Makalah Individu - Kondisi Padang Lamun Indonesia Dan Ragam Teknik Rehabilitasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Individu Teknik Rehabilitasi Ekosistem Pesisir dan Laut Kondisi Padang Lamun Indonesia Dan Ragam Teknik Rehabilitasi



Khairul Umami 230210130055



JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Lamun mempunyai peran yang sangat penting didaerah pesisir, baik terhadap lingkungannya, maupun terhadap organisme lain. Lamun berperan dalam menstabilkan substrat, menurunkan kecepatan ombak dan arus, dan juga mengendapkan polutan yang berasal dari daratan, sebelum masuk ke ekosistem terumbu karang. Selain itu, padang lamun juga berperan sebagai habitat berbagai jenis organisme. Lamun menyediakan tempat memijah, berkembang biak, pembesaran anak, dan mencari makan kepada berbagai organisme baik yang bernilai ekonomis maupun ekologis penting, seperti berbagai jenis ikan (kerapu, baronang, kakap), hingga duyung dan penyu. Hingga saat ini diketahui hanya sekitar 13 jenis lamun yang tumbuh di perairan Indonesia. Kondisi padang lamun di Indonesia hingga saat ini belum banyak diketahui, dibandingkan dengan kondisi terumbu karang maupun hutan bakau. Penelitian mengenai lamun di Indonesia baru dimulai pada tahun 1970an, dan hingga saat ini belum banyak dilakukan. Seperti terumbu karang dan hutan bakau, kondisi padang lamun di Indonesia juga mengalami penurunan, terutama akibat aktivitas manusia, seperti reklamasi pantai, pencemaran, dan lain sebagainya. Akan tetapi, tidak seperti kedua ekosistem tersebut, kesadaran masyarakat terhadap berbagai pentingnya ekosistem padang lamun belum sebesar dibandingkan terhadap terumbu karang hutan bakau. Sangat penting untuk dilakukan pengamatan kondisi padang lamun secara terus menerus diberbagai daerah, untuk mengetahui kondisi padang lamun di Indonesia. Penyadaran terhadap masyarakat mengenai padang lamun juga sangat penting, agar tekanan masyarakat terhadap padang lamun menjadi sedikit berkurang. 1.2. Tujuan Tujuan di lakukannya makalah ini adalah untuk mengetahui keadaan ekosistem lamun di Indonesia yang banyak mengalami kerusakan akibat dari ulah aktivitas manusia. Dengan dilaksanakannya makalah ini maka diharapkan pembaca bisa sadar dan berpartisipasi dalam perbaikan ekosistem lamun. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk mengetahui berbagai ragam teknik rehabilitasi pada ekosistem lamun. BAB II ISI 2.1. Mengenal Padang Lamun



Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga yang telah menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut dangkal. Lamun berbeda dengan rumput laut (seaweed) yang dikenal juga sebagai makroalga. Lamun itu berbunga (jantan dan betina) dan berbuah di dalam air. Produksi serbuk sari dan penyerbukan sampai pembuahan semuanya terjadi dalam medium air laut. Lamun mempunyai akar dan rimpang (rhizome) yang mencengkeram dasar laut hingga dapat membantu pertahanan pantai dari gerusan ombak dan gelombang. Dari sekitar 60 jenis lamun yang dikenal di dunia. Indonesia mempunyai sekitar 13 jenis. Suatu hamparan laut dangkal yang didominasi oleh tumbuhan lamun dikenal sebagai padang lamun, Padang lamun dapat terdiri dari vegetasi lamun jenis tunggal ataupun jenis campuran. Padang lamun merupakan tempat berbagai jenis ikan berlindung, mencari makan, bertelur dan membesarkan anaknya. Ikan baronang misalnya, adalah salah satu jenis ikan yang hidup di padang lamun. Amat banyak jenis biota laut lainnya hidup berasosiasi dengan lamun, seperti teripang, bintang laut, bulu babi, kerang, udang, kepiting dan lainnya. Duyung (Dugong dugon) adalah mamalia laut yang hidupnya amat bergantung pada makanannya berupa lamun. Penyu hijau (Chelonia mydas) juga dikenal sebagai pemakan lamun yang penting. Oleh karena itu rusaknya atau hilangnnya habitat padang lamun akan menimbulkan dampak lingkungan yang luas. Padang lamun sering dijumpai berdampingan atau saling tumpang tindih dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Bahkan terdapat interkoneksi antar ketiganya, dimana ekspor dan impor energi dan materi terjadi diantara ketiganya. Ada ikan jenis-jenis tertentu dapat berenang melintas batas dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya. Karena fungsi lamun tak banyak dipahami, banyak padang lamun yang rusak oleh berbagai aktivitas manusia. Luas total padang lamun di Indonesia semula diperkirakan 30.000 km2, tetapi diperkirakan kini telah menyusut sebanyak 30 - 40 %, Kerusakan ekosistem lamun antara lain karena reklamasi dan pembangunan fisik di garis pantai, pencemaran, penangkapan ikan dengan cara destruktif (bom, sianida, pukat dasar), dan tangkap lebih (overfishing). Pembangunan pelabuhan dan industri di Teluk Banten misalnya, telah melenyapkan ratusan hektar padang lamun. Tutupan lamun di Pulau Pari ( DKI Jakarta) telah berkurang sebanyak 25 % dari tahun 1999 hingga 2004. Mengingat ancaman terhadap padang lamun semakin meningkat, maka akhir-akhir ini mulailah timbul perhatian untuk menyelamatkan padang lamun. Undang-Undang No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil juga telah mengamanatkan perlunya penyelamatan dan pengelolaan padang lamun sebagai bagian dari pengelolaan terpadu ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil. Program pengelolaan



padang lamun berbasis masarakat yang pertama di Indonesia adalah Progam Trismades (Trikora Seagrass Management Demonstration Site) di pantai timur Pulau Bintan (Kepulauan Riau) yang mendapat dukungan pendanaan dari UNEP (United Nation Environment Program), baru dimulai tahun 2008.



Gambar 1. Morfologi Tumbuhan Lamun 2.1.1 Lamun sebagai produsen tertinggi Ekosistem padang lamun Indonesia diperkirakan sebesar 30,000 km2,dimana terdapat 30 dari 60 spesies padang lamun yang ada di dunia. Perhatian terhadap ekosistem padang lamun (seagrass beds) masih sangat kurang dibandingkan terhadap ekosistem bakau (mangrove) dan terumbu karang (coral reefs). Padahal, lestarinya kawasan pesisir pantai bergantung pada pengelolaan yang sinergis dari ketiganya. Terlebih, padang lamun merupakan produsen primer organik tertinggi dibanding ekosistem laut dangkal lainnya. Demikian disampaikan peneliti spesialis padang lamun Drs M Husni Azkab APU dari Pusat Penelitian Oseanografi lembaga llmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam lokakarya "10 Tahun Pengelolaan Lingkungan Pesisir dan Laut di Indonesia", diselenggarakan Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor di Jakarta, Senin (20/10), Padang lamun merupakan bentangan tetumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas angiospermae. Lamun adalah tumbuhan air yang berbunga (spermatophyta) yang hidup dan turfibuh terbenam di lingkungan laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, dan berakar. Padang lamun merupakan produsen primer di laut yang produktivitas organiknya sangat tinggi dibanding bakau dan terumbu karang. Lamun terbentang pada kedalaman 0,5-20 meter setelah bakau, baru



