Makalah Individu, Kelompok Dan Kelembagaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MATERI PEMBELAJARAN IPS SD INDIVIDU, KELOMPOK, DAN KELEMBAGAAN



DISUSUN OLEH : -----------------------------NIM : 000 000 000



UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ 50 SAMARINDA 2011



KATA PENGANTAR



Segala puji dan syukur, penyusun panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan rahmanNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Harapan saya sebagai penyusun adalah bahwa makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan atau keintelektualan kita tentang berbagai hal yang ada di dunia ini. Penulis menyadari, tanpa bantuan dari berbagai pihak, rasanya mustahil dan sungguh terasa sangat berat untuk bisa menyelesaikan makalah ini. Karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan kontribusinya kepada saya dalam proses pembuatan makalah ini. Semoga kita semua dapat menarik manfaat dari isi makalah ini. Apabila



dalam



penyajian



makalah



saya



ini



terdapat



kesalahan dan kekurangan saya mohon maaf dan saya menunggu kritik dan saran dari pembaca sehingga dapat memperbaiki kesalahan yang ada.



Tanjung Redeb,



Nopember 2011



Penyusun



ii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL................................................................................................i KATA PENGANTAR........................................................................ii DAFTAR ISI...................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN...................................................................1 A. Latar Belakang..................................................................1 B. Tujuan...............................................................................4 C. Metode Penulisan..............................................................4 BAB II PEMBAHASAN....................................................................5 A. Individu Sebagai Makhluk Sosial.......................................5 B. Kelompok Sosial................................................................5 C. Macam – Macam Kelompok Sosial.....................................6 D. Individu Dan Pelapisan Sosial..........................................14 E. Kelembagaan ( Social Institutes ).....................................17 F. Bagaimana Lembaga Kemasyarakatan Terbentuk............18 G. Ciri Lembaga Kemasyarakatan........................................19 H. Tipe – Tipe Lembaga Kemasyarakatan.............................19 I. Social Control ( Sistem Pengendalian Sosial )...................20 BAB III PENUTUP.......................................................................23 A. Kesimpulan......................................................................23 B. Saran...............................................................................23 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................24



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia



individu



manakala



unsur-unsur



tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya. Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik



yang



khas



dari



seseorang.



Istilah



lingkungan



1



merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar. Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus. Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu



hidup



bersama



dengan



manusia



lainnya.



Dorongan



masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia



akan



selalu



bermasyarakat



dalam



kehidupannya.



Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.



2



Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu: a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial. b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain. c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengahtengah manusia. Bersamaan



dengan



proses



berkembangnya



suatu



masyarakat, maka muncullah dorongan dari warga masyarakat untuk mengatur dan mengembangkan kehidupannya agar terjadi pola hubungan yang lebih harmonis. Dorongan-dorongan ini mengakibatkan terbentuknya lembaga sosial untuk mewujudkan keteraturan sosial dalam masyarakat. Kelompok pada awalnya terbentuk



melalui



berekrumunan.



berkumpulnya



Kerumunan



kelompok-kelompokkan persamaan



kepentingan,



itu



sejumlah



pun



didalamnya persamaan



orang



berkembang



telah



menjadi



tumbuh



senasib,



yang ikatan



persepsi



atau



tujuan. Dalam kelompok tersebut, akan terjadi hubungan timbal balik antara setiap anggotanya dan akan ada norma-norma yang mereka buat dan mereka taati bersama. Kumpulan orang atau kerumunan



dapat



berubah



menjadi



kelompok



apabila



ada



interaksi di antara orang-orang yang ada di dalam kerumunan tersebut dan ada ikatan emosional sebagai pernyataan bersama. Selain itu, di dalam kerumunan tersebut telah berkembang tujuan



3



atau kepentingan bersama, kepemimpinan yang dipatuhi, dan ada norma yang diakui dan diikuti oleh mereka yang terlibat didalamnya.



B. Tujuan Tujuan



dari



penulisan



makalah



ini



adalah



untuk



memberikan wawasan terhadap mahasiswa tentang individu, kelompok,



dan



kelembagaan.



