MAKALAH FLU BURUNG (Klompok) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN FLU BURUNG ”



Disusun oleh : Dina Wiffida (102081801)



UNIVERSITAS TRIATMA MULYA FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JEMBRANA BALI 2020



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Pasien Flu Burung”. Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Keperawatan Tropis II. Terlepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Jembrana, 22 Februari 2020 Penulis,



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................... DAFTAR ISI.................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...................................................................................... .............................................................................................................. B. Tujuan Penulisan.................................................................................. C. Manfaat Penulisan................................................................................ BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori........................................................................................ 1. Definisi..................................................................................... 2. Etiologi..................................................................................... .................................................................................................. 3. Patofisiologi.............................................................................. .................................................................................................. 4. Manifestasi Klinis..................................................................... 5. Klasifikasi................................................................................. 6. Komplikasi................................................................................ 7. Masa Inkubasi........................................................................... 8. Penularan.................................................................................. 9. Pemeriksaan Penunjang............................................................ 10. Pencegahan............................................................................... 11. Penatalaksanaan Medik............................................................ B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................... 1. Pengkajian................................................................................. 2. Diagnosa................................................................................... 3. Intervensi.................................................................................. 4. Implementasi............................................................................. 5. Evaluasi..................................................................................... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................... B. Saran .................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................



ii



i ii 1 2 3 3 3 3 4 4 5 6 6 6 7 7 8 8 8 12 12 12 15 18 18 20



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena telah mengakibatkan banyak korban baik unggas maupun manusia. Pelaporan kasus pertama yang menginfeksi manusia terjadi di Hongkong pada tahun 1997, yang kemudian menyebar ke Cina (seluruh Asia) hingga Eropa dan Afrika. Secara global terdapat sekitar 15 negara yang melaporkan kasus flu burung (H5N1) pada manusia, 4 negara diantaranya berada di wilayah Asia Tenggara yaitu Bangladesh, Myanmar, Indonesia dan Thailand (WHO, 2013). Berdasarkan laporan resmi World Health Organitation (WHO) jumlah kasus flu burung pada manusia di wilayah Asia Tenggara yang dilaporkan sejak awal tahun 2004 sampai 31 Desember 2013, sebanyak 228 kasus dengan 181 kematian atau Case Fatallity Rate (CFR) sebesar 79,38%. Khusus tahun 2013 terdapat 4 kasus dengan 4 kematian flu burung pada manusia yang dilaporkan ke WHO oleh negara Bangladesh dan Indonesia (WHO, 2013) Flu burung pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada tahun 2003 melalui negara Vietnam, dengan dinyatakannya 3 orang yang menderita penyakit tersebut dan seluruhnya meninggal. Kemudian pada tahun 2004 jumlah kasus meningkat menjadi 46 dengan 32 kematian (CFR = 69, 56%). Selain itu, negara Thailand juga telah terinfeksi virus H5N1 di Tahun 2004 (Kemenkes RI, 2013). Jumlah konfirmasi kasus flu burung di Indonesia paling banyak dilaporkan pada tahun 2006, setelah itu jumlah kasus flu burung terus menurun dari tahun ke tahun, yaitu dari 55 kasus pada tahun 2006 menjadi 9 kasus pada tahun 2012. Sampai dengan tahun 2012 terdapat ada 15 provinsi yang tertular Flu Burung, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat,



1



Riau, 3 Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat (Kemenkes RI, 2013b). Berdasarkan laporan resmi WHO, sampai dengan April 2014 konfirmasi kasus flu burung pada manusia di Indonesia tercatat sebanyak 195 kasus dengan 163 kematian (WHO, 2014). B.



Tujuan Penulisan 1.



Tujuan Umum Setelah proses pembelajaran, diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Flu Burung



2.



Tujuan Khusus a. Mengetahui Konsep Flu Burung b. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Flu Burung



C.



Manfaat Penulisan 1.



