Makalah Filsafat Pendidikan [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Antii
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN (TEORI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN)



OLEH: KELOMPOK 8 KELAS M85 NUR HIKMA APRIYANTI



(1947040035)



BAHRIANTI



(1947042035)



PEND. GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2019



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................ DAFTAR ISI....................................................................................................................... Bab I Pendahuluan ........................................................................................................... A.



Latar Belakang .......................................................................................................



B.



Rumusan Masalah ..................................................................................................



C.



Tujuan ....................................................................................................................



Bab II Pembahasan ........................................................................................................... A.



Teori pengembangan sumber daya manusia dalam filsafat pendidikan .................



B.



Teori pengembangan sumber daya manusia dalam aliran-aliran filsafat................ 1.



Aliran Idealisme .................................................................................................



2.



Aliran Realisme .................................................................................................



3.



Aliran Rasionalisme ..........................................................................................



4.



Aliran Ekstensiolisme.........................................................................................



5.



Aliran Ekspenalisme...........................................................................................



Bab III Penutup................................................................................................................. 1.



Simpulan.............................................................................................................



2.



Saran ..................................................................................................................



DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikumWr. Wb. Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. “ FILSAFAT PENDIDIKAN ” ini sengaja di bahas karena sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih mengenal mengenai filsafat pendidikan. Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Ibu dosen dan teman-teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada penyusun agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya semua yang membaca makalah ini. Wassallamu’alaikum Wr. Wb.



Makassar , 2 September 2019 Penyusun,



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguhsungguh. Manusia selalu mencari, menggali dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, ia ingin menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain dan memikirkan hal-hal baru. Karena manusia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu. Manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna kepada kehidupannya, dan manusia memanusiakan diri dalam hidupnya. Kemampuan manusia untuk mengembangkan diri menyebabkan manusia berpeluang untuk membentuk dirinya baik secara fisik maupun mental. Peningkatan dan pengembangan diri ini menyebabkan manusia memiliki tingkat peradaban yang berbeda dan mengarah dari zaman ke zaman tergantung pada kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat masing-masing. Dalam peradaban manusia modern dikenal juga adanya tiga macam sumber daya, yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya teknologi. Dari kesemua sumber tersebut sangat besar pengarunya dalam kehidupan, apalagi yang berkaitan dengan sumber daya manusia. Karena begitu pentingnya sumber daya manusia, maka sudah seharusnya kita untuk mengetahui bagaimana pengembangannya, terutama pembahasan disini adalah pengembangan sumber daya manusia dalam teori-teori aliran filsafat. Filsafat pendidikan juga akan membahas tentang hal ini, akan tetapi khusus yang berkenaan dengan aliran-aliran filsafat. Dan disini kami hanya diberi kepercayaan untuk membahas masalah yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia dalam aliran



idealisme, realisme, rasionalisme, eksistensialisme, dan ekspenalisme. Untuk lebih jelasnya, mari kita ikuti pembahasaan berikut. B. Rumusan Masalah Dilihat dari latar belakang di atas kita dapat merumuskan masalah, antara lain sebagai berikut: 1. Teori pengembangan SDM dalam filsafat pendidikan? 2. Bagaimanakah teori pengembangan SDM menurut aliran idealisme? 3. Bagaimanakah teori pengembangan SDM menurut aliran realisme? 4. Bagaimanakah teori pengembanngan SDM menurut aliran rasionalisme? 5. Bagaimanakah teori pengembanngan SDM menurut aliran eksistensialisme? 6. Bagimanakah teori pengembangan SDM menurut aliran ekspenalisme? C. Tujuan Adapun Tujuan Makalah ini yaitu : 1. Untuk Memenuhi salah satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Filsafat Pendidikan 2. Untuk mengetahui Teori Pengembangan SDM dalam Filsafat Pendidikan. 3.



Untuk mengetahui Teori Pengembangan SDM dalam aliran-aliran Filsafat Pendidi



BAB II PEMBAHASAN



1.



Teori-Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Filsafat Pendidikan Manusia adalah makhluk yang memiliki beberapa potensi bawaan. Dari sudut pandang yang



dimiliki itu,manusia dinamai dengan berbagai sebutan. Dilihat dari potensi inteleknya manusia disebut homo intelectus.manusia juga disebut sebagai homo faber, karena manusia memiliki kemampuan untuk membuat barang atau peralatan.kemudian manusia pun disebut sebagai homo sacinss atau homo saciale abima ,karena manusia adalah mahkluk bermasyarakat.di lain pihak manusia



juga



memiliki



kemampuan



merasai,



mengerti,



membeda-



bedakan,kearifan,kebijaksanaan, dan penetahuan.atas dasar adanya kemampuan tersebut,manusia disebut homo sapiens . Filsafat pendidikan,seperti dikemukakan oleh Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Idi, 2012 : 194 -198) disusun atas dua pendekatan. Pendekatan pertama bahwa filsafat pendidikan diartikan sebagai aliran yang didasarkan pada pandangan filosofis tokoh-tokoh tertentu. Sedangkan pandangan ke dua adalah usaha untuk menemukan jawaban dari pendidikan beserta problem-problem yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis. Dari pendekatan pertama, terkait dengan kualitas potensi manusia, terdapat tiga aliran filsafat. Pertama,aliran natularisme, yang menyatakan bahwa manusia memiliki potensi bawaan yang dapat berkembang secara alami, tanpa memerlukan bantuan dari luar. Secara alami manusia akan bertambah dan berkembang sesuai dengan kodratnya masing-masing.tokoh aliran ini adalah Jean Jacques Rosseau. Kedua aliran empirisme. Menurut aliran ini manusia bertumbuh dan berkembang atas bantuan atau karena adanya intervensi lingkungan.tokoh aliran ini adalah Schopenhauer. Ketiga aliran konfergensi, yang memiliki pandangan gabungan antara empirisme



dan naturalism. Menurut aliran ini, manusia secara kodrati memang telah dianugrahi potensi yang disebut bakat. Namun selanjutnya agar potensi itu dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik,perlu adanya pengaruh dari luar berupa tuntunan dan bimbingan melalui pendidikan.tokoh aliran ini adalah Jhon Locke. Ketiga aliran tersebut kemudian menjadi dasar pemikiran



tentang



manusia



dalam



kaitan



dengan



problema



pendidikan.namun



kemudian,Kohnstamm menambahkan faktor kesadaran sebagai faktor ke empat. Dengan demikian menurutnya selain faktor dasar (natur) dan faktor ajar (empiri),yang kemudian dikonvergensikan,masih perlunya faktor kesadaran individu. Menurutnya walaupun manusia memiliki bakat yang baik, kemudian dididik secara baik pula,maka hasilnya akan menjadi lebih baik bila ada motivasi intrinsik dari peserta didik itu sendiri. Kohnstamm,melihat bahwa faktor lingkungan belum dapat memberi hasil yang optimal bila tidak disertai dorongan dari dalam diri peserta didik.pendapat ini dapat dilihat sebagai temuan yang memperkaya pemikiran tentang manusia dalam kaitannya dengan pendidikan. Keempat tokoh tersebut telah mengangkat latar belakang potensi manusia.kecuali J.J Rousseau, ketiga tokoh berikutnya seakan menyatu dalam pendapat bahwa potensi manusia dapat diintervensi oleh pengaruh lingkungan. Seperti yang dikatakan Imam Barnadib, bahwa filsafat pendidikan sebagai system dapat dilihat dari dua pendekatan. Pendekatan pertama sebagai pendekatan filosofis,sebagaimana telah diuraikan terdahulu. Dalam pandangan ini terungkap bahwa konsep pendidikan dalam berbagai aliran itu mengakui bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik. Selanjutnya pendekatan kedua adalah filsafat pendidikan dilihat dari sudut pandang pendidikan.berdasarkan pendekatan ini,filsafat pendidikan merupakan usaha untuk menemukan jawaban tentang pendidikan dan problema-problema yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis .dalam pandangan ini, filsafat pendidikan menjadi



tumpuan bagi penyesunan system pendidikan. Menurut Hasan Langgulung,pendidikan dalam hubungannya dengan individu dan masyrakat,dapat dilihat dari bagaimana garis hubungannya dengan filsafat pendidikan dan sumberdaya manusia.dari sudut pandang individu, Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu,sebaliknya dari sudut pandang kemasyrakatan,pendidikan adalah sebagai pewaris nilai-nilai budaya. Dalam pandangan ini pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu, dan pelestarian nilai-nilai budaya.manusia sebagai mahkluk berbudaya dan hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkat sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu. Tingkat perkembangan kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa sangat ditentukan oleh tingkat kualitas sumber daya manusia yang menjadi pendukung nilai-nilai budaya tersebut.pada masyarakat yang masih memiliki kebudayaan asli,berbeda dengan masyarakat yang memiliki kebudayaan campuran. Kemajuan peradapan manusia sebagian besar ditentukan oleh IPTEK.makin tinggi tingkat penguasaan IPTEK, makin maju pula perdapan suatu bangsa.juga tingkat kualitas sumberdaya manusianya.salah satu sarana yang paling efektif dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya anusia adalah pendidikan. Sejalan dengan tujuan tersebut, disusunlah suatu system pendidikan yang layak dan serasi dengan tujuan pengembangan sumberdaya manusia sebagai pendukung nilai-nilai budaya bagi peningkatan kemajuan peradapan yang dimiliki. Kemudian agar system pendidikan tersebut tetap terjaga, diperukan adanya suatu landasan filsafat pendidikan yang dinilai mengakarpada kepribadian bangsa itu masing-masing.dalam kaitan ini, terlihat bagaiman kaitan hubungan antara filsafat pendidikan dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia.



Lemahnya sumber daya manusia, dapat dikarenakan beberapa macam sebab, antara lain seperti budaya masyarakat, struktur masyarakat, atau rekayasa yang sengaja diterapkan pada masyarakat tertentu. Gejala yang tampil dari lemanya sumber daya manusia adalah:  Lemahnya kemauan, merasa tidak mampu, tidak percaya diri, dan merasa rendah diri.  Lemanya kemampuan, terbatasnya pengetahuan, terbatasnya keterampilan, dan terbatasnya pengalaman.  Terbatasnya kesempatan, kurang memenuhi kebutuhan yang diperlukan, sulit ditingkatkan, tidak mampu menggunakan kesempatan, dan peluang yang diberikan. Sebenarnya ada beberapa langkah yang harus dilakukan demi tercapainya pengembangan sumber daya manusia. Pertama: informasi-informasi yang luas, aktual, dan hangat agar dapat membuka ketertutupan pandangan dan wawasan, dan pada tahap selanjutnya akan menimbulkan gairah untuk melakukan sesuatu yang diperlukan (tumbuh kemauan dan keinginan berprestasi). Kedua: motivasi dan arahan yang dapat menumbuhkan semangat untuk melaksanakan sesuatu atau beberapa tugas pekerjaan dengan adanya kepercayaan diri yang kuat, sehingga ada gairah untuk mewujudkan suatu tujuan (peningkatan produktivitas dan kemampuan diri). Ketiga : metodologi dan system kerja yang dapat memberikan cara penyelesaian masalah dengan efektif dan efesien, secara terus-menerus (manusia potensial, actual, dan fungsional).



Kegiatan manusia untuk mengembangkan potensi dirinya dan menemukan pengetahuan yang benar adalah sesuatu yang mutlak dilakukan karena manusia selalu berpikir. Namun setiap manusia berbeda cara berpikirnya untuk menemukan suatu kebanaran yang hakiki. lewat kegiatan berpikir dan dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan



sember bagi setiap orang atau diri seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi cara bepikir seseorang maka otomatis pengembangan potensi yang ada pada diri seseorang semakin tinggi pula, dengan kata lain peranan ilmu atau filsafat pendidikan terhadap pemgembangan sumber daya manusia sangat erat kaitannya atau saling ketergantungan. Karena sumber daya manusia yang tinggi tergantung dari pemikiran-pemikiran atau ilmu pendidikan yang dimiliki manusia. Manusia mengembangkan pengetahuan, dari pengetahuannya itu muncul daya pikir bagaimana mengatasi kebutuhan dan kelangsunga hidup. Jadi potensi yang dimiliki seseorang menjadi penentu kehidupan pada dirinya. Sehingga peranan filsafat pendidikan terhadap pengembangan sumber daya manusia saling berkaitan satu sama lain. 2.



Bagaimanakah teori pengembangan SDM menurut aliran idealisme Roh, bukan materi, bukan fisik. Parmenides, filosof dari Elea berkata “apa yang tidak dapat



dipikirkan adalah tidak nyata”.Plato, seorang filosof idealisme klasik, menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita. Dunia cita merupakan dunia mutlak, tidak berubah, dan asli serta abadi. Realitas akhir tersebut sebenarnya sudah ada sejak semula pada jiwa manusia. Schoupenhaur menyatakan bahwa“dunia adalah ide saya”. Menurut Hegel, dunia adalah roh, yang mengungkapkan diri dalam alam, dengan maksud agar roh tersebut sadar akan dirinya ssendiri. Hakikat roh dapat berupa ide atau pikiran. Mereka dapat mewakili pandangan metafisika idealisme. Termasuk dalam paham idealisme adalah spiritualisme, rasionalisme dan supernaturalisme. Bagi penganut aliran idealisme, fungsi mental adalah apa yang tampak dalam tingkah laku. Oleh karena itu, jasmani atau badan sebagai materi merupakan alat jiwa, alat roh, untuk melaksanakan tujuan, keinginan, dan dorongan jiwa manusia.



Hakikat manusia adalah jiwanya, rohnya, yakni apa yang disebut “mind”. Mind merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dirinya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang menggerakkan semua aktivitas manusia, badan atau jasmani tanpa jiwa tidak memiliki apa-apa. Selanjutnya, idealisme tidak menolak eksistensi dunia fisik di sekeliling kita, seperti rumah, pepohonan, binatang, matahari, bintang-bintang yang terlihat muncul pada malam hari. Mereka berpandangan bahwa kenyataan-kenyataan seperti itu merupakan manifestasi dari realitasyang hanya memenuhi kebutuhan fisik. Realitass mungkin bersifat personal, dan mungkin saja bersifat impersonal. Idealisme Katolik



berpendapat



bahwa



realitass



akhir



adalah “God” dan



tiga



pribadi



yang



disebut“Trinitas”. Kaum idelisme Kristiani sepakat dengan idealisme lainnya bahwa manusia adlahmakhluk spiritual yang menggunakan kemauan bebas (free will) dan secara personal bertanggungjawab atas segala perbuatannya. Plato menyatakan bahwa jiwa manusia sebagai “roh” yang berasal dari “ide” eksternal dan sempurna. Bagi Immanuel Kant, manusia adlah bebas dan ditentukan. Manusia bebas, sepanjang ia sebagai spirit (jiwa), sedangkan ia terikat berarti manusia juga merupakan makhluk fisik yang tunduk terhadap hukum alam. Pandangan tentang anak, kaum idealis yakin bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual yang mamiliki pembawaan spiritual sesuai dengan potensialitasnya. Apabila anak mempelajari dunia alamia, maka ia tidak akan melibatkan atau menganggapnya sengai mesin yang hebat danbesar, yang berfungi tanpa isi dan tujuan. a.



Pengetahuan



Tentang teori pengetahuan,idealisme mengemukakan pandangannya bahwa yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap,karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka,sifatnya



maya(bayangan),yang



menyimpang



dari



kenyataan



yang



sebenarnya.



Pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka karena akal dapat membedakan bentuk spiritual murni dari benda-benda diluar penjelmaan material. Demikian menurut Plato.Idealisme metafisik percaya bahwa manusia dapat memperoleh pengetahuan tentang realitas, karena realitas pada hakikatnya spiritual,sedangkan jiwa manusia merupakan bagian dari subtansi spiritual tersebut. Hegelmenguraikan konsep Plato tentang teori pengetahuan dengan mengatakan bahwa pengetahuan dikatakan valid,sepanjang sistematis,maka pengetahuan manusia tentang realitas adalah benar dalam arti sistematis.Dalam teori pengetahuan dan kebenaran,idealisme merujuk pada rasionalisme dan teori koherensi seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya.Teori koherensi



didasari



oleh



pendapat



bahwa



item-item



partikular



pengetahuan



menjadi signifikanapabila dilihat dalam konteks keseluruhan.Oleh karena itu,semua ide dan teori harus divalidasisehubungan dengan koherensinya(kesesuaiannya) dalam pengembangan sistem pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jadi,rasionalismme mendasari teori pengetahuan idealisme mengemukakan bahwa indera kita hanya memberikan materi mentah bagi pengetahuan.Pengetahuan tidak ditemukan dan pengalaman indera melainkan konsepsi dalam prinsi-prinsip sebagai hasil aktivitas jiwa.Jiwa manusialah yang mengorganisasikan pengalaman indera.Matematika melengkapi pola berpikir manusia.Dengan matematika manusia mampu mengembangkan inteleknya.Sains fisik tidak akan berkembang tanpa menggunakan matematika.Indera dapat menipu manusia yang berpikir,tidak



sesuai dengan pengamatan sebagai laporan indera dengan kenyataan,apalagi pengamatan indera bisa dipengaruhi oleh ilusi,halusinasi, dan fantasi. a. Nilai Menurut pandangan idealisme nilai itu absolut apa yang dikatakan baik, benar, salah atau pun tidak cantik. Secara fudamental nilai itu tidak berubah dari generasi kegenerasi. Pada hakekatnya nilai itu bersift tetap. Nilai tidak diciptkan manusia,melainkan bagian dari alam semesta. Plato mengemukakan bahwa manusia tahu apa yang dilakukan sebagai hidup baiak, mereka tidak akan berbuat hal-hal yang akn bertentangan moral kejahatan terjadi karena orang tidak thau bahwa perbuatan itu jahat.jika seseorang menemukan sesuatu yang benar, maka orang tersebut tidak akan bersalah.Namun yang menjadi persoalan adalah, bagaimana hal tersebut dapat dilakukan apabila manusia memiliki pandangan yang sangat berbeda dalam pikirannya tentang hidup yang baik. Imperative kategoris dan imperative praktis merupakan perlakukan dan perbuatan kemanusiaan, baik mengenai diri sendiri maupun orang lain. Pandanglah manusia sebagai tujuan, bukan sebagai alat semata. Setiap manusia memangang dirinya sebagai tujuan sebagai nilai ynag datang dan berada dalam dirinya sendiri. Tidak dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan orang lain. Manusia memiliki nilai dan harkat kemanusiaan yang tidak terbatas sebagai mahluk manusia. b.



Pendididkan Dalam hubungannya dengan pendididkan.Idealisme memeberikan sumbangan yang besar



terhadap teori pendidikan. Khususnya filsafat pendidikan. Tokoh idealisme merupakan orangorang yang mempunyai nama besar. Sampai sekarang orang akan mengakui kebesaran hasil



pemikirannya,baik memberikan persetujuan maupun memberikan kritik,bahkan penolakan Plato,Immanuel Kant,David Hume,Hegel,Al-Gazali,merupakan orang-orang yang memilki nama besar di kalangan pemikir dewasa ini. Idealisme Hegel berpengaruh besar di Amerika Serikat,seperti W.T.Harris telah menerapkan filsafat Hegel dalam memecahkan masalah pendidikan.Bahkan John Dewey sebagai tokoh pragmatism,memulai filsafatnya sebagai penganit paham Hagel,dimana dapat kita simak bahwa filsafat Dewey mulai atau mencoba mencari kesatuan antara pertentangan-pertentangan(dimulai dengan dialetika Hagel). Begitu pula kita lihat Karl Rosenkranz dan Herman Home merupakan orang-orang yang menyuarakan filsafat pendidikan idelaisme Al-Gazali. Filsafat idealisme pendidikan diturunkan dari filsafat idelisme metatafisik. Yang menekankan pertumbuhan rohani. Kaum idelisme percaya bahwa anak adalah bagian dari alam spiritual,yang memiliki pembawaan spiritual sesuai dengan potensialnya. Oleh karena itu pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus



menekankan



kesesuian



batin



antara



anak



dan



alam



semesta.Selanjutnya,menurut Horne, pendidikan merupakan proses abadi dari proses penyesuian dan perkembangan mental maupun fisik,bebas,dan sadar terhadap Tuhan. Dimanifestasikan



dalam



lingkungan



intelektual



,emosional,dan



berkemauan.Pendidikanmerupakan pertumbuhan kearah tujuan.Yaitu pribadi manusia yang ideal. Seorang guru yang menganut paham idealism harus membimbing dan mendiskusikan bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal kepada siswa. Guru idealis juga harus mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Socrates ,Plato dan Kant yakin bahwa pengetahuan terbaik adalah pengetahuan yang dikeluarkan dari dalam diri siswa,bukan dimasukan atau dijejalkan



kedalam diri siswa. Sehubungan dengan teori pengetahuan,intelek atau akal pemegang peran yang sangat penting dan menentukan dalam proses belajar mengajar. Mereka yakin bahwa akal manusia dapat memperoleh pengetahuan dari kebenaran sejati. Jadi, pengetahuan yang diajarkan sekolah harus bersifat intelektual. Filsafat,logika,bahasa,dan matematika akan memperoleh porsi yang besar dalam kurikulum sekolah,Inilah konsep pendidikan yang berdasarkan pandangan idealisme. Yang terakhir berkaitan dengan teori nilai, kepada para siswa dijarkan nilai-nilai tetap,abadi dan bagaimana melaksanakannya yang berurusan dengan pencipta nilai, pencipta alam semesta. Menurut Kant, guru harus memandang anak sebagai tujuan bukan sebagai alat. Guru harus bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia merupakan contoh yang baik untuk diterima oleh siswanya. Idealisme memiliki tujuan pendidikan pasti dan abadi,dimana tujuan itu berada diluar kehidupan sekarang ini. Tujuan pendidikan idealisme akan berada di luar kehidupan itu sendiri, yaitu manusia yang mampu mencapai dunia cita, manusia yang mampu mencapai dan menik mati kehidupan abadi, yang berasal dari Tuhan. Power (1982 :89) mengemukankan implikasi filsafat pendidikan Idealisme sebagai berikut : a.



Tujuan Pendidikan Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan mengembangkan



bakat atau kemampuan dasar,serta kebaikan social. b.



Kedudukan Siswa Bebas memngembangkan kemampuan dan kepribadian dasar bakatnya.



c.



Peran Guru



Bekerja sama dengan alma dalam proses pengembangan manusia terutama bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa. d.



Kurikulum Pendidikan liberal untuk mengembangkan pengembangan kemampuan rasional dan



pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan. 3.



Bagaimanakah teori pengembangan SDM menurut aliran realisme Tokoh realisme adalah Aristoteles (384 – 332 SM). Pada dasarnya aliran ini berpandangan



bahwa hakekat realitas adalah fisik dan roh, jadi realitas adalah dualistik. Ada 3 golongan dalam realisme, yaitu realisme humanistik, realisme sosial, dan realisme yang bersifat ilmiah. Realisme humanistik menghendaki pemberian pengetahuan yang luas, ketajaman pengalaman, berfikir dan melatih ingatan. Realisme sosial berusaha mempersiapkan individu untuk hidup bermasyarakat. Realisme yang bersifat ilmiah atau realisme ilmu menekankan pada penyelidikan tentang alam. Francis Bacon (1561–1626) seorang tokoh realisme ilmu berpandangan bahwa alam harus dikuasai oleh manusia. Pandangannya tentang manusia ditentukan oleh kemampuan menggunakan pikirannya. (Sadulloh: 2003: 36) Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi diluar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan intelegensi. Objek indra adalah real, yaitu benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Menurut Pada hakikatnya kelahiran realism sebagai suatu aliran dalam filsafat sebagai sintesis antara filsafat idealism Immanuel Kant di satu sisi dan empirisme John Lock di sisi lainnya. Realism ini kadang kala disebut juga neo rasionalisme. John Lock memandang bahwa tidak ada kebenaran yang bersifat metafisik dan universal. Ia berkeyakinan bahwa sesuatu dikatakan benar jika



didasarkan pada pengalaman-pengalaman indrawi, sifatnya induksi John Locke menyangkal kebenaran akal.



Realisme termasuk salah satu aliran klasik, yang selalu didasarkan pada nama besar Aristoteles yang memandang dunia dalam tema material. Segala sesuatu yang ada di hadapan kita adalah sesuatu yang rill dan terpisah dari alam pikiran, namun ia dapat memunculkan pikiran melalui upaya selektif terhadap berbagai pengalaman dan melalui pandayagunaan fungsi akal. Jadi, realitas yang ada adalah dalam wujud natural, sehingga dapat dikatakan bahwa segala sesuatu dalam wujud natural, sehingga dapat dikatakan bahwa segala sesuatu selalu digerakkan dari alam.



Dalam memandang kehidupan, realism berpendapat, bahwa kehidupan fisik, mental, moral dan spiritual biasanya ditandai atau terlihat dalam alam natural. Dengan demikian terlihat realism sesungguhnya lebih cenderung untuk mrngatakan sesuatu itu sebagai sesuatu itu sendiri dari pada sesuatu itu sebagai apa semestinya. Oleh karena itu dalam mengembangkan sumber daya manusia, aliran ini berangkat dari cara manusia memperoleh pengetahuannya.



Menurut aliran realism, sesuatu dikatakan besar jika memang riil dan secara substantive ada. Suatu teori dikatakan benar apabila ada kesesuaian dengan harapan, dapat diamati dan substantive. Aliran ini meyakini. Bahwa adanya hubungan sifat dasar dunia. Objek-objek yang diketahui adalah nyata dalam dirinya sendiri, bukan hasil persepsi dan bukan pada hasil olahan akal manusia. Dunia tetap ada sebelum pikiran menyadari dan ia tetap ada setelah pikiran tidak lagi menyadarinya. Jadi, menurut realism, ada atau tidak adanya kesadaran akal pikiran manusia, alam tetap riil dan nyatadalam hokum-hukumnya.



Bila dikaitkan dengan belajar sebagai proses pencarian pengetahuan realism lebih menekankan pada pengkajian persoalan-persoalan empiris manusia yang bersifat parsial kasuistis. Kendatipun aliran ini tidak menapikan potensi rasio manusia, namun mengingat rasionalitas di sini hanya sebagai instrument untuk mendekati alam saja, maka factor rasional manusia yang melihat kebenaran dalam bentuknya yang deduktif kuranf mendapat perhatian. Pengembangan sumber daya manusia lebih difokuskan pada pengembangan pendekatan ilmiah yang bersifat induktif.



Realisme, adalah aliran yang menyatakan bahwa objek-objek pengetahuan yang diketahui adalah nyata dalam dirinya sendiri. Objek-objek tersebut tidk bergantung adanya pada yang mengetahui, yang mencerap atau tidak bergantung pada pikiran. Pikiran dan dunia luar saling berintergrasi, akan tetapi interaksi ini tidak mempengaruhi sifat dasar dunia. Dunia tetap ada sebelum pikiran menyadarinya dan akan tetap ada setelahpikiran berhenti menyadarinya.



Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki sistem pikiran bertentangan dengan sistem pikiran Idealisme sebagaimana telah kita pahami melalui uraian pada bab III. Realisme adalah aliran filsafat yang berkeyakinan bahawa objek indera kita adalah riil atau sungguhsungguh nyata adanya. Benda-benda ada, dan adanya benda-benda itu terlepas dari pengetahuan atau persepsi atau pemikiran manusia. Realisme berkeyakinan bahwa alam semesta hakikatnya berdiri sendiri di luar pikiran (objektif). Samapai abad ke 17, Realisme telah di terima orang. Filsuf Realisme menafsirkan dunia sebagai adanya, bukan menurut pikiran atau keinginannya. Penekanan filsuf Realisme adalah kepada dunia luar yang berdiri sendiri. Sebagaimana dalam aliran filsafat yang lainnya, sistem pikiran/ ide / atau teori filsafat umum para filsuf Realisme



berimplikasi terhadap sistem pikiran / ide / teori mereka tentang pendidikan. Mengenai hal ini dapat kita kaji dalam uraian selanjutnya.



Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk. Knaller membagi realisme menjadi lima bentuk, yaitu:



1. Realisme nasional



Realisme rasional dapat didefinisikan pada dua aliran, yaitu realisme klasik dan realisme religius. Bentuk utama dari realisme religius ialah “Scholastisisme”. Realisme klasik ialah filsafat Yunani yang pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles, sedangkan realisme religius, terutama Scholatisisme oleh Thomas Aquina, dengan menggunakan filsafat Aristoteles dalam membahas teologi gereja. Thomas Aquina menciptakan filsafat baru dalam agama kristen, yang disebut tomisme, pada saat filsafat gereja dikuasai oleh neoplatonisme yang dipelopori oleh Plotinus.



Realisme klasik maupun realisme religius menyetujui bahwa dunia materi adalah nyata, dan berada diluar fikiran (idea) yang mengamatinya. Tetapi sebaliknya, tomisme berpandangan bahwa materi dan jiwa diciptakan oleh Tuhan, dan jiwa lebih penting daripada materi karena Tuhan adalah rohani yang sempurna. Tomisme juga mengungkapkan bahwa manusia merupakan suatu perpaduan/kesatuan materi dan rohani dimana badan dan roh menjadi satu. Manusia bebas dan bertanggung jawab untuk bertindak, namun manusia juga abadi lahir ke dunia untuk mencintai dan mengasihi pencipta, karena itu manusia mencari kebahagiaan abadi.



2. Realisme klasik



Realisme klasik oleh Brubacher (1950) disebut humanisme rasional. Realisme klasik berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki ciri rasional. Dunia dikenal melalui akal, dimulai dengan prinsip “self evident”, dimana manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Self evident merupakan hal yang penting dalam filsafat realisme karena evidensi merupakan asas pembuktian tentang realitas dan pembenaran sekaligus. Self evident merupakan suatu bukti yang ada pada diri (realitas, eksistensi) itu sendiri. Jadi, bukti tersebut bukan pada materi atau pada realitas yang lain. Self evident merupakan asas untuk mengerti kebenaran dan sekaligus untuk membuktikan kebenaran. Self evidentmerupakan asas bagi pengetahuan artinya pengetahuan yang benar buktinya ada didalam pengetahuan atau kebenaran pengetahuan itu sendiri.



Pengetahuan tentang Tuhan, sifat-sifat Tuhan, eksistensi Tuhan, adalah bersifat self evident. Artinya bahwa adanya Tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti-bukti lain sebab Tuhan itu self evident. Sifat Tuhan itu Esa, artinya Esa hanya dimiliki Tuhan, tidak ada yang menyamainya terhadap sifat Tuhan tersebut. Eksistensi Tuhan merupakan prima kausa, penyebab pertama dan utama dari segala yang ada, yakni merupakan penyebab dari realitas alam semesta. Sebab, dari semua kejadian yang terjadi pada alam semesta. Tujuan pendidikan bersifat intelektual. Memperhatikan intelektual adalah penting, bukan saja sebagai tujuan, melainkan dipergunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah.



Bahan pendidikan yang esensial bagi aliran ini, yaitu pengalaman manusia. Yang esensial adalah



apa



yang



merupakan



penyatuan



dan



pengulangan



dari



pengalaman



manusia. Kneller (1971) mengemukakan bahwa realisme klasik bertujuan agar anak menjadi manusia bijaksana, yaitu seorang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan



fisik dan sosial. “For the classical realist the purpose of education is enable the pupil to become an intellectually well-balanced person, as against one who is symply well adjust to the physical and social amvironment”.



Menurut Aristoteles, terdapat aturan, terdapat aturan moral universal yang diperoleh dengan akal dan mengikat manusia sebagai mahklul nasional. Di sekolah lebih menekankan perhatiannya pada mata pelajaran (subject matter), namun, selain itu, sekolah harus menghasilkan individu-individu yang sempurna. Menurut pandangan Aristoteles,manusia sempurna adalah manusia moderat yang mengambil jalan tengah. Pada anak harus diajarkan ukuran moral absolute dan universal, sebab apa yang diklatakan baik atau benar adalah untuk keseluruhan umat manusia, bukan hanya untuk suatu ras atau suatu kelompok masyarakat tertentu. Hal ini penting bagi anak untuk mendapatkan kebiasaan baik. Kebaikan tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus dipelajari.



3.



Realisme religious



Realisme religious dalam pandangannya tampak dualistis. Ia berpendapat bahwa terdapat dua order yang terdiri atas “order natural” dan“order supernatural”. Kedua order tersebut berpusat pada tuhan. Tuhan adalah pencipta semesta alam dan abadi. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri, guna mencapai yang abadi. Kemajuan diukur sesuai dengan yang abadi tersebut yang mengambil tempat dalam alam. Hakikat kebenaran dan kebaikan memiliki makna dalam pandangan filsafat ini. Kebenaran bukan dibuat, melainkan sudah ditentukan, dimana belajar harus mencerminkan kebenaran tersebut.



Menurut pandangan aliran ini, struktur social berakar pada aristokrasi dam demokrasi. Letak aristokrasinya adalah pada cara meletakan kekuasaan pada yang lebih tahu dalam kehidupan sehari-hari. Demokrasinya berarti bahwa setiap orang diberi kesempatan yang luas untuk memegang setiap jabatan dalam struktur masyarakat. Hubungan antara gereja dan Negara, adlah menjaga fundamental dasar dualism antaraorder natural dan order supernatural. Minat Negara terhadap pendidikan bersifat natural, karena Negara memiliki kedudukan lebih rendah dibandingkan dengan gereja. Moral pendidikan berpusat pada ajaran agama. Pendidikan agama sebagai pedoman bagi anak untuk mencapai Tuhan dan Akhirat.



Menurut realisme religious, karena keteraturan dan keharmonisan alam semesta sebagai ciptaan tuhan, maka manusia harus mempelajari alam sebagai ciptaan tuhan. Tujuan utama pendidikan mempersiapkan individu untuk dunia dan akhirat. Tujuan pendidikan adalah mendorong siswa memiliki keseimbangan intelektual yang baik, bukan semata-mata penyesuaian terhadap lingkungan fisik dan social saja. William Mc Gucken (Brubacher, 1950), seorang pengikut aristoteles dan Thomas aquina yang berakar pada metafisika dan epistimologi, membicarakan pulanatural dan supernatural. Menurut Gucken, tanpa Tuhan tidak ada tujuan hidup, dan pada akhirnya tidak ada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah mempersiapkan manusia untuk hidup didunia sekarang dalam arti untuk mencapai tujuan akhir yang abadi untuk hidup didunia sana.



Pandangannya tentang moral, realism religious menyetujui bahwa kita dapat memahami banyak hokum moral dengan mengunakan akal, namun secara tegas beranggapan bahwa hukumhukum moral tersebut diciptakan oleh Tuhan. Tuhan telah memberkahi manusia dengan kemampuan rasional yang sangat tinggi untuk memahami hukum moral tersebut. Tidak seperti



halnya realisme natural yang hanya terbatas pada moral alamiah, realisme religious beranggapan bahwa manusia diciptakan memiliki kemampuan untuk melampaui alam natural, yang pada akhirnya dapat mencapai nilai supernatural. Tujuan pendidikan adalah keselamatan atau kebahagiaan jasmani dan rohani sekaligus. Anak yang lahir pada dasarnya rohaninya dalam keadaan baik, penuh rahmat, diisi dengan nilai-nilai ketuhannan. Anak akan menerima kebaikan dan menjauhi kejahatan bukan hanya karena perintah akal, melainkan juga karena perintah Tuhan.



Johan Amos Comenius merupakan pemikir pendidikan yang dapat digolongkan pada realisme religious, mengemukakan bahwa semua manusia harus berusaha untuk mencapai dua tujuan. Pertama, keselamatan dan kebahagiaan hidup yang abadi. Kedua, keadaan dan kehidupan dunia yang sejahtera dan damai. Tujuan pertama merupakan tujuan yang inheren dalam diri manusia, dimana tujuannya terletak diluar hidup ini. Pada tujuan yang kedua, Comenius tampaknya memandang kebahagiaan dan perdamaian dunia merupakan sebahagiaan dari kebahagiaan hidup yang abadi.



Berbicara tentang pendidikan, Comenius (price, 1962) mengemukakan bahwa pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah , anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembvawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnta, dimana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Anak yang



cacat pancaindera, jasmani maupun mental, tidak diperkenankan mengikuti pendidikan, dalam arti bersama-sama dengan anak normal. Mereka harus mendapatkan pelayanan khusus. Comenius dalam bukunya “Didacita Magna” (Didaktik besar), dan “Orbis Sensualium Pictus” (Dunia panca indera dengan gambar-gambar) merupakan peletak dasar didaktik modern. Ia mengubah cara berfikir anak yan deduktif spekulatif dengan cara berfikir induktif, yang merupakan metode berfikir ilmiah. Peragaan merupakan suatu keharusan dalam proses belajar mengajar , sehingga ia dijuluki sebagai bapak keperagaan dalam belajar mengajar. Beberapa prinsip mengajar yang dikemukakan oleh Comenius adalah sebagai berikut :



a.



Pelajaran harus didasarkan pada minat siswa keberhasilan dalam belajar tidak karena



dipaksakan dari luar, melainkan merupakan suatu hasil perkembangan dari dalam pribadinya. b.



Pada waktu permulaan belajar, guru harus menyusun out line secara garis besar dari setiap



mata pelajaran. c.



Guru harus menyiapkan dan menyampaikan informasi tentang garis-garis besar pelajaran



sebelum pelajaran dimulai, atau pada waktu permulaan pelajaran. d.



Kelas harus diisi dengan gambar-gambar, peta, motto, dan sejenisnya yang berkaitan dengan



rencana pelajaran yang akan diberikan. e.



Guru menyampaiakan pelajaran sedemikian rupa, sehingga pelajaran merupakan suatu



kesatuan. Setiap pelajaran merupakan suatu keseimbangan dari pelajaran sebelumnya, dan untuk perkembangan pengetahuan secara terus-menerus. f.



Apapun yang dilakukan guru, hendaknya membantu untuk pengembangan hakikat



manusia. Kepada siswa ditunjukan kepentingan yang praktis dari setiap system nilai. g.



Pelajaran dalam subjek yang sama diperuntukan bagi semua anak.



4. Realisme Natural Ilmiah



Realisme natural ilmiah menyertai lahirnya sains eropa pada abad kelima belas dan keenam belas, yang dipelopori oleh Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill, dan lain-lainnya. Pada abad kedua puluh tercatat pemikiran-pemikiran seperti Ralph Borton Perry, Alferd Nortt Whitehead, dan Betrand Russel.



Realism natural ilmiah mengatakan bahwa manusia adalah organisme biologis dengan system syaraf yang kompleks dan secara inheren berpembawaan social (social disposition). Apa yang dinamakan berfikir merupakan fungsi yang sangat kompleks dari organism yang berhubungan dengan lingkungannya. Kebanyakan penganut realism natural menolak eksistensi kemauan keras (free will). Mereka bersilang pendapat dalam hal bahwa individu ditentukan oleh akibat lingkungan fisik dan social dalam struktur genetiknya. Apa yang tampaknya bebas memilih , kenyataannya merupakan suatudeterminasi kausal (ketentuan sebab akibat).



Menurut realisme natural ilmiah, filsafat mencoba meniru objektivitas sains. Karena dunia sekitar manusia nyata, maka tugas sainslah untuk meneliti sifat-sifatnya. Tugas filsafa mengkordinasikan konsep-konsep dan temuan-temuan sains yang berlainan dn berbeda-beda. Perubahan merupakan realitas yang sesuai dengan hokum-hukum alam yang permanen, yang menyebabkan akam semesta sebagai suatu struktur yang berlangsung terus, karena dunia bebas dari manusia dan diatur oleh hukum alam, dan manusia memiliki sedikit control, maka sekolah harus menyediakan subject matter yang akan memperkenalkan anak dengan dunia sekelilingnya.



Pandangannya tentang teori pengetahuan (epistemology), realisme natural ilmiah mengatakan bahwa dunia yang kita amati bukan hasil kreasi akal atau jiwa (mind) manusia,



melainkan dunia sebagaimana adanya. Subtansialitas, sebab akibvat, dan aturan-aturan alam bukan suatu proyeksi akal, atau jiwa manusia, melainkan merupakan suatu penampilan atau penampakan dari dunia atau alam itu sendiri.



Teori kebenaran yang dipergunakan oleh kaum realism natural ilmiah adalah teori “korespondensi” tentang kebenaran, yang menyatakan bahwa kebenaran itu adalah persesuaian terhadap fakta dengan situasi yang nyata, kebenaran merupakan persesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan faktanya sendiri, atau antara fikiran dengan realitas situasi lingkungannya. Teori ini sebagai suatu penolakan terhadap teori koherensi, yang pada umumnya dipergunakan oleh kaum idealis, yang mengemukakan bahwa pengetahuan itu benar karena selaas atau bertalian dengan pengetahuannya yang telah ada. Menurut teori korespondensi, pengetahuan baru itu dikatakan benar apabila sesuai dengan teori atau pengetahuan terdahulu yang telah ada, karena teori yang telah ada tersebut adalah benar, sesuai dengan fakta, sesuai dengan situasi nyata.



Jadi, menurut realisme ilmiah, pengetahuan yang shahih adalah pengetahuan yang diperolah melalui pengalaman empiris, dengan jalan observasi, atau penginderaan. Teori pengetahuan yang mereka ikuti adalah teori pengetahuan “empirisme”, seperti yang diuraikan terdahulu. Menurut empirisme, pengalaman merupakan factor fundamental dalam pengetahuan, sehingga merupakan sumber dari pengetahuan manusia.



Pandangannya tentang nilai, mereka menolak pendapat bahwa nilai memiliki sanksi supernatural, kebaikan adalah yang menghubungkan manusia dengan lingkungannya. Sebaliknya, kejahatan adalah yang menjauhkan manusia dari lingkungannya. Esensi manusia dan esensi alam adalah tetap, maka nilai yang menghubungkan antara yang satu dengan yang lainnya



adalah tetap. Lembaga-lembaga dan praktik social diseluruh dunia sangat berlainan dan berbedabeda, namun memiliki landasan nilai yang sama. Kaum idealism menganggap bahwa kaum manusia pada dasarnya sempurna, sedangkan kaum realism natural menerima sebagaimana adanya, tidak sempurna.



Realisme natural mengajarkan bahwa baik dan salah adalah hasil tentang pengalaman kita tentang alam, bukan dari prinsip-prinsip nilai agama atau dari luar ala mini. Moralitas dilandasi oleh hasil penelitian ilmiah yang menunjukan kemanfaatannya pada manusia sebagai spesies tertinggi dari hewan. Sakit adalah jahat, dan sehat adalah baik. Manusia harus meningkatkan kebaikan-kebaikan dengan menggunakan ukuran-ukuran untuk memperbaiki konstitusi genetic, mengatasi kesejahteraan dengan perbaikan lingkungan dimana manusia hidup.



Mengenai konsep pendidikan realism natural, Brucher (1950) mengemukakan bahwa pendidikan berkaitan dengan dunia disini dan sekarang. Dunia bukan sesuatu yang eksternal, tidak abadi, melainkan diatur oleh hukum alam. Jiwa (mind) merupakan produk alam dan bersifat biologis, berkembang dengan cara menyesuaikan diri dengan alam. Pendidikan menurut realism natural haruslah ilmiah dan yang menjadi objek penelitiannya adalah kenyataan dalam alam.



Seorang ahli sains dapat mencatat dengan tepat apa yang dipelajarinya, termasuk dalam mempelajari kenyataan-kenyataan social. Bagi mereka tidak ada kesangsian terhadap apa yang dipelajari berdasarkan kenyataan, karena kebeneran diperolehnya dari kenyataan. Oleh karena itu, kurikulum yang baik adalah yang berdasarkan data dan realitas. Mereka mendasarkan penelitian ilmiah melalui psikologi pendidikan dan sosiologi pendidikan dalam menentukan kurikulumnya. Psikologi mereka adalah behavioristik. Ide atau jiwa anak yang bersifat



supernatural tidak memperoleh tempat dalam pandangan mereka. Pendidikan cenderung pada naturalism, materialism, dan makenistik.



Baik realisme rasional maupun realisme natural ilmiah sependapat bahwa menanamkan dan pemilihan pengetahuan yang akan diberikan disekolah adalah penting. Inisiatif dalam pendidikan adalah terletak pada uru, yang menentukan bahan pelajaran yang akan dibahas dalam kelas adalah guru, bukan siswa. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberikan kepuasan pada minat dan kebutuhan siswa. Namun, yang paling penting bagi guru adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, merupakan suatu strategi mengajar yang bermanfaat.



5.



Neo-Realisme dan Realisme Kritis (Uyoh Sadulloh : 2007 : 110)



Selain aliran-aliran realism diatas, masih ada lagi pandangan-pandangan lain, yang termasuk realism. Aliran tersebut disebut “Neo-Realisme” dari Frederick Breed, dan “Realisme Kritis” dari Immanuel Kant. Menurut pandangan Breed, filsafat pendidikan hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip demokrasi adalah hormat dan menghormati atas hak-hak individu. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus diartikan sebagai menerima arah tuntunan social dan individual. Istilah demokrasi harus didefinisikan kembali sebagai pengawasan dan kesejahteraan social.



Selanjutnya Breed mengatakan bahwa, sekolah harus menghantarkan pewarisan social sedemikian rupa untuk menanamkan kepada generasi muda dengan kenyataan bahwa kebenaran merupakan unsure penting dari tradisi masyarakat. Berkali-kali dia menekankan keharusan



menolong pemuda untuk menyesuaikan diri pada fakta yang sebenarnya, pada alam realitas yang bebas, yang menjadi unsure utama atau yang menjadi tulang punggung pengalaman manusia.



Realisme kritis didasarkan atas pemikiran Immanuel Kant, seorang pesintesis yan besar. Ia mensitesiskan pandangan-pandangan yan berbeda, antara empirisme dan rasionalisme, antara skepitisme dan paham kepastian, antara eudaeomanisme dengan puritanisme. Ia bukan melakukan eklektisisme yang dangkal. Melainkan, suatu sintesis asli yang menolak kekurangankekurangan dari kedua belah pihak yang disintesiskannya. Dan ia membangun filsafat yang kuat.



Hasil pemikiran Kant merupakan titik temu antara idealism dan realism, antara empirisme yang dikembangkan Locke, yang bermuara pada empirisme David Hume, dengan rasionalisme dari Descartes. Dilihat dari idealism, ia seorang realism kritis. Oleh karena itu, banyak orang yang mempelajari filsafat dan sejarah filsafat, menanamkan ia sebagai krisisme. Kritisme Kant dimulai dengan penyelidikan kemampuan dan batas-batas rasio, berbeda dengan filosof-filosof sebelumnya yang secara dogmatis apriori mempercayai kemmpuan rasio secara bulat.



Menurut Kant, semua pengetahuan mulai dari pengalaman, namun tidak berarti semuanya dari pengalaman. Objek luar dikenal melalui indera, namun pikiran atau rasio, atau pengertian, mengorganisasikan bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman tersebut. Pikiran tanpa isi adalah kosong, dan tanggapan tanpa konsepsi adalah buta. Demikian kata Kant. :Thoughts without content are empty, percepts without concepts are blind” (Henderson, 1959 : 218).



Selanjutnya, menurut Kant, pengalaman tidak hanya sekedar warna, suara, bau yang diterima alat indera, melainkan hal-hal tersebutdiatur dan disusun menjadi suatu bentuk yang terorganisasi oleh pikiran kita. Pengalaman merupakan suatu interpretasi tentang benda-benda



yang kita terima melalui alat indera kita. Dan di dalam interpretasi tersebut kita mempergunakan suatu struktur untuk mengorganisasi benda-benda.



Lebih lanjut Kant mengemukakan, bahwa manusia telah dilengkapi dengan seperangkat kemauan, sehingga kita dapat member betuk terhadap data mentah yang kita amati. Dengan demikian, kita mungkin memiliki pengetahuan apriori, yang tidak perlu untuk mengalami sendiri untuk mendapatkan pengetahuan yang fundamental, dan pengetahuan yang aposteriori, pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman. Manusia tidak bisa mengetahui realitas yang sebenarnya, melainkan suatu realitas di luar pengalaman, dan merupakan objek pengetahuan. Kant mengaui, bahwa manusia tidak hanya memiliki kemampuan alamiah, melainkan juga memiliki kemampuan agama dan moral.



Semua aliran filsafat pendidikan menyetujui bahwa :



a.



Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan wanita yang hebat dan



kuat. b.



Tugas manusia di dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraaan umum



c.



Kita seharusnya memandang bahwa tujuan akhir pendidikan adalah memecahkan masalah-



masalah pendidikan.



4.



Bagaimanakah teori pengembanngan SDM menurut aliran rasionalisme Rasonalisme adalah suatu aliran filsafat yang muncul pada zaman modern, yang menekankan



bahwa dunia luar adalah sesuatu yang riil. Rasionalisme memiliki suatu keyakinan bahwa sumber pengetahuan terletak pada rasio manusia melalui persentuhannya dengan dunia nyata di dalam berbagai pengalaman empirisnya.



Rasio adalah subjek yang berfikir sekaligus objek pemikiran. Daripadanya keluar akal aktif, karena ia merupakan sesuatu yang pertama diciptakan. Akal manusia merupakan salah satu potensi jiwa, biasanya disebut dengan rational soul. Ia ada dua macam,



yaitu:



pertama praktis, ini bertugas mengendalikan badan dan mengatur tingkah laku. Kedua adalah teoritis, yakni khusus berkenaan dengan persepsi dan epistemologi, karena akal praktis inilah yang menerima persepsi-persepsi indrawi dan meringkas pengetahuan-pengetahuan universal dari padanya dengan bantuan akal aktif. Dengan akal kita bisa menganalisa dan membuktikan, dengan akal pula kita mampu menyingkap realita-realita ilmiah, karena akal merupakan salah satu pengetahuan. Tidak semua pengetahuan diwahyukan, tetapi ada pula yang harus didedukasi oleh akal melalui eksprimen. Rasionalisme menekankan bahwa kesempurnaan manusia tergantung pada kualitas rasionya, sedangkan kualitas rasio manusia tegantung kepada penyediaan kondisi yang memunkinkan berkembangnya rasio kearah yang memadai untuk mencerna berbagai permasalahan kehidupan menuju penyempurnaan dan kemajuan. Pribadi-pribadi yang rasio adalah pribadi-pribadi yang mempunyai suatu keyakinan atas dasar kesimpulan yang berlandaskan pada analisis mendalam terhadap bebagai bukti yang dapat di percaya, sehingga terdapat hubungan yang rasional antara ide dengan kenyataan empiric. Untuk keperluan ini, ditemukan tata logic yang baik karena sangat berguna bagi pengembangan rasionalitas tersebut. Mengingat pengembangan rasionalitas manusia sangat tergantung kepada pendayagunaan maksimal unsur ruhaniah individu yang sangat tergantung kepada proses psikologik yang lebih mendalam sebagai proses mental, maka yang lebih ditekankan oleh aliran rasionalisme ini dalam pengembangan sumber daya manusia tidak lain adalah dengan menggunakan pendekatan mental discipline, yaitu suatu pendekatan yang berupaya melatih pola dan sistematika berfikir seseorang



atau sekelompok orang melalui tata logik yang tersistematisasi sedemikian rupa, sehingga ia mampu menghubungkan berbagai data atau fakta yang ada untuk menuju pengambilan atau kesimpulan yang baik pula. Proses semacam ini memerlukan penguta-penguatan melalui pendekatan individualistis yang mengacu pada intelektualisti. Dan untuk keperluan ini memerlukan adanya upaya penyadaran akan watak hakiki manusia yang rasional. Upaya penyadaran erat kaitannya dengan fungsionalisasi rasionalitas manusia yang menjadi pertanda dirinya, terarah sedemikian rupa sehingga benar-benar dapat memecahkan berbagai problem kemanusiaan itu sendiri. Oleh karena itu, pendewasaan, intelektual melalui pembinaan berfikir reflektif-kritis-kretif yang akan menumbuhkan konsep diri untuk membentuk sikap dirinya dalam memandang persoalan-persoalan diberbagai realitas kehidupannya. Dengan adanya kemampuan berfikir reflektif ini akan memudahkan seseorang mengambil keputusan yang akan melahirkan kreatifitas dan inovasi dalam berbagai kajian yang ia sukai, di samping itu juga dapat mengembangkan imajinasinya. Sehingga dengan demikian menjadikan yang bersangkutan dapat mengelola ilmunya sebagai dasar bagi peningkatan dan pengembangannya pada hal-hal yang lebih tinggi. Dengan berfikir reflektif, dapat menjadikan subjeknya mampu memandang jauh ke depan menuju tatanan keilmuan yang lebih baik dan sempurna. Upaya penyadaran akan fungsi manusi sebagai makhluk rasioanal ini merupakan tugas yang esensial bagi dunia pendidikan, karena memang eksistensinya bersentuhan langsung dengan kemanusiaan itu sendiri. Dengan demikian, penumbuhkembangkan berfikir reflektif, kritis, kreatif ini menurut aliran rasionalisme merupakan kunci suksesnya suatu pendidikan. Jika pengembangan dan penyempurnaan rasionalitas akan dicapai melalui upaya pendidikan, maka diperlukan semacam ekosistem rasional yang akan mendukung terciptanya kemampuan berfikir rasional tersebut. Mengingat berfikir berkenaan dengan kebebasan mengeluarkan pendapat dan



fikiran, maka aspek kebebasan aspek penting dalam mewujudkan manusia-manusia yang diinginkan. Kebebasan adalah hak asasi manusia dan dengan kebebasan manusia memperoleh jalan untuk mengembangkan potensi-potensinya. Kebabasan merupakan sesuatu yang diperlukan bagi terbentuknya manusia-manusia yang mandiri, sehingga ia pun mesti bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya. Oleh karena itu, aliran ini sangat menghargai asa demokrasi dalam pembentukan watak manusia. Berdasarkan pemikiran ini, aliran rasioanalisme berpendapat bahwa tujuan pendidikan pendidikan adalah semacam pertumbuhan dan perkembangan subjek didik secara penuh berdasarkan bakat ilmu pengetahuan dan keterampilan yang luas untuk kepentingan kehidupannya, sehingga ia pun dengan mudah dapat menyesuiakan diri dengan masyarakat dan lingkungan. Sebenarnya memang benar jika segala sesuatu khususnya pengembangan SDM itu tidak terlepas dari awalan rasio. Artinya, semua hal tidak akan bisa berjalan tanpa adanya proses akal yang aktif pada setiap jiwa diri seseorang. Akan tetapi, meskipun demikian penganut ini tidak boleh mempunyai sifat egoisme karena tanpa yang lain ia tidak akan bisa berdiri seutuhnya sebagaimana yang diharapkan. 5.



Bagaimanakah teori pengembanngan SDM menurut aliran eksistensialisme Dari sudut estimologi eksistensialisme berasal dari kata eks yang berarti di luar



dan sistensi yang berati berdri sendiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai, berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya. Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia



dipandang sebagai suatu dunia dengan kesadaran. Jadi pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. Ada beberapa ciri eksistensialisme, yaitu selalu melihat manusia berada, ekssistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi, manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai dan berdasarkan pengalaman yang konkret. Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya. Ilmu-ilmu yang berkaitan eksistensialisme yaitu sosiologi dan antropologi. Eksistensialisme bisa dialamatkan sebagai saanlah satu reaksi dari sebagian terbesar reaksi terhadap peradaban manusia yang hampir punah akibat perang dunia kedua.[7] Dengan demikian Eksistensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya. Secara singkat Kierkegaard memberikan pengertian Eksistensialisme adalah suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logis atau tidak ilmiah. Eksistensialisme menolak segala bentuk kemutlakan rasional. Dengan demikian aliran ini hendak memadukan hidup yang dimiliki dengan pengalaman, dan siuasi sejarah yang dialami, dan tidak mau terikat oleh hal-hal yang sifatnya abstrak serta spekulatif. Baginya, segala sesuatu dimulai dari pengalaman pribadi, keyakinan yang tumbuh dari dirinya dan kemampuan serta keluasan jalan untuk mencapai keyakinan hidupnya.



Atas dasar pandangan itu, sikap dikalangan kaum Eksistensialisme atau penganut aliran ini seringkali nampak aneh atau lepas dari norma-norma umum. Kebebasan untuk freedom to, adalah lebih banyak menjadi ukuran dalam sikap dan perbuatannya. 6.



Bagimanakah teori pengembangan SDM menurut aliran ekspenalisme Eksperimentalisme adalah suatu filsafat yang mempelajari tentang proses/perolehan



pengalaman. Pada intinya merupakan perkawinan antara behaviorisme filosofis dengan pragmatisme. Behaviorisme filosofis menganggap bahwa pengalaman personal merupakan keluaran dari perilaku antara makhluk hidup dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Tokoh filosofi eksperimental adalah adalah John



Dewey. Pragmatisme memiliki sikap yang



menganggap bahwa sebuah gagasan adalah benar jika menuntun ke arah konsekuensikonsekuensi efektif bilamana diterapkan ke pemecahan masalah nyata ( praktis). Dunia Pengalaman. Eksperimentalisme adalah suatu filsafat yang resmi dan sistematis. Usianya kurang dari satu abad, jadi termasuk bilangan salah satu aliran filsafat yang termuda. Tetapi aliran filsafat ini tampak menonjol karena mendasarkan pemikiran filsafatnya terutama sekali pada segi negatif dari pemikiran yang asasi (fundamental), yaitu menentang dan menolak paham-paham filsafat sebelumnya. Dalam abad ke XX ini kita melihat aliran filsafat ini bergerak kearah dasar yang lebih postif. Dan kita harus terlebh dahulu mengerti tentang apa yang ditolak oleh aliran filsafat ini, sebelum masuk kedalam bidang-bidang mereka terima dengan baik dan mereka kokohnya. Eksperimentalisme Seperti halnya eksistensialisme, keompok eksperimentalisme juga memandang manusia sebagai mahluk yang dinamis, aktif, dan kreatif. Manusia-manusia eksperimentalis adalah manusia-manusia yang optimis bahwa ia dapat membentuk kualitas dirinya melalui pembiasaan berpikir kreatif berdasarkan pengalaman-pengalaman. Aliran ini



selalu pula dihubungkan dengan aliran pragmatis, bahkan sering pula dikacaukan antara keduanya. Pragmatisme dikatakan sebagai instrumentalisme karena pemikirannya yang mengandaikan segala sesuatu dengan alat yang mengharuskan seseorang atau sekelompok orang untuk selalu berbuat. Kehidupan tidak memiliki makna finis. Ketika suatu tujuan telah tercapai dan suatu kebutuhan telah dipenuhi, maka hal ini mesti tidak sampai di situ saja, tetapi menjadi instrumen bagi pengujian dan penemuan selanjutnya. Proses kehidupan tanpa akhir, karenaperalihan tujuan pertama adalah untuk diteruskan pada tujuan ke dua, tujuan ke dua untuk tujuan ke tiga dan seterusnya tanpa tanda berhenti. Begitu pula eksperimentalisme dikatakan sebagai pragmatisme karena pandangannya yang mengatakan bahwa realitas yang nyata adalah perubahan dan hanya dapat diketahui melalui pengalaman praktis. Jadi keduanya sama-sama menekankan bahwa yang riil adalah segala sesuatu yang dapat dialami dan dialami oleh panca indra. Realitas adalah interaksi manusia dengan lingkungannya. Sesuatu dikatakan benar apabila dapat dibuktikan secara nyata dalam kehidupan praktis manusia.



BAB III PENUTUP 3.



Kesimpulan Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan, maka dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa



filsafat



pendidikan



sangat



erat



kaitannya



dengan



sember



daya



manusia,



manusia



mengembangkan pengetahuan melalui pendidkan formal, nonformal amupun pendidikan informal, dari pengetahuannya itu muncul cara untuk mengembangkan potensi dan daya pikir bagaimana mengatasi kebutuhan dan kelangsunga hidup. Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi dalam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut sebagai lawan dari aliran realisme. Realisme merupakan suatu aliran dalam ilmu pengetahuan. Aliran realisme mempersoalkan obyek pengetahuan manusia. Aliran realisme memandang bahwa obyek pengetahuan manusia terletak di luar diri manusia. Rasionalisme, merupakan aliran filsafat yang sangat mementingkan rasio. Dalam rasio terdapat ide-ide dan dengan itu orang dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas di luar rasio. Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia. Eksperimentalisme adalah suatu filsafat yang mempelajari tentang proses/perolehan pengalaman. Pada intinya merupakan perkawinan antara behaviorisme filosofis dengan pragmatisme.



4.



Saran Terus belajar, dan jangan pernah berhenti dan bosan untuk mengembangkan pendidikan,



karena dengan pendidikan kita bisa mengembangkan potensi dan daya pikir yang ada pada diri kita yang pada akhirnya kita bisa mengembangkan sumber daya manusia.



DAFTAR PUSTAKA Umar, alimin. 2011 Panduan Pendidik Filsafat Pendidikan, Makassar: FIP UNM Makassar Supartono, Suparlan 2009 Filsafat Pendidikan, Makassar: Badan Penerbit UNM Juhaya S, Praja, 2003 Aliran-Aliran Filsafat, Jakarta: KENCANA http://jundoblog.blogspot.com/2014/03/bab-ipendahuluana.html http://ekosujadi-bintan.blogspot.com/2011/06/teori-pengembangan-sumber-daya-manusia.html http://ahamuhbibblogku.blogspot.com/2015/05/makalah-fpi-teori-teori-pengembangan.html http://matematikaterampi221l.blogspot.com/2017/11/sdm-dalam-filsafat.html https://dosenmuslim.com/filsafat-pendidikan/pengertian-filsafat-pendidikan/ Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002) Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011) https://yosian88.wordpress.com/peranan-filsafat-pendidikan-dalam-pengembangan-sumberdaya-manusia/ http://matematikaterampi221l.blogspot.com/2017/11/sdm-dalam-filsafat.html http://ahamuhbibblogku.blogspot.com/2015/05/makalah-fpi-teori-teori-pengembangan.html