Makalah Hubungan Agama Dan Kebudayaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERBEDAAN RUANG LINGKUP AGAMA DAN KEBUDAYAAN



DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 2 1. HILDA YANUAR 2. MAREVING MARIFAH 3. ROSANTI 4. SAHRUL



UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN ADMINISTRASI PUBLIK 2021



KATA PENGANTAR



Assalamualaikum wr.wb Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan Agama dan Kebudayaan” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Hubungan Agama dan Kebudayaan, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Hubungan Agama dan Kebudayaan, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Sejarah Peradaban Islam atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Sejarah Peradaban Islam. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.



ii



DAFTAR ISI



Kata Pengantar ...........................................................................................................ii Daftar Isi.....................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................1 1.3 Tujuan .................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Agama dan Kebudayaan ....................................................................3 2.1.1 Pengertian Agama....................................................................................3 2.2.2 Pengertian Kebudayaan ...........................................................................4 2.2 Agama Merupakan Bagian dari Kebudayaan ......................................................6 2.3 Agama Bukan Wahyu Merupakan Bagian dari Kebudayaan ..............................9 2.4 Agama Samawi Bukan Merupakan Bagian Kebudayaan ....................................11 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Agama dan kebudayaan adalah dua hal yang sangat dekat di masyarakat. Bahkan banyak yang salah mengartikan bahwa agama dan kebudayaan adalah satu kesatuan yang utuh. Dalam kaidah, sebenarnya agama dan kebudayaan mempunyai kedudukan masing-masing dan tidak dapat disatukan, karena agamalah yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada kebudayaan. Namun keduanya mempunyai hubungan yang erat dalam kehidupan masyarakat. Geertz mengakatan bahwa wahyu membentuk yang suatu struktur psikologis dalam benak manusia yang membentuk pandangan hidupnya, menjadi sarana individu atau kelompok individu yang mengarahkan tingkah laku mereka. Tetapi juga wahyu bukan saja menghasilkan budaya immaterial, tetapi juga dalam bentuk seni suara, ukiran, bangunan. Dapatlah disimpulkan bahwa budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang objektif. Demi terjaganya esistensi dan kesucian nilai – nilai agama sekaligus memberi pengertian, disini akan diulas mengenai Apa itu Agama dan Apa itu Budaya, yang tersusun dalam bentuk makalah dengan judul “Hubungan Agama dan Kebudayaan”.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian agama dan kebudayaan? 2. Mengapa agama bagian dari kebudayaan? 3. Mengapa agama bukan wahyu bisa disebut bagian dari kebudayaan? 4. Mengapa agama samawi tidak bisa dikatakan bagian dari kebudayaan?



iv



1.3 Tujuan 1



Dapat mengetahui pengertian agama dan kebudayaan.



2



Dapat mengetahui agama merupakan bagian dari kebudayaan.



3



Dapat memahami agama bukan wahyu merupakan bagian dari kebudayaan.



4



Dapat memahami agama samawi bukan merupakan bagian dari kebudayaan.



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Agama dan Kebudayaan 2.1.1 Pengertian Agama Kata agama berasal dari bahasa sansekerta yaitu berasal dari kata a (tidak) dan gama (kacau), yang bila digabungkan menjadi sesuatu yang tidak kacau. Dan agama ini bertujuan untuk memelihara atau mengatur hubungan seseorang atau sekelompok orang terhadap realitas tertinggi yaitu Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata agama berarti prinsip kepercayaan kepada Tuhan. Agama diucapkan



oleh orang barat dengan religios (bahasa



latin), religion (bahasa Inggris, Perancis, Jerman) dan religie (bahasa Belanda). Istilah ini bukanya tidak mengandung arti yang dalam melainkan mempunyai latar belakang pengertian yang mendalam daripada pengertian “Agama” yang telah disebutkan diatas.1 Agama ini muncul dari perasaan ketakjuban manusia terhadap realitas alam yang ada. Seperti air yang bisa melepaskan dahaga seseorang, namun terkadang bisa membawa malapetaka seperti banjir, angin yang memberikan kesejukan, namun terkadang mendatangkan kerusakan seperti angin topan atau tornado, kemudian mereka percaya bahwa ada suatu kekuatan tertentu. Mereka mencoba untuk mencari keselamatan dari ketidakseimbangan yang mereka rasakan, yang dapat mendatangkan keselamatan bagi mereka. Jadi, secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah Ilahi yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada manusia. Upaya tersebut



