Makalah Intertekstualitas Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TEORI SASTRA I INTERTEKSTUALITAS



Dosen Pengampu : Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putera Manuaba, M.Hum. Disusun Oleh : 1. Dini Salvida



121611133081



2. Nur Rizky R.



121611133085



3. Yunika Aprilia



121611133075



4. Rina Sasmida



121611133035



5. Lidya Asmara



121611133065



6. Desy Yunita S



121611133069 Kelas A



PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Intertekstualitas” dengan tepat waktu. Makalah ini telah kami susun dengan sebaik-baiknya. Kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah kami. Kami menyadari bahwa makalah yang telah kami buat tidak lepas dari kekurangan. Maka dari itu, kami menerima segala saran dan kritik oleh pembaca. Akhir kata, kami berharap semoga makalah yang kami bahas dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.



          



Surabaya, 7 Oktober 2017    



                                                                                           



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................................i DAFTAR ISI …………………………………………………………………………ii BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2 1.3 Tujuan..................................................................................................................2 1.4Manfaat.................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah dan Perkembangan..................................................................................3 2.2 Prinsip Teori Intertekstual....................................................................................3 2.3 Kajian Intertekstualitas.........................................................................................4 BAB IIIPENUTUP 3.1 Kesimpulan..........................................................................................................6 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra tidak terlepas kaitannya dari sebuah teks. Dari setiap teks yang ada kita bisa memahami sebuah karya sastra. Namun tak jarang kita juga kesulitan memahami makna sesungguhnya sebuah karya sastra. Di saat sebuah karya sastra sulit dipahami di saat itulah sebuah teori diperlukan. Teori-teori sastra yang ada sangat membantu kita dalam memahami isi dan makna karya sastra. Pada dasarnya setiap karya sastra membawa makna atau ideologi yang ingin disampaikan oleh pengarang. Setiap karya sastra mencerminkan kondisi sosial dan budaya pada saat itu. Terlepas dari bentuk karya sastra itu sendiri baik puisi, prosa maupun drama. Dalam karya sastra bentuk puisi dan prosa kepadatan teks dan keselarasan setiap teks adalah hal yang mutlak untuk diperhatikan. Sebuah teks pada karya sastra mengandung berbagai jutaan makna, hal ini akan sangat membingungkan bagi para pembaca apabila sang pengarang tidak bisa menyelaraskan setiap teks yang ada. Keterkaitan antar teks pada sebuah karya sastra sangat erat dimana teks satu berhubungan dengan teks -teks yang lain. Jika sang pengarang lalai dalam penyelarasan antar teks ini akan sangat merugikan bagi para pembaca karena pembaca akan disulitkan untuk memahami karya tersebut. Meskipun ada kalanya ada beberapa pembaca yang tidak bisa menangkap makna sesungguhnya dari sebuah karya sastra hal itu tidak mengganggu hubungan antar pengarang dengan karya sastra. Setiap pengarang memiliki ciri khas dalam setiap karyanya oleh karena itu sebagai pembaca dan penikmat karya sastra kita harus paham betul dengan makna dan isi sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra bisa sangat bernilai harganya apabila karya sastra tersebut mencerminkan kondisi saat karya tersebut dibuat. Hal ini bisa menjadi warisan dan pengetahuan tentang kondisi pada saat itu. Dalam memahami sebuah karya sastra kita juga perlu memahami bentuk karya sastra itu sendiri. Dalam makalah kali ini, kami mencoba untuk menyampaikan pemahaman kami tentang makna intertekstual itu sendiri, guna memahami sebuah karya sastra lebih jauh. Dalam makalah ini kami mencoba membahas teori intertekstualitas yang merupakan teori tentang hubungan antar teks.



