Makalah Fungsi Seni [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang BAB “Fungsi Seni di Sekolah Dasar” dalam buku Pendidikan Seni dan Keterampilan tersebut dengan tepat waktu meskipun masih banyak kekurangan di dalamnya. Penulis berterimakasih kepada Dra. Olga D. Pandeirot, M. Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Seni Rupa program studi Pendidiikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta yang telah membimbing penulis selama proses pengerjaan makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Konsep Seni dan Pembinaan Kreativitas Seni di Sekolah Dasar. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah dibuat. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan dapat berguna sebagaimana mestinya. Terimakasih kami sampaikan keepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah.



Jakarta , 07 Oktober 2018



Kelompok 3



i



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan Makalah ............................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3 A. Fungsi Seni di Sekolah Dasar ......................................................... 3 B. Aplikasi Fungsi Seni Dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar ......... 9 C. Biografi Tokoh ............................................................................... 12 D. Tugas ........................................................................................... 19 BAB III PENUTUP ................................................................................... 31 A. Kesimpulan ................................................................................... 31 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 32



ii



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari – hari kita tidak pernah lepas dari sebuah seni. Seni merupakan suatu proses penggambaran ekspresi diri manusia sehingga bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Dalam mengungkapkan ekspresi jiwa, seorang



individu



memiliki



cara



yang



berbeda-beda



untuk



menggambarkannya. Oleh karena itu seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sangat sulit untuk dinilai, bahwa masing-masing individu memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntun dalam mengekpresikan diri. Inilah yang membuat sebuah seni dirasa menarik untuk dipelajari, karena dengan mempelajari seni kita dapat melihat berbagai macam cara penggambaran ungkapan ekspresi individu. Di dalam dunia pendidikan terutama untuk Sekolah Dasar pun seni mempunyai peran yang sangat penting. Di mana seni yang digunakan sebagai alat pendidikan yang bukan semata-mata bertujuan untuk mendidik anak menjadi seniman melainkan membina anak-anak untuk menjadi kreatif. Secara teoritis seni memiliki fungsi yang bermacam-macam. Secara khusus di sekolah dasar, seni dalam konteks fungsinya adalah untuk mengembangkan potensi dan kepribadian peserta didik. Dalam proses pembelajaran, guru sudah sewajibnya memahami



fungsi



seni



yang



dijadikan



acuan



dalam



mengembangkan kepribadian anak. Kemungkinan dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung pengembangan seni kurang mendapat bagian yang proporsional. Seni hanya dianggap sebagai pengisi waktu saja dan bukan sebagai dasar dalam 1



pengambangan kepribadian peserta didik. Dampaknya adalah peserta



didik



kurang



mengharga



karya



seni



dan



tidak



berkembangnya kepribadian anak secara utuh. Untuk itulah perlu dikemukakan tentang fungsi seni bagi anak sekolah dasar. Seni juga merupakan aktifitas permainan dan melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreatifitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan. Anak dapat berimajinasi sesuai dengan apa yang dikehendaki untuk memunculkan apa yang



ada



dalam



pikirannya



melalui



pendidikan



seni.



B. Rumusan Masalah 1. Apa sajakah fungsi seni di sekolah dasar? 2. Bagaimana pengaplikasian fungsi seni dalam pembelajaran seni rupa di sekolah dasar?



C. Tujuan Penulisan Makalah Penulisan makalah ini memiliki tujuan antara lain sebagai berikut : 1. Mengetahui fungsi seni di Sekolah Dasar. 2. Mengetahui aplikasi fungsi seni dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Fungsi Seni di Sekolah Dasar 1. Sebagai Media Ekspresi Kegiatan ekspresi telah dimulai anak sejak lahir. Mula-mula mengekspresikan keinginan-keinginan nalurinya untuk diketahui ibunya dengan tangisan atau isyarat – isyarat lainnya. Ekspresi yang ditunjukan oleh anak merupakan ekspresi keinginan untuk mencapai suatu tujuan tertentu misalnya memuaskan rasa lapar, dapat pula mengekspresikan sesuatu yang tak mengarah pada satu objek melainkan hanya menyatakan perasaan seperti gembira, cemas, marah dan sebagainya. Kedua macam ekspresi tersebut saling berhubungan, pemuasan rasa lapar misalnya mengakibatkan rasa gembira yang dinyatakan dengan senyuman dan rasa lapar yang tak terpuaskan akan terekspresikan dengan sedih atau menangis. Seringkali anak kurang mampu megeluarkan isi hatinya lewat bahasa lisan. Dan bagi anak, bahasa tulisan lebih sulit untuk digunakan mengungkapkan isi hatinya. Dalam keadaan seperti itu, seni dapat membantu



mengekspresikan



idenya. Ekspresi



adalah



salah



satu



kebutukan rohaniah / batiniah individu untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam hal ini pikiran, perasaan dan emosi ikut berperan. Ekpresi anak berbeda dengan ekspresi orang dewasa karena kebutuhannya berlainan. Ekspresi ini perlu mendapat perhatian dan guru perlu mengembangkannya. Wujud ekspresi dalam seni rupa dapat berupa gambar, patung, cetakan dan karya lainnya. Terjadinya ekspresi secara spontan tanpa perintah dari luar. Pengembangan daya ekspresi ini akan 3



terkait dengan pengembangan kreativitas. Sebab ada 2 macam ekspresi yang terjadi dari anak yaitu ekspresi kreatif dan ekspresi yang tidak kreatif. Ekspresi kreatif ialah ekspresi



yang mengandung kreativitas,



terutama yang dijumpai dalam kegiatan berolah seni. Artinya segala hasil ungkapan anak baik berupa gambar, patung atau lainnya yang menampakkan keunikan, lain daripada yang lain. Sebaliknya, ekspresi yang tidak kreatif adalah ekspresi yang tidak menghasilkan nilai-nilai kreatif atau merupakan hasil tiruan, hasil pengulangan atau hasil jiplakan. Ekspresi kreatif inilah yang harus dikembangkan oleh guru SD dalam setiap pembelajaran kesenian.



2. Sebagai Media Komunikasi Dalam kehidupan anak senantiasa dipenuhi oleh keinginannya untuk berkomunikasi dengan berbagai cara. Baik itu secara verbal maupun nonverbal dengan tujuan anak ingin menyampaikan maksud yang ada didalam hatinya. Disamping itu anak berkomunikasi sebetulnya ingin mengembangkan berbagai kemampuan yang terdapat didalam dirinya. Dalam kaitannya dengan karya seni sebetulnya terkandung maksud



4



bahwa anak mengungkap potensi kreatifnya, sekalipun hasil karya anak masih sangat polos dan belum terbentuk secara baik. Komunikasi mengandung arti keinginan untuk menyampaikan sesuatu pada orang lain. Keinginan berkomunikasi



dapat melalui



berbagai media seperti suara, tulis, gerak, dan gambar. Melalui karya seni anak sebetulnya ingin mengungkap apa yang terkandung didalam dirinya, mengungkap potensi kreatif seninya, ingin menyampaikan pesan inilah diriku yang kusampaikan melalui ekspresi karya seni. Seniman besar yang tersebar di pulau Bali senantiasa mengungkapkan bahwa karya seninya mengandung



pesan



yang



sangat



banyak.



Pesan



kedamaian,



keserakahan, kecintaan, kejujuran dan pesan tema dalam setiap lukisannya dan maksudnya dia ingin mengkomunikasikan pesan yang terkandung didalam goresan tangannya. Karya seni yang dihasilkan oleh anak didik dalam bentuk dan rupa apapun sebetulnya mengungkap sesuatu yang terdapat dalam dirinya contohnya gambar. Gambar merupakan media komunikasi yang dibentuk dengan bahasa rupa yang cenderung paling banyak dilakukan oleh anak.



5



3. Sebagai Media Bermain Kehidupan anak senantiasa dilipitu oleh kegiatan bermain, anak bermain tanpa henti. Mulai dari bangun pagi hingga menjelang tidur. Orang tua yang kurang paham tentang kehidupan anak terkadang menjadi beban



dan



frustasi.



Demikianlah



anak



mengarungi



perjalanan



kehidupannya melalui bermain. Pembelajaran tentunya disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Belajar sambil bermain menjadi semboyan sangat edukatif dalam proses pembelajaran anak usia dini, termasuk bagi anak sekolah dasar. Bermain merupakan ekspresi bebas yang paling jelas yang ada pada anak-anak, merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh anak-anak yang paling murni. Permainan adalah ekspresi tentang hubungan si anak dengan seluruh kehidupan. Sifatnya spontan dan timbul dengan sendirinya. Segala bentuk permainan, kegiatan jasmani, pengulangan pengalaman, fantasi, permainan dalam kelompok dan lainnya merupakan gerakan – gerakan yang berusaha mencari perpaduan antara proses mental dan gerak fisik. Permainan menyangkut juga kegiatan seni. Permainan bisa dikembangkan menjadi empat sesuai dengan empat fungsi mental. a. Dari segi perasaan, permainan dapat dikembangkan dengan latihanlatihan penjiwaan kea rah drama. b. Dari segi intuisi, dikembangkan dengan latihan – latihan ritmis kearah tari dan musik. c. Dari segi sensasi, dapat dikembangkan dengan cara mengekspresikan diri kea rah disain plastis atau visual. d. Dari segi fikiran, dikembangkan dengan kegiatan-kegiatan konstruktif kea rah keahlian. Ke arah empat perkembangan inilah pendidikan seni ditunjukkan. Idealnya keempat fungsi mental berkembang secara bersama – sama. Hal 6



ini jarang terjadi. Yang umum adalah tiga fungsi mental berkembang bersama dengan satu fungsi lain yang lebih dominan. Dalam kegiatan bermain, anak menyatakan dan mengusahakan segala kecenderungan batinnya untuk menjadi harmonis. Akan hilanglah kesempatan untuk perkembangan mental anak jika ia tidak dapat bermain. Dengan demikian maka kegiatan bermain bagi anak sangatlah penting. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dalam pelajaran kesenian. Baik secara disadari maupun tidak, dalam kegiatan ini, anak dapat bermain sesuai pembawaannya. Karena kegiatan kesenian cenderung kea rah artistic, maka kegiatan bermain juga cenderung pada permainan artistic. Misalnya kegiatan anak untuk memukul, memijat, meremas dengan tanah liat, akan menghasilkan suatu bentuk yang unik bahkan menjadi indah dan menarik.



4. Sebagai Media Pengembangan Bakat Seni Pada umumnya orang berpendapat bahwa bakat dibawa anak sejak lahir. Namun bakat yang terpupuk sejak awal akan lebih baik perkembangannya, sebaliknya, meskipun berbakat tetapi tidak dipupuk maka akan pudarlah bakat tersebut. Pendidikan seni rupa yang ideal memberikan kesempatan kepada anak yang berbakat untuk memelihara dan mengembangkan bakatnya sejak awal masa sekolahnya, sehingga iadapat menjadi senirupawan.