5



dilakukan dengan berbagai ritual secara pribadi dan bersama yang ditujukan kepada kekuatan besar yang mereka percayai sebagai Tuhan. 2.1.2 Pengertian Kebudayaan Peradaban islam adalah terjemahan dari kata Arab al- Hadha-rah alislamiyah. Kata arab ini sering juga diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan islam. “Kebudayaaan” dalam bahasa arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga bahasa arab dan barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata “kebudayaan” (Arab, al-Tsaqafah; Inggris, Culture) dan “peradaban” (Arab, al-Hadharah; Inggris, civilization). Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkaan tentang semangat



mendalam



suatu



masyarakat.



Sedangkan,



manifestasi-



manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban . kalau kebudayaan lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama), dan moral.2 Mengenai pengertian budaya atau kebudayaan menurut beberapa ahli dan kamus besar antara lain : 1. Koentjara



Ningrat



ialah



berasal



dari



bahasa



Sansekerta



yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)



diartikan



sebagai



hal-hal



yang



berkaitan



dengan



budi



disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. 2. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: “budaya“ adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang “kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, keseniadan akal manusia.3



3. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu, dll). Sedang ahli sejarah mengartikan kebudayaan sebagai warisan atau tradisi. Bahkan ahli Antropogi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, dan kelakuan. 6



4. Menurut Ki Hadjar Dewantoro Kebudayaan adalah "sesuatu" yang berkembang secara kontinyu, konvergen, dan konsentris.



Jadi



Kebudayaan bukanlah sesuatu yang statis, baku atau mutlak. Kebudayaan berkembang seiring dengan perkembangan evolusi batin maupun fisik manusia secara kolektif. Jadi dapat dikatakan secara singkat bahwa kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, karsa manusia yang dilakukan dalam keseharian. Kebudayaan timbul karena adanya suatu kebiasaan dalam suatu tempat dan berkembang hingga kini. Menurut Kotjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud antara lain : 1. Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya. 2. Wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuaner pola dari manusia dalam masyarakat. 3. Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.4 kebudayaan dikenal karena adanya hasil-hasil atau unsur-unsurnya. Unsur-unsur kebudayaan terus menerus bertambah seiring dengan perkembangan



hidup



dan



kehidupan.



Manusia



mengembangkan



kebudayaan, kebudayaan berkembang karena manusia. Manusia disebut makhluk yang berbudaya, jika ia mampu hidup dalam atau sesuai budayanya.



Sebagian



makhluk



berbudaya,



bukan



saja



bermakna



mempertahankan nilai-nilai budaya masa lalu atau warisan nenek moyangnya



melainkan



termasuk



7



mengembangkan



(hasil-hasil)



kebudayaan. Di samping kerangka besar kebudayaan, manusia pada komunitasnya, dalam interaksinya mempunyai norma, nilai, serta kebiasaan



turun temurun



yang disebut tradisi. Tradisi biasanya



dipertahankan apa adanya; namun kadangkala mengalami sedikit modifikasi akibat pengaruh luar ke dalam komunitas yang menjalankan tradisi tersebut. Misalnya pengaruh agama-agama ke dalam komunitas budaya (dan tradisi) tertentu, banyak unsur-unsur kebudayaan (misalnya: puisi-puisi, bahasa, nyanyian, tarian, seni lukis dan ukir) di isi formula keagamaan sehingga menghasilkan paduan atau sinkretis antara agama dan kebudayaan. Kebudayaan dan berbudaya, sesuai dengan pengertiannya, tidak pernah berubah; yang mengalami perubahan dan perkembangan adalah



hasil-hasil



atau



unsur-unsur



kebudayaan. Namun,



ada



kecenderungan dalam masyarakat yang memahami bahwa hasil-hasil dan unsur-unsur budaya dapat berdampak pada perubahan kebudayaan. 2.2 Agama Merupakan Bagian dari Kebudayaan Apakah



agama



itu



kebudayaan?



Jawaban



pertanyaan



ini



telah



menimbulkan berbagai perdebatan, suatu pihak menyatakan bahwa agama bukan kebudayaan, sementara pihak yang lainnya menyatakan bahwa agama adalah kebudayaan. Kelompok orang yang tidak setuju dengan pandangan bahwa agama itu kebudayaan adalah pemikiran bahwa agama itu bukan berasal dari manusia, tetapi datang dari Tuhan, dan sesuatu yang datang dari Tuhan tentu tidak dapat disebut kebudayaan. Kemudian, sementara orang yang menyatakan bahwa agama adalah kebudayaan, karena praktik agama tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan.



Memang



benar



bahwa



wahyu



yang



menjadi



sandaran



fundamental agama itu dating dari Tuhan, akan tetapi realisasinya dalam kehidupan adalah persoalan manusia, dan sepenuhnya tergantung pada kapasitas diri manusia sendiri,baik dalam hal kesanggupan “pemikiran intelektual” untuk memahaminya, maupun kesanggupan dirinya untuk menjalankannya dalam kehidupan. Maka dalam soal ini, menurut pandangan ini realisasi dan aktualisasi agama sesungguhnya telah memasuki wilayah kebudayaan, sehingga “agama mau tidak mau menjadi soal kebudayaan”. Para sarjana-sarjana, terutama



sarjana Barat dan sebagian sarjana dan budayawan Indonesia tidak pilih-pilih dan menyamaratakan begitu saja semua agama sebagai bagian dari kebudayaan.



Para sarjana tersebut,terutama sarjana Barat nampaknya melihat agama yang banyak dan beraneka-ragam di dunia ini sebagai hal yang sama dan pada dasarnya sama. Dalam pemikiran mereka menyimpan suatu perasaan bahwa semua agama itu pada dasarnya adalah sama dan merupakan “fenomena atau gejala sosial” yang dapat ditemukan pada tiap-tiap kelompok manusia. Menurut mereka, dalam kehidupan manusia terdapat aspek umum yang bernama agama. Genus agama itu mengandung “species” yang bermacam- macam, diantaranya adalah agama Islam. Sebenarnya, apabila ditarik garis batas antara agama dan kebudayaan itu adalah “garis batas Tuhan dan manusia”, maka wilayah agama dan wilayah kebudayaan itu pada dasarnya tidak “statis”, tetapi “dinamis”, sebab tuhan dan manusia berhubungan secara dialogis, di mana manusia menjadi “khalifah” (wakil)-Nya di bumi. Maka pada tahapan ini, adakalanya antara “agama” dan “kebudayaan” menempati wilayah sendiri-sendiri, dan adakalanya keduanya berada dalam wilayah yang sama, yaitu yang disebut dengan “wilayah kebudayaan agama”. Agama sesungguhnya untuk manusia, dan keberadaan agama dalam praktik hidup sepenuhnya berdasar pada kapasitas diri manusia, bukan sebaliknya manusia untuk agama. Oleh karena itu,agama untuk manusia, maka agama pada hakekatnya menerima adanya pluralitas dalam memahami dan menjalankan ajarannya Jika agama untuk manusia, maka agama sesungguhnya telah memasuki wilayah kebudayaan dan menyejarah menjadi kebudayaan dan sejarah agama adalah sejarah kebudayaan agama yang menggambarkan dan menerangkan bagaimana terjadi proses pemikiran, pemahaman dan isi kesadaran manusia tentang wahyu, doktrin dan ajaran agama, yang kemudian dipraktikkan dalam realitas kehidupan manusia dan dalam sejarah perkembangan agama itu,sehingga “agama yang menyejarah telah sepenuhnya menjadi wilayahkebudayaan,



karena



tanpa



menjadi



kebudayaan,



maka



sesungguhnyasejarah agama-agama itu tidak akan pernah ada dan tidak akan pernah dituliskan” .Di kalangan sarjana Barat, penganjur kelompok ini adalah Emile Durkheim (1859-



1917), seorang sarjana Perancis, yang agaknya ikut mempengaruhi pemikiran sebagian sarjana Indonesia. Salah seorang sarjana Indonesia Koentjaraningrat, yang menurut pengakuannya sendiri telah terpengaruh oleh konsep Emil Durkheim. Dengan menggunakan istilah “religie” dan bukan“agama”(karena menurut beliau lebih netral), Koentjaraningrat berpendapat bahwa religie merupakan bagian dari kebudayaan. Pendirian



Koentjaraningrat



ini didasarkan kepada konsep Durkheim mengenai dasar-



dasar religi yang mengatakan bahwa tiap-tiap relegi merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat komponen, yaitu: 1. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius. 2. Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan-bayangan manusia tentang sifat-sifat Tuhan, serta tentang wujud dari alam gaib. 3. Sistem upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia denganTuhan, dewa-dewa atau makhluk-makhluk halus yang mendiami alam gaib. 4. Kelompok-kelompok religius atau kesatuan-kesatuan sosial yangmenganut sistem



kepercayaan



tersebut.Koentjaraningrat,



menyimpulkan



bahwa



“komponen sistemkepercayaan, sistem upacara dan kelompok-kelompok religius yangmenganut sistem menjalankan



kepercayaan



dan



upacara-upacara religius, jelas merupakan ciptaan dan



hasil akan manusia. Adapun komponen pertama, yaitu emosi keagamaan, digetarkan oleh cahaya Tuhan. Relegi sebagai suatu sistem merupakan bagian dari kebudayaan tetapi cahaya Tuhan yang mewarnainya dan membuatnya keramat tentunya bukan bagiandari kebudayaan. Pendirian Koentjaraningrat di atas tercermin dalam teori cultural-universals-nya, di mana beliau memasukkan religi sebagai isi (bagian) dari kebudayaan, yaitu: 1.



Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian,perumahan, alat-alat rumahtangga, senjata, alat-alat produksi, alat transport,dan lain sebagainya).



2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi(pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan lain sebagainya). 3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasipolitik, sistem hukum, sistem perkawinan). 4. Bahasa (lisan maupun tertulis). 5. Keseniaan (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan lain sebagainya). 6. Ilmu pengetahuan.



7. Relige . Muhammad Hatta, mengatakan bahwa agama merupakan bagian dari kebudayaan:



“Kebudayaan



adalah



ciptaan



hidup



daripada



suatu



bangsa.Kebudayaan banyak sekali macamnya. Menjadi pertanyaan apakah agama itu suatu ciptaan manusia atau tidak.



keduanya bagi saya bukan soal. Agama adalah juga suatu kebudayaan, karena dengan beragama manusia dapat hidup dengan senan dan berbudaya. 2.3 Agama Bukan Wahyu Merupakan Bagian dari Kebudayaan Pluralitas agama sebuah kenyataan yang tak bias dipungkiri. Dalam kehidupan sehari-hari, kita temukan berbagai agama. Setiap agama pada hakikatnya merupakan sesuatu yang dianggap sebagai realitas mutlak. Dengan agama manusia dapat menyadari hakikat keberadaannya di dunia. Selain itu, agama berniat menawarkan jalan menuju keselamatan dan menghindari penderitaan. Oleh karena itu, tak ada agama yang dengan sadar mengajaran kejahatan, ia senantiasa mendorong manusia dalam berbuat kebajikan. Di dunia ini hidup berbagai agama dan dapat hidup berdampingan, sebagai contohnya adalah bangsa Indonesia di dalam negara Indonesia tedapat banyak berkembang agama yang hidup dalam keadaan berdampingan dan bersaing namun perbedaan agama, perbedaan paham tersebut tidak menimbulkan konflik yang berarti. Masing-masing penganut agama merasa mengamban tugas suci untuk menyampaikan kebenaran yang diyakininya. Setiap agama memiliki asal usul dan searah yang berbeda. Terdapat dua agama yang berkembang didunia antara lain: 1. Agama Alamiyah yang memiliki pengertian agama hasil karya manusia atau juga disebut dengan agama filsafat, agama bumi, din al-ardh, agama ra’yu dan agama budaya. 2. Agama Samawiyah yang memiliki pengertian agama yang diwahyukan kepada nabi dan rosul-Nya disebut juga agama wahyu, agama langit, agama profetis.5 Untuk mengetahui perbedaan antara kedua jenis agama tersebut, ada baiknya kita mempelajari terlebih dahulu ciri-ciri dari kedua agama tersebut. Pertama, agama wahyu berkonsep pada keesaan tuhan, sedangkan agama bukan wahyu tidak. Kedua, agama wahyu beriman pada nabi dan rosul,



sedangkan agama wahyu tidak mengimaninya. Ketiga, agama wahyu sumber tuntutan baik buruk berada dalam kitab suci Al-quran, sedangkan agama bukan wahyu tidak essensial. Keempat, tak berubah dengan perubahan mentalitas



masyarakatyang



menganutnya,



sebaliknya



justru



mengubah



mentalitas penganutnya. Kelima, kebenaran prinsip-prinsip ajaran agama tahan terhadap kritik akal. Keenam, konsep ketuhanannya serba Esa Tuhan Murni. Sebagai contoh dari agama bukan wahyu merupakan kebudayaan salah satunya adalah agama hindu yang merupakan agama kebudayaan yang meliputi zaman sejak kira-kira 1500 sebelum masehi hingga zaman sekarang. Masyarakatnya hingga kini masih



mempercayai



kepercayaan



dinamisme.



Tidak



hanya



menganut



kepercayaan dinamisme, didalam agama hindu terdapat beberapa aliran agama yang berkembang didalamnya. Dimana pada agama tersebut terdapat beberapa kasta yang berguna untuk memimpin upacara-upacara adat. Tingkatan kasta yang masih ada dan diyakini oleh penganut agama hindu hingga kini antara lain : Brahmana, Ksatria, waisya, dan sudra keempat kasta tersebut memiliki kaum tersendiri. Dalam agama hindu terdapat beberapa ajaran agama, saah satunya adalah Bhagawadigta mereka meyakini bahwa Tuhan itu sebagai berikut: 1 Tuhan adalah zat ysng tidak dilahirkan, tanpa awal dan yang maha kuasa. Ia berlainan sekali daripada dunia yang fana ini, sebab ia adalah Paramatma, iwa yang memiliki dua tabiat, yaitu tabiat yang lebih tinggi (apara), yang bersifat jasmani (benda; bumi, air, api, angin, budi, penertian dan kesadaran diri. 2



Tuhan berbuat melalaui benda. Pada benda itu ditempatkan benih dari Tuhan. Dapat dikatakan, bahwa Tuhan adalah bapa segala makhluk, sedangkan benda adalah ibu yang mengandungnya. Berbeda dengan ajaran agam hindu Bhagawadigta dalam ajaran agama



Hindu Dharma. Terdapat salah satu ahli yang bernama Arifin: 63 berpendapat bahwa dalam agama hindu dharma, terdapat dewa-dwa yang dipuja secara



kadang-kadang. Dan dalam rumusan buku upadesa, kepercayaan Hindu Dharma kepada tuhan tidak boleh disebut



politisme (faham banyak Tuhan), akan tetapi sebaliknya agama tersebut adalah monoteisme (Paham Tuhan Esa).6 2.4 Agama Samawi Bukan Merupakan Bagian dari Kebudayaan Berbeda dari pola pemikiran di atas, terdapat kelompok pemikir yang mengatakan bahwa “agama wahyu” bukan merupakan bagian kebudayaan. Kelompok ini berpendapat bahwa “agama samawi” dan kebudayaan adalah berdir sendiri-sendiri. Jadi “agama samawi dan



kebudayaan tidak



saling



mencakup”. Saifuddin Anshari, mengatakan bahwa: Agama samawi dan budaya tidak saling mencakup; pada prinsipnya yang satu tidak merupakan bagian daripada yang lainnya, masing-masing berdiri sendiri. Antara keduanya tentu saja dapat saling hubungan dengan erat seperti kita saksikan dalam kehidupan dan penghidupan manusia sehari-hari. Sebagaimana pula terlihat dalam hubungan erat antara suami dan isteri, yang dapat melahirkan putera, namun suami bukan merupakan bagian dari si isteri, demikian pula sebaliknya”. Apabila kita mengikuti pandangan dan pendirian-pendirian seperti diketengahkan di atas, maka pandangan Saifuddin Anshari dapat diterima. Dan atas dasar itu, sekali lagi perlu ditegaskan bahwa agama Islam sebagai agama samawi bukan merupakan bagian dari kebudayaan (Islam), demikian pula sebaliknya kebudayaan Islam bukan merupakan bagian dari agama. Jadi islam, tidak seperti pada masyarakat ysng menganut agama bumi, agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia, maka agama islam adalah wahyu dari Tuhan. Dalam ajaran agama islam tata cara beribadahnya tanpa perantara, mealinkan beribadah secara langsung kepada sang maha pencipta dengan kata lain umat islam dapat berkomunikasi langsung dengan Tuhannya melalui Ibadah tanpa perantara seperti nyanyian, persembahan, tabuhan alat musik,



dan



lain-lain.



Berbeda



dengan



agama



kebudayaan



yang



menyamaratakan kebudayaan dengan agama, dalam agama kebuadyaan tata cara peribadatannya berawal dari sebuah kebudayaan yang lama-kelamaan



digunakan untuk beribadah. Contoh nya agama hindu, dalam agama tersebut selalu menggunakan sesajen saat akan melakuan peribadatan. Agama hindu tidak mengenal beribadah melainkan mereka lebih mengenal pemujaan, dimana pemujaan tersebut mereka lakukan di dalam tempat yang mereka anngap suci. Dalam pemujaan tersebut terdapat unsur kebudayaan, saat mereka melakukan pemujaan mereka membaca doa-doa dan persembahan bunga-bunga atau buah-buahan. Pada umumnya pemujaan dewa-dewa itu meniru cara penerimaan tamu yang dihormati, dewa biasanya diundang supaya hadir, dipersilahkan duduk, pada patungnya dilakukan pencucian, lalu diersembahkan berbagai persembahan. Dalam Agama ini pula mereka mempercayai adanya persembahan kepada roh jahat, penyembahan pada tumbuhan, tempat ziarah. Dimana dalam islam



unsure-unsur kebudayaan



sangatlah dilarang karena agama islam adalah agama rahmatan lil alamin. Maka setiap unsur yang berusaha masuk kedalam ajaran agam islam pastilah ditolak karena dalam ajaran agama slam agama dan kebudayaan sangatlah berbeda, dalam islam tidak mengenal adanya pemujaan, sihir. Karena agama islam adalah agama yang besumber dari wahyu yang diturunkan kepada nabi dan rosulnya melalui perantara malaikat, dan pedoman agama islam sudah jelas yaitu berpedoman kepada al-qur’an, dan hadist. Islam melalui perantara Nabi Muhmmad S.A.W mengajarkan kepada umatnya untuk berpegang teguh pada kepercayaan adanya Tuhan satu yang Transcedent. Kepercayaan yang satu tanpa bayang-bayang atau tanda-tanda. Kitab suci agama islam sudahlah pasti, berbeda halnya dengan agama nasrani yang hingga kini belum memliki kitab suci yang kanonik (pengukur) mereka hanya memiliki perjanjian baru dan kitab-kitab perjanjian lama. Dalam injilinjil yang berkembang saat ini banyak yang berubah jauh dari injil-injil yang sebernarnya, karena mereka membuat injil sesuai dengan zaman yang berlaku di dunia saat ini. Dalam agama Nasrani pula terdapat dua kubu yang pada akhirnya memisahkan diri dan membentuk agamanya sendiri-sendiri yang kita kenal sekarang adalah Kristen Protestan dan Katholik, apakah agama dapat berkembang dan memisahkan diri layaknya kebudayaan? Dalam agama islam tata cara peribadatan dan kitab-kitabnya dari dulu hingga sekarang masih sama seperti yang diwahyukan kepada nabi dan rosul dahulu kala. 7



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Agama merupakan sesuatu yang tidak kacau. Dan agama ini bertujuan untuk memelihara atau mengatur hubungan seseorang atau sekelompok orang terhadap realitas tertinggi yaitu Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya. Sedangkan kebudayaan memiliki berbagai definisi dari berbagia ahli yang ila ditarik kesimpulannya kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, karsa manusia yang dilakukan dalam keseharian. Kebudayaan timbul karena adanya suatu kebiasaan dalam suatu tempat dan berkembang hingga kini. Terdapat tiga paham yang berkembang di dalam dunia ini antara lain : agama merupakan bagian dari kebudayaan, agama bukan wahyu merupakan bagian dari kebudayaan, agama samawi bukan merupakan bagian dari kebudayaan merupakan agama yang berasal dari wahyu yang diturunkan kepada nabi dan rasul lalu disebarkan kepada umat manusia di bumi, agama samawi bukanlah agama yang bersumber dari suatu kebudayaan.



14



DAFTAR PUSTAKA



Robert H. Thouless,Pengantar Psikologi Agama ( Jakarta: Rajawali Pers)



Sufa’at Mansur, Agama-Agama Besar Masa Kini,(Pustaka Pelajaran)



Dr. Badri Yatim, M.A,Sejarah Peradaban Islam Dirash IslamiyahII (Rajawali Pers Citra Niaga Buku Perguruan Tinggi)



KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa ( Jakarta: PT. Gramedia Pusataka Utama, 2008)



15