Makalah Fisioterapi Pada Kasus Integumen Ulkus Dekubitus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FISIOTERAPI PADA KASUS ULKUS DEKUBITUS STASE INTEGUMENT



Di Susun Oleh : Sri Wijayanti 2010306134



FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI UNIVERSITAS ‘AISIYIYAH YOGYAKARTA 2021



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah yang berjudul “Fisioterapi Pada Kasus Ulkus Dekubitus” ini ditulis guna melengkapi tugas pada Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan kemampuan dan pengetahuan sehingga makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada : 1. Allah SWT atas segala rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu, 2. Bapak/Ibu pembimbing lahan Griya Fisio Avicenna, Kebumen 3. Bapak/Ibu pembimbing kampus Universitas Aisyiyah Yogyakarta. 4. Teman-teman sejawat Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah presentasi ini, namun penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan masih jauh dari kesempurnaan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya pada penyusun.



Kebumen, 12 Maret 2021



2



HALAMAN PENGESAHAN FISIOTERAPI PADA KASUS ULKUS DEKUBITUS



MAKALAH



Disusun oleh : Sri Wijayanti 2010306134



Makalah Ini Dibuat Guna Menyelesaikan Tugas Stase Integument Program Studi Profesi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta



Oleh : Pembimbing



: Ftr. Muhammad Dwi Kurniawan, S.Fis



Tanggal



:



Tanda Tangan :__________________________



3



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………i KATA PENGANTAR……………………………………………………….………………ii LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….………………iii DAFTAR ISI.....................………………………………………………….………………iv BABI PENDAHULUAN…………………………………………………….………………1 LATAR BELAKANG



…………………………………………………….………………4



TUJUAN MASALAH……………………………………………………… …………….4 BAB II ………………………………………………………………………………………5 ETIOLOGI………………..…………………………………………………………………5 ANATOMI KULIT………………………………………………………….………………6 FATOFISIOLOGI…………………………………………………….………...................7 PENATALAKSANAAN FT………………………………………………………………..8 BAB III ………………………………………………………………………....,,,,,,,,,,,,,,,10 KESIMPULAN……………………………..……………………………………………...10 SARAN………..………………………………………………………….………………..10



4



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulcus Decubitus merupakan suatu cedera yang diakibatkan oleh kerusakan kulit dan jaringan di bawah kulit. Tingkat keparahan ulkus dekubitus dapat bervariasi, mulai dari lebam kemerahan pada kulit, hingga luka terbuka pada kulit yang dapat memperlihatkan otot bahkan tulang. Dekubitus muncul pada saat kulit menerima tekanan kuat dalam waktu yang singkat atau tekanan ringan namun dalam waktu yang lama. Penekanan yang demikian pada kulit akan menyebabkan gangguan aliran darah sehingga daerah tersebut mengalami kekurangan oksigen dan makanan. Kurangnya pasokan oksigen dan makanan menyebabkan jaringan menjadi rusak dan membentuk luka borok (ulkus). Dekubitus sering kali terjadi pada orang dengan kondisi tertentu yang menyebabkan mereka sulit bergerak, terutama pada orang yang terlalu lama terbaring di tempat tidur. Kondisi lain yang memengaruhi aliran darah, seperti diabetes tipe 2, juga dapat meningkatkan risiko terbentuknya ulkus dekubitus. Ulkus dekubitus adalah area jaringan nekrosis yang muncul ketika jaringan lunak tertekan antara tulang yang menonjol dan permukaan eksternal (tempat berbaring) dalam waktu yang lama (Potter et al., 2010). Menurut Gosnell dan VanEtten, sekitar 1 juta orang terkena ulkus dekubitus di Amerika Serikat. Namun, informasi definitif dan penjelasan mengenai lesi yang terkena masih terbatas. Insidensi pasien rawat inap berkisar antara 27- 29% dengan prevalensi hingga 69% (National Pressure Ulcer Advisory Panel, 2014) . Pasien yang menjalani perawatan ortopedi atau fraktur tulang bahkan mencapai insiden 66%. Pasien yang dirawat di rumah sakit menderita dekubitus sebanyak 3-10% dan 2,7% berpeluang 5



