Makalah Historiografi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH HISTORIOGRAFI LINGUISTIK INDONESIA



DOSEN Dr. Asriani Abbas, M. Hum DISUSUN OLEH Agnes Paramitha Gosali (F011181327) Sastra Indonesia



FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018



KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “Historiografi Linguistik Indonesia” ini dapat diselesaikan dengan maksimal dan tanpa halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Pengkajian Bahasa Indonesia yang diampu oleh Ibu Asriani Abbas, M. Hum. Makalah ini berisi tentang pengertian dan penjelasan mendalam tentang historiografi linguistik Indonesia, tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya, serta proses perkembangannya dari periode ke periode. Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dan sumber yang tak dapat disebutkan satu per satu. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Kendati telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika, maupun isi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi. Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan bagi pembaca sekalian.



Makassar, 4 September 2018



Penulis



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................



2



DAFTAR ISI .................................................................................................



3



BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................



4



A. Latar Belakang ..................................................................................



4



B. Rumusan Masalah .............................................................................



5



C. Tujuan ...............................................................................................



5



BAB 2 PEMBAHASAN ...............................................................................



6



A. Pengertian Historiografi Linguistik ..................................................



6



B. Tokoh yang Berpengaruh dalam Sejarah Linguistik Indonesia ........



7



C. Hubungan



Linguistik



Indonesia



dengan



Linguistik-Linguistik



Sebelumnya .......................................................................................



9



D. Perkembangan Linguistik Indonesia .................................................



10



BAB 3 PENUTUP ........................................................................................



14



DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................



15



3



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, di mana bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer atau mana suka yang telah digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomuniasi, dan mengidentifikasi diri. Ilmu yang mengkaji tentang bahasa adalah linguistik. Bahasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan salah satunya adalah bahasa Indonesia. Di Indonesia, studi linguistik mulai mendapat perhatian pada tahun 1960-an. Hal ini ditandai dengan kegiatan yang istensif terhadap studi deskriptif dan studi teoritis. Akan tetapi, pada masa itu studi historis kurang mendapat perhatian. Karyakarya linguistik sebagian besar adalah karya deskriptif. Sejarah kajian bahasa Indonesia berusaha memahami perkembangan konsep tentang bahasa atau konsep tentang aspek-aspek linguistik sebagaimana dipaparkan dalam karya-karya para peneliti linguistik. Sejarah kajian bahasa membantu memahami apakah karya seseorang itu sesuatu yang baru sama sekali atau penerusan saja dari tradisi yang pernah ada. Untuk mengetahui semua seluk-beluknya, tentu akan diperlukan kajian bidang historiografi linguistik. Historiografi linguistik atau bisa disebut penyusunan sejarah linguistik menurut Kridalaksana (1985:57) merupakan sarana untuk melihat kembali yang telah dilakukan selama ini, sehingga diperoleh pemahaman perkembangan konsep, teori, metode, terminologi, dan ciri deskripsi di bidang bahasa. Historiografi linguistik tersebut didasarkan pada pelacakan atas peristiwa masa lalu, di mana kajian tersebut memerlukan data-data peristiwa linguistik yang pernah terjadi pada suatu masa dan di suatu tempat, karena sejarah tidak pernah lepas dari waktu dan ruang tertentu sekaligus tokoh yang terlibat di dalamnya. Dengan adanya historiografi linguistik, kita bisa berusaha memahami perkembangan konsep-konsep, teori, metode, peristilahan, dan gaya penyajian dalam bidang bahasa dari dahulu hingga sekarang. Atau secara retrospektif



4



menulusur konsep-konsep, teori, metode, peristilahan, dan gaya penyajian yang lazim pada suatu masa ke tradisi yang mungkin menurunkannya.



B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari historiografi linguistik? 2. Siapakah tokoh yang berpengaruh di dalam sejarah linguistik? 3. Bagaimana hubungan linguistik Indonesia dengan linguistik-linguistik sebelumnya? 4. Apa-apa saja perkembangan linguistik Indonesia?



C. Tujuan 1. Mengetahui arti dari historiografi linguistik. 2. Mengetahui siapa tokoh yang berpengaruh di dalam sejarah linguistik Indonesia. 3. Mengetahui hubungan linguistik Indonesia dengan linguistik-linguistik sebelumnya. 4. Mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah dilalui oleh linguistik Indonesia.



5



BAB 2 PEMBAHASAN A. Pengertian Historiografi Linguistik Historiografi linguistik merupakan sarana untuk melihat kembali yang telah dilakukan selama ini, sehingga diperoleh pemahaman perkembangan konsep, teori, metode, terminologi, dan ciri deskripsi di bidang bahasa (Kridalaksana;1985;57). Dengan historiografi linguistik, kita berusaha memahami perkembangan konsepkonsep, teori, metode, peristilahan, dan gaya penyajian dalam bidang bahasa dari dulu hingga sekarang atau secara retrospektif, menelusur konsep-konsep, teori, metode, peristilahan dan gaya penyajian yang lazim pada suatu masa ke tradisi yang mungkin menurunkannya. Dalam historiografi linguistik kita tidak hanya akan mempergunakan karyakarya teoritis, melainkan juga karya-karya yang dianggap naïf atau yang bersifat preskriptif, seperti kita dapati dalam tata bahasa pedagogis. Terbukti dari perkembangan wawasan tentang bahasa selama ini, yaitu bagaimana masyarakat memandang bahasa dapat diketahui dari buku, dan dari situlah masyarakat membentuk dan mewarisi konsepsi-konsepsi tentang bahasa, baik yang dapat dipertanggungjawabkan dari sudut linguistik ataupun tidak. Dengan adanya historiografi linguistik inilah kita dapat memberikan pengertian seluas-luasnya pada kata “linguistik”. Dalam historiografi linguistik, digunakan dua metode, yaitu metode filologis dan metode penelitian sosial yang konvensional. Metode filologis merupakan sebuah metode yang persis digunakan dalam kajian ilmu filologi, yaitu dengan menyelidiki naskah-naskah kuno, sehingga dengan metode tersebut para ahli dapat menyelidiki sejarah perkembangan bahasa pada naskah-naskah kuno Nusantara. Sedangkan metode penelitian sosial yang konvensional dapat digunakan, yaitu untuk mengetahui mana karya-karya bahasa yang berpengaruh dalam suatu masa dengan melakukan wawancara. Seperti metode filologis yang digunakan ahli bahasa klasik dan ahli bahasa Semit, historiografi linguistik telah dapat menetapkan dengan pasti bahwa tradisi



6



Arab pada hakikatnya merupakan pencabangan dari tradisi Yunani yang terjadi sekitar awal tarikh Masehi (Versteegh, 1977: 1 ff). Tradisi Arab ini mencapai puncaknya dalam masa Ali Bin Abi Thalib. Salah satu karya tata bahasa yaitu Al Kitab karangan Sibawaihi, buku yang dijuluki Qur’an Al Nahu oleh para budayawan Arab yaitu yang sangat berpengaruh pada dunia tata bahasa Asia Tenggara sampai permulaan abad kedua ini, di mana tradisi Yunani-Romawi yang menjadi sumber tradisi Arab tersebut berkembang di Eropa-lepas dari tradisi Arab dan melalui ahli-ahli bahasa Belanda masuk ke Indonesia, dan sampai sekarang masih menjadi kerangka berpikir para ahli linguistik Indonesia. Sedangkan dengan metode penelitian sosial konvensional dapat digunakan untuk mengetahui mana karya-karya bahasa yang berpengaruh dalam suatu masa. Seperti halnya melakukan wawancara akan didapatkan informasi mengenai Karya Soeganda yaitu Kitab jang Menjatakan Djalan Bahasa Melajoe (1910) yang mana buku tersebut merupakan buku teks yang berpengaruh di kalangan guru pada waktu itu dan melalui buku tersebut para ahli tata bahasa zaman sekarang mewarisi tradisi Yunani-Romawi-Belanda. Dan juga bisa mengetahui karya Za’ba Pelita Bahasa Melayu (1940) yang merupakan buku tata bahasa melayu yang paling berpengaruh di Tanah Semenanjung, bahkan sampai saat ini.



B. Tokoh yang Berpengaruh dalam Sejarah Linguistik Indonesia Konsep-konsep linguistik atau ilmu mengenai bahasa sudah lama sekali dikenal di kawasan Eropa, yaitu sejak zaman Yunani-Romawi, bahkan di India dan Arab juga sudah lama sekali diperkenalkan. Hal itu ditandai dengan berbagai macam karya yang ada dalam zaman tersebut, dan yang paling banyak dipergunakan sekaligus banyak dikenal yaitu mengenai teori Yunani-Romawi. Teori YunaniRomawi yang pada akhirnya diturunkan kepada orang Belanda dan Inggris ditandai dengan karya-karya para ahli bahasa mereka, salah satunya adalah bahasa Indonesia yang banyak terpengaruh oleh teori linguistik Barat. Sebelum tahun 80-an banyak sekali tokoh-tokoh yang bergelut dalam dunia linguistik di Indonesia, akan tetapi dari beberapa tokoh tersebut hanya dua tokoh yang karya-karya mereka sangat berpengaruh terhadap perkembangan linguistik di



7



Indonesia. Di antaranya, yaitu Sastrasoeganda dan A.M. Moeliono, di mana karyakarya mereka sangat berpengaruh dalam perkembangan linguistik di Indonesia pada zaman itu ataupun sampai saat ini. K. Sastrasoeganda yang mana karyanya berjudul Kitab Jang Menjatakan Djalan Bahasa Melajoe (Semarang 1910) merupakan suatu karya yang paling berpengaruh di kalangan guru di Indonesia pada awal abad ke-20, di mana dalam buku tersebut disusun berdasarkan buku G. Van Wijk yang merupakan pengarang Spraakleer der Maleishe Taal. Tetapi bila dibandingkan ternyata cukup banyak perbedaan di antara keduanya. Van Wijk membuat bukunya dengan urutan: pengantar, lafal dan ejaan, perbandingan kelas kata, kata kerja, kata benda, kata sifat, kata bilangan, kata ganti, kata tambahan, kata depan, kata sambung, dan kata seru. Sedangkan Sastrasoeganda mengurutkan bagian-bagian bukunya atas: kalimat, pokok, sebutan, keterangan, tujuan, penderita dan sebagainya, jenis perkataan dalam kalimat, perkataan pekerjaan, perkataan nama benda, perkataan nama sifat, perkataan bilangan, perkataan tambahan, perkataan pengantar (sekarang: kata depan), perkataan penghubung, perkataan penyeru. Buku Sastrasoeganda itu memuat kata pengantar dari H.C. Croes, yang menyatakan bahwa Sastrasoeganda juga mempergunakan buku lain sebagai bahan untuk menyesuaikan peristilahan yang dipakai; buku yang dimaksudkannya ialah Rempah-rempah, spreek-, Taal-, en Stiloefeningen voor de Inlandsche Schole oleh D. Grivel (Batavia 1905). Namun, Satrasoeganda menyatakan: “Adapoen akan nama djenis perkataan, sebab dalam bahasa Melajoe amat koerangja dan beloem banjak jang lazim, maka dalam kitab ini nama-nama itoe sedapat-dapat hamba boeatkan jang sekira-kira bersetoedjoe dengan arti atau koeasa perkataan itoe.” Jadi ia mempergunakan istilah-istilah yang sudah lazim pada zaman itu: bila tidak ada, barulah ia menciptakan istilah-istilah baru. Dan ternyata dari Sastrasoeganda lah kita mewarisi banyak istilah tata bahasa Indonesia sekarang ini dan itu semua dikenal oleh generasi-generasi sekarang melalui buku-buku Oesman, Alisjahbana, Muh. Zain, Poerwadarminta, dan sebagainya. Selain peristilahan melainkan juga kerangka pikiran yang mengisi peristilahan itu juga kita warisi.



8



Tepatnya pada masa-masa setelah tahun 1960, pada masa itulah diadakannya pembaruan wawasan tentang bahasa Indonesia. Dengan adanya karya A.M. Moeliono (1966) yang membahas klasifikasi kata yang baru. Ia membagi kelas kata dalam bahasa Indonesia yaitu nomina, verba, dan partikel. Prosedur yang dipakainya sama dengan yang dilakukan oleh para distribusionalis di AmerikaSerikat yaitu sesuatu yang dilakukan sebagai pemberontakan terhadap paradigma tradisional, tetapi masih tetap dalam jalur kerangka pikiran Yunani-Romawi.



C. Hubungan Linguistik Indonesia dengan Linguistik-Linguistik Sebelumnya Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa linguistik di Indonesia banyak sekali dipengaruhi oleh linguistik Barat, maka dapat disimpulkan bahwa linguistik Indonesia sangat berhubungan dengan linguistik sebelum-sebelumnya yang terlebih dahulu lahir, seperti tradisi Yunani-Romawi, Pertengahan, Renaisanse, dan tradisi Arab. Tradisi Yunani pertama kali dikenalkan oleh Plato mengenai onoma dan rhema, lalu diteruskan oleh muridnya Aristoteles yang menambahkan syndesmoi. Pemikiran tersebut kemudian diaplikasikan pada zaman Romawi, serta pada zaman Pertengahan di mana unsur semantik mendapat perhatian penuh pada zaman itu. Zaman Renaissance adalah zaman pemikiran manusia yang modern dan zaman menoleh kembali hasil-hasil karya klasik, ditambah dengan tradisi Arab. Tradisi Arab pada hakikatnya merupakan pencabangan dari tradisi Yunani yang terjadi sekitar awal tarikh Masehi (Versteegh, 1977: 1 ff). Tradisi Arab ini mencapai puncaknya dalam masa Ali Bin Abi Thalib. Teori Yunani-Romawi yang pada akhirnya diturunkan kepada orang Belanda dan Inggris, yang ditandai dengan karya-karya para ahli bahasa mereka, sampai mempengaruhi karya-karya para tokoh linguis di Indonesia. Banyak dari teori linguistik di Indonesia merupakan hasil dari pemikiran pada zaman YunaniRomawi, misalnya konsep kelas kata. Sampai sekarang banyak sekali pengajarpengajar di Indonesia yang masih menggunakan kelas kata tradisional yang merupakan hasil dari Aristoteles. Sedangkan jika dihubungkan dengan tradisi Arab, bisa diambil contoh dari Muh. Zain dalam Djalan Bahasa Indonesia hlm. 33 yang



9



menyinggung tentang kalimat isim dan kalimat fi’il. Dapat dipastikan bahwa pemikiran itu adalah pengaruh tradisi Sibawaihi. Dengan data-data yang telah dipaparkan, bisa dikatakan bahwa banyak sekali hubungan teori serta konsepkonsep linguistik Indonesia dengan linguistik sebelumnya.



D. Perkembangan Linguistik Indonesia Topik perkembangan linguistik tersurat dalam judul mengimperasi pada kajian bidang historiografi linguistik atau penyusunan sejarah linguistik. Menurut Kridalaksana (1985:57), kajian historiografi linguistik merupakan sarana untuk melihat kembali yang telah dilakukan selama ini, sehingga diperoleh pemahaman perkembangan konsep, teori, metode, terminologi, dan ciri deskripsi di bidang bahasa. Oleh karena itu, seperti halnya penyusunan sejarah pada umumnya, kajian tersebut terpumpun pada pelacakan atas peristiwa masa lalu. Hal itu berarti kajian ini memerlukan data-data peristiwa linguistik yang pernah terjadi pada suatu masa, dan di suatu tempat, karena sejarah tidak pernah lepas dari waktu dan ruang tertentu, bahkan juga tokoh tertentu. Peristiwa linguistik apa sajakah yang dapat digunakan sebagai data dalam pengkajian historiografi? Pertama, penelitian bahasa, karena dalam penelitian bahasa akan tersurat juga teori, konsep, metode, terminolgi, dan karakteristik deskripsi. Oleh karena itu, karya penelitian di bidang bahasa dapat menjadi data dalam penyusunan historigrafi. Peristiwa lain yang kedua adalah pengajaran bahasa, karena dalam pengajaran bahasa, khususnya dalam buku-buku pelajaran bahasa yang digunakan, dapat diketahui juga teori dan konsep linguistik yang dianutnya. Ketiga, dan inilah yang paling esksplit, adalah penulisan karya teoritis, yaitu buku yang secara eksklusif memaparkan teori linguistik tertentu. Singkat kata, segala sesuatu yang membicarakan bahasa dapat menjadi materi kajian, tidak terbatas pada karya teoritis saja (Kridalaksana, 1985: 57). Oleh sebab kelaziman dalam kajian historis juga, penulisan historiografi perkembangan linguistik Indonesia dilakukan dengan pola urutan kronologis seperti dalam periodisasi. Periodisasi yang digunakan didasarkan pada dominasi teori tertentu pada kurun waktu tertentu. Atas dasar hal tersebut, setelah memetakan



10



beragam teori linguistik yang pernah dan masih digunakan dalam kancah studi bahasa di Indonesia, berikut secara berturut-turut akan dibahas: periode dominasi tata bahasa tradisional (sebelum tahun 1965), periode dominasi tata bahasa struktural (tahun 1965 s.d. tahun 1985), periode dominasi tata bahasa transformasional di tengah variasi tata bahasa fungsional/pragmatik (tahun 1985 s.d. akhir tahun 1990), dan periode warna-warni teori (awal tahun 2000). Istilah dominasi dalam penamaan periodisasi ini didasari fenomena linguistik bahwa teori-teori tertentu dalam suatu periode tetap eksis walaupun telah muncul teori baru pada periode berikutnya. Jadi, harus diakui bahwa teori tata bahasa tradisional, misalnya, sampai sekarang (awal 2000-an) tetap berpengaruh dan digunakan dalam pengajaran bahasa maupun penelitian bahasa di Indonesia.



1. Periode Dominasi Tradisional (Sebelum Tahun 1965) Sesungguhnya, lebih dari tiga abad sebelum tahun 1965 (tepatnya pada 1653), Joannes Roman telah menulis tata bahasa Melajoe (bahasa Indonesia). Untuk pendeskripsian fenomena bahasa Melajoe, ia menggunakan istilah dalam bahasa Belanda yang tidak lain terjemahan istilah Latin, misalnya dalam penyebutan kelas kata. Oleh Joannes Ramon, kelas kata dalam bahasa Melajoe dibedakan atas: namen atau benda, voornamen atau kata ganti, woorden atau kata kerja, bijwoorden atau kata keterangan, voorzettingen atau kata depan, koppelingen atau kata sambung, dan inwurpen atau kata seru (Kridalaksana, 2002:4). Pembagian kelas kata seperti itu tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan Dyonisius Thrax (100 SM) atas onoma atau kata benda, antonymia atau kata ganti, rhema atau kata kerja, epirrhema atau kata keterangan, prothesis atau kata depan, syndesmoi atau kata sambung, metosche atau partisipel, dan arthron atau kata sandang (Sulaiman, 1973:15; Pateda, 1990:16). Semua mafhum bahwa kelas kata ala Thrax merupakan pengembangan dan perluasan yang pernah dilakukan Aristoteles (300 SM) atas onoma atau kata benda, rhemata atau kata kerja, dan syndesmoi atau kata perangkai, ataupun yang pernah dilakukan Plato (400 SM) atas onoma atau benda dan rhema atau kerja. Pola pikir Thrax, Aristoteles, dan Plato itu yang menjadi landasan tata bahasa tradisional,



11



yaitu: preskriptif, nasional, translingual, logikosentris. Preskriptif berarti tata bahasa tradisional menghakimi penggunaan bahasa atas vonis benar salah (Alwasilah, 1989: 34) atau bersifat menentukan dan mengharuskan (Harsono, 1979: 1).



2. Periode Dominasi Struktural (Tahun 1965 s.d. Tahun 1985) Pada tahun 1970, terbit buku “Tata Bahasa Indonesia: Untuk Sekolah Lanjutan Atas” karya Gorys Keraf. Lewat buku ini aliran struktural mulai dikenal teristimewa dalam bidang pengajaran bahasa Indonesia. Tampaknya introduksi Keraf bergaung benar. Setiap tahun buku ini mengalami cetak ulang. Dominasi struktural semakin kokoh ketika pemerintah (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) melakukan perubahan kurikulum dari Rencana Pendidikan dan Pelajaran 1968 ke Kurikulum 1975. Dalam Kurikulum 1975 itu, mata pelajaran bahasa Indonesia membagi pokok-pokok bahasannya dalam 9 pokok bahasan: 1. Tata bunyi



6. Kosa kata



2. Tata bentukan



7. Diskusi



3. Tata kalimat



8. Sastra



4. Paragraf



9. Menulis



5. Gaya bahasa



(Yohanes, 1988: 175).



3. Periode Dominasi Transformasional di Tengah Variasi (Tahun 1985 s.d. akhir Tahun 1990) Pengenalan transformasional salah satunya dilakukan oleh Samsuri pada dua bab terakhir buku “Analisa Bahasa (1980)” pada edisi kedua. Lewat makalah yang disajikan dalam berbagai kesempatan, khususnya “Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atmajaya (PELLBA)”, Bambang Kaswanti Purwo (dan juga Soenjono Dardjowidjojo)



patut



dicatat



juga



sebagai



introduktor



dan



eksplorator



transformasional dalam kajian bahasa Indonesia dan juga bahasa-bahasa nusantara. Misalnya, dalam “Simposium Linguistik 1985 (embrio PELLBA)” beberapa teori mutakhir di bidang linguistik disajikan: “Aliran Transformasional 1957—1965” oleh Samsuri, “Perkembangan Aliran Transformasional 1965—Kini” oleh Riga



12



Adiwoso, “Teori Tagmemik” oleh Stephanus Djawanai, dan “Tata Bahasa Relasional” oleh Bambang Kaswanti Purwo (Dardjowidjojo, 1987).



4. Periode Warna-warni Teori (Awal Tahun 2000) Oleh sebab perkembangan seperti tergambar pada periode sebelumnya, kini (pada awal tahun 2000), studi linguistik di Indonesia berwarna-warni ibarat taman bunga. Hal itu dapat dipahami karena, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, ciri yang ada pada periode sebelumnya tidak berarti stagnan atau berhenti pada periode berikutnya. Pada periode tertentu yang terjadi hanyalah dominasi teori tertentu, akan tetapi teori lain yang berkembang pada periode sebelumnya tidak berarti mati. Sebab lain adalah periode ini menjadi muara akhir atau akumulasi teori-teori yang pernah berlaku. Kewarna-warnian itu dapat dilihat melalui kajian berdasar teori tradisional pada periode ini yang masih juga mewarnai peristiwa linguistis (penelitian atau pun pengajaran) bahasa Indonesia. Demikian pulan kajian berdasar teori struktural dan transformasional, apalagi kajian pragmatik, psikolinguistik, sosiolinguistik, ekologilinguistik yang lebih beragam dan bebas.



2



BAB 3 PENUTUP Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa historiografi linguistik merupakan sarana untuk melihat kembali yang telah dilakukan selama ini, sehingga diperoleh pemahaman perkembangan konsep, teori, metode, terminologi, dan ciri deskripsi di bidang bahasa. Dalam sejarah perkembangannya, ada beberapa tokoh yang terlibat dan berperan penting dalam proses pengembangannya. Hubungan antara linguistik Indonesia dan linguistik-linguistik sebelumnya juga dipaparkan secara terperinci dalam makalah ini. Linguistik Indonesia juga mengalami perubahan dari tahun ke tahun yang melalui empat periode mulai sebelum tahun 1965 sampai awal tahun 2000. Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis dan khususnya juga para pembaca sekalian.



3



DAFTAR PUSTAKA Ardjowidjojo, Soenjono. 1985. Perkembangan Linguistik Indonesia. Jakarta: Arcan Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Dwi,



Eva.



2014.



Historiografi



Linguistik



Indonesia.



http://eva-dwi-



fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-108362-UmumHistoriografi%20Linguistik%20Indonesia.html (Diakses pada 5 September 2018 pukul 10.10 AM) Nuraysia,



Ghita.



2013.



Perkembangan



Linguistik



di



Indonesia.



http://gitaaysia.blogspot.com/2013/01/perkembangan-linguistik-di-indonesia.html (Diakses pada 5 September 2018 pukul 11.01AM)



4