1



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud intertekstualitas? 2. Bagaimana sejarah dan perkembangan teori intertekstualitas? 3. Bagaimana kajian intertekstualitas itu? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui dan memahami teori intertekstualitas. 2. Mengetahui sejarah dan perkembangan teori intertekstualitas. 3. Mengetahui dan memahami tentang kajian intertekstualitas. 1.4 Manfaat 1. Informasi mengenai teori intertekstualitas dan bagaimana menerapkannya dalam karya sastra diharapkan menjadi suatu pengetahuan untuk mahasiswa dan dapat digunakan untuk mengerjakan tugas yang berhubungan dengan intertekstualitas.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah dan Perkembangan Pendekatan intertekstual pertama diilhami oleh gagasan pemikiran Mikhail Bakhtin, seorang filsuf Rusia yang mempunyai minat besar pada sastra. Menurut Bakhtin, pendekatan intertekstual menekankan pengertian bahwa sebuah teks sastra dipandang sebagai tulisan sisipan atau cangkokan pada kerangka teks-teks sastra lain, seperti tradisi, jenis sastra, parodi, acuan atau kutipan (Noor 2007: 4-5). Kemudian, pendekatan intertekstual tersebut diperkenalkan atau dikembangkan oleh Julia Kristeva. Menurut Kristeva, intertekstualitas merupakan sebuah istilah yang diciptakan oleh Julia Kristeva (Worton 1990:1). Istilah intertekstual pada umumnya dipahami sebagai hubungan suatu teks dengan teks lain. Menurut Kristeva, tiap teks merupakan sebuah mozaik kutipan-kutipan, tiap teks merupakan penyerapan dan transformasi dari teks-teks lain (1980: 66). Kristeva berpendapat bahwa setiap teks terjalin dari kutipan, peresapan, dan transformasi teks-teks lain. Sewaktu pengarang menulis, pengarang akan mengambil komponenkomponen teks yang lain sebagai bahan dasar untuk penciptaan karyanya. Semua itu disusun dan diberi warna dengan penyesuaian, dan jika perlu mungkin ditambah supaya menjadi sebuah karya yang utuh. Untuk lebih menegaskan pendapat itu, Kristeva mengajukan dua alasan. Pertama, pengarang adalah seorang pembaca teks sebelum menulis teks. Proses penulisan karya oleh seorang pengarang tidak bisa dihindarkan dari berbagai jenis rujukan, kutipan, dan pengaruh. Kedua, sebuah teks tersedia hanya melalui proses pembacaan. Kemungkinan adanya penerimaan atau penentangan terletak pada pengarang melalui proses pembacaan (Worton, 1990: 1). 2.2 Prinsip Teori Intertekstual Prinsip intertekstualitas yang utama adalah prinsip memahami dan memberikan makna karya yang bersangkutan. Karya itu diprediksikan sebagai reaksi, penyerapan, atau transformasi dari karya yang lain. Teks sastra yang menjadi latar penciptaan karya sastra lain oleh Riffaterre (1978: 11, 23) disebut hipogram. Masalah intertekstual lebih dari sekedar pengaruh, ambilan, atau jiplakan, melainkan bagaimana kita memperoleh makna sebuah karya secara penuh dalam kontrasnya dengan karya yang lain yang menjadi hipogramnya, baik berupa teks fiksi maupun puisi.Istilah hipogram, barangkali dapat diindonesiakan 3



menjadi latar, yaitu dasar, walau mungkin tak tampak secara eksplisit, bagi penulisan karya yang lain. Wujud hipogram mungkin berupa penerusan konvensi, sesuatu yang telah bereksistensi, penyimpangan dan pemberontakan konvensi, pemutarbalikan esensi dan teks sebelumnya. (Teeuw, 1983:65) Intertekstual menurut Kristeva mempunyai prinsip dan kaidah tersendiri dalam penelitian karya sastra, antara lain: (1)



interteks melihat hakikat sebuah teks yang di dalamnya terdapat berbagai teks;



(2)



interteks menganalisis sebuah karya itu berdasarkan aspek yang membinakarya



tersebut, yaitu unsur-unsur struktur seperti tema, plot, watak, dan bahasa, serta unsur-unsur di luar struktur seperti unsur sejarah, budaya, agama yang menjadi bagian dari komposisi teks; (3)



interteks mengkaji keseimbangan antara aspek dalaman dan aspek luaran



dengan melihat fungsi dan tujuan kehadiran teks-teks tersebut; (4)



teori interteks juga menyebut bahwa sebuah teks itu tercipta berdasarkan karya-



karya yang lain. Kajian tidak hanya tertumpu pada teks yang dibaca, tetapi meneliti teks-teks lainnya untuk melihat aspek-aspek yang meresap kedalam teks yang ditulis atau dibaca atau dikaji; (5)



yang dipentingkan dalam interteks adalah menghargai pengambilan, kehadiran,



dan masuknya unsur-unsur lain kedalam sebuah karya (melalui Napiah, 1994: xv). 2.3 Kajian Intertekstualitas Intertekstual memiliki arti adanya keterkaitan atau hubungan antara satu teks dengan teks yang lain. Teks lain sering mendasari teks yang bersangkutan. Munculnya teks-teks lain dalam suatu karya sastra memberikan warna dan corak tersendiri bagi teks yang terdapat dalam karya tersebut. Teks yang muncul kemudian merupakan jawaban, peninjauan kembali, penggeseran, idealisasi, pemecahan, dan sebagainya dari teks yang mendahuluinya. Oleh karena itu, pemahaman teks baru memerlukan latar belakang pengetahuan teks-teks yang mendahuluinya, dan hal itu merupakan prinsip intertekstualitas. Teks merupakan satu pemutasian teks-teks lain, intertekstual memandang teks berada di dalam ruang satu teks yang ditentukan, teks merupakan bermacam-macam tindak ujaran, teks diambil dari teks-teks lain serta teks bersifat tumpang tindih dan saling menetralkan satu sama lain. (Kristeva, 1980:36-37) 4



