Makalah Filsafat - Penalaran Tak Langsung [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENALARAN TAK LANGSUNG: INDUKSI MAKALAH FILSAFAT ILMU



KELOMPOK 11



ANNISA RIZKY MALICHATI



101311233042



KETUA



ASTRID YUNIAR LAKSMI



101311233011



SEKRETARIS



DWI PUTRI PANGESTI S.A.



101311233046



BENDAHARA I



NUR HIKMAHWATI



101311233049



BENDAHARA II



S1 ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2013



SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT



Yang bertanda tangan di bawah ini: Ketua



Annisa Rizky Malichati



101311233042



Sekretaris



Astrid Yuniar Laksmi



101311233011



Bendahara I



Dwi Putri Pangesti S.A.



101311233046



Bendahara II



Nur Hikmahwati



101311233049



Kami menyatakan bahwa makalah yang kami susun adalah hasil karya kami sendiri dan tidak ada unsur plagiarisme. Demikian surat ini kami buat dengan sebenar-benarnya.



(Annisa Rizky Malichati)



(Astrid Yuniar Laksmi)



(Dwi Putri Pangesti S.A.)



(Nur Hikmahwati)



i ooo



KATA PENGANTAR



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillahirobbil 'alamin, segala puji dan syukur selalu kami panjatkan kepada Pencipta Yang Maha Esa Allah SWT. Karena hanya dengan izin dan rahmat-Nya lah tim penulis dapat menyusun tugas makalah mata kuliah filsafat ini, yang berjudul "Penalaran Tak Langsung : Induksi". Dalam penyusunan makalah ini penulis tentunya mengalami beberapa rintangan. Sehingga membutuhkan dukungan ataupun bantuan dari pihak lain yang bersangkutan dalam bidang filsafat. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada dosen filsafat, tak lain adalah Bapak Drs. Mohammad Adib, M.A. serta seluruh teman - teman yang terlibat. Namun makalah ini tentunya jauh dari sempurna. Penulis telah menyusunnya sebaik mungkin agar mudah dipahami. Jika memang makalah ini masih terdapat kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Sehingga penulis dapat memperbaikinya mendatang. Penulis juga berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua yang membacanya. Surabaya, 13 September 2013



Penulis



ii ooo



ABSTRAK



Malichati, Annisa Rizky, dkk. 2013. Penalaran Tak Langsung: Induksi. Makalah, Universitas Airlangga. Pembimbing: Drs. Mohammad Adib, MA. Kata Kunci: Induksi; Penalaran. Kemampuan untuk berpikir kritis dan dapat mengambil kesimpulan dengan tepat sangat diperlukan di dunia pekerjaan, khususnya bagi seorang ahli gizi. Untuk itu diperlukan kemampuan penalaran yang baik dan benar. Dari hasil studi pustaka yang dilakukan pada tanggal 11-13 September 2013, diperoleh informasi-informasi sebagai berikut: Penalaran adalah proses mengambil kesimpulan atau membentuk pendapat berdasarkan fakta yang tersedia atau berdasarkan konklusi-konklusi tertentu yang telah terbukti kebenarannya. Penalaran dibagi menjadi dua, yakni penalaran langsung dan tidak langsung. Penalaran langsung penarikan konklusinya hanya dari satu proposisi, sedangkan penalaran tidak langsung penarikan konklusinya atas lebih dari satu proposisi. Penalaran tidak langsung induktif adalah penalaran dari beberapa kasus-kasus partikular menuju pada kesimpulan umum.



iii ooo



DAFTAR ISI



SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT.........................................................i KATA PENGANTAR.............................................................................................ii ABSTRAK..............................................................................................................iii DAFTAR ISI...........................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1 1.2 Fokus Masalah.......................................................................................1 1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan...............................................................1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Penalaran..............................................................................2 2.2 Pengertian Penalaran Induksi................................................................2 2.3 Prinsip-Prinsip Penalaran Induksi.........................................................3 2.4 Macam-Macam Penalaran Induksi........................................................3 2.5 Faktor Probabilitas dalam Penalaran Induksi........................................4 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan............................................................................................6 3.2 Saran......................................................................................................6 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7 GLOSARIUM.........................................................................................................8



ooo iv



BAB I PENDAHULUAN



1.1



LATAR BELAKANG MASALAH



Kemampuan untuk berpikir kritis dan analitis merupakan modal penting untuk dapat bersaing dengan dunia luar di era globalisasi saat ini. Namun pada kenyataannya, hal ini menjadi permasalahan tersendiri yang banyak dihadapi oleh para pelajar. Kemampuan untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan suatu permasalahan justru menjadi krisis bagi anak muda zaman sekarang. Sebagai calon tenaga ahli dalam bidang gizi masyarakat, tentu saja kita dituntut untuk dapat menyimpulkan suatu permasalahan yang di hadapi oleh masyarakat dengan cepat dan tepat. Sehingga kemampuan untuk berpikir kritis dan analitis merupakan modal utama kita sebagai tenaga profesional kelak. Berdasarkan masalah tersebut, kami mencoba untuk membantu pembaca sekalian agar dapat berpikir kritis dan dapat mengambil suatu kesimpulan dengan tepat melalui metode penalaran tak langsung (induksi).



1.2



FOKUS MASALAH



Makalah kami mengajak pembaca untuk lebih memahami metode penalaran tak langsung (induksi) lebh jelas lagi dengan menjabarkan fokus permasalahan sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)



1.3



Apa yang dimaksud dengan penalaran (logika)? Apa pengertian penalaran induksi? Apa prinsip dalam penalaran induksi? Apa saja macam-macam penalaran induksi? Apa faktor probabilitas dalam penalaran induksi?



TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN



Mempermudah pembaca untuk memahami induksi dalam penalaran tak langsung sehingga dapat menarik kesimpulan dari suatu permasalahan dengan benar.



ooo 1



BAB II PEMBAHASAN



2.1



PENGERTIAN PENALARAN



Penalaran atau bisa disebut dengan logika. Logika berasal dari Bahasa Yunani Kuno, yaitu dari kata 'logos', yang berarti hasil pertimbangan dari akal pikiran yang diutarakan melalui perkataan. Jika ditinjau dari segi ilmu, logika berarti bagaimana berpikir secara lurus, tepat dan teratur, serta masih dapat diterima oleh akal (masuk akal). Selain masuk akal, logika juga praktis. Disebut praktis karena dapat diterapkan dalam kehidupan sehari - hari. Ada pula bahwa logika merupakan pengkajian berpikir secara shahih. Maksudnya adalah mengambil kesimpulan dari suatu masalah pemikiran hingga menghasilkan suatu pengetahuan. Namun semua hasil kesimpulan tersebut tak terlepas dari unsur unsur utamanya yaitu term atau konsep, proposisi (kalimat pernyataan), dan penyimpulan (inversi) Penalaran dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Penalaran Langsung : Kesimpulannya berasal hanya dari satu premis, yang premis tersebut merupakan 'sebuah' proposisi lalu digabung dengan proposisi lainnya. Penalaran ini menyatakan secara eksplisit apa - apa yang telah yang telah dinyatakan secara implisit, sehingga dapat memberikan keterangan yang lengkap. 2. Penalaran Tidak Langsung : Kesimpulannya berasal lebih dari satu proposisi. Bila kesimpulan diambil dari dua proposisi disebut 'silogosme'. Karena silogisme termasuk penalaran tidak langsung, maka premisnya lebih dari satu (yaitu dua premis).



2.2



PENGERTIAN PENALARAN INDUKSI



Menurut Aristoteles, pola penalaran induksi merupakan proses peningkatan dari hal - hal yang bersifat individual (khusus) ke hal - hal yang bersifat universal (umum). Jadi premisnya berasal dari proposisi - proposisi singular lalu konklusinya berupa sebuah proposisi universal. Bila menurut John Stuart Mill, pola penalaran induksi kesimpulannya berasal dari apa yang kita ketahui benar untuk suatu kasus atau kasus - kasus khusus, juga akan benar untuk semua kasus.



ooo 2



2.3



PRINSIP-PRINSIP PENALARAN INDUKSI



Premis-premis dari induksi ialah proposisi empiris yang langsung kembali kepada suatu observasi indera atau proposisi dasar (basic statement). Proposisi dasar menunjuk kepada fakta. Pikiran tidak dapat mempersoalkan benar-tidaknya fakta, akan tetapi hanya dapat menerimanya. Konklusi penalaran induktif itu lebih luas daripada apa yang dinyatakan di dalam premis-premisnya. Menurut kaidahkaidah logika, penalaran itu tidak sahih, pikiran tidak terikat untuk menerima kebenaran konklusinya.Meskipun konklusi induksi itu tidak mengikat, akan tetapi manusia yang normal akan menerimanya, kecuali kalau ada alasan untuk menolaknya. Jadi konklusi penalaran induktif itu oleh pikiran dapat dipercaya kebenarannya atau dengan perkataan lain: konklusi induksi itu memiliki kredibilitas rasional. Kredibiltas rasional disebut probabilitas. Probabilitas itu didukung oleh pengalaman biasanya cocok dengan observasi indera, tidak mesti harus cocok.



1.4



MACAM-MACAM PENALARAN INDUKSI Penalaran induksi terbagi mejadi dua macam, yaitu:



a.



Generalisasi Induksi Telah diketahui bahwa penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi yang bersifat umum dari premis-premis yang berupa proposisi empirik itu disebut generalisasi. Prinsip dasar generalisasi induksi adalah: “apa yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu, dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi”. Generalisasi menerangkan bahwa konklusi penalaran induktif tidak mengandung nilai kebenaran yang pasti, akan tetapu hanya berupa suatu probabilitas, suatu peluang. Syarat yang harus dipenuhi dalam generalisasi induksi antara lain: 1. Generalisasi harus tidak terbatas secara numerik artinya generalisasi tidak boleh terikat pada jumlah tertentu. 2. Generalisasi harus tidak boleh terbatas secara spasio-temporal. Artinya, tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu, jadi harus berlaku dimana saja dan kapan saja. 3. Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian. Yang dimaksud “pengandaian” di sini ialah dasar dari yang disebut „contrary to-facts conditionals‟ atau „unfulfilled conditional‟. Generalisasi yang dapat dijadikan dasar untuk pengandaian itu yang memenuhi syarat.



ooo 3



b.



Analogi Induksi Berbicara tentang analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, dan dua hal yang berlainan itu dibandingkan yang satu dengan yang lain, dengan mengidentifikasi mencari persamaan. Pada dasarnya bentuk penalaran analogi induksi sama dengan generalisasi induksi. Tetapi dalam metode keilmuan analogi induktif itu dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu objek atau fakta itu, dan sifat-sifat apakah yang dapat diharapkan padanya, sedangkan generalisasi induksi terutama digunakan untuk menemukan hukum, menyusun teori, atau hipotesis. Jadi analogi induksi tidak hanya menunjukkan persamaan di antara dua hal yang berbeda, akan tetapi menarik kesimpulan atas dasar persamaan tersebut. 1.5



FAKTOR PROBABILITAS DALAM PENALARAN INDUKSI



a.



Jumlah Fakta sebagai Faktor Probabilitas Jumlah fakta dijadikan dasar penalaran induktif, kaidahnya dapat dirumuskan sebagai berikut: makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, makin tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya. Kaidah inilah yang menjadi dasar maka dalam usaha untuk menambah pengetahuan ilmiah, yaitu dalam penelitian, harus digunakan sebanyak mungkin fakta sebagai dasar penalarannya. Penelitian yang menggunakan penalaran yang menggunakan jumlah fakta yang dijadikan dasar premis-premisnya sama besarnya dengan populasi subjek yang diteliti ialah metode sensus. Berlainan dengan metode sampling, yang menggunakan penalaran yang premis-premisnya menunjuk kepada sebagian saja dari populasi yang bersangkutan. b.



Faktor Analogi sebagai Faktor Probabilitas Jika premis-premis kedua penalaran dibandingkan, maka di antara premis penalaran ada faktor yang sama yang disebut faktor analogi. Jadi jumlah faktor analogi itu adalah faktor probabilitas. Kaidahnya dapat dirumuskan: makin besar jumlah faktor analogi di dalam premis, makin rendah probabilitas konklusinya dan sebaliknya. Jadi setiap generalisasi induktif hanya berlaku untuk populasi yang dimaksud oleh premis-premisnya.



c.



Faktor Dis-analogi sebagai Faktor Probabilitas Perbedaan masing-masing faktor dalam premis penalaran disebut faktor disanalogi. Probabilitas dalam suatu premis penalaran dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tergantung dari banyak sedikitnya kesamaan dan perbedaan konklusi penalaran. Kaidahnya dapat dirumuskan: makin besar jumlah faktor disanalogi di dalam suatu premis, makin tinggi probabilitas konklusinya dan sebaliknya.



ooo 4



d.



Luas dan Sempitnya Kesimpulan sebagai Faktor Probabilitas Semakin luas konklusi sebuah premis, semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya. Apabila faktor analogi di dalam generalisasi sedikit, semakin besar kemungkinan generalisasinya atau proporsi itu tidak sesuai lagi kalau anggotanya ada yang memiliki faktor analogi lebih daripada yang disebut di dalam generalisasi atau proporsi itu. Faktor analogi jumlahnya tidak terbatas dan yang dicari adalah yang terpenting dan relevan. Kumpulan fakta tidak selalu dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu generalisasi. Berapa pun fakta yang cocok yang telah terkumpul, karena penalarannya itu suatu induksi, kesimpulannya hanya mengandung probabilitas, sebaliknya bila ada satu fakta saja yang tidak cocok, kesimpulannya pasti salah. Ini disebut asimetri dalam induksi.



ooo 5



BAB III PENUTUP



3.1



KESIMPULAN



Dari pembahasan diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa, penalaran adalah bagaimana berpikir secara lurus, tepat dan teratur, serta masih dapat diterima oleh akal. Pola penalaran dibagi menjadi dua, yaitu langsung dan tak langsung. Penalaran langsung jika kesimpulannya berasal hanya dari satu premis, yang premis tersebut merupakan 'sebuah' proposisi lalu digabung dengan proposisi lainnya, sedangkan penalaran tidak langsung jika kesimpulannya berasal lebih dari satu proposisi. Bila kesimpulan diambil dari dua proposisi disebut 'silogosme'. Induksi merupakan pola penalaran untuk melakukan penyimpulan dalam logika dari kasus-kasus individual atau partikular menuju kepada kasus-kasus umum atau universal, pola penalaran seperti ini disebut sebagai generalisasi induksi. Dalam pola penalaran induksi juga terdapat analogi induksi yang kesimpulannya bukan berupa pernyataan umum sepeerti generalisasi induksi, namun berupa pernyataan-pernyataan yang pembuktiannya mendasarkan pada unsur-unsur yang sama dengan mengabaikan perbedaan. Prinsip dasar dalam peyimpulan dalam penalaran induksi adalah objek empiris, tidak perlu mencapai kebenaran yang mutlak, cukup dengan memiliki peluang (probabilitas) untuk benar atau tepat. Tingkat-tingkat kebenaran dalam pola penalaran induksi ditentukan oleh sejumlah faktor probabilitas yang terdiri dari jumlah fakta, jumlah faktor analogi, jumlah faktor dis analogi, dan luas sempitnya kesimpulan.



3.2



SARAN



Penalaran atau logika merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita. Dengan berlogika kita dapat memilah antara hal yang benar dan yang salah, dan dapat berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Dengan berlogika kita juga dapat memecahkan suatu perkara yang sedang dihadapi dan dapat menyimpulkan suatu permasalahan. Hal itu berlaku juga untuk kita. Sebagai calon tenaga ahli gizi di masyarakat, sepatutnya kita memiliki penalaran yang baik, meningkatkan sikap kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar. Karena seorang tenaga ahli gizi yang mengabdi pada masyarakat mengemban sebuah tanggung jawab yang besar pula.



ooo 6



DAFTAR PUSTAKA



Adib, Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu Ontologi,Epistomologi dan Logika Ilmu Pengetahuan.edisi ke2, cetakan 1, Yogyakarta; Pustaka Pelajar. Nuryana, Zalik. 2009. Penalaran Induktif “Kajian Filsafat”. [online]. http://zolopox.blogspot.com/2009/12/penalaran-induktif-kajian-filsafat.html. 11 September 2013. Pratiwi. 2012. PENALARAN DAN MACAM-MACAM PENALARAN. [online]. http://pratiwi19.blogspot.com/2012/03/penalaran-dan-macam-macam-penalaran_06.html. 11 September 2013 Astuti,



Fitri. 2012. Penalaran Tak Langsung.[online]. http://vhiaquary.blogspot.com/2012/10/penalaran-tak-langsung.html. 11 September 2013



ooo 7



GLOSARIUM



Analogi



:Kesamaan sebagian ciri antara dua benda atau ha yang dapat dipakai untuk dasar perbandingan.



Asimetri



:Tidak selaras



Eksplisit



:Gamblang, tegas, terus terang, tidak berbelit-belit; tersurat



Empiris



:Berdasarkan pengalaman (terutama yang diperbolehkan dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan)



Generalisasi :Perihal membentuk gagasan atau simpulan umum dari suatu kejadian, hal, dsb; penyamarataan Globalisasi



:Proses masuknya ke ruang lingkup dunia



Hipotesis



:Sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi, dsb) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan



Implisit



:Termasuk (terkandung) di dalamnya (meskipun tidak dinyatakan secara jelas atau terang-terangan); tersirat



Induksi



:Penentuan kaidah umum berdasarkan kaidah khusus



Induktif



:Bersifat (secara) induksi



Inversi



:Pembalikan posisi arah, susunan,dsb; pembalikan susunan bagian kalimat yang berbeda dari susunan yang lazim



Kaidah



:Aturan yang sudah pasti; patokan



Konklusi



:Simpulan (pendapat)



Kredibilitas :Perihal dapat dipercaya Logika



:Pengetahuan tentang kaidah berpikir; jalan pikiran yang masuk akal



Metode



:Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan



Numerik



:Yang berwujud nomor (angka)



Objek



:Hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan



ooo 8



Observasi



:Pengamatan



Partikular



:Tertentu (khusus)



Penalaran



:Cara (perihal) menggunakan nalar; pemikiran atau cara berpikir logis



Premis



:Pernyataan



Probabilitas :Kemungkinan Proposisi



:Ekspresi verbal dari putusan yang berisi pengakuan atau pengingkaran sesuatu (predikat) terhadap sesuatu yang lain (subyek) yang dapat dinilai benar atau salahnya.



Rasional



:Menurut pikiran dan pertimbangan yang logis



Relevan



:Kait-mengait; bersangkut-paut



Sahih



:Sah; benar; sesuai dengan hukum (peraturan)



Sensus



:Penghitungan jumlah penduduk, ekonomi, dsb yg dilakukan oleh pemerintah dl jangka waktu tertentu, msl waktu sepuluh tahun, dilakukan secara serentak dan bersifat menyeluruh dl batas wilayah suatu negara untuk kepentingan demografi negara yg bersangkutan; cacah jiwa



Silogisme



:Bentuk, cara berpikir atau menarik simpulan yang terdiri atas premis umum, premis khusus, dan simpulan



Subjek



:Pelaku; pokok pembicaraan



Temporal



:Berkenaan dengan waktu-waktu tertentu



Teori



:Pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi



Universal



:Umum (berlaku untuk semua orang atau untuk seluruh dunia)



ooo 9