kemudian terumbu karang. "Kondisi ekosistem padang lamun, bakau, dan terumbu karang sangat mempengaruhi kelestarian kawasan pesisir. Terabaikannya salah satu dari tiga ekosistem akan mempengaruhi yang lain dan kawasan pesisir keseluruhan," ujar Husni. la menyayangkan, perhatian terhadap ekosistem padang lamun masih sangat minim. Hingga kini belum ada penetapan ukuran baku ambang kerusakan ekosistem lamun, padahal untuk bakau dan terumbu karang sudah ada. Peneliti dan universitas di Indonesia yang menaruh perhatian pada ekosistem lamun juga masih dapat dihitung dengan jari. Dengan belum adanya penetapan ukuran baku tersebut dikhawatirkan kerusakan ekosistem lamun terlupakan, tidak terkontrol, lalu tiba-tiba kondisinya sudah seburuk terumbu karang dan bakau. "Bentangan padang lamun di Indonesia diestimasikan sekitar 3 juta hektar, mungkin sekitar 10 persennya sudah rusak," kata Husni. Seperti terumbu karang dan bakau, Husni mengatakan rusaknya ekosistem lamun umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia. Misalnya, reklamasi pantai, pembangunan real estat pinggir laut, pengurukan, buangan limbah industri, limbah rumah tangga atau sampah organik, serta limbah minyak. "Di Kepulauan Riau sudah rusak, paling parah di Jawa, reklamasi di Teluk Banten juga merusak lamun," ucapnya. Sebagai produsen primer, lamun sangat tinggi keanekaan biotanya. Padang lamun menjadi tempat perlindungan dan tempat meriempel berbagai hewan dan tumbuhan laut (algae). Lamun juga menjadi padang penggembalaan dan makanan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan karang. "Banyak penelitian yang menunjukkan korelasi kuat antara penurunan produksi perikanan di suatu daerah dan penurunan kualitas padang lamun," kata Husni. Studi yang pernah dilakukan di Kepulauan Riau, nilai ekonomi perikanan yang terkait ekosistem lamun tahun 1997 sebesar 3.858,91 dollar AS per hektar per tahun. 2.2. Potensi Sumber Daya Lamun Padang Lamun di Indonesia yang diperkirakan seluas sekitar 30.000 km2 yang mempunyai peran penting sebagai habitat ikan dan berbagai biota lainnya. Jenis lamun yang ada di Indonesia dapat dilihat pada table berikut: Tabel 1. Jenis-jenis lamun yang terdapat di Indonesia No . 1.



Jenis



Deskripsi



2.



3.



4.



5. 6.



7.



Pada ekosistem padang lamun hidup beranekaragam biota laut, seperti : Ikan, krustasea, moluska (Pinna sp., Lambis sp., Strombus sp.), Ekinodermata (Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Archaster sp. Linckia sp.), dan cacing laut (Polikaeta). Berdasarkan nilai produktivitas padang lamun, asosiasi organisme, uraian tentang biota dan sumberdaya hayati laut dan tujuannya menem pati atau mengunjungi padang lamun, maka dapat disimpulkan bahwa pada ekosistem padang lamun terdapat tiga tipe rantai makanan, yaitu : 1. Rantai Makanan Detritus (Detritus Food Chain), karena sebagian besar biota yang hidup pada ekosistem padang lamun menanfaatkan serasah lamun sebagai makanan (sumber energi). 2. Rantai Makanan Merumput (Grazing Food Chain), karena sejumlah fauna laut termasuk reptilia dan mamalia laut menggunakan padang lamun sebagai padang penggembalaan. 3. Rantai makanan plankton (Plankton Food Chain). Ketiga rantai makanan tersebut membentuk jala makanan pada ekosistem padang lamun.



Gambar 2. Ekosistem Lamun 2.2.1 Fungsi Ekologis Padang Lamun Pada dasarnya ekosistem lamun memiliki fungsi yang hampir sama dengan ekosistem lain di perairan seperti ekosistem terumbu karang ataupun ekosistem mangrove, seperti sebagai habitat bagi beberapa organism laut, juga tempat perlindungan dan persembunyian dari predator. Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut: 1.



Sebagai Produsen Primer Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang (Thayer et al. 1975).



2.



Sebagai Habitat Biota Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrassbeds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan–ikan karang (coral fishes) (Kikuchi & Peres, 1977).



3.



Sebagai Peredam Arus dan Penangkap Sedimen Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi (Gingsburg & Lowestan 1958).



4.



Sebagai Pendaur Zat Hara Lamun memegang peranan penting dalam pendauran barbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut.Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit. Selain fungsi ekologis, dibutuhkan beberapa parameter lingkungan yang mempengaruhi



kelestarian padang lamun yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Kecerahan Temperatur Salinitas Substrat Kecepatan arus Sedimentasi (pencemaran)



2.3. Dampak Kerusakan Ekosistem Lamun Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di perairan yang cukup rent-an terhadap perubahan yang terjadi.Sehingga mudah mengalami kerusakan.Ekosistem lamun juga sering dijumpai berdampingan atau saling tumpang tindih dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang.Bahkan terdapat interkoneksi antar keti-ganya, dimana ekspor dan impor energi dan materi terjadi diantara ketiganya.Ada ikan jenis-jenis tertentu dapat berenang melintas batas dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya. Karena fungsi lamun tak banyak dipahami, banyak padang lamun yang rusak oleh berbagai aktivitas manusia. Luas total padang lamun di Indonesia semula di-perkirakan 30.000 km2, tetapi diperkirakan kini telah menyusut sebanyak 30 – 40 %. Kerusakan ekosistem lamun antara lain karena reklamasi dan pembangunan fisik di garis pantai, pencemaran, penangkapan ikan dengan cara destruktif (bom, sianida, pukat dasar), dan tangkap lebih (over-fishing). Pembangunan pelabuhan dan industri di Teluk Banten misalnya, telah melenyapkan ratusan hektar padang lamun. Tutupan lamun di Pulau Pari (DKI Jakarta) telah berkurang sebanyak 25 % dari tahun 1999 hingga 2004.



Kerusakan lamun juga dapat disebabkan oleh natural stress dan anthrogenik stress.Kerusakan-kerusakan ekosistem lamun yang disebabkan oleh natural stress bi-asanya disebabkan oleh gunung meletus, tsunami, kompetisi dan predasi. Dan an-throgenik stress bisa disebabkan : • Perubahan fungsi pantai untuk pelabuhan atau dermaga. • Eutrofikasi (Blooming mikro alga dapat menutupi lamun dalam memperoleh si-nar matahari). • Aquakultur (pembabatan dari hutan mangrove untuk tambak memupuk tam-bak). • Water polution (logam berat dan minyak). • Over fishing (pengambilan ikan yang berlebihan dan cara penangkapannya yang merusak). Tabel 2. Kegiatan di Padang Lamun dan Dampak Potensial yang Ditimbulkannya No. 1



Kegiatan Dampak Potensial Perusakan total padang lamun. Pengerukan dan pengurungan  Perusakanhabitat di yang berkaitan dengan  pembangunan pinggir



pemukiman



laut,



pelabuhan,







dengan



industri, saluran navigasi. 2



pembangunan hasil pengerukan. Dampak sekunder pada meningkatnya



lokasi perairan



kekeruhan



air,



Pencemaran limbah industri, 



terlapisnya insang hewan air. Terjadi akumulasi logam berat



terutama logam berat, senyawa



padang



organoklorin Pembuangan sampah organik



biological magnification. Penurunan kandungan oksigen terlarut. Dapat terjadieutrofikasi yg



 



lamun



mengakibatkan



melalui



blooming



proses



(peledakan)



perifiton yg menempel di daun lamun, dan juga meningkatkan kekeruhan yg dpt 4



Pencemaran



oleh



limbah 



pertanian



menghalangi CM Pencemaran pestisida dapat mematikan hewan yang berasosiasi dengan padang







lamun. Pencemaran



pupuk



mengakibatkan



eutrofi kasi di perairan padang lamun & Pencemaran minyak







sekitarnya. Lapisan minyak pd daun lamun dapat mengha langi proses fotosintesa.



6



Pemanfaatan SD padang lamun







Mematikan tumbuhan lamun







Perubahan



struktur vegetasi padang







lamun. Perubahan substrat dasar padang lamun







yg dpt mengganggu pertumbuhan lamun. Menurunnya fungsi padang lamun sebagai habitat utama berbagai biota laut.



2.4. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Padang Lamun Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu usaha yang sangat kom-pleks untuk dilaksanakan, karena kegitan tersebut sangat membutuhkan sifat akomo-datif terhadap segenap pihak baik yang berada sekitar kawasan maupun di luar kawa-san. Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari berbagai kepentingan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya bilamana keberpihakan kepada masyarakat yang sangat rentan terhadap sumberdaya alam diberikan porsi yang lebih besar. Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah menjadikan masyarakat se-bagai komponen utama penggerak pelestarian areal padang lamun. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadap keberadaan ekosistem pesisir perlu untuk diarahkan kepada cara pandang masyarakat akan pentingnya sumberdaya alam persisir (Bengen, 2001). Salah satu strategi penting yang saat ini sedang banyak dibicarakan orang da-lam konteks pengelolaan sumberdaya alam, termasuk ekosistem padang lamun adalah pengelolaan berbasis masyakarakat (Community Based Management). Raharjo (1996) mengemukakan



bahwa



pengeloaan berbasis masyarakat mengandung arti keterli-batan langsung masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam di suatu kawasan.. Da-lam konteks ini pula perlu diperhatikan mengenai karakteristik lokal dari masayakara-kat di suatu kawasan. Sering dikatakan bahwa salah satu faktor penyebab kerusakan sumber daya alam pesisir adalah dekstrusi masayakarakat untuk memenuhi kebu-tuhannya. Oleh karena itu, dalam strategi ini perlu dicari alternatif mata pencaharian yang tujuannya adalah untuk mangurangi tekanan terhadap sumberdaya pesisir termasuk lamun di kawasan tersebut. 2.4.1 Pengelolaan Berwawasan Lingkungan



Dalam perencanaan pembangunan pada suatu sistem ekologi pesisir dan laut yang berimplikasi pada perencanaan pemanfaatan sumberdaya alam, perlu diper-hatikan kaidahkaidah ekologis yang berlaku untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang merugikan bagi kelangsungan pembangunan itu sendiri secara me-nyeluruh.Perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan laut perlu dipertimbangkan secara cermat dan terpadu dalam setiap perencanaan pem-bangunan, agar dapat dicapai suatu pengembangan lingkungan hidup di pesisir dan laut dalam lingkungan pembangunan. 2.4.2 Pengelolaan Berbasis Masyarakat Menurut definisi, pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat adalah suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada manusia, dimanan pusat pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumberdaya secara berke-lanjutan di suatu daerah terletak atau berada di tangan organisasi-organisasi da-lam masyarakat di daerah tersebut (Carter, 1996). Pengelolaan sumberdaya ber-basis masyarakat (community-base management) dapat didefinisikan sebagai proses pemberian wewenang, tanggung jawab, dan kesempatan kepada masyara-kat untuk mengelola sumberdaya lautnya, dengan terlebih dahulu mendefinisikan kebutuhan, keinginan, dan tujuan serta aspirasinya (Nikijuluw, 2002; Dahuri, 2003). Pengelolaan berbasis masyarakat yang dimaksudkan di sini adalah co-management (pengelolaan bersama), yakni pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat bersama-sama dengan pemerintah setempat, yang bertujuan untuk melibatkan masyarakat lokal secara aktif dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan suatu pengelolaan.Pengelolaan berbasis masyarakat berawal dari pemahaman bahwa masyarakat mempunyai kemampuan untuk memperbaiki kualitas hidupnya sendiri dan mampu mengelola sumberdaya mereka dengan baik, sehingga yang dibutuhkan hanyalah dukungan untuk mengelola dan menya-darkan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhannya.Kegiatan pengelolaan berbasis masyarakat saat ini menunjukkan bahwa masyarakat masih membutuhkan dukungan dan persetujuan dari pemerintah setempat dalam hal pengambilan keputusan. Demikian pula dalam pelaksanaan suatu kegiatan, dukungan pemerintah masih memegang peranan penting dalam memberikan pengarahan, bantuan teknis, dan merestui kegiatan yang sudah disepakati bersama. Sebaliknya, bila tid-ak ada dukungan partisipasi masyarakat terhadap program yang sudah di-rencanakan oleh pemerintah, maka hasilnya tidak



akan optimal. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat dan pemerintah setempat secara bersamasama sanga-tlah penting sejak awal kegiatan. Konsep pengelolaan yang mampu menampung banyak kepentingan, baik kepent-ingan masyarakat maupun kepentingan pengguna lainnya adalah konsep Cooper-ative Management (Pomeroy dan Williams, 1994).Dalam konsep Cooperative Man-agement, ada dua pendekatan utama yaitu pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah (goverment centralized management) dan pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat (community based management). Dalam konsep ini masyarakat lokal merupakan partner penting bersama-sama dengan pemerintah dan stake-holders lainnya dalam pengelolaan sumberdaya alam di suatu kawasan. Masyara-kat lokal merupakan salah satu kunci dari pengelolaan sumberdaya alam, sehing-ga praktek-praktek pengelolaan sumberdaya alam yang masih dilakukan oleh masyarakat lokal secara langsung menjadi bibit dari penerapan konsep terse-but.Tidak ada pengelolaan sumberdaya alam yang berhasil dengan baik tanpa mengikutsertakan masyarakat lokal sebagai pengguna dari sumberdaya alam ter-sebut. Menurut Dahuri (2003) mengatakan bahwa ada dua komponen penting keber-hasilan pengelolaan berbasis masyarakat, yaitu: (1) konsensus yang jelas dari tiga pelaku utama, yaitu pemerintah, masyarakat pesisir, dan peneliti (sosial, ekonomi, dan sumberdaya), dan (2) pemahaman yang mendalam dari masing-masing pelaku utama akan peran dan tanggung jawabnya dalam mengimplementasikan program pengelolaan berbasis masyarakat. Konsep pengelolaan berbasis masyarakat memiliki beberapa aspek positif (Carter, 1996), yaitu: (1) mampu mendorong timbulnya pemerataan dalam pem-anfaatan sumberdaya alam, (2) mampu merefleksi kebutuhan-kebutuhan masyarakat lokal yang spesifik, (3) ampu meningkatkan efisiensi secara ekologis dan teknis, (4) responsif dan adaptif terhadap perubahan kondisi sosial dan ling-kungan lokal, (5) mampu meningkatkan manfaat lokal bagi seluruh anggota masyarakat yang ada, (6) mampu menumbuhkan stabilitas dan komitmen, dan (7) masyarakat lokal termotivasi untuk mengelola secara berkelanjutan. Pengelolaan ekosistem padang lamun pada dasarnya adalah suatu proses pen-gontrolan tindakan manusia agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan. Apabila dilihat permasalahan pemanfaatan sumberdaya ekosistem padang lamun yang menyangkut berbagai sektor, maka pengelolaan



sumberdaya padang lamun tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, tetapi harus dilakukan secara terpadu oleh be-berapa instansi terkait. Kegagalan pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun ini, pada umumnya disebabkan oleh masyarakat pesisir tidak pernah dili-batkan, mereka cenderung hanya dijadikan sebagai obyek dan tidak pernah se-bagai subyek dalam programprogram pembangunan di wilayahnya. Sebagai aki-batnya mereka cenderung menjadi masa bodoh atau kesadaran dan partisipasi mereka terhadap permasalahan lingkungan di sekitarnya menjadi sangat rendah. Agar pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun ini tidak mengalami keg-agalan, maka masyarakat pesisir harus dilibatkan. Dalam pengelolaan ekosistem padang lamun berbasis masyarakat ini, yang di-maksud dengan masyarakat adalah semua komponen yang terlibat baik secara langsung maupun tak langsung dalam pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem padang lamun, diantaranya adalah masyarakat lokal, LSM, swasta, Perguruan Tinggi dan kalangan peneliti lainnya. Pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun berbasis masyarakt dapat diartikan sebagai suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada masyarakat dan dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan aspek ekonomi dan ekologi. Dalam konteks pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun berbasis masyarakat, kedua komponen masyarakat dan pemerintah sama-sama diberdayakan, sehingga tidak ada ketim-pangan dalam pelaksanaannya. Pengelolaan berbasis masyarakat harus mampu memecahkan dua persoalan utama, yaitu: (1) masalah sumberdaya hayati (misalnya, tangkap lebih, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, kerusakan ekosistem dan konflik antara nelayan tradisional dan industri perikanan modern), dan (2) masa-lah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan sumberdaya hayati laut (misalnya, berkurangnya daerah padang lamun sebagai daerah pembesaran sumberdaya perikanan, penurunan kualitas air, pencemaran).



2.4.3 Pendekatan Kebijakan Perumusan kebijaksanaan pengelolaan ekosistem padang lamun memerlukan suatu pendekatan yang dapat diterapkan secara optimal dan berkelanjutan me-lalui pendekatan keterpaduan. Pendekatan kebijakan ini mengacu kepada pen-dekatan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu, yaitu pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa



lingkungan yang ada di wilayah pesisir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara penilaian menyeluruh, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan, serta merencanakan kegiatan pembangunan. Pengelolaan ekosistem padang lamun secara terpadu mencakup empat aspek, yaitu: (1) keterpaduan wilayah/ekologis; (2) keterpaduan sektoral; (3) keterpaduan disiplin ilmu; dan (4) keterpaduan stakeholders (pemakai). 2.4.4 Rehabilitasi Padang Lamun Merujuk pada kenyataan bahwa padang lamun mendapat tekanan gangguaun utama dari aktivitas manusia maka untuk merehabilitasinya dapat dilakukan me-lalui dua pendekatan: yakni ; 1) Rehabiltasi lunak (soft Rehabilitation), dan 2) re-habilitasi keras (Hard Rehabilitation) a)



Rehabilitasi lunak



Rehabilitasi lunak lebih menekankan pada pengendalian perilaku manusia. Rehabilitasi lunak mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Kebijakan



dan strategi pengelolaan.



Dalam pengelolaan lingkungan diper-lukan



kebijakan dan strategi yan jelas untuk menjadi acuan pelaksanaan oleh para pemangku kepentingan ( stake holdes). 2. Penyadaran masyarakat (Public



awareness). Penyadaran masyarakat dapa



dilaksanakan dengan berbagai pendekatan. 3. Pendidikan. Pendidikan mengenai lingkungan termasuk pentingnya me-lestarikan lingkungan padang lamun. Pendidikan dapat disampaikan lewat jalan pendidikan formal dan non-formal. 4. Pengembangan riset.Riset diperlukan untukmendapatkan informasi yang akurat untuk mendasari pengambilan Keputusan dalam pengelolaan ling-kungan. 5. Mata pencaharian yang alternatif. Perlu dikembangkan berbagai kegiatan untuk mengembangkan mata pencarian alternatif yang ramah lingkungan yang dapat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang sejahtera akan lebih mudah diajak untuk menghargai dan melindungi lingkungan. 6. Pengikut sertaan masyarakat. Pertisipasi masyrakat dalam berbagai kegiatan lingkungan apat memberi motivasi yang lebih kuat dan lebih menjamin keberlanjutanya.Kegiaan bersih pantai dan pengelolaan sampah misalnya merupakan bagian dari kegiatan ini.



7. Pengembangan



Daerah



Pelindungan



Padang



Lamun



(segrass



sanctuary)berbasis masyarakat. Daerah perlidungan padang lamun merupakan bank sumberdaya yang dapat lebih menjamin ketersediaan sumberdaya ikan dalam jangka panjang. 8. Peraturan perundangan.Pengembangan peraturan perundangan perlu dikembangkan dan



dilaksanakan



dengan



tidak



meninggalkan



kepentingan



masyarakat



luas.Keberadaan hukum adat, serta kebiasaan masyarakat lo-kal perlu dihargai dan dikembangkan. 9. Penegakan huku secara konsisten. Segala peraturan perundangan tidak akan ada dimankan bila tidak ada ditegakan secara konsisten. Lembaga-lembaga yang terkait dengan penegakan hukum perlu diperkuat, termasuk lembaga-lembaga adat. b) Rehabilitasi Keras Rehabiltasi keras menyangkut kegiatan langsung perbaikan lingkungan dilapangan.Ini dapat dilaksanakan misalnya dengan rehabilitasi lingkungan atau dengan transplantasi lamun dilingkungan yang perlu direhabilitasi. Kegiatan transplantasi lamun di Indonesia belum berkembang luas. Berbagai percobaan transplantasi lamun telah dilaksanakanoleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang masih dalam taraf awal. Pengembangan trans-plantasi lamun telah dilaksanakan diluar negeri dengan berbagai tingkat keberhasilan, (Himnasurai Untama, 2012).



Gambar 3. Rehabilitasi Lamun



BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Padang lamun memiliki nilai ekologi dan ekonomi yang penting, dan bersama dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang merupakan habitat pesisir yang sangat produktif,



padang lamun bukan hanya merupakan habitat yang memiliki produktivitas primer tinggi dan siklus nutrient, tetapi juga menyediakan habitat untuk kehidupan berbagai macam organisme laut, serta dapat meningkatkan kestabilan substrat melalui perluasan akarnya secara ekstensif. Seiring banyaknya aktivitas manusia yang sangat erat menyangkut pada ekosistem – ekosistem dilaut membuat banyak dari ekosistem laut mengalami kerusakan. Terkhusus pada ekosistem lamun, Ekosistem padang lamun Indonesia diperkirakan sebesar 30,000 km2, dimana terdapat 30 dari 60 spesies padang lamun yang ada di dunia. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa jika ekosistem lamun di Indonesia mengalami kerusakan maka ada 30 spesies yang akan mengalami kehilangan. Salah satu upaya penanggulangan untuk memperbaiki kerusakan ekosistem lamun yaitu dengan rehabilitasi. Ada 2 jenis rehabilitasi yang dilakukan untuk lamun, yaitu rehabilitasi lunak dan rehabilitasi keras. Rehabilitasi lunak yaitu cara perbaikan dengan cara sosial, yaitu dengan pendekatan dengan masyarakat sehingga masyarakat mengerti akan pentingnya melindungi ekosistem lamun. Sedangkan rehabilitasi keras yaitu dengan cara langsung ke habitat lamun, yaitu dengan berbagai teknik sehingga ekosistem lamun dapat sembuh kembali dari kerusakan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Artikel Pengelolaan Sumberdaya Pesisir, Laut, dan Pulau-pulau kecil Pengelolaan Ekosistem Padang Lamun untuk Kesejahteraan Masyarakat Pesisir. Ambon. Pascasarjana Universitas Pattimura. Kawaroe, Mujizat. 2009. Rekayasa Teknologi Transplantasi Lamun pada Jenis Enhalus acoroides dan Thallassia hemprichii dalam Upaya Rehabilitasi Habitat di Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Bogor : Teknologi dan Rekayasa Fakultas Kompas



Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB 2003. 2011. Artikel



-



Mengenal



Padang



Lamun.



http://www.indonesiapower.co.id/SitePages/NewsDetail.aspx?dN=272 . [diakses Nasution,



pada 14 November 2015 pukul 22.00 WITA] Ichwan. 2010. Artikel Sedikit



tentang



Padang



lamun.



http://www.kompasiana.com/ichwan/sedikit-tentang-padang lamun_54ff29eda33311ea4550faac. [diakses pada 14 November 2015 pukul 22.00 WITA] Solihin, Akhmad. 2015. Artikel - Laut Indonesia dalam Krisis. Jakarta selatan : greenpeace Southeast Asia