Makalah Ibu Hamil Dengan Hepatitis B [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MANAGEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NY. “R” G6P5A0H5 USIA KEHAMILAN 35-36 MINGGU DENGAN HEPATITIS DIPUSKESMAS NANGGALO TANGGAL 25 SEPTEMBER 2018



DISUSUN OLEH: ELVINI HARYANTI (16211861) KIKI SAFITRI (16211885)



DOSEN PEMBIMBING: ETY APRIANTI SKM.M,KES PRODI DIII KEBIDANAN STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG TAHUN AJARAN 2017/2018



LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING



Laporan seminar kasus berjudul “MANAGEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NY. “R” G6P5A0H5 USIA KEHAMILAN 35-36 MINGGU DENGAN HEPATITIS DIPUSKESMAS NANGGALO TANGGAL 25 SEPTEMBER 2018” ini telah diperiksa, disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji seminar kasus Prodi D III Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.



Padang, 25 september 2018 Pembimbing



ETY APRIANTI SKM., M.Kes NIDN. 1028047501



Prodi D III Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang



DEVI SYARIEF.,S.Si.T,M.Keb NIDN. 10-1503-7501



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya ucapkan kehadirat ALLAH SWT, berkat rahmat dan karunia-NYA saya dapat menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul “MANAGEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NY. “R” G6P5A0H5 USIA KEHAMILAN 35-36 MINGGU DENGAN HEPATITIS DIPUSKESMAS NANGGALO TANGGAL 25 SEPTEMBER 2018” Asuhan kebidanan ini merupakan salah satu tugas dalam rangkaian kesehatan Praktek Klinik Kebidanan (PKK II b) pada program studi DIII kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA padang. Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Pasien Ny. “R” dan keluarga pasien yang telah membantu saya dalam kasus ini 2. Ibu Ety Aprianti,S.km.,M.Kes sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan masukan dan saran 3. Ibu Devi Syarief,S.Si.T,M.Keb sebagai KA.Prodi DIII Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Semoga ALLAH SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dan proses pembelajaran ini. Penulis berharap semoga dengan tersusunnya laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.



Padang , 25 september 2018



Penulis



DAFTAR ISI PERNYATAAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR.............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 3 1.3 Tujuan.........................................................................................................3 1.2.1 Tujuan Umum.............................. ...............................................3 1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................3 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Hepatitis....................................................................................6 2.2 Rumusan Masalah.......................................................................................6 2.3 Klasifikasi dan Pengobatan Hepatitis.........................................................6 2.4 Hepatitis dalam masa kehamilan................................................................7 BAB III TINJAUAN KASUS BAB IV PEMBAHASAN 4.1 langkah pertama : pengkajian data......................................................... 4.2 langkah kedua : interprestasi data.......................................................... 4.3 langkah ketiga : diagnosa potensial....................................................... 4.4 langkah keempat : tindakan segera dan kolaborasi.................................... 4.5 langkah kelima : perencanaan................................................. 4.6 langkah keenam : pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan............................ 4.7 langkah ketujuh : evaluasi BAB V PENUTUP 5.1 kesimpulan............................................................................... 5.2 saran............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA.............................................



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan (Mansjoer, 2001). Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Selama kehamilan normal, saluran cerna dan organorgan penunjangnya mengalami perubahan, baik secara anatomis maupun fungsional, yang dapat mengubah secara bermakna kriteria untuk diagnosis dan terapi untuk beberapa penyakit. Hepatitis bermasalah di Indonesia, pertama oleh karena carrier-nya tergolong banyak, Kedua, imunisasi Hepatitis pada bayi (Universal Immunization) di Indonesia baru dimulai beberapa tahun lampau (1996). Hal ketiga, belum semua orang berisiko tinggi kena Hepatitis patuh meminta vaksinasi. Dengan kondisi seperti itu, berarti masyarakat yang telanjur tertular Hepatitis sudah sekian banyak, dan kian tak terkontrol pula. Masih banyak masyarakat kita yang belum tahu, bahwa hubungan seks bebas juga bisa menjadi sumber penularan Hepatitis. Sembarang melacur, lalu seorang suami tanpa disadarinya sebab mungkin tidak tahu, menularkan penyakitnya kepada istrinya, lalu kepada anak-anaknya lewat cemaran cairan tubuh antar-anggota keluarga, atau persalinan bayi. Penyakit ini biasanya jarang terjadi pada wanita hamil. Namun, apabila timbul ikterus (gejala kuning) pada kehamilan, maka penyebabnya yang paling sering adalah hepatitis virus. Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita tidak hamil pada usia yang sama. Di negara sedang berkembang, wanita hamil lebih mudah terkena hepatitis virus. Hal ini erat hubungannya dengan keadaan nutrisi dan higiene sanitasi yang kurang baik. Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan angka kejadian yang sama. Menurut sebuah penelitian, 9.5 persen hepatitis virus terjadi pada trimester I, 32 persen terjadi pada trimester II, dan 58.5 persen terjadi pada trimester



III. Indonesia menjadi negara dengan penderita Hepatitis B ketiga terbanyak didunia setelah China dan India dengan jumlah penderita 13 juta orang, sementara di Jakarta diperkirakan satu dari 20 penduduk menderita penyakit Hepatitis B. Sebagian besar penduduk kawasan ini terinfeksi Virus Hepatitis B (VHB) sejak usia kanak-kanak. Sejumlah Negara di Asia, 810% populasi orang menderita Hepatitis B kronik (Sulaiman, 2013).Infeksi Hepatitis B masih tinggi kejadiannya 4% - 30% pada orang normal, sedangkan pada penyakit hati menahun angka kejadiannya 20% - 40%. Pada ibu hamil prevalensinya sebesar 4% dan penularan ibu hamil yang mengidap Hepatitis ke bayinya sebesar 45,9% (Harahap, 2009). Sedangkan di Kota Medan sendiri didapat 6,05% dari 314 pasien (survei nasional untuk prevalensi Hepatitis B/C pada pasien hemodialisis) (Lukman, 2013). 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan umum a. Agar mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan penapisan pada bumil khususnya Kehamilan dengan Hepatitis. 1.2. 2 Tujuan khusus a. Agar mengetahui pengertian dan macam – macam penyakit dalam kehamilan, khususnya pada kasus ibu hamil dengan hepatitis. b. Agar dapat melakukan manajemen pengkajian data. c. Agar dapat melakukan diagnosis dari pengkajian data. 1.3 manfaat penelitian Setelah melakukan seminar kasus diharapkan makalah ini bermanfaan bagi : 1.3.1 penulis a.



Penulis dapat mengerti,memahami dan menerapkan asuhan pada ibu hamil dengan hepatitis



b.



Menambahkan pengetahuan dan pengalaman khusus tentang ibu hamil dengan hepatitis.



1.3.2 institusi pendidikan Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi rekan-rekan mahasswa STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG program study D-III kebidanan dalam penerapan asuhan kebidanan



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian hepatitis Penyakit Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, sepertikimia, obat atau agen penyebab infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, dan hepatitis G. 2.2. rumusan masalah Hepatitis diisebabkan oleh beberapa jenis virus yang diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E, dan hepatitis G. Hepatitis juga terjadi karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis itinfeksiosa,



demam



kuning



dan



infeksi



Virus



Mumps, Virus



Rubella, Virus



Cytomegalovirus, Virus Epstein-Barr, Virus Herpes. Penyebab hepatitis non – virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan. Penyebab-penyebab tersebut antara lain : a. Infeksi



virus;



hepatitis



A,



hepatitis



B,



hepatitis



C,



hepatitis



D,



hepatitis E, hepatitis F, hepatitis G. b. Non virus ; Komplikasi dari penyakit lain, Alkohol, Obat-obatan kimia atau zat kimia, Penyakit autoimun. 2.3 Klasifikasi dan pengobatan Penyakit Hepatitis A. HEPATITIS A 1.Definisi Penyakit Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus Hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A). Penyakit Hepatitis A



disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran / tinja penderita biasanya dengan penularan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (fecal – oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Penyebaran melalui tinja / kotoran terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita. 2.Masa inkubasi Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak waktu terkespos atau terpapar terjadi, kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A. 3.Tanda dan Gejala Penderita akan mengalami gejala – gejala subyektif dan obyektif (berdasarkan pemeriksaan klinis). 



Gejala – gejala subyektif berupa lemah, letih, lesu, hilang nafsu makan, seringkali terjadi mual dan muntah yang terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas.