terbentuk dekubitus baru. Luka tekan atau pressure ulcer mengganggu proses pemulihan pasien, mungkin juga diikuti dengan nyeri dan infeksi sehingga menambah panjang lama perawatan, bahkan adanya luka tekan dapat menjadi penanda prognosis yang buruk untuk pasien. Penelitian Purwaningsih (2001) didapatkan angka kejadian dekubitus di Rumah Sakit Dr.Sardjito Yogyakarta sebesar 40% dari 40 pasien yang mengalami tirah baring. Sedangkan penelitian Setyajati (2002) di Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta didapatkan angka kejadian ulkus dekubitus yaitu 38,18%. Dari kedua hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa angka kejadian dekubitus pada pasien tirah baring lama di rumah sakit cukup tinggi. Berdasarkan data yang didapat dari Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) RSUD Arifin Achmad pada Januari 2011 tercatat angka kejadian dekubitus berdasarkan jumlah hari tirah baring/mil adalah 11,08 0 /00. Pada Januari 2012 terjadi penurunan yaitu sebesar 2,490 /00. Sementara pada Januari 2013 tercatat sebesar 1,680 /00. Menurut Agency of Health Care Policy and Research (AHCPR) sebanyak 95% kasus ulkus dekubitus dapat dicegah dengan perawatan yang komprehensif dari tim Rumah sakit. Namun kasusnya terus terjadi di hampir seluruh ruangan rawat inap meskipun mengalami penurunan setiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan oleh Arif Widodo (2007) di Rumah Sakit Islam Surakarta menguraikan bahwa ulkus dekubitus lebih sering terjadi pada usia 25-65 tahun yaitu sebanyak 62,5%. Sementara jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kejadian ulkus dekubitus. Diagnosis medis yang menyebabkan ulkus dekubitus sangat bervariasi, namun yang terbanyak adalah kasus ortopedi sebesar 25%. Ulkus dekubitus sangat umum dijumpai pada lansia atau penyandang disabilitas. Selain itu, ulkus dekubitus juga sering terjadi pada orang yang menghabiskan banyak waktu di kursi roda atau tempat tidur, orang yang memiliki kulit rapuh, atau orang yang tidak bisa bergerak tanpa pertolongan dari orang lain. Ulkus dekubitus umumnya dapat



6



disembuhkan dengan diagnosis dan penanganan yang tepat. Dalam hal ini fisioterapi sendiri mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam meningkatkan kesejateraan dan kesehatan lansia dengan terus melakukan tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Salah satunya tugas fisioterapis dalam dunia kesehatan ikut berperan dalam menangani kasus integumen dengan berbagai kondisi untuk membantu proses penyembuhan dan pengembalikan fungsi anggota tubuh. Sesuai dengan PERMENKES No 80 tahun 2013 Bab I, pasal 1 ayat 2 dicantumkan bahwa: “Fisioterapi adalah betuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi (Permenkes, 2013). Aktivitas fisik yang baik dan terkoordinir akan membantu perbaikan luka secara progresif karena terjadi peningkatan sirkulasi darah yang menyebabkan perbaikan suplay nutrisi dalam jaringan luka sehingga regenerasi jaringan akan terjalin dengan baik. Intervensi fisioterapi pada luka bakar seperti relaksasi dengan breathing exercise, chest expansion exercise, coughing technique, oral suction, acctive movement, passive movement, dan active assisted (Rajak et, al. 2013). B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari ulcus decubitus ? 2. Apa etiologi dari ulcus decubitus ? 3. Apa grade dari ulcus decubitus ? 4. Bagaimana anatomi dari ulcus decubitus ? 5. Bagaimana patofisiologi dari ulcus decubitus ? 6. Apa komplikasi dari ulcus decubitus ?



7



7. Bagaimana proses penanganan fisioterapi pada kasus ulcus decubitus ? C. Tujuan penulisan Tujuan penulisan ini adalah: 1. Agar dapat mengetahui definisi dari ulcus decubitus. 2. Agar dapat mengetahui etiologi dari ulcus decubitus. 3. Agar dapat mengetahui grade dari ulcus decubitus 4. Agar dapat mengetahui anatomi dari ulcus decubitus. 5. Agar dapat mengetahui patofisiologi dari ulcus decubitus. 6. Agar dapat mengetahui komplikasi dari ulcus decubitus. 7. Agar dapat mengetahui proses penanganan fisioterapi pada kasus ulcus decubitus. D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat bagi penulis Untuk menambah pengetahuan dan pendalaman penulis tentang ulcus decubitus dan cara penanganan fisioterapi pada pasien ulcus decubitus. 2. Manfaat bagi fisioterapi Untuk menambah pengetahuan untuk teman sejawat fisioterapi dalam pemberian penanganan fisioterapi pada pasien ulcus decubitus.. 3. Manfaat bagi pasien Untuk memberi edukasi tentang luka bakar dan bagaimana cara penanganan ulcus decubitus dari segi fisioterapi.



8



BAB II PEMBAHASAN A. Ulcus Decubitus Ulkus dekubitus adalah area jaringan nekrosis yang muncul ketika jaringan lunak tertekan antara tulang yang menonjol dan permukaan eksternal (tempat berbaring) dalam waktu yang lama (Potter, 2010). Ulkus dekubitus terbentuk karena kerusakan jaringan lunak sebagai akibat kompresi antara penonjolan tulang dan permukaan eksternal.3 Kelembaban yang berasal dari eksudat luka atau urin atau inkontinensia feses, makin memperburuk kerusakan pada jaringan. B. Etiologi FAKTOR INTRINSIK 1. Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit akan tipis 2. Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan. 3. Kemampuan sistem kardiovaskuler yang menurun dan sistem arteriovenosus yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif. 4. Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan insufisiensi kardiovaskuler perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti pada sistem pernapasan menyebabkan tingkat oksigenisasi darah pada kulit menurun. 5. Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight 6. Anemia 7. Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akam menyebabkan kadar albumin darah menurun 8. Penyakit-penyakit neurologik, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah, juga mempermudah dan meperjelek dekubitus 9. Keadaan hidrasi/cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.



9



FAKTOR EKSTRINSIK 1. Kebersihan tempat tidur, 2. alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya dekubitus. 3. Duduk yang buruk 4. Posisi yang tidak tepat 5. Perubahan posisi yang kurang C. Grade Grade 1



Zona tekanan dengan kemerahan yang tidak pudar dengan   tekanan ujung jari, dengan kulit masih utuh



Grade 2



Ulkus dekubitus (nyeri tekan) dengan erosi kulit, lepuh, hilangnya sebagian epidermis dan / atau dermis, atau kehilangan kulit



Grade 3



Ulkus dekubitus (nyeri tekan) dengan kehilangan semua lapisan kulit dan kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan, yang dapat meluas hingga ke fasia yang mendasarinya



Grade 4



Ulkus dekubitus (nyeri tekan) dengan nekrosis otot, tulang, atau struktur pendukung seperti tendon atau sendi kapsul



(Grading of decubitus ulcers according to the ICD-10-GM (German modification of the ICD-10), 2010 version)



E. Anatomi Kulit Kulit beserta turunannya, meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar mamma disebut juga integumen. Fungsi spesifik kulit terutama tergantung sifat epidermis. Epitel pada epidermis ini merupakan pembungkus utuh seluruh permukaan tubuh dan ada kekhususan setempat bagi terbentuknya turunan kulit, yaitu rambut, kuku, dan kelenjar-kelenjar (Kalangi, 2013).



10



Lapisan-lapisan dan apendiks kulit normal (Sumber : Mescher, 2010) Gambar 2.1



Anatomi sturktur kulit dekubitus Gambar 2.2 E.PATOFISIOLOGI Malnutrisi, sirkulasi yang buruk (hipoperfusi), dan penyakit-penyakit mendasar yang merusak mobilitas, faktor risiko untuk pengembangan ulkus dekubitus harus dinilai pada saat kontak pertama dokter dengan pasien tidak bergerak, atau segera setelah kondisi pasien memburuk, tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi nokrosis jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami dakubitus selama dapat mengganti posisi beberapa kali perjammnya. Keadaan ini terjadi bila penderita immobil, tidak 11



dibaringkan terlentang mendatar, tetapi pada posisi setengah duduk. Ada kecenderungan dari tubuh untuk meluncur kebawah, apalagi keadaannya basah. Sering kali hal ini dicegah dengan memberikan penhalang, misalnya bantal kecil/balok kayu pada kedua telapak kaki. Upaya ini hanya akian mencegah pergerakan dari kulit, yang sekarang terfiksasi dari alas, tetapi rangka tulang tetap cederung maju kedepan. Akibatnya terjadi garis-garis penekanan/peregangan pada jaringan subkutan yang sekan-akan tergunting pada tempat-tempat tertentu, dan akan terjadi penutupan arteriole dan arteri-arteri kecil akibat terlalu teregang bahkan sampai robek. Tenaga menggunting ini disebut Shering Forces. Sebagai tambahan dari shering forces ini, pergerakan dari tubuh diatas alas tempatnya berbaring, dengan fiksasi kulit pada permukaan alas akan menyebabkan terjadinya lipatan-lipatan kulit (skin folding). Terutama terjadi pada penderita yang kurus dengan



kulit



yang



kendur.



Lipatan-lipatan



kulit



yang



terjadi



ini



dapat



menarik/mengacaukan (distorsi) dan menutup pembuluh-pembuluh darah. Sebagai tambahan dari efek iskemia langsung dari faktor-faktor diatas, masih harus diperhatikan terjadinya kerusakan edotil, penumpukan trombosit dan edema. Semua inidapat menyebabkan nekrosis jarigan akibat lebih terganggunya aliran darah kapiler. Kerusakan endotil juga menyebabkn pembuluh darah mudah rusak bila terkena trauma (Anders, 2010).



F.Penatalaksanaan Fisioterapi 1. Diagnosa Fisioterapi Impairment : Adanya nyeri, Penurunan kekuatan otot, Kontraktur, Gangguan sensibilitas, Spasme otot, Adanya Gangguan kemampuan Fungsional. Fungsional Limitation : sulit bergerak karna adanya luka dan nyeri Partisipation Restriction : mengalami keterbatasan dalam mengikuti rekreasi keluarga dan kegiatan social lainnya.



12



2. Tujuan Fisioterapi Tujuan jangka pendek Mengurangi



nyeri,



meningkatkan



kekuatan



otot,



mengurangi



spasme



otot,



mengembalikan sensibilitas kulit dan meningkatkan kemampuan fungsional (ADL). Tujuan jangka panjang Meneruskan jangka pendek



3. Intervensi Fisioterapi a. Breathing Exercise, untuk memperbaiki fungsi otot-otot respirasi, meningkatkan ventilasi dan oksigenisasi. b. Static kontraksi, untuk mengkontraksikan otot dan meningkatkan sirkulasi darah c. Free Acctive Movement, memperlancar sirkulasi darah, membantu ekspansi thorax, memfasilitasi deep breathing dan menjaga kemampuan tubuh yang masih ada.



4. Edukasi Pasien diminta untuk melakukan static kontaksi dangerakan aktif dirumah guna mengurangi malnutrisi dan mencegah dekubitus lebih parah.



BAB III KESIMPULAN DAN SARAN



13



A. Kesimpulan Dekubitus adalah luka karena imobilisasi yang lama atau trauma yang menyebabkan adanya malnutrisi karena tirah baring dan imobilisasi sehingga akan menyebabkan penutupan pembuluh-pembuluh darah. B. Saran Untuk membantu menyebuhkan dan mencegah dekubitus maka diperlukan kerjasama dari fisioterapi, pasien dan keluarga untuk selalu memonitor latihan dirumah.



DAFTAR PUSTAKA 14



Anders, Axel Heinemann, Carsten Leffmann, Maja Leutenegger, Franz Pröfener, Wolfgang von Renteln-Kruse. 2010. Decubitus Ulcers: Pathophysiology and Primary Prevention Jennifer. Deutsches Ärzteblatt International | Dtsch Arztebl Int 2010; 107(21): 371– 82. Kalangi, S.J.R. 2013. Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S12-20 Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas. New York: McGraw Hill Medical; 2010. National Pressure Ulcer Advisory Panel. Pressure ulcers: incidence, economics, risk assessment. Consensus Development Conference Statement. 1989. [cited 2014 April 23]. Available from : http://www.npuap.org/wpcontent/uploads/2012/03/Final2009Treatment-TechnicalReport1.pdf 4. Yarkony GM. Pressure ulcers : a review. Arch Phys med Rehabil. Aug 1994;18(2): 11-2. 5. Alman RM, Walker JM, Hart MK. Air fluidized beds or conventional theraphy for pressure sores. Ann Intern Med. 1987 Nov;107(5):641-8. PERMENKES RI. (2013). Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Fisioterapis, Jakarta. Potter PA, Perry AG. Clinical companion for fundamental of nursing. Canada: Elsevier Inc; 2010:88.



15