Makalah Hormon Reproduksi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Makalah Hormon Reproduksi



Disusun oleh: Kelompok 14



Annada Marfitasari



04011381924209



Melissa Tiara Cahyani



04011381924211



Felia Noor Haliza Putri



04011381924212



Rr. Ayyu Kisledia



04011381924215



Hurin ‗Afina Gnd



04011381924218



Dosen Pengampu : dr. H. Safyudin, M. Biomed, CGA



Program Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya 2020



DATA KELOMPOK PENYAJI



Melissa Tiara Cahyani (Ketua) 04011381924211



Rr. Ayyu Kisledia



Felia Noor Haliza Putri



04011381924215



04011381924212



Annada Marfitasari



Hurin ‗Afina Gnd



04011381924209



04011381924218



Universitas Sriwijaya | 1



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ―Hormon Reproduksi‖ dengan baik dan tanpa hambatan. Kami juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini. Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya pada Blok 7 (Dinamika Biokimiawi Sistem Tubuh). Melalui makalah ini, kami mengharapkan pembaca mampu untuk memahami mengani jenis-jenis hormon reproduksi baik perempuan maupun laki-laki serta peranannya dalam sistem tubuh manusia. Kami menyadari bahwa sebagai manusia biasa, kami mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kritik dan saran yang membangun terhadap makalah ini diharapkan agar kedepannya dapat menjadi acuan untuk menjadi lebih baik lagi.



Palembang, 28 April 2020



Kelompok 14



Universitas Sriwijaya | 2



DAFTAR ISI LAMPIRAN STRUKTUR KELOMPOK .......................................................... 1 KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2 DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 5 1. Latar Belakang ....................................................................................... 5 2. Rumusan Masalah .................................................................................. 5 3. Tujuan Makalh ....................................................................................... 6 BAB II ISI .......................................................................................................... 7 1. Hormon Steroid ...................................................................................... 7 a.



Definisi dan Karakteristik Umum .............................................. 7



b.



Fungsi Umum ............................................................................. 8



c.



Biosintesis Umum ...................................................................... 9



2. Hormon Kelamin Perempuan ................................................................ 11 a.



Macam dan Sumber .................................................................... 11



b.



Estrogen ...................................................................................... 11



c.



Progesteron ................................................................................. 14



d.



Peran Hormon pada Siklus Menstruasi ...................................... 18



e.



Peran Hormon pada Kehamilan ................................................. 25



f.



Peran Hormon pada Persalinan .................................................. 27



g.



Peran Hormon pada Menyusui ................................................... 30



h.



Klimakterium (Menopause) ....................................................... 32



3. Hormon Kelamin Laki-laki .................................................................... 33 4. Tumbuh Kembang Sistem Kelamin pada Perempuan ........................... 42 5. Tumbuh Kembang Sistem Kelamin pada Laki-laki ............................... 44 6. Bentuk dan Ukuran Sistem Kelamin Berdasarkan Ras .......................... 45 7. Zona Erogen pada Kelamin Perempuan ................................................. 46 8. Zona Erogen pada Kelamin Laki-laki ................................................... 47 9. Identitas Gender ..................................................................................... 48 10. Peran Otak dan Feromon dalam Cinta ................................................... 49 11. Siklus Respon Seksual pada Perempuan ................................................ 51 12. Siklus Respon Seksual pada Laki-laki ................................................... 52



Universitas Sriwijaya | 3



13. Peran Hormon pada Saat Koitus (Senggama) ........................................ 54 14. Peran Hormon pada Saat Masturbasi ..................................................... 55 15. Peran Hormon pada Saat Orgasme ........................................................ 56 16. Peran Hormon pada Kelainan Psikoseksual ........................................... 56 BAB III PENUTUP ............................................................................................ 58 1. Kesimpulan ............................................................................................ 58 2. Kritik dan Saran ..................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59



Universitas Sriwijaya | 4



BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tubuh manusia merupakan suatu sistem yang bekerja dan menimbulkan usaha. Organ-organ tubuh merupakan kumpulan komponen yang saling mempengaruhi dan bekerja sama secara terpadu. Di samping itu, tubuh manusia tidak terlepas dari pengaruh lingkungan luar, seperti cuaca ataupun rangsangan yangmana akan diterima melalui sistem syaraf. Tubuh pun harus mampu memberikan reaksi atau tanda-tanda dari dalam tubuh seperti rasa lapar atau lelah. Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam tubuh. Organ yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin karena hormon yang disekresikan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah dan tanpa melewati saluran khusus. Terdapat pula kelenjar eksokrin yang mengedarkan hasil sekresinya melalui saluran khusus. Keberadaan hormon dalam tubuh sangatlah penting karena hormon



berperan



antara



lain



dalam



proses



pertumbuhan



dan



perkembangan tubuh, proses reproduksi, metabolisme zat, dan lain sebagainya. Hormon reproduksi merupakan molekul steroid derivat dari kolesterol dan dibuat di testis ovarium, dan adrenal korteks. Hormon reproduksi berguna dalam pembentukan sperma dan ovum, serta membentuk sifat seks sekunder. Sangat penting untuk mengetahui apa itu hormon reproduksi, agar dapat memahami mekanisme kerja hormon tersebut pada sistem reproduksi di tubuh. Oleh karena itu, makalah ini disusun untuk mempelajari dan memahami lebih mendalam tentang hormon reproduksi.



2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Apa yang dimaksud dengan hormon steroid? 2. Apa saja yang termasuk hormon kelamin perempuan?



Universitas Sriwijaya | 5



3. Apa saja yang termasuk dengan hormon kelamin laki-laki? 4. Bagaimana proses tumbuh kembang sistem kelamin? 5. Bagaimana bentuk, ukuran, dan zona erogen kelamin? 6. Apa yang dimaksud dengan identitas gender? 7. Bagaimana peran otak dan feromon dalam cinta? 8. Bagaimana proses siklus respon seksual terjadi? 9. Bagaimana peran hormon pada saat koitus (senggama), masturbasi, dan orgasme? 10. Bagaimana peran hormon pada kelainan psikoseksual?



3. Tujuan Makalah Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Mampu memahami hormon steroid secara umum. 2. Mampu mehamami hormon kelamin perempuan dan laki-laki. 3. Mampu memahami tumbuh kembang sistem kelamin. 4. Mampu mengetahui bentuk, ukuran, dan zona erogen kelamin. 5. Mampu mengetahui identitas gender. 6. Mampu memahami peran otak dan feromon dalam cinta. 7. Mampu memahami siklus respon seksual. 8. Mampu memahami peran hormon pada saat koitus (senggama), masturbasi, dan orgasme. 9. Mampu memahami peran hormon pada kelainan psikoseksual.



Universitas Sriwijaya | 6



BAB II ISI 1. Hormon Steroid a. Definisi dan Karateristik Umum Berdasarkan sifat kelarutannya, hormon dikelompokkan menjadi hormon yang larut dalam air dan yang larut dalam lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk golongan polipeptida (misal insulin, glukagon, hormon adrenokortikotropik, gastrin) dan katekolamin (dopamin, norepinefrin, epinefrin). Sedangkan hormon yang larut dalam lemak termasuk golongan steroid (estrogen, progesteron, testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (misal tiroksin). Secara struktur kimiawi, hormon diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga)golongan, yaitu golongan steroid, golongan protein (100 asam amino) dan polipeptida (kurang 100 asam amino), serta golongan amina. Karakteristik umum hormon steroid. 1) Diproduksi oleh bagian korteks adrenal, testis, ovarium, dan plasenta. 2) Disintesis dari bahan dasar kolesterol sesuai kebutuhan. 3) Bersifat larut dalam lipid. 4) Bersifat lipofilik atau hidrofobik sehingga hormon ini dapat melintasi membran sel dengan mudah danterikat dengan reseptornya yang berada di intraseluler. 5) Memiliki struktur cincin yang khas tetapi tidak identik satu sama lainnya, dapat dobedakan dari struktur cincin dan sisi rantai yang melekat padanya. 6) Transport di dalam darah terikat pada protein carrier. 7) Memiliki waktu paruh yang panjang. 8) Reseptor berada di dalam nukleus. 9) Mekanisme aksi dengan aktivasi gen. 10) Respon organ targetnya menyintesis enzim baru.



Universitas Sriwijaya | 7



11) Hormon ini hanya disimpan dalam jumlah sedikit di sel endokrin penghasilnya, namun sejumlah besar ester kolesterol yang tersimpan di vakuola sitoplasma dapat dengan cepat dimobilisasi untuk sintesis steroid setelah adanya stimulus. Hormon dari kolesterol.



reproduksi Hormon



merupakan molekul steroid derivat reproduksi



berada



di sitoplasma



bergabung dengan protein reseptor spesifik. Hormon ini terikat secara kompetitif membentuk kompleks Hormon-reseptor yang berperan sebagai pengatur pembentukan protein dan enzim sistem reproduksi. Hormon-hormon reproduksi diproduksi di testis ovarium, adrenal



korteks. Hormon-hormon reproduksi bersifat anabolik.



Hormon reproduksi disekresi oleh kelenjar adrenal sama seperti glukokortikoid dan mineralkortikoid. Hormon reproduksi seperti androgen dan esterogen, bearasal dari sel-sel zona retikularis dan zona fasikulata, yang berperan



dalam pembentukansifat seks



sekunder. b. Fungsi Umum Hormon reproduksi diproduksi di testis, ovarium, adrenal korteks. Hormon steroid yang diproduksi di testis dan ovarium berperan dalam pembentukan sperma dan ovum, serta membentuk dan mempertahankan sifat seks sekunder pada pria (testosteron) dan wanita (estrogen). Sedangkan hormon steroid yang diproduksi di adrenal korteks memiliki fungsinya masing-masing berdasarkan jenis hormon yang dihasilkan. 1) Mineralokortikoid, keseimbangan



terutama mineral



+



aldosteron,



memengaruhi



(elektrolit),



khususnya



+



keseimbangan Na dan K .



Universitas Sriwijaya | 8



2) Glukokortikoid, terutama kortisol, berperan besar dalam metabolisme glukosa serta metabolisme protein dan lemak dan dalam adaptasi terhadap stres. 3) Hormon seks identik atau serupa dengan yang dihasilkan oleh gonad (testis pada pria, ovarium pada wanita). Hormon seks adrenokorteks yang paling banyak dan penting secara fisiologis adalah dehidroepiandrosteron, suatu androgen, atau suatu hormon seks "pria". c. Biosintesis Umum Semua hormon steroid disintesis dari kolesterol. Inti gonane kolesterol terdiri dari 19 atom karbon dalam empat cincin (A—D). Cincin D membawa rantai samping atom 8C. Kolesterol yang dibutuhkan untuk biosintesis hormon steroid diperoleh dari berbagai sumber. Kolesterol diambil sebagai unsur penyusun lipoprotein LDL ke dalam sel kelenjar yang mensintesis hormon, atau disintesis oleh sel kelenjar sendiri dari asetil-KoA. Kolesterol berlebih akan disimpan dalam bentuk ester asam lemak dalam tetesan lipid. Hidrolisis memungkinkan mobilisasi cepat kolesterol dari cadangan ini lagi. Jalur Biosintesis Reaksi hidroksilasi (H) sangat banyak terjadi, reaksi ini dikatalisis oleh monooksigenase spesifik ("hidroksilase") dari keluarga sitokrom P450. Selain itu, ada hidrogenasi tergantung NADPH dan NADP+-dependen/hidrogenasi (Y) dan dehidrogenasi (D), serta reaksi naik dan isomerisasi (S, I). Estrogen memiliki tempat khusus di antara hormon steroid, karena mereka adalah satusatunya yang mengandung cincin A aromatik. Ketika ini terbentuk, dikatalisis oleh aromatase, gugus metil sudut (C-19) hilang. Pregnenolone adalah perantara penting dalam biosintesis sebagian besar hormon steroid. Pregnenolone diproduksi dalam tiga langkah oleh hidroksilasi dan pembelahan dalam rantai samping. Dehidrogenasi berikutnya dari gugus hidroksil pada C-3 (b) dan



Universitas Sriwijaya | 9



pergeseran ikatan rangkap dari C-5 ke C-4 menghasilkan progesteron gestagen. Dengan pengecualian kalsitriol, semua hormon steroid berasal dari progesteron. Hidroksilasi progesteron pada atom C 17, 21, dan 11 menyebabkan kortisol glukokortikoid. Hidroksilasi pada C-17



dihilangkan



selama



sintesis



untuk



aldosteron



mineralokortikoid. Alih-alih, gugus metil sudut (C-18) dioksidasi menjadi gugus aldehida. Selama sintesis androgen testosteron dari progesteron, rantai samping dihilangkan sepenuhnya. Aromatization dari cincin A, seperti yang disebutkan di atas, akhirnya mengarah ke estradiol. Dalam perjalanan ke kalsitriol (hormon vitamin D), ikatan rangkap lain dalam cincin B kolesterol pertama kali diperkenalkan. Di bawah pengaruh sinar UV pada kulit, cincin B kemudian dibelah secara fotokimiawi, dan sekosteroid cholecalciferol muncul (vitamin D3). Dua hidroksilasi Cyt P450 yang bergantung pada hati dan ginjal menghasilkan hormon vitamin D aktif.



Gambar 1. Biosintesis Hormon Steroid (Sumber: Koolman, 2005) Universitas Sriwijaya | 10



2. Hormon Kelamin Perempuan a. Macam dan Sumber Hormon-hormon perempuan. 1. Hormon yang dikeluarkan hipotalamus, hormon pelepasan gonadotropin (GnRH). 2. Hormon seks hipofisis anterior, hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinisasi (LH), keduanya disekresi sebagai



respons



terhadap



pelepasan



GnRH



dari



hipotalamus. 3. Hormon-hormon ovarium, estrogen dan progesteron, yang disekresi oleh ovarium sebagai respons terhadap kedua hormon seks perempuan dari kelenjar hipofisis anterior. Berbagai macam hormon ini disekresi dengan kecepatan yang sangat berbeda pada berbagai bagian yang berbeda dari siklus seks bulanan perempuan. (Guyton, 2014) b. Estrogen Estrogen adalah suatu famili hormon yang disintesis di berbagai jaringan. 17β-Estradiol adalah estrogen primer yang berasal dari ovarium. Hormon estrogen dikenal sebagai hormon seks wanita (Steroid C-18). i.



Macam dan Sumber Estrogen endogen di dalam plasma wanita terdiri dari tiga jenis yaitu 17 β – estradiol (E2), estrone (E1), dan estriol (E3) yang memiliki struktur 18 atom C dan disintesis dari kolesterol (Huseyin, 2013). Estrogen utama yang disekresi oleh ovarium adalah βestradiol. Estron juga disekresi dalam jumlah kecil tetapi sebagian besar estron dibentuk di jaringan perifer dari androgen yang disekresi oleh korteks adrenal dan oleh sel teka ovarium. Estriol adalah estrogen yang lemah; merupakan produk oksidasi yang berasal baik dari estradiol



Universitas Sriwijaya | 11



maupun estron, dengan pengubahan yang terjadi terutama di hati. (Guyton, 2014). ii.



Fungsi Fungsi utama estrogen yaitu memacu pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi, payudara, dan ciri seksual sekunder perempuan berpengaruh sedikit pada distribusi rambut. Fungsi estrogen berhubungan erat dengan pengaruhnya karakteristik seks perempuan primer dan sekunder.



Fungsi



primer



estrogen



adalah



untuk



menimbulkan proliferasi sel dan pertumbuhan jaringan organ-organ seks serta berbagai jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi (Guyton, 2014). iii.



Biosintesis



Gambar 2. Biosintesis dan Metabolisme Estrogen (Sumber: Ganong, 2012) Estrogen yang terdapat secara alamiah adalah 17βestradiol, estron, dan estriol. Zat-zat ini adalah steroid C18 yang tidak memiliki gugus metil angular yang melekat ke posisi 10 atau (konfigurasi e4-3-keto) di cincin A. Hormonhormon ini disekresikan terutama oleh sel granulosa folikel ovarium, korpus luteum, dan plasenta. Biosintesis mereka



Universitas Sriwijaya | 12



bergantung



pada



enzim



aromatase



(CYP19),



yang



mengubah testosteron menjadi estradiol dan androstenedion menjadi estron. Reaksi yang terakhir juga terjadi di lemak, hati, otot, dan otak. (Ganong, 2012). iv.



Aktivitas Biologis Potensi estrogenik β−estradiol adalah 12 kali lebih besar dari estron dan 80 kali lebih besar dari estriol. Dengan mengingat potensi relatif ini tampak bahwa efek estrogenik total P-estradiol biasanya beberapa kali lipat dari kedua hormon yang lain bersama-sama. Oleh karena itu, β−estradiol dianggap sebagai estrogen utama, walaupun efek estrogenik estron juga tidak dapat diabaikan. (Guyton, 2014)



v.



Estrogen Sintetik Selain dalam bentuk alami, estrogen juga diperoleh dalam bentuk sintetik. Beberapa jenis estrogen sintetik yang dikenal adalah diethylstilbestrol, etinil estradiol, dienestrol, fosfestrol (Holland, 2002). Diethylstilbestrol



(DES)



merupakan



estrogen



sintetik non steroid yang potensi estrogeniknya cukup kuat. Pada awalnya DES digunakan untuk mengatasi abortus imminens (Achadiat, 2003), namun hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan DES pada ibu hamil meningkatkan risiko kanker (small cell carcinoma) vagina pada bayi wanita yang dilahirkannya, disfungsi alat reproduksi, menurunnya fertilitas dan disfungsi sistem immune (Giusti et al. 1995). Turunan etinil estradiol adalah suatu estrogen kuat dan— tidak seperti estrogen alami—relatif aktif bila diberikan per oral karena resisten terhadap metabolisme hati. Aktivitas hormon alami rendah bila diberikan per oral karena pendarahan usus melalui vena porta membawa



Universitas Sriwijaya | 13



hormon ini ke hati dan di sana dibuat tidak aktif sebelum mencapai sirkulasi umum. Beberapa bahan nonsteroid dan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan memiliki aktivitas estrogenic. (Ganong, 2012). vi.



Degradasi dan Ekskresi Hati mengonjugasi estrogen untuk membentuk glukuronida dan sulfat, dan sekitar seperlima dari produk konjugasi ini diekskresi ke dalam empedu; sebagian besar sisanya diekskresi ke dalam urine. Hati juga mengubah estrogen poten, estradiol, dan estron menjadi estriol estrogen yang sama sekali tidak poten (Guyton, 2014). Pada wanita, terdapat suatu periode yang dinamai perimenopause yang mendahului menopause, dan periode ini



dapat



berlangsung



hingga



10



tahun.



Selama



periomenopause, kadar FSH akan meningkat sebelum dijumpai peningkatan LH akibat berkurangnya estrogen, progesteron, dan inhibin dan haid mulai tidak teratur (Ganong, 2012). Ovarium tidak lagi menyekresi progesteron dan 17β-estradiol dalam jumlah yang bermakna, dan estrogen hanya dibentuk dalam jumlah kecil melalui aromatisasi androstenedion di jaringan perifer (lihat Bab 20). Uterus dan vagina perlahan-lahan menjadi atrofi. Karena efek umpan-balik negatif estrogen dan progesteron menurun, maka sekresi FSH dan LH meningkat, dan FSH dan LH plasma meningkat ke tingkat yang tinggi (Ganong, 2012). c. Progesteron Hormon ini merupakan zat antara penting dalam biosintesis steroid pada semua jaringan yang menyekresi hormon steroid, dan sejumlah kecil tampaknya masuk sirkulasi dari testis dan korteks adrenal (Ganong, 2012). i.



Macam dan Sumber



Universitas Sriwijaya | 14



Progesteron



adalah



suatu



steroid



C21



yang



disekresikan oleh korpus luteum, plasenta, dan (dalam jumlah kecil) folikel (Ganong, 2012). Relaksin adalah suatu hormon polipeptida yang diproduksi di korpus luteum, uterus, plasenta, dan kelenjar mamaria pada wanita dan di kelenjar prostat pada pria. Selama kehamilan, hormon ini melemaskan simfisis pubis dan sendi-sendi panggul lainnya serta melunakkan dan menyebabkan dilatasi serviks uteri. Dengan demikian, hormon ini mempermudah persalinan. Relaksin juga menghambat kontraksi uterus dan mungkin berperan dalam perkembangan kelenjar mamaria (Ganong, 2012). Progesteron dibentuk di corp lutein sel graaf dan plasenta, sebagai prekusor hormon-hormon C19 dan C21. Pada fase luteal, produksi progesteron meningkat sebanyak 20 – 30 mg/hari. Sebanyak 10 – 20 % progesterone di sekresi sebagai pregnanediol. Pregnanediol glucuronide terdapat pada urin kurang dari 1mg/ hari sampai ovulasi dan pada postovulasi, eksresi pregnanediol di urin mencapai 3-6 mg/hari (Speroff, 2005). Pada



keadaan



normal,



kadar



17α-



hidroksiprogesteron kurang daro 100ng/dL, setelah ovulasi dan pada fase luteal akan mencapai 200ng/dL. Penurunan 17α-hidroksiprogesteron



menghasilkan



pregnanetriol



(Speroff, 2005). ii.



Fungsi Fungsi



utama



progesteron



yaitu



untuk



meningkatkan perubahan sekretorik pada endometrium uterus



selama



paruh



terakhir



siklus



seks



bulanan



perempuan, sehingga menyiapkan uterus untuk menerima ovum yang sudah dibuahi. Progesteron juga menurunkan frekuensi



dan



intensitas



kontraksi



uterus,



sehingga



Universitas Sriwijaya | 15



membantu mencegah terlepasnya ovum yang sudah berimplantasi. merangsang perkembangan



Progesteron perkembangan lobulus



juga



berfungsi



payudara, dan



untuk



meningkatkan



alveoli



payudara,



mengakibatkan sel-sel alveolar berproliferasi, membesar, dan menjadi bersifat sekretorik. Tetapi, progesteron tidak menyebabkan alveoli menyekresi air susu (Guyton, 2014). iii.



Biosintesis



Gambar 3. Biosintesis progesteron dan jalur utama metabolismenya. Metabolit lain juga terbentuk. (Sumber: Ganong, 2012) Progesteron disintesis dari bahan kolesterol pada setiap



jaringan steroidogenik.



Kolesterol



diangkat



menuju jaringan steroidogenik, seperti corpus luteum untuk membentuk lipoprotein. Lapisan sel granulosa serta sel-sel theca interna pada korpus luteum, LDL, HDL serta hidrolisis cadangan ester kolesterol adalah sumber utama kolesterol untuk memproduksi hormon steroid.



Universitas Sriwijaya | 16



Kolesterol akan diubah menjadi pregnenolon steroid intermediet dan dikatalisis enzim sitokrom P-45, 3βhidroksisteroid dehidrogenase. Reaksi perubahan ini terjadi di mitokondria (Nugroho, 2016). iv.



Aktivitas Biologis Hormon ini juga masuk kedalam sel melalui proses difusi dan pada jaringan yang peka akan berikatan dengan reseptor



progesteron



yang



berafinitas



tinggi,



tetapi



berkapasitas rendah untuk progestin. Umumnya kandungan reseptor progesteron dalam sel bergantung pada kerja estrogen contohnya, progesteron dapat berefek pada endometrium setelah endometrium dipersiapkan oleh estrogen. Kompleks progesteon reseptor juga mendukung proses transkripsi gen, tetapi respon terhadap progesteron sangat berbeda dari respons yang dipicu oleh kompleks reseptor estro estradiol 17B. Kerja progesteron antara lain menurunkan sintesis molekul reseptor estrogen. Ini adalah suatu cara progesteron untuk melemahkan kerja estrogen. Progesteron juga bekerja untuk meningkatkan aktivitas enzimatik estradiol 17B melalui peningkatan aktivitas estradiol dehidrogenase. meningkatkan sulfurilasi estrogen (Cunningham, 2006). v.



Progesteron Sintetik Progestin



sintetik



misalnya



noretindron.



Pil



diberikan selama 21 hari, lalu dihentikan selama 5-7 hari agar terjadi pengeluaran darah haid, lalu dimulai kembali. Noretindron memiliki sebuah gugus etinil di posisi 17 inti steroid, sehingga obat ini resisten terhadap metabolisme hati dan efektif bila diberikan per oral. Selain bersifat progestin, obat ini sebagian dimetabolisme menjadi etinil estradiol, dan karenanya memiliki aktivitas estrogenik (Ganong, 2012).



Universitas Sriwijaya | 17



vi.



Degradasi dan Ekskresi Sekitar 2% progesteron dalam darah berada dalam keadaan bebas, sementara 80% terikat ke albumin dan 18% terikat ke glo-bulin pengikat kortikosteroid. Progesteron memiliki waktu paruh yang singkat dan diubah menjadi pregnandiol di hati, yang kemudian dikonjugasi dengan asam glukuronat dan diekskresikan dalam urine (Ganong, 2012). Hampir semua progesteron didegradasi menjadi steroid lain yang tidak mempunyai efek progestasional. Produk akhir yang utama dari degradasi progesteron adalah pregnandiol. Sekitar 10 persen progesteron ashi diekskresi dalam urine (Guyton, 2014).



d. Peran Hormon pada Siklus Menstruasi Siklus menstruasi diatur oleh interaksi kompleks antara poros hipotalamus-hipofisis-ovarium dan rahim. Secara singkat, hipotalamus mengeluarkan hormon pelepas gonadotropin (GnRH), yang merangsang hipofisis untuk melepaskan FSH dan LH. Gonadotropin



akan



menstimulasi



ovarium



untuk



melepaskan oosit untuk dibuahi. Bersamaan dengan itu, ovarium mengeluarkan



hormon,



yang



akan



bekerja



pada



lapisan



endometrium uterus untuk mempersiapkan implantasi, kemudian memberi makan kembali ke hipotalamus dan hipofisis, mengatur sekresi gonadotropin selama fase siklus menstruasi. Setelah ovulasi, folikel yang pecah (corpus luteum) mengeluarkan progesteron. Hormon ini terlibat dalam loop umpan balik negatif melalui peningkatan aktivitas opioid endogen, Saat kadar progesteron turun lagi, pulsatilitas GnRH meningkat dan mendukung pelepasan FSH. i.



Progesteron Progesteron berperan mulai dalam ovarium tepat sebelum



terjadinya



ovulasi,



produksi



progesteron



Universitas Sriwijaya | 18



meningkat, dan ini mungkin bertanggung jawab, setidaknya sebagian, dalam puncak pertengahan siklus di FSH dan koordinasi lonjakan LH. FSH, LH, dan progesteron menginduksi ekspresi enzim proteolitik yang menurunkan kolagen di dinding folikel sehingga membuatnya rentan terhadap pecahnya oosit. Produksi progesteron meningkat dan mungkin bertanggung jawab dalam kontraksi sel otot polos di ovarium, membantu ekstrusi oosit. Setelah ovulasi, ovarium mengeluarkan progesteron yang menghambat proliferasi endometrium lebih lanjut. Mekanisme ini dapat dimediasi oleh antagonis efek estrogen. Progesteron mengatur reseptor estrogen di epitel dan



memediasi



metabolisme



estradiol



di



dalam



endometrium dengan merangsang aktivitas 17β-HSD dan mengubah estradiol menjadi estrogen yang lebih lemah, estron.



Progesteron



juga



merangsang



diferensiasi



endometrium dan menyebabkan perubahan histologis yang khas. Kelenjar menjadi semakin berliku-liku, dan pembuluh spiral melilit dan mendapatkan penampilan pembuka botol. Stroma yang mendasarinya menjadi sangat edematosa akibat peningkatan permeabilitas kapiler, dan sel-sel mulai tampak besar dan polihedral, dengan masing-masing sel mengembangkan membran basal independen. Jika tidak ada implantasi embrio, endometrium memasuki fase degeneratif. Penarikan estrogen dan progesteron meningkatkan produksi prostaglandin—PGF2α dan PGE2. Progesteron akan merangsang vasokonstriksi progresif dan relaksasi pembuluh spiral. Reaksi vasomotor ini



menyebabkan iskemia



endometrium



dan cedera



reperfusi. Akhirnya ada perdarahan dalam endometrium dengan pembentukan hematoma berikutnya. Penarikan progesteron memicu aktivitas MMP, yang memfasilitasi



Universitas Sriwijaya | 19



degradasi matriks ekstraseluler. Seiring perkembangan iskemia dan degradasi, fungsionalis menjadi nekrotik dan hilang seiring menstruasi yang terdiri dari jaringan endometrium dan darah. Jumlah darah yang hilang dalam menstruasi normal berkisar dari 25 mL hingga 60 mL. Meskipun



PGF2α



adalah



stimulus



potensial



untuk



kontraktilitas miometrium dan membatasi perdarahan postpartum, ia memiliki dampak minimal pada penghentian perdarahan



menstruasi.



Mekanisme



utama



yang



bertanggung jawab untuk membatasi kehilangan darah melibatkan pembentukan sumbat trombin-platelet dan estrogen yang diinduksi penyembuhan lapisan basalis dengan reepithelialization endometrium, yang dimulai pada fase folikuler awal dari siklus menstruasi berikutnya. Peran lain dari progesteron adalah mempersiapkan uterus untuk implantasi, menstimulasi perkembangan glandula mammae, menekan terjadinya ovulasi, dan mempengaruhi sekret kelenjar endoserviks agar sekretnya kental dan berkurang. ii.



Estrogen Peningkatan kadar estrogen yang dihasilkan oleh folikel preovulasi menambah aktivitas FSH dalam folikel sambil memberikan umpan balik negatif pada pelepasan FSH hipofisis. Peningkatan kadar estrogen dalam folikel memfasilitasi induksi FSH dari reseptor LH pada sel granulosa, yang memungkinkan folikel untuk merespon lonjakan ovulasi tingkat LH. Tanpa estrogen, reseptor LH tidak berkembang pada sel granulosa. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa estrogen berperan dalam luteolisis (kematian sel terprogram) sekitar 9 hari setelah ovulasi. Telah ditunjukkan bahwa injeksi langsung estrogen ke dalam ovarium yang mengandung



Universitas Sriwijaya | 20



corpus luteum menginduksi luteolisis dan penurunan kadar progesteron. Data eksperimental menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas aromatase di corpus luteum sesaat sebelum luteolisis. Peningkatan aktivitas aromatase adalah sekunder terhadap stimulasi gonadotropin (FSH dan LH), meskipun kemudian pada fase luteal, FSH mungkin memainkan peran yang lebih penting. Akibatnya, produksi estrogen meningkat, dan ini mengurangi aktivitas 3β-HSD. Ini dapat menyebabkan penurunan kadar progesteron dan menyebabkan luteolisis. Selain itu, pengubah lokal seperti oksitosin, yang disekresikan oleh sel luteal, telah terbukti memodulasi sintesis progesteron Selama fase folikuler, ovarium mengeluarkan estrogen, yang merangsang kelenjar di basalis untuk memulai pembentukan lapisan fungsionalis. Estrogen meningkatkan pertumbuhan dengan meningkatkan ekspresi gen sitokin dan berbagai faktor pertumbuhan, termasuk EGF, TGFα, dan IGF yang menyediakan lingkungan mikro dalam endometrium untuk memodulasi efek hormon. Pada awal siklus menstruasi, endometriumnya tipis—biasanya kurang dari 2 mm. Kelenjar endometrium lurus dan sempit dan memanjang dari basalis menuju permukaan rongga endometrium. Ketika epitel dan stroma yang mendasarinya berkembang, mereka memperoleh reseptor estrogen dan progesteron. Pembuluh darah spiral dari lapisan basalis meluas melalui stroma untuk menjaga suplai darah ke epitel. Pada akhirnya, lapisan (fungsionalis) mengelilingi seluruh rongga rahim dan mencapai ketebalan 3-5 mm (total ketebalan 6-10 mm). Fase ini dikenal sebagai fase proliferatif. Peran lain dari estrogen adalah menimbulkan kondisi



tubuh



secara



fisiologis



kopulasi



(estrus),



Universitas Sriwijaya | 21



menurunkan FSH dan meningkatkan LH, menurunkan kadar kolesterol darah, serta mempertahankan seks sekunder. iii.



Gonadotropin GnRH adalah inisiator utama reproduksi, diproses dalam neuron sekresi khusus yang berasal dari placf penciuman selama perkembangan dan bermigrasi ke inti arkuata dari hipotalamus basal medial (MBH). Selama fase akhir luteal-folikular, pelepasan GnRH yang lebih lambat — setiap 90–120 menit — mendukung sekresi gonadotrop yang terletak di adenohipofisis dan membentuk sekitar 10% sel di hipofisis. Sel-sel ini mensintesis dan mengeluarkan FSH dan LH. Peran FSH dalam folikel yang matang dalam ovarium mengeluarkan estradiol. Hormon ini terlibat dalam loop umpan balik negatif yang menghambat pelepasan FSH dengan secara tidak langsung menurunkan produksi GnRH melalui neuron asam gamma-aminobutyric, di samping kemungkinan memiliki efek langsung pada hipofisis. Estradiol terlibat dalam loop umpan balik positif yang meningkatkan frekuensi GnRH setiap 60 menit selama fase folikuler dan bertindak langsung pada hipofisis untuk merangsang sekresi



LH.



LH merangsang ovarium untuk lebih



meningkatkan produksi estradiol. Estradiol dan faktor regulasi lainnya (lihat di bawah) menambah sensitivitas hipofisis terhadap GnRH. Peningkatan sensitivitas ini menghasilkan peningkatan produksi LH yang arapid — lonjakan LH — yang merangsang ovulasi. a) FSH Proses perkembangan folikel yang mengarah ke folikel tersier atau fase antral awal dipengaruhi oleh FSH. Fase ini ditandai dengan pembentukan antrum atau rongga



Universitas Sriwijaya | 22



di folikel. FSH juga menstimulasi proses mitosis sel granulosa yang merupakan kontributor utama pertumbuhan folikel pada tahap ini. Sampai saat ini, pertumbuhan dan kelangsungan hidup folikel sebagian besar tidak tergantung pada gonadotropin. Faktanya, wanita prapubertas dan wanita yang menggunakan kontrasepsi oral mungkin memiliki folikel yang ditahan pada berbagai fase hingga saat ini. Pada fase perkembangan folikel inilah FSH sangat penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Jika FSH tidak menyelamatkan folikel ini, mereka menjalani atresia. Unit folikel morfologis, yang terdiri dari sel teka dan sel granulosa, juga merupakan unit hormon fungsional yang mampu menghasilkan estrogen yang substansial. Sel interstitial dan sel granulosa berada di bawah pengaruh langsung LH dan FSH. FSH memiliki pengaruh minimal pada produksi progesteron tetapi terus merangsang produksi estrogen selama fase luteal. Tingkat progesteron naik dan mencapai puncaknya pada sekitar hari ke 8 fase luteal. Fase luteal berlangsung sekitar 14 hari. b) LH Pertumbuhan folikel selama fase antral awal, dalam sel teka, LH meningkatkan jumlah reseptor LH pada permukaan sel dan meningkatkan ekspresi dan aktivitas StAR,



P450scc,



3β-HSD-II,



dan



P450c17



untuk



meningkatkan produksi androgen. FSH meningkatkan ekspresi aromatase dan 17β-HSD dalam sel granulosa. Lapisan membrana, melalui aksi FSH, memperoleh reseptor LH. Ini berbeda dari lapisan kumulus, yang tidak memiliki reseptor LH. Perkembangan terakhir menjadi folikel graafi dewasa adalah proses seleksi yang dalam



Universitas Sriwijaya | 23



kebanyakan kasus menghasilkan satu folikel dominan yang ditakdirkan untuk ovulasi. Tepat



sebelum



ovulasi



terjadi



lonjakan



LH



berlangsung sekitar 48-50 jam. 36 jam setelah onset dari gelombang LH, ovulasi terjadi. Kemungkinan besar dengan adanya peningkatan produksi progesteron menghasilkan loop umpan balik negatif dan menghambat sekresi LH pituitari dengan mengurangi pulsatilitas GnRH. Selain itu, tepat sebelum ovulasi, LH turun mengatur reseptornya sendiri,



yang



mengurangi



aktivitas



unit



hormonal



fungsional. Akibatnya, produksi estradiol berkurang. Setelah ovulasi dan sebagai respons terhadap LH, sel-sel granulosa (membrana) dan sel-sel interstitial yang tetap dalam folikel yang mengalami ovulasi berdiferensiasi menjadi sel-sel granulosa lutein dan theca lutein, masingmasing, untuk membentuk corpus luteum. Selain itu, LH menginduksi sel granulosa lutein untuk menghasilkan faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF), yang memainkan



peran



penting



dalam



mengembangkan



vaskularisasi corpus luteum. Menanggapi LH dan hCG, sel-sel teka lutein meningkatkan ekspresi semua enzim yang bertanggung jawab untuk produksi androstenedion. Aktivitas aromatase meningkat dalam sel granulosa lutein oleh LH untuk mengaromisasi androgen menjadi estrogen. Perbedaan penting dalam sel granulosa lutein, yang bertentangan dengan sel granulosa yang preovulasi, adalah bahwa LH juga menginduksi ekspresi P450scc dan 3β-HSD, yang memungkinkan sel untuk mensintesis progesteron. Sekresi progesteron dan estradiol bersifat episodik dan berkorelasi dengan dorongan LH.



Universitas Sriwijaya | 24



e. Peran Hormon pada Kehamilan i.



HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) Human chorionic gonadotropin adalah glikoprotein yang secara struktural mirip dengan hormon perangsang folikel (FSH), hormon luteinizing (LH), dan hormon perangsang tiroid (TSH). Ini mirip dengan hormon luteinizing (LH) yang sedang beraksi. Seperti halnya dengan hormon glikoprotein lainnya, hCG terdiri dari 2 subunit tidak identik yang berasosiasi secara non-kovalen (37, 122). Subunit α terdiri dari sekuens asam amino yang pada dasarnya identik dengan dan dibagi dengan hormon glikoprotein hipofisis lainnya. Di sisi lain, subunit β secara struktural mirip dengan subunit α namun cukup berbeda untuk memberikan aktivitas biologis spesifik pada hormon dimerik yang utuh. Setelah implantasi conceptus, hCG dapat dideteksi pada lapisan syncytiotrophoblast (lapisan trofektoderm luar). Human chorionic gonadotropin disekresikan oleh syncytiotrophoblasts dari plasenta ke dalam sirkulasi janin dan ibu. Pada minggu-minggu awal kehamilan (hingga 6 minggu), konsentrasi hCG berlipat ganda setiap 1,7-2 hari, dan pengukuran serial memberikan indeks sensitif fungsi trofoblas awal. Puncak hCG plasma ibu sekitar 100.000 mIU / mL selama minggu kehamilan kesepuluh dan kemudian menurun secara bertahap menjadi sekitar 10.000 mIU / mL pada trimester ketiga. Konsentrasi puncak berkorelasi sementara dengan pembentukan aliran darah maternal di ruang intervillous Human chorionic gonadotropin, faktor luteotropik utama



yang



terlibat



dalam



mendukung



dan



mempertahankan corpus luteum, memastikan sekresi progesteron yang terus menerus sampai plasenta dapat



Universitas Sriwijaya | 25



melakukan



fungsi



ini



(124).



Ini



memiliki



sifat



imunosupresif, kemungkinan melibatkan fungsi limfosit T ibu dan memiliki aktivitas tirotropik (125). Human chorionic gonadotropin dapat menstimulasi steroidogenesis pada testis janin awal yang menghasilkan virilisasi dan diferensiasi seksual pada pria. ii.



Progesteron Progesteron diproduksi setiap hari pada trimester ketiga, dan sebagian besar memasuki sirkulasi ibu. Konsentrasi plasma ibu dari progesteron meningkat secara progresif



selama



kehamilan



dan



tampaknya



tidak



tergantung pada faktor-faktor yang biasanya mengatur sintesis dan sekresi steroid pemberian ACTH atau kortisol tidak memengaruhi sekresi progesteron plasenta. Progesteron diperlukan untuk pembentukan dan pemeliharaan kehamilan. Produksi progesteron yang tidak memadai dapat menyebabkan kegagalan implantasi dan kelahiran prematur. Progesteron, bersama dengan oksida nitrat, menjaga ketenangan uterus selama kehamilan. Progesteron



juga



dapat



bertindak



sebagai



agen



imunosupresif dalam beberapa sistem dan menghambat rejeksi jaringan yang dimediasi sel T. Dengan demikian, konsentrasi



progesteron



lokal



yang



tinggi



dapat



berkontribusi terhadap toleransi imunologis oleh uterus yang menyerang jaringan trofoblas embrionik. iii.



Estrogen Plasenta



tidak



memiliki



semua



enzim



yang



diperlukan untuk membuat estrogen dari kolesterol, atau bahkan progesteron. Trofoblas manusia kekurangan 17hidroksilase dan karenanya tidak dapat mengubah C21steroid menjadi C19-steroid, prekursor langsung estrogen. Untuk memotong defisit ini, dehydroisoandrosterone



Universitas Sriwijaya | 26



sulfate (DHA) dari adrenal janin dikonversi menjadi estradiol-17ί oleh trofoblas. Di lokasi utamanya sebagai stasiun antara ibu dan janin, plasenta dapat menggunakan prekursor



dari



ibu



atau



janin



untuk



menghindari



kekurangannya sendiri dalam aktivitas enzim. Hormon bertindak sebagai katalisator untuk perubahan kimia pada tingkat



sel



yang



diperlukan



untuk



pertumbuhan,



pengembangan, dan energi. Janin kekurangan 3 B hydroxysteroid



dehydrogenase-karenanya



tidak



dapat



menghasilkan pinjaman progesteron dari plasenta. Sebagai gantinya, janin memberikan plasenta apa yang kurang (19 senyawa Karbon) sebagai penilai estrogen. iv.



Laktogen Laktogen plasenta manusia adalah polipeptida rantai tunggal dengan dua jembatan disulfida intramolekul. Struktur hPL, prolaktin, dan hormon pertumbuhan sangat mirip. Delapan puluh lima persen asam amino identik dengan hormon pertumbuhan hipofisis manusia dan prolaktin hipofisis manusia. Selanjutnya, hPL berbagi sifat biologis dengan hormon pertumbuhan dan prolaktin hPL berkontribusi pada perubahan metabolisme glukosa



ibu



dan



mobilisasi



asam



lemak



bebas;



menyebabkan respons hyperinsuline-mic terhadap beban glukosa; tampaknya secara langsung merangsang sekresi insulin pulau pankreas; dan berkontribusi pada karakteristik resistensi insulin perifer dari kehamilan. f. Peran Hormon pada Persalinan i.



Steroid-steroid seks Progesteron sangat penting untuk pemeliharaan kehamilan



dini



mengakibatkan



dan



hilangnya



berakhirnya



progesteron



kehamilan.



akan



Progesteron



menyebabkan hiperpolarisasi miometrium, mengurangi



Universitas Sriwijaya | 27



amplitudo potensial aksi dan mencegah kontraksi efektif. Progesteron mengurangi reseptor-reseptor adrenergik alfa, menstimulasi produksi cAMP, dan menghambat sintesis reseptor oksitosin. Progesteron juga menghambat sintesis reseptor estrogen, membantu penyimpanan prekursor prostaglandin di desidua dan membran janin, dan menstabilkan lisosom-lisosom yang mengandung enzimenzim pembentuk prostaglandin. Estrogen merupakan lawan progesteron untuk efek-efek ini dan mungkin memiliki peran independen dalam pematangan serviks uteri dan membantu kontraktilitas uterus. Jadi



rasio estrogen



: progetseron mungkin



merupakan suatu parameter penitng. Pada sejumlah kecil pasine, suatu peningkatan rasio estrogen : progesteron telah dibuktikan mendahului persalinan. Jadi untuk sebagian individu, suatu penurunan kadar progesteron ataupun peningkatan estrogen dapat memulai persalinan. Telah dibuktikan bahwa suatu peningkatan rasio estrogen : progesteron meningkatkan jumlah reseptor oksitosin dan celah batas miometrium; temuan ini dapat menjelaskan kontraksi efektif terkoordinasi yang mencirikan persalinan sejati. ii.



Oksitosin Infus oksitosin sering diberikan untuk menginduksi ataupun membantu persalinan. Kadar oksitosin ibu maupun janin keduanya meningkat spontan selama persalinan, namun tidak satupun yang dengan yakin dapat dibuktikan meningkat sebelum persalinan dimulai. Data-data pada hewan



mengesankan



mengawali



persalinan



bahwa



peran



adalah



oksitosin



akibat



dalam



meningkatnya



kepekaan uterus terhadap oksitosin dan bukan karena peningkatan kadar hormon dalam plasma. Bahkan wanita



Universitas Sriwijaya | 28



dengan diabetes insipidus masih sanggup melahir- kan tanpa penambahan oksitosin : jadi hormon yang berasal dari ibu bukan yang paling penting di sini. iii.



Prostaglandin Prostaglandin F2 yang diberikan intra-amnion ataupun intravena merupakan suatu abortifum yang efektif pada kehamilan sedini 14 minggu. Pemberian prostaglandin E2 pervagina akan merangsang persalinan pada kebanyakan wanita hami trimester ketiga. Amnion dan korion mengandung asam arakidonat dalam kadar tinggi, dan desidua mengandung sintetase prostaglandin yang aktif. Prostaglandin hampir pasti terlibat dalam pemeliharaan proses setelah persalinan dimulai. Prostaglandin agaknya juga penting dalam memulai persalinan pada beberapa keadaan, misalnya pada amnionitis atau bila selaput ketuban "dipecahkan" oleh dokter. Prostaglandin agaknya merupakan bagian dari jaras akhir bersama" dari persalinan.



iv.



Katekolamin Katekolamin



dengan



aktivitas



adrenergik



2



menyebabkan kontraksi uterus, sementara adrenergik 2 menghambat persalinan. Progesteron meningkatkan rasio reseptor beta terhadap reseptor alfa di miometrium, dengan demikian memudah- kan berlanjutnya kehamilan. Tdiak ada bukti bahwa perubahan-perubahan katekolamin ataupun reseptornya mengawali persalinan, namun tampaknya perubahan-perubahan



seperti



ini



membantu



mempertahankan persalinan bila sudah dimulai. Obat adrenergik beta ritodrin telah dibuktikan bermanfaat dalam penatalaksanaan persalinan prematur. Obat-obat adrenergik alfa tidak bermanfaat untuk induksi persalinan dikarenakan efek samping kardiovaskular yang ditimbulkannya



Universitas Sriwijaya | 29



g. Peran Hormon pada Menyusui Ada dua hormon yang secara langsung mempengaruhi menyusui: prolaktin dan oksitosin. Sejumlah hormon lain, seperti estrogen, terlibat secara tidak langsung dalam laktasi. Ketika bayi menyusu di payudara, impuls sensorik berpindah dari puting ke otak. Sebagai tanggapan, lobus anterior kelenjar hipofisis mengeluarkan



prolaktin



dan lobus posterior



mengeluarkan



oksitosin. i.



Prolaktin Prolaktin diperlukan untuk sekresi susu oleh sel-sel alveoli. Jumlah prolaktin dalam darah meningkat secara nyata selama kehamilan, dan merangsang pertumbuhan dan perkembangan jaringan susu, dalam persiapan untuk produksi susu. Namun, susu tidak dikeluarkan saat itu, karena progesteron dan estrogen, hormon kehamilan, menghambat aksi prolaktin ini. Setelah melahirkan, kadar progesteron dan estrogen turun dengan cepat, prolaktin tidak lagi tersumbat, dan sekresi susu dimulai. Ketika bayi menyusu, kadar prolaktin dalam darah meningkat, dan merangsang produksi ASI oleh alveoli. Selama beberapa minggu pertama, semakin banyak bayi menyusu dan menstimulasi puting, semakin banyak prolaktin diproduksi, dan semakin banyak ASI diproduksi. Efek ini sangat penting pada saat laktasi menjadi mapan. Meskipun prolaktin masih diperlukan untuk produksi susu, setelah beberapa minggu tidak ada hubungan yang erat antara jumlah prolaktin dan jumlah susu yang diproduksi. Namun, jika ibu berhenti menyusui, pengeluaran ASI juga akan berhenti - maka ASI akan mengering. Lebih banyak prolaktin diproduksi di malam hari, jadi menyusui di malam hari sangat membantu untuk menjaga persediaan ASI. Prolaktin tampaknya membuat



Universitas Sriwijaya | 30



seorang ibu merasa rileks dan mengantuk, jadi dia biasanya beristirahat dengan baik meskipun dia menyusui di malam hari. Menyedot memengaruhi pelepasan hormon hipofisis lainnya, termasuk hormon pelepas gonadotropin (GnRH), hormon perangsang folikel, dan hormon luteinis, yang menghasilkan penekanan ovulasi dan menstruasi. Karena itu, sering menyusui dapat membantu menunda kehamilan baru (lihat Sesi 8 tentang Kesehatan Ibu). Menyusui di malam hari penting untuk memastikan efek ini. ii.



Oksitosin Oksitosin membuat sel-sel myoepithelial di sekitar alveoli kontraksi. Menyebabkan susu yang telah terkumpul di dalam alveoli, mengalir sepanjang dan mengisi saluran. Refleks oksitosin kadang-kadang juga disebut "letdown reflex" atau "milk ejection reflex". Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada prolaktin, menyebabkan



ASI yang



sudah ada dalam aliran payudara untuk menyusui didapatkan dengan mudah oleh si bayi. Oksitosin



mulai



bekerja



ketika



seorang



ibu



mengharapkan pemberian makanan dan juga saat bayinya menyusu. Refleks dikondisikan untuk sensasi dan perasaan ibu, seperti menyentuh, mencium atau melihat bayinya, atau mendengar bayinya menangis, atau berpikir dengan penuh kasih tentang dia. Jika seorang ibu dalam kesakitan hebat atau secara emosional terganggu, refleks oksitosin dapat menjadi terhambat, dan ASInya mungkin tiba-tiba berhenti mengalir dengan baik. Jika dia mendapat dukungan, terbantu untuk merasa nyaman dan membiarkan bayi terus menyusu, ASI akan mengalir lagi.



Universitas Sriwijaya | 31



Penting untuk memahami refleks oksitosin, karena dapat menjelaskan mengapa ibu dan bayi harus tetap bersama dan mengapa mereka harus melakukan kontak kulit-ke-kulit. Oksitosin membuat rahim ibu berkontraksi setelah melahirkan dan membantu mengurangi perdarahan. Kontraksi dapat menyebabkan nyeri rahim yang parah ketika bayi menyusu selama beberapa hari pertama. h. Klimakterium (Menopause) Menopause adalah penghentian menstruasi permanen selama 12 bulan akibat defisiensi estrogen dan tidak berhubungan dengan patologi. Seiring bertambahnya usia wanita, folikel ovarium mereka berkurang jumlahnya. Menopause adalah proses fisiologis normal pada wanita yang menua, di mana jumlah ovarium, folikel primer dengan cepat berkurang, sehingga ada jumlah yang tidak memadai untuk menanggapi efek FSH. Pada gilirannya, tidak ada lonjakan LH, dan ovulasi tidak terjadi, mengakibatkan penurunan produksi estrogen dan berhentinya menstruasi. Selain itu, LH dan FSH menjadi tanpa hambatan dan tetap pada tingkat yang tinggi setelah menopause. Sejumlah kecil estrogen masih dapat diproduksi melalui konversi dari testosteron yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal, sehingga gejala selain penghentian periode dapat diabaikan pada beberapa individu. Ada penurunan sel granulosa ovarium, yang merupakan produsen utama estradiol dan inhibin. Dengan kurangnya penghambatan dari estrogen dan penghambatan pada gonadotropin, hormon perangsang folikel, (FSH)



dan produksi



hormon



luteinizing (LH) meningkat. Kadar FSH biasanya lebih tinggi daripada kadar LH karena LH dibersihkan dari darah lebih cepat. Penurunan kadar estrogen mengganggu poros hipotalamushipofisis-ovarium. Akibatnya, terjadi kegagalan perkembangan endometrium yang menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur, hingga berhenti sama sekali.



Universitas Sriwijaya | 32



3. Hormon Kelamin Laki-laki a. Macam dan Sumber Testes menyekresi beberapa hormon seks laki¬laki, yang secara keseluruhan disebut androgen, meliputi testosteron, dihidrotestosteron, dan androstenedion. Jumlah testosteron jauh lebih banyak dari yang lain sehingga dapat dianggap sebagai hormon testis utama, walaupun kita akan mengetahui, banyak, bahkan sebagian besar testosteron yang akhirnya diubah menjadi hormon dihidrotestosteron yang lebih aktif di jaringan sasaran. Testosteron dibentuk oleh sel-sel interstisial Leydig, yang terletak di celah-celah antar-tubulus seminiferus dan kira-kira merupakan 20 persen massa testes dewasa. Sel-sel Leydig hampir tidak ditemukan di testes pada masa kanak-kanak, saat testis hampir tidak menyekresi testosteron, tetapi hormon tersebut ada dalam jumlah yang banyak pada bayi laki-laki yang baru lahir selama beberapa bulan pertama kelahiran dan pada laki-laki dewasa setelah pubertas; pada kedua masa tersebut, testes menyekresi sejumlah besar testosteron. Selanjutnya, ketika tumor berkembang dari sel-sel interstisial Leydig, sejumlah besar testosteron disekresi. Akhirnya, ketika epitel germinativum testes rusak akibat terapi dengan sinar-x atau panas yang berlebihan, selsel Leydig yang tidak begitu mudah rusak, sering kali terus membentuk testosterone. b. Fungsi i.



Testosteron Pada umumnya, testosteron bertanggung jawab terhadap berbagai sifat maskulin tubuh. Bahkan selama kehidupan janin, testes sudah dirangsang oleh gonadotropin korionik (HCG) plasenta untuk membentuk sejumlah testosteron sepanjang periode perkem- bangan janin dan selama 10 minggu atau lebih setelah kelahiran. Setelah pubertas, peningkatan sekresi testosteron menyebabkan



Universitas Sriwijaya | 33



penis, skrotum, dan testes membesar kira-kira delapan kali lipat sebelum mencapai usia 20 tahun. Selain itu, testosteron menyebabkan "sifat kelamin sekunder" laki-laki berkembang, dimulai saat pubertas dan berakhir pada maturitas. Sifat seks sekunder ini, selain organ seks, membedakan laki-laki dan perempuan sebagai berikut. Hormone testosterone memiliki fungsi: 1. Testosteron Meningkatkan Pembentukan Protein dan Perkembangan Otot. Salah satu karakteristik laki-laki



yang



perkembangan



terpenting otot



adalah



setelah



peningkatan



pubertas,



rata-rata



peningkatan massa otot sekitar 50% lebih dari perempuan. 2. Testosteron Meningkatkan Matriks Tulang dan Menimbulkan Retensi Kalsium. Setelah peningkatan besar sirkulasi testosteron yang terjadi saat pubertas (atau setelah penyuntikan testosteron jangka yang panjang), tulang menjadi sangat tebal dan menyimpan sejumlah besar



garam



kalsium



tambahan. Jadi,



testosteron meningkatkan jumlah total matriks tulang dan menyebabkan retensi kalsium. 3. Testosteron Meningkatkan Laju Metabolisme Basal. Penyuntikan



sejumlah



besar



testosteron



dapat



meningkatkan laju metabolisme basal sampai 15 persen. Selain itu, bahkan jumlah testosteron yang biasa disekresi oleh testes selama masa remaja dan dewasa muda meningkatkan laju metabolisme sekitar 5—10% di atas nilai yang didapat seandainya testes tidak aktif. 4. Testosteron Meningkatkan Jumlah Sel Darah Merah. Ketika testosteron dalam jumlah normal disuntikkan kepada orang dewasa yang dikastrasi,



Universitas Sriwijaya | 34



jumlah sel darah merah per milimeter kubik meningkat 15—20%. ii.



Androgen Androgen



terdiri



dari



dehidroepiandrosteron



(DHEA) dan androstendion. Sumber androgen berasal dari sel-sel zona retikularis. Pengatur androgen adalah ACTH. Fungsi utama androgen adalah membantu membentuk karakteristik atau sifat sekunder pria. Dehidroepiandroteron (DHEA) dan androstenedion dibentuk di gonad dan adrenal. Adrenal merupakan sumber utama DHEA (pria dan wanita). Pada wanita memiliki sedikit DHEA, sehingga DHEA yang disintesis sebagai prazat estrogen jumlahnya lebih sedikit dari pria. Androgen diekskresi sebagai senyawa



17-keto,



termasuk



DHEA



(sulfat)



dan



androtenedion beserta metabolitnya. Testosteron (sedikit dari adrenal), bukan hanya berasal dari 17 keto, tetapi hepar mengubahnya



menjadi



androsteron



(50%)



dan



etiokolonolon yang berbentuk senyawa 17-keto. c. Biosintesis Androgen merupakan hormon-hormon steroid penting yang menentukan



ekspresi



karakteristik



seks



fenotip



sekunder



pria,



seperti



perkembangan



hingga



inisiasi



dan



menjaga



spermatogenesis ( RueySheng et al., 2009) serta berperan penting dalam organisasi, perkembangan, dan fungsi sejumlah jaringan reproduksi dan proses-proses biologik yang lain. Produksi androgen di dalam sel-sel Leydig diregulasi melalui aksis hipothalamus-pituitari-gonad. Hipothalamus mensekresikan pulsus gonadotropin releasing hormone (GnRH) setiap 90-120 menit yang selanjutnya berikatan dengan gonadotrop di dalam pituitari anterior dan menstimulasi pelepasan luteinizing hormone (LH) dan folliclestimulating hormone (FSH). LH selanjutnya menstimulasi sel-sel Leydig untuk memproduksi androgen, yang kemudian sebaliknya



Universitas Sriwijaya | 35



melakukan umpan balik pada pituitari untuk menghambat sekresi GnRH dan LH.



Pembentukan kelompok hormon utama dari kolesterol. Keterangan: P450scc: cholesterol side-chain celavage; 3ßHSD: 3ßhydroxysteroid dehydrogenase; P450c21: steroid 21 hydroxylase; P450c17α: steroid 17α hydroxylase/17,20 lyase; P450aldo: aldosterone synthase; P450c11:steroid 11 hydroxylase; 17 ßHSD: 17ß-hydroxysteroid dehydrogenase; SRD5A1/5A2: steroid 5αreductase type ½; P450arom: aromatase. The backdoor pathway: di dalam kelenjar adrenal, 17α-hydroxyl progesteronedireduksi oleh 5α-reductase, lalu 3α-reductase memberikan 5α-pregnane-3α, 17αdiol-20 one, yang dibelah oleh aktivitas 17, 20 lyase dari CYP17A1 menjadi androsterone. Selainandrosterone perifer direduksi



oleh



menghasilkan



17ß-hydroxysteroid



5α-androstane-3α,



dehydrogenase



17ß-diol,



dan



yang



selanjutnya



dimetabolis oleh enzim-enzim 3α-hydroxysteroid dehydrogenase, misalnya 17ß-hydroxysteroid dehydrogenase-6) untuk membentuk DHT tanpa membutuhkan testosteron atau androstenedione sebagai



Universitas Sriwijaya | 36



perantara (Sumber: Auchus, 2010, sitasi oleh Marchetti & Barth, 2013). d. Aktivitas Biologis Sumber sinyal saraf sensoris yang paling penting untuk memulai kegiatan seks laki-laki adalah glans penis. Glans penis mengandung sistem organ-akhir sensorik yang sangat sensitif yang meneruskan modalitas sensasi khusus yang disebut sensasi seks ke dalam sistem saraf pusat. Gesekan licin pada hubungan seks terhadap glans penis merangsang organ-akhir sensoris, dan sinyal sensasi seks selanjutnya menjalar melalui saraf pudendus, kemudian melalui pleksus sakralis ke dalam bagian sakral medula spinalis, dan akhirnya naik sepanjang medula spinalis sampai ke daerah yang belum diidentifikasi di otak. Impuls dapat juga masuk ke medula spinalis dari daerah yang berdekatan dengan penis untuk membantu merangsang kegiatan seks. Contohnya, rangsangan pada epitel anus, skrotum, dan struktur perineum secara umum dapat mengirim sinyal ke medula spinalis yang akan meningkatkan sensasi seks. Sensasi seks bahkan dapat berasal dari struktur internal, seperti di area uretra, kandung kemih, prostat, vesikula seminalis, testes, dan vas deferens. Bahkan, salah satu penyebab "dorongan seks" adalah pengisian organ seks dengan sekret. Infeksi ringan dan inflamasi organ-organ seks ini kadang-kadang menyebabkan hasrat seks yang hampir terus-menerus, dan beberapa obat "afrodisiak," seperti kantaridin, mengiritasi kandung kemih dan mukosa uretra, menginduksi inflamasi dan kongesti vaskular e. Androgen Sintetik Androgen sintetik dapat dijumpai dalam bentuk fluoxy mesteron dan 2-metil dehidrotestosteron. Bentuk ekskresi di urin dalam bentuk androsteron, etiokolanolon (17 ketosterol), keduanya dalam jumlah besar dan sedikit DHEA. Dalam urin androgem berkonyugasi dengan sulfat dan glukoronat. Sejumlah 1/3 androgen



Universitas Sriwijaya | 37



berasal dari testis yang membentuk struktur dan sifat fungsional testis, penyusunnya antara lain dalam bentuk androsteron, etiokolanolon, dan epiandrosteron. f. Degradasi dan Ekskresi i.



Ekskresi Testosteron disekresi oleh sel-sel interstisial Leydig di testes, namun hanya terjadi bila sel-sel interstisial Leydig dirangsang oleh LH dari kelenjar hipofisis anterior. Selanjutnya, jumlah testosteron yang disekresi meningkat kira-kira sebanding dengan jumlah LH yang ada. Testosteron yang disekresi oleh testes sebagai respons terhadap LH mempunyai efek timbal balik dalam menghambat sekresi LH. Sebagian besar inhibisi ini kemungkinan



disebabkan



efek



langsung



testosteron



terhadap hipotalamus untuk menurunkan sekresi GnRH. Keadaan ini selanjutnya menyebabkan penurunan sekresi LH dan FSH oleh hipofisis anterior, dan penurunan LH akan mengurangi sekresi testosteron oleh testes. Jadi, jika sekresi testosteron menjadi terlalu banyak, efek umpan balik negatif otomatis yang beroperasi melalui hipotalamus dan kelenjar hipofisis mengurangi sekresi testosteron kembali ke tingkat yang diharapkan. Sebaliknya, terlalu sedikit



testosteron



akan



menyebabkan



hipotalamus



menyekresi sejumlah besar GnRH, disertai peningkatan sekresi LH dan FSH oleh hipofisis anterior dan berakibat peningkatan sekresi testosteron testes.



Universitas Sriwijaya | 38



Gambar 4. Regulasi eksresi FSH dan LH (Sumber: Sherwood, 2014) FSH berikatan dengan reseptor-reseptor



FSH



spesifik yang melekat pada sel-sel Sertoli di dalam tubulus seminiferus. Pengikatan ini mengakibatkan sel-sel Sertoli tumbuh dan menyekresi berbagai unsur spermatogenik. Secara bersamaan, testosteron (dan dihidrotestosteron) yang berdifusi ke dalam tubulus seminiferus dan sel-sel Leydig di dalam ruang interstisial, juga mempunyai efek tropis yang kuat terhadap spermatogenesis, Jadi, untuk memulai spermatogenesis, dibutuhkan FSH maupun testosteron. Bila



tubulus



seminiferus



gagal



menghasilkan



sperma, sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis anterior Universitas Sriwijaya | 39



meningkat dengan nyata. Sebaliknya, bila spermatogenesis berlangsung terlalu cepat, sekresi FSH hipofisis akan berkurang. Penyebab efek umpan balik negatif ini pada hipofisis anterior diyakini berupa sekresi hormon lain oleh sel-sel Sertoli, yaitu. Hormon ini mempunyai efek langsung yang kuat terhadap kelenjar hipofisis anterior dalam menghambat sekresi FSH dan mungkin berefek kecil terhadap hipotalamus dalam menghambat sekresi GnRH. ii.



Degradasi Hipogonadisme Saat testes fetus laki-laki tidak berfungsi selama masa janin, tidak ada perkembangan karakteristik seks lakilaki. Bahkan, organ-organ perempuanlah yang akan terbentuk. Alasannya adalah bahwa karakteristik genetik dasar pada janin, baik laki-laki maupun perempuan, adalah membentuk organ seks perempuan bila tidak terdapat hormon-hormon seks. Tetapi dengan adanya testosteron, pembentukan organ seks perempuan tertekan, dan organ laki-laki terangsang. Bila seorang anak laki-laki kehilangan testesnya sebelum pubertas, terjadi keadaan eunuchism, yang menyebabkan si anak tetap memiliki ciri organ seks infantil dan ciri seks infantil lain seumur hidupnya. Tinggi badan eunuch dewasa sedikit lebih tinggi daripada laki-laki normal karena epifisis tulang lambat bersatu, walaupun tulang- tulangnya sangat tipis) dan otot-ototnya jauh lebih lemah daripada laki- laki normal. Suaranya seperti suara anak-anak, tidak terjadi kerontokan rambut kepala, dan tidak terjadi penyebaran pertumbuhan rambut normal pada wajah dan tempat lain. Bila laki-laki dikastrasi setelah pubertas, sebagian sifat kelamin sekunder laki-laki kembali seperti dewasa.



Universitas Sriwijaya | 40



Ukuran organ-organ seks sedikit berkurang tetapi bukan seperti kanak-kanak, dan kualitas suara basnya agak berkurang. Tetapi, terjadi kehilangan pertumbuhan rambut maskulin, kehilangan tulang maskulin yang tebal, dan kehilangan otot laki-laki sejati. Pada laki-laki dewasa yang dikastrasi, gairah seks juga turun tetapi tidak hilang sama sekali, jika aktivitas seks telah dilakukan sebelumnya. Ereksi masih dapat terjadi seperti sebelumnya, walaupun tidak begitu mudah, tetapi jarang terjadi ejakulasi, terutama karena organ yang membentuk semen berdegenerasi, dan hilangnya gairah psikis yang didorong oleh testosteron. Beberapa kasus hipogonadisme disebabkan oleh ketidakmampuan genetik hipotalamus untuk menyekresi sejumlah normal GnRH. Keadaan ini sering berkaitan dengan kelainan di pusat makan hipotalamus yang terjadi bersamaan, yang menyebabkan orang tersebut makan berlebihan. Akibatnya, terjadi obesitas bersama dengan eunuchism.



Hipotestosteron Hipotestosteron didefinisikan sebagai fungsi gonad yang inadekuat dengan manifestasi berupa defisiensi pada gametogenesis dan atau defisiensi sekresi hormon gonad. Tanda dan gejala hipotestosteron bisa mencakup berbagai aspek (seksual, fisik, psikologi, dan kognitif). Disfungsi seksual seperti hilangnya gairah, berkurangnya ereksi nokturnal dan pagi hari, serta disfungsi ereksi merupakan gejala yang paling disadari pasien. Gejala dan tanda lain yang disadari pasien adalah berkurangnya kekuatan fisik, sarkopenia, fatigue, mood depresif, dan gangguan tidur.



Universitas Sriwijaya | 41



Disamping itu, obesitas dan berkurangnya kepadatan tulang juga sering diamati. g. Andropause Andropause atau ―menopause pria‖ telah menjadi begitu populer beberapa waktu yang lalu (Holzapfel, 1999). Sampai saat ini, kenyataan menunjukkan bahwa begitu banyak kontroversi tentang eksistensi andropause (Feldman et al., 2002). Andropause merupakan suatu terminologi yang menggambarkan adanya gejalagejala kompleks pada pria paruh baya akibat rendahnya konsentrasi testosteron (Bain, 2001).Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa andropause merupakan suatu kondisi dimana fungsi testikular baik kompartemen endokrin maupun eksokrinnya mengalami penurunan seiring dengan pertambahan umur pria sehingga menyebabkan terjadinya gangguan serangkaian gejala klinik seperti halnya yang terjadi pada sindrom menopause pada wanita (Saalu &Osinobi, 2013). Tidak seperti halnya menopause pada wanita, penurunan fungsi testikular pada pria adalah tersembunyi dan membahayakan. Selain itu, penurunan level testosteron seiring dengan pertambahan umur pada pria bukanlah sesuatu yang luar biasa karena fakta menunjukkan bahwa adanya level testosteron yang sangat rendah pada pria yang berusia tua dibanding pada pria yang lebih muda (Basaria& Dobs, 2001).



4. Tumbuh Kembang Sistem Kelamin pada Perempuan a.



Perubahan Fisik Perubahan-perubahan



fisik



pada



perempuan



yang



mengalami masa pubertas adalah payudara mulai tumbuh, panggul melebar, menstruasi, indung telur mulai membesar, vagina mulai mengeluarkan cairan, keringat bertambah banyak, kulit dan rambut mulai berminyak, lengan dan tungkai bertambah panjang, serta tumbuh jerawat pada wajah.



Universitas Sriwijaya | 42



Sama halnya dengan laki-laki, terdapat 5 tahapan perubahan fisik pada perempuan yang mengalami pubertas menurut Marshall dan Tanner. Kelima tahapan tersebut adalah perkembangan payudara dan rambut pubis, antara lain sebagai berikut.



Tabel 1. Tahap perkembangan payudara dan rambut pubis remaja perempuan b.



Perkembangan Payudara Perkembangan payudara disebut dengan telarche. Payudara pada perempuan merupakan jaringan reproduksi yang memiliki kepekaan tinggi terhadap suatu rangsang. Kelenjar payudara memiliki massa jaringan kelenjar berlobul yang tertanam dalam jaringan lemak. Di dalam payudara terdapat sekelompok mirip kantung yang berfungsi untuk menghasilkan susu dan disebut alveolus. Pertumbuhan payudara ini dipicu oleh adanya hormon estrogen. Payudara akan terus membesar selama beberapa waktu setelah menarche atau permulaan menstruasi



Universitas Sriwijaya | 43



5. Tumbuh Kembang Sistem Kelamin pada Laki-laki a.



Perubahan Fisik Tanda fisik pertama akan muncul ketika anak laki-laki berusia antara 10-14 tahun. Menurut Marshall dan Tanner, terdapat 5 tahap perubahan fisik pada pubertas laki-laki seperti dalam tabel berikut.



Tabel 1. Tahap perkembangan alat kelamin dan rambut pubis lakilaki. Perubahan-perubahan fisik lainnya yang secara umum yang dialami oleh remaja laki-laki adalah tubuh bertambah berat dan tinggi, keringat bertambah banyak, kulit dan rambut mulai berminyak, lengan dan tungkai bertambah panjang, tulang wajah



Universitas Sriwijaya | 44



mulai memanjang dan membesar, bahu dan dada besar membidang, tumbuh jakun, serta suara akan memberat.



6. Bentuk dan Ukuran Sistem Kelamin Berdasarkan Ras



Tabel 2. Stereotip seksual berbasis ras Empat kategori berbeda stereotip seksual berbasis ras muncul dari analisis data wawancara. Kategori stereotip seksual diperoleh dengan memeriksa cara-cara di mana partisipan stereotip pria di dalam dan di luar kelompok ras mereka. Dengan demikian, kategori dicatat sebagai sub-kode pada kode untuk kelompok ras dalam-rasial dan stereotip seksual antar-ras kelompok dan termasuk (a) karakteristik seks, (b) harapan gender, (c) perwujudan dan tubuh validasi, dan (d) posisi seksual. Dalam setiap kategori, stereotip seksual dibahas dari dua perspektif. Pertama, harapan peserta tentang laki-laki dari dalam kelompok ras mereka sendiri dijelaskan. Kedua, stereotip seksual antar kelompok ras diperiksa dengan berfokus pada keyakinan yang dimiliki laki-laki di masing-masing dari empat kelompok ras tentang laki-laki dari kelompok lain. Tema yang berkaitan dengan konten stereotip seksual dalam kelompok dan antar kelompok untuk setiap kelompok ras disajikan dalam format ringkas pada gambar dibawah yang dirujuk di seluruh bagian. "X" pada gambar menunjukkan bahwa tema diamati dalam setidaknya tiga kasus.



Universitas Sriwijaya | 45



Gambar 5. Tahap pertumbuhan alat kelamin pada laki-laki



7. Zona Erogen pada Kelamin Perempuan Zona Erogen adalah area tubuh manusia yang memiliki sensitivitas tinggi, apabila mendapat stimulus dapat menciptakan responseksual seperti relaksasi, fantasi, gairah seksual hingga orgasme. Zona Erogen adalah biasanya mencakup area tubuh yang mengandung konsentrasi ujung-ujung saraf yang padat antara lain : genital, pantat, anus, perineum, payudara (terutamaputing), paha bagian dalam, ketiak, pusar, leher, telinga (terutama daun telinga) dan mulut (bibir, lidah dan seluruh rongga mulut). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berbeda area ternyata berbeda pula rangsangan yang harus dilakukan untuk meningkatkan gairah wanita. Ketika dilakukan sentuhan ringan (light touch), bagian yang paling sensitif yaitu leher, lengan bagian atas, dan vaginal margin. Ketika dilakukan tekanan (pressure), bagian tubuh yang paling sensitif adalah klitoris dan puting sementara bagian yang tidak terlalu sensitif terhadap tekanan adalah bagian samping payudara dan perut. Ketika distimulasi melalui metode vibrasi atau getaran, klitoris dan puting juga merupakan bagian tubuh yang sensitif. Berdasarkan penelitian tersebut, bagian genital merupakan bagian yang merespon positif ketika distimulasi menggunakan metode getaran. Tetapi secara keseluruhan jika didasarkan pada pembagian area, maka



Universitas Sriwijaya | 46



zona seksual sekunder yang terdiri dari bagian samping payudara, areola, leher, dan puting merupakan bagian yang paling sensitif terhadap stimulasi getaran atau vibrasi. Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap bagian mana yang paling sensitif pada wanita. Meskipun begitu, studi ini tidak dapat digunakan untuk menggeneralisasi bahwa bagian tubuh paling sensitif sama saja pada semua wanita.



8. Zona Erogen pada Kelamin Laki-laki Peneliti mensurvei 793 orang pria dan wanita di Inggris dan Afrika Selatan lalu meminta mereka untuk memberi ranking dari 1-10 (10 untuk bagian tubuh yang paling sensitif) pada bagian-bagian tubuh tertentu. Pada pria, bagian tubuh tersebut adalah. a.



Telinga: dengan skor 4,30



b.



Bagian belakang leher: dengan skor 4,53



c.



Bagian rambut kemaluan: dengan skor 4,80



d.



Perineum (bagian yang terdapat di antara anus dan skrotum): dengan skor 4,81



e.



Puting: dengan skor 4,89



f.



Tengkuk: dengan skor 5,65



g.



Bagian dalam paha: dengan skor 5,84



h.



Skrotum atau kantong buah zakar: dengan skor 6,50



i.



Mulut atau bibir: dengan skor 7,03



j.



Penis: dengan skor 9,00 Bukan hal yang mengejutkan bahwa penis menjadi bagian paling



sensitif terhadap stimulasi pada sebagian pria. Gloria Brame, Ph.D., seorang terapis seks, seperti dikutip dari Women‘s Health mengatakan bahwa stimulasi di daerah leher dapat mengirimkan sinyal ke sistem sirkulasi sehinga dapat meningkatkan peredaran darah. Berbeda dengan skrotum atau kantong buah zakar. Bagian ini dikelilingi oleh jaringan yang memang sudah sensitif serta ditambah dengan ujung-ujung saraf yang terletak



Universitas Sriwijaya | 47



9. Identitas Gender Identitas Gender merujuk pada penghayatan seseorang terhadap gendernya, termasuk pengetahuan, pemahaman, dan penerimaan menjadi seorang pria atau wanita (Egan & Perry, 2001). Salah satu aspek identitas gender adalah mengetahui apakah anda perempuan atau laki-laki, dimana sebagian besar anak-anak dapat melakukannya pada usia sekitar 2,5 tahun (Blakemore, Berenbaun, & Liben, 2009). Terdapat sejumlah teori yang menjelaskan pembentukan identitas gender pada setiap individu, diantaranya adalah teori pembelajaran sosial dan teori perkembangan kognitif. Menurut teori pembelajaran sosial, anak-anak belajar perilaku yang dihubungkan dengan orangtuanya melalui observasi dan komunikasi. Anak-anak -laki-laki dan perempuan- belajar perilaku hubungan gender (gender-related behavior) dari kontak sosial, terutama dengan orangtua mereka dan teman sebayanya. Dengan perkataan lain, peranan yang dikembangkan oleh anak laki-laki atau anak perempuan diperolehnya melalui proses belajar dari lingkungannya. Identitas gender juga bisa diartikan sebagai cara seseorang merasa atau melihat dirinya, apakah sebagai perempuan, laki-laki, atau transgender. Transgender adalah orang yang mengadopsi peran dan nilainilai lawan jenis kelamin biologisnya, misalnya seseorang yang secara biologis perempuan lebih nyaman berpenampilan dan berperilaku seperti stereotipe laki-laki. Disisi lain, ada juga orang yang merasa identitas gendernya tidak sesuai dengan seks biologisnya. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan istilah transeksual atau kategori transgender lainnya. Di Indonesia, kita mengenal istilah waria dan kategori transgender lain ini.

Perlu diketahui bahwa transgender dan transeksual itu berbeda, meskipun hampir sama dalam bahasanya. Jika transgender sudah dijelaskan diatas, maka transeksual adalah seorang yang ingin mengubah jenis kelamin biologisnya sehingga sesuai dengan jenis kelamin yang ia hayati. Hal ini mungkin telah menjadi tujuan hidupnya. Misalnya, seorang perempuan transeksual akan berusaha untuk menghindari situasi sosial yang



Universitas Sriwijaya | 48



mengharuskannya



Memakai



pakaian



wanita.



Sementara



transgender tidak menginginkan perubahan jenis kelamin



seorang



Transeksual



juga menginginkan terapi hormonal dan pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan lawan jenis kelamin biologisnya dan sesuai dengan identitas gender mereka. Kategori ini berlaku baik bagi yang sudah atau belum melakukan terapi dan/atau pembedahan. Sebenarnya seorang transgender tidak terganggu dengan organ seksualnya, tapi tetap melakukan terapi atau operasi. Transgender dan transeksual dapat dialami baik oleh perempuan maupun oleh laki-laki.

pada perempuan dengan gangguan identitas gender berpakaian seperti lawan jenis tidak akan menjadi masalah. berbeda dengan laki-laki, jika ia memakai pakaian wanita maka akan terlihat aneh dan dinilai negatif. Ketika mereka diminta untuk memakai baju yang sesuai dengan jenis kelaminnya, mereka akan menolak dan kesal.



10. Peran Otak dan Feromon dalam Cinta Cinta dapat diterjemahkan sebagai suatu perasaan yang kuat dari rasa kasih sayang atau perasaan suka terhadap seseorang, atau benda, gairah seksual, atau hubungan seksual secara umum. Sehingga dapat dikatakan bahwa cinta merupakan emosi yang berasosiasi dengan aktivitas sosial, atau keinginan, dan hasrat, serta partisipasi keterlibatan individual di dalamnya. Cinta dan perasaan emosional lainnya tidak hanya terdiri dari suatu konsep neuroanatomi yang melibatkan hubungan struktur kortikalsubkortikal, tapi juga konsep fungsional yang melibatkan jalur berbagai neurotransmiter yang kompleks. Struktur anatomi yang terlibat adalah area limbik yang meliputi insula medial, girus singulatus anterior, dan hipokampus. Striatum dan nukleus akumbens merupakan area subkortikal yang terlibat dalam menimbulkan rasa senang. Oksitosin dan vasopresin diproduksi oleh hipotalamus, dilepaskan lalu disimpan dalam kelanjar pituitari, yang akhirnya dikeluarkan kedalam darah khususnya pada saat orgasme dan selama periode melahirkan hingga menyusui khususnya pada wanita.



Universitas Sriwijaya | 49



Vasopresin dihubungkan dengan perilaku sosial, khususnya tingkah laku agresif terhadap individu lainnya, khususnya pada laki-laki. Konsentrasi kedua neuro modulator tersebut meningkat sesuai intensitas cinta yang dirasakan. Dopamin salah satunya dilepaskan oleh hipotalamus yang merupakan struktur yang berfungsi sebagai penghubung antara sistem saraf dengan endokrin. Seluruh area ini pun menjadi aktif sama halnya bila mengkonsumsi opioid eksogen seperti kokain. Serotonin tergolong indoleamin memiliki setidaknya terdiri dari 15 sub tipe reseptor. Peningkatan serotonin lebih berperan dalam proses keberhasilan pencapaian kepuasan seksual dalam tahapan emosi cinta. Peningkatan serotonin sentral berhubungan dengan kepuasan seksual tapi ketertarikan akan aktivitas seksual akan menurun. Tahap awal timbulnya emosi cinta berhubungan dengan peningkatan nerve growth factor (NGF) pada orang yang baru saja jatuh cinta. Hal ini tidak didapati pada orang-orang yang tidak sedang jatuh cinta atau pada individu dalam hubungan yang telah stabil dan berlangsung lama. Konsentrasi NGF berkorelasi signifikan dengan intensitas perasaan romantis. Sistem limbik ikut berperan pada interpretasi mimpi, salah satunya mimpi basah yang berhubungan dengan seksualitas laki-laki. Pada keadaan tidur REM atau rapid eye movement, akan terjadi peningkatan aktivitas visual tingkat tinggi dan sistem limbik disertai penurunan aktivitas di korteks prefrontal. Keadaan ini akan menimbulkan mimpi pada tidur seseorang, yaitu bayangan visual yang diciptakan dari dalam diri yang mencerminkan ―bank ingatan emosional‖ yang bersangkutan dengan hanya sedikit tuntunan atau interprteasi dari daerah berpikir kompleks. Pada mimpi basah atau emisi nokturnal yang biasanya terjadi saat pria sedang masa subur, mimpi yang dialami dapat bersifat merangsang sehingga memicu orgasme dan ejakulasi walaupun sedang dalam keadaan tertidur. Feromon merupakan suatu sinyal kimia yang berlangsung antar sel ataupun antar organisme. Pelepasan feromon mempengaruhi tingkah laku



Universitas Sriwijaya | 50



penerima feromon, misalnya suatu feromon pelepas alarm yang segera diterima dan diinterpretasikan sebagai tingkah laku menghindar (flight) dan waspada (alert) pada penerima. Kelenjar apokrin manusia, smegma, dan sekret kelenjar vagina diduga bertanggung jawab terhadap produksi feromon. Feromon memicu respons tingkah laku seksual dan memainkan peranan dalam mempengaruhi mood dan ketertarikan terhadap lawan jenis. Feromon lebih berguna untuk membangkitkan gairah seksual daripada naluri untuk mencari pasangan dan kurang berguna untuk memelihara emosi cinta antara dua individu.



11. Siklus Respon Seksual pada Perempuan Perempuan dan laki-laki mengalami keempat fase siklus seks yang sama, yaitu eksitasi, plateau, orgasme, dan resolusi. Selain itu, mekanisme fisiologik yang mendasari orgasme pada hakikatnya sama pada perempuan dan laki-laki. a.



Fase eksitasi pada wanita dapat dimulai oleh rangsang fisik atau psikologis. Stimulasi taktil pada klitoris dan daerah perineum sekitar merupakan rangsangan seks yang sangat kuat. Rangsangan ini memicu refleks spinal yang menyebabkan vasodilatasi arteriol, melalui sinyal parasimpatis, di seluruh vagina dan genitalia eksterna, khususnya klitoris. Masuknya aliran darah terbukti dari pembengkakan labium dan ereksi klitoris. Vasokongesti kapiler vagina memaksa cairan keluar dari pembuluh dan masuk ke dalam lumen vagina. Cairan ini, yang merupakan tanda positif pertama keadaan terangsang seksual, berfungsi sebagai pelumas utama untuk hubungan kelamin. Pelumas tambahan berasal dari sekresi mukus dari pria dan mukus yang dikeluarkan selama rangsangan seksual dari kelenjar-kelenjar yang terletak di lubang luar vagina. Selama fase eksitasi pada wanita, puting payudara juga menjadi tegak dan payudara membesar akibat vasokongesti. Selain itu, sebagian besar wanita memperlihatkan sex flush selama periode ini, yang disebabkan oleh meningkatnya aliran darah ke kulit.



Universitas Sriwijaya | 51



b.



Fase plateau pada wanita, perubahan-perubahan yang timbul pada fase eksitasi menjadi semakin intens, sementara terjadi respons sistemik serupa dengan yang dijumpai pada pria (misalnya peningkatan kecepatan jantung, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot). Vasokongesti lebih lanjut sepertiga bawah vagina selama waktu ini mengurangi kapasitas bagian dalam sehingga vagina mengencang di sekitar penis yang masuk, meningkatkan sensasi taktil bagi wanita dan pria. Secara bersamaan, uterus terangkat, mengangkat serviks dan memperbesar dua pertiga bagian atas vagina. Efek balon, atau tenting effect, ini menciptakan ruang untuk peletakan ejakulat.



c.



Fase orgasme akan terjadi jika rangsangan erotik berlanjut. Respons seks memuncak dalam orgasme sewaktu impuls simpatis memicu kontraksi ritmik otot-otot panggul dengan interval 0,8 detik (seperti pada pria). Kontraksi terutama paling kuat di sepertiga bawah saluran vagina yang membengkak. Respons sistemik yang identik dengan yang dijumpai pada orgasme pria juga terjadi. Pada kenyataannya, pengalaman orgasme pada wanita sejajar dengan yang terjadi pada pria dengan dua pengecualian. Pertama, pada wanita tidak terjadi ejakulasi. Kedua, wanita tidak mengalami fase refrakter setelah satu orgasme sehingga mereka dapat segera berespons terhadap stimulasi erotik berikutnya dan mencapai orgasme multipel. Jika rangsangan berlanjut, intensitas seksual setelah orgasme hanya berkurang ke tingkat plateau dan dapat segera dibawa kembali ke puncak.



d.



Fase resolusi akan terjadi vasokongesti panggul dan manifestasi sistemik secara bertahap mereda. Seperti pada pria, fase ini adalah saat relaksasi fisik paling besar pada wanita.



12. Siklus Respon Seksual pada Laki-laki Tindakan seks pria melibatkan dua komponen yaitu ereksi, atau mengerasnya penis yang normalnya lunak agar penis dapat masuk ke



Universitas Sriwijaya | 52



dalam vagina, dan ejakulasi, atau penyemprotan kuat semen ke dalam uretra dan keluar penis. Siklus respons seks mencakup respons fisiologik yang lebih luas yang dapat dibagi menjadi empat fase: a.



Fase eksitasi mencakup ereksi dan meningkatnya perasaan seksual. Ereksi dicapai melalui pembengkakan penis oleh darah. Selama rangsangan seks, arteriol-arteriol ini secara refleks melebar dan jaringan erektil terisi oleh darah sehingga penis bertambah panjang dan lebar serta menjadi kaku. Vena-vena yang mengalirkan darah dari jaringan erektil penis tertekan secara mekanis oleh pembengkakan dan ekspansi rongga-rongga vaskular ini sehingga aliran keluar vena berkurang dan hal ini ikut berkontribusi dalam penumpukan darah, atau vasokongesti. Respons vaskular lokal ini mengubah penis menjadi organ yang mengeras dan memanjang yang mampu menembus vagina.



b.



Fase plateau ditandai oleh intensifikasi respons-respons ini, ditambah respons-respons tubuh generalisata misalnya kecepatan jantung, tekanan darah, laju pernapasan, dan ketegangan otot yang bertambah.



c.



Fase orgasme yang mencakup ejakulasi serta respons lain yang menjadi puncak eksitasi seksual dan secara kolektif dialami sebagai kenikmatan fisik yang intens. Kontraksi ritmik yang terjadi selama ekspulsi semen disertai oleh denyut ritmik involunter otototot panggul dan intensitas puncak respons tubuh keseluruhan yang naik selama fase-fase sebelumnya. Bernapas dalam, kecepatan jantung hingga 180 kali per menit, kontraksi otot rangka generalisata yang mencolok, dan peningkatan emosi merupakan ciri dari fase oergasme.



d.



Fase resolusi mengembalikan genitalia dan sistem tubuh ke keadaan sebelum rangsangan. Selama fase resolusi setelah orgasme, impuls konstriktor memperlambat aliran darah ke dalam penis, menyebabkan ereksi mereda. Kemudian terjadi relaksasi dalam, sering disertai rasa lelah. Tonus otot kembali ke normal sementara



Universitas Sriwijaya | 53



sistem kardiovaskular dan pernapasan kembali ke tingkat prarangsangan. Setelah terjadi ejakulasi timbul periode refrakter temporer dengan durasi bervariasi sebelum rangsangan seks dapat memicu kembali ereksi. Karena itu, pria tidak dapat mengalami orgasme multipel dalam hitungan menit, seperti yang dialami sebagian wanita.



13. Peran Hormon pada Saat Koitus (Senggama) Koitus merupakan suatu aktivitas untuk mencapai proses penyatuan gamet pria dan wanita yangmana terjadi penyaluran semen yang mengandung sperma ke dalam vagina. Androgen seperti testosterone ikut berperan pada proses koitus pada pria. Diduga testosterone dapat meningkatkan hasrat seksual pada pria karena adanya reseptor androgen pada berbagai bagian dari otak yang berpartisipasi dalam regulasi respons seksual pria. Bagian otak tersebut adalah lobus temporal, preoptik, hipotalamus, amigdala, lobus frontalis, area prefrontalis dan area Brodmann. Selain itu testosterone juga ikut berperan pada ereksi penis pria baik secara tidak langsung maupun secara langsung. Peran testosterone pada ereksi penis secara tidak langsung adalah dengan meingkatkan hasrat seksual. Sedangkan peran testosterone secara langsung adalah melalui jalur NO dan jalur RhoA-ROCK yang sama-sama membutuhkan sintesis cGMP. Selain testosterone, hormone lain yang berperan dalam koitus adalah prolaktin yangmana diduga memengaruhi sintesis dopamine (DA) pada otak dan ikut serta dalam meningkatkan hasrat seksual pada pria. Hasrat seksual pada wanita didorong oleh hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium seperti estradiol, testosterone, dan progesterone. Estradiol dan testosterone sebagian besar memodulasi hasrat seksual pada wanita. Selain hormon-hormon seks yang mendorong hasrat seksual, beberapa hormon tubuh lainnya juga berperan pada koitus. Salah satunya adalah kortisol yang membantu menyediakan energi untuk penis, jantung, dan otot. Selain itu vasopressin juga berperan dalam menjaga ereksi penis



Universitas Sriwijaya | 54



dan klitoris. Pada puncak rangsangan, kelenjar adrenal mensekresi hormon adrenalin yang akan merangsang orgasme dan ejakulasi. Pada wanita, oksitosin berperan dalam



kontraksi otot uterus dan vagina sehingga



menyebabkan terangkatnya serviks untuk menciptakan ruang bagi ejakulat pria.



Gambar 6. Mekanisme efek testosteron pada kontraksi otot polos



14. Peran Hormon pada Saat Masturbasi Masturbasi marupakan stimulasi erotis terutama pada genital sendiri yang dilakukan secara manual, dan biasanya berakhir dengan orgasme atau ejakulasi. Beberapa hormon ikut berperan saat seseorang melakukan masturbasi. Hormon testosterone dan prolaktin pada pria akan mendorong hasrat seksual saat melakukan masturbasi, sedangkan pada wanita didorong oleh hormon estradiol dan testosterone. Hasrat seksual yang disebabkan melalui dorongan hormolah yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan masturbasi untuk mencapai kepuasan seksual sendiri. Jika mencapai orgasme / ejakulasi, maka kadar hormone oksitosin dan prolaktin pada darah akan meningkat disertai dengan peningkatan hormon adrenal seperti adrenalin dan noradrenalin.



Universitas Sriwijaya | 55



15. Peran Hormon pada Saat Orgasme Puncak kepuasaan pada aktivitas seksual manusia dicapai pada saat orgasme, yangmana terjadi kontraksi ritmik dan denyut ritmik involunter otot otot panggul sehingga menghasilkan suatu rasa nikmat yang intens. Pada orgasme ditemukan adanya peningkatan level hormon prolaktin pada darah yang bersifat tahan lama dan spontan. Selain itu, kadar oksitosin juga meningkat setelah orgasme. Namun tidak seperti peningkatan kadar prolaktin yang tahan lama, peningkatan kadar oksitosin darah meningkat sesaat setelah orgasme, kemudian kembali ke kadar basalnya sekitar 10 menit setelah orgasme. Peningkatan hormone prolaktin diduga memiliki efek feedback negatif ke sistem saraf pusat sehingga akan memodifikasi aktivitas neuron dopaminergic yang mengontrol aktivitas seksual. Hormon-hormon adrenal (seperti adrenalin dan noradrenalin) ikut meningkat saat orgasme yangmana dikorelasikan dengan peningkatan aktivitas sistem kardiovaskular seperti peningkatan heart rate dan tekanan darah.



16. Peran Hormon pada Kelainan Psikoseksual Kelainan



psikoseksual



merupakan



sebuah



kondisi



dimana



seseorang memiliki kesulitan dalam mencapai kepuasan seksual atau merasa terangsang secara seksual, biasanya disebabkan oleh masalahmasalah psikologis seperti stress, kecemasan, ataupun depresi. Beberapa kelainan ini dapat berupa kesulitan dalam mencapai ereksi pada pria atau kesulitan dalam mencapai orgasme pada wanita. Kelainan psikoseksual pada pria seperti erectile disfunction atau homoseksualitas dapat salah satunya disebabkan oleh hormon androgen kuat yaitu testosterone. Beberapa penelitian menemukan bahwa pria yang mengalami erectile disfunction atau homoseksualitas memiliki kadar testosterone yang cukup rendah pada tubuhnya. Kelainan psikoseksualitas juga dapat terjadi pada wanita dengan kadar testosterone tubuh tinggi. Wanita dengan pemberian testosterone tambahan memiliki hasrat seksual yang meningkat atau bahkan berlebih. Sedangkan jika kadar testosterone pada wanita menurun



Universitas Sriwijaya | 56



dapat menyebabkan berkurang drastisnya hasrat seksual pada wanita tersebut. Hormon ikut berperan dalam mengatasi kelainan psikoseksual. Kisspeptin, atau disebut juga sebagai metastin merupakan sebuah hormon peptida yang dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini merangsang sekresi 2 hormon, yaitu FSH dan LH yang akan merangsang sintesis hormone sex yaitu testosterone dan estradiol (sebuah estrogen). Menurut berbagai penelitian, kisspeptin juga terdapat pada bagian dari sistem limbic di otak, seperti amigdala yang ikut berpartisipasi pada aktivitas seksual. Kisspeptin diduga dapat meningkatkan aktivitas regio otak yang mengatur aktivitas dan rangsangan seksual. Penemuan ini dapat menjadi tahap awal untuk diciptakannya pengobatan baru terhadap kelainan psikoseksual.



Universitas Sriwijaya | 57



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh organ-organ yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin. Beberapa kelenjar endokrin tersebut dapat menghasilkan hormon reproduksi, yakni hipotalamus yang menghasilkan GnRH, Kelenjar hipofisis yang menghasilkan hormon regulator penting, Gonadotropin (FSH dan LH), dan Ovarium yang menghasilkan hormon reproduksi pada wanita berupa estrogen dan progesteron, dan Testis yang menghasilkan hormon reproduksi penting pada pria berupa testosteron. Hormon reproduksi merupakan hormon yang terbentuk dari prekursor steroid (kolesterol) yang disintesis di jaringan dari asetil KoA. Hormon reproduksi bekerja di intrasel karena sifatnya yang lipofilik dapat berdifusi bebas menembus membran sel. Hormon-hormon reproduksi memiliki aktivitas biologis tertentu baik pasa wanita maupun pada pria.



3.2 Kritik dan Saran Demikian pemabahasan mengenai hormon reproduksi yang dapat kami sampaikan. Sebagai mahasiswa kedokteran dan calon dokter, kita harus mampu memahami mengenai hormon-hormon yang berperan dalam fisiologi reproduksi. Dengan kita memahaminya hingga ke tingkat long term memory dan dengan izin Tuhan Yang Maha Esa kita dapat menganalisa dan membantu pasien-pasien yang membawa keluhan yang berkaitan dengan sistem reproduksi. Saat ini kami masih berada di tahap pembelajaran baik pengetahuan maupun pengalaman, kami juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun terhadap makalah ini diharapkan agar kedepannya dapat menjadi acuan untuk menjadi lebih baik lagi.



Universitas Sriwijaya | 58



DAFTAR PUSTAKA Akmal, Muslim. 2017. "Androgen Dihydrotestosterone dan Perannya pada Sistem Reproduksi Pria". Jurnal Veterina Medika Vol 10 (1). Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala: Banda Aceh.



http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-



vetmed5a9965cc7b2full.pdf. []Diakses pada 26 April 2020. Anonim.



―BAB



VII



Hormon



Reproduksi‖.



[Online].



Disitasi



dari



http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38258/11/%289% 29%20BAB%20VI%20Hormon%20Reproduksi.pdf. [Diakses



pada 24



April 2020]. Cappelletti, M., & Wallen, K. (2016). Increasing women's sexual desire: the comparative effectiveness of estrogens and androgens. Hormones and behavior, 78, 178-193. Comninos, A. N., Wall, M. B., Demetriou, L., Shah, A. J., Clarke, S. A., Narayanaswamy, S., Nesbitt, A., Izzi-Engbeaya, C., Prague, J. K., Abbara, A., Ratnasabapathy, R., Salem, V., Nijher, G. M., Jayasena, C. N., Tanner, M., Bassett, P., Mehta, A., Rabiner, E. A., Hönigsperger, C., Silva, M. R., … Dhillo, W. S. (2017). ―Kisspeptin modulates sexual and emotional brain processing in humans‖. The Journal of clinical investigation, 127(2), 709–719. Corona, G., Isidori, A. M., Aversa, A., Burnett, A. L., & Maggi, M. (2016). ―Endocrinologic Control of Men‘s Sexual Desire and Arousal/Erection‖. The journal of sexual medicine, 13(3), 317-337. Cunningham, G. 2006. Obstetri William Vol. 1. Jakarta: EGC. Fajariyah, S., Utami, E. T., Ariandi, Y., 2010. “The Effect of Synthetic Estrogen on Hepar Stucture And Level of SGOT and SGPT of Balb‘C Female Mice (UMus musculus)‖. Jurnal ILMU DASAR. ISSN 2442-5613. Available at: https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JID/article/view/118. Date accessed: 28thApril 2020. Farida, Hana. 2016. ―MENEROPONG GENDER MELALUI KACAMATA GENDERLES: SEBUAH PEMBACAAN BUTLERIAN TERHADAP



Universitas Sriwijaya | 59



ANCILLARY JUSTICE KARYA ANN LECKIE‖. Jurnal Poetika IV(1).1-10. Ganong, W. F. 2012. Ganong’s medical physiology. Edisi 24. Jakarta: EGC. Ganong, William F. 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 24. Jakarta: EGC Gardner, D. G., & Dolores Shockback. 2007. Greenspan’s Basic & Clinical Endocrinology 8th Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc. Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC. http://eprints.undip.ac.id/46709/3/Ika_Septiana_Eryani_22010111130099_LapKT I_Bab2.pdf (disitasi pada tanggal 27 april 2020). Kamelia, L., & Adnyana, O. 2012. Cinta Dalam Perspektif Neurobiologi. Neurona, 30 (1). Kruger, T. H. C., Haake, P., Chereath, D., Knapp, W., Janssen, O. E., Exton, M. S., ... & Hartmann, U. (2003). ―Specificity of the neuroendocrine response to orgasm during sexual arousal in men‖. Journal of Endocrinology, 177(1), 57. Kumar, P., & Magon, N. 2012. ―Hormones in pregnancy‖. Nigerian medical journal : journal of the Nigeria Medical Association, 53(4), 179–183. https://doi.org/10.4103/0300-1652.107549. [Accessed on April 25th, 2020]. Peacock, Kimberly & Kari M. Ketvertis. 2019. ―Menopause‖. Available at https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507826/. [Accessed on April 25th, 2020]. Sherwood, L. 2013. Introduction to Human Physiology. Cengage Learning. Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta: EGC. Smith C, Marks AD, Lieberman M. 2005. Marks’ Basic Medical Biochemistry a Clinical Approach Second Edition. USA: Lippincott Williams and Wilkins. Speroff, L., Fritz Marc A. 2005. Clinical gnecologic endocrinology and infertility. Seventh Edition. United States of America: Lippincott Williams & Wilkins.



Universitas Sriwijaya | 60



Tal, Reshef. et all. 2015. ―Endocrinology of Pregnancy‖. Available from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK278962/. [Accessed on April 25th, 2020]. Wilson, P. A., Valera, P., Ventuneac, A., Balan, I., Rowe, M., & CarballoDieguez, A. 2009. ―Race-based sexual stereotyping and sexual partnering among men who use the internet to identify other men for bareback sex‖. Journal



of



sex



research,



46(5),



399–413.



https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2754596/. [Accessed on April 27th, 2020]. World Health Organization. 2009. ―The physiological basis of breasfeeding‖. Available



on



https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK148970/.



[Accessed on April 25th, 2020].



Universitas Sriwijaya | 61