Makalah Hadist Shahih [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Hadis adalah sumber hukum kedua setelah Al Quran, sehingga umat islam dalam menentukan hukum taklifi musti berdalil dan beragumentasi dengan menggunakan Al Quran dan jika tidak ada keterangan yang jelas di dalam Al Quran biasanya mengambil dari hadis. Dalam mengambil dalil dari hadis ada klasifikasi hadis yang bisa dijadikan hujjah untuk menentukan masalah aqidah atau keimanan dan menentukan halal atau haram dan ada yang bisa dijadikan dalil untuk anjuran untuk meninggalkan hal-hal yang makruh atau tarhib. Dalam bab ini disajikan klasifikasi hadis yang bisa dijadikan hujjah yaitu sahih li ghairihi dan shahih li dhatihi.



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian hadis shahih? 2. Bagaimana klasifikasi hadis shahih? 3. Bagaimana kitab-kitab hadis shahih? 4. Siapa yang mula-mula menyusun hadis shahih ?



C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian hadis shahih 2. Untuk mengetahui klasifikasi hadis shahih 3. Untuk mengetahui kitab-kitab hadis shahih 4. Untuk mengetahui yang mula-mula menyusun hadis shahih



1



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Hadis Shahih Kata shahih berasal dari bahasa Arab as-shahih, bentuk pluralnya ashihha’ dan berakal kata pada shahha. Dari segi bahasa, kata ini memiliki beberapa arti di antaranya : (1) selamat dari penyakit, (2) bebas dari aib/cacat. Sedangkan pengertian hadis adalah khabar (berita). Dari segi istilah, para ulama berpendapat bahwa hadis sahih adalah: “hadis yang sanadnya bersambung (sampai kepada Nabi Muhammad), diriwayatkan oleh (periwayat) yang ‘adil dan dhabith sampai akhir sanad, (di dalam hadis itu) tidak terdapat kejanggalan (syadz) dan cacat (‘illat). Dari definisi diatas dikemukakan Ibn as-Shalah oleh an-Nawawi “Hadis shahih adalah hadis yang sanadnya bersambung sampai Nabi dan diriwayatkan oleh orang-orang yang adil dan dhabith serta tidak terdapat dalam hadis itu kejanggalan (syadz) dan cacat (‘illat).1 Syarat-syarat hadis shahih, yaitu : 1. Sanadnya bersambung



Yang dimaksud dengan ketersambungan sanad adalah bahwa setiap rawi hadis yang bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang berada di atasnya dan begitu selanjutnya sampai kepada pembicara yang pertama. Untuk mengetahui bersambung atau tidaknya suatu sanad, biasanya ulama hadis menempuh tata kerja penelitian berikut: a. Mencatat semua nama rawi dalam sanad yang teliti. b. Mempelajari sejarah hidup masing-masing rawi. c. Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara para rawi dan rawi yang



terdekat dengan sanad. 2 Jadi, suatu sanad hads dapat dinyatakan bersambung apabila : 1) Seluruh rawi dalam sanad itu benar-benar tsiqat (adil dan dhabit)



1



2



M.Alfatih Suryadilaga, Ulumul Hadis, (Yogyakarta:Kalimedia,2009), h.244. M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia,2013), hal.141



2



2) Antara masing-masing rawi dengan rawi terdekat sebelumnya dalam sanad



itu bnar-benar telah terjadi hubungan periwayatan hadis secara sah menurut ketentuan tahamul wa ada al-hadis. 2. Rawinya bersifat adil



Menurut Ar-Razi, keadilan adalah tenaga yang mendorong untuk selalu bertidak takwa, menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan melakukan dosa-dosa kecil, dan meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang menodai muru’ah, seperti makan sambil berdiri di jalan, buang air (kencing) di tempat yang terbuka disediakan untuknya, dan bergurau yang berlebihan. Menurut Syuhudi Ismail, kriteria-kriteria periwayan yang bersifat adil, adalah: a. Beragama Islam . b. Berstatus mukalaf (Al-Mukallaf) c. Melaksanakan ketentuan agama d. Memelihara muru’ah (memelihara kehormatan dirinya). 3. Rawinya bersifat dhabith



