Makalah Isu Akuntansi Internasional [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ISU-ISU AKUNTANSI INTERNASIONAL



Sebagai Tugas Mata Kuliah Akuntansi Internasional Dosen Pengampu: Abriandi, SE., AK., M.M



Nama



: Dony Tri A



NIP



: 16110701847



PROGRAM STUDI AKUNTANSI INSTITUTE PERBANAS BEKASI 2018



A. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Akuntansi keuangan dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia digunakan. Setiap bangsa memiliki sejarah, norma, budaya, serta sistem politik dan ekonomi yang berbeda, yang terdapat pada tingkatan yang beragam dalam perkembangan ekonomi. Pengaruhpengaruh ini berinteraksi satu sama lain dan berdampak pada perkembangan dan aplikasi praktek akuntansi keuangan dan pelaporannya. Perusahaan multinasional yang beroperasi di banyak negara dapat memperoleh lebih dari setengah pendapatan mereka di luar Amerika Serikat. Karena perbedaan-perbedaan tersebut, standar akuntansi keuangan yang diaplikasikan terhadap data akuntansi yang dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan multinasional ini bervariasi secara signifikan antara satu negara dengan negara yang lain. Perusahaan-perusahaan menyiapkan laporan keuangan yang ditujukan langsung kepada pengguna utama mereka. Dahulu, kebanyakan pengguna adalah penduduk dari negara yang sama dengan negara perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan. Bagaimanapun juga, penyatuan perusahan dan organisasi multinasional seperti European Union (EU), GATT, dan NAFTA telah membuat pelaporan keuangan antarnegara/transnasional menjadi lebih terlihat biasa. Pelaporan keuangan antarnegara menghendaki penggunanya untuk memahami praktek akuntansi yang diterapkan oleh sutu perusahaan, bahasa negara di mana perusahaan tersebut berkedudukan, dan mata uang yang digunakan perusahaan untuk menyiapkan laporan keuangannya. Jika investor dan kreditor tidak dapat meperoleh informasi keuangan yang dapat dimengerti tentang perusahaan yang beroperasi di luar negeri, mereka tidak akan tertarik untuk berinvestasi atau meminjamkan uang kepada perusahaan tersebut. Sebagai hasilnya, dilakukan usaha untuk menyelaraskan standar akuntansi di antara negara-negara tersebut. Salah satu masalah utama yang saat ini sedang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan Amerika Serikat adalah kemampuan mereka untuk bersaing dalam perekonomian global dengan pelaporan keuangan antarnegara. Pada bagian berikutnya, kami menjelaskan beberapa isu yang harus diperhatikan oleh perusahaan multinasional.



b. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Isu Akuntansi Bisnis Internasional? 2. Bagaimana Perkembangan Sistem Akuntansi? 3. Bagaimana Praktek Akuntansi Terkini? 4. Apa isu-isu terbaru dalam Komite Standart Akuntasni Internasional (IASC)?



B. PEMBAHASAN a.



Isu Akuntansi Bisnis Internasional Paparan pertama perusahaan terhadap akuntansi internasional sering terjadi sebagai hasil dari pembelian atau penjualan barang dagangan dengan entitas asing. Perdagangan international



ini



menimbulkan



beberapa



masalah



yang



unik.



Pertama,



terdapat



kemungkinan timbulnya gain atau loss dari kurs mata uang yang terjadi karena adanya perbedaan waktu pemesanan, penerimaan barang, dan pelunasan pembayaran. Oleh karena itu, perubahan nilai relatif mata uang memberikan risiko yang lebih tinggi terhadap timbulnya gain atau loss dari kurs mata uang. Kemudian, sangat sulit untuk memperoleh informasi kredit internasional dan mengevaluasi likuiditas dan solvensi perusahaan dari laporan keuangannya terlebih dengan penggunaan bahasa dan/atau prinsip akuntansi yang berbeda. Meningkatnya perdagangan antar negara, penting bagi perusahaan menciptakan divisi internasional, dan juga mengembangkan keahlian akuntansi internasional. Pada akhirnya, perusahaan berharap dapat meningkatkan modal di pasar asing. Sehingga, perusahaan tersebut harus menyiapkan laporan keuangannya dengan cara yang dapat diterima dan sesuai dengan perdagangan saham asing. Dalam banyak kasus, laporan yang disiapkan sesuai dengan GAAP AS tidak dapat diterima dalam pendaftaran dokumen perdagangan internasional, tetapi di lain kasus, seperti di Kanada dan Jepang, prinsip-prinsip ini bisa diterima.



b.



Perkembangan Sistem Akuntansi Kebudayaan suatu negara memperngaruhi tidak hanya praktek bisnis tetapi juga prosedur akuntansinya. Hofstede mengemukakan definisi yang diterima luas tentang kebudayaan sebagai “pemrograman pikiran yang kolektif yang membedakan satu kategori orang dengan yang lainnya”. Dia kemudian mengkategorisasikan delapan kebudayaan berbeda: Barat, Muslim, Jepang, Hindu, Konfusius, Slavia, Afrika, dan Amerika Latin. Namun, klasifikasi praktek akuntansi berdasarkan kebudayaan terlalu sederhana karena banyak negara memiliki lebih dari satu suku dan banyak sistem akuntansi negara-negara tersebut yang dikembangkan selama hubungan dengan penjajahan terdahulu. Tingkat perkembangan sistem akuntansi sebuah negara juga dipengaruhi oleh dampak lingkungan seperti tingkat pendidikan secara keseluruhan, jenis sistem politik, jenis sistem hukum, dan ukuran perkembangan ekonomi. Misalnya, perkembangan standar akuntansi



di Amerika Serikat dipengaruhi oleh Revolusi Industri dan kebutuhan untuk memperoleh sumber modal pribadi. Sebagai hasilnya, informasi akuntansi keuangan dibutuhkan untuk menyediakan informasi profitabilitas dan pelayanan kepada investor dan kreditor. Di lain pihak, standar akuntansi di Rusia tidak terlalu berkembang. Aslinya, ekonomi Rusia direncanakan secara terpusat dan sebagai hasilnya, diperlukan standar akuntansi yang seragam. Sebagai negara dengan ekonomi pasar yang sedang berkembang, Rusia menemukan bahwa standar-standar akuntansi ini tidak lagi berguna, dan standar baru sedang dikembangkan. 1. Tingkat Pendidikan Terdapat kecenderungan adanya korelasi langsung antara tingkat pendidikan yang



dimiliki



penduduk



suatu



negara



dengan



perkembangan



praktek



pelaporan akuntansi keuangan di negara tersebut. Karakteristik faktor-faktor lingkungan ini mencakup (1) tingkat melek huruf



di negara tersebut; (2)



persentase populasi yang telah lulus sekolah dasar, sekolah menengah, dan pendidikan;



(3)



orientasi



sistem



pendidikan



(persiapan



dunia



kerja,



profesional, dan lain-lain); dan (4) kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan ekonomi dan sosial negara tersebut. Negara-negara dengan masyarakat yang terdidik dengan lebih baik bisa diasosiasikan dengan sistem akuntansi keuangan yang lebih maju. 2. Sistem Politik Jenis sistem politik (sosialis, demokrasi, totaliter, dan lain-lain) dapat mempengaruhi



perkembangan



standar



dan



prosedur



akuntansi.



Sistem



akuntansi di sebuah negara dengan ekonomi terpusat akan berbeda dengan sistem akuntansi dengan ekonomi berorientasi pasar. Sebagai contohnya, perusahaan-perusahaan di negara sosialis akan diminta untuk menyediakan informasi mengenai dampak sosial dan analisis manfaat—biaya di samping informasi tentang profitabilitas dan posisi keuangan. 3. Sistem Hukum Ukuran di mana hukum sebuah negara menetapkan praktek akuntansi dapat mempengaruhi kekuatan profesi akuntansi negara tersebut. Ketika pemerintah memberlakukan prosedur dan praktek akuntansi, otoritas profesi akuntansi biasanya



bersifat



lemah.



Kebalikannya,



nonlegal



oleh organisasi profesional



penetapan



kebijakan



akuntansi



adalah karakteristik negara-negara



dengan common law.



4. Perkembangan Ekonomi Tingkat



perkembangan



ekonomi



suatu



negara



mempengaruhi



baik



perkembangan maupun aplikasi praktek pelaporan keuangan. Negara-negara



dengan tingkat perkembangan ekonomi yang rendah relatif akan memiliki kebutuhan yang lebih rendah untuk sistem akuntansi yang lebih rumit daripada negara dengan tingkat perkembangan ekonomi yang tinggi. C. Praktek Akuntansi Terkini Klasifikasi praktek akuntansi menjadi kelompok-kelompok sudah diusahakan sejak tahun 1960. Skema pengelompokan awal dikembangkan oleh Gerhard Mueller, yang mengklasifikasikan praktek akuntansi negara berdasarkan dampak perbedaan lingkungan bisnis, adalah sebagai berikut. 1. Amerika Serikat/ Kanada/ Belanda 2. Persemakmuran Inggris (kecuali Kanada) 3. Jerman/ Jepang 4. Eropa Daratan (kecuali Jerman, Belanda, dan Skandinavia) 5. Skandinavia 6. Israel/ Meksiko 7. Amerika Selatan 8. Negara-negara berkembang di Timur Dekat dan Timur Jauh 9. Afrika (kecuali Afrika Selatan) 10. Komunis Kemudian,



komite American



Accounting



Association menyatakan



bahwa



praktek



akuntansi di seluruh dunia dapat dikelompokkan menurut jangkauan pengaruhnya. Komite ini mengindikasikan bahwa lima zona pengaruh tersebut adalah: 1. Inggris 2. Prancis-Spanyol-Portugis 3. Jerman-Belanda 4. Amerika Serikat 5. Komunis



Perjanjian terkini seperti EU, GATT, NAFTA, dan perubahan sistem ekonomi di Eropa Timur telah memodifikasi jangkauan pengaruh dan menghasilkan pengelompokan berikut. 1. Amerika Serikat



Standar akuntansi keuangan untuk kelompok ini sudah berkembang terutama di sektor privat, dan hasilnya menjadi set standar akuntansi yang relatif bersifat membatasi. Jangkauan pengaruh di Amerika Serikat meliputi Kanada, Meksiko, Venezuela, dan Amerika Tengah. Perjanjian dalam NAFTA secara tidak terbantahkan akan menghasilkan standardisasi prinsip akuntansi di antara negara-negara ini. 2. Inggris/ Belanda Kelompok ini hampir menyerupai kelompok AS; bagaimanapun juga, kelompok ini disifati oleh standar akuntansi yang relatif sedikit restriktif. Di samping Inggris dan Belanda, kelompok ini mencakup Irlandia, Israel, dan koloni lama Inggris di India, Selandia Baru, dan Amerika Selatan. 3. Eropa Daratan/ Jepang Perusahaan-perusahaan dalam kelompok ini bergantung pada bank untuk menyuplai kebanyakan kebutuhan modal mereka; Sebagai hasilnya, praktek akuntansi konservatif sudah berkembang. Negara-negara dalam kelompok ini adalah kebanyakan negara-negara Eropa Barat dan Jepang. 4. Amerika Selatan Kecuali Brazil, negara-negara di kawasan ini memiliki bahasa dan warisan budaya yang sama. Sebagai tambahan, pelaporan akuntansi dalam kelompok ini umumnya memasukkan informasi sebagai dampak inflasi. Seluruh negara Amerika Selatan kecuali Venezuela, yang mengikuti GAAP AS, termasuk dalam kelompok ini. 5. Negara-Negara Dunia Ketiga Kelompok negara-negara yang dianggap kecil ini berbagi kebutuhan untuk mengembangkan standar akuntansi untuk ekonomi yang sedang berkembang. Banyak negara ini yang dahulunya merupakan jajahan negara-negara Eropa dan sekarang sedang mengembangkan standar akuntansi untuk memenuhi kebutuhan sitem ekonomi mereka. Negara-negara yang tergolong dalam kelompok ini adalah kebanyakan negara-negara Afrika (kecuali Afrika Selatan) dan negara-negara Timur Jauh. 6. Negara-Negara yang Mengalami Perubahan Ekonomi Perubahan besar dari politik di Eropa Timur pada tahun 1980-an berdampak pada kebutuhan untuk mengembangkan standar dan praktek akuntansi yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan sistem ekonomi yang turut berubah. Negara-negara ini mengubah praktek akuntansi mereka dari ekonomi terpusat menjadi ekonomi pasar. Mereka adalah hampir seluruh negara Eropa Timur yang dulunya berada di bawah jangkauan pengaruh Uni Soviet sebelum disintegrasi berdasarkan Pakta Warsawa.



7. Komunis Negara-negara komunis yang masih ada menggunakan sebuah sistem akuntansi yang didesain untuk berperan dalam perencanaan sentral. Negaranegara dalam kelompok ini adalahChina, Korea Utara dan Kuba. d. Penyusunan Laporan Keuangan untuk Pengguna Asing Sebuah perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan kepada pengguna di luar negeri bisa memakai satu dari beberapa pendekatan untuk menyusun laporan keuangannya: 1. Laporan keuangan yang sama untuk semua pemakai laporan keuangan (domestik dan luar negari). 2. Menerjemahkan bahasa yang digunakan dalam laporan keuangan yang dikirimkan ke pemakai luar negeri, dalam bahasa yang digunakan di negara pemakai tersebut. 3. Melakukan translasi atas laporan keuangan yang dikirimkan ke pihak pemakai luar negeri, sesuai dengan mata uang yang digunakan di negara pemakai laporan tersebut. 4. Mempersiapkan 2 laporan keuangan yang berbeda bahasa dan mata uangnya. 5. Menyiapkan Laporan keuangan berbasis prinsip-prinsip akuntansi yang disetujui kalangan dunia luas. e. Komite Standar Akuntansi Internasional (IASC) Penyusunan laporan keuangan untuk pengguna di negara lain dengan menggunakan lima opsi yang tersebut di atas semakin giat menyarankan pelaporan keuangan antarnegara. Komite Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards Committee/IASC) dibentuk pada tahun 1973 untuk mengembangkan standar akuntansi yang diterima secara luas di dunia. IASC adalah badan sektor privat independen, yang tujuannya adalah untuk mencapai keseragaman prinsip akuntansi yang digunakan dalam pelaporan keuangan yang diterima masyarakat dunia. Anggota asli Dewan IASC adalah badan-badan akuntansi dari sembilan negara: Australia, Kanada, Prancis, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris, Amerika Serikat, dan Jerman Barat. Sejak 1983, angotaanggota IASC memasukkan seluruh badan akuntansi profesional yang menjadi anggota Federasi Akuntan Internasional. Badan ini terdiri dari 134 organisasi pendukung di 104 negara. Kebanyakan organisasi ini adalah asosiasi profesional akuntan publik yang



berlisensi; Sebagai hasilnya, keanggotaan IASC meliputi jangkauan organisasi yang lebih sempit daripada FASB. IASC Agreement and Constitution memberikan otoritas untuk menyebarluaskan standar-standar untuk penyampaian laporan keuangan yang diaudit oleh anggota dari organisasi tersebut. Konstitusi IASC juga membentuk peraturan untuk menyebarluaskan penerimaan seluruh dunia terhadap standar-standar IASC. Persyaratan ini muncul karena banyak negara tidak mempunyai program untuk mengembangkan standar akuntansi dan karena terdapat kebutuhan untuk menyesuaikan perbedaan di antara standar tiap-tiap negara. Banyak pengamat menetapkan penyesuaian yang diharapkan karena adanya kebutuhan untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan asing. Pembuatan keputusan yang telah dikembangkan akan terjadi karena tidak akan terlalu penting lagi untuk menerjemahkan laporan keuangan asing dan karena perbandingan yang akan dikembangkan. Walaupun banyak perbedaan praktek pelaporan keuangan dunia bisa dijelaskan oleh perbedaan lingkungan antarnegara, beberapa perbedaan tidak demikian. IASC berupaya untuk menyesuaikan perbedaan-perbedaan yang tidak bisa dijelaskan oleh perbedaan lingkungan. Tujuan IASC adalah untuk memformulasikan dan mengumumkan standarstandar akuntansi dan untuk mempromosikan penerimaan dan pengamatan yang diterima luas. Anggota IASC setuju untuk mendukung standar-standar tersebut dan mengeluarkan kemampuan terbaik mereka untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan yang dipublikasikan sesuai dengan standar tersebut, untuk memastikan auditor menegakkan standar tersebut, dan untuk melakukan pendekatan dengan pemerintah, bursa saham, dan badan-badan lain untuk mendukung standar tersebut. Tujuan asli IASC adalah untuk menghindari detail kompleks dan berkonsentrasi pada standar dasar. Proses penyusunan standar IASC sama dengan yang diikuti oleh FASB dan mencakup enam tahap berikut: 1. Dewan menyiapkan Steering Committee 2. Steering committee mengidentifikasi dan meriview isu akuntansi yang terkait dengan topik yang akan dibuatkan standarnya. Menghasilkan “point outline” 3. Komentar dewan atas point outline dan direviu kembali oleh Steering Committee menghasilkan “Draft Statement of Principles”



4. Steering Committee mereviu komentar atas draft dan menyiapkan “Final Statement of Principles” 5. Steering Committee membuat draft Exposure Draft dan meminta persetujuan dewan untuk dipublikasikan sebagai Exposure Draft 6. Steering Committee meriviu komentar selama 6 bulan and menyiapkan dan mempublikasikan International Accounting Standard setelah disetujui ¾ dewan.



Sangat kontras dengan standar yang dikeluarkan oleh FASB, Standar Akuntansi Internasional (IASs) kadang-kadang mengizinkan dua perlakuan akuntansi untuk kejadian dan transaksi akuntansi. Dalam beberapa kasus, perlakuan yang lebih disukai diistilahkan sebagai perlakuan benchmark/standar, sementara yang lain disebut sebagai perlakuan alternatif. Aslinya, IASC tidak menjelaskan perbedaan di antara dua jenis perlakuan ini; meskipun demikian, pada Desember 1995 dikeluarkanlah IASC Insight, yang penjelasannya sebagai berikut. “Dewan telah memutuskan bahwa seharusnya digunakan istilah BENCHMARK (standar) daripada PREFERRED (lebih disukai) [yang diajukan dalam IAS No 32, p.2] dalam beberapa kasus di mana hal ini berlanjut pada pembolehan pilihan perlakuan akuntansi untuk kejadian dan transaksi. Istilah BENCHMARK merefleksikan tujuan Dewan untuk mengidentifikasikan titik referensi ketika membuat pilihan di antara alternatifalternatif tersebut.” Walaupun penjelasan ini mengimplikasikan bahwa IASC bermaksud mengurangi pilihan-pilihan yang tersedia dalam standar, mengeliminasi perlakuan alternatif akan mengurangi tingkat komparasi dengan GAAP AS, dalam kasus ini misalnya ketika perlakuan alternatif tersebut lebih mirip dengan GAAP AS. f.



Penggunaan Standar Akuntansi Internasional Standar akuntansi internasional digunakan dalam berbagai cara. IASC memperhatikan bahwa standar-standarnya digunakan: 1. Sebagai persyaratan nasional 2. Sebagai dasar dari sebagian atau seluruh persyaratan nasional 3. Sebagai benchmark bagi negara-negara yang menetapkan sendiri persyaratan nasionalnya 4. Digunakan oleh pihak yang berwenang untuk mengatur perusahaan domestik dan perusahaan asing



5. Digunakan oleh perusahaan-perusahaan itu sendiri Sebagai tambahan, International Organization of Securities Commissions (IOSCO) menginginkan IASB menyediakan IAS yang dapat digunakan dalam penawaran sekuritas multinasional. Baru-baru ini, beberapa bursa saham di beberapa negara mensyaratkan atau memperbolehkan perusahaan yang mengeluarkan saham untuk menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan IAS. IASC tidak mempunyai kekuasaan memaksa dan harus berlandaskan pada ‘usaha terbaik’ dari anggota-anggotanya. Bagaimanapun juga, pengaruh badan-badan akuntansi profesional dalam pembentukan peraturan akuntansi bervariasi dari negara yang satu ke negara yang lain. Di beberapa negara, seperti Prancis dan Jerman, kekuatan dan detil hukum perusahaan memberikan ruang bagi pengaruh badan-badan akuntansi. Di negara lain, seperti Inggris, Kanada, dan Australia, standar akuntansi diatur oleh badan profesional yang dimiliki IASC. Di AS, dua badan yang secara langsung berkonsentrasi pada pengaturan standar, yaitu FASB dan SEC, bukanlah anggota IASC. Perjanjian dan tindakan IASC tidak mengakomodasi perbedaan nasional. Oleh karena itu, setiap negara memiliki kelompok pengguna informasi keuangan sendiri (pemilik, kreditor, debitor, pegawai, pemerintah, dan lain-lain), semua yang beroperasi di dalam lingkungan budaya, sosial, hukum, politik, dan ekonomi. Pengguna-pengguna tersebut juga mungkin memiliki kepentingan yang relatif berbeda dari negara ke negara, menciptakan variasi peran akuntansi keuangan dari negara ke negara. IASC mengeluarkan 41 standar dan IASB telah mengeluarkan 8 IFRS yang mencakup isu-isu seperti pengungkapan kebijakan akuntansi, laporan arus kas, depresiasi, informasi yang harus di ungkapkan, informasi perubahan posisi keuangan, unsusual item, prior period items dan perubahan kebijakan akuntansi, penelitian dan pengembangan, pajak atas income, foreign exchange, kombinasi bisnis, dan pengungkapan pihak-pihak yang terkait. g. Isu Terbaru Pada pertengahan 1990, IASC berpartner dengan IOSCO untuk bekerjasama dalam mendorong transaksi saham di seluruh dunia agar menerima laporan keuangan yang disiapkan dengan menggunakan standar dari IASB.Untuk meraih tujuan ini, IASB diminta untuk menyelesaikan sebuah program kerja yang komprehensif dalam membuat atau



memperbaiki IAS yang dapat diterima oleh IOSCO. IOSCO mengindikasikan bahwa kesuksesan IASC dalam menyelesaikan program tersebut dapat menyebabkan penyebarluasan suatu set inti standar yang komprehensif untuk pendaftaran saham lintas batas. Hal itu juga dapat memungkinkan IOSCO untuk mempertimbangkan penggunaan Standar Akuntansi Internasional untuk tujuan pendaftaran saham di semua pasar modal global. IOSCO telah meresmikan penggunaan pernyataan IASC mengenai arus kas dan mengindikasikan bahwa standar standar IASC yang lain sudah memadai, hal ini membuktikan standar inti yang lain telah diselesaikan dengan sukses. Beberapa isu yang dibahas dalam program kerja adalah instrumen keuangan, pajak penghasilan, aset tidak berwujud, laporan per segmen, laba per lembar saham (earning per share), biaya keuntungan pegawai (employee benefit cost), laporan interim, operasi yang tidak dilanjutkan (disontinued operation), hal yang mungkin terjadi (contingency), dan lease. Awalnya program ini di targetkan selesai pada Desember 1999, namun pada tahun 1996 direksi IASC memutuskan untuk mempercepatnya menjadi Maret 1999. Pada saat penyelesaian proyek, IOSC menelaah standar yang telah direvisi untuk menentukan apakah akan merekomendasikan penggunaannya pada para anggota IOSC untuk tujuan pencarian modal secara lintas batas. IOSCO mengidentifikasi beberapa standar yang masih berpotensial untuk dikembangkan; sebagai hasilnya, IASC mengadakan Proyek Pengembangan untuk mengurangi atau menghilangkan alternatif, peraturan yang berlebihan (redundancy), dan konflik dengan standar yang telah ada dan untuk melakukan pengembangan lain pada standar. Penyelesaian yang cepat dari proyek ini terlihat krusial ketika negara anggota Uni Eropa (EU) mengadopsi standar internasional pada awal 2005. Pada tanggal 17 Desember 2003, IASB mempublikasikan 13 Standar Akuntansi Internasional (IAS) yang telah direvisi, menerbitkan 2 standar baru, mengumumkan pemberitahuan mengenai penarikan standarnya pada akuntansi level-harga (price-level accounting). Revisi dan standar baru yang diterbitkan menandakan bahwa Proyek Pengembangan yang dilakukan oleh IASB tersebut hampir selesai.Proyek tersebut membahas kecemasan, pertanyaan, dan kritik yang berasal dari otoritas pengatur sekuritas dan pihak lain yang tertarik dengan IAS yang telah ada. Proyek Pengembangan merupakan elemen utama dari strategi IASB untuk meningkatkan kualitas dan konsistensi dari laporan keuangan secara umum dan IAS yang telah ada. Minat atas pelaporan yang lebih baik melalui konvergensi membuat proyek



tersebut menarik praktik terbaik dari seluruh dunia. Proyek tersebut telah menghilangkan beberapa pilihan yang ada dalam IAS yang keberadaannya menyebabkan ketidakpastian dan penurunan tingkat komparabilitas. Proyek ini diuntungkan dari masukan yang berasal dari pelaku pasar secara luas, termasuk pembuat peraturan melalui Organisasi Internasional untuk Komisi Sekuritas, pembuat standar nasional, Dewan Penasihat Standar IASB, dan pihak lain. IASB juga menerbitkan 5 IFRS. Standar baru ini dan amandemen terhadap berbagai IAS akan didiskusikan pada bab yang berhubungan dengan masing-masing isu. Kemudian, pada tahun 2005, Komite Tekhnik IASCO menegaskan kembali dukungannya terhadap pengembangan dan penggunaan IFRS sebagai standar internasional berkualitas dalam pendaftaran dan penawaran lintas batas. IASCO merekomendasikan anggotanya untuk memperbolehkan para penerbit multinasional (multinational issuers) menggunakan IFRS dalam penawaran dan pendaftaran lintas batas, sebagaimana ditambahkan dalam rekonsiliasi, pengungkapan, dan intepretasi bila dipandang perlu untuk membahas isu dasar yang luar biasa pada tingkat nasional atau regional. Sesuai keputusan yang dibuat oleh berbagai negara dan organisasi untuk mengadopsi IFRS, lebih dari 19 negara akan mengharuskan atau mengijinkan penggunaan penggunaan IFRS dalam beberapa tahun mendatang. Sebagai contoh, seperti dibahas diatas, sejak Januari 2005, semua perusahaan EU yang terdaftar dalam pasar EU diharuskan menggunakan IFRS sebagai dasar penyusunan pelaporan keuangannya. Sebagai tambahan, banyak negara yang bukan anggota EU, seperti Australia, Cina, Israel, dan Selandia Baru, mengkonvergensi standar nasionalnya baik sebagian maupun seluruhnya dengan IFRS. Pada Januari 2006, Dewan Standar Akuntansi Kanada meratifikasi rencana selama 5 tahun untuk mengkonvergensi PABU Kanada dengan IFRS, dan Cina juga mengumumkan rencana konvergensi, banyak perusahaan di seluruh dunia akan mengadakan peralihan dalam laporan keuangan dengan mengubah praktik akuntansi nasional menuju penggunaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh IASB. Untuk membantu proses implementasi, pada tahun 2006 IASB mengumumkan bahwa IASB tidak mewajibkan penerapan IFRS yang sedang dikembangkan atau yang sebagian besarnya sedang diamandemen ke dalam IFRS yang telah berlaku sebelum tanggal 1 Januari 2009. Penundaan standar baru hingga 2009 akan memberikan waktu selama 4 tahun untuk stablitas bagi perusahaan yang mengadopsi IFRS di tahun 2005. Sebagai



tambahan, penetapan tanggal 1 Januari 2009 sebagai standar baru akan memberikan target yang jelas bagi negara yang akan mengadopsi IFRS. Pada tahun 2009 juga diharapkan usaha bersama antara FASB dan IASB akan meniadakan keharusan rekonsiliasi bagi perusahaan non-AS yang menggunakan IFRS dan terdaftar di AS. Untuk membantu perusahaan merubah standarnya ke IFRS, dan supaya pengguna laporan keuangan perusahaan mengerti efek dari penerapan standar yang baru, IASB mengeluarkan IFRS No. 1 “Adopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional untuk yang Pertama Kalinya “ (didiskusikan lebih lanjut di bab ini) yang menjelaskan apa yang harus dilakukan sebuah entitas dalam masa transisi ketika merubah suatu basis akuntansi ke IFRS. h. RESTRUKTURASI IASC Pada tahun 1998 IASC mengarahkan upaya baru yang bertujuan untuk menempatkan standar. Pada akhirnya, IASC Board membuat Strategy Working Party untuk mempertimbangkan apa seharusnya strategi dan struktur IASC untuk menghadapi tantangan yang baru. Pada bulan Desember 1998, kelompok ini menerbitkan Discussion Paper yang berjudul “Shaping the IASB for the Future”, yang merupakan proposal untuk perubahan struktur IASC. Selama awal 1999, tanggapan terhadap proposal diterima dan laporan final diterbitkan. Pada Maret 2000, IASB Board menyetujui konstitusi baru untuk merestrukturisasi IASB. Berikut ini adalah rangkuman dari poin-poin yang ditulis dalam dokumen tersebut. Beberapa faktor yang telah memberi kontribusi pada kebutuhan terhadap pendekatan baru dalam penetapan standar internasional : 1. Pertumbuhan pasar modal internasional yang cepat, dikombinasikan dengan peningkatan dalam pendataan dan investasi lintas batas. Isu ini telah mengarahkan kepada usaha-usaha badan regulator sekuritas untuk mengembangkan ’passport’ biasa untuk pendataan sekuritas lintas batas dan untuk mencapai komparabilitas yang lebih besar dalam pelaporan keuangan. 2. Upaya organisasi global (seperti WTO) dan badan regional (seperti EU, NAFTA, MERCOSUR [ pasar bagi negara Argentina, Brazil, Paraguay, dan Uruguay], dan APEC) untuk membuka hambatan perdagangan internasional. 3. Tren ke arah internasionalisasi regulasi bisnis. 4. Peningkatan pengaruh standar akuntansi internasional terhadap kebutuhan dan praktek akuntansi nasional. 5. Percepatan inovasi dalam transaksi bisnis. 6. Peningkatan permintaan penggwuna akan jenis informasi keuangan dan kinerja lainnya yang baru.



7. Perkembangan baru dalam distribusi elektronik informasi keuangan dan kinerja lainnya. 8. Pertumbuhan kebutuhan akan informasi keuangan dan kinerja lainnya yang relevan dan dapat diandalkan, baik dalam negara yang dalam transisi dari ekonomi terencana ke ekonomi pasar maupun dalam pengembangan industrialisasi ekonomi yang baru. Sebagai hasilnya, permintaan terhadap standar akuntansi global yang berkualitas tinggi dan menyediakan transparansi dan komparabilitas semakin meningkat. Dalam tahun-tahun pertamanya IASC terutama bertindak sebagai penyelaras—badan yang memilih perlakuan akuntansi yang telah ada pada tingkat nasional di beberapa negara dan meminta dukungan global dari perlakuan tersebut, mungkin dengan beberapa perubahan. Kemudian IASC mulai menggabungkan peran tersebut dengan peran sebagai katalisator—koordinator prakarsa nasional dan pemrakarsa usaha baru tingkat nasional. Ke depannya, peran IASC sebagai katalisator dan inisiator harus lebih menonjol dan penting bagi IASC untuk memfokuskan tujuan dengan tepat, sebagaimana berikut : 1. Mengembangkan standar akuntansi internasional yang menghendaki informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat dibandingkan yang akan membantu pelaku pasar modal dan lainnya untuk membuat keputusan ekonomi. 2. Meningkatkan penggunaan standar akuntansi internasional dengan bekerja bersama para pembuat standar nasional. IASC, bekerja sama dengan pembuat standar nasional, harus melakukan setiap usaha untuk mempercepat konvergensi antara standar akuntansi nasional dan internasional. Sasaran konvergensi bagi tiap negara di dunia untuk melaporkan informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat dibandingkan yang akan membantu pelaku pasar modal dan lainnya untuk membuat keputusan ekonomi. Sampai tahap akhir ini, IASC harus terus menggunakan kerangka konseptual yang telah disetujui (Kerangka Persiapan dan Penyajian Laporan Keuangan didiskusikan di bagian berikutnya). Tujuan jangka pendek IASC adalah untuk membuat konvergensi standar akuntansi nasional dan internasional dengan solusi berkualitas tinggi. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah keseragaman global, yaitu perangkat tunggal standar akuntansi berkualitas tinggi untuk semua perusahaan bisnis terdaftar dan yang signifikan secara ekonomis lainnya di seluruh dunia. Perubahan-perubahan di dalam lingkungan IASC bermakna bahwa perubahan struktural juga dibutuhkan sehingga IASC dapat mengantisipasi tantangan-tantangan baru yang menghadang dan mengatasinya secara efektif. Berikut ini diidentifikasikan sebagai isu yang perlu diperhatikan:



1. Kerja sama dengan pembuat standar akuntansi nasional. IASC harus bekerja sama dengan pembuat standar nasional sehingga IASC dapat bersinergi dengan badan tersebut untuk mempercepat konvergensi antara standar akuntansi nasional dan internasional yang solusinya membutuhkan informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat diperbandingkan sehingga dapat membantu partisipan di pasar modal dan pihak-pihak lain dalam membuat keputusan ekonomi. 2. Partisipasi yang lebih luas dalam IASC Kelompok Negara dan organisasi yang lebih besar harus mengambil peran dalam IASC Board tanpa mendilusi kualitas kerja IASC. 3. Penunjukan (appointment). Proses penunjukan IASC Board dan pedoman IASC Committee harus menjadi tanggung jawab anggota yang beragam, sementara memastikan penunjukan itu kompeten, independen, dan objektif. Untuk memenuhi isu-isu tersebut, perubahan-perubahan berikut diajukan: 1. Steering Committee seharusnya digantikan oleh Standards Development Committee, di mana pembuat standar nasional akan memainkan peranan besar dalam pengembangan standar akuntansi internasional untuk disetujui IASC Komite ini juga bertanggung jawab untuk menyetujui penerbitan Interpretasi SIC final yang dibuat oleh Standing Interpretations Committee. 2. Standards Development Committee seharusnya didukung oleh Standards Development Advisory Committee, yang bertindak sebagai saluran komunikasi dengan pembuat standar nasional tersebut yang dapat berpartisipasi langsung dalam Standards Development Committee karena keterbatasan lingkupnya. 3. IASC Board seharusnya diperluas dari 16 menjadi 25 negara dan organisasi, tanpa menurunkan kualitas kerjanya. 4. Advisory Council yang sekarang seharusnya digantikan oleh 12 trustees (tiga ditunjuk oleh International Federation of Accountant, tiga oleh organisasi internasional lain, dan enam oleh trustees untuk merepresentasikan dunia secara luas). Trustees akan menunjuk anggota Standards Development Committee, Board, dan Standing Interpretations Committee, serta bertanggung jawab untuk memantau efektifitas IASC dan membiayai kegiatan IASC. i.



FASB Reaction The Financial Accounting Foundation (FAF) dan The Financial Accounting Standard Board (FASB) dikelilingi oleh organisasi yang menerima undangan IASC untuk berkomentar pada Discussion Paper. Posisi mereka agak kritis dan termasuk dalam poinpoin berikut ini. Karena posisi IASC sekarang adalah sebagai organisasi pengatur standar international, kebutuhan restrukturisasi proses dan struktur pengaturan standar akuntansi international memberikan peluang kepada IASC untuk mendirikan pengatur standar akuntansi international yang berkualitas yang akan sukses dalam jangka panjang. FAF dan FASB percaya proses restrukturisasi semestinya menghasilkan proses dan struktur pengaturan standar yang mewujudkan delapan (8) fungsi dan lima (5) karakter. Delapan fungsi inti



dari standar international yang berkualitas yaitu leadership, innovation, relevance, responsiveness, objectivity, acceptability and credibility, undertandability, dan accountability. Dan lima karakter inti pengatur standar akuntansi internasional adalah badan pengambil keputusan yang independen, proses yang memadai, memadai, staf yang qualified secara teknis, pendanaan yang independen, pengawasan yang independen. Struktur IASC yang ada belum memadai dalam mewujudkan hal tersebut diatas dalam mencapai tujuan, terdapat beberapa are yang menjadi perhatian di dalam Discussion Paper yang seharusnya diperkuat dan di modifikasi yaitu: 1. The Standards Development Committee (SDC) haruslah menjadi badan otonom yang dan mengambil keputusan secara independen. 2. Dewan IASC seharusnya menerapkan strong avisory role dalam proses penyusunan standar. 3. Dewan trustees harus bertanggung jawab atas (1) penunjukan (appointing) SDC dan anggota dewan IASC, meriviu dan mengesahkan penunjukan dan memperbarui perwakilan dalam IASC. (2) melatih, mengawasi dan mengevaluasi SDC dan dewan IASC (3) meningkatkan pendanaan. 4. Staf IASC seharusnya dilengkapi dengan staf dari organisasi level nasional. Sebagai tambahan, are yang harus di perbaiki dan diperkuat adalah: 1. 2. 3. 4.



Proses persetujuan standar Aturan dan tanggung jawab dari dewan trustees Pendanaan dan sumber daya yang lain Issu lainnya seperti, komposisi dan area dari keanggotaan SDC dan IASC, rotasi anggota dan kursi permanen dari SDC, IASC Board, dan dewan trustee dan koordinasi antar anggota dari negara-negara dalam proses kerja IASC



Dalam menangani area ini, FASB mengindikasikan IASC harus mengemukaan dengan jelas rencana jangka panjang dalam pencapaian struktur dan proses penyusunan standar akuntansi internasional yang ideal. IASC harus mengakui bahwa proposalnya merupakan langkah awal dalam evolusi akuntansi internasional. Isu ini disampaikan lebih lanjut oleh FASB dalam Position papernya “International Accounting Standards: a vision for the future”. j.



Pengaruh Standar Akuntansi Internasional versus PABU AS Pada Februari 2000, SEC meminta perusahaan AS untuk berkomentar tentang apakah perusahaan asing dapat diperbolehkan untuk mendaftarkan sahamnya di pasar modal AS dengan menggunakan standar akuntansi internasional. Sekarang, perusahaan asing yang ingin mendaftar di pasar modal AS harus merubah pernyataan keuangannya sehingga



merefleksikan PABU yang berlaku. Rekonsiliasi ini dilakukan dengan mengisi Formulir 20-F dari SEC dalam jangka waktu enam bulan sejak akhir tahun fiskal perusahaan. Pada saat ini, hanya sekitar 1000 perusahaan asing yang terdaftar di pasar modal AS karena dibutuhkan biaya yang tinggi untuk merubah pernyataan keuangannya ke dalam PABU AS. Saat ini, SEC secara konsisten mengambil posisi bahwa memperbolehkan perusahaan asing untuk mendaftar menggunakan standar selain PABU AS menyebabkan hilangnya perlindungan investor dan terjadinya sistem pengungkapan ganda, satu untuk pendaftar domestik, satu lagi untuk pendaftar asing. Sejauh ini, hanya terdapat sedikit bukti empiris untuk mengevaluasi posisi SEC. Suatu penelitian menemukan bukti campuran bahwa rekonsiliasi Formulir 20-F ditemukan mempunya nilai relevansi dan jumlah laba dibawah IAS dan PABU AS dinilai secara berbeda oleh pasar. Bagaimanapun juga, penelitian ini tidak menemukan perbedaan penilaian pasar terhadap laba per lembar saham. Halaman Web buku ini untuk bab 3 berisi bagian dari rekonsiliasi Formulir 20-F untuk Cadbury Schweppes. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan domestik di pasar Inggris yang memasarkan dan memproduksi permen, minuman ringan, dan produk lainnya untuk dijual diseluruh dunia. Produknya antara lain Dr Pepper, Schweppes, Canada Dry, A&W, dan Squirt Internationally, dan Seven Up, dan minuman ringan Mott’s yang hanya dijual di pasar Amerika Serikat. Cadbury Schweppes ingin menjual sekuritasnya di pasar Modal AS; konsekuensinya, Cadbury Schweppes harus menyiapkan rekonsiliasi Formulir 20-F yang menyesuaikan pernyataan keuangannya agar sesuai dengan PABU AS. Catatan kaki 40 dari pernyataan keuangan Cadbury Schweppes tahun fiskal 2006, mengungkapkan Formulir 20-F perusahaan, berisi penjelasan mengenai efek terhadap laba dari perbedaan PABU Inggris dan PABU AS. Penjelasan ini mengemukakan bahwa laba tahun 2006 yang dilaporkan menggunakan PABU AS sebesar £1,034 juta atau £131 juta lebih kecil dari yang dilaporkan dengan menggunakan PABU Inggris; laba tahun fiskal 2005 2006 yang dilaporkan menggunakan PABU AS sebesar £585 juta atau £191 juta lebih kecil dari yang dilaporkan dengan menggunakan PABU Inggris. SEC berada dibawah tekanan yang meningkat untuk menerima peraturan akuntansi internasional karena investor diseluruh dunia membutuhkan bantuan dalam mengartikan pernyataan keuangan dari berbagai perusahaan yang menggunakan aturan akuntansi yang berbeda. Rekonsiliasi Formulir 20-F untuk Cadbury Schweppes mengilustrasikan masalah ini. Juga telah dilaporkan bahwa perusahaan Jerman, Daimler-Benz AG,



membutuhkan bertahun-tahun untuk mengkonversikan pembukuannya ke PABU AS untuk menyelesaikan proses merger dengan Chrysaler. Pasar modal New York, yang akan diuntungkan dengan tambahan pendaftar asing, mendukung usaha internasional. Penelitian terakhir mengenai delapan perusahaan multinasional menemukan bahwa menggunakan aturan internasional mengungkapkan esensi yang sama dengan menggunakan PABU AS. Bagaimanapun juga, SEC sepertinya tidak akan mengijinkan penggunaan standar internasional dalam waktu dekat. Mantan Sekretaris Bendahara Robert Rubin dan mantan Pemimpin Federal Reserve Alan Greenspan mengkritik aturan akuntansi internasional yang sekarang sebagai akuntansi yang buruk, dan mereka mengindikasikan bahwa kesulitan keuangan yang dialami Brasil dan Rusia pada akhir 1990 sebagian disebabkan oleh kebijakan pengungkapan akuntansi yang buruk. Juga sulit untuk meramalkan bahwa perusahaan AS, akan mengijinkan aturan yang tidak begitu ketat untuk perusahaan asing dalam berkompetisi untuk mendapatkan sumber modal yang tersedia di AS. Terakhir, aturan akuntansi internasional tidak memiliki mekanisme penegakan standar seperti SEC, dan investor akan lebih tersesat. Isu ini masih terus berkembang sebagaimana dibuktikan oleh Proyek Peta Jalan IASB-FASB. k. Kerangka Kerja untuk Persiapan dan Penyajian Laporan Keuangan Pada tahun 1989, IASC menerbitkan kerangka kerja konseptual berjudul “Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements.” IASC mengindikasikan bahwa penerbitan kerangka kerja ini adalah untuk menetapkan konsep-konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk pengguna eksternal dengan: 1. 2. 3. 4. 5.



Membantu IASC dalam mengembangkan standar di masa depan. Mempromosikan harmonisasi standar akuntansi. Membantu pembentuk standar nasional. Membantu pembuat dalam menerapkan standar internasional. Membantu auditor dalam mengeluarkan opini tentang apakah laporan keuangan sesuai dengan standar internasional. 6. Membantu pengguna dalam mengintepretasikan laporan keuangan yang disiapkan sesuai dengan standar internasional. 7. Menyediakan informasi mengenai pendekatan IASCuntuk pembentukan standar akuntansi internasional kepada pihak yang berkepentingan. Kerangka kerja ini menentukan: 1. Tujuan dari laporan keuangan.



2. Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan. 3. Definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur dari yang laporan keuangan yang dibangun. 4. Konsep modal dan pemeliharaan modal. Kerangka kerja ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan mempersiapkan tujuan umum laporan keuangan yang diarahkan terhadap kebutuhan informasi dari berbagai pengguna termasuk investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan perdagangan lainnya, kreditur, pelanggan, pemerintah dan badan mereka, serta masyarakat umum.Kerangka kerja ini juga menunjukkan bahwa, meskipun kebutuhan informasi dari pengguna tidak dapat dipenuhi hanya oleh penyajian laporan keuangan, ada suatu kebutuhan yang umum dibutuhkan semua pengguna. Selain itu, karena investor adalah penanggung risiko modal bagi perusahaan, penyusunan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan investor juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pengguna lainnya. l.



Tujuan Laporan Keuangan Kerangka kerja IASC menunjukkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang berguna untuk berbagai pengguna untuk membuat keputusan ekonomi. Hal ini juga menunjukkan bahwa laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pengguna, tetapi kerangka kerja tersebut tidak menyediakan semua informasi yang mungkin diperlukan untuk membuat keputusan ekonomi karena laporan keuangan sebagian besar menggambarkan informasi masa lalu dan tidak memberikan informasi non finansial. Dalam diskusi mengenai tujuan umum laporan keuangan, kerangka kerja tersebut mengindikasikan hal berikut: 1. Pengguna memerlukan suatu evaluasi dari kemampuan perusahaan menghasilkan kas serta saat dan kepastian dari kas yang dihasilkan. 2. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas, dan kapasitasnya untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungannya. 3. Informasi tentang profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan dalam sumber daya ekonomi yang dikendalikan perusahaan dimasa depan.



4. Informasi mengenai posisi keuangan dari suatu perusahaan berguna untuk mengetahui nilai investasi perusahaan, pembiayaan, dan aktivitas operasi. 5. Informasi mengenai posisi keuangan yang terkandung dalam neraca, dan informasi mengenai kinerja yang terkandung dalam laporan laba rugi. Kerangka kerja ini juga menunjukkan bahwa dua asumsi mendasar untuk penyusunan laporan keuangan adalah dasar akrual (accrual basis) dankelangsungan usaha (going concern). m. Pengaturan Standar Akuntansi Internasional:Sebuah Visi untuk Masa Depan Pada tahun 1998, FASB mengeluarkan laporan berjudul International Accounting Standard Setting: A Vision for the Future. Pengantar laporan ini mencatat bahwa evolusi dari masyarakat secara globaldisertai dengan banyak implikasi bahwa di masa lalutelah dipertimbangkan area otoritas nasional atau tanggung jawab. Laporan keuangan dan penetapan standar berada di antara implikasi. Laporan tersebut selanjutnyamembahas bagaimana peran FASB ini dapat terus berkembang dan bagaimana struktur dan prosesnya dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai responterhadap kebutuhan dalam perubahan lingkungan internasional dalam konteks tujuan FASB tersebut. Termasuk dalam laporan ini adalah (1) diskusi tentang tujuan FASB dantujuanyang terkait, (2) visi FASB mengenai sistem akuntansi internasionalmasa depan, (3) pembahasan tentang karakteristik dari standar akuntansi yang berkualitas tinggi, dan (4) diskusi tentang fluktuasi minimum dan karakteristik dari kualitas pembentuk standar akuntansi internasional. FASB menggambarkan standar internasional sebagai satu set standar akuntansiyang diakui secara internasional yang dapat diterima melalui, misalnya, dukungan dari otoritas pasar modal yang relevan dari tiap negaradan melalui penerimaan oleh pengguna laporan keuangan. FASB telah menyimpulkan bahwa apa pun fungsi utama dari standar internasional, penggunaannya akan mempengaruhi pelaporan keuangan di Amerika Serikat, dan, oleh karena itu,FASB harus berpartisipasi dalam proses yang mengarah pada perkembangan mereka. Partisipasi FASB yang berarti dalam pengembangan standar internasional diperlukan untuk memastikan bahwa standar internasional masa depan memiliki kualitas yang cukup untuk dapat diterima di Amerika Serikat. Selain itu,FASB percaya bahwa, untuk jangka panjang, jika sistem akuntansi internasional masa depan akan berhasil dan, akhirnya, mengakibatkan penggunaan dari satu set standar akuntansi berkualitas tinggidi seluruh dunia baik untuk domestik maupun pelaporan keuangan antar



negara, pendirian pembuatstandar akuntansi internasional yang berkualitas untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan proses adalah kuncinya. Untuk tujuan ini, FASB telah menetapkan dua tujuan terkait: 1. Untuk memastikan bahwa standar akuntansi internasional berada dalamkualitas tertinggi, laporan keuangan berkualitas tinggi adalah laporan keuangan yang menyediakaninformasi yang berguna bagi investor luar, kreditur, dan pengguna lainnya yang membuatkeputusan yang sama tentang alokasi sumber daya dalam perekonomian. FASB telah melakukan konsensus bahwa satu set standar internasional berkualitas tinggi diinginkan karena penggunaannya akan meningkatkan komparabilitas internasional; mengurangi biaya kepada pengguna laporan keuangan, pembuatnya, auditor,dan pengguna lainnya, dan, akhirnya, mengoptimalkan efisiensi pasar modal. 2. Untuk mempercepat konvergensi standar akuntansi yang digunakan di negara-negara yang berbeda. Konvergensi adalah sebuah tujuan dan proses. FASBmenjelaskan tujuan darikonvergensi sebagai pembuat standar yang berbeda sampaipada standar nasional atau internasional berkualitas tinggi pada topik yang sama semirip mungkin. FASB percaya bahwa mengorbankan kualitas untuk konvergensi atau fokus pada konsensus dan bukan pada solusi terbaik dalam situasinya akan merugikan konsumen laporan keuangan, yaitupengguna laporan keuangan, dan merongrong kredibilitas dan efisiensidunia pasar modal. Meskipun sulit untuk mendefinisikan “kualitas tinggi,”FASB percaya bahwa sejumlah atribut standar akuntansi berkualitas tinggi dapat diidentifikasi. Satu set lengkap akuntansi yang tidak bias berisistandar yang membutuhkan informasi relevan, dapat dipercaya yang berguna bagi investor luar, kreditur, dan lain-lain yang membuat keputusan serupa akan membentuk satu set standar akuntansi berkualitas tinggi. Setiap standar akuntansi ini harus: 1. Konsisten dengan panduan yang diberikan oleh kerangka konseptual yang mendasari. 2. Menghindari atau meminimalkan prosedur akuntansi alternatif, eksplisit atau implisit,karena komparatif dan konsistensi meningkatkan kegunaan informasi. 3. Jelas dan dipahami sehingga standar dapat dimengerti oleh pembuat dan auditor yang harus menerapkan standar, olehotoritas yang harus menegakkan standar, dan oleh pengguna yang harus berurusandengan informasi yang dihasilkan oleh standar. 4. Mampu menginterpretasikan dan mengaplikasikansecara ketat agar peristiwa dan transaksi yang samadiperlakukan sama di seluruh periode waktudan di antara perusahaan. Secara keseluruhan, laporan keuangan di bawah standar tersebut harus menghasilkan informasi yang transparan. Informasi yang transparan yaitu cukup dalam isi danmudah dipahami sehingga dapat memberikan dasar yang berarti bagi pengambilan keputusan ekonomioleh pengguna laporan keuangan. Informasi yang transparan tidak memberikan



informasi tidak jelas (obscure information) yang relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Dalam konteks tersebut, satu set standar akuntansi berkualitas tinggi akan menghasilkan informasi akuntansiyang tidak relevan. Informasi yang relevan mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan dengan membantu pengguna untuk membentukpenilaian tentang hasilperistiwa masa lalu, sekarang dan masa depan atau untuk mengkonfirmasi atau mengoreksi ekspektasi sebelumnya.Informasi tersebut juga harus dapat diandalkan, netral, sebanding, dan konsistenseperti yang didefinisikan oleh FASB. Reliable: Informasi yang dapat dipercaya (reliable) mewakilidengan tepat tujuan apa yang ingin disampaikan, dan bahwa kualitas keyakinan representasional dapat diverifikasi menggunakan ukuranindependen. Netral: Informasi yang netral tidak bias terhadap hasil yang telah ditentukan. Komparabel: Informasi yang komparabel dapat dibandingkandengan informasi serupa tentang perusahaan lain. Informasi dapat dibandingkan jika transaksi dan peristiwa yang sama diperlakukan sama, dan peristiwa dan transaksi yang berbedadicatat secara berbeda pula. Konsisten: Informasi yang konsisiten dapat dibandingkan denganinformasi yang sama tentang perusahaan yang sama untuk beberapa periode atau beberapatitik waktulain. n. Dampak Pengembangan IAS pada Pasar Sekuritas Amerika Serikat Pengembangan IAS juga akan berdampak padapasar sekuritas Amerika Serikat. Pada Februari 2000, Securities andExchange Commission memilih untuk meminta perusahaanperusahaan AS untukmengomentari Apakah mereka harus mengijinkan perusahaan asing yangmendaftarkansekuritas mereka di bursa saham AS berdasarkan aturan akuntansi internasional. Saat itu, perusahaan asing yang terdaftar di bursa saham AS harus menyusun kembali laporan keuangan mereka sesuai dengan GAAP. Rekonsiliasi ini dibuat dengan mengisi Formulir20-F dengan SEC dalam waktu enam bulan setelah akhir tahun fiskal perusahaan. Padasaat itu, hanya sekitar 1000 perusahaan asingyangterdaftar di bursa saham AS yang membuat kembali laporan keuangan sesuai GAAP AS karena biaya yang tinggi. Sampai saat ini, SEC telah secara konsisten mengambil posisi bahwa mengijinkan perusahaan asing terdaftar menggunakan selain GAAP AS akan



mengakibatkan kerugian terhadap perlindungan investor dan mengakibatkan sistem pengungkapan dua tingkat, satu untukpendaftar domestik dan satu lagi untuk pendaftar asing. Sejauh ini, terdapatsedikit bukti empiris untuk mengevaluasi posisi SEC. Suatupenelitian menemukan bukti bahwa dalam Form Rekonsiliasi20-F ditemukan nilai yang relevan dalampendapatan IAS dan GAAP AS dinilai secara berbeda oleh pasar. Namun, studi ini tidak menunjukkan bahwa pasar menilai laba per saham berbeda. SEC berada di bawah tekanan untuk menerima aturan akuntansi internasionalkarena investor di seluruh dunia memerlukan bantuan dalam menguraikan keuanganlaporan berbagai perusahaan menggunakan aturan akuntansi yang berbeda di tiap negara.The New York Stock Exchange, yang memperoleh keuntungan dari tambahan listing perusahaan asing, mendukung usaha internasional. Sebuah penelitian terbaru dari delapan perusahaan multinasional menemukan bahwa menggunakan pengungkapan sesuai aturan internasional pada dasarnya akan menghasilkan hasil keuangan yang sama seperti diungkapkan oleh penggunaan GAAP AS. Namun demikian, SEC tidak mungkin untuk menyetujui penggunaan standar internasionaldalam waktu dekat. Kedua mantan Sekretaris Keuangan Robert Rubindan Ketua Federal Reserve Alan Greenspan mengkritik saat iniaturan akuntansi internasional adalah akuntansi yang buruk, dan mereka telah menunjukkan bahwakesulitan keuangan yang dialami di Brazil dan Rusia di akhir 1990an sebagian disebabkan oleh kebijakan pengungkapan akuntansi yang buruk. o. IFRS di Amerika Serikat Selama tahun 2007-2009, SEC telah mengambil beberapa langkah untuk mengakui IFRS sebagai satu set standar pelaporan keuanganberkualitas tinggi. Langkah-langkah ini termasuk penghapusan rekonsiliasi dengan GAAP AS oleh penerbit swasta asing yang menggunakan IFRS dan penerbitan sebuah “roadmap” yang diusulkan untuk penggunaan IFRS oleh pendaftar domestik AS. Selain itu, SEC telah mendukung upaya konvergensi dari Standar Akuntansi Keuangan (FASB) dan IASB. Pada bulan November 2007, SEC memilih untuk memungkinkan emiten swasta asing untuk menggunakan IFRS dalam penyusunan laporan keuangan mereka tanpa merekonsiliasikannyadengan GAAP AS. Aturan ini berlaku efektif pada tanggal 4 Maret 2008, untuk tahun fiskal yang berakhir setelah November 15, 2007. Oleh karena itu, kalender-akhir tahun emiten swasta asing tidak harus membuat rekonsiliasi pada laporan



keuangan tahun 2007 mereka. SEC menyatakan bahwa, dengan satu pengecualian, laporan keuangan sebuah emiten swasta asing sepenuhnya harus mematuhi versi IASB dari IFRS. Pada tanggal 14 November 2008, SEC mengeluarkan “roadmap” IFRS,sebuah tonggak menguraikan bahwa, jika tercapai, dapat menyebabkan transisi wajib untuk IFRS dimulai pada tahun fiskal yang berakhir pada atau setelah 15 Desember 2014. Roadmap ini juga berisi usulan perubahan aturan yang akan memberikan emiten AS tertentu pilihan awal untuk menggunakan IFRS dalam laporan keuangan untuk tahun fiskal yang berakhir pada atau setelah tanggal 15 Desember 2009. Surat komentar yang diterima dariproposal roadmap umumnya mendukung tujuan SEC mengenai satuset standar akuntansiberkualitas tinggi yang diterima secara luas, namun, terdapat pandangan berbeda tentang cara untuk mencapai tujuan ini. Beberapa responden percaya bahwa penekanan lanjutan pada konvergensi adalah tindakan terbaik, sementara yang lain telah meminta agarSEC menyediakan tanggal tertentu untuk mengadopsi IFRS. Pada tanggal 11 September 2008, FASB dan IASB mengeluarkan perbaruannota kesepahaman (MOU) yang menggambarkan prioritas dan tonggak terkait dengan penyelesaian proyek besar bersama mereka pada tahun 2011. Meskipun kemajuan yang cukup besar dalam konvergensi dari dua set standar sejak awal MOU dikeluarkan pada tahun 2006, kemajuan dewan pada banyak proyek-proyek besar telah dibatasi karena perbedaan pandangan tentang (1) ukuran agenda dan ruang lingkup proyek, (2) pendekatan yang paling sesuai, dan (3) apakah dan bagaimana isu-isu serupa dalam proyek aktif harus diselesaikan secara konsisten. Pada pertemuan mereka di Pittsburgh pada September 2009, pemimpin negara G20 menyerukan “badan akuntansi internasional untuk kembali melipatgandakan usaha mereka untuk mencapai satu set berkualitas tinggi, standar akuntansi global dalam konteks penetapan standar-proses independenmereka, dan menyelesaikan proyek konvergensi mereka pada Juni 2011.”Menanggapi para pemimpin G20., FASB dan IASB menegaskan kembali komitmen mereka untuk meningkatkan standar masing-masing dan mencapai konvergensi. (dikutip dari: SEC Comment Letters on Foreign Private Issuers Using IFRSs, December 2009).



D. PENUTUPAN a. Kesimpulan Indonesia, sebagai suatu negara berkembang pun tidak ketinggalan dalam mengadopsiIFRS. Adopsi PSAK ke IFRS pun semakin menggaung ketika IAI mencanangkan konvergensi penuhIFRS ke PSAK pada tahun 2012. Diharapkan, dengan adanya konvergensi ini dapat memudahanpemahaman terhadap laporan keuangan yang dikenal secara internasional serta dapat meningkatkanarus investasi. Proses konvergensi IFRS di Indonesia terbagi atas tiga tahap, yaitu: 1. Tahap adopsi (Tahun 2008-2010) 2. Tahap persiapan (Tahun 2011) 3. Tahap implementasi (2012) Dalam tahap konvergensi ini terdapat beberapa kendala yang dihadapi seperti perlunya penyesuaianstandar internasional terhadap aspek hukum di Indonesia, penyesuaian terhadap aturan perpajakan,kesiapan sumber daya manusia yang belum matang, serta masalah keberadaan lembaga standarakuntansi Indonesia yang belum independen.



b. Daftar Pustaka SEC Comment Letters on Foreign Private Issuers Using IFRSs, December 2009 . International Accounting Standard Setting: A Vision for the Future,1998, FASB



https://aeyogy.wordpress.com/tag/isu-akuntansi-internasional-terbaru/