Gejala – gejala obyektif yang ditemukan setelah pemeriksaan adalah Demam ( suhu tubuh di atas 37,20C), mata dan kulit menjadi kuning, urin berwarna tua dan pekat, dan tinja pucat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus.



Berdasarkan stadium yang diderita Hepatitis A dibagi menjadi 3 stadium: (1) Pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan dan mual; (2) Stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik); dan (3) Stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT karena pada



hepatitis A bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama – GT dan alkali fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin. 4.Masa Pengasingan yang disarankan Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit kuning muncul. Pasien juga diharapkan menjaga kebersihan. 5.Pencegahan Sebagai usaha pencegahan, menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan teliti dan menggunakan prinsip 6 langkah diperlukan untuk meminimalisasi penyebaran mata rantai penyakit Hepatitis A. Jenis imunisasi hepatitis A dibagi menjadi : a. Imunisasi Hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix) b. Kombinasi dengan vaksin Hepatitis B (Twinrix). Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6 – 12 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah. 6.Pengobatan Penderita yang menunjukkan gejala Hepatitis A seperti minggu pertama munculnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya , diharapkan tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul seperti paracetamol sebagai penurun demam dan pusing,vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan dan obat mual.



1. HEPATITIS B 1.Definisi Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya di dunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu anggota famili



Hepadnavirus pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti halnya Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati. Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagaimacam zatkimia seperti



karbon tetraklorida,chlorpromazine,chloroform, arsen, f



osfor, dan zat-zat lain yang digunakan



sebagai obat dalam industri modern, bisa



menyebabkan Hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulitpenderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain. Di daerah Timur dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati. Mula-mula dikenal sebagai serum hepatitis dan telah menjadi epidemi padasebagian Asia danAfrika.HepatitisBtelahmenjadi endemik di Tiongko k dan berbagai negaraAsia. 2. Proses Penularan Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B. Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan lebih berisiko terkena penyakit. Proses penularan penyakit Hepatitis B dibedakan menjadi dua : a. Secara vertikal, cara penularan vertikal terjadi dari Ibu yang mengidap virus Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan. b. Secara horizontal, terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan sikat gigi secara bersama-sama (jika penderita memiliki penyakit mulut (sariawan, gusi berdarah) atau luka yang mengeluarkan darah) serta hubungan seksual



dengan penderita atau mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual). Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV. 3.Tanda dan Gejala Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B adalah demam, sakit perut dan bagian tubuh tertentu bewarna kuning (terutama pada area mata yang putih / sklera). Penderita hepatitis B kronik cenderung tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih berisiko. Pada umumnya, gejala penyakit Hepatitis B ringan. Memiliki gejala berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh. 4.Diagnosa Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. CarrierHBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan Hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN). Diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara



serologi,



pemeriksaan



yang



dianjurkan



untuk diagnosis dan



evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5). Pemeriksaan virologi, dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Pemeriksaan biokimiawi yang penting



untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktivitas kroinflamasi. Oleh karena itu pemeriksaan ini dipertimbangkan sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien dengan kadar ALT yang menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan pada ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal memiliki respon serologi yang k urang baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif. Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral. 5.Pencegahan Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B adalah pemberian vaksin atau imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian. Hal ini ditujukan terutama pada orang-orang yang berisiko tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang berprilaku sex kurang baik (ganti-ganti pasangan / homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan dokter) dan mereka yang berada di daerah rentan banyak kasus Hepatitis B. 6.Pengobatan Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi. a.Pengobatan oral yang terkenal adalah 1. Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.



2. Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal. 3. Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil. b.Pengobatan dengan injeksi / suntikan adalah 1. Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. 2. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol. 3. Selain



itu, pengobatan



tradisional dapat



dilakukan.



Tumbuhan



obat



atauherbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu pengobatan Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor, yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati, juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan produksi empedu oleh hati. 4. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu a. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza), b. Kunyit (Curcuma longa), c. Sambiloto (Andrographis paniculata), d. Meniran (Phyllanthus urinaria), e. Daun Serut/mirten, f. Jamur Kayu/lingzhi (Ganoderma lucidum),



g. Akar alang-alang (Imperata cyllindrica), h. Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa), i. Pegagan (Centella asiatica), j. Buah Kacapiring (Gardenia augusta), k. Buah Mengkudu (Morinda citrifolia), l. Jombang (Taraxacum officinale). 5. Selain itu juga ada pengobatan alternatif lain Hepatitis B seperti hijamah / bekam yang bisa menyembuhkan segala penyakit hepatitis, asal dilakukan dengan benar dan juga dengan standar medis. 7.Hasil Akhir Perawatan Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. 1. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. 2. Kedua,jika



tanggapan



kekebalan



tubuh



lemah



maka



pasien



tersebut



akan



hal



atas)



menjadi carrier inaktif. 3. Ketiga,jika



tanggapan



tubuh



bersifat intermediate (antara



dua



di



maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis. 1. HEPATITIS C 1.Definisi Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C(VHC). Infeksi virus ini menyebabkan peradangan hati atau hepatitis yang biasanya asimtomatik, tetapi hepatitis kronik yang berlanjut dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati. 2.Proses Penularan Proses penularan penyakit Hepatitis C sebanyak 80 % akibat transfusi darah dan jarum suntik yang terkontaminasi. Virus hepatitis C ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual.



Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita penyakit hati alkoholik seringkali menderita hepatitis C.Proses penularannya dapat pula melalui kontak darah serangga yang menggiti penderita lalu mengigit orang lain di sekitarnya. Hepatitis C adalah akibat dari transplantasi hati di Amerika Serikat. 3.Tanda dan Gejala Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, tetapi pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan / kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati. Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang disebutjaundice (jarang terjadi). Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan normal.Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. 4.Pencegahan Sebagai usaha pencegahan, menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan teliti dan menggunakan prinsip 6 langkah diperlukan untuk meminimalisasi penyebaran mata rantai penyakit Hepatitis C. 5. Pengobatan Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya. 1. HEPATITIS D



Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat. Hepatitis D menular melalui darah yang terinfeksi. Penyakit ini hanya timbul pada orang-orang yang telah terinfeksi dengan hepatitis B sebelumnya. Orang-orang yang berisiko terkena hepatitis D adalah pengguna obat-obatan yang sering memakai jarum suntik bersama-sama. Penderita hepatitis B juga berisiko terkena jika berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi hepatitis D, atau jika mereka tinggal dengan orang yang terinfeksi.



Untuk mencegahnya adalah dengan mencegah terkena hepatitis



B, yaitu dengan imunisasi hepatitis B; selain itu dengan menghindari terkena darah yang terinfeksi, jarum yang terkontaminasi, atau barang-barang pribadi penderita (sikat gigi, pisau cukur, gunting kuku). Hepatitis D kronik diterapi dengan interferon alfa. 1. HEPATITIS E 1. Defenisi Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di negara – negara terbelakang. Hepatitis E adalah virus hepatitis (peradangan hati) yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). HEV memiliki rute transmisi fecal-oral (kotoran ke mulut). Infeksi dengan virus ini pertama kali didokumentasikan pada tahun 1955 selama wabah di New Delhi, India. 2.Epidemiologi Insiden hepatitis E tertinggi terdapat pada remaja dan orang dewasa berusia antara 15 – 40 tahun. Meskipun anak-anak sering terkena infeksi ini juga, namun mereka jarang menunjukkan gejala. Tingkat kematian umumnya rendah, Hepatitis E biasanya akan hilang dengan sendirinya dan pasien sembuh. Namun selama durasi infeksi (biasanya beberapa minggu), penyakit ini sangat mengganggu aktivitas keseharian. Hepatitis E kadang-kadang berkembang menjadi sebuah penyakit hati akut yang parah, dan fatal pada sekitar 2% dari semua kasus. Secara klinis, penyakit ini sebanding dengan hepatitis A, tetapi pada wanita hamil penyakit ini lebih sering parah dan berhubungan dengan sindrom klinis yang disebut kegagalan hati fulminan. Wanita hamil, terutama pada trimester ketiga, mengalami tingkat kematian tinggi dari penyakit ini (sekitar 20%).



