Makalah Kel 4 Analisis Produk [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN ANALISIS PRODUK



Kelompok 4 : Nadia Rahmawati (1903101028) Kevin Bagus Prasdita (1903101109)



KELAS 4C UNIVERSITAS PGRI MADIUN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS TAHUN 2021



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada



kami,



sehingga



kami



dapat



menyelesaikan



makalah tentang “Analisis Produk”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.  Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca, agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Analisis Produk” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Madiun, 13 Maret 2021 Penyusun



Kelompok 4 1



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................1 DAFTAR ISI...........................................................................................................2 BAB I.......................................................................................................................3 PENDAHULUAN...................................................................................................3 BAB II.....................................................................................................................4 PEMBAHASAN.....................................................................................................4 A. PENGERTIAN PRODUK DAN JENIS-JENIS PRODUK....................4 Jenis – Jenis Produk.................................................................................5 Manajemen Produk..................................................................................6 A. PERANCANGAN PRODUK....................................................................7 A. KONSEP PRODUK DAN ATRIBUT PRODUK.....................................9 Konsep Produk.........................................................................................9 Atribut Produk.......................................................................................10 Jenis – Jenis Atribut Produk.................................................................12 A. ANALISIS POSISI PRODUK.................................................................13 ANALISIS PETA PERSEPSI PRODUK....................................................17 A. KEY PERFORMANCE INDICTORS (TOLAK UKUR KEBERHASILAN).......................................................................................18 Penghasilan / Pendapatan (Income).....................................................19 A. PENJABARAN KUNCI SUKSES BAGI PENGUSAHA/ PEMASAR .........................................................................................................................22 BAB III..................................................................................................................27 PENUTUP.............................................................................................................27 Kesimpulan....................................................................................................27 Saran...............................................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28



2



BAB I PENDAHULUAN Era globalisasi persaingan usaha makin kompetitif menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma pemasaran. Semua pemasaran di definisikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar suatu barang atau jasa dari produsen kekonsumen secara efisien, kemudian berkembang menjadi suatu konsep bisnis strategi yang bisa memberikan kepuasan yang berkelanjutan. Mengikuti perkembangan dan banyaknya pesaing bisnis yang sejenis, pihak manajemen pemasaran harus dapat menjalankan tugasnya dengan strategis, tepat dan sesuai. Melakukan promosi dengan tepat dan mengena pada sasaran adalah tugas dari manajer pemasaran, untuk itu dibutuhkannya bauran promosi agar dapat menentukan promosi seperti apa yang harus dijalankan dengan tepat untuk mendapatkan konsumen. Setelah mendapatkan konsumen pemasar juga harus memperhatikan dalam segi kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja produk anggapannya (atau hasil) dalam kaitannya dengan ekspektasi. Jika kinerja produk tersebut tidak memenuhi ekspektasi, pelanggan tersebut tidak puas dan kecewa. Jika produk sesuai ekspektasi, pelanggan tersebut puas. Jika kinerja produk melebihi ekspektasi, pelanggan tersebut senang. Kepuasan pelanggan adalah kondisi penting untuk membangun hubungan jangka panjang. Maka, kita perlu menganalisis produk agar bisa diminati oleh konsumen.



3



BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN PRODUK DAN JENIS-JENIS PRODUK Kita telah memahami pengertian pasar, baik pengertian pasar dalam artian umum maupun pengertian pasar dalam artian pemasaran atau bisnis. Pengertian pasar dalam artian umum seperti sudah kit aketahui di muka adalah “tempat bertemunya pembeli dan penjual”. Pengertian pasar dalam artian umum tersebut jangan dipergunakan dalam pemasaran, karena akan menyesatkan program-program pemasaran kita. pengertian pasar yang harus kita pergunakan dalam hal ini adalah dalam arti pemasaran yang dapat diartikan pula sebagai konsumen, yaitu ‘orang atau kumpulan orang (organisasi) yang memiliki kebutuhan, keinginan serta punya daya beli”. Sekarang kita harus mempelajari pengertian “produk”, yang akan kita pergunakan untuk menciptakan apa yang sudah kita pelajari dalam “kata kunci” atau key word yakni “cocok” atau “kecocokan produk pasar – KPP” atau “Produk Market Match – PNM”. 1.



Produk adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia atau masyarakat Produk tersebut harus kita usahakan agar dapat menjadi cocok dengan pasar yakni orang atau organisasi serta masyarakat luas, yang mana mereka itu pasti memiliki berbagai macam kebutuhan. Masyarakat atau pasar akan memiliki kebutuhan yang berupa kebutuhan pokok, seperti beras, sayur-mayur, daging, pakaian, alat tulis, motor, mobil, rumah dan sebagainya. Masyarakat konsumen atau pasar juga memiliki kebutuhan yang berupa jasa pendidikan, kesehatan, kebugaran kecantikan dan sebagainya. Nah, semua itu adalah berbagai contoh kebutuhan pasar yang harus kita siapkan berbagai produk untuk memenuhi kebutuhan mereka itu. Jadi sekali lagi di sini perlu 4kita tegaskan kembali, jangan menggunakan definisi pasar yang keliru yakni tempat bertemunya pembeli dan penjual, sebab kalau pengertian itu yang kita pakai, maka



produk yang kita siapkan agar cocok dengan tempat bertemunya pembeli dan penjual



adalah mungkin berupa “tempat parkir” atau mungkin



“mandor pasar”. Jadi produk yang harus kita siapkan harus dapat menjadi cocok dengan kebutuhan pasar atau masyarakat konsumen tersebut.



Jenis – Jenis Produk Produk yang harus disiapkan bagi konsumen tersebut dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu : 1. Produk yang berujud (Tangible Produck) 2. Produk yang tak berujud (In-Tangible Produck) 1. Produk yang berujud (Tangible Produck) Biasanya disebut “Barang” atau “Goods”. Barang berujud ini dapat dibagi lagi menjadi 2 macam yaitu : a. Barang Konsumsi (Costumer Goods). Barang konsumen ini adalah barang yang dibeli oleh konsumen untuk memenui kebutuhannya dan akan dikonsumsikannya sendiri beserta anggota keluarganya. b. Barang industri (Industrial Goods). Barang industri atau barang industrial adalah barang yang dibeli oleh konsumen untuk menjalankan industri atau usaha bisnisnya dan bukan untuk dikonsumsikannya sendiri beserta keluarganya. Barang konsumsi dapat dibedakan lagi menjadi 3 macam yakni, pertama, barang kebutuhan pokok yang juga sering disebut barang kebutuhan sehari-hari atau convenience good. Kedua barang kebutuhan pelengkap atau alat-alat perlengkapan hidup (rumah tangga) yang sering disebut shopping goods. Kemudian yang ketiga adalah barang kebutuhan kemewahan atau barang spesial atau specialty5goods. Barang industrial tentu saja akan beruba bahan baku, atau alat-alat serta mesin-mesin produksi, ataupun bisa pula



berupa pakaian kerja bagi karyawannya, ataupun berupa perlengkapan kantor administrasinya dan sebagainya. 2. Produk yang tak berujud (In-Tangible Produck) Produk yang tak berujud sering disebut jaga “jasa” atau “servis”. Jasa atau servis ini banyak sekali jenisnya karena masyarakat juga memiliki kebutuhan jasa atau servis yang beraneka ragam pula. Produk jasa ini bisa berupa jasa pendidikan, kecantikan, kebugaran tubuuh, keamanan, rekreasi atau hiburan, jasa reparasi, kebersihan jasa notriat, kesehatan dan lain sebagainya.



Manajemen Produk Produk baik yang berujud maupun yang tidak berujud, barang industri maupun barang konsumsi tersebut di atas harus diupayakan agar betul-betul dapat berhasil membuat kecocokan dengan psar atau konsumennya, baik konsumen industrial maupun konsumen akhir. Produk yang berhasil merupakan produk yang dapat menjadi cocok dengan konsumen dan kemudian dapat disenang olehnya serta konsumen itu akan senantiasa membeli berulang-ulang terhadpa produk kita. keberhasilan produk tidak akan datang dengan sendirinya, namun harus dilakukan upaya atau manajemen yang baik terhadapnya. Manajemen produk yang kurang baik akan berakibat adanya kegagalan terhadap produk kita. kegagalan suatu produk ditandai oleh tidak disenanginya produk itu dan konsumen merasa tidak cocok dengan produk itu. Sebaiknya produk yang berhasil akan dapat menciptakan “produck market match” atau “kecocokan produk pasar”. Kecocokan produk pasar ini sudah kita pelajari bersama, bahwa hal itu akan terjadi apabila produk memiliki atau memberikan “value added” kepada konsumen. Selanjutnya value atau nilai yang diinginkan oleh konsumen terdiri dari nilai teknika dan nilai emosional di mana nilai emosional ternyata dirasakan lebih dominan 6 dalam menentukan kecocokan konsumen tersebut terhadap suatu produk. Hal ini telah kit apelajari bersama di muka. Jadi harus



dilakukan Manajemen Produk yang baik dan benar agar terjadi keberhasilan atas produk kita. titik berat manajemen produk adalah berada pada perencanaannya. Dengan perancangan atau perencanaan yang baik maka produk akan berhasil.



A. PERANCANGAN PRODUK Perencanaan produk sebenarnya meliputi 3 hal yakni : 1. Perencanaan suatu produk yang sama sekali baru (entirely new produck) 2. Redesain produk (produck redesign) 3. Kemasan atau bungkus (packing packaging) Perencanaan produk yang sama sekali baru merupakan perencanaan yang paling kompleks dan paling sulit. Oleh karena itu kita akan membahas perencanaan ini. pembahasan produk yang sama sekali baru akan sudah mencakup perencanaan yang kedua (redesain) maupun yang ketiga yakni merancang kemasan produk. Perancangan produk baru tentu saja akan menyangkut bentuk produk atau desain produknya, karena memang produk itu belum perna ada. Masalah ini sering disebut sebagai perancangan atau pengembangan produk baru (new product development yang disingkat NPD). Agar produk baru tersebut dapat berhasil, maka haruslah dilakukan penelitian yang mendalam agar dapat diperoleh pengembangan produk baru yang sukses. Hal ini dikenal sebagai “Reseach & Development atau yang dikenal dengan singkatan R&D”. Persoalan pengembangan produk baru itu sebenarnya mencakup sebagai masalah terutama menyangkut 5 masalah yakni: a. Daya saing produk baru itu b. Produk baru itu harus dapat memenuhi kebutuhan riil konsumen. c. Produk baru itu harus dapat berperanan positif terhadap produk kita yang lain (produk yang lama). d. Produk baru itu harus dapat berperan positif terhdap citra perusahaan (Corporate Image).



7



e. Hak patent produk baru itu. Daya saing produk tentu saja akan sangat ditentukan oleh harga jual



produk itu. Harga jual produk akan ditentukan oleh harga pokok atau biaya produksinya. Biaya produksi sangat berkait dengan teknologi yang dipergunakan dalam produksinya. Masalah ini tentu saja akan berhubungan dengan masalah produksi atau tugas bagian serta manajer produksi. Produk baru harus dapat memenuhi kebutuha riil konsumen. Apabila produk baru kita itu dapat betul-betul memenuhi kebutuhan riilnya konsumen, maka produk pasti akan menjadi produk yang berhasil. Hal ini kaan berkait dengan suatu masalah yang akan kita pelajari lebih mendalam di belakang, yakni masalah “Konsep Produk” dan “Atribut Produk”. Produk baru dapat berperan negatif terhadap oroduk kita yang lain yakni yang lama atau yang sudah dipasarkan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pada umumnya produk baru adalah produk yang bersifat menggantikan atau substitusi terhadap produk lama. Pengembangan produk baru yang menggantikan produk lama itu tidak ubahnya seperti membunuh saudaranya sendiri yakni produk yang lama. Dalam istilah sehari-hari hal ini disebut sebagai produk yang mengkanibal produk yang lama. Produk baru yang akan berperan positif terhadap produk lama adalah produk yang bersifat komplementar atau melengkapi produk lama. Produk baru yang bersifat substitusi hanya akan berperan positif terhadap produk lama apabila produk lama tersebut benar-benar berada pada tahap penurunan atau decline phase dari siklus kehidupan produknya atau product life cycle-nya. Produk baru yang terdiversifikasi serta beraneka ragam akan membantuk citra produk yang baik bahkan akan menciptakan citra positif terhadap perusahaan atau korporasi (corporate image). Produk baru harus dicarikan “Hak Patent” agar dalam era persaingan ini dapat memiliki kekuatan hukum yang kuat. Hak patent itu akan dapat dipergunakan untuk melindungi produk kita dari pesaing yang mungkin meniru atau memalsukan produk kita itu. Sebaliknya apabila kita tidak memiliki hak paten maka kita tidak akan dapat berbuat banyak apabila produk kita ditiru atau dipalsukan oleh orang lain, bahkan justru kita akan dituntut 8



apabila terjadi perselisihan hak, karena kita tidak punya hak patent itu.



A. KONSEP PRODUK DAN ATRIBUT PRODUK Konsep Produk Produk akan disenangi konsumen apabila produk itu benar-benar dirasakan oleh konsumen dapat memenuhi kebutuhan riilnya. Hal ini akan dapat diwujudkan apabila produk kita punya konsep, atau dengan kata lain kita dapat menciptakan produk yang punya konsep (Product Concept). Produk yang punya konsep adalah produk yang memiliki kaitan ketercocokan dengan segmen pasar tertentu. Segmen pasar atau konsumen tertentu akan menganggap cocok pad produk yang memberikan value yang diinginkannya dan sebaliknya mereka akan tidak menyenangi produk lain yang tidak sesuai dengan jati diri atau value yang dimiliki olehnya. Jadi konsep produk adalah merupakan hubungan keterkaitan atau kecocokan antara suatu produk dengan segmen pasar tertentu. Suatu produk akan memiliki hubungna kecocokan dengan satu segmen pasar tertentu, atau dengan kata lain tidak semua produk dapat cocok untuk semua segmen pasar. Mislanya produk rumah makan, ada rumah makan yang cocok untuk segmen pasar golongan menengah, ada pula rumah makan yang cocok bagi konsumen kelas atas dan rumah makan untuk kelas itu tentu saja tidak cocok bagi konsumen kelas bawah. Hubungan keterkaitan atau kecocokan suatu produk dengan segmen konsumen tertentu itulah yang disebut sebagai konsep produk. Dengan konsep tersebut maka suatu produk akan memiliki posisi atau image sendiri-sendiri sesuai dengan konsepnya masing-masing. Jadi produk yang punya konsep akan memiliki posisi (Product Positioning) tertentu dan selanjutnya akan terbentuk image bagi produk itu. Sebagai contoh konsep produk yang sudah terbentuk dalam masyarakat kita adalah produk mobil sedan. Mobil sedan Mercy atau Mercedes Benz misalnya, dia telah memiliki image sebagai mobil yang memiliki konsep “Kemapanan”. Orang yang mengendari mobil sedan Mercy akan dipandang sebagai orang yang sudah mapan. Begitu pula 9 orang yang sudah merasa mapan hidupnya, maka dia jug aingin menunjukkan posisinya sebagai orang yang sudah betul-betul mapan



dengan memiliki mobil sedan Mercy tersebut. Lain halnya dengan mobil sedan yang lain, yang harganya kurang lebih sama dengan Mercy, bahkan mobil tersebut juga diproduksikan oleh perusahaan dari suatu negara yang sama dengan Mercy. Namun konsepnya lain. Mobil itu adalah mobil sedan BMW, dimana BMW tidak senang dengan konsep kemapanan seperti yang dimiliki oleh Mercy tadi, karena konsep kemapanan itu berkonotasi bahwa orang yang memilikinya adalah orang yang sudah tua umurnya. BMW tidak senang dengan konotasi pemiliknya sudah tua itu. BMW mengembangkan konsep “Profesional Muda Yang Sukses”. Nah oleh karena itulah maka pada umumnya para pengendara mobil BMW adalah mereka yang masih muda, profesional dan telah berhasil dalam karier serta profesinya. Konsep produk tersbut akan sangat ditentukan oleh atribut produk. Oleh karena itu perlu dipelajari lebih lanjut.



Atribut Produk Atribut produk adalah sifat-sifat atau aspek-aspek yang dimiliki oleh suatu produk yang mana sifat-sifat tersebut akan menjadi pertimbangan konsumen untuk menyenangi atau sebaliknya membenci produk itu. Aspek yang akan membuat konsumen senang tersebut aspek positif sedangkan aspek yang membuat konsumen tidak senang atau benci pada produk disebut atribut yang negatif. Aspek yang positif itulah yang harus dicari dan kemudian dimunculkan pada produk kita sehingga konsumen akan menjadi tertarik serta kemudian menyenang dan membeli produk kita. sebaliknya atribut yang negatif harus kita kenali untuk kita hindariagar produk kita betulbetul tidak memiliki atau tidak mengandung aspek-aspek yang negatif tersebut. Sehubungan dengan kedua jenis atribut tersebut yang positif dan yang negatif, maka yang dimaksudkan 10 dengan atribut produk adalah atribut atau aspek yang bersifat positif, yakni yang membaut konsumen tertarik, kemudian menyenangi dan lalu bersedia untuk membeli produk



kita. Sedangkan atribut yang bersifat negatif lalu tidak dianggap sebagai atribut produk, karena justru aspek tersebut harus dihindari. Lebih dari itu justru kita harus pandai untuk menunjukkan kepada konsumen kita bahwa produk kita adalah suatu produk yang betul-betul “Tidak mengandugn atribut negatif” itu. Hal inilah yang seringkali menimbulkan inspirasi bagi produsen untuk dapat menciptakan produk yang “Tidak mengandung aspek negatif” tersebut. Sebagai contoh yang baik untuk kita tunjukkan di sini adalah suatu pemikiran dari seorang produsen “TAPE GORENG” atau di Jawa Barat disebut “PEYEM GORENG”. Dia melihat bahwa produsen tape goreng pada umumnya selalu memproduksi tape goreng yang selalu banyak mengandung serabut-serabut (ada yang lembut tapi jug ada yang besar dan kasar) yang terdapat di dalam tape goreng tersebut. Serabut-serabut itulah yang senantiasa mengganggu konsumen dalam menikmati tape goreng yang banyak tersedia di berbagai tempat di sekitar kita. berangkat dari pengalaman tersebut maka produsen atau pengusaha yang jeli itu lalu memikirkan suatu konsep “Konsep Produk” dari tape goreng yang merupakan sebuah “TAPE GORENG TANPA SERABUT”. Kata serabut dalam bahasa Jawa disebut sebagai “SONTROT”. Jadi taep goreng tanpa serabut dapat dikatakan pula sebagai “TAPE GORENG TANPA SONTROT”, atau dalam bahasa asing dapat disebut sebagai “FIED PEYEM WITHOUT SONTROT”. Hal inilah yang diperkirakan akan merupakan atribut serta daya tarik bagi konsumen (baik konsumen domestik maupun konsumen internasional) untuk menyenangi produk buatannya yang berupa peyem gorang tersebut. Tape goereng tanpa serabut itu pastilah tidak sulit untuk membuat mengingat kit asudah mengenal ada produk yang berupa “Bandeng Duri Lunak”, bahkan sekarang ini juga berkembang suatu produk yang berupa “Ayam Goreng Tulang Lunak.” Berangkat dari kedua produk tersebut, maka pasti tidaklah sulit untuk membuat suatu produk tape goreng tanpa serabut itu. Teknologi 11



untuk menghilangkan serabut tersebut dari sebuah tape pastilah tidak sesulit seperti menghilang serabut dari suatu bandeng atau melunakkan



tulang dari ayam goreng tadi. Jadi konsep produk adalah merupakan hubungan keterkaitan atau kecocokan antara suatu produk dengan segmen pasar tertentu. Hubungan keterkaitan atau kecocokan suatu produk dengan segmen konsumen tertentu itulah yang disebut sebagai konsep produk. Dengan konsep tersebut maka suatu produk akan memiliki posisi atau image sendiri-sendiri sesuai dengan konsepnya masing-masing. Jadi produk yang punya konsep akan memiliki posisi (Product Positioning) tertentu dan selanjutnya akan terbentuk image bagi produk itu. Konsep produk “Tape Goreng Tanpa Serabut” yang telah kita bahas di muka merupakan contoh yang baik untuk membentuk positioning serta image yang bagus bagi produk tape goreng kita. Atribut produk (sekali lagi yang dimaksud adalah atribut yang positif, bukan yang negatif), harus kita cari dan kemudian kita munculkan pada produk kita. Oleh karena itu kita harus melakukan analisis terhadap atribut produk itu lebih mendalam.



Jenis – Jenis Atribut Produk Atribut



produk



yang



sudah



kita



bahas



di



muka



dapat



dikelompokkan menjadi 2 macam yakni : 1. Atribut Teknis 2. Atribut Emosional (Non – Teknikal) Atribut teknis merupakan aspek yang harus kita bubuhkan dalam produk kita untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan fungsi teknis produk kita. hal ini terkait dengan keinginan konsumen yang menginginkan diperolehnya manfaat teknis (technical benefit, technical value) yang telah dipelajari di muka. Atribut teknis ini tidak lain adalah berupa “DAYA GUNA” produk kita. Produk kita tidak boleh tidak harus memiliki kegunaan bagi konsumennya. Mobil sedan mislanya, antara Mercedes Bens dengan BMW ataupun mobil sedan yang lain daya guna atau aspek teknisnya sama saja, yakni 12 mobil yang bisa mengangkut pemiliknya beserta anggota keluarganya. Jadi aspek teknis atau atribut teknis dari suatu produk hampir semuanya sama.



Atribut Emosional atau atribut non teknikal ini merupakan atribut untuk mendukung kebutuhan konsumen akan manfaat emosional, non teknikal, psikologis ataupun manfaat sosial mreeka. Atribut ini berupa “DAYA BEDA” serta “DAYA TARIK” dari produk kita. Atribut inilah yang akan membedakan produk kita dengan produk lain milik psaing kita. daya beda serta daya tarik inilah yang akan berfungsi sebagai “MAGNET” dari produk kita. Semakin kuat magnet atau daya tarik dengan produk kita akan semakin kuat daya saing kita terhadap persaingan dengan produk lain. Jadi produk kita harus senantiasa diusahakan untuk memiliki daya tarik serta daya beda yang akan membentuk magnet yang kuat, baik prodouk kita itu berupa sebuah ballpointmisalnya, ataukah berupa sebuah bank, ataukan sebuah rumah sakit ataupun yang lain, semuanya harus mengandung daya beda dan daya tarik yang kuat. Perpaduan antara Daya Guna (DG), Daya Beda (DB) dan Daya Tarik (DT) tersebut akan dapat membentuk konsep produk. Kita harus pandai-pandai untuk mengintegrasikan antara DG + DB + DT tersebut sedemikian rupa sehingga dapat membentuk suatu konsep produk yang akan menarik konsumen untuk menyenangi dan kemudian membeli produk kita. Contoh-contoh konsep produk yang telah disebutkan di muka adalah suatu perpaduan yang baik antara ketiga atribut tersebut.



A. ANALISIS POSISI PRODUK Setelah kita memahami atribut produk, maka kita dapat melakukan suatu analisis terhadap posisi produk atau product positioning. Analisis ini sering disebut analisis peta posisi produk yang dapat dilakukan dengan cara menggambarkan kedua atribut produk yakni atribut teknis dan atribut emosional ke dalam sebuah grafik. Sumbu vertikal



dari grafik itu kita



pergunakan untuk menggambarkan atribut teknisnya, sedangkan sumbu horisontalnya dipergunakan untuk atribut emosionalnya, atau sebaliknya. 13 Dengan cara demikian maka ktia akna dapat memperoleh gambaran mengenai



“PETA



POSISI



PRODUK”



atau



“PRODUCT



POSITIONING”.



Penggambaran Peta Posisi Produk tersebut dapat kita perdalam dengan



mencoba untuk menggambarkan Peta Posisi Produk Perbankan di Kota Yogyakarta



mislanya.



Para



konsumen



perbankan



akan



senantiasa



memeprtimbangkan 2 atribut utama dalam memilih Bank man ayg cocok baginya. Atribut tersebut adalah : 1. Tinggi rendahnya bunga deposito 2. Kecepatan pelayanan (Servis)-nya Tinggi rendahnya bunga deposito atau tabungan yang diberikan oleh suatu bank akna menadi pertimbangan nasabah untuk senang menabung pada bank itu. Di samping itu nasabah juga mempertimbangkan atribut pelanan atau servis dari bank itu. Atribut bunga deposito dapa tkita gambarkan pada sumbu vertikal, sedangkan atribut servis atau pelayanan kita gambarkan pada sumbu horizontal. Hasil penggambaran itu akan dapat kita tunjukkan pada grafik di bawah ini sebagai berikut :



Gambar Peta Posisi Produk Perbankan di Yogyakarta Dari gambar tersebut di atas akan dapat memperole gambaran tentang posisi masing-masing bank yang memasarkan produknya kepada masyarakat Yogyakarta. Bank BCA mislanya dalam peta itu terlihat bahwa dai berada 14 bank yang diposisikan oleh pada posisi kanan atas, artinya merupakan sebuah



nasabah sebagai bank yang memiliki tingkat bunga deposito yang cukup tinggi serta tingkat pelayanannyapun cukup baik atau cepat. Sejajar dengan



bank BCA adalah bank Mandiri (BMD). Posisi bank Niaga terlihat memiliki tingkat bung adeposito yang sedikit lebih rendah, namun dinilai memiliki pelayanan yang paling cepat. Hal tersebut adalah situasi pada tahun 2000 an, seperti yang terlihat pada lingkaran dari masing-masing bank itu. Situasi bank lain yakni BPD, BNI dan BRI pada tahun 2000 an dapat kita lihat pula pada gambar tersebut, BNI dan BRI pada posisi yang hampir sama yakni tingkat bunga depositonya tergolong rendah dengan tingkat pelayanan yang kurang baik. Posisi yang paling tertinggal dalam pelayanan adalah bank BPD. Situasi pada tahun 2000-an tersebut ternyata terjadi perubahan atau pergeseran seiring dengan jalannya waktu. Pergeseran tersebut menunjukkan adanya upaya perbaikan oleh masing-masing bank itu. Mereka berusaha untuk melakukan apa yang disebut “Repositioning”. Hasilnya adalah bahwa pada tahun 2007 BNI dan BRI dapat meningkatkan pelayanananya dan kemudian menduduki posisi yang bagus yakni berada pada kwadran kanan bawah, artinya tingkat pelayanannya semakin meningkat dengan tingkat bunga deposito yang tetap renah. BPD juga berhasil meningkatkan pelayanannya sehingga dapat menggeser posisinya lebih ke kanan, walaupun masih dirasa kurang oleh para nasabahnya. BCA dan Mandiri ternyata berada dalam posisi yang tidak bergeser, artinya tetap saja seperti kondisi pada tahun 2000-an. Berbeda dengan bank Niaga yang ternyata justru mengalami penurunan khusunya dalam hal pelayanan. Perlu ditambahkan di sini bahwa dalam gambar tersebut kita melihat besarnya lingkaran bagi masing-masing bank terlihat berbeda. Hal itu memang menunjukkan adanya perbedaan dalam hal “Market Share” bagi masing-masing bank itu. Bank yang memiliki market share tinggi tergambar dengan lingkaran yang besar, sedangkan yang market share-nya rendah juga di gambarkan dengan lingkaran yang kecil pula. Selanjutnya perlu kita ketahui bahwa gambar di atas adalah gambar peta posisi produk perbankan bagi konsumen atau nasabah golongan menengah kebawah, dimana bagi kelas menengah ke bawah atribut yang dianggapnya penting adalah Bunga Deposito serta pelayanan atau servis. 15



Apabila kita meneliti pada konsumen atau nasabah golongan menengah ke atas, maka ternyata atribut yang mereka anggap penting berbeda. Di mana



bagi golongan menengah ke atas atribut bunga deposito tidaklah penting, namun bagi mereka yang penting adalah atribut “pendekatan”, di samping atribut pelayanan yang juga dianggap penting. Atribut pendekatan ini di pandangnya merupakan suatu bentuk atau cara yang dilakukan oleh bank tersebut dalam mendekati atau memperlakukan nasabah dalam hubungan transaksi perbankan pada bank tersebut. Dalam hal ini ada bank yang mendekati nasabahnya dalam bentuk yang sangat personal, tetapi ada bank yang memperlakukan nasabahnya dalam bentuk kelembagaan. Oleh karena itu bagi konsumen atau nasabah individual serta memiliki banyak dana akan menyenangi bank yang mendekatinya secara personal dan tidak senang pada perlakuan yang bersifat kelembagaan. Kondisi tersebut akan menghasilkan gambar peta posisi produk yang berbeda seperti terlihat di bawah ini



Gambar Peta Posisi Produk Perbankan di Yogyakarta, Nasabah Kelas Atas Gambar tersebut juga menunjukkan adanya resopitioning bagi masing-masing bank. Gambaran tersebut di ats adalah merupakan hasil penelitian kecil yang dilakukan oleh penulis dengan sample yang terbatas. Namun gambaran itu akan dapat membantu para mahasiswa untuk memahami dengan baik serta menerapkannya dalam melakukan analisis posisi produk, 16 baik dalam produk perbankan maupun dalam bisnis yang lain.



ANALISIS PETA PERSEPSI PRODUK Peta posisi produk yang telah kita pelajari di muka hanya merupakan gambaran posisi produk dengan menggunakan 2 atribut saja. Padahal dalam kenyataan sehari-hari, konsumen akan mempertimbangkan suatu produk tidak hanya dengan 2 atribut saja, akan tetapi biasanya lebih dari 2 atribut, bisa sampai 4 atau 5 atribut. Oleh karena itu maka harus dikembangkan suatu analisis “Multi-Atribut”. Apabila dipergunakan lebih dari 2 atribut atau multi atribut, maka kita harus menggunakan analisis “Peta Persepsi Produk”. Adapun peta persepsi produk itu dapat kita tunjukkan dalam gambar berikut ini :



Gambar Peta Persepsi Produk Kota Yogyakarta dan Kota Sekitarnya Peta tersebut menunjukkan 4 buah atribut dalam memilih sebuah kota sebagai tempat tujuan wisata yang ingin dikunjunginya apabila masyarakat akan melaksanakan rekreasi atau ingin menikmati liburan panjang mereka, mislanya. Peta Persepsi Produk akan menggambarkan kekuatan serta kelemahan dari masing-masing kota tersebut. Kekuatan dan kelemahan masing-masing produk (kota) itu, akan dapat dipergunakan oleh para pengelola kota atau Pemerintah Kota (Pemkot) untuk memahami dan 17 kemudian mencoba untuk membuat perancangan pembangunan guna menutup kelemahannya dan mempertahankan kekuatan yang ada pada



kotanya masing-masing.



A. KEY PERFORMANCE INDICTORS (TOLAK UKUR KEBERHASILAN) Kunci-kunci keberhasilan bagi manajer pemasaran sudah kita pelajari bersama, mulai dari kata kunci yang pertama dan yang utama yakni “cocok” atau “Kecocokan Produk Pasar – KPP” atau “Product Market Match – PMM” atau “Product Market Fit – PMF”, kemudian “value added” serta “Emotional Value” sebagai daya beda dan daya tarik produk yang juga disebut “Magnet” itu. Semua itu adalah merupakan bekal bagi manajer pemasaran untuk menuju ke keberhasilan bisnisnya. Keberhasilan bisnis harus dapat kita wujudkan dan kemduian kita tunjukkan kepada semua pihak agar semua pihak juga dapat mengetahui akan keberhasilan kita. Keberhasilan bisnis harus dapat diukur oleh semua pihak baik intern maupun ekstern, sehingga para pemilik perusahaan atau pemegang saham serta masyarakat luas juga dapat memahami akan kemajuan ataupun keberhasilan perusahaan kita. adapun tolok ukur keberhasilan bisnis kita sering kali popular disebut sebagai “Key Performance Indicators” yang biasa disebut “KPI”. Indikator kunci keberhasilan bisnis tersebut secara keseluruhan terdiri dari 6 indikator yakni : 1. Penghasilan / Pendapatan (Income) 2. Pertumbuhan (Growth) 3. Keunggulan Posisi Persaingan (Competitive Advantage) 4. Kemandirian Bisnis (Business Advantage) 5. Citra Bisnis (Corporate Image) 6. Etika Bisnis – Budaya Korporasi (Business Etic – Corporate Culture)



Penghasilan / Pendapatan (Income)



18



Keberhasilan suatu bisnis haruslah ditunjukkan dalam bentuk riil dan dapat diukur oleh semua pihak yakni bertambahnya penghasilan atau



pendapatan (income) perusahaan. Income ini sering pula disebut profit yang bagi pemasar, income itu akan merupakan “dana” yang dibutuhkan bagi organisasi bisnis dimana bagian pemasaran itu berada di dalamnya. Dana yang ditubuhkan oleh perusahaan itu dapat diumpamakan seperti “darah” bagi tubuh manusia. Jadi semakin banyak dana yang dapat dihasilkan oleh bagian pemasaran, maka organisasi bisnis itu tak ubahnya seperti tubuh manusia yang memiliki cukup darah. Tubuh akan menjadi sehat serta dapat berkembang dengan baik. Perusahaan yang kurang dana pastilah akan seperti tubuh manusia yang kurang darah, akan menjadi letih, lelah, lesu, lemah, lunglai serta loyo. Suatu organisasi bisnis harus dapat meningkatkan incomenya agar dapat hidup dengan sehat serta dapat senantiasa memperoleh pertumbuhan bagi bisnisnya. Penciptaan dana inilah



yang



merupakan



tugas



utama



bagian



pemasaran



dalam



mengemudikan “lokomotif pemasaran” atau dalam menjalankan “proses pemasarannya” secara berhasil, seperti yang telah kita pelajari bersama di depan. Bagi organisasi yang bersifat nonprofit sekalipun harus dapat meningkatpan



pendapatan



bagi



organisasinya.



Suatu



organisasi



pemerinthaan, misalnya Pemerintah Daerah (Pemda) juga harus dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hanya saja bagi Pemda setiap kali upaya untuk meningkatkan PAD tersebut biasanya ditempuh dengan cara yang langsung (direct). Upaya langsung itu biasanya ditempuh dengan cara menaikkan tarif ritribusi, pajak daerah maupun pungutan-pungutan yang lain. Cara yang langsung ini akan dirasakan oleh masyarakat menjadi kurang enak atau kurang etis. Cara yang lebih dapat diterima masyarakat adalah melalui upaya yang tidak langsung (indirect) yakni dengan cara menciptakan lapangan kerja (employment). Apabila tercipta lapangan kerja maka income daerah secara praktis juga akan terbentuk dan bertambah. 1. Pertumbuhan (Growth)



19



Pertambahan income atau penghasilan itu haruslah dapat mewujudkan keberhasilan pada tahap kedua, yakni pertumbuhan atau



growth. Organisasi yang tumbuh sebagai akibat dari adanya income atau profit lalu disebut “profitable growth”. Pertumbuhan karena pertambahan income ini sebenarnya masih kurang baik dan kruang mantap. Kemantapan pertumbuhan ditunjukkan oleh adanya pertambahan aktiva atau asset perusahaan, baik yang berupa kendaraan misalnya, mesinmesin



atau



peralatan



pabrik,



gedung-gedung



ataupun



tanah.



Bertambahnya aktiva atau kekayaan perusahan akan dapat menimbulkan pertumbuhan yang lebih mantap dan berdampak jangka panjang yang biasanya



lalu



disebut



sebagai



“Pertumbuhan



Yang



Berkesinambungan” atau “Sustainable Growth” 2. Keunggulan Posisi Persaingan (Competitive Advantage) Indikator



yang



ketiga



adalah



melanjutkan



yang



kedua.



Keberhasilan pada tahap ini merupakan terbentuknya “Daya Saing” yang lebih unggul bagi organisasi bisnis kita. Posisi persaingan yang lebih unggul dapat diukur dari bertambahnya “Pangsa Pasar” atau “Market Share” yang dapat diraih oleh perusahaan. Apabila dulu hanya memiliki 10% market share misalnya, kemudian dengan kesuksesan produk, yakni produk yang dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung yang lebih kokoh dan lebih kuat bagi konsumen, maka kita kana dapat meningkatkan market share 15% misalnya Daya Saing yang semakin meningkat itu kaan mengangkat derajat atau posisi perusahaan yang mungkin dulu hanya berkedudukan sebagai “Follower” atau “Pengikut” sekarang dapat menjadi “Challenger” atau “Penantang” atau bahkan mugnkin akan dapat menduduki posisi “Leader” atau “Pemimpin” 3. Kemandirian Bisnis (Business Advantage) Keberhasilan berikutnya adalah merupakan bentuk keunggulan posisi bisnis, yakni semakin bertambahnya kemandirian bisnisnya. Bisnis yang mandiri berarti semakin kecil tingkat ketergantungannya kepada 20



pihak lain baik dari pihak supplier bahan misalnya, ataupun dari penyalur atau distributor, ataupun dari pemasok teknologi misalnya. Kemandirian



ini dapat ditingkatkan biasanya dengan cara membentuk kerja sama bisnis atau networking atau mungkin dengan kerja sama yang disebut outsourcing, petungan ataupun joint venturing dan sebagainya. 4. Citra Bisnis (Corporate Image) Keberhasilan pada tahap ini merupakan suatu keberhasilan yang berupa terbentuknya citra positif dari konsumen atau masyarakat terhadap produk kita yang memang dinilai memuaskan merkea. Bahkan konsumen atau masyarakat luas telah menganggap bahwa produk kita memang merupakan sebuah jembatan yang kokoh, kuat dan tahan lama bagi merkea maka hal ini berarti telah terbentuk citra produk atau “Product Image”. Citra produk tersebut apabila dapat dipertahankan lebih lanjut maka akna dapat membentuk citra korporasi atau “Corporation Image”. 5. Etika Bisnis – Budaya Korporasi (Business Etic – Corporate Culture) Keberhasilan yang paling tinggi dan paling sulit untuk diukur adalah membentuk etika bisnis, dimana dalam hal ini manajer selalu menunjukkan kegiatan-kegiatannya itu secara etis atau dengan cara-cara yang senantiasa bertanggung jawab terhadap lingkungan masyarakat. Manajer tidak hanya memperhatikan kepentingan-kepentingan dirinya sendiri ataupun kepentingan pemilik perusahaan (Pemegang Saham/Stock Holder) saja akan tetapi juga selalu memperlihatkan dan bertanggung jawab



terhadap



“Stake



Holder”-nya



yakni



semua



pihak



yang



berkepentingan dengan perusahaan. Stake Holder itu meliputi tidak saja hanya pemegang saham atau stock holder melainkan juga para karywan, konsumen, pemerintah maupun para pemberi modal atau investor. Apabila cara kerja yang etis itu dapat berlangsung lama, maka lama kelamaan akan menjadi kebiasaan yang baik dan kebiasaan yang menahun akan membentuk menjadi budaya yakni “Budaya Korporasi” atau “Corporate Culture”.



21



Etika bisnis ini merupakan bentuk kepedulian sosial para pelaku bisnis terhadap masyarakatnya atau stake holdernya. Kepedulian sosial



suatu bisnis terhadap masyarakat sekitarnya ini dipelajari lebih lanjut dalam suatu konsep yang sekarang ini banyak dipelajari yang disebut “Corporate Social Responsibility” yang biasa disingkat “CSR”.



A. PENJABARAN KUNCI SUKSES BAGI PENGUSAHA/ PEMASAR Setelah kita membahas mengenai Analisis Pasar, yang dihubungkan dengan analisa produk dan kemudian kita pelajari pula tentang kata kunci atau kunci suksesnya Manajer Pemasaran dan bahkan terakhir kita membahas mengenai KPI sebagai tolok ukur keberhasilan usaha kita, maka marilah sekarang kita ikuti Pedoman Penjabaran atas hal-hal tersebut. Kegiatan bisnis sehari-hari memerlukan adanya pengkajian untuk memperoleh suatu pedoman kerja yang riil serta meteriil dalam menjalankan bisnis agar senantiasa dapat mencapai kesuksesan serta pertumbuhan. Kita pada umumnya melakukan kegiatan bisnis secara asal-asalan atau asal jalan. Hal seperti itu berakibat bahwa bisnis kita menjadi tidak atau kurang berkembang. Pengusaha seperti itu cenderung menjadi pengusaha yang tergolong marginal atau pengusaha pinggiran atau terpinggirkan. Kita harus berpikir maju dan berkembang sehingga bisnis kita dapat menjadi semakin besar serta dapat membentuk kerajaan atau bahkan kekhaisaran bisnis kita. gambaran tentang kerajaan atau kekaesaran bisnis ini dapat dipelajari pada bab sebelumnya. Sekarang marilah kita ikuti lebih dahulu uraian tentang pedoman riil pelaksanaan kegiatan bisnis agar dapat meraih keberhasilan tersebut. Pedoman itu secara mendasar dapat dilihat pada gambar atau skema dibawah ini :



22



Gambar Pedoman Riil Bagi Manajer Bisnis dan Pemasaran Skema atau gambar diatas yang menunjukkan pedoman riil dalam menjalankan bisnis ini didasarkan pada pemahaman atau teori atau konsepkonsep yang telah dipelajari oleh penulis dan yang juga sudah diuraikan dalam buku ini, plus pengalaman riil yang dialami sendiri oleh penulis dalam memimpin suatu perusahaan baik yang berskala nasional maupun yang berskala regional. Penulis pernah bertugas sebagai Direktur Utama suatu perusahaan yang berskala nasional, dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2002, yakni BPFE (Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UGM). Penuis juga berpengalaman sebagai Dewan Komisaris dari beberapa perusahaan yang berskala regional yang sampai saat ini semakin berkembang dan posisi Dewan Komisaris tersebut sampai sekarang kami masih menjabatnya. Perusahaan yang disebut terakhir itu pada saat ini telah bergerak di bidang Angkutan Bus Reguler, Angkutan Bus wisata, Toko Onderdil Mobil serta bisnis Wartel. Perusahaan tersebut dewasa23 ini sedang berusaha untuk mengembangkan gurita bisnisnya ke bisnis Pertokoan atau bisnis retail, perhotelan dan jasa gedung pertemuan.



Pedoman tersebut terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu : 1. Dasar Pemikiran Hal yang paling mendasar dalam memimpin suatu kegiatan bisnis adalah jangan sekali-kali kita berpikir atau bertindak dengan dasar pikir “Mencari Musuh”. Cara berpikir seperti ini sering tanpa ktia sadari telha kita lakukan dan tanpa disadari pula telah menjadi faktor penyebab utama terjadinya kegagalan. Kita harus senantiasa bertindak dengan tuntunan “Mencari Sahabat”. Baik dia itu adalah konsumen kita atau pun penyalur atau distributor kita (penyalur inipun sebenarnya juga konsumen kita, yakni yang disebut konsumen industrial). Karyawan juga harus kita anggap dan kita peralkukan sebagai sahabat jangan diperlakukan sebagai musuh yang menggerogoti kekayaan perusahaan kita. Karyawan adalah sahabat atau mitra kerja dalam rangka mencari keuntungan. Pola pikir bersahabat itu bagus, kita harus memperlakukan sebagai sahabat, namun jangan sampai membuat mereka itu baik konsumen, penyalur dan terutama karyawan janganlah sampai memanjakan mereka. Karyawan memang seringkali, setelah diperlakukan dengan persahabatan, mereka lalu menjadi manja, mereka lalu lupa diri dan menuntut berbagai hak yang seringkali berlebihan, melebihi kemampuan perusahaan, sehingga berakibat terhambatnya perusahaan untuk berinvestasi guna pengembangan



bisnisnya.



Kit



aharus



pandai-pandai



mengatur



persahabatan kita itu sedemikian rupa sehingga dapat “memotivasi” mereka untuk bekerja lebih giat demi kemajuan mereka sendiri beserta perusahaan bersama-sama maju. Baik mereka itu karyawan, maupun konsumen ataupun konsumen industrial (penyalur) tanpa membuat mereka menjadi manja.



2.



Strategi Bisnis



24



Strategi bisnis suatu ara pengembangan bisnis yang bersifat ideal yang ingin kita jangkau di masa depan. Kita harus senantiasa



mengembangkan idealisme kita, hal ini dalam tori sering disebut sebagai Visi dan Misi atau juga disebut Obsesi. Kita sebagai pemimpin harus pandai mengembangkan Visi dan Misi serta obsesi yang tidak utopia atau khayalan belaka, namun harus ralistis atas dasar kekuatan atau aset yang dimiliki pada saat ini. Beberapa contoh kongkrit Obsesi tersebut dapat kita lihat pada skema di atas. Obsesi atau Visi dan Misi tersebut akan menuntun kita bergerak secara dinamis sehingga kita dapat menjadi leader atau paling tidak challenger dan dapat menduduki posisi-posisi persaingan yang unggul dalam bidangnya masing-masing. Dengan demikian kita dapat terhindar dari atau harus menghindarkna diri dari kondisi yang menjadi kaum Marjinalis. Kaum Minimalis dan nanti hanya akan menjadi Foloweris saya, yang tidak memiliki daya saing yang tinggi. Hal ini memang sangat dituntut adanya “Kreativitas” pikir yang semakin tinggi. Sehubungan dengan hal ini maka kita harus menggunakan cara berpikir yang sering diungkapkan sebagai “Think Globally, but act locaily”. Kita harus dapat berpikir seperti orang Jerman, akan tetapi kita tetap harus bersikap, berperilaku dan berbudaya sebagai orang Indonesia. Kita janganlah menggunakan cara berpikir dalam bentuk “Think Globally and act globally”, ini akan berakibat timbulnya modernisasi, namun akan menjadi kebarat-baratan atau westernisasi. Begitu pula kita juga jangan menggunakan cara berpikir “Think locally act locally”, hal inilah yang sering kita lakukan yang berakibat kita selalu terbelakang termarjinalkan dan terpinggirkan. 3. Pedoman Kerja Terakhir kita harus selalu memiliki program kerja yang jelas, terukur (ada alat ukurnya yaitu KPI yang baru saja kita bahas di atas). Challenging artinya program kerja kit aharus menantang jangan program kerj ayg sangat minimalis tidak menantang. Terakhir program kerja itu 25



harus applicable atau dapat dijangkau dengan menggerakkan segenap kemampuan dan kekuatan kita tentunya atau dengan kata lain dengan



kerja keras. Program kerja kita jangan sampai terlalu muluk-muluk atau utopia (hanya impian belaka yang tidak realistis). Program kita harus istilanya “membumi atau gounded”, berdasarkan atas SWOT (Strength atau kekuatan, Weaknes atau Kelemahan, Opportunity atau peluang dan Treath atau Ancaman, Gangguan, Hambatan dan Tekanan). Akhirnya semuanya itu harus dilakukan dengan niat serta hati yang tulus, ikhlas, sertapenuh kesungguhan atau amanah. Amin, Amin, Amin, Ya Robbal’alamin.



26



BAB III PENUTUP Kesimpulan - Produk adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia atau masyarakat - Produk yang punya konsep adalah produk yang memiliki kaitan ketercocokan dengan segmen pasar tertentu. - Konsep produk adalah merupakan hubungan keterkaitan atau kecocokan antara suatu produk dengan segmen pasar tertentu. - Indikator kunci keberhasilan bisnis tersebut secara keseluruhan terdiri dari 6 indikator yakni : a) Penghasilan / Pendapatan (Income) b) Pertumbuhan (Growth) c)



Keunggulan Posisi Persaingan (Competitive Advantage)



d) Kemandirian Bisnis (Business Advantage) e)



Citra Bisnis (Corporate Image)



f)



Etika Bisnis – Budaya Korporasi (Business Etic – Corporate Culture)



Saran Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pemahaman tentang analisis produk. Semoga penulis makalah bisa membuat makalah lebih baik ke depannya.



27



DAFTAR PUSTAKA Gitosudarmo, Indriyo. Manajemen Pemasaran Edisi Kedua Cetakan Keenam. Yogyakarta: BPFE, 2003.



28