Setiap pembaca yang berhadapan dengan teks pasti bertarung dengan proses pemaknaan. Ia di dalam kubangan untuk menentukan bagaimanakah signifikansi teks yang ia baca. Tanpa dia sadari, kode dan signifikansi yang ada di dalam teks tersebut diperoleh dari teks-teks yang pernah ia baca sebelumnya. Dengan demikian, tanpa ia sadari pula bahwa sebenarnya tidak ada satupun teks yang benar-benar mandiri. Setiap teks yang ada selalu terkait dengan teks-teks lain untuk mendapatkan signifikansi. Keadaan ini telah disinggung oleh Julia Kristeva (dalam Culler, 1981: 104) bahwa jumlahan pengetahuan yang dapat membuat suatu teks sehingga memiliki arti, atau intertekstualitas, merupakan hal yang tidak bisa dihindari sebab setiap teks bergantung, menyerap, atau merubah rupa dari teks sebelumnya. Culler menekankan intertekstualitas sebagai dua hal fokus kajian (Culler, 1981: 103). Fokus pertama adalah penyadaran posisi penting prior texts (teks-teks pendahulu) yang demikian juga berarti istilah ‘otonomi sebuah teks’ adalah istilah yang tidak tepat sebab sebuah teks baru memiliki makna ketika ada teks-teks yang lebih dulu mendahuluinya, jadi tidak ada otonomi. Sedangkan fokus kedua adalah mengenai intelligibility (tingkat terpahaminya suatu teks) dan meaning (makna) yang ditentukan oleh kontribusi teks-teks pendahulu terhadap berbagai macam efek signifikansi. Proses pembacaan dan pemaknaan kemudian dapatlah dianggap sebagai hal yang sangat kompleks. Teks sendiri merupakan sekumpulan kode-kode yang nilai signifikansinya ditentukan oleh teks-teks pendahulunya sedangkan pembaca teks juga tidak bergulat dengan teks dalam keadaan bersih. Setiap pembaca sendiri dikatakan oleh Barthes sebagai sebuah entitas yang terbentuk dari pluralitas teks-teks lain; “I” is not an innocent subject that is anterior to texts … The “I” that approaches the text is itself already a plurality of other texts” (dalam Culler, 1981: 102).



5



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pendekatan intertekstual pertama diilhami oleh gagasan pemikiran Mikhail Bakhtin, yang menekankan pengertian bahwa sebuah teks sastra dipandang sebagai tulisan sisipan atau cangkokan pada kerangka teks-teks sastra lain, seperti tradisi, jenis sastra, parodi, acuan atau kutipan (Noor 2007: 4-5). Kemudian, pendekatan intertekstual tersebut dikembangkan oleh Julia Kristeva. Menurut Kristeva, tiap teks merupakan sebuah mozaik kutipan-kutipan, tiap teks merupakan penyerapan dan transformasi dari teks-teks lain (1980: 66). Prinsip intertekstualitas yang utama adalah prinsip memahami dan memberikan makna karya yang bersangkutan. Karya itu diprediksikan sebagai reaksi, penyerapan, atau transformasi dari karya yang lain. Karya sastra ditulis mencontoh karya yang sudah ada sebelumnya. Akan tetapi, di samping itu, karya sastra adalah karya kreatif, maka karya sastra ditulis tidak semata-mata hanya mencontoh saja, melainkan juga memperkembangkan konvensi yang sudah ada, bahkan menyimpangi ciri-ciri dan konvensi-konvensi yang ada dalam batas-batas tertentu.Teks sastra yang menjadi latar penciptaan karya sastra lain oleh Riffaterre (1978: 11, 23) disebut hipogram. Teks lain sering mendasari teks yang bersangkutan.Teks yang muncul kemudian, merupakan jawaban, peninjauan kembali, penggeseran, idealisasi, pemecahan, dan sebagainya dari teks yang mendahuluinya. Oleh karena itu, pemahaman teks baru memerlukan latar belakang pengetahuan teks-teks yang mendahuluinya, dan hal itu merupakan prinsip intertekstualitas.Hubungan intertekstual atau hubungan antarteks karya sastra penting untuk diteliti dalam studi sastra untuk memperjelas maknanya sebagai karya sastra agar memudahkan pemahamannya, baik pemahaman makna teks maupun makna dan posisi kesejarahannya.



6



DAFTAR PUSTAKA Abadi, M. (2013, Januari 23). Kajian Intertekstual dalam Novel Namaku Hiroko Karya N.H Dini & Memoirs Of A Geisha Karya Arthur Golden. Retrieved from blogspot.co.id: http//anekamakalahkita.blogspot.co.id/2013/01/kajian-intertekstual-dalam-novelnamaku.html?m=1 Karibo, O. (2012, Mei 9). Pengertian Teori Intertekstual. Retrieved from Blogspot.co.id: http://olien-kribo.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-teori-intertekstual.html?m=1 Majidatul, Y. (2013, November 14). Teori Intertekstualitas. Retrieved from unair.ac.id: http://yulis-majidatul-fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-87223-Umum-teori %20intertekstualitas.html Pradopo, R. D. (2007). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prana Amertawengrum, I. (2010, September). Teks dan Intertekstualitas. Retrieved from portalganda.org:



http://download.portalganda.org/article.php?



article=253156&val=6820 Teeuw, A. (2015). Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya.