang diberikan ke



Amerika Utara, dan Eurasia. Seperti yang diusulkan oleh penamaan geologi, Laurasia meliputi sebagian besar daratan yang membentuk benua hari ini dari belahan bumi utara, terutama Laurentia (yaitu inti benua Amerika Utara), Baltica, Siberia, Kazakhstania, dan Cina Utara dan Cina Timur. Laurasia dihimpun, kemudian putus, karena tindakan lempeng tektonik, pergeseran benua dan dasar laut menyebar. Selama Kambrium, Laurasia sebagian besar terletak di garis lintang khatulistiwa dan mulai putus, dengan Cina Utara dan Siberia hanyut ke garis lintang utara lebih dari yang diduduki oleh benua selama 500 juta tahun sebelumnya. Oleh Devon, Cina Utara terletak di dekat Lingkaran Kutub Utara dan itu tetap tanah utara di dunia selama Zaman Es Karbon antara 300 dan 280 juta tahun yang lalu. Periode dingin melihat kembali bergabung dari Laurentia dan Baltica dengan pembentukan Pegunungan Appalachian dan tambang batubara besar yang hari ini, atau sangat baru-baru ini, andalan ekonomi daerah seperti Virginia Barat, bagian dari Amerika Kerajaan dan Jerman. Siberia bergerak ke selatan dan bergabung dengan Kazakhstania, sebuah wilayah benua kecil diyakini saat ini telah diciptakan selama Siluria oleh vulkanisme luas. Ketika dua benua bergabung bersama, Laurasia hampir direformasi, dan awal Trias, dengan Timur China telah bergabung dengan Laurasia pembangunan kembali karena bertabrakan dengan Gondwana untuk membentuk Pangea. Cina Utara menjadi, seperti melayang ke arah selatan dari garis lintang



8



yang mendekati Kutub Utara, benua terakhir yang bergabung dengan Pangaea. Kemudian 135 juta tahun yang lalu, Laurasia bergerak dan pecah menjadi tiga yaituBenuaAmerika Utara, Benua Eropa,dan Benua Asia.Sekitar 200 juta tahun yang lalu, Pangaea mulai putus. Antara Amerika Utara bagian timur dan barat laut Afrika, samudra baru terbentuk - Samudra Atlantik, meskipun Greenland (terlampir ke Amerika Utara) dan Eropa masih bergabung bersama-sama. Pemisahan Eropa dan Greenland terjadi sekitar 60 juta tahun yang lalu (di Paleosen). Laurasia akhirnya dibagi ke dalam benua setelah itu bernama: Laurentia (sekarang Amerika Utara) dan Eurasia (kecuali India dan Arab), meninggalkan hanya sebuah batu kecil (Rockall modern-hari) antara keduanya.



Gambar 5. Peta Pangea 2.2.2



Benua Gondwana Benua Gondwana dinamai oleh ilmuwan Austria, Eduard Suess, setelah



wilayah Gondwana di India utara pusat (dari bahasa Sansekerta "hutan dari Gonds" gondavana), dari mana sekuens Gondwana sedimen (Permian-Trias) juga dijelaskan.Kata sifat Gondwanan sedang digunakan umum dalam biogeografi ketika mengacu pada pola distribusi organisme hidup, biasanya ketika organisme dibatasi untuk dua atau lebih daerah sekarang-kontinu yang dulu merupakan bagian dari Gondwana, termasuk flora Antartika. Sebagai contoh, Proteaceae, sebuah keluarga tanaman yang dikenal hanya dari selatan Amerika Selatan, Afrika Selatan, dan Australia yang dianggap memiliki "distribusi Gondwanan". Pola ini sering dianggap untuk menunjukan kuno, atau janda, keturunan.



9



Gambar 6. Gondwana Perakitan Gondwana adalah sebuah proses berkepanjangan. Beberapa orogenies menyebabkan penggabungan akhir 550-500 Mya pada akhir Ediacaran, dan masuk ke Kambrium. Ini termasuk Brasiliano, Afrika Timur, yang oMalagasi, dan Kuunga. Tahap akhir perakitan Gondwana tumpang tindih dengan pembukaan Samudera Iapetus antara Laurentia dan Gondwana barat. Selama interval ini ledakan Kambrium terjadi. Salah satu situs utama dari penggabungan Gondwana adalah Afrika Timur, di mana kedua orogenies utama yang saling: Afrika Timur (seperti kemudian ditetapkan) pada 650-630 juta tahun lalu terpengaruh sebagian besar dari Saudi, Afrika utara-timur, Afrika Timur dan Madagaskar. Collins dan Windley (2002) mengusulkan bahwa dalam Azania bertabrakan dengan Blok Kongo-Tanzania-Bangweulu. Kemudian Malagasi di 550-515 juta tahun lalu terpengaruh Madagaskar, Timur Afrika Timur dan India selatan. Di dalamnya Neoproterozoic India bertabrakan dengan Azania sudah gabungan dan Kongo-Tanzania-Bangweulu Blok.Pada saat yang sama, di Kuunga dan India bertabrakan dengan benua Australia Mawson. Gondwana mulai terpecah di-awal Jurasik (sekitar 184 juta tahun lalu) disertai dengan letusan besar lava basal, sebagai Gondwana Timur, terdiri dari Antartika, Madagaskar, India dan Australia, mulai terpisah dari Afrika. Amerika Selatan mulai melayang perlahan ke arah barat dari Afrika Selatan Samudera Atlantik dibuka, dimulai sekitar 130 Mya selama Kapur Awal, dan mengakibatkan kondisi laut



10



terbuka oleh 110 Mya. Gondwana Timur kemudian mulai terpisah sekitar 120 Mya ketika India mulai bergerak ke utara. Blok Madagaskar, dan sisa mikrokontinen sempit saat ini diduduki oleh Kepulauan Seychelles, telah dipatahkan India; elemen tentang perpisahan ini hampir bertepatan dengan peristiwa kepunahan Cretaceous-Tersier. IndiaMadagascar-Seychelles perpisahan tampaknya bertepatan dengan letusan Deccan basal, letusan situs yang dapat bertahan hidup sebagai hotspot Réunion. Australia mulai terpisah dari Antartika mungkin 80 Mya (Kapur Akhir), tapi dasar laut menyebar di antara mereka menjadi yang paling aktif sekitar 40 Mya selama zaman Eosen Periode Paleogen.Selandia Baru mungkin terpisah dari Antartika antara 130 dan 85 juta tahun lalu. Benua Australia-New Guinea mulai secara bertahap untuk memisahkan dan bergerak ke utara (55 juta tahun lalu), berputar pada porosnya untuk memulai dengan, dan dengan demikian mempertahankan beberapa hubungan dengan sisa Gondwana selama sekitar 10 juta tahun. Sekitar 45 juta tahun lalu, Lempeng India bertabrakan dengan Asia, tekuk kerak dan membentuk Himalaya. Pada waktu yang sama, bagian selatan Australia (Tasmania modern) akhirnya terpisah dari Antartika, membiarkan aliran arus laut antara dua benua untuk pertama kalinya. Cooler dan iklim kering dikembangkan di kedua benua karena arus laut membungkus Antartika tidak lagi diarahkan ke subtropis, di mana mereka akan mengalir di sekitar Australia utara. Pemisahan Amerika Selatan dari Antartika Barat beberapa waktu selama Oligosen, mungkin 30 juta tahun lalu juga menyebabkan perubahan iklim. Segera sebelum ini, Amerika Selatan dan Antartika Timur tidak terhubung secara langsung, tapi banyak microplates Semenanjung Antartika tetap dekat selatan Amerika Selatan bertindak sebagai "batu loncatan" yang memungkinkan pertukaran biologis lanjutan dan menghentikan sirkulasi arus laut. Tapi ketika Drake Passage dibuka, ada sekarang tidak ada penghalang untuk memaksa air dingin dari utara Samudra Selatan, untuk ditukar dengan air hangat tropis. Sebaliknya, dingin sirkumpolar saat ini dikembangkan dan Antartika menjadi seperti sekarang ini: sebuah benua dingin yang terkunci banyak air tawar di dunia



11



seperti es. Laut suhu turun hampir 10 ° C, dan iklim global menjadi jauh lebih dingin.Dengan sekitar 15 juta tahun lalu, tabrakan antara New Guinea (di tepi terkemuka Lempeng Australia) dan bagian barat daya Lempeng Pasifik didorong dataran tinggi New Guinea, menyebabkan efek bayangan hujan yang berubah drastis pola cuaca di Australia, pengeringan itu keluar. Kemudian, Amerika Selatan dihubungkan ke Amerika Utara melalui Tanah Genting Panama, memotong sirkulasi air hangat dan dengan demikian menciptakan Arktik.Laut Merah dan Afrika Timur Rift adalah contoh modern dari pemotongan terus dari Gondwana. 2.2.3 a)



Hal-hal Penting tentang Gerakan Benua



Gerakan-gerakan lempeng tektonik terus menerus terjadi dan menciptakan perubhan-perubahan di permukaan bumi. b) Sumber gerakan ini ialah arus disebabkan oleh panas. Arus ini terjadi pada batuan padat tapi kenyal yang didalam atmosfer selubung bumi. c) Lempeng tektonik dapat meleh waktu mendekati kulit bumi dan keluar lewat gunung api, celah, atau retakan seperti yang terjadi pada pematang atlantik tengah. Sambil meninggalkan retakan dasar samudra, batuan yang meleleh membetuk dasar baru dilaut. d) Dasar batuan yang meleleh mendesak maju bagian kerak bumi yang lebih tua. Bagian tua ini mungkin benua. Kalau bagian kerak bumi itu bertemu ujung, maka benteruan itu menyebabkan gempa. Inilah yang terjad di dalam laut di lepas pantai amerika selatan. Satu bagian bumi didorong masuk ke selubung untuk meleleh kembali, bagian lainnya didorong sehingga membentuk pematang.



12



e) Tabel Luas benua Tabel 1. Luas Benua No 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Luas Km2 30.295.000 27.273.272 7.683.300 13.200.000 44.180.000 42.887.680



Benua Afrika Eropa Australia Antartika Asia Amerika



Benua yang tidak dihuni adalah Benua Antartika karena daerahnya terlalu dingin dan selalu bersalju. Benua mi hanya digunakan oleh para peneliti. Benua-benua ini dipisahkan oleh massa air yang luas, tetapi ada beberapa benua yang pemisahannya sebagai berikut: Benua Asia dan Eropa bersatu, sehingga batas benua tersebut adalah pegunungan Ural, Laut Kaspia, dan Laut Hitam. Benua Asia dan Afrika bersatu sehingga batas benua tersebut adalah terusan Suez dan laut merah. Terusan Suez adalah terusan yang digali untuk memperpendek jarak dan menghubungkan Laut Mediterranean dan Laut Merah. 2.3 Teori Terbentuknya Samudera Sekitar 4,4 milyar tahun yang lalu, bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, selain itu atmosfer bumi pada saat itu masih tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar matahari sampai ke bumi. Akibatnya uap air di atmosfer mulai berkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah yang mulai mengisi cekungan-cekungan di bumi sehingga terbentuklah samudra dan laut. Samudra saat itu bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (kira-kira 100°C). Keasaman air samudra ini terjadi karena saat itu atmosfer bumi dipenuhi oleh karbondioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan garam-garaman sehingga air samudra dan laut menjadi asin seperti sekarang ini. Lapisan air dapat mengisi cekungan di daratan maupun di lekukan yang besar di permukaan bumi. Lapisan air yang menyelimuti lekukan-lekukan permukaan



13



bumi tersebut membentuk massa air luas yang dikenal dengan samudra atau lautan dan massa air yang sempit disebut dengan laut. Rasa air asin disebabkan oleh air hujan yang mengalir di daratan membawa unsur kimia terutama NaC1 (Natrium Kiorida) ke laut. Di laut terjadi arus dan gelombang, sehingga Na Cl diaduk oleh arus laut dan gelombang dan terjadi reaksi, sehingga rasa air laut menjadi asin. Jadi perbedaan antara perarian laut dan perairan daratan adalah rasa asin. Jumlah air laut jauh lebih banyak dari pada air daratan. Luas samudra mencapai 71% dari seluruh air di permukaan bumi, sedangkan luas daratan hanya 29%. Massa air hanya menutupi permukaan bumi sebesar dalam bentuk samudra, laut, selat dan teluk. Bentuk massa air ini disebut denan perairan laut. Perairan laut yag besar yang dikenal dengan samudra tersebar pada 4 samudra antara lain: 1. Samudra Pasifik 2. Samudra Artik 3. Samudra Atlantik 4. Samudra Hindia Tabel 2. Luas Samudera No. 1. 2. 3. 4.



Benua Hindia termasuk laut disekitarnya Artik termasuk laut disekitarnya Atlantik termasuk laut disekitarnya Pasifik termasuk laut disekitarnya



Luas Km2 74.900.000 13.100.000 93.400.000 179.700.000



a. Pemekaran dasar samudera Menjelang tahun 1960 banyak kapal menyelidiki pungung-punggung bukit. Berdasarkan bukti yang terkumpul tahun 1962, ahli geologi Harry Hess dari Universitas Princeton mengemukakan gagasan bahwa puncak bukit adalah tempat dasar samudera terpisah. Hess mengembangkan teori arus konveksi. Konsepsi tersebut yang mendasari timbulnya teori lempeng tektonik. Hess berpendapat bahwa karena dua sisi berbelok, lava panas yang masuk dari bawah kerak menyebabkan terjadi dasar samudera. Hess Mengkombinasikan hal ini dengan



14



pemikiran bahwa kerak permukaan menjadi dingin dan rapuh, dapat bergeser, karena terbawa arus yang bergerak lambat di bagian dalam bumi yang panas sampai kerak patah lagi. Kemudian sebagian dari kerak bumi dapat tertindih dan terbawa ke bawah sisi pecahan yang lain. Pada lokasi punggungan pertengahan samudera, lokasi dimana arus konveksi timbul, terbentuklah kerak bumi baru yang menumpang di atasnya arus konveksi yang berasal dari astenosfer. Kerak bumi baru ini terus-menerus dibawa sampai mencapai jarak sangat jauh. Apabila kerak bumi sampai menunjam ke arah palung, maka kerak bumi mengalami penenggelaman dan terus masuk hingga ke arah astenosfer. Kious et al.,(2008) mengemukakan bahwa konsepsi pemekaran dasar samudera, menekankan bahwa pergerakan terjadi pada lempeng benua benua bersama lantai samudera. Keduanya menumpang secara pasif di atas arus konveksi yang ada di dalam astenosfer (mantle). b. Lempeng Tektonik Pada taun 1965, Robert Paker dan Mc. Kenzie, dua geofisikawan asal Inggris mengemukanan pemikirannya mengenai pergerakan samudera dan benua mengalami pergeseran terus-menerus (mobile). Teori tersebut dikenal dengan istilah teori lempeng tektonik yang menjadi arah pijakan baru dalam kajian ilmu bidang kebumian. Sekitar tahun 1965 penyelidikan lebih lanjut menyatakan bahwa permukaan bumi terpecah dalam enam lempeng besar dan beberapa lempeng kecil. Lempeng tektonik tersebut kaku dan batas-batasnya ditandai oleh adanya gempa bumi, manakala lempeng itu bergerak dan seringkali juga ditandai dengan munculnya gunung berapi. Teori lempeng tektonik menghubungkan gagasan mengenai pengembangan dasar lautan terkait hipotesis terdahulu, yakni terori benua apung. Teori lempeng tektonik sedikit berbeda dengan teori apung benua. Teori apung benua mengatakan setiap benua bergerak seperti sebuah kapal melalui dasar lautan. Menurut Hall (1995), Teori lempeng tektonik menjelaskan bahwa benua itu seperti rakit yang membeku di dalam es dari suatu arus yang mengalir, terseret bersama



15



dasar samudera di sekitarnya di dalam lempeng-lempeng raksasa. Ada pendapat yang menyatakan bahwa pembentukan relief yang ada dimuka bumi dikontrol oleh subduksi, sehingga dijadikan mekanisme yang lebih penting. Pada mekanisme tersebut, peranan gravitasi bumi besar dalam membantu peleburan salah satu lempeng yang menunjam. Gaya ini disebut slab pull hingga sekarang menjadi rujukan menjadi energy gaya menggerakkan lempeng. Pada intinya teori lempeng tektonik terdiri dari dua komponen utama. 1) Komponen geometris, berpandangan kerak bumi mempunyai mosaik lempeng, terdiri dari lempeng samedera dan lempeng benua. Kulit bumi dapat diibaratkan seperti kulit telur yang mengalami rekahan di babarapa wilayah. 2) Komponen kinematik, terkait dengan komponen pergerakan. Bagian-bagian keragaman (lempeng), kecil maupun besar, dengan keragaman ukuran, secara konstan terus bergerak; lempengan tektonik terus bergeser di atas “mobile zone” bagian astenosfer teratas. Lempeng tektonik ada yang saling menjauh dan mendekat/bertumbukkan antara lempeng samudera dengan samudera, lempeng benua dengan samudera dan lempeng benua dengan benua. Teori lempeng tektonik memberikan pemikiran lebih lanjut bahwa kerak bumi bagian luar dapat terbagi ke dalam sejumlah lempeng dengan berbagai ukuran , dimana disetiap lempeng bersinggungan satu dengan lainnya, ada yang saling menumbuk maupun saling menjauh. Pergerakan lempeng tektonik terjadi karena adanya arus konveksi disertai adanya dampak dari gaya gravitasi bumi, yang mendorong dan menarik pergerakan tersebut. Lempengan utama yang berupa bagian benua bumi terdapat enam lempeng. Jenis interaksi lempeng: 1) Konvergensi (convergent) Kedua lempeng bertubrukan dan tumpang tindih, gunung-gunung muda, busur-busur dan palung-palung akan menjadi batasnya. 2) Divergensi (divergent) Kedua lempeng yang mengalami pemisahan sehingga terjadi lantai samudera baru, punggung-punggung samudera diantaranya menjadi batasnya



16



3) Transformasi (strike-slip) Kedua lempengan masing-masing bergeser secara horizontal , maka terjadilah suatu system yang disebut keretakan transformasi. Sistem keretakan San Andreas di antara lempeng Amerika dan lempeng Pasifik 4) Kombinasi (triple-junction) Ketiga tipe gerkan ini saling bergabung ke dalam suatu jaringan untuk memecah seluruh kerak bumi menjadi suatu deretan lempeng. Sistem ini dan seluruh gerakannya disebut sistem lempeng tektonik. 2.3.1 1.



Hipotesis Terjadinya Samudera



Hill mengemukakan kerak bumi awalnya terbentuk di wilayah kutub tersusun atas material feldspar dengan ketebalan sekitar 1,5 Kilometer. Dampak dari pengaruh radio aktif disertai panas di dalam bumi mengakibatkan permukaan bumi tersebut menggelembung hingga terbentuklah daratan yang luas. Magmatis yang bersifat basalt lebih berat terletak di dsar samudera yang berada di atas benua.



2.



J.H.F. Umgrove berpandangan, bahwa awalnya kerak bumi tidak hanya terdapat di daerah kutub saja, akan tetapi merata ke seluruh permukaan bumi yang menyebabkan kerak bumi mengalami banyak retakan. Pendapat Umgover retakan-retakan tersebut menjadi asal terbentuknya samudera yang luas.



3.



V.J Vernansky berhipotesis tentang terpisahnya bulan dari bagian bumi yang masih plastis. Karena rotasi bumi sejumlah massa magma dan kerak bumi tersebut terlempar ke luar antariksa, dampaknya pada kerak bumi terbentuk cekungan sangat luas yang pada akhirnya membentuklah samudera Pasifik.



4.



V.V Belousov berhipotesis bahwa dasar samudera terbentuk karena penurunan secara terus-menerus tanah yang ada di daratan. Oleh sebab itulah perairan samudera mengalami perluasan sampai ke arah daratan. Menurut Belousov samudera Hindia dan samudera Atlantik terus mengalami perluasan samapai masa tersier, sedangkan pada samudera pasifik mengalami perluasan sampai ke daratan hingga pada masa quarter.



17



Gambar 7. Gerak lempeng kombinasi Perlu diingat bahwa suatu hukum geometri menyebutkan bahwa gerakan relative dari suatu bagian kulit bumi terhadap bagian lain selalu merupakan suatu rotasi sekeliling kutub-kutub dan poros yang dapat ditentukan. Oleh sebab itu, lempenglempeng bergerak relative dari satu ke yang lainnya (Samodra, 1992). 2.3.2



Teori-teori mengenai sejarah terbentuknya samudera



a) Teori kontraksi (Contraction theory ). James Dana dan Elie De Baumant pada tahun 1847-1852 mengemukanan bahwa sebelum terbentuknya bumi, kondisi bumi masih panas. Kemudian mengalami pendinginan hingga terbentuk kerak bumi. Pada masa jutaan tahun kemudian terjadi perubahan di dalam lapisan bumi. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan terbentuknya continen dan cekungan samudera. Kondisi ini bisa diasumsikan karena di bawah kerak bumi terdapat batuan bersifat plastis yang lebih berat umumnya dikenal dengan istilah mantel atau astenosfer. b) Teori Gravitasi (Gravity theory). Para pakar Geologis berpandangn bahwasanya basin yang ada pada samudera terjadi saat bintang besar melintasi medekat di bumi. Akibat pengaruh gaya gravitasi menyebabkan terjadi tarik-menarik antara bintang dengan bumi. Kondisi bumi yang masih panas dan lunak (plastis) sehingga bagian luar bumi tertarik ke angkasa luar. Bekasnya membentuk basin yang luas sebagai samudera, berdasarkan teorinya basin yang luas itu merupakan cekungan samudera Pasifik. Sedangkan bumi bagian luar yang terlepas ke angkasa membentuk menjadi bulan.



18



c) Teori Meteroid (Meteroid theory). Berdasarkan teori meteroid terbentuknya basin yang luas di samudera sebagai dampak dari kejatuhan meteor angkasa luar. Dihipotesiskan cekungan-cekungan pada kawah danau pada bulan dan bumi di samudera terbentuk akibat daya yang sama. Kuatnya benturan dari meteor cekungan itu terisi oleh air dan menjadi samudera. d) Teori Benua Apung (Contonental Drift theory). Pada tahun 1930-an Alfred Wegener mengemukakan Teori ini. Wegener berpandangan bahwa ketika kerak bumi mengalami pendinginan terbentuklah suatu kontinental yang sangat besar yang dikenal dengan Pangea. Meskipun Kontinental itu besar tetapi relatif ringan sehingga mampu mengapung di atas batuan plastis di bawahnya dengan massa lebih berat. Kemudian terbentuklah dua lempengan luas. Lempengan bagian utara terbentuk Amerika Utara dan Eurasia sedangkan lempengan bagian selatan terbentuk Amerika Selatan. Lempengan keduanya tersebut terpisah dengan adanya samudera luas yang dinamakan sebagai Tethys. Kemudian lautan thetys semakin sempit menjadi lautan Mediteran, laut Hitam dan laut Kaspia. Contonental Drift theory dapat dibuktikan berdasarkan kesesuaian bentuk pantai Amerika selatan, Eurasia serta Afrika. Bukti lainnya yang memperkuat Continental Drift theory yaitu ditemukannya kesamaan fosil-fosil tumbuhan dan hewan pada fosil purba pada pantai masing-masing benua tersebut. Fosil tumbuh-tumbuhan dan hewan atau spesies khusus ditemukan pada fosil purba tersebar di pantai Amerika Selatan, Afrika, Eurasia, Hindia dan Siberia. 2.4 Skala Waktu Geologi Pada dasarnya bumi secara konstan berubah dan tidak ada satupun yang terdapat diatas permukaan bumi yang benar-benar bersifat permanen. Bebatuan yang berada diatas bukit mungkin dahulunya berasal dari bawah laut. Oleh karena itu untuk mempelajari bumi maka dimensi “waktu” menjadi sangat penting, dengan demikian mempelajari sejarah bumi juga menjadi hal yang sangat penting pula. Ketika kita berbicara tentang catatan sejarah manusia, maka biasanya ukuran waktunya dihitung dalam tahun, atau abad atau bahkan puluhan abad, akan tetapi apabila kita berbicara tentang sejarah bumi, maka ukuran waktu dihitung dalam



19



jutaan tahun atau milyaran tahun. Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Terdapat 2 skala waktu yang dipakai untuk mengukur dan menentukan umur Bumi. Pertama, adalah Skala Waktu Relatif, yaitu skala waktu yang ditentukan berdasarkan atas urutan perlapisan batuan-batuan serta evolusi kehidupan organisme dimasa yang lalu; Kedua adalah Skala Waktu Absolut (Radiometrik), yaitu suatu skala waktu geologi yang ditentukan berdasarkan pelarikan radioaktif dari unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bebatuan. Skala relatif terbentuk atas dasar peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perkembangan ilmu geologi itu sendiri, sedangkan skala radiometri (absolut) berkembang belakangan dan berasal dari ilmu pengetahuan fisika yang diterapkan untuk menjawab permasalahan permasalahan yang timbul dalam bidang geologi. 2.3.1 Skala Waktu Relatif Skala waktu relatif dikembangkan pertama kalinya di Eropa sejak abad ke 18 hingga abad ke 19. Berdasarkan skala waktu relatif, sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon (Kurun) yang terbagi menjadi Era (Masa). Era dibagibagi kedalam Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch (Kala). Nama-nama seperti Paleozoikum atau Kenozoikum tidak hanya sekedar kata yang tidak memiliki arti, akan tetapi bagi para ahli geologi, kata tersebut mempunyai arti tertentu dan dipakai sebagai kunci dalam membaca skala waktu geologi. Sebagai contoh, kata Zoikum merujuk pada kehidupan binatang dan kata “Paleo” yang berarti purba, maka arti kata Paleozoikum adalah merujuk pada kehidupan binatang-binatang purba, “Meso” yang mempunyai arti tengah/pertengahan, dan “Keno” yang berarti sekarang. Sehingga urutan relatif dari ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut: Paleozoikum, kemudian Mesozoikum, dan kemudian disusul dengan Kenozoikum.



20



Gambar 8. Skala Waktu Geologi Sebagaimana diketahui bahwa fosil adalah sisa-sisa organisme yang masih dapat dikenali, seperti tulang, cangkang, atau daun atau bukti lainnya seperti jejakjejak (track), lubang-lubang (burrow) atau kesan daripada kehidupan masa lalu diatas bumi. Para ahli kebumian yang khusus mempelajari tentang fosil dikenal



21



sebagai Paleontolog, yaitu seseorang yang mempelajari bentukbentuk kehidupan purba. Fosil dipakai sebagai dasar dari skala waktu geologi. Nama-nama dari semua Eon (Kurun) dan Era (Masa) diakhiri dengan kata zoikum, hal ini karena kisaran waktu tersebut sering kali dikenal atas dasar kehidupan binatangnya. Batuan yang terbentuk selama Masa Proterozoikum kemungkinan mengandung fosil dari organisme yang sederhana, seperti bacteria dan algae. Batuan yang terbentuk selama Masa Fanerozoikum kemungkinan mengandung fosil fosil dari binatang yang komplek dan tanaman seperti dinosaurus dan mamalia. Pada gambar 9 diperlihatkan kemunculan dan kepunahan dari berbagai jenis binatang dan tumbuhan sepanjang 650 juta tahun yang lalu dalam skala waktu geologi.



Gambar 9. Peristiwa kemunculan dan kepunahan berbagai jenis organisme (fauna dan flora) pada Skala Waktu Geologi sepanjang 650 juta tahun lalu hingga saat ini



22



2.3.2



Skala Waktu Absolut (Radiometrik) Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa skala waktu relatif didasarkan



atas kehidupan masa lalu (fosil). Bagaimana kita dapat menempatkan waktu absolut (radiometrik) kedalam skala waktu relatif dan bagaimana pula para ahli geologi dapat mengetahui bahwa: 1.



Bumi itu telah berumur sekitar 4,6 milyar tahun



2.



Fosil yang tertua yang diketahui berasal dari batuan yang diendapkan kurang lebih 3,5 milyar tahun lalu.



3.



Fosil yang memiliki cangkang dengan jumlah yang berlimpah diketahui bahwa pertama kali muncul pada batuan-batuan yang berumur 570 juta tahun yang lalu.



4.



Umur gunung es yang terahkir terbentuk adalah 10.000 tahun yang lalu. Para ahli geologi abad ke19 dan para paleontolog percaya bahwa umur Bumi



cukup tua, dan mereka menentukannya dengan cara penafsiran. Penentuan umur batuan dalam ribuan, jutaan atau milyaran tahun dapat dimungkinkan setelah diketemukan unsur radioaktif. Saat ini kita dapat menggunakan mineral yang secara alamiah mengandung unsur radioaktif dan dapat dipakai untuk menghitung umur secara absolut dalam ukuran tahun dari suatu batuan.



Gambar 9. Skala Waktu Geologi Relatif



23



Sebagaimana kita ketahui bahwa bagian terkecil dari setiap unsur kimia adalah atom. Suatu atom tersusun dari satu inti atom yang terdiri dari proton dan neutron yang dikelilingi oleh suatu kabut elektron. Isotop dari suatu unsur atom dibedakan dengan lainnya hanya dari jumlah neutron pada inti atomnya. Sebagai contoh, atom radioaktif dari unsur potassium memiliki 19 proton dan 21 neutron pada inti atomnya (potassium 40); atom potassium lainnya memiliki 19 proton dan 20 atau 22 neutron (potassium 39 dan potassium 41). Isotop radioaktif (the parent) dari satu unsur kimia secara alamiah akan berubah menjadi isotop yang stabil (the daughter) dari unsur kimia lainnya melalui pertukaran di dalam inti atomnya. Perubahan dari “Parent” ke “Daughter” terjadi pada kecepatan yang konstan dan dikenal dengan “Waktu Paruh” (Half-life). Waktu paruh dari suatu isotop radioaktif adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh suatu isotop radiokatif berubah menjadi ½ nya dari atom Parent-nya melalui proses peluruhan menjadi atom Daughter. Setiap isotop radiokatif memiliki waktu paruh (half life) tertentu dan bersifat unik. Hasil pengukuran di laboratorium dengan ketelitian yang sangat tinggi menunjukkan bahwa sisa hasil peluruhan dari sejumlah atom-atom parent dan atom-atom daughter yang dihasilkan dapat dipakai untuk menentukan umur suatu batuan.



Gambar 10. Skala Waktu Geologi Relatif dan Umur Radiometrik



24



Untuk menentukan umur geologi, ada empat seri peluruhan parent/daughter yang biasa dipakai dalam menentukan umur batuan, yaitu: Carbon/Nitrogen (C/N), Potassium/Argon (K/Ar), Rubidium/Strontium (Rb/Sr), dan Uranium/Lead (U/Pb). Penentuan umur dengan menggunakan isotop radioaktif adalah pengukuran yang memiliki kesalahan yang relatif kecil, namun demikian kesalahan yang kelihatannya kecil tersebut dalam umur geologi memiliki tingkat kisaran kesalahan beberapa tahun hingga jutaan tahun. Jika pengukuran mempunyai tingkat kesalahan 1 persen, sebagai contoh, penentuan umur untuk umur 100 juta tahun kemungkinan mempunyai tingkat kesalahan lebih kurang 1 juta tahun. Teknik isotop dipakai untuk mengukur waktu pembentukan suatu mineral tertentu yang terdapat dalam batuan. Untuk dapat menetapkan umur absolut terhadap skala waktu geologi, suatu batuan yang dapat di-dating secara isotopik dan juga dapat ditetapkan umur relatifnya karena kandungan fosilnya. Banyak contoh, terutama dari berbagai tempat harus dipelajari terlebih dahulu sebelum ditentukan umur absolutnya terhadap skala waktu geologi. Tabel dibawah adalah Skala Waktu Geologi yang merupakan hasil spesifikasi dari “International Commission on Stratigraphy” pada tahun 2009. Adapun warna yang tertera dalam tabel Skala Waktu Geologi merupakan hasil spesifikasi dari “Committee for the Geologic Map of the World” tahun 2009.



Gambar 12. Skala Waktu Geologi Menurut International Commission on Stratigraphy (2009)



25



Pada tabel gambar 7 dibawah diperlihatkan isotop-isotop Parent dan Daughter, Waktu Paruh, Efektif Pelarikan Umur dan Mineral Mineral yang dapat dipakai untuk pelarikan umur.



Gambar 11. Unsur unsur utama radioaktif yang dipakai untuk pelarikan umur Rumus matematis untuk penentuan umur geologi dengan menggunakan unsur radioaktif adalah sebagai berikut: t =



1/λ ln ( 1 + D/p)



dimana : t



= umur batuan atau contoh mineral



D = jumlah atom daughter hasil peluruhan saat ini P



= jumlah atom parent dari parent isotop saat ini



λ = konstanta peluruhan (Konstanta peluruhan untuk setiap parent isotop adalah berelasi dengan waktu paruhnya, t ½ dengan persamaan sebagai berikut t ½ = ln2/λ.). 2.3



Umur Bumi



26



Hingga saat ini para akhli ilmu kebumian belum mendapatkan cara yang tepat untuk menentukan umur Bumi secara pasti hanya dengan batuan yang ada di Bumi mengingat batuan tertua yang ada di Bumi telah terdaur ulang dan hancur oleh proses tektonik lempeng serta belum pernah ditemukan batuan-batuan yang terjadi saat pembentukan planet Bumi. Meskipun demikian para akhli sudah mampu menentukan kemungkinan umur dari Sistem Tata Surya dan menghitung umur Bumi dengan mengasumsikan bahwa Bumi dan benda-benda padat yang ada di dalam Sistem Tata Surya terbentuk pada saat yang bersamaan dan sudah pasti memiliki umur yang sama pula. Umur dari batuan-batuan yang ada di Bumi dan di Bulan serta Meteorit dapat dihitung dengan pemanfaatkan unsur-unsur isotop radioaktif yang terjadi secara alamiah di dalam batuan dan mineral, terutama yang mempunyai kisaran waktu paruh diatas 700 juta tahun atau lebih dari 100 milyar tahun untuk menjadi unsur-unsur isotop yang stabil. Teknik pelarikan ini dikenal dengan “penanggalan radioaktif’ yang dipakai untuk menghitung umur batuan saat batuan tersebut terbentuk. Batuan tertua yang berumur 3.5 milyar tahun dijumpai tersebar hampir disemua benua yang ada di Bumi. Batuan tertua tersebut antara lain dijumpai di Acasta Gneisses di bagian Baratlaut Canada dekat Great Slave Lake berumur 4.03 milyar tahun dan di Greenland bagian barat pada batuan Isua Supracrustal, berumur 3.4-3.5 milyar tahun. Hasil kajian dari penentuan umur batuan yang mendekati batuan tertua juga dijumpai di Minnesota River Valley dan Michigan bagian utara, berumur 3.5-3.7 milyar tahun, di Swaziland, berumur 3.4-3.5 milyar tahun dan di Australia Barat berumur 3.4-3.6 milyar tahun. Batuan batuan tersebut diatas telah diuji beberapa kali melalui metoda penanggalan radiometrik dan ternyata hasilnya tetap/konsisten. Hal ini memberi kepercayaan kepada para ahli bahwa penentuan umur yang dilakukan diyakini kebenarannya. Hal yang sangat menarik dari penentuan umur pada batuan batuan tertua diatas adalah bahwa batuanbatuan tersebut tidak berasal dari batuan kerak bumi akan tetapi berasal dari aliran lava dan batuan sedimen yang diendapkan di lingkungan air dangkal, dan dari genesa batuan-batuan tersebut mengindikasikan bahwa sejarah bumi sudah berjalan sebelum batuan tersebut terbentuk atau diendapkan.



27



Di Australia Barat, berdasarkan penanggalan radioaktif terhadap satu kristal zircon yang dijumpai dalam batuan sedimen yang umurnya lebih muda telah menghasilkan umur 4.3 milyar tahun yang menjadikan kristal ini sebagai material yang paling tua yang pernah ditemukan dimuka bumi. Batuan induk dari kristal zircon ini hingga saat ini belum ditemukan. Berdasarkan hasil penentuan umur dari batuan-batuan tertua dan kristal tertua menunjukkan bahwa Bumi paling tidak berumur 4.3 milyar tahun, namun demikian penentuan umur terhadap batuanbatuan yang ada di Bumi belum dapat untuk memastikan umur dari Bumi. Penentuan umur Bumi yang paling baik adalah yang didasarkan atas ratio unsur Pb dalam Troilite pada batuan Iron Meteorit yang diambil dari Canyon Diablo Meteorite menunjukkan umur 4.54 milyar tahun. Sebagai tambahan, baru-baru ini telah dilaporkan bahwa hasil penanggalan radioaktif U-Pb terhadap butiran-butiran mineral zircon yang berasal dari batuan sedimen yang ada di Australia Barat bagian tengah diperoleh umur 4.4 milyar tahun. Penentuan umur bumi tidak saja datang dari penanggalan batuan saja akan tetapi juga mempertimbangkan bahwa bumi dan meteorit sebagai bagian dari satu sistem yang sama dimana komposisi isotop timah hitam (Pb), terutama Pb207 ke Pb206 berubah sepanjang waktu sebagai hasil dari peluruhan Uranium-235 (U235) dan Uranium-238 (U238).



28



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kesimpulan dari makalah evolusi planet bumi meliputi: 1. Asal usul tata surya menurut teori Big Bang adalah dari bintang yang berukuran sangat besar yang dalam beberapa juta tahun, usia bintang itu naik, dan akhirnya meledak. Partikel yang dipancarkan oleh ledakan, meleleh dan dipadatkan oleh gravitasi dan energi dari ledakan-ledakan tersebut. Sehingga, terbentuklah benda-benda langit seperti sekarang ini. 2. Pembentukan benua dan samudra dimulai pada zaman karbon, pada saat itu, semua benua yang kita lihat pada saat ini menyatu yang disebut dengan Benua Pangea. Seiring dengan berjalannya waktu, benua-benua tersebut terpisah yang membentuk dua benua yang lain yaitu Laurasia dan Gondwana. 3. 4 teori-teori mengenai sejarah terbentuknya samudera meliputi: 1. Teori kontraksi (Contraction theory ). 2. Teori Gravitasi (Gravity theory). 3. Teori Meteroid (Meteroid theory). 4. Teori Benua Apung (Contonental Drift theory). 4. Terdapat 2 skala waktu yang dipakai untuk mengukur dan menentukan umur Bumi. Pertama, adalah Skala Waktu Relatif, yaitu skala waktu yang ditentukan berdasarkan atas urutan perlapisan batuan-batuan serta evolusi kehidupan organisme dimasa yang lalu; Kedua adalah Skala Waktu Absolut (Radiometrik), yaitu suatu skala waktu geologi yang ditentukan berdasarkan pelarikan radioaktif dari unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bebatuan.



3.2 Saran Penyusunan makalah ini jauh dari sempurna walaupun telah dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan ketelitian. Mengingat keterbatasan penulisan serta sifat manusia yang fitrahnya lupa dan salah. Oleh karena itu penulis mengharapkan



29



adanya keritikan dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan demi kemajuan bersama.



30



DAFTAR PUSTAKA Bemmelen, R.W.V. 1949. The Geology of Indonesia Vol.1 A General Geology of Indonesia and Adjecent Archipelagoes, Hague: Government Printing Office. Hall, R. 1995. Plate Tectonic Reconstructions of the Indonesian Region, proceedings Indonesian Petroleum Association. 1. 70-84. Hamilton, W. 1989. Convergent-Plate Tectonics Viewed from The Indonesian Region, dalam majalah Geologi Indonesia. Majalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia. 12 (1). 35-88. Mulyadi, 2008. Benua dan Samudera. Jakarta: PT. Bengawan Ilmu Kious, W. Jacquelyne, dan Tilling, Robert I. 2008. USGS This Dynamic Earth: The Story of Plate Tectonics. Washington: U.S. Government Printing Office Matthews, W. H. 1983. Geology Made Simple. London: Made Simple Books. Samodra, H. 1992. Geologi Lembar Tulungagung, Jawa. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Departemen Pertambangan dan Energi Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia. Thornbury, William,D.. 1958. Principles of Geomorphology. New York: John Wiley & Son Inc. Worcester,Philip, G. 1964. Texbook of Geomorphology, London: D. Van Nostrand Company.



31