Bagi Masyarakat Studi kasus ini dapat dijadikan pedoman masyarakat untuk mengetahui gejala, pencegahan dan penanganan penyakit Flu Burung



2.



Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan keperawatan Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian dalam keperawatan untuk membentuk praktek keperawatan profesional terutama dalam penatalaksanaan penyakit Flu Burung dan upaya-upaya pencegahan dan sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya dalam mengembangkan penulisan lanjutan.



3.



Bagi Penulis Menambah wawasan serta memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dengan Flu Burung



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.



Konsep Teori 1.



Definisi Flu burung (bahasa Inggris : avian influenza, disingkat AI) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang telah



beradaptasi



untuk



menginfeksi burung.



Penyakit



ini



menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi karena membunuh ternak ayam dalam jumlah besar. Terkadang mamalia, termasuk manusia dapat tertular flu burung. Flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang burung/unggas dan manusia. Salah satu tipe yang diwaspadai adalah oleh influenza dengan kode genetik H5N1 (H : Haemagglutanin, N : Neuramidase). (Nurarif, 2015) Influenza burung, atau avain influenza merupakan penyakit infeksi akibat virus influenza tipe A yang biasa mengenai unggas. Virus influenza sendiri termasuk da;am family orthomyxoviruses yang terdiri dari 3 tipe yaitu A,B, dan C. (Setiati, 2014) 2.



Etiologi Pada saat ini dikenal 3 tipe virus influenzayakni A, B, dan C. Ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixation test. H5N1 merupakan



virus influenza



orthomyxoviruses



dengan



tipe



A, termasuk dalam



penyebaran



melalui



udara



 famili (droplet



infection) dan dapat berubah-ubah bentuk. Virus ini terdiri dari hemaglutinin(H) Neuromidase(N). Kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H3N3, H5N1, H9N2, H7N7, sedangkan pada binatang H1H5 dan  H1N9. Strain yang sangat virulen /ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1 dan virus tersebut dapat bertahan di air sampai 4 hari pada suhu



3



22˚C dan lebih dari 30 hari pada 0 ˚C. Virus akan mati pada pemanasan 60˚C selama 30 menit / 56˚C selama 3 jam dan denan detergen, desinfektan misal formalin cairan yang mengandung iodine (Nurarif, 2015)



3.



Patofisiologi Virus  influensa A suptipe H5N1 masuk kedalam tubuh manusia karena adanya kontak dengan unggas atau produk (lendir, kotoran, darah dan lain sebagainya) yang terinfeksi virus flu burung infekai virus masuk ke dalam saluran pernafasan, dan terjadilah replikasi virus sangat cepat. Terjadinya replikasi virus yang cepat merangsang pembentukan sitokinin termasuk IL-I, IL-6 TNF Alfa yang kemudian masuk sirkulasi sistemik yang menimbulkan gejala demam, malaise, myalgia dan sebagainya. Seseorang yang mengalami penurunan daya tahan tubuh maka virus masuk sirkulasi darah sistemik dan organ tubuh lain. Pembentukan sitokinin akibat replikasi virus tersebut juga akan merusak jaringan paru yang luas dan berat yang bisa menyebabkan



pneumonia



intertitial.



Proses



berlanjut



dengan



terjadinya eksudasi dan edema intraalveolar, pembentukan hyalin dan fibroblas sel radang akan memproduksi banyak sel mediator peradangan, keadaan ini akan menyebabkan difusi oksigen terganggu, terjadilah hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain, keadaan ini bisa terjadi dengan cepat yang dapat mengakibatkan kematian secara mendadak karena proses yang irreveraible (Tamher, 2009) 4.



Manifestasi Klinis Menurut Atmawinata (2006), gejala penyakit flu burung dapat dibedakan menjadi dua yaitu gejala pada unggas dan gejala pada manusia. a. Gejala pada Unggas 1) Pembengkakan pada kepala



4



2) Ada cairan yang keluar dari hidung dan mata 3) Diare 4) Batuk, bersin, dan ngorok 5) Perdarahan dibawah kulit 6) Perdarahan titik pada ayam (ptchie) 7) Jengger, dan kulit yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan 8) Borok di kaki 9) Kematian mendadak b. Gejala pada Manusia 1) Demam (suhu diatas 38oC) 2) Batuk, sesak nafas, dan mengeluarkan lendir bening dari hidung 3) Sakit tenggorokan 4) Hilang nafsu makan 5) Diare dan muntah-muntah 6) Peradangan di paru-paru 7) Kematian dengan cepat jika tidak segera diatasi 5.



Klasifikasi Virus influenza termasuk dalam family orthomyxoviruses yang terdiridari tiga tipe yaitu: a. Virus influenza tipe B dan C dapat menyebabkan penyakit pada manusia dengan gejala yang ringan dan tidak fatal sehingga tidak terlalu menjadi masalah. b. Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtype berdasarkan



petanda



berupa



tonjolan



protein



pada



permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus influenza A yaitu protein hemaglutinin dilambangkan dengan H dan protein neuramidase dilambangkan dengan N. (Pohan, 2014)



5



6.



Komplikasi Menurut Pohan (2014) a. Pneumonia b. Gagal nafas c. ARDS



7.



Masa Inkubasi Menurut Iwandarmansjah (2007), masa inkubasi pada flu burung ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a. Masa inkubasi pada unggas : 1 minggu b. Masa inkubasi pada manusia : 1-3 hari, masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari



8.



Penularan Menurut Atmawita (2006), cara penularan virus flu burung ini dengan cara : a. Dari unggas ke unggas 1) Kontak langsung unggas yang terinfeksi flu burung dengan unggas yang peka 2) Melalui feses unggas yang terserang flu burung 3) Melalui lendir yang keluar dari hidung dan mata 4) Melalui udara 5) Melalui perdagangan unggas 6) Melalui



makanan



dan



minuman



yang



terkontaminasi b. Dari unggas ke manusia Jika manusia menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung



6



9.



Pemeriksaan Penunjang Menurut Yuliarti (2006) a. Rapid Test b. HL (Hemaglutinasi Inhibisi) c. AGP (Agar Gel Inhibisi) d. VN (Virus Netralisasi) e. Isolasi Virus f. PCR (Polimerase Chain Reaction) g. Pemeriksaan darah lengkap



10.



Pencegahan Menurut Kementrian Kesehatan Repunlik Indonesia (2017):



a. Habis kontak langsung dengan unggas mati pakai sabun b. Cuci tangan dengan sabun setelah kontak dengan unggas c. Bersihkan kandang dan peralatan dengan desinfektan (air sabun/detergen) minimal 1 kali satu minggu



d. Laporkan kepada aparat berwenang terutama ke Dinas Pertanian/Peternakan atau Dinas Kesehatan



e. Jangan buang unggas yang mati. f. Musnahkan unggas dengan cara dibakar atau kuburkan bangkai dengan kedalaman galian setinggi lutut orang dewasa.



g. Gunakan alat pelindung (masker, sarung tangan, sepatu bot, baju lengan panjang, celana panjang dan topi).



h. Bersihkan badan sesudahnya dan cuci semua pakaian dengan sabun.



i. Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi dan istirahat cukup



7



11.



Penatalaksanaan Medik Menurut Yuliarti (2006), pengobatan bagi penderita flu burung meliputi : a. Pasien dirawat dalam ruang isolasi selama kurang lebih 7 hari untuk menghindari penularan lewat udara b. Pemberian oksigen bila terdapat sesak nafas yang mengarah pada gagal nafas c. Hidrasi dengan pemberian cairan infus d. Pengobatan



terhadap



gejala



flu



seperti



pemberian



penurunan panas dan penghilang pusing, dekongestan, dan anttitusif e. Pemberian obat anti virus oseltamivar 75mg dosis tunggal selama 7 hari f. Pemberian obat Amantadin diberikan awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5mg/kgBB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45kg diberikan 100mg 2 kali sehari. B.



Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas pasien Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, bangsa, agama, pekerjaan, tanggal MRS. b. Keluhan utama Keluhan utama yang terjadi adalah sesak nafas yang merupakan salah satu tanda terjadi infeksi di paru-paru (pneumoni), batuk, pilek, nyeri otot, peningkatan suhu tubuh dan sakit tenggorokan. c. Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit sekarang ditemukannya demam (suhu >38˚C) sesak nafas, sakit tenggorokan, batuk, pilek dan diare.



8



d. Alasan masuk Rumah Sakit Biasanya pasien mengalami myalgia, demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, pilek, batuk, dan gangguan pernapasan. e. Riwayat penyakit yang pernah diderita Mengkaji apakah ada riwayat sakit paru-paru atau tidak. Serta mengkaji riwayat perjalanan dalam waktu 7 hari sebelumnya apakah melakukan kunjungan ke daerah atau tempat tinggal diwilayah yang terjangkit flu burung, mengkonsumsi unggas sakit, kontak dengan unggas atau orang yang positif flu burung. f. Riwayat penyakit keluarga Penyakit flu burung tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga yang lainnya sebagai factor predisposisi penularan didalam rumah. g. Pemeriksaan fisik 1) Kesadaran : Kesadaran Pebuh 2) Tekanan darah/nadi : 130/90 3) Nadi : 130 x/menit (60-100x/menit) 4) Laju respirasi : 35 x/menit(sesak) (normal : 14-20x/menit) 5) Suhu : 38,40oC 6) Antropometri a) Sistem Pernafasan Inspeksi : Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan, Tonsil tampak kemerahan dan edema, Biasanya terdapat secret atau lendir pada daerah hidung, hidung tampak kemerahan, Adanya batuk Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe, Tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid. Perkusi : area paru sonor/ hipersonor/ dullness Auskultasi : suara nafas area vesikuler.



9



b) Sistem Persyarafan c) Inspeksi : Pada penderita flu burung pasien tampak lemah, tidak bisa bangun dan beriteraksi dengan baik serta pasien tidak mau disentuh karena sakit saat disentuh. d) Sistem pengindraan (1).Pemeriksaan mata Inspeksi : kesimetrisan mata, ada tidaknya oedem pada



kelopak



mata/palpebra,konjungtivitis



dan



sklera tidak ada perubahan warna. (2).Pemeriksaan telinga Inspeksi : bentuk simetris,terdapat serumen, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat hiperpigmentasi. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan. (3).Pemeriksaan hidung Inspeksi : amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah pembengkokan atau tidak,) terdapat secret atau tidak, Palpasi  :ada atau tidaknya terdapat nyeri tekan, dan masa (4).Pemeriksaan mulut Inspeksi : amati bibir (kelainan konginetal : labioseisis,



palatoseisis



atau



labiopalatoseisis),



warna lidah terdapat perdarahan atau tidak, ada abses atau tidak. (Nurarif, 2015) e) Sistem kardiovaskular Inspeksi : ada atau tidak adanya nyeri tekan Auskultasi : ada atau tidaknya suara tambahan Palpasi : pada dinding torak teraba lemah/ kuat/ tidak teraba



10



Perkusi : batas-batas jantung Terjadinya takikardi disebabkan karena takipneau. f) Sistem pencernaan Inspeksi : bentuk abdomen, massa/ benjolan, bayangan pembuluh darah vena Auskultasi : frekuensi peristaltic usus 20 x/menit Palpasi : lakukan palpasi abdomen untuk menentukan lemah, keras atau distensi, adanya nyeri tekan, dan adanya massa atau asites Gangguan pada gaster yang menyebabkan mual dan muntah serta diare pada penderita flu burung. (Wahid, 2013) g) Sistem endokrin Tidak ada perubahan pada sistem endokrin pasien flu burung. (Pohan, 2014) h) Sistem perkemihan Inspeksi : sebagian besar penderita flu burung mengalami gangguan ginjal berupa peningkatan ureum dan kreatinin. (Wahid, 2013) i) Sistem muskuluskletal Inspeksi dan Palpasi : Terjadi kelemahan otot karena kurangnya daya dahan tubuh dan mengalami nyeri. (Nurarif, 2015) j) Sistem integument Inspeksi : Kulit menjadi kehitaman atau keabuan Palpasi : turgor tidak kembali dalam 2 detik. (Nurarif, 2015) k) Sistem imun kelainan laboratorium, leukopenia, limfopenia, dan trombositopenia sering terjadi pada pasien flu burung. (Akoso, 2013)



11



l) Sistem reproduksi Tidak ada perubahan pada sistem reproduksi pasien flu burung. h. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan kimia darah 2) Pemeriksaan Hematologi 3) Pemeriksaan Post Mortem 2. Diagnosa a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berdasarkan obstruksi jalan nafas ditandai dengan dispnea, saat diauskultasi terdengar ronchi, klien mengeluh batuk yang berdahak b. Hipertemi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh meningkat, akral teraba panas, takipnea c. Kekurangan Volume Cairan d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi e. Gangguan Kebutuhan nutrisi ditandai dengan adanya mual dan muntah 3. Intervensi dan Implementasi No 1



Diagnosa ketidakefektifan jalan nafas berdasarkan obstruksi jalan nafas Definisi Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan



Tujuan dan KH NOC :  Respiratory status : ventilation  Respiratory status: airway patency  Aspiration control Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat menunjukkan kefektifan jalan nafas



Intervensi NIC :  Mengajarkan untuk batuk efektif untuk memudahkan pengeluaran sekret  Mengajarkan pasien untuk nafas dalam  Menganjurkan pengisapan jalan nafas  Atur posisi pasien semi fowler



12



Implementasi  Sudah Mengajarkan pasien untuk batuk efektif  Sudah Mengajarkan pasien untuk nafas dalam  Sudah mengevaluasi pengisapan jalan nafas  Sudah mengevaluasi posisi semi fowler  Pasien sudah



2



kebersihan jalan nafas Ds : Dispnea Do : Suara nafas yang bertambah (misal : rale, crackle, ronkhi, dan mengi) Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan Batuk tidak efektif Sianosis Kesulitan untuk bicara Penurunan suara nafas Ortopnea Gelisah



dengan kriteria hasil :  Berikan mengikuti untuk terapi minum banyak  Pasien akan aerosol, neboluzer, mlakukan batuk ultrasonik dan  Sudah mengevaluasi respirasi dan O2 efektif perawatan paru lainnya  Mengeluarkan sekret  Menganjurkan pasien secara efektif untuk banyak minum  Mempunyai jalan  Monitor respirasi dan nafas yang paten status O2  Di asukultasi, mempunyai nafas yang jernih  Mempunyai irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal  Mempunyai fungsi paru dalam batas normal  Mampu mendeskripsikan rencana untuk keperawatan dirumah.



Hipertemi berhubungan dengan penyakit Definisi : Suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi Ds : Do :  Kulit merah  Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal



NOC : Thermorelugasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien dapat menunjukkan suhu dengan kriteria hasil :  Suhu 36-37oC  Nadi dan RR dalam rentang normal  Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman



NIC :  Monitor suhu sesering mungkin  Monitor warna dan suhu kulit  Monitor tekanan darah, RR dan nadi  Monitor penurunan tingkat kesadaran  Monitor intake dan output  Berikan anti piretik  Berikan cairan IV  Kompres pasien pada lipat paha dan aksila  Tingkatkan sirkulasi udara  Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembapan membran mukosa



13



 Sudah memeriksakan







  



suhu tubuh pasien setiap 4 jam sekali Sudah memeriksakan warna kulit dan tidak adanya turgor kulit Sudah memberikan cairan IV Sudah memberikan anti piretik TTV Nadi : 130x/menit RR : 35x/menit TD : 90/70 mmHg Suhu : 37,6oC



3



4



Kekurangan volume cairan Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, atau intrasel Ds : Haus Do :  Penurunan turgor kulit  Penurunan haluaran urine  Kult dan membran mukosa kering  Suhu tubuh meningkat



NOC :  Nutrional status : adequacy of nutrient  Nutritional status : food of fluid intake  Weught control



 Anjuran menggunakan pakaian yang tebal dan tidak berlebihan NIC :  Sudah  Anjurkan pasien mengevaluasikan untuk banyak minum pasien untuk banyak minum  Anjurkan untuk oral higiene secara teratur  Sudah mengevaluasikan  Pantau jumlah intake psien untuk oral cairan dalam 24 jam higiene teratur  Monitor output pada  Sudah memonitor pasien oitput  Pemberian cairan IV  Sudah mengevaluasikan cairan IV



Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat menunjukkan nutrisi dengan kriteria hasil :  Pasien akan memiliki konsenrasi urin normal  Tidak mengalami anoreksia yang berlebih  Menampilkan hidrasi yang baik Ketidakefektifan NOC : NIC : pola nafas  Respiratory status :  Posisikan pasien berhubungan dengan ventilation untuk hiperventilasi memaksimalkan  Respratory status : Definisi : ventilasi airway patency Inspirasi dan/atau  Vital sign status  Keluarkan sekret ekspirasi yang tidak dengan batuk atau memberi ventilasi Setelah section dilakukan adekuat  Auskultasi suara keperawatan, pasien dapat menunjukkan nafas, catat adanya Ds : Dispnea keefektifan pola suara tambahan Do : nafas, dengan kriteria  Atur intake untuk Penurunan rekanan hasil : cairan inspirasi-ekspirasi  Merekomendasika mengoptimalkan Nafas cuping hidung n batuk efektif dan keseimbangan suara nafas bersih,  Monitor respirasi dan tidak ada sianosis status O2 dan syspneu  Pertahankan jalan (mampu nafas yang paten



14



 Memposisikan pasien untuk duduk dengan bagian kepala lebih tinggi (posisi semi fowler)  Sudah mengajarkan batuk efektif  Sudah mengatur intake yang masuk  Sudah memonitor pola nafas  Sudah mengajarkan untuk nafas dalam



mengeluakan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada suara nafas abnormal)  Menunjukkan pernafasan optimal  Menunjukkan kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal 5



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan adanya mual dan muntah Definisi : Pola asupan nutrisi yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.



   



Ajarkan batuk efektif Monitor pola nafas Montor vital sign Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi  Berikan terapi nebulizer bila diperlukan



NOC : NIC :  Nutritional status :  Kaji adanya alergi food and fluid intake makanan  Kolaborasi dengan Setelah dilakukan ahli gizi untuk keperawatan menentukan jumlah diharapkan pasien kalori dan nutrisi dapat menunjukkan yang dibutuhkan keseimbangan nutrisi  Anjurkan pasien dengan kriteria hasil : untuk banyak minum  Adanya  Anjurkan pasien peningkatan berat untuk meningkatkan badan sesuai intake protein dan vit dengan tujuan C  Berat badan ideal  Kaji kemampuan sesuia tinggi badan pasien untuk  Mampu mendapatkan nutrisi mengidentifikasi yang dibutuhkan kebutuhan nutrisi  Monitor mual dan  Tidak ada tandamuntah tanda malnutrisi  Monitor turgor kulit  Tidak terjadi  Monitor pucat, penurunan berat kemerahan, dan badan yang berarti kekeringan membran mukosa



4. Evaluasi



15



 Sudah mengevaluasi bahwa pasien tidak memiliki alergi makanan  Sudah mengevaluasi adanya penurunan BB dan gula darah  Pasien sudah melakukan banyak minum  Sudah mengevaluasi intake makanan  Pasien masih merasa mual saat diberi makanan



Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008). Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan menurut (Dinarti et al., 2009) yaitu format SOAP yang terdiri dari:



a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien. Pada pasien pneumonia dengan bersihan jalan napas tidak efektif diharapkan pasien tidak mengeluh sulit sulit bernapas (dispnea), pasien tidak mengeluh sulit bicara, pasien tidak mengeluh ortopnea



b. Objektive, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. Pada pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif indikator evaluasi menurut Moorhead et al. (2013) yaitu:



1) Frekuensi pernapasan normal yaitu 12-20 kali per menit



2) Irama pernapasan normal yaitu teratur 3) Kedalaman inspirasi normal yaitu melibatkan ekspansi dan ekshalasi penuh paru



4) Kemampuan untuk mengeluarkan sekret tidak terganggu



c. Analisys, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis dala bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan telah tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan :



1) Tujuan tercapai; yaitu, respons klien sama dengan hasil yang diharapkan



16



2) Tujuan tercapai sebagian, yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian yang berhasil dicapai (2 indikator evaluasi tercapai)



3) Tujuan tidak tercapai d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis



17



BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Flu burung atau avian influenza merupakan penyakit menular yang disebabkan virus influenza tipe A yang biasa menyerang hewan unggas dan manusia. Virus ini diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu tipe A, B dan C. Cara penularan penyakit ini bisa melalui kotoran, udara, lendir, mapaupun kontak langsung dengan yang terkontaminasi mengidap virus ini. Komplikasi dari penyakit ini yaitu dapat menimbulkan gagal nafas, dan pneumonia. Tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh manusia yang terkena virus ini biasanya, batuk, demam tinggi, mual, muntah, sesak nafas, dan lain-lain. Untuk pencegahan dari virus ini yaitu habis kontak langsung dengan unggas mati pakai sabun, cuci tangan dengan sabun setelah kontak dengan unggas, bersihkan kandang dan peralatan dengan desinfektan (air sabun/detergen) minimal 1 kali satu minggu, laporkan kepada aparat berwenang terutama ke Dinas Pertanian/Peternakan atau Dinas Kesehatan, jangan buang unggas yang mati, musnahkan unggas dengan cara dibakar atau kuburkan bangkai dengan kedalaman galian setinggi lutut orang dewasa, gunakan alat pelindung (masker, sarung tangan, sepatu bot, baju lengan panjang, celana panjang dan topi), bersihkan badan sesudahnya dan cuci semua pakaian dengan sabun dan yang pasti yaitu menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi dan istirahat cukup



B.



Saran 1. Bagi perawat ruangan pengkajian Pada pasien secara head-to-toe dan selalu berfokus pada keluhan pasien saat pengkajian (here and now). Selain itu tindakan mandiri perawat perlu ditingkatkan dalam perawatan pasien.



18



2. Bagi pasien dan keluarga Keluarga disarankan untuk tetap menjaga kesehatan pasien dan selalu mendampingi pasien.



19



DAFTAR PUSTAKA "Avian



Influenza



Portal". www.oie.int (dalam



bahasa



Inggris).



World



Organisation for Animal Health (OIE). Diakses tanggal 12 Juni 2019 Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. jogjakarta: MediAction. Setiati,



S.



(2014). Buku



Ajar



Ilmu



Penyakit



Dalam



jilid



II. jakarta:



internaPublishing Tamher.



(2009). Flu



Burung:



Aspek



Klinis



dan



Epidemiologis. jakarta:



SalembaMedika. Pohan,



H.



T.



(2014). Influenza



Burung



(Avian



Influenza). Jakarta:



InternaPublishing. Wilkinson, J. M. (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.



20



10