Makalah GPR [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ilmu geofisika terdapat beberapa metode yang digunakan untuk melakukan penelitian untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi yang melibatkan sifat fisik lapisan bumi. Secara unum diketahui dengan metode aktif and metode pasif dalam pelaksanaanya di lapangan. Metode aktif adalah metode yang dilakukan dengan membuat medan gangguan berupa ledakan dinamit, penginjeksian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya, kemudian mengukur respons yang dilakukan oleh bumi. Sedangkan metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami seperti radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnetik bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta radiasi radioaktifitas bumi. Dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai metode radar. Dalam metode alat yang digunakan adalah berupa GPR (Ground Penetrating radar), prinsip kerjanya adalah menembakkan gelombang elektromagnetik ke dalam permukan bumi. Sehingga setelah gelombang ditembakkan, maka gelombang elektromagnetik akan mengalami refraksi dan refleksi, gelombang yang di refleksikan itu yang diterima oleh receivernya. Gelombang adalah energi getar yang merambat. Bentuk ideal dari suatu gelombang akan mengikutu gerak sinusoidal, gelombang terdapat pada medium dimana mereka dapat berjalan dan memindahkan enrgi dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengakibatkan partikel medium berpindah secara permanen; yaitu tidak ada perpindahan secara masal. Untuk gelombang elektrimagnet, perambatan energi tersebut tidak selalu berlangsung dalam medium material seperti telah disebutkan diatas. Gelombang radar adalah suatu sistem yang dibuat untuk mendeteksi, mengukur jarak dan memetakan benda-benda yang cukup sulit dijangkau. Gelombang radio elektromagnetik yang dipergunakan dalam GPR menggunakan prinsip pemantulan dimana dari gelombang tersebut diterima kembali oleh pengirim. Dengan menganalisa sinyal hasil pemantulan kita dapat mengetahui posisi bidang pantul tersebut serta mengetahui jenis dari bidang pantul tersebut. Metode radar ini merupakan metode yang diigunakan untuk eksplorasi jarak dangkal, sehingga metode ini banyak menjadi pusat perhatian karena manfaatnya telah tersebar luas di berbagai bidang seperti: geologi, konstruksi dan rekayasa, arkeologi, ilmu forensik, masalah lingkungan dan lainnya. Sehingga tanpa pengolahan yang rumit, akan dapat 1



memperoleh informasi dari bawah permukaan bumi. Jika dibandingkan dengan metode geofisika yang lain, metode radar ini memiliki beberapa kelebihan. Diantaranya adalah biaya dari operasionalnya lebih murah, cara pengoperasiannya lebih mudah, merupakan metode non destructive dan karena frekuensi yang digunakan sangat tinggi (MHz) maka resolusinya juga akan tinggi.



B. Tujuan 1. Mengetahui apa itu Ground Penetrating Radar (GPR) 2. Mengetahui prinsip kerja Ground Penetrating Radar (GPR) 3. Mengetahui aplikasi-aplikasi Ground Penetrating Radar (GPR)



2



BAB II ISI A. Pengertian Ground Penetrating Radar (GPR) GPR (Ground Penetrating Radar) biasa disebut georadar. Berasal dari dua kata yaitu geo berarti bumi dan radar singkatan dari radio detection and ranging (deteksi dan penjalaran radio). Jadi arti harafiahnya adalah alat pelacak bumi menggunakan gelombang radio. GPR baik digunakan untuk eksplorasi dangkal (nearsurface) dengan ketelitian (resolusi) yang amat tinggi. Dapat dikatakan GPR (Ground Penetrating Radar) adalah salah satu teknologi pencitraan gelombang radio resolusi tinggi untuk mendapatkan gambaran struktur dibawah permukaan bumi. GPR menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi (biasanya terpolarisasi) dan mengirimkan ke dalam tanah. Ketika gelombang menyentuh benda dikuburkan atau batas dengan konstanta dielektrik yang berbeda, antena catatan variasi dalam sinyal kembali tercermin ke penerima. Sumber satu siklus pulsa elektromagnetik (monocycle pulse) yang dipancarkan oleh antena pemancar (Transmitter) ke permukaan bumi akan diteruskan, dipantulkan dan dihamburkan oleh struktur dibawah permukaan bumi dan diterima oleh antena penerima (Receiver). Lebar pulsa yang dipancarkan dari perangkat GPR bergantung pada frekuensi. Alat ini digunakan dalam pendeteksian objek yang terkubur di dalam tanah dengan kedalaman tertentu tanpa harus menggali tanah.



Gambar 2.1 Ground Penetrating Radar (GPR)



3



Ground Penetrating Radar (GPR) pertama kali digunakan pada tahun 1992 di Austria untuk mengukur kedalaman sungai es (glacier) Metode tak merusak ini menggunakan radiasi elektromagnetik dalam microwave band (UHF / VHF frekuensi) dari spektrum radio, dan mendeteksi sinyal tercermin dari struktur bawah permukaan. GPR dapat digunakan dalam berbagai media, termasuk batu, tanah, es, air bersih, trotoar dan struktur. Hal ini dapat mendeteksi objek, perubahan materi, dan void dan retak. GPR juga dapat digunakan untuk mengetahui kondisi dan karakteristik permukaan bawah tanah. Prinsip-prinsip yang terlibat mirip dengan seismologi refleksi, kecuali bahwa energi elektromagnetik digunakan sebagai pengganti energi akustik, dan refleksi muncul pada batas dengan konstanta dielektrik yang berbeda daripada impedansi akustik. Kedalaman daya tembus (penetrasi) gelombang radar tergantung kepada keadaan masing-masing lokasi. Kisaran kedalaman GPR dibatasi oleh konduktivitas listrik dari tanah, pusat frekuensi yang ditransmisikan dan kekuatan radiasi. Seperti meningkatkan konduktivitas, kedalaman penetrasi berkurang. Hal ini karena energi elektromagnetik lebih cepat hilang menjadi panas, yang menyebabkan kehilangan kekuatan sinyal di kedalaman. Frekuensi yang lebih tinggi tidak menembus sejauh frekuensi yang lebih rendah, tetapi memberikan resolusi yang lebih baik. Gelombang radar akan di atenuasi (penyerapan dan penyebaran) oleh sifat-sifat tertentu dari masing-masing lokasi, dimana yang paling penting adalah konduktifitas kelistrikan dari material. Umumnya penetrasi yang paling dalam akan dicapai bila tanah berpasir yang kering, sementara penetrasi akan menurun bila kondisi tanahnya lembab, lempungan atau tanah yang konduktif. Kedalaman akan segera menurun bila pasiran tersebut menjadi basah misal setelah turun hujan. Penetrasi kedalaman optimal dicapai dalam es di mana kedalaman penetrasi dapat mencapai beberapa ratus meter. Penetrasi yang baik juga dicapai dalam tanah berpasir kering atau bahan kering masif seperti granit, batu kapur, dan beton di mana kedalaman penetrasi bisa sampai 15 m. Pada tanah lembab dan/atau tanah liat yang bermuatan dan tanah dengan konduktivitas listrik yang tinggi, penetrasi kadang-kadang hanya beberapa sentimeter. Penembus tanah antena radar umumnya dalam kontak dengan tanah untuk kekuatan sinyal terkuat, namun GPR udara diluncurkan antena dapat digunakan di atas tanah.Borehole GPR Cross telah dikembangkan dalam bidang hydrogeophysics menjadi sarana berharga menilai keberadaan dan jumlah air tanah.



4



B. Prinsip Kerja GPR



Gambar 2.2 Prinsip Kerja GPR



Pada dasarnya GPR bekerja dengan memanfaatkan pemantulan sinyal. Semua sistem GPR pasti memiliki pengirim (transmitter), yaitu sistem antena yang terhubung ke generator sinyal, dan penerima (receiver), yaitu sistem antena yang terhubung ke unit pengolahan sinyal. Pengirim akan menghasilkan sinyal listrik dengan bentuk, prf (pulse repetition frequency), energi, dan durasi tertentu. Pulsa ini akan dipancarkan oleh antena ke dalam tanah. Sinyal ini akan mengalami atenuasi dan cacat sinyal lainnya selama perambatannya di tanah. Jika tanah bersifat homogen, maka sinyal yang dipantulkan akan sangat kecil. Jika sinyal menabrak suatu inhomogenitas di dalam tanah, maka akan ada sinyal yang dipantulkan ke antena penerima. Sinyal ini kemudian diproses oleh penerima.



C. Komponen GPR Sistem GPR terdiri atas pengirim (transmitter), yaitu antena yang terhubung ke generator sinyal dengan adanya pengaturan timing circuit, dan bagian penerima (receiver), yaitu antena yang terhubung ke LNA dan ADC yang kemudian terhubung ke unit pengolahan data hasil survey serta display sebagai tampilan output-nya dan posh processing untuk alat bantu mendapatkan informasi mengenai suatu objek.



5



Gambar 2.3 Blok Diagram Pada GPR Berdasarkan blok diagram di atas, masing – masing blok mempunyai fungsi yang penting dan saling berkaitan. Hal ini dikarenakan GPR merupakan suatu sistem, mulamula sinyal sinyal dihasilkan oleh generator sinyal, kemudian dipancarkan melalui antena pemancar. Sinyal mengenai objek dan juga clutter dan dipantulkan kembali ke antena penerima, lalu melewati proses sampling, pengolahan hasil collect data, tahap display dimana kita dapat melihat citra hasil survey dan terakhir pengolahan data berupa A-Scan, B-Scan, maupun C-Scan sehingga didapatkan informasi mengenai objek yang dideteksi. Komponen GPR untuk pengukuran kondisi bawah permukaan bisasnya terdiri dari control



unti,



antena



transmitter



dan



receiver



dan



tempat



penyimpanan



data



(komputer/laptop). Mode konfigurasi antena transmitter dan receiver pada GPR terdiri dari mode monostatik dan bistatik. Mode monostatik yaitu bila transmitter dan receiver digabung dalam satu antena sehingga tidak ada jarak pemisah sedangkan metode bostatik bila kedua antena memiliki jarak pemisah.



6



Gambar 2.4 Skema Ground Penetrating Radar (GPR)



Fungsi dari masing-masing komponen tersebut adalah: 1. Control unit berfungsi untuk membangkitkan sinyal pemicu secara serempak ke transmitter dan receiver. Pulsa-pulsa ini mengontrol transmitter dan receiver dalam menghasilkan bentuk gelombang dari pulsa yang dipantulkan. Komputer akan memberika informasi lengkap bagaimana prosedur yang harus dilakukan. Selain itu Control unit akan menyimpan track dari tiap posisi dan waktu. Serta menyimpan data mentah dalam sebuah buffer sementara dab pada saat dibutuhkan dapat diambil dan ditransfer langsung ke komputer. 2. Antena transmitter membangkitkan pulsa gelombang EM pada frekuensi tertentu sesuai dengan karakteristik antena tersebut (10 Mhz - 4 Ghz). Unit ini menghasilkan energi elektromagnetik dan mengirimnya pada daerah sekitar yang akan diobservasi. Energi dalam bentuk pulsa ini dipindahkan ke bagian antena, kemudian ditransform dan diperkuat tergantung pada frekuensi yang dipakai. 3. Receiver mengkonversi sinyal yang diterima antena ke bentuk nilai integer. Unit ini diatur untuk melakukan scan yang dapat mencapai 32-512 scan per detik. Setiap hasil scan ditampilkan pada layar monitor yang disebut juga radargram, sebagai fungsi waktu two-way time trevel time yaitu waktu tempuh gelombang EM menjalar dari transmitter – target – receiver. Antena transmitter dan receiver merupakan transduser yang mengkonversi arus listrik pada elemen metal antena yang mentransmisikan gelombang elektromagnetik untuk



7



merambat ke material. Antena meradiasikan energi elektromagnetik ketika ada perubahan akselerasi arus pada antena. Sistem GPR dikontrol secara digital dan data direkam untuk post-survey processing dan display. Kontrol digital dan bagian display sistem GOR biasanya terdiri dari mikroprocessor, memor, dan medium penyimpan untuk menyimpan data pengukuran lapangan. Sebuah micro-computer dan sistem operasi standar digunakan untuk mengontrol proses pengukuran, menyimpan data, dan mengeset interface yang ditentukan oleh pengguna. Data GPR diambil di sepanjang lintasan dan secara simultan direkam pada hard drive. Ketika gelombang radar menermui diskontinuitas sruktural (contohnya keretakan, kekosongan atau perbedaan sifat material yang drastis), sebagian gelombang tersbut akan dipantulkan dan akan membentuk impuls sekunder. Impuls tersebut kemudian ditangkap oleh antena receiver dan kemudian direkam berupa data pengamatan, dan jika data tersebut diinterpretasikan secara benar, maka data tersebut akan menunjukkan struktur bawah permukaan sari benda/material yang ingin kita amati. Ketika data diambil secara terus-menerus, skala horizontal pada radargram ditentukan oleh kecepatan gerakan antena atau roda bertali (hip chain) yang terikat pada tempat tertentu diawal lintasan. Skala vertikal adalah interval rekaman kedalaman yang diatur pada sampling frekuensi. Interval rekaman mempresentasikan two-way trevel time maksimum yang direkam. Trevel time GPR kemudian dokonversikan kedalam (depth conversion) dengan kalibrasi terhadap objek yang telah diketahu kedalamannya atau dengan melakukan common midpoint stack dengan antena bistatik do sekeliling reflektor datar dan memisahkan antara trasnmitter dan receiver. Respon dari sistem radar berhubungan dengan filter dari antena transmitter dan receiver dan respon target berhubungan dengan refleksi objek bawah permukaan (subsurface). Pendeteksian GPR selanjutnya adalah masalah pengindearaan dan pengukuran target menggunakan sinyal masikan (input signal) yang diobsevasi. Kemampuan penetrasi GPR tergantung pada frekuensi sinyal. Efisiemsi radiasi antena dan sifat dielektrik materuan. Sinyal radar dengan frekuensi tinggi akan menghasilkan resolusi yang tinggi dengankedalam penetrasinya terbatas, sebaliknya sinyal radar dengan frekuensi rendah akan menghasilkan penetrasi kedalaman yang jauh tetapi resolusinya rendah. (Arcone, 1984) Frekuensi gelombang radar yang dipancarkan dapat diatur dengan mengganti antena. Dimensi antena bervariasi dengan frekuensi gelombang radar, sebagai misal antena 1 Ghz berukuran 30 cm sedangkan antena 25 Mhz mempunyai panjang 6 m (Astutik, 2001). 8



Pemilihan frekuensi yang digunakan tergantung pada ukuran target, aproksimasi range kedalaman dan aproksimasi maksimum kedalaman penetrasi seperti yang ditunjukan pada tabel 2.1.



Tabel 2.1 Resolusi dan daya tembus gelombang radar Frekuensi Antena (Mhz) 25 50 100 200 400 1000



Ukuran target minimum yang terdeteksi (m)



Aproksimasi kedalaman (m)



≥ 1.0 5-30 ≥ 0.5 5-20 0.1-1.0 2-15 0.05-0.50 1-20 ≈0.05 1-5 Cm 0.05-2 (Mala Geoscience, 1997)



Penetrasi kedalaman maksimum (m) 35-60 20-30 15-25 5-15 3-10 0.5-4



Kedalaman objek dapat diketahui dengan mengukur selang waktu antara pengiriman dan penerimaan sinyal. Dalam selang waktu ini, sinyal akan bolak balik dari antena ke objek dan kembali lagi ke antena. Jika selang waktu dinyatakan dalam t, dan kecepatan propagasi gelombang elektromagnetik dalam tanah v, maka kedalaman objek yang dinyatakan dalam h adalah : 1 𝑡𝑣 2 Untuk mengetahui kedalaman objek yang dideteksi, kecepatan perambatan dari ℎ=



gelombang elektromagnetik haruslah diketahui. Kecepatan perambatan tersebut tergantung kepada kecepatan cahaya di udara, konstanta dielektrik relatif medium perambatan. 𝑣=



𝑐 0.3 = 𝑚/𝑛𝑠 √𝜀𝑟 √𝜀𝑟



Dimana c = 300 mm/ns = Kecepatan cahaya diudara εr = Konstanta dielektrik relatif



9



Dibawah ini merupakan rentang harga kecepatan gelombang radar beberapa material.



Tabel 2.2 Kecepatan dan konstanta dielektrik berbagai medium Medium



εr



Kecepatan (m/µs)



Air 1 Fresh Water 81 Limestone 7-16 Granite 5-7 Schist 5-15 Concrete 4-10 Clay 4-16 Silt 9-23 Sand 4-30 Moraine 9-25 Ice 3-4 Permafrost 4-8 (Mala Geoscience, 1997)



300 33 75-113 113-134 77-134 95-150 74-150 63-100 55-150 60-100 150-173 106-150



D. Akuisi Data GPR Pemakaian sistem radar terdiri dari tiga cara yaitu Reflection Profiling (antena monostatik ataupun bistatik); Wide Angle Reflection and Refraction (WARR) atau Common Mid Point (CMP) sounding; dan Transillumination atau Radar Tomography



1. Radar Reflection Profiling (antena monostatik ataupun bistatik) Radar ini membawa antena transmitter dan receiver bergerak bersamaan diatas permukaan tanah dimana jarak antara transmitter dan receiver sudah disesuaikan sebelumnya bergantung dari besar frekuensi transmitter/antena yang dipergunakan. Hasil tampilan pada radargram merupakan kumpulan tiap titik pengamatan



Gambar 2.5 Skema Pengukuran Radar Reflection Profiling 10



Pada pola akuisi penampangan radar refleksi ini, kedua antena radar bergerak diatas permukaan tanah secara simultan, dengan waktu tempuh terukur terhadap reflektor radar ditunjukan pada sumbu vertikan semntara jarak antena yang bergerak ditunjukan pada sumbu horizontal.



2. WARR atau CMP sounding Cara Wide Angel Reflection dan Refraction (WARR) sounding dengan menaruh transmitter pada posisi yang tetap dan receiver dibawa pada area penyelidikan atau bergerak pada daerah yang akan diamati, WARR sounding diterapkan pada kasus dimana bidang reflektor relatif datar atau memiliki kemiringan yang rendah. Karena asumsi ini tidak selalu benar pada kebanyakan kasus maka digunakan Common Mid Point (CMP) sounding untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Pada CMP sounding antena transmitter dan receiver bergerak menjauhi satu sama lain dengan titik tengah pada posisi yang tetap. Jadi pada metode CMP, telah ditentukan sebelumnya titik tengah dari pengamatan. Kemudian pengambilan data dilakukan dengan cara menggerakkan transmitter dan receiver secara bersamaan. Profil yang dihasilkan berupa waktu delay akibat perbedaan offset yang dapat diterapkan koreksi NMO (Normal Moveout) untuk menghasilkan kecepatan rms bawah permukaan. Metode ini pada umumnya dilakukan sekali pada salah satu line constant. Lokasi CMP sebaiknya berada disuatu area dimana refrektor prinsipal berupa bidang datar dan horizontal atau kemiringan hanya pada sudt yang sangat rendah dalam pengukuran diasumsikan bahwa sifat material sama.



Gambar 2.6 Skema Pengukuran WARR



11



Gambar 2.7 Skema Pengukuran CMP Sounding



3. Transillumination atau Radar Tomography Radar ini dengan menempatkan transmitter dan receiver pada posisi yang berlawanan. Sebagai contoh jika transmitter diletakkan pada satu satu sisi, maka receiver diletakan pada sisi yang lain dan saling berhadapan. Umumnya metoda ini digunakan pada kasus NonDestructive Testing (NDT) dengan menggunakan frekuensi antena sekitar 900 MHz.



Gambar 2.8 Skema Pengukuran Radar Tomography



12



Saat melakukan akuisisi data ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh operator, diantaranya adalah pertama operator GPR bebas dari HP atau aksesoris logam yang dapat mengganggu kerja alat GPR karena GPR sensitive terhadap logam. Kedua, memastikan jalur lintasan yang diukur agar mudah dilewati dan bebas dari logam (logam yang tidak diinginkan) yang dapat mengganggu kerja alat GPR. Kemudian yang lebih penting area yang akan disurvey harus jelas. Ketiga mengecek baterai GPR dan baterai laptop yang akan digunakan. Ini bertujuan supaya saat akuisisi data di lapangan tidak terjadi drop baterai.



Berikut ini tampilan hasil data tanah-kedalaman penetrasi radar dikumpulkan pada sebuah kuburan bersejarah di Alabama, Amerika Serikat.



Gambar 2.9 Tanah-kedalaman penetrasi radar dikumpulkan pada sebuah kuburan bersejarah di Alabama, Amerika Serikat. Keterangan: Panah kuning menunjukkan pemantulan yang sangat berbeda, yang mungkin terkait dengan kegiatan manusia. Pemantulan "hyperbolic", muncul sebagai U terbalik, biasanya



13



terkait dengan ciri-ciri objek. Pemantulan hiperbolis ditunjukkan oleh panah merah. Garis biru menunjukkan tanah horisontal dan pemantulan yang mungkin adalah bedrock.



GPR ini sendiri juga ada bebarapa spesifikasi, sehingga spesifikasi ini yang menentukan hasil dari pengukurannya baik ataupun masih kurang baik. Karena ada GPR yang menampilkan secara langsung hasil dari anomali dari lokasi dan yang tidak langsung, tidak langsung maksudnya adalah data yang diambil saat akusisi masih memerlukan pengolahan lebih lanjut. Untuk contoh GPR yang langsung menampilkan tampilan hasil data berupa gambar anomali dari bawah permukaan bawah tanah adalah GPR future I-160, dan contoh gambarnya seperti gambar dibawah.



Gambar 2.10 Gambar Contoh GPR yang langsung menampilkan hasil data berupa gambar anomali (GPR future I-160)



E. Aplikasi GPR GPR memiliki banyak aplikasi dalam sejumlah bidang. Dalam ilmu bumi digunakan untuk mempelajari batuan dasar, tanah, air tanah, dan es. Termasuk aplikasi teknik uji tak rusak (NDT) struktur dan trotoar, menemukan struktur dikuburkan dan baris utilitas, dan mempelajari tanah dan batuan dasar. Dalam rehabilitasi lingkungan, GPR digunakan untuk mendefinisikan tempat pembuangan sampah, bulu kontaminan, dan situsremediasi lainnya, sementara dalam arkeologi digunakan untuk pemetaan fitur arkeologi dan pemakaman. GPR digunakan dalam penegakan hukum untuk mencari kuburan klandestin dan menguburkan bukti-bukti. Digunakan untuk militer termasuk deteksi ranjau, artileri yang tidak meledak, dan terowongan. 14



Sebelum 1987 Waduk Frankley di Birmingham, Inggris England bocor 540 liter air minum per detik. Pada tahun itu GPR berhasil digunakan untuk mengisolasi kebocoran. Lubang radar memanfaatkan GPR digunakan untuk memetakan struktur dari lubang bor dalam aplikasi pertambangan bawah tanah. Sistem radar modern, arah lubang mampu menghasilkan gambar tiga dimensi dari pengukuran dalam lubang bor tunggal. Salah satu aplikasi utama lainnya untuk radar penetrasi tanah untuk mencari utilitas bawah tanah, karena GPR mampu menghasilkan gambar 3D dari listrik bawah tanah pipa, listrik, limbah dan air.



F. Kunggulan GPR Teknologi radar ini memiliki beberapa kelebihan diantara metode geofisika lainnya, yaitu: 1. Biaya operasional lebih murah 2. Resolusi yang sangat tinggi karena menggunakan frekuensi tinggi (broadband atau wideband) 3. Pengoperasian yang cukup mudah 4. Merupakan metoda non destructive sehingga aman digunakan.



G. Keterbatasan GPR Keterbatasan GPR yaitu penetrasinya tidak terlalu dalam atau daya tembus metode ini hanya sampai puluhan meter (± 100 meter). Keterbatasan kinerja paliing signifikan dari GPR dalam high-konduktivitas bahan seperti tanah liat dan tanah yang terkontaminasi garam. Kinerja juga dibatasi oleh hamburan sinyal dalam kondisi heterogen (misalnya tanah berbatu). Keterbatasan lain dari sistem GPR yang tersedia saat ini meliputi: Interpretasi radar grams umumnya non-intuitif untuk pemula dan Keahlian yang diperlukan untuk secara efektif desain, perilaku, dan menafsirkan survei GPR. Relatif konsumsi energi yang tinggi juga dapat menjadi masalah bagi survei lapangan yang luas. Kemajuan terbaru dalam perangkat keras dan perangkat lunak GPR telah berbuat banyak untuk memperbaiki kelemahan ini, dan perbaikan lebih lanjut dapat diharapkan dengan pembangunan berkelanjutan. Ada juga jenis khusus dari GPR yang menggunakan unmodulated -sinyal gelombang. Ini adalah radar bawah permukaan holografik yang berbeda dari jenis GPR lain dalam hal ini mencatat rencana-tampilan hologram bawah permukaan. Kedalaman penetrasi radar 15



semacam ini agak kecil (sampai 20-30 cm), namun resolusi lateral cukup untuk membedakan berbagai jenis ranjau darat di tanah atau gigi berlubang, cacat, perangkat penyadap, atau benda tersembunyi lainnya di dinding, lantai dan elemen struktural. Penetrating Radar pipa (PPR) adalah sebuah aplikasi dari GPR teknologi diterapkan dalam pipa dimana sinyal diarahkan melalui dinding pipa dan saluran pipa untuk mendeteksi ketebalan dinding dan rongga di belakang dinding pipa.



16



BAB III JURNAL STUDI KASUS MENGGUNAKAN GPR 1. Sistem Ground Penetrating Radar untuk Mendeteksi Benda-benda di Bawah Permukaan Tanah. 2. Rancang Bangun Ground Penetrating Radar Untuk Mendeteksi Saluran Pipa Bawah Tanah. 3. Deteksi Kabel Listrik Bawah Tanah Dengan Otomata. 4. Perubahan Karakteristik Elektromagnetik Menggunakan Metode Ground Penetrating Radar Hubungannya Dengan Karakteristik Sedimen Bawah Permukaan.



17



18



19



20



21



22



23



24



25



26



27



28



29



30



31



32



33



34



35



36



37



38



39



40



41



42



43



44



45



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. GPR (Ground Penetrating Radar) biasa disebut georadar. Berasal dari dua kata yaitu geo berarti bumi dan radar singkatan dari radio detection and ranging (deteksi dan penjalaran radio). Jadi arti harafiahnya adalah alat pelacak bumi menggunakan gelombang radio. GPR baik digunakan untuk eksplorasi dangkal (nearsurface) dengan ketelitian (resolusi) yang amat tinggi. Dapat dikatakan GPR (Ground Penetrating Radar) adalah salah satu teknologi pencitraan gelombang radio resolusi tinggi untuk mendapatkan gambaran struktur dibawah permukaan bumi. 2. Pada dasarnya prinsip kerja GPR adalah dengan memanfaatkan pemantulan sinyal. Semua sistem GPR pasti memiliki pengirim (transmitter), yaitu sistem antena yang terhubung ke generator sinyal, dan penerima (receiver), yaitu sistem antena yang terhubung ke unit pengolahan sinyal. Pengirim akan menghasilkan sinyal listrik dengan bentuk, prf (pulse repetition frequency), energi, dan durasi tertentu. 3. GPR memiliki banyak aplikasi dalam sejumlah bidang. Dalam ilmu bumi digunakan untuk mempelajari batuan dasar, tanah, air tanah, dan es. Termasuk aplikasi teknik uji tak rusak (NDT) struktur dan trotoar, menemukan struktur dikuburkan dan baris utilitas, dan mempelajari tanah dan batuan dasar.



46



DAFTAR PUSTAKA



Ahmad



Latiks.



Ground



Penetrating



Radar.



Sabtu,



9



Juni



2012.



Juni



2015.



http://ahmadlatikss.blogspot.co.id/2012/06/ground-penetrating-radar.html Henda



Hutasoit.



Ground



Penetrating



Radar.



Rabu,



17



http://penambangsedinginembun.blogspot.co.id/2015/06/ground-penetrating-radar.html Chandar Wuaya. Geolistrik dan EM. Metode Ground Penetrating Radar (GPR). http://bugis.blogspot.co.id/2011/11/metode-ground-penetrating-radar-gpr.html Aridy Prasetya. Ground Penetrating Radar (GPR). Wednesday, 13 January 2010. http://gubukcerito.blogspot.co.id/2010/01/ground-penetrating-radar-gpr.html https://georadargpr.wordpress.com/2014/10/09/prinsip-gpr-ground-pentrating-radar/ Arcone, S. A., 1984. Field observation of electromagnetic pulse propagation in dielectric slabs, Geophysics. Astutik, S. 2001. Penggunaan Ground Penetrating Radar (GPR) Sebagai Metal Detector. Jurnal Ilmu Dasar. MALA GeoScience, 1997



47