Berbicara



tentang



ketiga



hal



tersebut, mungkin dirasa tidak cukup untuk membahasnya secara mendalam, namun penulis aka mengangkat beberapa hal yang mendasar



tentang



ketiga



hal



tersebut



sehingga



nantinya



diharapkan dapat memberikan sekilas gambaran kepada para pembaca.



C. Metode Penulisan Dalam penulisan makalah manusia dan lingkungan ini tim penulis



menggunakan



menggunakan



media



metode



pustaka



dan



kajian



pustaka



berbagai



sumber



dengan media



elektronik dalam hal ini internet yang dewasa ini berkembang dengan pesatnya.



4



BAB II PEMBAHASAN



A. Individu Sebagai Makhluk Sosial Manusia



adalah



makhluk



individu



yang



tidak



dapat



melepaskan diri dari hubungan dengan sesama makhluk lain. berbeda dengan makhluk lainnya, seperti hewan misalnya. Tanpa manusia lain manusia akan mati. Sejak dilahirkan manusia individu yang membutuhkan individu lainnya. Vritman ( 1962 : 112 ) menyatakan adalah “ bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak dilahirkan dengan kecakapan untuk “immedate adaption to environment” atau kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan segera terhadap lingkungannya. Naluri



manusia



untuk



selalu



berhubungan



dengan



sesamanya ini dilandasi oleh alasan – alasan sebagai berikut : 1. Keinginan manusia untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya ( masyarakat ). 2. Keinginan untuk menjadi dengan alam sekelilingnya. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan yang lainnya disebut sebagai gregariousness. oleh karena itu manusia juga disebut social animal, yaitu hewan sosial yang mempunyai naluri hidup bersama. B. Kelompok Sosial Untuk



dikatakan



sebagai



kelompok



sosial



terdapat



persyaratan yang dikemukakan Soekanto (1982:111) sebagai berikut : 1. Adanya kesadaran dari anggota kelompok tersebut 2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota satu dengan yang lain 5



3. Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok yang bersangkutan 4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku C. Macam – Macam Kelompok Sosial 1. Klasifikasi Tipe – Tipe Kelompok Sosial Mac Iver dan Page (1957:124) menggolongkan kelompok sosial dalam beberapa sudut pandang dengan berdasarkan pada berbagai kriteia (ukuran). Sementara simmel dalam sistematik sociati mendasarkan pengelompokam pada besar kecilnya jumlah anggota. Ukuran lain dalam klasifikasi kelompok sosial adalah berdasarkan



derajat



interaksi



sosial



pada



kelompok



yang



bersangkutan. Dalam pendekatan sosiolog mendasarkan pada anggota – anggotanya (face to face groupings). Contohnya : Keluarga, hukum, tetangga, desa koperasi dan negara. Pengelompokan ini berdasarkan pada kepentingan dan wilayah yang tidak dapat mempunyai kepentingan khusus. Contohnya adalah suatu komunitas ( community ) masyarakat setempat. Klasifikasi selanjutnya adalah berdasarkan ukuran derajat organisasinya. 2. Kelompok sosial dipandang dari sudut individu Pembagian kelompok sosial dipandang dari sudut individu dapat dilihat dari ketertiban individu dengan kelompok sosial. Dalam sosial masyarakat sederhana seorang individu masyarakat relatif merupakan anggota pula dari kelompok kecil secara terbatas, kelompok – kelompok sosial tersebut biasanya didasari oleh kekerabatan, usia, sex pekerjaan atau kedudukan yang akan menempatkan individu pada prestige tertentu sesuai adat dan kebiasaan masyarakat sekitarnya.



6



Sementara



dalam



susunan



masyarakat



yang



sudah



kompleks individu menjadi anggota beberapa sosial. Hal – hal di atas memperlihatkan bahwa ada derajat dan arti tertentu bagi individu sehubungan dengan keanggotaan dalam kelompok sosial. 3. Ingroup Dan Out Group Konsep ingroup and outgroup merupakan pencerminan dari adanya kecenderungan sifat etnocentrisme dari individu dalam proses



sosialisasi



sehubungan



dengan



keanggotaan



pada



kelompok sosial, yaitu suatu sikap dalam menilai kebudayaan lain dengan menggunakan ukuran – ukuran sendiri (Polak 1966:166). Sikap ini sering disamakan dengan sikap mempercayai sesuatu (beliefs) yang diajarkan kepada anggota anggota kelompok melalui proses sosialisasi baik secara sadar maupun tidak sadar. Seiring dengan nilai kebudayaan sehingga seringkali sukar untuk diubah. Sikap ingroup biasanya didasari oleh perasaan simpati. Sementara outgroup didasarkan suatu kelainan dengan wujud antagonisme atau antipati. Ingroup and outgroup dapat ditemui pada seluruh masyarakat baik yang susunannya sederhana maupun kompleks. 4. Primary dan Secondary Group a. Primary group Charles Horton Cooley dalam sosial Organisasi yang dikutip oleh Soekanto (1984:120) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang luas dan fundamental dalam klasifikasi kelompok – kelompok kecil dengan kelompok – kelompok yang besar. perbedaan tersebut ditandai dengan hubungan antara anggota – anggotanya. Cooley menyatakan : “ Primary group adalah kelompok – kelompok yang ditandai ciri – ciri kenal mengenal antara anggota – anggotanya yang bersifat pribadi.



7



Pendapat dari Selo Soemarjan dan Soemardi dalam “ setangkai bunga sosiolog “ ( 1964 : 401 ) menyatakan bahwa primary group merupakan kelmpok – kelompok kecil yang permanen berdasarkan saling mengenal secara pribadi diantara anggotanya. Konsep Davis ( 1960 : 290 ) tentang primary group lebih memperjelas pendapat Cooley dengan menggaris bawahi ciri – ciri utama sebagai berikut : 1. Kondisi – kondisi Fisik Sifat kenal mengenal dan kedekatan secara fisik memberi kemungkinan bagi terbentuknya primary group akan tetapi tidak terlepas dari keberdayaan yang ada pada masyarakat yang bersangkutan. Akan halnya kelompok harus kecil, sebagai salah satu syarat primary group disebabkan ketidakmungkinan bagi seorang individu untuk berhubungan secara sekaligus dengan banyak orang. Demikian pula denagan keakraban yang memungkinkan bagi kelancaran hubungan merupakan faktor yang utama untuk pembentukan primary group. 2. Sifat hubungan primer Salah satu sifat utama dari hubungan – hubungan primary adalah adanya kesamaan tujuan , dari individu – individu yang bersangkutan secara ideal hubungan primer dianggap sebagai suatu nilai sosial yang harus dicapai. Bahwa hubungan primer bersifat pribadi, mengandung arti hubungan tersebut melekat secara interen pada kepribadian seseorang yang tidak mungkin digantikan oleh orang lain ( Soekanto, 1982 : 124 ) 3. Kelompok – kelompok yang konkret dan hubungan primer Persyaratan







persyaratan



dalam



bahasan



sebelumnya



merupakan ukuran – ukuran ekstrim yang dijadikan pegangan.



8



Dalam kenyataan tidak ada primary group yang memenuhi secara sempurna. Hal tersebut dapat terlihat dalam setiap masyarakat terdapat norma – norma dan nilai – nilai sosial yang bersfta memaksa yang akan mempengaruhi hubungan – hubungan primer. b. Secondary group Istilah tersebut dalam sosiologi biasanya digunakan untuk menggambarkan buah pikiran cooley, apa yang menjadi kebalikan dari primari group berlaku bagi secondary group. Dengan memperhatikan uraian tersebut, kiranya lebih tepat untuk membedakan antara primary group dengan secondary group. Jika menekankan perbedaannya dari sudut hubungan – hubungan yang membentuk struktur kelompok sosial yang bersangkutan. Jika terjadi suatu perselisihan maka norma hukum merupakan unsur pemaksa agar terlaksananya syarat yang diajukan dalam kontrak itu. Tujuan utama hubungan adalah terlaksananya kontrak. Syarat dari primary group dan secondary group saling isi mengisi dan tidak dapat dipisah – pisah secara mutlak. 5. Gemeinschaft dan Gesselschaft Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama diman anggotanya diikat oleh hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar dari hubungan tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang telah dikodratkan. Bentuk utma dari gemeinschaft dapat ditemui dalam keluarga,kelompok, kekerabatan rukun tetangga dan lain – lain. Sementara



gesselschaft



merupakan



kebalikannya



yaitu



ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, yang



bersifat



imajiner



dan



strukturnya



bersifat



mekanis.



Gesselschaft terdapat bentuk utam hubungan perjanjian timbal



9



balik. Kehidupan bersama tersebut merupakan penyesuaian dari dua bentuk kemauan asasi manusia yang dinamakan wessenwile dan kurwile. Wessenwile merupakan bentuk kemauan yang dikodratkan



denagn



dasar



perasaan



dan



akal



merupakan



kesatuan dan terikat pada kesatuan hidup yang alamiah dean organis.



Sedangkan



kurwile



adalah



bentuk



kemauan



yang



ditujukan pada tujuan – tujuan tertentu yang sifatnya rasional, di mana unsur lainnyahanya bersifat sebagai alat. Orang menjadi anggota suatu gesselschaft karena mempunyai kepentingan yang bersifat rasional (soekanto,1982:129). 6. Formal group and Informal group Formal group merupakan kelompok – kelompok yang mempunyai peraturan – peraturan tegas yang sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan – hubungan diantara anggotanya. Formal group disebut juga sebagai associaton di mana anggotanya mempunyai kedudukan yang disertai dengan pembagian tugas dan wewenang. Adapun informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti. Informal Group biasanya berbentuk oleh pertemuan



yang



berulangkali



antara



orang







orang



yang



mempertahankan kepentingan dan pengalaman bersama. 7. Kelompok – kelompok sosial yang tidak teratur a. Kerumunan ( crowd ) Kerumunan merupakan suatu kelompok manusia yang bersifat smentara ( temporer ), tidak terorganisir dan tidak mempunyai sistem pembagian kerja maupun pelapisan sosial, namun bisa saja untuk mempunyai seorang pimpinan. ciri – ciri kermunan : 1. Interaksi di dalam kerumunan bersifat spontan



10



2. orang – orang yang berkumpul mempunyai kedudukan yang sama Ada beberapa macam kerumunan : 1. Kerumunan formal ( formal Audience ), yaitu kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan tujuan. 2. Kerumunan ekspresif ( Planned expressive group ) 3. Kerumunan sementara ( casual crowds ) yang bersifat kurang menyenangkan 4. Kerumunan Orang Panik ( Panic crowds ) 5. Kerumunan penonton ( Spectator Crowds ) 6. Kerumunan yang berlawanan dengan hukum (lawsless crowds) b. Public Public



merupakan



kelompok



yang



tidak



merupakan



kesatuan interaksi yang terjadi berlangsung melalui alat – alat komunikasi pendukung. Dengan alat penghubung, dimungkinkan bagi suatu publik untuk mendapat pengikut. Setiap aksi public dipengaruhi oleh keinginan individu, tingkah laku pribadi dari public pun didasari oleh tingkah laku individu. agar public terkumpul nilai – nilai sosial masyarakat digabungkan dengan alat penghubung dengan bentuk penyiaran berita (pesan, baik yang bersifat kebenaran maupun palsu). 8. Masyarakat Pedesaan ( Rural Community ) dan Masyarakat Perkotaan ( Urban Community ) a. Masyarakat setempat ( community, komunitas ) Community



dapat



diterjemahkan



sebagai



masyarakat



setempat yang dapat menunjukkan warga sebuah kota, desa, suku tau bangsa. ciri utama masyarakat setempat adalah adanya social relationship antara anggota – anggotanya. dengan demikian tempat tinggal suatu wilayah geografis dengan faktor utama interaksi diantara anggotanya menunjukkan kekhasan suatu 11



community. Batasan dari Selo Soemarjan ( 1962 ) menyatakan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu ( Soekanto, 1982 : 142 ). Unsur – unsur community sentiment menurut Mac Iver dan page (1961:293) antara lain : seperasaan, sepenanggungan dan saling memerlukan. adapun tipe – tipe masyarakat setempat menurut Davis (1960:313) di antaranya dapat digolongkan dengan menggunakan empat kriteria sebagai berikut : -



jumlah penduduk



-



luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman



-



fungsi – fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat organisasi masyarakat yang bersangkutan.



b. Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan Pada kehidupan masyarakat modern sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan dalam bentuk rural community and urban community. Dalam kehidupan masyarakat pedesaan, hubungan yang terjadi antara anggota masyarakat terjalin secara erat, mendalam dengan sistem kehidupan berkelompok . Pekerjaaninti penduduk biasanya terkosentarsi pada sektor pertanian. Dalam mengelola pertanian cara – cara yang digunakan masih sangat tradisional dan tidak efisien yang lazim disebut sebagai subsistence farming. Ciri lainnya adalah tidak adanya pembagian kerja yang tegas. Pada masyarakat kota ( urban community ) tekanan pengertian terletak pada sifat – sifat serta ciri – ciri kehidupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan antara lain perbedaan dalam menilai kehidupan. Beberapa ciri – ciri yang menonjol antara masyarakat pedesaan dan perkotaan diantaranya seperti dikemukakan oleh Soekanto (1982 : 149) :



12



1. Kehidupan keagamaan kecenderungan kehidupan



bagi



agamis



(



masyarakat religious



desa



trend



),



mengarah



pada



sedangkan



pada



kehidupan masyarakat perkotaan mengarah pada keduniawian ( secular trend ). 2. Kemandirian hal terpenting bagi masyarakat perkotaan adalah individu atau manusia atau perseorangan. di desa – desa orang kurang berani untuk menghadapi orang lain dengan latar belakang yang berbeda. kebiasaan yang ada pada individu tidak sesuai dengan kebiasaan yang sesungguhnya. 3. Pembagian kerja pada masyarakat perkotaan pembagian kerja lebih tegas dan jelas sehingga mempunyai batas – batas yang nyata. 4. Peluang memperoleh pekerjaan dengan adanya sistem pembagian kerja yang tegas, maka kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih banyak pada masyarakat kota dibanding warga pedesaan. 5. Jalan Pikiran Pola pikir rasional pada masyarakat perkotaan memungkinkan terjadinya interaksi berlandaskan kepentingan dan bukan faktor pribadi. 6. Jalan Kehidupan Dengan



jalan



kehidupan



yang



cepat



bagi



warga



kota



menempatkan dihargainya / pentingnya faktor waktu dalam mengejar kehidupan individu.



13



7. Perubahan Sosial pada masyarakat kota kemungkinan perubahan sosial lebih berguna dibanding warga desa, karena mereka lebih terbuka bagi adanya perubahan. D. Individu Dan Pelapisan Sosial 1. Prinsip Pelapisan Sosial Dalam setiap masyarakat tidak pernah semua anggotanya memiliki sumber sosial. sumber sosial adalah segala sesuatu yang dipandang



berharga



tetapi



terbatas



sehingga



sukar



untuk



didapatkannya. Ada masyarakat yang dekat dengan sumber – sumber sosial dan banyak pula memilikinya, ada pula yang sebaliknya jauh atau kurang bahkan sulit untuk memilikinya. dengan perkataan lain ada ketidak merataan sosial ( social inequality ) sumber sosial pada hakikatnya adalah suatu yang dihargai oleh masyarakat yang bersangkutan. Individu sebagai anggota masyarakat akan merasa dirinya sesuai dengan lapisan sosial tertentu. Max Weber mengemukakan bahwa



ketidakmerataan



kehidupan,



yaitu



:



sosial



terdapat



kemakmuran,



pada



prestise,



3



dan



komponen kekuasaan.



Ketidakmerataan sosial menghasilkan pelapisan sosial ( social strotification ). Aristoteles pernah mengemukakan bahwa di negara manapun terdapat 3 unsur utama yaitu orang kaya sekali, orang yang melarat, dan yang ditengah – tengahnya. Pitirim Sorokin mengemukakan bahwa pada masyarakat yang teratus, sistem berlapis – lapis itu merupakan ciri yang tetap dan umum. individu dan kelompok yang memiliki sumber sosial yang berlebih akan di pandang sebagai lapisan tinggi, yang tidak memiliki dipandang sebagai orang atau kelompok pada lapisan



14



sosial yang rendah, diantaranya keduanya disebut lapisan sosial menengah. Proses terjadinya pelapisan sosial dapat terjadi dengan sendirinya pula dengan sengaja disusun ( yang biasa mengacu pada pembagian tugas dan wewenang seperti dalam organisasi formal ). 9. Beberapa teori tentang pelapisan sosial 1. Teori Fungsionalis a. Emilie durkhem Dalam bukunya the division of labor in sicienty, menyatakan bahwa setiap masyarakat memandang aktivitas yang satu lebih penting dari pada yang lainnya. Ada



masyarakat



lain



memandang



ekonomi



atau



kepahlawanan tinggi rendahnya kedudukan (lapisan sosial) seseorang durkhem



dilihat juga



dari



kepentingan



memandang



bakat



pandangannya dapat



itu.



menimbulkan



ketidakmakmuran. b. Kingsley



Davis



dan



Robert



Moore,



mengemukakan



pandapatnya bahwa posisi – posisi yang paling penting dalam masyarakat diisi oleh orang yang paling berwenang. orang yang memegang posisi tersebut, meskipun paling banyak memerlukan latihan, akan mendapat paenghargaan tertinggi.



selanjutnya



dikatakan



bahwa



posisi



akan



mendapat penghargaan tertinggi. 2. Teori Reputasi Teori reputasi atau teori nama baik, menurut Warner, status seseorang ditetapkan oleh pendapat (pertimbangan) orang lain. dasar



pertimbangannya



adalah



pendapatan,



prestise



dan



pendidikan. ada 6 tingkatan status, yaitu : 1. Upper – upper, orang kaya karena warisan 2. lower – upper, kaya karena hasil usaha



15



3. upper – middle, ahli – ahli terdidik dan pengusaha yang berpendapatan tinggi 4. lower – middle, golongan pekerja halus ( white colar ) 5. upper – lower, yaitu pekerja kasar ( blue colar ) dengan status tetap 6. lower – lower, yaitu orang – orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap. 10.



Teori Struktur Sosiolog yang mengembangkan teori ini adalah Treiman.



Dari hasil penelitiannya ia mengambil kesimpulan bahwa dalam masyarakat



yang



berlain–lain.



tidak



ada



perbedaan



dalam



menyusun tingkatan prestise pekerjaan. dalil yang dikemukakan adalah : a. setiap masyarakat mempunyai kebutuhan yang sama, karena ada pembagian kerja yang sama. b. Pembagian



kerja



terspesialisasi



cenderung



melahirkan



perbedaan penguasaan akan sumber – sumber yang langka ( keterampilan, kekuasaan dan kekayaan ). jadi pembagian kerja melahirkan perbedaan kekuasaan / wewenang dan lain – lain, hingga karenanya timbul hierarkhi. c. Orang



yang



kesempatan



mempunyai yang



baik



kedudukan untuk



lebih



penting maju,



mempunyai di



samping



memperoleh penghargaan yang baik. d. Kekuasaan dan kesempatan yang baik dinilai dalam setiap masyarakat,



kekuasaan



dan



kesempatan



mendapat



penghargaan tinggi setiap masyarakat di dunia.



16



E. Kelembagaan ( Social Institutes ) Soekanto (1982:191) memberi definisi bahwa kelembagaan kemasyarakatan adalah suatu bentuk dan sekaligus mengandung pengertian – pengertian yang abstrak. perihal norma – norma dan peraturan – peraturan tertentu yang menjadi ciri lembaga tersebut. Koenjtara ningrat (1984:115) memberikan istilah pranata sosial dengan asumsi bahwa social institution menuju pada adanya unsur – unsur yang mengatur perilaku masyarakat. Pranata sosial diberi yang berpusat pada aktifitas – aktifitas untuk memenuhi kehidupan masyarakat (Soerjono, 1982:191). Istilah lembaga kemasyarakatan kiranya lebih luas artinya karena tidak hanya membahas tentang unsur – unsur yang mengatur perilaku. namun lebih luas lagi pada bentuk dan norma yang menjadi ciri lembaga tersebut. Soekanto (1982:192) memberi batasan lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan daripada norma – norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan



pokok



dalam



kehidupan



masyarakat.



Soekanto



menyatakan bahwa lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi – fungsi tertentu, yaitu : 1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang bagaimana bersikap dan bertingkah laku dalam menghadapi masalah







masalah



dalam



masyarakat.



Terutama



yang



berkaitan dengan kebutuhan – kebutuhan yang bersangkutan. 2. Menjaga kebutuhan masyarakat yang bersangkutan 3. memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem



pengendalian



sosial



(social



control)



yaitu



sistem



pengawasan dari masyarakat terhadap tingkah laku.



17



F. Bagaimana Lembaga Kemasyarakatan Terbentuk Lembaga – lembaga kemasyarakatan terbentuk melalui suatu



proses



yang



disebut



sebagai



institutionalisme



atau



kelembagaan nilai – nilai yang dibentuk untuk membantu hubungan antar manusia di dalam masyarakat. Nilai – nilai yang mengatur tersebut dikenal dengan istilah norma yang mempunyai kekuatan mengikat dengan kekuatan yang berbeda – beda. secara sosiologis kekuatan mengikat dari norma dapat dibedakan atas : 1. Cara ( Usage ), menunjuk pada suatu bentuk perbuatan dalam hubungan



antar



individu.



kekuatannya



termasuk



lemah



sehingga penyimpangan dari cara tidak akan mengakibatkan sanksi. 2. Kebiasaan ( folkways ), kekuatan mengikatnya lebih besar dari pada cara . Kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang – ulang dalam bentuk yang sama. Mc. Iver dan Page (1967:19) menyatakan bahwa kebiasaan merupakan perilakuan yang fiakuyi dan diterima oleh masyarakat. 3. Tata Kelakuan (mores), jika kebiasaan tidak hanya dianggap sebagai cara berperilaku. Maka disebut sebagai tata kelakuan atau



mores.tata



kelakuan



merupakan



suatu



alat



yang



mengatur perbuatan anggota – anggota masyarakat agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pentingnya tata kelakuan bagi masyarakat disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut : a. Tata kelakuan memberikan batas – batas pada kelakuan individu b. Tata



kelakuan



mengidentifikasikan



individu



dengan



kelompoknya



18



c. Tata kelakuan menjaga solidaritas antara anggota – anggota masyarakat. 4. Adat istiadat, Suatu tat kelakuan yang kekal dan kuat integrasinya



dengan



pola



kelakuan



masyarakat



dapat



meningkatkan kekuatan menjadi custom atau adat istiadat, yang memiliki sanksi keras bagi anggota masyarakat. Proses institusinalisasi adalah tahapan di mana norma kemasyarakatan itu dikenal, diakui dan dihargai. Norma – norma tersebut setelah melalui proses kelembagaan mengembang untuk seterusnya ditaati sebagai pegangan hidup sehari – hari bagi anggota masyarakat dan mendarah daging dalam masyarakat. G. Ciri Lembaga Kemasyarakatan Suatu lembaga kemasyarakatan memiliki ciri – ciri : 1. Mempunyai tujuan tertentu 2. Untuk mencapai tujuan, memiliki alat perlengkapan 3. Memiliki lambang – lambang tertentu dalam bentuk tulisan atau slogan 4. memiliki tradisi lisan atau tertulis yang diwujudkan dalam bentuk adat istiadat, norma, tata tertib peraturan atau hukum H. Tipe – Tipe Lembaga Kemasyarakatan Gillin and Gillin ada beberapa tipe lembaga kemasyarakatan, yaitu : 1. Berdasarkan perkembangannya a. Crescive Institutions, yaitu lembaga yang paling primer yang tumbuh secara tidak disengaja di masyarakat. Misalnya hak milik, sistem perkawinan, dan lain – lain b. Enacted Institutions, yaitu lembaga yang dibentuk untuk tujuan tertentu 19



2. Berdasarkan sistem nilai a. Basic Institutions, yaitu lembaga yang didirikan untuk memelihara



dan



mempertahankan



tata



tertib



dalam



masyarakat. b. Subdiary Intitution, yaitu lembaga yang dianggap kurang penting 3. Berdasarkan Penerimaan Masyarakat a. Social Sanctioned Intitutions, yaitu lembaga yang diakui dan diterma masyarkat. b. Unsanctioned Intitution, yaitu yang berupa kelompok yang tidak diterima masyarakat 4. Berdasarkan penyebarannya a. General



Institutions,



lembaga



ini



dikenal



secara



luas



penyebarannya dan berlaku di mana – mana b. Resticted Intitutions, hanya dikenal oleh masyarakat khusus dan berlaku di daerah tertentu. 5. Berdasarkan Fungsinya a. Operative Institutions, yaitu lembag yang menghimpun pola atau cara untuk mencapai. b. Regulative



Intitutions,



yaitu



lembag



yang



bertujuan



mengawasi adat istiadat atau tat kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak dari lembaga itu sendiri. I. Social Control ( Sistem Pengendalian Sosial ) Sistem pengendalian sosial yang dimaksud adalah suatu tindakan pengendalian dalam arti yang luas. yaitu seluruh sistem maupun



proses



sosial



yang



dijalankan



oleh



masyarakat



20



lingkungan berpedoman pada kesesuaian terhadap nilai – nilai dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Social Control yang dilakukan bertujuan untk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan – perubahan dalam masyarakat. Berdasarkan sifat – sifat preventif merupakan upaya pencegahan terhadap gangguan yang mungkin terjadi pada keserasian antara kepastian dan keadilan upaya yang dilakukan berupa cara – cara persuasif (pendekatan tanpa kekerasan) hingga pada cara yang memaksa (coersive). Sementara merupakanusaha



pengendalain yang



sosial



bertujuan



yang



bersifat



untuk



represif



mengembalikan



keserasian dan kepastian yang pernah mengalami gangguan. cara yang dapat ditempuh adalah melalui penjatuhan sanksi terhadap warga yang melanggarnya. Di samping cara preventif dan represi, terdapat cara lain, yaiu compulsion dan pervasion melalui penciptaan situasi yang sedemikian



rupa



hingga



seseorang



terpaksa



patuh



dalam



menyampaikan sehingga kaidah dan norma – norma masuk dalam aspek bawah sadar seseorang. Alat – alat yang dapat digunakan untuk mengendalikan sosial sangat beraneka ragam, diantarnya adalah : 1. Sopan Santun, berupa pembatasan – pembatasan pergaulan 2. Penyebaran rasa rindu, efektif untuk pengendalian diri – individu 3. Pendidikan, alat yang melembaga pada masyarakat sederhana maupun kompleks 4. Hukum, dianggap sebagai alat yang paling ampuh bagi pengendalian sosial Perwujudan



dari



pengendalian



social



dapat



berupa



pemindahan, kompensasi, terapi maupun konsiliasi yang masing –



21



masing mungkin tidak berdiri sendiri dalam pelaksanaannya. Alternatif kombinasi dari beberapa bentuk tersebut merupakan kemungkinan



yang



akan



digunakan



dalam



penggunaannya



(Soekanto, 1982:202)



22



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Sebagai makhluk hidup yang berada di muka bumi ini keberadaan manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dalam arti manusia senantiasa tergantung dan atau berinteraksi dengan sesamanya. Dengan demikian, maka dalam kehidupan lingkungan sosial manusia senantiasa terkait dengan



interaksi



antara



individu



manusia,



interaksi



antar



kelompok, kehidupan sosial manusia dengan lingkungan hidup dan alam sekitarnya, berbagai proses sosial dan interaksi sosial, dan berbagai hal yang timbul akibat aktivitas manusia seperti perubahan sosial. B. Saran Sudah selayaknya bagi kita sebagai manusia untuk aktif di tengah masyarakat, sehingga kita dapat berinteraksi dengan orag lain. Dengan demikian kita bisa melaksanakan fungsi sebagai makhluk sosial.



23



DAFTAR PUSTAKA



http://karisnsz.wordpress.com/2011/07/25/peranan-manusia-sebagai-mahlukindividu-dan-sosial-klh-series/ http://5osial.wordpress.com/2010/01/22/kelompok-sosial-organisasi-sosial/ suryanto.blog.unair.ac.id/2009/02/.../perilaku-kelompok-dan-individu www.scribd.com/doc/49063442/114/Individu-Kelompok



24