Dhabit adalah bahwa rawi yang bersangkutan dapat menguasai hadisnya dengan baik, baik dengan hafalan yang kuat atau dengan kitabnya, lalu dia mampu mengungkapkannya kembali ketika meriwayatkannya. Kalau seseorang mempunyai inggatan yang kuat, sejak menerima hingga menyampaikan kepada orang lain dan inggatannya itu sanggup dikeluarkan kapan dan dimana saja dikehendaki, orang itu dinamakan dhabtu shadri .Kemudian, kalau apa yang disampaikan itu berdasarkan pada buku catatannya (teks book) ia disebut dhabtu kitab. Rawi yang ‘adil dan sekaligus dhabith disebut tsiqat.3 4. Tidak ber-illat



Maksudnya bahwa hadis yang bersangkutan bebas dari cacat kesahihannya, yakni hadis itu terbebas dari sifat-sifat samar yang membuatnya cacat. 5. Tidak syadz (janggal)



Kejanggalan hadis terletak pada adanya perlawanan antara suatu hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang maqbul (yang dapat diterima periwayatannya)



3



Ibid,.



3



dengan hadis yang diriwayatkan oleh oleh rawi yang lebih kuat (rajih) dari padanya, disebabkan kelebihan jumlah sanad dalam ke-dhabit-an atau adanya segi-segi tarjih yang lain.4 Jadi, hadis sahih adalah hadis yang rawinya adil dan sempurna ke-dhabitannya, sanadnya muttashil, dan tidak cacat matannya marfu’, tidak cacat dan tidak janggal. B. Klasifikasi Hadis Shahih 1. Hadis Shahih Li Dhatihi Adalah hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rijalu Alhadis yang adil dan sempurna kedabitannya, tidak Shadh dan tidak ber’illat. 5 Contohnya :



‫عبدُ ه‬ ‫ف قَا َل أخبر نا ما لك عن ابن شها ب عن مح ّمد بن خبير بن مطعم عن أبيه‬ ُ ‫َّللاِ ب ُن يُو‬ َ ‫َحدَ ثَنَا‬ َ ‫س‬ ُّ ‫قل سمعت رسو ل هللا صلى هللا عليه وسلم قر أ في المغر ب با‬ ‫لطو ر‬ Hadis ini dinamakan hadis shahih li dhatihi karena: a. Sanadnya muttasil : semua periwayatnya mendengar hadis langsung dari gurunya. b. Para periwayatnya semua adil, sempurna dhabitnya, dan menjaga muruah(kehormatan) 



Abdullah bin yusuf dijuluki oleh ulama hadis sebagai rijal yang thiqah dan muttaqin.6







Malik bin anas adalah imam muhadditsin dan fuqaha’, alhafis, dan amiru al-mukminin fi alhadis (hafal semua hadis yang jumlah lebih dari 300.000 hadis).



c. Ibnu shihab az-zuhri adalah faqih, muttaqin, amiru al-mu’minin fi al hadis. d. Muhammad bin Jabir adalah thiqat. e. Jabir bin muth’im adalah sahabat yang adil dan dhabit. f. Hadisnya tidak bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh rijal yang lebih thiqah. 4 5



Ibid,. Ulumul Hadis, h.142 Tim Guru Provinsi Jawa Timur, Hadis, (Surabaya:Mutiara Ilmu Mojosari Mojokerto, 2012),



6



Ibid,.



h.52.



4



Tidak terdapat cacat yang menjelekkan kesahihhan hadis.7



g.



2. Sahih li ghairihi Hadis shahih ligharih adalah hadis yang sahihnya lantaran dibantu oleh keterangan yang lain. Jadi, pada diri hadis itu belum mencapai kualitas shahih, kemudian ada petunjuk atau dalil lain yang menguatkannya sehingga hadis tersebut meningkat menjadi shahih li ghairihi. Syuhudi Ismail memberikan contoh sebagai berikut : misalnya, 2 hadis yang semakna dan sama-sama berkualitas hasan lidzatih atau sebuah hadis hasan lidzatih kemudian ada ayat yang bersesuaian benar dengan hadis tersebut maka kualitas hadis itu meningkat menjadi hadis hasan lidzatih li ghairih. Demikian juga bila ada hadis hasan lidzatih maka dilihat dari jurusan hadis yang tadinya berkualitas hasan tersebut menjadilah ia hadis shahih li ghairih. Sedang yang berkualitas shahih lidzatih tetap berkualitas sebagaimana asalnya. Contoh: lawla an asyuqqa ‘ala ummatiy la-amartahum bi as-siwak ‘inda kulli shalatin rawahu al-bukharin’an abiy hurairah (sekiranya tidak akan memberatkan kepada umatku, niscaya akan ku perintahkan untuk siwakan setiap menjelang shalat).8 Salah seorang perawi dari sanad hadis ini ada yang bernama Muhammad ibn Amr



ibn



‘Alqamah,



dia



termasuk



orang



yang



kepercayaan,



tetapi



hapalannyaoleh ulama diperselisihkan kesempurnaannya. Tetapi rawi-rawi yang lain yang lain pada saat itu semuanya tsiqah. Karenanya, kualitas hadis tersebut termasuk hasan lidzatih. Kemudian, ada sanad lain yang membuat hadis tersebut. Alhasil, hadis tersebut meningkat derajatnya menjadi hadis shahih lighairih.9



C. Kitab-kitab Hadis Shahih Kitab-kitab shahih ialah kitab-kitab yang memuat hadis-hadis yang shahih saja. Di antara kitab-kitab hadis yang oleh para ulama hadis diakui dan dinilai sebagai paling sahih adalah :



7



Ibid,. Ibid,. h.250. 9 Ibid,. h.250. 8



5



1. Kitab Shahih al-Bukhari yang aslinya berjudul al-Jami’as-Shahih al-Musnad min Hadist Rasulillahi Shallallah ‘alaihi wa sallama wa Sunanihi wa Ayyamih atau al-Jami’ al-Musnad as-Shahih al-Mukhtashshar min Umar Rasulillah Shallallah ‘alaih wa Sallama wa Sunannih wa Ayyamih karya Imam Muhammad bin Ismailmbin Ibrahim al Bukhari (w.256 H/870 M) 2. Shahih al-Mujarrad al-Musnad ila Rasulillah yang lebih popular dengan nama al-Jami’ as-Shahih Muslim karya Imam Abu al-Husain Muslim bin Hajjal alQusyairi an-Naisaburi (w.261 H/875 M). 3. Di samping Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, masih ada sejumlah kitab yang disebut shahih seperti as-Shahih karya Ibnu Khuzaimah (w.313 H), atTaqsim wa al-Anwa’ karya Ibnu Hibban (w. 304 H), shahih-nya Ibnu as-Sakan (w.353 H), shahih-nya Ibnu as-Syarqi (seorang murid imam Muslim yang wafat tahun 325 H).10 a. Shahih al-Bukhari Kitab ini merupakan kitab hadis pertama yang menghimpun hadis-hadis shahih. Kitab yang diselesaikan selama 16 tahun berisi hadis-hadis tentang masail fiqhiyah, al-fadhail, berita-berita masa lampau dan masa datang, adab (etika biasa), dan lain-lain. Karena mencangkup berbagai persoalan maka dinamakan al-Jami’.11 Semua hadis yang terangkum di dalam al-Jami’ ini secara umum berkualitas shahih, dan tidak ada yang dha’if. Sebagaimana dinyatakan sendiri oleh al-Bukhari :”Saya tidak memasukan dalam kitab saya ini selain hadis yang shahih”. Shahih al-Bukhari (al-Jami’) juga bersifat mukhtadsar, yakni bahwa tidak semua hadis shahih yang diriwayatkannya di himpun dalam kitab tersebut. Sebagaimana di nyatakan sendiri oleh beliau :”Saya telah menghafal 100.000 hadis shahih dan 200.000 hadis yang tidak shahih”. Namun, saya tidak memasukkan dalam kitab ini kecuali yang shahih saja, dan sesungguhnya masih banyak hadis shahih lainnya yang tidak saya masukkan dalam kitab ini.“12



10



Ibid,. h.204. Ibid,. h.205. 12 Ibid,. h.205. 11



6



b. Kitab Shahih Muslim Judul asli kitab Shahih Muslim adalah as-Shahih al-Mujarrad al-Musnad Illa Sholallohu ‘alaihi wa sallama yang lebih popular dengan nama al-Jami’ asShahih Muslim. Imam Muslim bernama lengkap Abu al-Husein Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Kusyaz al-Qusyairi an-Naisaburi, lahir pada 204 H. ada juga yang mengatakan 206 H. Dan wafat [ada Senin 25 Rajab 261 H dalam usia 55 tahun. Ia mulia belajar hadis sejak berusia 15 (ada juga yang mengatakan 18 tahun) dengan mengunjungi hampir seluruh pusat-pusat pengajaran hadis, seperti Mekah, Irak, Syiria, Hijaz, dan Mesir. Diantara beberapa gurunya: Zuhair bin Harb, Ibnu Abi Syaibah, Syaiban bin Farkh, Ibnu Ma’in, al-Bukhari, Muhammad bin Musanna, Harun bin Sa’id al-Ayli, Qutaibah bin Sa’id dan lainlain. Meskipun Muslim tidak menyatakan secara eksplisit mengenai syarat criteria hadis shahih, namun melalui kajian secara intes terhadap kitab dan syarah-syarahnya, para ulama hadis menyimpulkan beberapa syarat yang dipegangi oleh Imam Muslim dalam menerima sebuah hadis dari perawi, antara lain:13 1) Para perawi hadis harus adil, kuat hafalannya, dan dapat dipertanggung jawabkan kejujurannya, amanah dan daya ingatnya. 2) Sanadnya harus lengkap, muttashil, terbatas dari Syadz dan ‘illat serta marfu (sampai kepada Rasulullah). Namun demikian, beliau juga menerima periwatan dari perawi yang memiliki sifat-sifat lebih rendah dari pada sifat-sifat tersebut. Karenanya ia tetap menerima beberapa hadis (misalnya:dari perawi tingkat ketiga) yang oleh al-Bukhari tidak dicantumkan dalam shahihnya. Ini berarti bahwa Muslim tidak selamanya berpegang pada ketentuan yang dipakai oleh al-Bukhari yang menerima hadis dari murid-muridnya (perawi).14



D. Yang Mula-Mula Menyusun Hadis Shahih Kitab Shahih al-Bukhari adalah kitab karya Amirul Mukminin fil Hadith yaitu Muhammad bin Ismail bin al-Mughirah, berjudul lengkap al-Jami’ al-Shahih al13 14



Ibid,. h.208-209. Ibid,. h.209.



7



Musnad min Hadithi Rasulillah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi. Beliau lahir di Bukhara, hari Jumat tanggal 13 Syawal tahun 194 H dan wafat di bulan Syawal tahun 256 H di usia 62 tahun. Ayahnya yang bernama Ismail adalah ulama Hadis dan ibunya adalah wanita salihah yang rajin beribadah. Imam Bukhari saat usia 10 tahun sudah menghapal al-Qur’an, menghapal kitab karya Imam Mubarak dan Imam Waki’. Selain itu, di usia yang masih muda tersebut Imam Bukhari juga sudah menghapal sekitar 1000 Hadis. Sebelum menulis kitab Shahih al-Bukhari, Imam Bukhari menulis kitab “Qadhaya al-Shabah wa al-Tabi’in” dan kitab “Tarikh al-Kabir”. Nah, untuk kitab Sahih al-Bukhari ini diawali dengan mimpi Imam Bukhari suatu hari bahwa Imam Bukhari berdiri di hadapan Nabi SAW melindunginya dari siksaan dan celaan. Kisah tersebut dinukilkan dari Imam Suyuti dalam kitab Tadrib al-Rawi. Kemudian, Imam Bukhari meminta kepada gurunya untuk mengetahui tafsir mimpi tersebut. “sesungguhnya, suatu saat nanti engkau akan menjadi pembela dan pemberantas kebohongan yang disangkakan kepada Nabi SAW”. Begitulah jawaban dari guru Imam Bukhari menimpali tafsir mimpinya. Di kesempatan lain setelah mimpi itu, Imam Bukhari bertemu dengan Ishaq bin Rahawayh, Muhadist dari Khurasan. Pada pertemuan tersebut, Ishaq bin Rahawayh menyampaikan kepada Imam Bukhari yang sekaligus menjadi muridnya “Jikalau engkau mau mengumpulkan Hadis-Hadis Sahih Nabi SAW secara ringkas dan padat”. Hati Imam Bukhari terenyuh dan seketika teringat tafsir mimpi kala itu. Mungkin inilah saatnya beliau mengumpulkan dan menuliskan Hadis-Hadis Sahih Nabi SAW. Mulailah Imam Bukhari mengumpulkan Hadis-Hadis Sahih. Beliau memulai menulis di Mekah, acapkali di Madinah, dekat dengan makam Nabi SAW. Dalam penulisan kitab Sahih Bukhari tersebut, Imam Bukhari jarang sekali keluar masjid untuk bertemu masyarakat seperti biasanya. Sampai penulisan kitab tersebut selesai, kurang lebih 16 tahun kemudian. Imam Bukari menyatakan bahwa “Saya tidak akan menuliskan satu Hadis pun dalam kitab ini kecuali saya berwudhu sebelumnya, kemudian salat istikharah dua rakaat dan memastikan kesahihan Hadis tersebut, baik dari segi sanad maupun matan”. Dari 600.000 ribu Hadis, Imam Bukhari memilih sekitar 7000-an Hadis Sahih, atau di beberapa riwayat sebanyak 7275 Hadis Sahih atau lagi sekitar 7397 Hadis



8



Sahih. Imam Bukhari mensyaratkan pada dirinya sendiri bahwa Imam Bukhari tidak akan memasukkan sanad kecuali dengan rijal atau perawi Hadis yang Tsiqah. Imam Bukhari juga tidak akan memasukkan sanad kecuali Imam Bukhari pernah bertemu langsung sekaligus mengetahui perihal jarh wa ta’dil dari seorang perawi tersebut. Apalagi, dalam ilmu Hadis, proses talaqi atau bertemu langsung menjadi syarat utama ketersambungan sanad dalam syarat sahihnya suatu Hadis. Proses penulisan kitab Sahih Bukhari juga membuat Imam Bukhari mencurahkan hampir seluruh waktu di tiap harinya untuk kesempurnaan kitab tersebut, tidak lain juga supaya dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya. Imam Bukhari harus menapaki beratus-ratus mil perjalanan untuk memastikan kebenaran Hadis yang akan beliau kumpulkan dan tulis. Imam Bukhari berkata “Saya sudah pergi ke negeri Syam, Mesir dan Jazirah sebanyak dua kali, pergi ke negeri Basrah sebanyak empat kali dan bermukim di Hijaz selama enam tahun, dan entah berapa banyak kali saya pulang pergi ke Kufah dan Baghdad. Waktu untuk istirahat juga terkuras untuk sibuk menulis. Sampai pada pengakuan para guru Imam Bukhari yang termasuk dalam ulama Mutasyaddid seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Hatim al-Razi, Qutaybah bin Sa’id, ‘Ali bin al-Madini, Abu Bakar bin Abi Syaybah, Yahya bin Ma’in, Ishaq bin Rahawayh bahwa kitab Sahih Bukhari adalah kitab yang dapat dipertanggungjawabkan kredibilitasnya dan berada di level kedua setelah al-Qur’an sebagai kitab rujukan. Dari kitab Shahih Bukhari inilah mulai berdatangan murid-murid Imam Bukhari untuk belajar langsung kepada beliau. Di antara murid-murid Imam Bukhari yang terkenal yaitu Imam Muslim, al-Nasai dan al-Tirmidzi. Kemudian kitab Sahih Bukhari ini dituliskan penjelasan lengkapnya dalam beberapa karya kitab. Di antaranya sekitar ada 8 kitab yaitu, kitab A’lam al-Sunan, kitab Syarh pertama yang ditulis oleh al-Khattabi, kitab Fath al-Bari yang ditulis oleh Ibnu Hajar al-Asqalani, kitab Syarh Sahih al-Bukhari li Ibni Batthal, kitab Kawakib al-Durari karangan Imam Kirmani, kitab Umdah al-Qari karangan Badr al-Din al-Aini, kitab alTawsiah ‘ala al-Jami’ al-Sahih yang ditulis oleh Imam Suyuthi, Isryad al-Sari karangan al-Qasthalani dan kitab Faidhu al-Bari karangan Anwar Syah alKashmiri.



9



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Hadis Sahih adalah hadis yang sehat dan benar tidak terdapat penyakit dan cacat. Hadis Sahih dibagi menjadi dua yaitu sahih lidhatihi dan sahih li ghairihi. Kitab-kitab Hadis Sahih antara lain Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sahih Ibnu Khuzaimah, Sahih Ibnu Hibban, Sahih Ibnu As Sakan, Sahih Ibnu As Syarqi.



B. Saran Puji dan syukur untuk Allah, Pencipta dan Pengatur seluruh alam, karena dengan berkat rahmat dan ‘inayah-Nya Makalah Ulumul Hadis Sahih ini telah dapat kami selesaikan. Maka sampai disini Makalah Ulumul Hadis Sahih di habisi dan ditamatkan. Mengingat manusia itu tidak luput dari kekhilafan, tentu saja di samping yang di sengaja ditinggalkan, ada pula yang tinggal tidak dengan sengaja. Walaupun demikian, jika terjadi hal serupa itu, kami berbaik sangka bahwa mereka yang mengetahui mengenai Hadis Sahih untuk menelaah kembali di buku yang lain.Atau di antara para pembaca dapat bermurah hati untuk menambahkan jika ada yang kurang dalam Makalah ini sehingga apa yang menjadi kekurangan kami dalam menyusun Makalah ini bisa tercukupi. Sebagai ucapan terakhir, dengan ini kami mengharapkan banyak maaf atas segala kekhilafan dan kelupaan yang terdapat dalam Makalah ini dari awal sampai akhir. Untuk itu atas perhatian pembaca, kami mengucapkan banyak terima kasih.



10



DAFTAR PUSTAKA Suryadilaga, M.Alfatih, Ulumul Hadis, Yogyakarta:Kalimedia, 2009 Solahudin, M. Agus, Suyadi, Agus, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia,2013 Provinsi Jawa Timur, Tim Guru, Hadis, Surabaya:Mutiara Ilmu Mojosari Mojokerto, 2012



11



KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini membahas mengenai “Hadis Shahih”. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadis. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami ucapakan terimakasih kepada dosen pengampu. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu memberikan referensi buku. Tiada gading yang tak retak, itu kata pepatah tiada satupun manusia yang luput dari kesalahan, oleh karena itu kami berharap pemberian maaf yang sebesarnya-besarnya. Atas kekurangan dan kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Saran dan kritik sangat kami harapkan agar kami dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.



Penulis



Kelompok 12



12



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1 C. Tujuan penulisan ...................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2 A. Pengertian Hadis Shahih…………...……………...……………………...2 B. Klasifikasi Hadis Shahih………………………………………….………4 C. Kitab-kitab Hadis Shahih……...……………………………………...…..5 D. yang mula-mula menyusun hadis shahih……...…………………………..7 BAB III PENUTUP .............................................................................................. 10 A. Kesimpulan ............................................................................................... 10 B. Saran…………………………………………………………………….. 10 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11



13