Meskipun ada satu serotipe virus ini, empat genotipe yang berbeda telah dilaporkan. Genotipe 1 dan 2 hanya terbatas pada manusia dan sering dikaitkan dengan wabah besar dan epidemi di negara-negara berkembang dengan kondisi sanitasi yang buruk. Genotipe 3 dan 4 menginfeksi manusia, babi dan spesies hewan lainnya dan telah bertanggung jawab untuk kasus-kasus sporadis hepatitis E di negara-negara berkembang dan industri. 3.Penyebaran Hepatitis E adalah lazim di kebanyakan negara berkembang, dan umum di negara manapun dengan iklim panas. Hal ini meluas di Asia Tenggara, Afrika bagian utara dan tengah, India, dan Amerika Tengah. Ini menyebar terutama melalui kontaminasi tinja pada pasokan air atau makanan; transmisi orang-ke-orang jarang ditemukan, namun bisa terjadi saat berhubungan seks oral-anus (misalnya menjilat anus). Wabah epidemi Hepatitis E paling sering terjadi setelah hujan lebat dan musim hujan karena gangguan pasokan air. Hewan peliharaan telah dilaporkan sebagai reservoir untuk virus hepatitis E, dengan beberapa survei menunjukkan angka infeksi melebihi 95% yang diantaranya berasal dari babi. Kemungkinan Ini berlaku juga jika seseorang mengkonsumsi daging babi hutan dan daging rusa mentah. Namun, tingkat penularan pada manusia melalui rute ini masih diperdebatkan para ahli. Sejumlah mamalia kecil lainnya telah diidentifikasi sebagai reservoir potensial: tikus Bandicoot lebih rendah (Bandicota bengalensis), tikus hitam (Rattus rattus brunneusculus) dan cecurut rumah Asia (Suncus murinus). Sebuah virus flu burung telah digambarkan terkait dengan gejala Hepatitis-Splenomegaly pada ayam. Virus ini secara genetis dan antigenically terkait dengan HEV mamalia dan mungkin merupakan sebuah genus baru. replikasi virus telah ditemukan dalam usus kecil, kelenjar getah bening, usus besar serta hati babi yang terinfeksi. 4.Pencegahan Perbaikan sanitasi adalah ukuran paling penting, yang terdiri dari perawatan kebersihan pada pembuangan limbah manusia; juga penting standar yang lebih tinggi untuk persediaan air masyarakat, baik prosedur kebersihan pribadi maupun persiapan makanan sanitasi.



Sebuah



vaksin,



berdasarkan



protein-protein



virus



yang



di-re-kombinasi,telah



dikembangkan dan baru-baru ini diuji dalam suatu populasi berisiko tinggi (personil militer dari negara berkembang). Vaksin tampak efektif dan aman, namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai perlindungan vaksin jangka panjang dan efektifitas biaya vaksinasi hepatitis E. 1. HEPATITIS G 1.Definisi Hepatitis G adalah penyakit inflamasi hati yang baru ditemukan. 2.Penyebab Disebabkan oleh hepatitis G virus (HGV), yang mirip dengan virus hepatitis C. Kontak dengan darah yang terinfeksi HGV. 3.Gejala Kebanyakan orang tidak memiliki gejala akut. Sebanyak 20 % dari penderita hepatitis C juga menderita hepatitis ini. 4.Diagnosa Metode yang digunakan untuk mendeteksi HGV sangat komplek untuk mengetahui adanya antibodi HGV. Namun ketika antibodi telah ditemukan, virus itu sendiri telah menghilang. 5.Pengobatan Tidak ada perawatan spesifik untuk penyakit hepatitis akut ini. Penderita harus banyak istirahat, menghindari alkohol dan makan makanan bergizi. 6.Pencegahan Hepatitis G ditularkan melalui infeksi melalui darah. Pencegahannya dengan menghindari kontak dengan darah yang terkontaminasi. Jangan gunakan jarum suntik atau peralatan lain secara bersamaan.



2.4 Hepatitis Dalam Masa Kehamilan Pada wanita hamil kemungkinan terjangkit virus Hepatitis dengan wanita tidak hamil pada wanita yang tidak hamil namun memiliki klasifikasi usia yang sama. Kelainan hepar yang mempunyai hubungan langsung dengan peristiwa kehamilan ialah 1. Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute yellow-atrophy) 2. Recurrent intra-hepatic cholestasis of pregnancy. Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung dengan peristiwa kehamilan, namun tetap memerlukan penanganan khusus, mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin. a. Hepar dalam Kehamilan Pada kehamilan, hepar ternyata tidak mengalami pembesaran. Hal ini bertentangan dengan penelitian pada binatang yang menunjukkan bahwa hepar membesar pada waktu kehamilan. Bila kehamilan sudah mencapai trimester ke III, sukar untuk melakukan palpasi pada hepar, karena hepar tertutup oleh pembesaran rahim. Oleh karena itu bila pada kehamilan trimester ke III hepar dapat dengan mudah diraba, berarti sudah terdapat kelainan-kelainan yang sangat bermakna. Perubahan-perubahan mikroskopik pada hepar akibat kehamilan adalah tidak khas. Pengaliran darah ke dalam hepar tidak mengalami perubahan, meskipun terjadi perubahan yang sangat menyolok pada sistem kardio vaskuler. Wanita hamil sering menunjukkan tanda-tanda mirip adanya penyakit – penyakit hepar, misalnya : spider naevi dan palmarerythema, yang wajar pada kehamilan, akibat meningkatnya kadar estrogen. Semua protein serum yang disintesis dalam hepar mengalami perubahan pada waktu kehamilan. Jumlah protein serum menurun sekitar 20% pada trimester II, akibat penurunan kadar albumin secara menyolok, sedangkan fibrinogen justru mengalami kenaikan.



b. Pengaruh Hepatitis Pada Kehamilan dan Janin Bila hepatitis terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejala-gejala nya akan sama dengan gejala hepatitis pada wanita tidak hamil. Meskipun gejala-gejala yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang timbul pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit. Hepatitis terjadi pada trimester III menimbulkan gejala-gejala yang lebih berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas Ibu yang sangat tinggi. Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropik disertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam acute hepatic necrosis. Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognose. Berat ringan gejala hepatitis virus pada kehamilan sangat tergantung dari keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi protein, ditambah pula meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin, menyebabkan infeksi hepatitis pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat. Pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan faktor-faktor pembekuan dan penurunan aktivitas fibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah terjadiDIC (Disseminated Intra Vascular Coagulation). Penularan virus ini pada janin terjadi dengan beberapa cara, yaitu: a. Melewati placenta b. Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan c. Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya d. Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi. 5. Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B. Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi



hepatitisvirus. Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada hepar ini, mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi secarahematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke janin atau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan. Ibu hamil yang menderita hepatitis B dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan jauh lebih besar kepada janinnya dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yang hanya merupakan carrier tanpa gejala klinik. Ibu hamil yang mengalami hepatitis B, dengan gejala yang jelas, 48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virus B antigenemia. Meskipun hepatitis virus, belum jelas pengaruhnya terhadap kelangsungan kehamilan, namun dilaporkan bahwa kelahiran prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai hepatitisvirus B. Adanya icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kern-icterus pada janin. Kem icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis virus pada janin terjadi pada waktu persalinan maka gejalagejalanya baru akan nampak dua sampai tiga bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitis pada Ibu hamil dapat menimbulkan kelainan kongenital janinnya. Pada pemeriksaan placenta, dari kehamilan yang disertai hepatitis, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero, maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya. a. Pencegahan Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulin sejumlah 0,1 cc/kg berat badan. Gamma globulin tidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis. Untuk



kehamilan berikutnya diberi jarak sekurang – kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laboratorium telah kembali normal. Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian. b. Pengobatan Pengobatan infeksi hepatitis pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Penderita harus istirahat di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat. Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingat pada hepatitis virus yang aktif dan cukup berat, mempunyai resiko untuk terjadinya perdarahan post-partum, karena menurunnya kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan pemeriksaan transaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigen secara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatan khusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain. c. Penanganan Khusus 1. Rawat inap dan tirah baring 2. Isolasi pasien, lakukan pemeriksaan serologik 3. Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein 4. Rehidrasi apabila terjadi defisit cairan akibat muntah yang d. berlebihan dan demam 1. Berikan vitamin K, glukosa dan kurkuma rhizoma 2. Evaluasi profil biofisik atau kondisi janin 3. Penatalaksanaan neonatal 4. Evaluasi sistem pembekuan darah 2.4 Kondep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Pasien Hipertensi 2.4.1 Pengertian Manajemen kebidanan adalah suatu proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori-teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk suatu pengambilan keputusan yang berfokus kepada klien (Varney, 2011).



