MAKALAH GENETIKA KLPK 6 - Perubahan Frekuensi Gen Dalam Populasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH GENETIKA PETERNAKAN “Perubahan Frekuensi Gen Dalam Populasi”



Dosen Pengampu Dr. Ichsan A. Dagong, S.pt., M.Si



Disusun Oleh : KELOMPOK 6 1. Iva Andina Putri (I011211013) 2. Nurhaena (I011211219) 3. Swandi Sudirman (I011211017) 4. Nurisma Devi Wahyuningsih (I011211151) 5. Khusnul Khatimah (I011211059) 6. Aswar Jaya (I011211177) 7. Awaluddin Palalloi (I011211143) 8. Febrianto Banda (I011211187)



FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2022



i



KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perubahan Frekuensi Gen Dalam Populasi” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pada mata kuliah Genetika Peternakan. Selain itu makalah ini juga bertujuan menambah wawasan tentang perubahan frekuensi gen dalam populasi. Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ichsan A. Dagong, S.Pt., M. Si selaku dosen dari mata kuliah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan mkalah ini. Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.



Makassar, Maret 2022 Penyusun,



Kelompok 6



ii



DAFTAR ISI



Kata pengantar ................................................................................................................. ii Daftar isi ........................................................................................................................... iii



Bab I Pendahuluan …………………………………………………...………………… 1 1.1 Latar belakang ................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1 1.3 Tujuan ............................................................................................................... 1 Bab II Pembahasan ........................................................................................................... 2 2.1 Kesetimbangan Hardy Weinberg ...................................................................... 2 2.2 Mekanisme Evolusi ........................................................................................... 4 2.3 Faktor Penyebab Terjadi Perubahan Frekuensi Gen dalam Populasi ............... 5 2.4 Karakter Genetik Terhadap Populasi ................................................................ 9 Bab III Penutup................................................................................................................. 12 3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 12 3.2 saran .................................................................................................................. 12 Daftar Pustaka .................................................................................................................. 13



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gen adalah segemn DNA yang mengkode rantai polipeptida dan RNA. Secara klasik, sebuah gen didefinisikan sebagai bagian dari kromosom yang menentukan atau memengaruhi satu karakter atau fenotip, seprti warna mata, mata sipit, rambut halus, wajah bulat. George Beadle dan Edward Tatum bahwa gen adalah segmen materi genetik yang menentukan, atau untuk, satu enzim: hipotesis satu gen-satu enzim. Gen adalah semua DNA yang mengkode urutan utama dari beberapa produk gen dalam hal ini adalah polipeptida atau yang dikenal sebagai protein atau RNA dengan struktur atau fungsi katalik. Populasi merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang menjadi pusat perhatian dan menjadi sumber data penelitian. Objek penelitian ini dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya. Populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syaratsyarat tertentu berkaitan dengan masalah atau objek penelitian. Adanya frekuensi gen dalam suatu populasi merupakan petunjuk adanya evolusi. Ini karena menurut hukum Hardy-Weinberg, perbandingan genotip alami akan selalu konstan dari generasi ke generasi pada sebuah populasi besar dimana perkawinan terjadi secara acak dan tidak ada perubahan perbandingan alel dan lokus. Perubahan keseimbangan frekuensi gen dapat terjadi akibat mutasi dan seleksi alam yang mana keduanya merupakan mekanisme evolusi, sehingga jika terjadi perubahan frekuensi gen maka itu dapat dijadikan bukti adanya evolusi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perubahan frekuensi gen yang terjadi dalam dalam populasi? 2. Apa saja faktor penyebab terjadinya perubahan frekuensi gen dalam populasi? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas antara lain sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perubahan frekuensi gen yang terjadi dalam gen dalam populasi. 2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya perubahan frekuensi gen dalam populasi. 1



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kesetimbangan Hardy Weinberg Pada tahun 1908, ahli Matematika Inggis G.H. Hardy dan seorang ahli Fisika Jerman W. Weinberg secara terpisah mengembangkan model matematika yang dapat menerangkan proses pewarisan tanpa mengubah struktur genetika didalam populasi. Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa jumlah frekuensi alel didalam populasi akan tetap seperti frekuensi awal, dengan beberapa persyaratan yaitu populasi sangat besar, kawin acak, tidak ada perubahan didalam unggun gen akibat mutasi, tidak terjadi migrasi individu kedalam dan keluar populasi, dan tidak ada seleksi alam (semua genotip mempunyai kesempatan yang sama dalam keberhasilan reproduksi) kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruhpengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan antara lain perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi terbatas, dan aliran gen. Hukum Hardy-Weinberg memberikan standar untuk membandingkan populasi yang sebenarnya dan mendeteksi perubahan evolusi. Dua hal utama dalam hukum HardyWeinberg, yaitu: 1. Jika tidak ada gangguan maka frekuensi alel yang berbeda dalam populasi akan cenderung tetap/tidak berubah sepanjang waktu 2. Dengan tidak adanya faktor pengganggu, maka frekuensi genotype juga tidak akan berubah setelah generasi I. Hukum ini digunakan sebagai parameter untuk mengetahui apakah dalam suatu populasi sedang berlangsung evolusi ataukah tidak. Hukum Hardy-weinberg ini menjelaskan bahwa keseimbangan genotip AA, Aa, dan aa, serta perbandingan gen A dan gen a dari generasi ke generasi akan selalu sama dan tetap dipertahankan dalam suatu populasi bila memenuhi beberapa syarat. Hukum Hardy -Weinberg menyatakan bahwa dibawah suatu kondisi yang stabil, baik frekuensi gen maupun perbandingan genotip akan tetap (konstan) dari generasi ke generasi pada populasi yang berbiak secara seksual. Syarat berlakunya asa Hardy-Weinberg:



2



1. Ukuran populasi sangat besar. Dalam populasi yang besar, hanjutan/pergeseran genetik (genetic drift) yang merupakan fluktuasi acak dalam kumpulan gen tidak akan mengubah frekuensi alel. 2. Perkawinan terjadi secara acak. Dengan perkawinan acak, frekuensi alel dan genotip akan mengikuti hukum pewarisan sifat Mendel, sehingga frekuensi alel dan genotip dapat dipertahankan tetap. 3. Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar. Pengubahan satu alel menjadi alel lain akibat mutasi akan mengubah frekuensi alel dan genotip suatu populasi. 4. Terisolasi dari populasi lain. Pada populasi yang terisolasi tidak aka nada aliran gen (perpindahan alel antar populasi akibat perpindahan individua tau gamet) yang dapat mengubah kumpulan gen. 5. Tidak ada seleksi alam. Jika potensi kelangsungan hidup dan keberhasilan reproduksi pada semua individu sama, maka frekuensi alel dan genotip akan tetap dari generasi ke generasi. Jika lima syarat yang



diajukan dalam kesetimbangan Hardy-Weinberg tadi banyak



dilanggar, jelas akan terjadi evolusi pada populasi tersebut, yang akan menyebabkan perubahan perbandingan alel dalam populasi tersebut, Devinisi evolusi sekarang dapat dikatakan sebagai perubahan dari generasi ke generasi dalam hal frekuensi alel atau genotipe populasi. Dalam perubahan dalam kumpulan gen ini (yang merupakan skala terkcil,), spesifik dikenal sebagai mikroevolusi. Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi. Tahun 1975, John Holland, salah satu pendiri Computing Evolution, memperkenalkan konsep algoritma genetika. Tujuannya adalah untuk merancang computer untuk dapat mengaplikasikan apa saja yang terdapat dari beberapa makhluk hidup. Sebagai seorang ilmuan computer, Holland prihatin dengan algoritma yang memanipulasi string pada digit biner. Dia melihat algoritma ini sebagai bentuk abstrak evolusi alami. GA dapat diwakili oleh urutan Langkah-langkah prosedur untuk bergerak dari suatu kromosom buatan untuk membentuk populasi baru. Menggunakan seleksi alam dan Teknik yang diambil sebagai crossover dan



3



mutase. Setai kromosom terdiri dari sejumlah gen, dan setiap gen diwakili oleh bilangan 0 atau 1 (Negnevitsky, 2005). Algoritma genetika memberikan pilihan untuk menentukan nilai parameter dengan menduplikasi cara reproduksi geneika, pembentukan kromosom baru, proses migrasi gen, serta seleksi alami seperti yang terjadi pada organisme hidup. 2.2 Mekanisme Evolusi Titik balik yang menentukan perkembangan dalam teori evolusi adalah kelahiran cabang ilmu biologi baru, yaitu Genetika Populasi. Ilmu ini menunjukkan tentang luasnya variasi genetic didalam populasi dan mengenali arti penting dari perubahan sifat-sifat yang terakumulasi dari generasi ke generasi. Untuk memahami hubungan genetika populasi dengan evolusi, mari kita mulai dengan konsep spesies. Spesies adalah sekelompok individu sejenis yang mempunyai potensi untuk saling mengawini dan menghasilkan keturunan yang fertile di alam bebas. Sekelompok spesies yang hidup pada tempat dan waktu yang sama disebut populasi. Evolusi terjadi. Ketika ada perubahan didalam struktur genetika dari suatu populasi. Untuk memahami bagaimana suatu populasi berubah, para ahli biologi mempelajari jenis dan jumlah gen dari suatu populasi. kumpulan gen (gene pool) adalah seluruh alela dari seluruh gen yang terdapat dalam seluruh individu dari suatu populasi pada suatu periode tertentu. Proporsi relatif alela dalam suatu populasi pada suatu periode tertentu. Proporsi relatif alela dalam suatu populasi dinyatakan dengan frekuensi alela. Struktur genetik suatu populasi ditentukan oleh frekuensi alel dan genotipenya. Jika frekuensi alel ataugenotipenya menyimpang dari nilai yang diharapkan dari kesetimbangan Hardy-Weinberg, maka populasi tesebut dinyatakan sedang berevolusi. Dengan demikian, devinisi evolusi pada tingkat populasi dapat dinyatakan sebagai “perubahan frekuensi alel atau genotip populasi dari generasi” atau “ perubahan dalam struktur genetik populasi”. Karena perubahan dalam suatu kumpulan gen itu adalah evolusi dalam skala kecil, maka keadaan ini secara khusus disebut sebagai mikroevolusi. Selama dan sejak jaman Darwin, orang-orang telah mencari dan mempelajari bukti-bukti evolusi di alam yang mengejari mereka lebih banyak tentang evolusi. Beberapa jenis bukti evolusi, misalnya fosil dan kesamaan antar orgnisme, telah digunakan oleh Darwin untuk membangun teorinya tentang seleksi alam dan masih digunakan sampai sekarang. Bukti yang lainnya, misalnya uji DNA belum tersedia pada jaman Darwin, tetapi digunakan oleh ilmuwan sekarang untuk mempelajari lebih banyak tentang evolusi.



4



2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Frekuensi Gen Dalam Populasi Adapun faktor penyebab terjadinya perubahan frekuensi gen dalam populasi yaitu sebagai berikut: a. Mutasi Mutasi merupakan bahan mentah evolusi. Peran pentingnya adalah untuk menghasilkan variasi. Mutasi pada dasarnya merupakan kekeliruan dalam penyalinan DNA. Macamnya berupa perubahan kode genetik, penyisipan atau hilangnya suatu gen, atau dan inversi atau duplikasi gen atau bagian gen. Mutasi selalu terjadi, hampir semua gen mungkin mengalami mutasi sekali pada saat pembelahan yang ke 50.000 hingga 100.000. Kecepatan mutasi dari berbagai gen bervariasi. Alel yang lebih stabil, frekuensinya akan cenderung bertambah banyak, sedangkan alel yang mudah bermutasi akan cenderung bertambah banyak, sedangkan alel yang mudah bermutasi akan cenderung untuk berkurang frekuensinya. Meskipun mutasi pada suatu lokus gen tertentu jarang terjadi, dampak kumulatif mutasi tersebut pada semua lokus bisa signifikan. Hal ini disebabkan oleh setiap individu memiliki ribuan gen, dan banyak populasi memiliki ribuan atau jutaan individu. Dengan begitu dalam jangka panjang mutasi sangat penting bagi evolusi karena mutasi mempertinggi variabilitas yang berfungsi sebagai bahan mentah untuk seleksi alam. Kebanyakan mutasi dipandang netral dari sudut pandang fitness. Banyak mutasi yang tidak segera memperlihatkan efek pada fenotipe,sehingga tidak terdeteksi. Akan tetapi, kalau mutasi itu sampai menimbulkan efek pada fenotipe, biasanya efeknya merugikan. Hanya sedikit sekali mutasi yang menguntungkan. Nilai adaptif mutasi sepenuhnya tergantung pada kondisi lingkungan. Sekali alel bermutasi, kombinasi alel-alel tertentunbisa lebih adaptif dari kombinasi yang lain pada kondisi lingkungan tertentu. Fenotipe yang paling cocok baru muncul apabila alel-alel yang tepat dikelompokkan oleh peristiwa rekombinasi. b. Migrasi Pergerakan alel dalam populasi melalui perkawinan antar anggota populasi dikenal dengan migrasi atau aliran gen. Perpindahan individu dari suatu populasi ke populasi lainnya menyebabkan terjadinya migrasi gen yang mengarah pada terjadinya perubahan frekuensi gen pada populasi tersebut. c. Seleksi Alam Seleksi alam berperan sebagai agen penyeleksi suatu populasi. Makhluk hidup yang dapat beradaptasi akan mempertahankan kelangsungan hidupnya, sedakangkan makhluk 5



hidup yang tidak mampu beradaptasi akan punah atau tersingkir. Seleksi alam dipandang sebagai proses yang mengubah frekuensi gen didalam populasi. Jika kita lihat populasi-populasi makhluk hidup di alam, maka kita akan menemukan bahwa setiap populasi terdiri atas individu-individu yang bervariasi. Beberapa varian mungkin menghasilkan lebih banyak keturunan disbanding yang lain. Keberhasilan yang berbeda dalam reproduksi ini adalah seleksi alam, tentunya hal ini dipengaruhi oleh kemampuan individu yang tidak sama untuk bertahan hidup dan berproduksi. Menurut The American Heritage ScienceDictionary, seleksi alam adalah suatu proses dimana organisme-organisme yang lebih baik penyesuaiannya terhadap lingkungan akan menghasilkan keturunan yang lebih baik banyak disbanding yang lain. Sebagai hasil dari seleksi alm, proporsi organisme suatu spesies dengan karakteristik yang bersifat adaptif terhadap lingkungan akan meningkat pada masing-masing generasi. Oleh karena itu, seleksi alam secara acak memodifikasi variasi asal dari ciri-ciri genetic suatu spesies sehingga alel-alel yang bersifat menguntungkan karena survive akan mendominasi, sedangkan alel-alel yang tidak menguntungkan akan berkurang. Menurut Merriam -Webster`s Medical Dictionary, seleksi alam adalah suatu proses alami yang akan menghasilkan individu yang survive atau kelompok terbaik yang sesuai dengan kondisi dimana mereka hidup dan ini sama pentingnya untuk mengabdikan kualitas genetik yang diinginkan dan untuk menghapus gen yang tidak diinginkan sebagai hasil dari rekombinasi atau mutasi gen. Terdapat 3 jenis seleksi alam yaitu seleksi direksional, seleksi penstabilan, dan seleksi disruptif. •



Seleksi Direksional Seleksi direksional adalah tipe seleksi alam yang mengarahkan suatu populasi kea rah satu sifat yang eskstrem. Misalnya, pada kasus kupu-kupu Biston Betularia, seleksi yang terjadi mengarahkan pada populasi Biston Betularia hitam yang lebih adaptif dibandingkan dengan Biston Betularia putih.







Seleksi Penstabilan Seleksi penstabilan merupakan tipe seleksi yang mempertahankan karakter pertengahan diantara dua karakter esktrem. Contohnya adalah bobot bayi yang dilahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa bayi dengan bobot sedang ternyata lebih mampu bertahan hidup, sedangkan bayi berbobot besar mengalami banyak masalah Kesehatan.



6







Seleksi Disruptif Seleksi disruptif merupakan tipe seleksi yang berlawanan dengan seleksi penstabilan. Seleksi disruptif akan mempertahankan dua karakter ekstrem dan mengeliminasi karakter yang ada di pertengahan. Contohnya, kupu-kupu penipu Afrika yang memiliki kemampuan untuk menghindar dari predatornya dengan cara meniru kupu-kupu beracun.



Endler (1992) mendeskripsikan seleksi alam sebagai proses yang terjadi jika populasi memiliki 3 kondisi yaitu: a. Variasi diantara individu-individu dalam hal suatu sifat tertentu (variasi fenotip) b. Hubungan yang konsisten antara sifat itu dengan kemampuan reproduksi dengan kelangsungan hidup (variasi fitness). c. Hubungan yang konsisten, untuk sifat itu, antara tetua dan keturunannya; hubungan itu setidaknya secara persial tidak tergantung pada efek lingkungan (pewarisan sifat). Apabila ketiga kondisi itu terpenuhi, satu atau dua hal berikut akan terjadi: a. Distribusi frekuensi sifat itu akan berbeda diantara kelompok-kelompok umur atau tahap-tahap sejarah hidup, perbedaan itu tidak sesuai dengan yang diramalkan berdasarkan ontogeni (pertumbuhan dan oerkembangan). b. Apabila populasi tidak dalam keadaan setimbang, distribusi sifat itu didalam semua keturunan dalam populasi akan berbeda dari distribusinya didalam semua tetua, tidak sesuai yang diramalkan berdasarkan kondisi (a) dan (c) saja. Kondisi (a), (b), dan (c) mencakup semua aspek biologi, dan proses (hasil a dan b ) murni berasal dari peluang dan statistika. Seleksi alami dapat dipecah menajadi banyak komponen. Beberapa diantaranya adalah kelangsungan hidup dan dayatarik seksual. Seleksi seksual adalah seleksi alami yang bekerja pada faktor-faktor yang berperan terhadap keberhasilan organisme untuk kawin. Seleksi alam mengakibatkan alel diturunkan ke generasi berikutnya dalam jumlah yang tidak proporsional dengan frekuensi relatif generasi saat ini, sehingga mengubah kumpulan gen. Seleksi alam mengakumulasi dan mempertahankan genotip yang menguntungkan dalam suatu populasi. Pengaruh seleksi alam dalam penurunan frekuensi suatu sifat dalam suatu populasi. d.



Genetic Drift



7



Genetic drift adalah perubahan secara kebetulan dalam frekuensi alel suatu kumpulan gen. Meski bisa terjadi pada populasi besar maupun kecil, peristiwa ini terutama terjadi pada populasi yang kecil. Sebagai mekanisme evolusi, genetic drift dipandang setara dengan seleksi alam, malah bisa lebih penting. Mana sebenarnya yang lebih penting diantara keduanya masih diperdebatkan tetapi setidaknya Sebagian tergantung pada ukuran populasi. Di populasi kecil, drift bisa jauh lebih berperan. Bottleneck effect dan founder effect adalah dua contoh dari proses stokastik tersebut. Sebagia proses acak, genetic drift tidak akan memberikan hasil yang sama pada populasi yang berlainan (Mader, 2001). e. Kawin Tidak Acak Syarat lain agar kesetimbangan Hardy-Weinberg dapat dipertahankan adalah perkawinan acak. Tetapi pada kenyataannya, individu lebih sering kawin dengan anggota populasi yang lebih dekat dibandingkan dengan yang lebih jauh jaraknya, terutama pada spesies yang penyebarannya dekat. Hal ini akan mendorong perkawinan antarkerabat (inbreeding). Perkawinan tidak acak lainnya adalah perkawinan asortif atau perkawinan berdasarkan pilihan, dimana individu memilih pasangan yang sama dengan dirinya dalam fenotip tertentu. Sebagai contoh, beberapa kodok (Bufo sp.) paling sering mengawini kodok yang ukurannya sama. Dengan kawin acak, hubungan antara frekuensi alel dan frekuensi genotipe sangat sederhana karena perkawinan acak individu setara dengan serikat acak gamet. Secara konseptual, kita mungkin membayangkan semua gamet sutatu populasi sebagai hadiah dalam wadah besar. Untuk membentuk genotipe zigot, pasang gamet ditarik dari wadah secara acak. Untuk lebih spesifik, mempertimbangkan alel M an N pada golongan darah MN, yang frekuensi alel adalah p dan q, masing-masing (ingat bahwa p + q =1). Genotipe yang dapat dibentuk dengan dua alel akan ditampilkan di sebelah kanan, dan dengan perkawinan acak, frekuensi masing-masing genotipe dihitung dengan mengalikan frekuensi alel dari gamet yang sesuai. Namun MN genotipe dapat dibentuk dalam du acaraalel M bisa dating dari ayah atau dari ibu. Dalam setiap kasus, frekuensi genotipe MN adalah pq; mengingat kedua kemungkinan, kita menemukan bahwa frekuensi MN adalah pq + pq = 2pq. Perkawinan yang tidak akan meningkatkan jumlah genotif homozygot dari lokus gen pada individu. Setiap perubahan dalam perilaku kawin asortif atau kawin antar kerabat populasi akan menggeser frekuensi genotif yang berlainan. Dengan demikian, perkawinan tidak acak dapat menyebabkan populasi berevolusi.



8



2.4 Karakter Genetik Terhadap Populasi Frekuensi gen dan frekuensi genotip merupakan hal penting dalam melakukan karakterisasi suatu populasi. Berdasarkan frekuensi gen dan frekuensi genotip inilah kekhasan suatu populasi dapat diketahui. Frekuensi alel dan genotip dapat berubah oleh adanya evolutionary forces, perkawinan tidak acak, genetic drift dan seleksi alam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 (dua) jenis evolutionary forces yang berlangsung di populasi warga Bedeng 61B Desa Wonokarto, yaitu genetic drift dan gene flow. Program kolonisasi oleh Pemerintah Belanda yang memindahkan sejumlah penduduk Pulau Jawa ke Lampung untuk membentuk populasi yang baru, menjadi salah faktor perubahan frekuensi alel dan genotip pada populasi yang baru. Kejadian ini dikategorikan sebagai efek pendiri (founder effect) yang merupakan salah satu dari genetic drift. Dimana populasi Bedeng 61B didominasi oleh suku populasi pendiri yaitu suku jawa (89,58%) dan silsilah wilayah populasi ini paling banyak berasal dari Jawa Tengah (79, 72%). Hal ini sesuai dengan data Witrianto (2010), yang menunjukkan secara nyata bahwa migrasi berlangsung oleh penduduk dari Jawa Tengah menuju Lampung sebanyak 815 jiwa dan 77 jiwa pada periode yang berbeda. Hadirnya pendatang dalam populasi Bedeng 61B menyebabkan terjadinya aliran gen (gene flow), jumlah pendatang adalah 109 orang (30,7%). Setelah diketahui bahwa evolutionary forces terjadi pada populasi secara nyata, maka dilakukan penghitungan frekuensi alel dan genotip pada populasi tersebut, maka dapat diketahui perubahan frekuensi tersebut menyimpang atau tidak terhadap Hukum Kesetimbangan Hardy Weinberg. Total jumlah gen pada genom manusia berkisar antara 70.000 – 80.000 (Strachan & Read, 1999). Salah satunya adalah gen penyandi golongan darah. Land Steiner dalam Suryo (2005) mengemukakan bahwa golongan darah Sistem ABO dapat diwariskan dan dibedakan menjadi empat golongan yaitu A, B, AB dan O. dan Surabaya pada khususnya, urutan jumlah golongan darah terbanyak berturut-turut adalah golongan darah O, golongan darah B , golongan darah A, AB (Pratiwi & Perdanakusuma, 2008). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, dimana jumlah responden yang memiliki tipe golongan darah A, B, AB dan O adalah berturut-turut sebanyak 87 orang (24,51%), 110 orang (30,99%), 23 orang (6,48%) dan 135 orang (38, 03%). Namun, persentase berbeda dengan hasil penelitian Darmawati dkk (2005), dimana persentase tertinggi didapati pada warga bergolongan darah B yaitu 59 orang (48,76%). Hasil juga tidak sesuai dengan pendapat Suryo (1997) yang menyatakan bahwa golongan darah orang Indonesia pada umumnya adalah B. Kejadian demikian dapat terjadi, karena setiap populasi memiliki karakter 9



susunan genetik dan persebaran alel- alel bervariasi. Land Steiner dalam Suryo yang (2005) mengemukakan bahwa golongan darah Sistem ABO ditentukan oleh suatu seri alel ganda antara lain IA, I", dan 1°, dimana hampir seluruh populasi penduduk di dunia memiliki ketiga alel tersebut, walaupun persebaran alelnya berbeda-beda. Karakter susunan genetik dan persebaran alel-alel yang bervariasi, sangat ditentukan oleh gen parentalnya (Sinnot (1958) dalam Darmawati dkk., 2005). Gen parental pada anggota populasi pendiri Bedeng 61B memiliki ketiga alel pada seri alel ganda sistem golongan darah ABO, antara lain IA, IB, dan 1°. Distribusi tipe golongan darah warga transmigran yang merupakan populasi pendiri Bedeng 61B, berturut-turut, yaitu tipe golongan darah A, B, AB dan O sebanyak 10 orang (22,73%), 13 orang (29,55 %), 5 orang (11,36%) dan 16 orang (36,36%). Persebaran tipe golongan darah populasi pendiri sesuai dengan persebaran populasi saat ini. Frekuensi alel golongan darah Sistem ABO pada populasi warga Bedeng 61B Desa Wonokarto dapat dilihat pada tabel 7 (tujuh). Alel 1° memiliki nilai tertinggi dalam populasi, hal ini menunjukkan bahwa kejadian kawin acak yang terjadi pada populasi tersebut lebih banyak dilakukan oleh warga bergolongan darah A dan B dengan genotip heterozigot. Hal ini sesuai dengan data pada tabel 8 yang menunjukkan bahwa frekuensi genotip IAI° dan IBI° yang tinggi. Genotip golongan darah A dan B yang homozigot memiliki nilai yang rendah dalam populasi, berturut-turut yaitu 0,0290 dan 0,0441 (Tabel 8). Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam populasi warga Bedeng 61B Desa Wonokarto hanya didapatkan 11 orang yang bergenotip golongan darah A homozigot dan 16 orang dengan genotip golongan darah B homozigot. Perubahan frekuensi alel dan genotip suatu populasi merupakan indikasi adanya mikroevolusi, yaitu evolusi yang terjadi pada tingkat kecil (gen). Campbell et al., (2003) menyatakan bahwa apabila frekuensi alel atau genotip menyimpang diharapkan dari kesetimbangan Hardy- Weinberg, maka populasi itu dikatakan sedang berevolusi. Uji ChiSquare (X²) merupakan uji dari nilai yang dapat menunjukkan adanya yang penyimpangan struktur genetik terhadap Hukum Hardy-Weinberg. Hasil uji Chi-Square data golongan darah populasi warga Bedeng 61B Desa Wonokarto, diperoleh nilai X2 sebesar 0,07 dan critical value pada a 5% adalah 7,815 (untuk dF = 3). Oleh karena nilai X2 < critical value, maka populasi 10



warga Bedeng 61B berada dalam kesetimbangan Hukum Hardy-Weinberg. Dua bentuk evolutionary forces yang berlangsung pada populasi tersebut tidak memiliki pengaruh besar Dua bentuk dapat terhadap menyebabkan Hukum untuk penyimpangan Kesetimbangan HardyWeinberg.



11



BAB III PENUTUP 2.1 Kesimpulan Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa jumlah frekuensi alel didalam populasi akan tetap seperti frekuensi awal, dengan beberapa persyaratan yaitu populasi sangat besar, kawin acak, tidak ada perubahan didalam unggun gen akibat mutasi, tidak terjadi migrasi individu kedalam dan keluar populasi, dan tidak ada seleksi alam (semua genotip mempunyai kesempatan yang sama dalam keberhasilan reproduksi) kecuali apabila terdapat pengaruhpengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan antara lain perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi terbatas, dan aliran gen. Kebanyakan mutasi dipandang netral dari sudut pandang fitness. Banyak mutasi yang tidak segera memperlihatkan efek pada fenotipe,sehingga tidak terdeteksi. Akan tetapi, kalau mutasi itu sampai menimbulkan efek pada fenotipe, biasanya efeknya merugikan. Hanya sedikit sekali mutasi yang menguntungkan. Nilai adaptif mutasi sepenuhnya tergantung pada kondisi lingkungan. Perubahan frekuensi alel dan genotip suatu populasi merupakan indikasi adanya mikroevolusi, yaitu evolusi yang terjadi pada tingkat kecil (gen). Apabila frekuensi alel atau genotip menyimpang diharapkan dari kesetimbangan Hardy- Weinberg, maka populasi itu dikatakan sedang berevolusi. Dua bentuk evolutionary forces yang berlangsung pada populasi tersebut tidak memiliki pengaruh besar Dua bentuk dapat terhadap menyebabkan Hukum untuk penyimpangan Kesetimbangan Hardy-Weinberg. 2.2 Saran Dengan adanya pembahasan tentang perubahan frekuensi gen dalam populasi dan penyebab perubahan frekuensi gen dalam populasi ini, diharapkan pembaca dapat memahami lebih lanjut dan menggali lebih lanjut dan menggali lebih dalam materi terkait perubahan frekuensi gen dalam populasi dan penyebab perubahan frekuensi gen dalam populasi sehingga menjadi lebih bermanfaat untuk pembelajaran dimasa yang akan datang.



12



DAFTAR PUSTAKA Khoiriyah, Y. N. 2014. Karakter Genetik Populasi Bedeng 61B Desa Wonokarto Kabupaten Lampung Timur Pasca Program Kolonisasi Pemerintah Belanda. Jurnal Biogenesis. 2(2): 132-137. Nurrahmah, A. dkk. 2021. Pengantar Statistika. CV. MEDIA SAINS INDONESIA: Kota Bandung-Jawa Barat. Penggabean, T. N. 2016. Analisis Tingkat Optimasi Algoritma Genetika Dalam Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg Pada Bin Packing Prblem. Journal Of Computer Engineering, System And Science. 1(2): 2502-7131. Supriana, I. W., Made, A. R., Made, S. B., dan Devan, B. 2021. Implementasi Dua Model Crossover Pada Olgaritma Genetika Untuk Optimasi Penggunaan Ruang Perkuliahan. Jurnal RESISTOR. 4(2):2598-9650. Unsunnidhal, L. dkk. 2021. Genetika dan Biologi Reproduksi. Yayasan Kita Menulis: Kota Bandung-Jawa barat.



13