5. Sebagai Media Kemampuan Berpikir Kegiatan seni dapat melibatkan berbagai alat/bahan permainan yang



secara



langsung



maupun



tidak



langsung



mengembangkan



7



kemampuan bernalar. Berbagai permainan yang bersifat eksploratori dan eksperimental memiliki nilai tersendiri. Sebagai contoh: bermain di bak pasir akan menantang anak untuk bertanya/berpikir mengapa pasir tidak dapat disusun meninggi tanpa diberi air, tetapi tanah liat dapat dibentuk dengan mudah jika kandungan airnya tepat. Balok permainan tidak dapat disusun seenaknya menjadi bentuk arsitektural, tetapi dibutuhkan satu penyusunan yang terpola. Penemuan tentang sifat, kemungkinan, teknik serta prosedur pada saat anak melakukan kegiatan seni, memotivasi anak untuk berpikir dan mengambil kesimpulan. Bahkan Aristoteles mengatakan, bahwa dalam seni harus ada keselarasan antara rasio dan emosi. Penciptaan seni menempatkan rasio sebagai kontrol.



6. Fungsi seni Sebagai Media untuk Memperoleh Pengalaman Estetis Istilah estetis di sini identik dengan keindahan. Semua cita rasa keindahan terpusat pada kesenangan dan merupakan pengalaman subyektif. Subyektif dalam arti sulit untuk ditentukan tolak ukurnya. Oleh sebab itu, perlu untuk mengembangkan cita rasa keindahan dalam rangka membuat utuh perkembangan pribadinya dan meningkatkan pengalaman serta kepekaan akan rasa keindahan. Di



dalam



pendidikan



kesenian,



anak



dapat



memperoleh



pengalaman keindahan. Caranya dimulai dengan mengamati hasil karya seni yang mengandung nilai estetis, kemudian diajak untuk membahas dan



mengusahakan



agar



anak



mendapat



kesenangan



dengan



pengamatan karya tersebut. Dari kegiatan pengamatan yang berulang kali dilakukan, kemudian anak diajak untuk melakukan kegiatan berkarya.



8



Setiap anak memiliki naluri dorongan citarasa keindahan. Jika naluri ini tidak ditumbuh kembangkan, maka naluri tersebut akan “mati”. Hal-hal yang menyenangkan yang diperoleh anak dari mengamati obyek yang indah akan berkembang menjadi kesenangan anak untuk berkarya yang indah. Atau sikap serta cara pengalaman citarasa keindahan akan mempengaruhi kemampuan citarasa keindahan anak. Semakin mendalam sikap serta pengalaman citarasa keindahan, semakin pekalah citarasa keindahan itu. Kepekaan inilah yang dikembangkan dalam Pendidikan Kesenian, sebab kepekaan tersebut menjadi dasar dalam mengapresiasi seni, berolah seni dan menghargai karya hasil bangsa sendiri maupun bangsa lain.



B. Aplikasi Fungsi Seni dalam Pembelajaran Seni Rupa di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Sekolah Dasar Kurikulum sekolah dasar yang mengimplementasikan kurikulum 2013 yang sifatnya tematik, secara substansial pendidikan seni mesti mendapat ruang yang proposional dalam upaya mengembangkan kreativitas dan bakat seni peserta didik. Pengembangan bakat seni sebetulnya mengembangkan aspek kreativitas dan secara lebih operasional adalah menghasilkan karya seni yang sangat bermanfaat bagi pengembangan nilai budaya. Pendidikan seni ini berfungsi untuk mengembangkan keterampilan dalam rangka membekali peserta didik untuk berkarya serta menumbuh kembangkan citarasa keindahan dan kemampuan menghargai seni. Pendidikan



seni



dapat



disebut



juga



mata



pelajaran



yang



mengembangkan kerajinan tangan dan kesenian meliputi bahan kajian 9



tentang olah tangan dan cita rasa keindahan. Program pengajaran kerajinan tangan dan kesenian merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehingga menyentuh perkembangan bakat peserta



didik.



Bahan



kajian



ini



bersifat



nasional



dengan



memperhatikan perkembangan kerajinan dan kesenian di lingkingan budaya setempat. Ruang lingkup mata pelajaran kerajinan tangan dan kesenian meliputi bahan kajian sebagai berikut: 1. Mainan, hiasan, benda pakai dan pengelolaan makanan 2. Gambar, cetak, bentuk penataan 3. Kepekaan unsur-unsur dan kreativitas 4. Wiraga, wirama dan wirasa. Didalam menerapkan fungsi seni pada penjelasan diatas, guru dapat mencantumkan



tujuan



pembelajaran



seperti



yang



dikehendaki.



Sebagai contoh: 1. Pada pokok bahasan kelas I : gambar ekspresi Tujuan: supaya siswa dapat berekspresi melalui gambar dengan menggunakan crayon. 2. Pada kegiatan melipat kertas Tujuan: Supaya siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir melalui melipat kertas menjadi bentuk keranjang



Dari contoh pertama, tujuan pelajaran diarahkan mengembangkan ekspresi, sedamgkan contoh kedua tujuan diarahkan pada kemampuan berfikir.



10



Pada dasarnya semua fungsi seni dapat diaplikasikan ke dalam semua materi pembelajaran seni. Tetapi yang cenderung paling dominan adalah sebagai berikut:



1.



Fungsi seni sebagai media ekspresi dapat diterapkan pada materi:



kelompok gambar ekspresi, membentuk bebas, menggambar ilustrasi, gambar imajinatif, relief dan membuat model. 2.



Fungsi seni sebagai media komunikasi dapat diaplikasikan pada



materi yang dijabarkan dari pokok bahasan: gambar ekspresi, kolase, montase, mozaik, gambar bentuk, gambar ilustrasi dengan tema realis. 3.



Fungsi seni sebagai media bermain dapat diterapkan pada seluruh



kegiatan pelajaran seni. Karena konsep dasar dalam pengembangan mata pelajaran ini adalah bermain sambil belajar. perlu diingat bahwa makin tinggi kelasnya sesuai dengan berkembangnya intelektual siswa, makin “berkurang” kadar bermainnya. 4.



Fungsi seni sebagai media pengembangan bakat seni dapat



diaplikasikan pada kegiatan yang bercirikan ketrampilan terutama pada membentuk, menganyam, macramé, membuat model, dan relief. Bagi anak yang mulaikelas awal sudah tampak kemahirannya dalam salah satu cabang seni, maka guru dapat meningkatkan bakat tersebut pada seluruh kegiatan kesenian, baik pada seni rupa, seni music, atau seni tari. Seperti diketahui, bahwa menyanyi yang baik dengan suara yang merdu hanya dapat dilakukan oleh anak yang berbakat. Demikian juga untuk dapat menari yang baik dengan baik dengan kepekaan citarasa yang tinggi juga hanya dapat dilakukan oleh anak yang berbakat menari. 5.



Fungsi seni sebagai media berpikir dapat dikembangkan terutama



pada pokok bahasan: lipatan, kolase, montase, mozaik, cetak,



11



melengkaapi gambar, sablon, bangunan dan penataan, aplikasi dengan teknik menjahit/sulaman.



C. Biografi Tokoh 1. Howard Gardner



Howard Gardner lahir di Scranton, PA, pada tahun 1943. Ia menikah dengan Ellen Winner, psikolog perkembangan yang mengajar di Boston College dan dikaruniai empat anak: Kerith (1969), Jay (1971), Andrew (1976), dan Benjamin (1985). Kecintaan Gardner tertuju kepada keluarga dan pekerjaannya, sedangkan hobinya bepergian dan menyukai sejumlah jenis kesenian. Howard Gardner adalah profesor di bidang pendidikan di Harvard Graduate School of Education. Dia juga adalah seorang Andjunt Professor di jurusan Psikologi di Harvard University, Andjunt Professor bidang Neurology di Boston University School of Medicine, dan mengepalai Steering Committee dari Project Zero. Diantara sejumlah penghargaan yang diraihnya, Gardner menerima Mac Arthur Prize Fellowship tahun 1981. Dia juga



12



dihadiahi sebanyak dua puluh gelar kehormatan, antara lain dari Princeton University, McGill University dan Tel Aviv University. Gardner adalah penemu Konsep multiple intelligences lewat bukunya Frames of Mind pada tahun 1983, yang sebenarnya, merupakan sebuah kritik dengan mengemukakan pandangan bahwa terdapat lebih dari satu inteligensi manusia yang berada di luar jangkauan instrumen pengukur psikometrik standar. Gardner telah mengarang puluhan buku dan ratusan artikel, dan beberapa diantaranya telah dialihbahasakan ke dalam 26 bahasa,5 diantaranya adalah Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligence (1983), (1993 ed.), Multiple Intelligences: The Theory in Practice (1993), (1993 ed.), Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century (1993), Changing Minds: The Art and Science of Changing Our Own and Other People's Minds (2004), dan lain-lain.



2. John Dewey



13



John Dewey dilahirkan di Burlington pada tahun 1895,Setelah



menyelesaikan



studinya



di



Baltimore,ia



menjadi guru besar dibidang filsafat dan juga dibidang pendidikan pada Universitas Chicago ( 1895-1904 ) dan akhirnya di universitas Colombia (1904-1921). Setelah dua tahun sebagai guru sekolah menengah di Oil City, Pennsylvania dan satu sekolah pengajaran dasar di kota kecil Vermont Charlotte, Dewey memutuskan bahwa ia tidak cocok untuk bekerja di pendidikan dasar atau menengah. Setelah mempelajari dengan George Sylvester Morris , Charles Sanders Peirce , Herbert Baxter Adams , dan G. Stanley Hall , Dewey menerima gelar Ph.D. dari School of Arts & Sciences di Universitas Johns Hopkins . Pada tahun 1884, ia menerima posisi fakultas di Universitas Michigan (1884-1888 dan 1889-1894) dengan bantuan George Sylvester Morris . Disertasi yang tidak diterbitkan dan sekarang hilang berjudul “The Psychology of Kant “. Pada tahun 1894 Dewey bergabung dengan yang baru didirikan Universitas Chicago (1894-1904) di mana ia mengembangkan keyakinannya pada teori empiris berbasis pengetahuan, menjadi terkait dengan filosofi Pragmatis baru muncul. Waktu di University of Chicago menghasilkan empat esai kolektif berjudul Pemikiran dan Subyek-nya Cetakan , yang diterbitkan dengan karya-karya dikumpulkan dari rekan-rekannya di Chicago di bawah judul kolektif Studi di Teori



logis



(1903).



Selama



waktu



itu



Dewey



juga



memprakarsai Universitas Chicago Sekolah Laboratorium , di mana ia mampu mengaktualisasikan keyakinan pedagogis yang menyediakan bahan untuk karya besarnya yang pertama pada pendidikan, Sekolah dan Kemajuan Sosial (1899).