2.4.2 Proses Asuhan Manajemen Kebidanan Manajemen kebidana menurut Varney terdiri dari 7 langkah yaitu pengumpulan data dasar, interpretasi data, mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial, identifikasi kebutuhan tindakan segera dan atau kolaborasi, merencanakan asuhan yang menyeluruh, melaksanakan perencana dan evaluasi. A. Langkah Pertama : Pengumpulan data dasar Bidan harus mencari dan menggali data maupun fakta baik yang berasal dari pasien, keluarga maupun kesehatan lainnya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri, pengumpulan data mencakup subjektif dan objektif. Data subjektif dan objektif merupakan data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya, menggunakan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. 1. Data subyektif (anamnesa) Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data tersebut tidak dapat ditentukan oleh bidan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2009) a. Identitas pasien (suami/istri) meliputi : 1. Nama : Nama jelas dan lengkap, jika perlu menggunakan nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. 2. Umur : Untuk mengetahui ibu



termasuk resiko tinggi atau tidak (umur



reproduksi sehat adalah 20-35 tahun) Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20 - 35 tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2 - 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 – 35 tahun. Dampak dari usia yang kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap remaja primigravida mempunyai resiko yang lebih besar mengalami hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun. (Manuaba, 2010) 3. Suku bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari. 4. Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa sesuai dengan keyakinannya. 5. Pendidikan : Berpengaruh dalam memberikan tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, pendidikan ibu menengah karna hanya tamatan SMA sehingga bidan dapat memberikan kongseling sesuai dengan pendidikannya.



6. Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat perkerjaan ibu, ibu dikatakan dalam kategori tingkat perkejaan, ringan, sedang atau berat. Pekerjaan dapat mempengaruhi kehamilan ini, berdasarkan hasil penelitian (Esti Nugraheny, Khlaudi Prabandani) karakteristik pekerjaan yang ditemui peneliti sebagian besar yang mengalami hipertensi yaitu ibu dengan pekerjaan sedang. Hal ini dimungkinkan walaupun pasien tidak memiliki aktivitas berat melainkan hanya aktivitas sedang tapi disertai adanya stress atau beban psikologis dapat menyebabkan peningkatan angka kejadian hipertensi (Dalimartha, 2008) 7. Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. b. Keluhan utama : merupakan alasan utama klien untuk datang ke pelayanan kesehatan dan apa-apa saja keluhan yang dirasakan ibu (Furwasyih dian, 2016). Pada kasus dengan hipertensi yang dikeluhkan meliputi sakit kepala yang menetap (Pudiastuti, 2012). Didapatkan pada kasus keluhan ibu sakit kepala dan pandangan agak kabur. c. Riwayat Menstruasi Yang perlu ditanyakan atau di kaji adalah menarche sejak umur berapa, biasanya mulai usai 12-16 tahun, siklus normal berlangsung selama beberapa hari, lamanya beberapa hari, banyaknya berapa kali mengganti duk dalam sehari, dan adanya disminorhoe atau tidak bertujuan untuk mengetahui apakah siklus menstruasi pasien normal atau tidak (Purwasih dian,2016). d. Riwayat Kehamilan dan nifas yang lalu Yang perlu dikaji adalah fisiologi jarak kehamilan dengan persalinan yang minimal 2 tahun, usia kehamilan aterm 37-40 minggu, jenis persalinan yang bertujuan untuk menentukan ukuran panggul dan adanya riwayat persalinan dengan tindakan, sehingga menunjukkan bahwa power, passage, passenger telah berkeja sama dengan baik, penyulit bertujuan untuk mengetahui penyulit persalinan yang pernah dialami oleh ibu, nifas yang lalu memungkinkan adanya keadaan lochea, laktasi berjalan dengan normal atau tidak serta keadaan anak sekarang. e. Riwayat Kontrasepsi Untuk mengetahui apakah pasien pernah menggunakan alat kontasepsi atau tidak, apa jenis kontrasepsi yang digunakan, berapa lama penggunaan kontrasepsi dan apakah ada keluhan selama pemakaian alat kontrasepsi atau tidak. Gunanya untuk mengetahui apakah alat kontrasepsi



yang digunakan



cocok atau tidak digunakan pasien. Jika alat kontrasepsi yang lama cocok dengan ibu, maka ibu dapat memakainya kembali setelah proses persalinan ibu selesai. f. Riwayat kehamilan ibu sekarang Riwayat kehamilan sekarang menurut (Purwasyih dian,2016) meliputi : 1. HPHT (hari pertama haid terakhir) untuk menentukan usia kehamilan dan TP. 2. Keluhan-keluhan umum yang terjadi pada saat kehamilan TM III. Menurut sulistyawati (2009) adalah : sering BAK, hemoroid, sembelit, sesak napas, nyeri ligamentum rotundum, perut kembung, pusing, sakit punggung atas dan bawah, dan varises pada kaki. 3. Pergerakan janin : Pada primipara biasnya sudah terasa dalam kehamilan 20 minggu dan pada multipara pada usia 16 minggu. Gunanya untuk mengkroscek dengan HPHT ibu. 4. Keluhan-keluhan yang pernah dirasakan : pengkajian ini bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan adanya tanda-tanda bahaya pada ibu hamil seperti 5 L (lesu, lemah, letih, lelah, lunglai), mual dan muntah yang terus menerus, nyeri perut, demam tinggi, sakit kepala berat, penglihatan kabur, rasa nyeri atau panas waktu BAK, rasa gatal pada vulva, vagina, dan sekitarnya, pengeluaran pervagianam, nyeri dan kemerahan pada tungkai dan bengkak pada wajah, tangan dan kaki. Pada kasus ibu dengan hipertensi biasanya megatakan keluhan seperti penglihatan kabur, sakit kepala hebat dan bengkak pada wajah, tangan , dan kaki. 5. Imunisasi : untuk mengetahui apakah imunisasi ibu lengkap ataub tidak, jika ibu tidak pernah diberikan imunisasi TT maka ibu harus diberikan paling sedikit 2 kali selama kehamilan dimulai TM II dan TM III. g. Riwayat kesehatan ibu 1. Riwayat penyakit yang pernah diderita a. Jantung : Untuk mengethaui apakah ibu pernah menderita penyakit jantung atau tidak. Pada ibu penderita penyakit jantung, ia tidak mampu memompa darah guna mencukupi kebutuhan tubuh. Padahal seiring pertambahan usia kehamilan, ibu hamil yang menderita penyakit jantung akan cepat merasa lelah meskipun istihatnya cukup. Akibatnya beban kerja jantung meningkat pada saat kontraksi rahim. Resiko yang terjadi dapat berupa serangan jantung, stroke dan hipertensi.



b. Hipertensi : Untuk mengetahui apakah ibu pernah mengidap penyakit hipertensi atau tidak sebelum kehamilan. Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kahamilan dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi



dalam



kehamilan,



dimana



komplikasi



tersebut



dapat



mengakibatkan superimpose preeclampsia dan hipertensi kronis dalam kehamilan (Manuaba, 2010) c. Ginjal : Untuk mengetahui apakah ibu mengidap penyakit ginjal atau tidak. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu hamil dapat menyebabkan hipertensi dalalm kehamilan. Hal tersebut berhubungan dengan kerusakan glomerulus yang menimbulkan gangguan filtrasi dan vasokontriksi pembuluh darah (Mulihan FA, 2012). d. DM : Untuk mengetahui apakah ibu memilki riwayat penyakit DM atau tidak. Preeklamsia cenderung terjadi pada wanita yang menderita diabetes militus karena diabetes merupakan penyakit yang dapat menjadi faktor pencetus terjadinya preeklamsia (Manuaba, 2010). Hal ini terjadi karena saat hamil, plasenta berperan untuk memenuhi semua kebutuhan janin. Pertumbuhan janin dibantu oleh hormon dari plasenta, namun hormonehormon ini juga mencegah kerja insulin dalam tubuh ibu hamil.Hal ini disebut denganresistensi insulin atau kebal insulin. Resistensi insulin mermbuat tubuh ibu hamil sulit mengatur kadar gula darah sehingga glukosa tidak dapat diubah menjadi energy dan menumpuk di dalam darah keadaan ini menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi tinngi. Preeklamsia yang terjadi pada ibu dengan diabetes melitus terjadi karena adanya peningkatan produksi deosikortikosteron (DOC) yang dihasilkan dari progesteron didalam plasma dan meningkat tajam selama trimester ketiga. Ibu dengan diabetes kehamilan terdapat peningkatan insiden hipertensi dan preeklamsia yang akan memperburuk perjalanan persalinan serta meningkatkan resiko diabetes tipe II dikemudian hari (Jurnal Kesehatan Holistik Volume 9, Nomor 3, 2015) e. Asma : untuk mengetahui apakah ibu pernah mengidap penyakit asma atau tidak. Asma pada kehamilan yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan penurunan asupan oksigen ibu, sehinnga berefek negative bagi janin. Asma yang tidak terkontrol pada kehamilan menyebabkan



komplikasi baik bagi ibu maupun janin. (OSUMC, 2005). Asma yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stress yang berlebihan bagi ibu. komplikasi asma yang tidak terkontrol bagi ibu termasuk preeklamsia, hipertensi



kehamilan,



hyperemesis



gravidarum



dan



perdarahan



pervaginam induksi kehamilan (OSUMC, 2005) f. TBC : untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat penyakit TBC sembelum hamil atau tidak. g. Epilepsi : untuk mengetahui apakah ibu memilki riwayat penyakit epilepsi atau tidak. h. PMS/IMS : Untuk mengetahui apakah ibu mengalami penyakit melular seksual atau infeksi menular sesksual atau tidak. 2. Riwayat Alergi a. Makanan : untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat alergi pada makanan atau tidak . b. Obat-obatan : untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat alergi pada obat-obatan atau tidak, tujuan agar dalam pemberian obat nanti bisa sesuai dengan tubuh ibu. 3. Riwayat operasi dinding rahim : untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat operasi dinding rahim sebelumnya atau tidak. Sebab jika ibu pernah mengalami oprerasi dinding rahim sebelumnya maka kemungkin besar untuk melahirkan anak berikutnya harus di operasi lagi. h. Riwayat kesehatan keluarga a. Riwayat penyakit keturunan 1. Jantung : Untuk mengetahui apakah keluarga ibu memiliki penyakit keturunan jantung atau tidak. Sebab jika ibu memilki riwayat keluarga yang mengidap penyakit jantung, maka berkemungkinan ibu bisa mengalami penyakit yang sama. 2. Hipertensi : untuk mengetahui apakah keluarga ibu ada riwayat hipertensi atau tidak. Jika pada keluarga ibu ada yang mengidap penyakit hipertensi maka berkemungkinan pula ibu bisa mengalami penyakit hipertensi kerna faktor genetik. 3. DM : untuk mrngetahui apakah keluarga ibu memiliki riwayat penyakit diabetes melitus atau tidak. Jika didalam keluarga ibu ada yang mengidap penyakit diabetes melitus maka ibu berkemungkinan menagalami



penyakit yang sama. Pada ibu hamil jika ada keluarga yang mengidap penyakit diabetes melitus maka ibu disarankan untuk memeriksakan kadar guladarahnya. Sebab jika ibu dikatakan positif diabetes melitus maka ibu akan mendapatkan komplikasi selama kehamilan berupa hipertensi. i. Riwayat Psikososial 1. Kehamilan direncanakan/tidak :Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah kehamilan yang ada pada ibu ini direncanakan atau tidak, karena jika kehamilan ini tidak direncanakan maka ini akan menjadi masalah pada ibu sebab jika ini kehamilan yang tidak diinginkan maka ibu tidak akan peduli dengan kehamilannya bahkan dengan janin yang sedang ia kandung. 2. Respon ibu, suami dan keluarga terhadap kehamilan: data ini diperlukan untuk mengatahui apakah ibu, suami, dan keluarga menerima kahamilan ini atau tidak. Sebab jika ibu, suami dan keluarga tidak peduli akan kehamilan ibu maka tidak ada yang akan memperhatikan ibu dalam pemenuhan nutrisinya. Ibu hamil dengan pola kebiasaan makanan yang salah maka akan dapat memicu ibu untuk mengalami hipertensi. 3. Kekhawatiran-kekhawatiran khusus : data ini diperlukan untuk mengetahui apakah ibu memiliki rasa takut atau khawatir pada kehamilan yang sekarang. Sebab jika ibu terlalu stress akan kehamilannya maka itu akan memicu terjadinya hipertensi. Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya apakah baik atau tidak serta apakah ibu mengalami kekhawatiran ibu dalam menghadapi persalinannya. j. Riwayat Pernikahan Data ini diperlukan untuk mengetahui pada umur berapa ibu menikah dan lamanya ibu baru hamil setelah menikah, yang bertujuan apakah ibu memiliki factor resiko dalam kehamilannya yang sekarang atau tidak. k. Kebiasaan hidup sehari-hari 1. Pola makan dan minum : untuk mengetahui apakah ada peubahan pola makan ibu pada saat sebelum hamil dan setelah hamil. Biasanya pada kehamilan trimester III ibu mengalami kesulitan untuk makan. Ibu cepat kenyang walaupun hanya makan sedikit. Hal ini



disebabkan oleh



pembesaran perut yang semakin besar sesuai dengan usia kehamilannya.



2. Pola eliminasi : untuk mengetahui apakah ada kelainan atau tidak. Biasanya pada kehamilan trimester III ibu mengalami sering kencing. Hal ini disebabkan oleh penekan pada kandung kemih oleh kepala janin sehingga ibu merasa ingin selalu berkemih. 3. Pola istirahat : Pola istirahat/tidur yang cukup ialah 8 jam/hari. Siang hari 1-2 jam dan malam hari 6-7 jam. Gunanya untuk mengetahui apakah pola istirahat ibu sudah benar dan cukup atau tidak. Biasanya pada kehamilan TM III ibu mengalami kesulitan tidur karna ibu susah untuk menentukan posisi yang nyaman bagi ibu. 4. Hubungan seksual : Untuk mengetahui pasien mengalami gangguan seperti nyeri dan keluar cairan pervaginam dalam hubungan atau tidak selama kehamilan. 2. Data Objektif Menurut (Sulistyawati 2009) untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosis, kita harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang secara berurutan. Langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan umum a. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan umum ibu tampak sehat atau tidak. b. Kesadaran : untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu, composmentis (sadar penuh), apatis (sadar tetapi kurang memberikan respon), somnolen (keadaan mengantuk), spoor (tidak sadar total). c. Tekanan darah : untuk mengatahui factor resiko hipertensi atau hipotensi. Batas normal 120/80 - ≤ 140/90 mmHg (Prawirohardjo, 2008). Pada kasus ibu hamil dikatakan bila tekanan darah tinggi 140/90 mmHg di ukur sekurang-kurangnya dua kali dengan perbedaan 6 jam (Manuaba, 2008) d. Suhu : untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak. Batas suhu normal tubuh yaitu 36,5◦ - 37,5◦. e. Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas normal berkisar 60 - 100 x/menit. f. Respirasi : untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang dihitung dalam menit, respirasi normal dewasa 16-24 kali/menit.



g. Tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari 145 cm atau tidak, termasuk resti atau tidak. h. Berat badan : penambahan berat badan rata-ratab 2 kg tiap bulan sesudah kehamilan 20 minggu da nada penurunan berat badan dalam bulan terakhir dianggap sebagai suatu tanda yang baik (Wiknjosastro 2007). i. LILA : untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu 23,5 atau tidak. 2. Pemeriksaan Khusus a. Inspeksi Insfeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk menilai pembesaran perut sesuai atau tidaknya dengan usia kehamilan, bentuk perut membesar kedepan atau kesamping (Alimul, 2008) 1. Kepala : untuk mengetahui bagaimana keadaan kulit kepala rambut untuk menilai warna kelembaban dan krateristik lainnya. 2. Rambut : untuk mengetahui apakah bersih,



tidak rontok dan tidak



berketombe. 3. Muka : untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada oedema atau tidak. Pada kasus terlihat muka tidak pucat dan tidak ada oedema (Manuaba, 2010) 4. Mata : untuk mengetahui konjungtiva berwarna merah muda atau tidak, sklera berwarna putih atau tidak. 5. Mulut : untuk mengetahui bersih atau tidak, ada stomatitis atau tidak 6. Gigi : untuk mengetahui ada caries atau tidak 7. Leher : untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar tyroid. 8. Payudara : untuk mengetahui payudara semetris atau tidak, areola mamae mengalami hiperpigmentasi atau tidak, papilla mamae menonjol atau tidak,kolostrum sudah keluar atau tidak. 9. Abdomen : untuk mengetahui apakah ada bekas luka operasi, pembesaran perut sesui dengan usia kehamilan atau tidak striae dan linea alba ada atau tidak. 10. Genetalia : untuk mengetahui apakah ada kemerahan atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, ada verises atau tidak, ada oedema atau tidak. 11. Ekstremitas : untuk mengetahui oedema atau tidak, varises atau tidak, reflek



patella untuk mengetahui reflek saraf kaki +/- , betis merah,



lembek atau keras (Saifuddin, 2010). Pada kasus hipertensi faktor terjadinya hipertensi adalah karena bendungan vena akibat multigravida akibat infeksi (Manuaba, 2010). b. Palpasi Palpasi dilakukan untuk menetukan besarnya rahim dengan menetukan usia kehamilan serta menetukan letak anak dalam rahim. Pemeriksaan secara palpasi dilakukan dengan mengunakan metode leopold (Manuaba, 2010). Leopold I : untuk menentukan TFU dan apa yang terdapat dibagian fundus dan kemungkinan teraba kepala,bokong, atau lainnya, normalnya fundus teraba agak bundar, tidak melenting, lunak yang kemungkinan adalah bokong janin. Leopold II : untuk menentukan dimana letak punggung janin dan bagianbagian kecilnya. Pada dinding perut ibu sebelah kiri maupun kanan kemungkinan teraba punggung, anggota gerak, bokong atau kepala. Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat dibagian bawah perut ibu dan apakah bagian terbawah janin sudah masuk PAP atau belum, dan normalnya pada bagian bawah perut ibu adalah kepala. Pada kehamilan TM III pada ibu multipara pada bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan kepala masih dapat digoyangkan yang artinya kepala masih belum masuk PAP. Sedangkan, pada ibu primipara kepala sebagian kecil sudah masuk PAP. Leopold IV : untuk menentukan seberapa jauh masuknya bagian terbawah janin ke dalam rongga panggul dan dilakukan pelimaan untuk menentukan seberapa masuknya ke PAP, sedangkan ibu primipara kepala sebagian kecil sudah msuak PAP. c. Auskultasi Untuk mendengarkan DJJ dengan frekuensi normal 120-160 kali/menit, irama teratur atau tidak, intensitas kuat, sedang, atau lemah. d. Perkusi Untuk mengetahui reflek patella kira dan kanan positif atau tidak, yang berkaitan dengan kurangnya vitamin b atau penyakit saraf. e. Pemeriksaan TBBJ Dengan menggunakan rumus (TFU dalam cm- n) x 155 yang bertujuan untuk mengetahui tafsiran berat badan janin normal atau tidak. N = posisi kepala



berada di bawah panggul bagian mana. Bila kepala diatas atau pada spina iskiadika maka n= 13. Bila kepala sudah berada dispina iskiadika maka n= 12. Bila kepala sudah berada dibawah spina iskiadika maka n=11. f. Pemeriksaan panggul luar Yang diukur adalah distansia spinarum : jarak antara kedua spina iliaka kiri dan kanan: 24-26 cm. Distansia cristarum : jarak antara kedua crista iliaka kiri dan kanan : 28-30 cm. conjugate eksterna : 18-20 cm. lingkaran panggul :80-90 cm. pada ibu multipara ukuran panggul luar dikatakan normal menurut persalinan yang lalu jika, ibu melahirkan secara normal/pervaginam, anak dengan berat ≥ 3000 gr, usia kehamilan aterm, melahirkan anak hidup, dan ibu tidak mengalami kesulitan dalam proses persalinan terdahulunya. g. Pemeriksaan penunjang 1. Menurut (manuaba 2007) tingkatan kadar HB normal pada ibu hamil adalah : Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia Hb ≥ 9-10 gr% : anemia ringan Hb ≥ 7-8 gr% : anemia sedang Hb ≤ 7 gr% : anemia sedang 2. Urine, untuk mengetahui apakah ada protein urine dan glukosa urine. B. Langkah Kedua : Interpretasi Data Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar diatas data yang telah dikumpulkan yaitu dengan diagnose kebidanan. Pada ibu hamil dengan hipertensi adalah sebagai berikut: (Salmah, 2010) Diagnose, (menurut Salmah 2010) diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan. 1. Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi nomenklatur diagnosa kebidanan (Salmah, 2006) Ny.. G..P..A..H.. usia kehamilan…minggu, janin hidup/mati tunggal/kembar, intra/ekstra uteri, letak memanjang/melintang, presentasi kepala/bokong, keadaan jalan lahir, KU ibu dan janin.. dengan hipertensi. Data dasar : a. Data Subyektif



Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, data tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2008). Data subyektif pada ibu hamil dengan hipertensi menurut (Rukiyah, 2010) : a) HPHT (hari pertama haid terakhir) b) Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke… c) Ibu mengatakan sering pusing d) Ibu mengatakan pandangan kabur b. Data Objektif Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2009) Data objektif pada ibu hamil dengan hipertensi meliputi : a) HPL ( hari perkiraan lahir) b) Keadaan umum ibu dan vital (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi) c) Leopold I : untuk mengetahui TFU dan bagian apakah yang terdapat di fundus. d) Leopold II : untuk mengetahui bagian punggung janin berada disebelah kanan atau kiri perut ibu. e) Leopold III : untuk mengetahui bagian terbawah perut ibu. f) Leopold IV : untuk menentukan seberapa jauh kepala janin masuk PAP.



2. Masalah Hal – hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai



diagnosa. Masalah yang terjadi pada ibu hamil



dengan hipertensi meliputi : pandangan mata kabur dan sering pusing (Dian, 2012) 3. Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi di dalam diagnose dan masalah. Kebutuhan pada ibu hamil dengan hipertensi adalah diet tinggi protein dan rendah garam Dian, 2012) menpenjelasan tentang penyebab terjadinya hipertensi tujuannya agar ibu tidak cemas dan memberikan perencanaan untuk mengurangi kecemasan dan ketidaknyamanan ibu tersebut.



C. Langkah Ketiga : Diagnosa potensial Pada langkah ini mengidentikasi masalah potensial dan diagnose potensial berdasarkan diagnose atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ini bidan dituntut untuk mampu mengatasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnose potensial tidak terjadi. Diagnosa yang mengkin terjadi pada ibu hamil dengan hipertensi adalah pertumbuhan janin terhambat (IUGR), kematian janin, persalinan prematur, solusio plasenta dan pre eklamsia . Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. D. Langkah Keempat : Antisipasi Tindakan Segera Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Pada tahap ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Tindakan segera untuk ibu dengan hipertensi melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn untuk memberikan terapi obat antihipertensi (Puji, 2012)



E. Langkah Kelima : Perencanaan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh oleh langkah-langkah sebelumnya atau diagnose yang telah diidentifikasi atau indikasi. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. 1. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG 2. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilaksanakan tindakan operasi 3. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga 4. Melakukan persiapan pre operasi 5. Pemantauan TTV dan DJJ



F. Langkah Keenam : Implementasi Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien dan aman. Rencana asuhan menyeluruh seperti apa yang telah direncanakan, dilaksanakan secara efisien dan aman biasanya dilaksanakan oleh bidan, sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga 2. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG tentang tindakan SC 3. Memberitahukan keluarga pasien bahwa akan dilaksanakan tindakan operasi dan meminta keluarga untuk menandatangani surat persetujuan tindakan medis sebelum dilakukannya tindakan operasi. 4. Melakukan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga dengan cara meyakinkan ibu dan keluarga bahwa perawatan medis yang ditangani oleh dokter akan lebih baik karena peralatan dan sarana dan prasarana yang tersedia juga komplit dan memadai sehingga komplikasi yang mungkin akan terjadi pada ibu dan janin dapat di tangani, selain itu menyarankan keluarga untuk tetap tenang dan selalu mendukung ibu dengan cara berdoa. 5. Melakukan persiapan pre operasi a. Pasien dipuasakan b. Mencukur rambut kemaluan (vibriding) c. Memasang infus RL 20 tetes/menit d. Ceftriaxsone 2x1 gr IV (Skin test) e. Nifedipine 3x10 gram f. Pasang kateter g. Persiapan bersalin seperti kain, softek dan gurita ibu 6. Pemantauan TTV dan DJJ



G. Langkah Ketujuh : Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Sulistyawati, 2009)



BAB III TIJAUAN KASUS MANAGEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NY. “R” G6P5A0H5 USIA KEHAMILAN 35-36 MINGGU DENGAN HEPATITIS DIPUSKESMAS NANGGALO TANGGAL 25 SEPTEMBER 2018 I.



PENGKAJIAN



Tanggal masuk



: 30 Oktober 2017



Jam masuk



: 11.00 WIB



Tanggal masuk Ruang OK



: 30 Oktober 2017



Jam masuk Ruang OK



: 18.00 WIB



Jam Pengkajian



: 11.00 WIB



No. MR



: 2409XX



A. IDENTITAS / BIODATA Nama ibu : Ny. R



Nama suami : Tn. M



Umur



: 37 tahun



Umur



: 35 tahun



Agama



: Islam



Agama



: Islam



Suku



: Minang



Suku



: Minang



Bangsa



: Indonesia



Bangsa



: Indonesia



Pendidikan : SMA



Pendidikan



: S1



Pekerjaan : IRT



Pekerjaan



: PNS



Alamat



: nanggalo siteba padang



Alamat



: nanggalo siteba padang



No. HP



: 08238356xxxx



No. HP



: 08127788xxxx



Keluarga terdekat yang bisa dihubungi : Nama



: Ny. P



Umur



: 42 tahun



Alamat



: nanggalo siteba padang



No. HP



: 08238562xxxx



B. DATA SUBJEKTIF 1. Keluhan utama



Ny r datang kepuskesmas inggin memeriksakan kehamilannya,ibu mengatakan ini kehamilan yang ke enam dan inggin kontrol ulang kehamilan 2. Riwayat Menstruasi a. Menarche



: 14 tahun



b. Haid



: Teratur Siklus



: Ya : 28 hari



c. Disminorea



: Tidak ada



d. Warna



: Merah kehitaman



e. Bentuk perdarahan/haid : Encer f. Flour albus



: Tidak ada



3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu No



Tgl



Usia



Jenis



Tem



Komplikasi



Penol



Bayi



lahir



keha



persal



pat



Ibu



ong



PB/BB/



Kea



Loche



/um



milan



inan



pers



JK



daan



a



50cm/



Baik



Baik



Lancar



Baik



Baik



Lancar



Baik



Baik



Lancar



Baik



Baik



Lancar



Baik



Baik



Lancar



ur



Bayi



Nifas Laktasi



alina n



1.



10 th Aterm Spont



BPS



an



Tdk



Tdk



ada



ada



Bidan



3800gr/ P



2.



6 th



aterm



sponta BPS



Tdk



Tdk



Dokte



49cm/



n



ada



ada



r



3500gr/ P



3.



4 th



aterm



sponta BPS



Tdk



Tdk



n



ada



ada



Bidan



49cm/ 3500gr/ LK



4



3 th



aterm



sponta BPS



Tdk



Tdk



n



ada



ada



Bidan



50cm/ 3400gr/ p



5



2th



aterm



sponta BPS



Tdk



Tdk



n



ada



ada



Bidan



49cm/ 3600gr/



p 6



ini



4. Riwayat kontrasepsi yang pernah digunakan : Pil Keluhan



: Tidak ada



5. Riwayat kehamilan sekarang a. HPHT



: 23-01-2018



b. TP



: 30-10-2018



c. Keluhan – keluhan



:



Trimester



Keluhan / masalah



Tindakan / terapi



Trimester 1



Mual muntah



Makan sedikit tapi sering



Trimester 2



Tidak ada



Tidak ada



Trimester 3



Tidak ada



Tidak ada



d. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir



: ±24 kali/menit



e. Riwayat ANC Kunjungan



: 10 kali



Tempat Pelayanan



: Puskesmas



6. Riwayat Kesehatan Ibu a. Riwayat penyakit yang pernah diderita



: Tidak ada



b. Riwayat alergi Jenis makanan



: Tidak ada



Jenis obatan



: Tidak ada



c. Riwayat transfusi darah



: Tidak ada



d. Riwayat operasi yang pernah dialami



: Ada



e. Riwayat pernah mengalami gangguan jiwa



: Tidak ada



7. Riwayat kesehatan keluarga a. Riwayat penyakit menular



: Tidak ada



b. Riwayat keturunan kembar



: Tidak ada



8. Riwayat perkawinan Status perkawinan



: Kawin



Menikah umur



: 22 tahun



Lama menikah



: 10 tahun



Setelah menikah berapa lama baru hamil



: 3 bulan



9. Kebiasaan hidup sehari – hari a. Makan dan minum terakhir Makan



: 25-09-2018



Minum



: 25-09-2018



Pukul



: 08.00 WIB



Pukul



: 08.00 WIB



Macam



: Nasi



Macam



: Air mineral



Jumlah



: 1 Piring



Jumlah



: 2 gelas



Keluhan



: Tidak ada



Keluhan



: Tidak ada



BAK



: 25-09-2018



BAB



: 25-09-2018



Pukul



: 10.00 WIB



Pukul



: 06.00 WIB



Warna



: Kuning jernih



Warna



: Kuning coklat



Jumlah



: ± 100 cc



Konsistensi



: Lembek



b. Eliminasi terakhir



c. Istirahat dan tidur Istirahat siang



: ± 2 jam



Istirahat malam



: ± 7-8 jam



C. DATA OBJEKTIF 1. PEMERIKSAAN UMUM Keadaan umum



: Baik



Berat Badan Sebelum Hamil



: 49 kg



Berat Badan Sekarang



: 59 kg



Tinggi Badan



: 154 cm



Lingkar Lengan Atas (LILA)



: 26 cm



2. TANDA – TANDA VITAL Tekanan Darah



: 110/70 mmHg



Nadi



: 88 kali/menit



Pernafasan



: 20 kali/menit



Suhu



: 36,6 ºC



3. PEMERIKSAAN FISIK a. Wajah



: Tidak pucat



b. Chloasma Gravidarum



: Tidak ada



c. Kelopak Mata



: Tidak oedema



d. Konjungtiva



: Merah muda



e. Sclera



: Putih



f. Leher



: Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan kelenjar tyroid



g. Dada dan Payudara



: Simetris



h. Colostrum



: Ada



4. PEMERIKSAAN ABDOMEN a. INSPEKSI Linea alba



: Ada



Striae



: Tidak Ada



Bekas Luka Operasi



: Ada



b. PEMESARAN PERUT



: Sesuai usia kehamilan



c. TERLIHAT GERAKAN ANAK : Ya d. PALPASI Leopold I



: TFU setinggi bundar,



lunak



PX, bagian fundus teraba dan



tidak



melenting



kemungkinan bokong janin. Leopold II



: Pada perut ibu sebelah kanan teraba keras, memapan



dan



memanjang



kemungkinan



punggung janin. Bagian kiri perut ibu teraba tonjolan-tonjolan



kecil



kemungkinan



ekstremitas janin Leopold III



: Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan masih bisa digoyangkan kemungkinan kepala janin, kepala belum masuk PAP.



Leopold IV



: belum dilakukan



Mc. Donald



: 32 cm



TBBJ



: 2.945 gram



e. AUSKULTASI DJJ



: Positif (+)



Frekuensi



: 145 kali/menit



Intensitas



: Kuat



5. EKSTREMITAS ATAS DAN BAWAH Oedema Tangan dan Jari



: Tidak ada



Oedema Tibia / Kaki



: Tidak ada



Betis Merah/ Lembek/ Keras : Tidak ada Varises Tungkai



: Tidak ada



Reflek



: Ada



6. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. LABORATORIUM



:



HB



: 10,5 gram %



Protein Urine



: Negatif (-)



Glukosa Urine



: Negatif (-)



HBsAG



: positif



b. USG/CTG



: Ada



c. RADIOLOGI



: Tidak dilakukan



BAB IV PEMBAHASAN KASUS



Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny “R“ umur 37 tahun dengan Hepatitis. Pembahasan ini disusun berdasarkan teori dari asuhan yang nyata dengan asuhan kebidanan yang terdiri dari 7 langkah Varney : 4.1 Pengumpulan Data Hepatitis dapat dipengaruhi oleh faktor perilaku yang beresiko,sejumlah perilaku tertentu dapat menjadi faktor resiko hepatitis meliputi jarum suntik dengan orang lain bisa membuat ibu terpapar darah yang terinfksi,mendrita HIV juga menjadi salah satu faktor terjadinya penyakit hepatitis (Diman Angsar. 2014) Pada teori riwayat kesehatan ibu, penyakit yang harus ditanya seperti hepatitis, diabetes militus, jantung dan ginjal. Riwayat hepatitis kronis yang dialami selama kahamilan dapat meningkatkan resiko terjadinya hepatitis dalam kehamilan, dimana komplikasi tersebut dapat mengakibatkan dampak yang besar saat hamil baik itu pada kesehatan ibu dan janin (Diman Angsar. 2014) Ibu hamil yang menderita penyakit ginjal dapat menyebabkan hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut berhubungan dengan kerusakan glomerulus yang menimbulkan gangguan filtrasi dan vasokontriksi pembuluh darah (Mulihan FA, 2012). Sementara pada kasus Ny “Y” ibu mengatakan tidak ada memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, jantung, ginjal, dan diabetes melitus, dimana dari riwayat kesehatan ibu, ibu tidak berisiko mengalami hipertensi. Menurut teori pada ibu hamil status gravida harus ditanya apakah ibu primigravida atau multigravida. Pada ibu primigravida sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi pada primigravida menyebabkan peningkatan pelepasan corticotropic-releasing hormone (CHS) oleh hipotalamus, yang kemudian meyebabkan peningkatan kotisol. Efek kotisol adalah mempersiapkan tubuh untuk berespon terhadap semua stressor dengan meningkatkan respon simpatis, termasuk respon yang ditujukan untuk meningkatkan tekanan darah (Cormin, 2010). Hipertensi pada kehamilan terjadi akibat kombinasi peningkatan curah jantung dan resistensi perifer drastis. Sementara pada kasus Ny “Y” ibu mengatakan ini adalah kehamilan ketiga, berdasarkan dari tinjauan teori dapat disimpulkan bahwa ibu tidak berisiko mengalami hipertensi.