14



Salah satu gagasan Dewey yang memberi kontribusi penting bagi pendidikan yaitu “Anak sebagai pembelajar aktif” (Child as an active learner). Sebelumnya berkembang bahwa anak merupakan pribadi yang pasif, anak hanya mendengar apa yang disampaikan oleh guru. Dewey berpendapat bahwa belajar yang terbaik adalah “learn best by doing”.



3. Erik Erikson



Erikson menyelesaikan pendidikan di Gymnasium. Pada usia 25 tahun ia diundang untuk mengajar di sebuah sekolah swasta di Wina. Erikson menjadi begitu tertarik pada pendidikan anak-anak. Erikson akhirnya memilih kesenian, karena ia memiliki bakat dan minat di bidang itu. Pada masa hidupnya ini (Erikson pada waktu itu berusia 25 tahun) terjadilah sesuatu yang membuatnya berubah secara drastis. Ia diundang untuk mengajar pada suatu sekolah swasta kecil, di Wina. Sekolah ini dibangun sebagai tempat mendidik anak anak, sementara mereka dan (atau) orangtua mereka menjalani psikoanalisis. Sekolah itu progresif dan para guru serta murid diberi kebebasan penuh dalam mengembangkan kurikulum. Erikson menjadi begitu tertarik pada pendidikan anak



15



anak sehingga ia mengikuti dan tamat dari sekolah pendidikan guru yang



menerapkan



menekankan



metode



perkembangan



Montessori. inisiatif



Metode



anak



Montessori



sendiri



melalui



permainan dan pekerjaan. Pengalaman ini memiliki pengaruh yang tidak pernah hilang dalam diri Erikson. Pengaruh lain yang lebih dalam ialah perkenalannya yang tak teralakan dengan psikoanalisis ialah ia berkenalan dengan perkumpulan Freud, mengikuti pendidikan



pbeliau



dengan



konsep



psikoanalisis



di



bawah



bimbingan Anna Freud, mempelajari psikoloanalisis di Institut Psikoanalisis di Wina, dan tamat dari sana pada tahun 1933. Bisa dikatakan, ia telah menemukan identitas profesinya. Reputasi Erikson hampir seluruhnya berasal dari uraiannya tentang perkembangan psikososial sepanjang masa kehidupan, dari masa bayi sampai masa tua, terutama konsep-konsepnya tentang identitas dan krisis identitas. Pada umumnya para psikolog lebih menyukai tahap Erikson daripada tahap psikoseksual Freud. Mereka berpendapat bahwa Erikson telah memberikan sumbangan untuk perkembangan kepribadian, setara dengan apa yang telah dilakukan Piaget tentang perkembangan intelektual. Erikson juga dikagumi karena observasinya yang tajam dan inteprestasinya yang peka dan perasaan kasihnya dalam terhadap segala sesuatu yang bersifat manusiawi. Erikson berkata bahwa orang-orang harus menemukan identitasnya dalam potensi-potensi masyarakatnya, sedangkan perkembangannya harus selaras dengan syarat-syarat yang dicanangkan masyarakat, atau mereka harus menanggung akibatakibatnya. Sumbangan penting yang telah diberikan Erikson meliputi dua topik utama yaitu teori psikososial tentang perkembangan dari



16



mana muncul suatu konsepsi yang luas tentang ego dan penelitian psikosejarah yang menerangkan psikososialnya. Kedua teori tersbut ingin benjelaskan bahwa proses belajar yang dilakukan dan upaya



pengembangan potensi seyoginya



sesuai dengan tahapan perkembangan . teori gardner telah digunakan dalam mengkalrifikasikan usia pendidikan anak.anak usia



5



tahun



dikategorikan



usia



elementary



school.(Santrok,2009:123). 4. E. L. Thorndike



Thorndike, lahir di Williamsburg, Massachusetts, adalah anak dari seorang pendeta Metodis di Lowell, Massachusetts. Thorndike lulus dari The Roxbury (1891), di West Roxbury, Massachusetts dan Wesleyan University (1895). Ia mendapat gelar MA di Harvard University pada tahun 1897. Selama di Harvard, ia tertarik pada bagaimana hewan belajar (etologi), dan bekerja sama dalam penelitian dengan William James. Setelah itu, ia menjadi tertarik pada hewan 'manusia',



dan



kemudian



mengabdikan



dirinya



demi



17



penelitiannya ini. Tesis Edward hingga saat ini masih dianggap sebagai dokumen penting dalam ranah ilmu psikologi komparatif modern. Setelah lulus, Thorndike kembali ke minat awal, psikologi pendidikan. Pada tahun 1898 ia menyelesaikan PhD-nya di Universitas Columbia di bawah pengawasan James McKeen Cattell, salah satu pendiri psikometri. Edward Lee Thorndike meski secara teknis seorang fungsionalis,



namun



ia



telah



membentuk



tahapan



behaviorisme Rusia dalam versi Amerika. Thorndike (18741949) mendapat gelar sarjananya dari Wesleyan University di Connecticut pada tahun 1895, dan master dari Hardvard pada tahun 1897. Ketika disana, dia mengikuti kelasnya Williyams James dan merekapun cepat menjadi akrab. Dia menerima beasiswa di Colombiadan mendapatkan gelar PhD-nya tahun 1898. Kemudian dia tinggal dan mengajar di Colombia sampai pensiun pada tahun 1940. Dan dia menerbitkan suatu buku yang berjudul “Animal intelligence, An experimental study of association process in Animal”. Buku ini yang merupakan hasil penelitian Thorndike terhadap tingkah beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, dan burung yang mencerminkan prinsip dasar dari proses belajar yang dianut oleh Thorndike yaitu bahwa dasar dari belajar (learning) tidak lain sebenarnya adalah asosiasi, suatu stimulus akan menimbulkan suatu respon tertentu. Ia juga menggagas teori S-R yang dikatakan bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme (Hewan atau Orang) belajar dengan cara coba salah (Trial end Error). Kalau organisme berada dalam suatu situasi yang mengandung



masalah



maka



organisme



itu



akan



18



mengeluarkan serentakan tingkah laku dari kumpulan tingkah laku yang ada padanya untuk memecahkan masalah itu.



D. Tugas 1. Buatlah rangkuman tentang fungsi seni untuk anak-anak Sekolah Dasar. 2. Bagaimana implementasi pendidikan seni dalam kurikulum 2013 3. Buatlah rancangan scenario pembelajaran yang memungkinkan pencapaian fungsi-fungsi seni tersebut. Berilah penjelasan pada setiap tahap scenario dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi seni tersebut. Jawaban : 1. Fungsi seni di sekolah dasar terbagi menjadi beberapa yaitu : a. Sebagai media ekspresi, dapat diterapkan pada materi: kelompok



gambar



ekspresi,



membentuk



bebas,



menggambar ilustrasi, gambar imajinatif, relief dan membuat model. b. Sebagai media komunikasi dapat diaplikasikan pada materi yang dijabarkan dari pokok bahasan: gambar ekspresi, kolase, montase, mozaik, gambar bentuk, gambar ilustrasi dengan tema realis. c. Sebagai media bermain dapat diterapkan pada seluruh kegiatan pelajaran seni. Karena konsep dasar dalam pengembangan mata pelajaran ini adalah bermain sambil belajar. perlu diingat bahwa makin tinggi kelasnya sesuai dengan berkembangnya intelektual siswa, makin “berkurang” kadar bermainnya.



19



d. Sebagai



media



pengembangan



bakat



seni



dapat



diaplikasikan pada kegiatan yang bercirikan ketrampilan terutama



pada



membentuk,



menganyam,



macramé,



membuat model, dan relief. Bagi anak yang mulaikelas awal sudah tampak kemahirannya dalam salah satu cabang seni, maka guru dapat meningkatkan bakat tersebut pada seluruh kegiatan kesenian, baik pada seni rupa, seni music, atau seni tari. Seperti diketahui, bahwa menyanyi yang baik dengan suara yang merdu hanya dapat dilakukan oleh anak yang berbakat. Demikian juga untuk dapat menari yang baik dengan baik dengan kepekaan citarasa yang tinggi juga hanya dapat dilakukan oleh anak yang berbakat menari. e. Sebagai media berpikir, dapat dikembangkan terutama pada pokok bahasan: lipatan, kolase, montase, mozaik, cetak, melengkaapi gambar, sablon, bangunan dan penataan, aplikasi dengan teknik menjahit/sulaman. f. Sebagai media untuk memperoleh pengalaman estetis.



2. Implementasi pendidikan seni di sekolah dasar dapat dilakukan melalui : -



Menggambar, dengan menggambar guru dapat mengetahui ekspresi kreatif dari peserta didik. Apakah peserta didik itu dapat menggambar sesuai imajinasi mereka sendiri atau merupakan hasil pengulangan saja. Biasanya guru juga akan memberikan tema tertentu seperti menggambar pemandangan, lingkungan sekitar, hingga menggambar motif-motif batik.



-



Kegiatan menganyam dan mencetak, kegiatan ini mulai dapat dilakukan pada kelas tinggi karena pada kegiatan ini peserta didik akan berkurang kadar bermainnya dan diarahkan untuk lebih focus. Media yang digunakan untuk menganyam dapat



20



berupa



origami



sedangkan



untuk



mencetak



dapat



menggunakan plastisin.



3. Contoh scenario pembelajaran : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU (RPP 3.3.4) Sekolah



: SDN Cikaro 1



Kelas/Semester



: I/1 (Satu)



Tema



: 3. Kegiatanku



Subtema



: 3.3 Kegiatan Sore Hari



Pembelajaran



: 4 (Empat)



Alokasi Waktu



: 5 X 35 menit (1 kali pertemuan)



A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru. 3. Memahami



pengetahuan



faktual



dengan



cara



mengamati



(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.



21



4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis,



dalam



karya



mencerminkan



anak



yang sehat,



estetis, dan



dalam dalam



gerakan



yang



tindakan



yang



mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.



B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi



Kompetensi Dasar



Indikator Pencapaian Kompetensi ·• mengidentifikasi kolase sebagai contoh karya seni dua dimensi, mencakup ide, tema, obyek, alat, dan bahan yang digunakan ·•



mengidentifikasi alat dan bahan yang



digunakan untuk membuat karya kolase. SBdP 3.1 Memahami karya



·•



ekspresi dua dan tiga



kolase dari bahan kertas



mengidentifikasi cara membuat karya



dimensi. ·• 4.1 Membuat karya ekspresi



merancang pembuatan karya kolase



dari kertas



dua dan tiga dimensi. ·•



menyiapkan alat dan bahan yang



digunakan ·•



membuat karya kolase sesuai



rancangan yang telah dilakukan



3.3 Memahami pola gerak



· • mengidentifikasi gerak menangkap sebagai bagian dari gerak manipulatif dengan tepat



dasar manipulatif sesuai



·•



dengan konsep tubuh, ruang,



sebagai bagian dari gerakan manipulatif,



PJOK



mempraktikkan gerakan menangkap



22



usaha, dan keterhubungan



dengan benar



dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau tradisional. 4.3 Mempraktikkan pola gerak dasar manipulatif sesuai dengan konsep tubuh, ruang, usaha, dan keterhubungan dalam berbagai bentuk permainan sederhana dan atau tradisional. Bahasa Indonesia 3.7 Menentukan kosakata yang berkaitan dengan peristiwa siang dan malam melalui teks pendek (gambar, tulisan, dan/atau syair lagu) dan/atau eksplorasi



·• mengidentifikasi kalimat yang berasal dari kosa kata yang terkait dengan sore hari



lingkungan.



·•



menyusun kalimat sederhana dari kosa



kata tentang kegiatan sore hari 4.7 Menyampaikan penjelasan dengan kosakata Bahasa Indonesia dan dibantu dengan bahasa daerah mengenai peristiwa siang dan malam dalam teks tulis dan gambar.



23



C. Tujuan Pembelajaran : 1. Dengan menyimak penjelasan dan contoh guru, siswa mampu mengidentifikasi gerak menangkap sebagai bagian dari gerak manipulatif dengan tepat. 2. Melalui permainan kasti siswa mampu mempraktikkan gerakan menangkap sebagai bagian dari gerakan manipulatif, dengan benar. 3. Dengan permainan mengacak kartu siswa mampu mengidentifikasi kalimat yang berasal dari kosa kata yang terkait dengan sore hari 4. Melalui permainan merangkai kata siswa mampu menyusun kalimat sederhana dari kosa kata tentang kegiatan sore hari. 5. Dengan memperhatikan contoh yang ditunjukkan guru siswa mampu mengidentifikasi kolase sebagai contoh karya seni dua dimensi, mencakup ide, tema, obyek, alat, dan bahan yang digunakan. 6. Dengan



memperhatikan



penjelasan



guru,



siswa



mampu



mengidentifikasi alat dan bahan yang digunakan untuk membuat karya kolase. 7. Dengan



memperhatikan



penjelasan



guru



siswa



mampu



mengidentifikasi cara membuat karya kolase dari bahan kertas. 8. Dengan arahan guru siswa mampu merancang pembuatan karya kolase dari kertas. 9. Setelah merancang pembuatan kolase, siswa mampu menyiapkan alat dan bahan yang digunakan 10. Setelah menyiapkan alat dan bahan, siswa mampu membuat karya kolase sesuai rancangan yang telah dilakukan. D. Materi Pembelajaran 



Bermain Tangkap Bola



24







Membuat Kalimat







Mengerjakan Karya Kolase



E. Metode Pembelajaran 



Tanya jawab







Penugasan







Demonstrasi







Permainan







Latihan



F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pembuka: 



Guru menyapa siswa dan mengkondisikan kelas agar siap untuk belajar







Salah satu siswa diminta untuk memimpin doa.







Guru mengingatkan siswa tentang pelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pelajaran yang akan disampaikan.







Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dan tujuan kegiatan belajar.







Setelah itu guru membawa siswa ke halaman sekolah/lapangan olahraga.



2. Kegiatan Inti: 



Guru memimpin siswa untuk melakukan pemanasan.



25







Guru menjelaskan bahwa mereka akan berlatih menangkap melalui permainan



sederhana.



Sebelum



bermain



guru



menjelaskan



prosedur kegiatan. Siswa berbaris berhadapan dengan jarak kedua barisan sekitar 3 m. 



Guru mencontohkan bagaimanan cara menangkap bola dengan berbagai posisi tangan.







Siswa mulai bermain lempar tangkap bola seperti yang telah dijelaskan oleh guru. Siswa menangkap bola yang berasal dari lemparan teman di seberangnya. Lalu bergantian, siswa yang menangkap bola gantian melempar ke teman lain di seberangnya.







Permainan dilakukan sambil belajar menyusun kalimat dalam bahasa indonesia. Sebelum melempar ke teman lain, siswa harus membuat satu kalimat terlebih dahulu.







Setelah semua siswa mencoba, sisa waktu dimanfaatkan untuk bermain lempar tangkap bola berkelompok.







Selesai bermain guru memandu siswa untuk melakukan refleksi kegiatan tersebut.







Siswa kembali ke kelas dan melanjutkan kegiatan belajar.







Setelah beristirahat sejenak, kemudian siswa diminta duduk berkelompok berbaris berbanjar ke belakang. Setiap kelompok paling banyak terdiri atas 5 orang.







Siswa menyimak penjelasan guru tentang permainan merangkai kata menjadi kalimat yang akan mereka lakukan.







Guru memberikan satu kata yang berhubungan kepada tiap-tiap kelompok. Kelompok tersebut harus membuat kalimat yang berhubungan dengan siang hari, dari kata tersebut.







Caranya adalah tiap-tiap anak secara bergilir mulai dari yang paling depan, mengucapkan satu kata dilanjut dengan teman di belakangnya. Setiap kelompok akan mendapatkan poin 1 jika berhasil membuat kalimat dengan benar. Guru mencatat berapa kata setiap kalimat yang berhasil dibuat oleh setiap kelompok. Setelah itu giliran kelompok berikutnya diberikan satu kata, kemudian membuat kalimat. Seterusnya seperti itu sampai 26



beberapa putaran. Pemenangnya adalah kelompok yang mendapat poin paling banyak dan paling panjang kalimatnya. 



Setelah bermain siswa mengerjakan lembar kerja di buku teks.







Kegiatan dilanjutkan dengan membuat karya dua dimensi berupa kolase dari kertas.







Guru mengulang kembali penjelasan tentang macam-macam karya kolase.







Siswa menyimak penjelasan guru tentang alat dan bahan yang harus disiapkan.







Guru mengarahkan bagaimana cara merancang pembuatan kolase







Guru menyiapkan lembaran berupa gambar bertema kegiatan sore hari, untuk media membuat kolase dari kertas.







Siswa



bebas



menentukan



komposisi



warna



dan



bentuk



penyusunan potongan-potongan kertas sesuai ide masingmasing. 



Siswa mengerjakan tugas dengan tekun.







Saat waktunya habis siswa mengumpulkan hasil kerjanya.



3. Kegiatan Penutup: 



Sebagai penutup guru mengulas kembali apa yang sudah dipelajari.







Beberapa siswa diminta menyampaikan apa yang telah mereka fahami dari pelajaran yang sudah diterima.







Guru mengajak siswa melakukan refleksi dan berdoa.



G. Penilaian Pembelajaran: Penilaian Sikap : Observasi selama kegiatan Penilaian Pengetahuan: Tes tertulis dan tes lisan



27



Penilaian Keterampilan



Kriteria Keterampilan Sangat Baik



Melakukan gerak menangkap bola



Menangkap bola selalu tepat



Baik



Menangkap bola sesekali jatuh.



Perlu



Cukup



Pendampingan



Belum dapat menangkap bola dengan tepat



Menangkap bola sering jatuh



Ide dan tema



Ide dan tema



Ide dan tema



sesuai,



sesuai,



sesuai,



Karya belum



komposisi



komposisi



selesai tepat



sesuai



Membuat



bentuk dan



bentuk dan



waktu, namun



denganide dan



karya kolase



warna tertata



warna tertata



komposisi



tema, dan tidak



rapi, dan



rapi, namun



bentuk dan



selesai tepat



selesai tepat



tidak selesai



warna tidak



waktu



waktu



tepat waktu



rapi



Lembar Penilaian Melakukan gerak menangkap bola



No.



Nama



Kriteria



Siswa



Melakukan gerakan dengan tepat tanpa intervensi guru



Predikat



Melakukan



Gerakan



Belum



gerakan



kurang



mampu



dengan



tepat dan



melakukan



tepat namun



perlu



gerakan



dengan



intervensi



dengan



28



1



Beni



2 3



Dayu Ucup



intervensi



yang



minimal



cukup



tepat



Sangat Baik Baik Cukup



Menyusun kalimat



No.



Nama Siswa



1



Beni



2 3



Dayu Ucup



Menyusun



Terdapat 1-



Terdapat 3-



kalimat



2 kesalahan



4 kesalahan



dengan benar



dalam



dalam



tanpa ada



menyusun



menyusun



kesalahan



kalimat



kalimat



Terdapat lebih dari 4 kesalahan dalam



Predikat



menyusun kalimat Sangat Baik Baik Cukup



Membuat karya kolase



No.



Ide dan tema



Ide dan



Ide dan tema



Karya



sesuai,



tema



sesuai, selesai



belum



Nama



komposisi



sesuai,



tepat



sesuai



Siswa



bentuk dan



komposisi



waktu,namun



dengan



warna tertata



bentuk dan



komposisi



ide dan



rapi, dan



warna



bentuk dan



tema, dan



selesai tepat



tertata rapi,



warna tidak



tidak



Predikat



29



waktu



namun



rapi



selesai



tidak



tepat



selesai



waktu



tepat waktu



1



Beni



2 3



Dayu Ucup



Sangat Baik Baik Cukup



H. Media dan Alat Pembelajaran 



Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2017. Buku siswa SD/MI Kegiatanku Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema 3 Halaman 91-93.







Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2017. Buku Guru SD/MI Kelas I. Kegiatanku Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema 3 Halaman 89-94.







Kartu-kartu kata







Contoh-contoh karya kolase







Potongan/sobekan kertas warna warni Bandung, Mengetahui,



Juli 2017



Guru Mata Pelajaran



Kepala Sekolah



……………………………… Ii Syamsul Farid, S.Pd. NIP. ………………………… NIP. 19680514 199301 1 001



30



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Seni merupakan suatu proses proses penggambaran ekspresi diri manusia sehingga bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sangat sulit untuk dinilai, bahwa masingmasing individu memilih sendiri perarturan dan parameter yang



menuntun



dalam



mengekpresikan



diri.



Seni



mempunyai beberapa fungsi. Dalam dunia pendidikan pun seni mempunyai peran yang sangat penting. Dalam sekolah dasar, seni berfungsi untuk memberikan fasilitas yang sebesar-besarnya kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya (ekspresi bebas), melatih imajinasi anak, memberikan pengalaman estetik dan mampu memberi umpan balik penilaian (kritik dan saran) terhadap suatu karya seni



sesuai



dengan



mediumnya.



Selain



itu



dengan



pembinaan sensitivitas serta rasa pada anak usia Sekolah Dasar,



hasil



yang



mengembangkan



diharapkan kemampuan



adalah



anak



intelektual,



mampu imajinatif,



ekspresi, kepekaan kreatif, keterampilan, dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan dari berbagai wilayah



Nusantara



mempelajari



dan



mancanegara.



seni,



menumbuhkembangkan



seorang sikap



Dan anak



profesional,



dengan dapat



kooperatif,



toleransi, dan kepemimpinan.



31



DAFTAR PUSTAKA



Pandeirot, Olga dan Sri Kawurlan. 2005. Pendidikan Seni dan Keterampilan. Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Negeri Jakarta Surna, I Nyoman dan Olga D. Panderiot. 2014. Psikologi Pendidikan 1. Erlangga. Jakarta



32