Pada kasus Ny D mengalami keluhan pusing dan penglihatan kabur. Menurut (Mansjoer,



2010)



Ketidakseimbangan



atau



disequilibrium,



yang



juga



disebut



ketidakmantapan, ketidakstabilan, dan inkoordinasi, tanpa vertigo merupakan ‘dizziness’. Pasien sering mengeluh pusing untuk menyatakan pasien tidak seimbang sewaktu berdiri atau berjalan. Pusing merupakan menifestasi berbagai gangguan atau penyakit. Oleh sebab itu pusing harus dievaluasi secara sistematis dan komprehensif atau mencari penyebab yang mendasarinya



yang disebabkan oleh



anemia, hipotensi, hipertensi dan lain



sebagainya. Hipertensi menyebabkan penyempitan arteriol fokal dan rusaknya sawar darah retina yang menyebabkan munculnya tanda kebocoran vaskuler. Ini terutama terlihat bila hipertensi bukan disebabkan oleh penyakit ginjal. Pasien sering mengeluh penglihatan kabur dan hilangnya penglihatan temporer (James, 2006). 4.2 Interpretasi Data Pada kasus ibu G6P5A1H4.usia kehamilan 35-36 minggu, janin hidup, tunggal, intra uterin, let-kep, keadaan jalan lahir normal, KU ibu dan janin baik dengan hepatitis. Dasar ditegakkan diagnosa adalah sebagai berikut : hidup atau tidak, untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu mencari tanda-tanda pasti hamil antara lain : mendengar bunyi jantung janin, melihat, meraba, dan mendengar pergerakan janin oleh pemeriksa. Tuanya kehamilan dapat diduga dari HPHT, dan tinggi fundus uteri, dari besarnya janin, dan saat mulai terasa pergerakan janin, normal berdasarkan persalinan yang lalu, dari saat mulainya terdengar bunyi jantung janin. letak intrauterin atau ekstrauterin, tanda-tanda bahwa anak ada didalam rahim adalah waktu meraba janin uterus berkontraksi. Letak janin dalam rahim, letak janin sangat penting berhubungan dengan prognosa persalinan. Beberapa letak seperti letak lintang dan letak sungsang tidak dapat lahir spontan. Hepatitis untuk menjawab pertanyaan ini dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan HBsAG, apabila hasil yang didapatkan positif. Nilai tersebut diukur sekurangkurangnya 2 kali dengan perbedaan waktu 6 bulan dari waktu pemeriksaan pertama.hal ini dilakukan untuk menentukan infeksi sudah sembuh atau malah bersifat kronis.tetapi jika pad (Manuaba, 2008). 6 bulan berikutnya hasil pemeriksaan negatif maka ia dinyatakan sembuh. 4.3 Diagnosa Potensial Pada teori ditemukan diagnosa potensial pada ibu hamil dengan hepatitis yaitu Preeklamsia. J.Whitridge Williams,1930 melaporkan dan mengemukakan hipotesis tentang hepatitis pada kehamilan yang menyatakan bahwa terdapat “toksin” yang menyebabkan terjadinya gejala hepatitis



Berdasarkan dari kasus Ny “R” tidak ditemukan diagnosa potensial karena penulis telah melakukan asuhan yang adekuat pada Ny “R”. 4.4 Tindakan Segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan tenaga kesehatan dikonsultasikan tau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manejemen kebidanan. Jadi manejemen bukan hanya asuhan primer periodik atau kunjungan prinatal saja tapi selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus misalnya, pada waktu wanita dalam persalinan. Pada kasus Ny ”R” untuk tindakan segera pada kasus dilakukan kolaborasi oleh bidan dengan dokter. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa antara tinjauan teori dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan. 4.5 Perencanaan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manejemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada data ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien dan dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya. Dengan kata lain asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencangkupi semua hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan asuhan kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dari teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien. 1. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG 2. Memberitahu keluarga pasien bahwa akan dilaksanakan tindakan operasi 3. Memberikan dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga 4. Melakukan persiapan pre operasi 5. Pemantauan TTV dan DJJ Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan.



4.6 Penatalaksanaan Rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di uraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanan ini bisa dilakukan seluruh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya. Walaupun bidan tidak melakukan sendiri bidan tetap bertanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana. 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaanan ibu dan janin dalam batas normal. 2. Menjelaskan kepada ibu untuk melakukan diet tinggi kalori seperti mengkosumsi ayam,alpokat,tetapi tidak selalu mengkosumsi makanan itu secara terus menerus,misalnya diganti dengan mengkosumsi telur rebus,daging sapi tanpa lemak,susu rendah lemak,selainan alpukat ada beberapa buah seperti (pisang,apel dan kiwia),dan diet rendah lemak seperti atau atur pola makan yaitu gunakan minyak zaitun,minyak kedelai,minyak kacang tanah,kmudia perbanyak makan sayur dan buah yang lebih segar,proses memasaknya harus dengan dikukus,direbus,memangang dan hindari dengan cara digoreng. 3. Menjelaskan kebutuhan istirahat total,seperti siang 1-2 jam dan malam 7-8 jam,aktifitas sdikit dapat mengurangi kerja hepar. 4. Melakukan kolaborasi denga dokter dan tenaga medis lainnya, dalam memberikan terapi tindakan dan pemeriksaan loboratorium ulang. Pada kasus rencana tindakan yang sudah dibuat pada Ny ”R” sudah dilaksanakan seluruhnya dengan demikian apa yang dijelaskan di tinjaun teori dan yang ditemukan di studi kasus tidak ada kesenjangan. 4.7 Evaluasi Pada langkah ketujuh ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif dan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses menajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang lagi dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manejemen yang tidak efektif serta melakukan penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut. Pada kasus Ny ”R” hasil evaluasi yang penulis dapatkan tercapai seluruh perencanaan tindakan dengan demikian apa yang dijelaskan pada tinjauan teori dan yang ditemukan di studi kasus tidak ada kesenjangan.



BAB V PENUTUP 4.1 Kesimpulan Hepatitis di sebabkan oleh virus dan merupakan penyakit hati yang paling sering di jumpai dalam kehamilan. Pada wanita hamil, peniyebab hepatitis terutama oleh virus hepatitis B walau kemungkinan juga dapat karena virus hepatitis A atau C . hepatitis juga dapat terjadi pula setiap saat kehamilan dan mempunyai pengaruh buruk pada janin maupun ibunya. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis. Pada trimester I dapat terjadi keguguran pada trimester II dan III sering terjadi premature . adapun beberapa jenis virus hepatitis A, B, C, D, E, dan G. 4.2 Saran 1. Penulis Diharapkan menjadi koreksi diri dan juga bisa menjadi koreksi tentang pembuatan makalah yang benar 2. Pembaca Diharapkan pembaca memahami tentang penyakit hepatitis pada ibu hamil dan persalinan.



DAFTAR PUSTAKA 1. Marmi, dkk.2013, Asuhan kebidanan patologi, 2012. Yogyakarta.Pustaka Pelajar 2. Diman Angsar. 2014. Hepatitis virus pada kehamilan. Jakarta : Cermin Dania Kedokteran. 3. Hans Tandra, Widawati Soemarto. 2013. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. 4. Oswari, 2015. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru.