Makalah Kel 4 Studis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH STUDI ISLAM “POKOK-POKOK AJARAN ISLAM” Dosen Pengampu: Dr. Syahidah Rena, M.Ed



Disusun Oleh : Ega Aprila



(11200700000200)



Fahricha Puspa Oktania



(11200700000201)



Olivia Praheswari Putri Aji



(11200700000126)



Wildan Muzaki



(11200700000039)



FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020/2021 i



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah rahmat, hidayah, kasih, dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan lancar, tanpa suatu rintangan berarti. Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Islam. Selama melakukan penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih, terutama kepada: 1.



Dr. Syahidah Rena, M.Ed selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dalam penulisan sehingga dapat terselesaikan.



2.



Teman-teman mahasiswa atas dukungan semangatnya.



Semoga kebaikan tersebut dicatat sebagai amal shalih dan mendapat balasan yang lebih besar dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun demi lebih sempurnanya karya ilmiah ini maupun untuk karya-karya ilmiah berikutnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan secara umum maupun bagi pihak-pihak yang memerlukan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Tangerang, 27 Oktober 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii DAFTAR ISI..............................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang..............................................................................................................4 1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................5 1.3. Tujuan Makalah............................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN A. Islam...............................................................................................................................6 B. Iman................................................................................................................................9 C. Ihsan.............................................................................................................................11 D. Ilmu..............................................................................................................................12 E. Amal.............................................................................................................................13 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam adalah agama yang diridhoi Allah.Setelah memegang agama tersebut, kita diwajibkan untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengannya. Menjadi islam sejati tidaklah mudah, Rosulullah telah membawa ajaran-ajaran itu untuk kita ketahui dan kita laksanakan. Dalam agama islam, memiliki tiga tingkatan, yaitu : iman, islam dan ihsan.Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Ihsan berarti berbuat baik. Setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap dan perilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah dan syariat Islam disebut Ihsan. Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata untuk ta’abbudi yaitu penghambaan yang penuh dengan cara beribadah hanya karena Allah SWT. Beribadah tanpa ilmu tiada guna dan akan sia-sia. Ada tiga komponen yang saling berkaitan satu sama lain dan sangat urgen untuk dijaga dan diamalkan oleh seorang hamba. Tiga komponen dasar yang menjadikan sempurnanya predikat hamba disisi tuhannya. Tiga komponen tersebut adalah Iman, Islam, dan Ihsan. Seseorang dikatakan beriman jikalau mereka meyakini dan membenarkan adanya Allah ta’ala tuhan yang maha Esa, adanya Malaikat Allah, adanya Rasul, Kitab-kitab samawi, hari Kiamat serta adanya Qadla’ dan Qadar. Sedangkan seseorang dikatakan muslim ketika ia melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan agama dan dikatakan muhsin ketika seseorang dapat merasakan manisnya beribadah serta selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, pada ujungnya segala yang diperbuat lillahita’ala hanya karena-Nya,serta mengamalkan apa yang usdah dipahami dan dimengerti kepada sesama manusia sebagai wujud keimanan kepada Allah SWT. Maka dari itu, mengingat betapa pentingnya lima komponen tersebut, makalah ini dibuat untuk terlebih dahulu mengetahui apa itu iman, islam, ihsan,ilmu,dan amal mengetahui rukun-rukun iman dan islam, mengetahui tingkatan-tingkatan dalam iman maupun islam, serta korelasi antar kelima komponen tersebut.



4



1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan Islam? 2. Apakah yang dimaksud dengan Iman? 3. Apakah yang dimaksud dengan Ihsan? 4. Apakah yang dimaksud dengan Ilmu dan Amal ?



1.3 Tujuan Makalah 1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan islam 2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan iman 3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Ihsan 4. Untuk mengetahui yang dimaskud dengan ilmu dan amal



5



BAB II PEMBAHASAN A. Islam Berdasarkan ilmu bahasa (etimologi) kata “islam” berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata itu terbentuk kata aslamayuslimu islaaman, yang berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. Sedangkan muslim yaitu orang yang telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, patuh, dan tunduk kepada Allah SWT. Secara istilah (tertimologi), islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaranajarannya di wahyukan Allah kepada manusia melalui seorang rasul. Ajaran-ajaran yang di bawa oleh islam merupakan ajaran manusia mengenai berbagai segi dan kehidupan manusia. Islam merupakan ajaran yang lengkap, menyuluruh, dan sempurna yang mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik ketika beribadah maupun ketika berinteraksi dengan lingkunganya. Rukun Islam merupakan sendi-sendi agama Islam. Ia merupakan tonggak yang harus didirikan seorang muslim untuk bisa selamat hidup di dunia dan akhirat. Namun, seringkali rukun Islam hanya dipandang sebagai bagian dari inti ibadah saja (Agustian, 2001:11). Padahal jauh dari itu, rukun Islam menyimpan banyak pesan kepada umat manusia. Banyak nilai dan makna yang dikandung rukun Islam yang bisa diamalkan sehingga manusia benar-benar bisa menjadi khalifah di bumi sebagaimana yang Allah kehendaki, yakni manusia yang memiliki fitrah penghambaan kepada Allah (potensi beragama) dalam semua aspek. Sebagai khalifah di bumi, dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan dengan banyak masalah. Masalah manusia muncul karena ujian, cobaan, maupun dalam bentuk peringatan atau balasan dari Allah SWT atas perbuatan yang dilakukan (Sutoyo, 2009:92). Untuk menangani masalah yang dihadapi, sebagai muslim manusia seharusnya merujuk kembali kepada kelima rukun Islam yang menjadi tonggak dari agama Islam ini. Apakah rukun Islam yang dijalankan hanya sebatas rutinitas ibadah penggugur kewajiban saja, atau ibadah sekaligus diimbangi dengan melakukan internalisasi nilai-nilai dan makna yang dikandungnya ke dalam kehidupan sehari-hari, atau bahkan kelima rukun ini sama sekali ditinggalkan sebagai bentuk peribadatan. Jika hanya sebagai rutinitas ibadah tanpa melakukan internalisasi nilai dan makna yang dikandung, bahkan rukun Islam sama 6



sekali tidak didirikan, potensi atau fitrah beragama yang dimiliki manusia tidak akan berkembang optimal. Ia akan semakin jauh dari fitrahnya, dan akan semakin larut dalam masalah yang dihadapinya. 1. Rukun Islam Pertama (Syahadatain) Syahadatain berisi syahadat tauhid dan syahadat rasul, dimana keduanya harus diucapkan dengan sungguh-sungguh, dengan segenap jiwa dan memahami makna yang terkandung dalam kalimat syahadat tersebut dimana menurut Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhahullah dalam syarah Arba’in an-Nawawi menyatakan, meninggalkan syahadatain hukumnya kafir secara ijma’. Beliau juga menyatakan, syahadat tidaklah sah sehingga terkumpul padanya tiga hal: keyakinan hati, ucapan lisan dan menyampaikan kepada orang lain. Inilah nilai akhlak yang terkandung dalam syahadatain, yaitu pengikraran dengan segenap jiwa (rohani), dengan memahami isi kandungannya (http://muslim.or.id) 2. Rukun Islam Kedua (Shalat) Nilai akhlak (akhlak kepada Allah) dalam shalat yakni mengerjakannya dengan penuh kekhusyukan, niat yang ikhlas dalam beramal, cinta kepada Allah, dan lain sebagainya (Agus, 1993: 70). Shalat juga merupakan sarana meningkatkan iman kepada ihsan, sebab dengan menghayati shalat sebagai hubungan seorang hamba dengan Allah, seakan-akan kita melihat-Nya. Sabda Rasulullah SAW: “Al-ihsan ialah beribadah kepada Allah seolah-olah Anda melihat-Nya, dan kalau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia (Allah) melihat Anda” (HR. Bukhori) Seorang muslim yang shalat dengan menghadap kiblat (Ka’bah), baik langsung maupun tidak langsung, tidak pernah terbetik dalam hatinya bahwa dia memuja Ka’bah yang terbuat dari batu. Shalat adalah konsentrasi akal pikiran dan jiwa yang diorientasikan kepada Allah semata (Basyarahil, 1996: 56-57). Shalat juga menimbulkan ketenangan hati ketenteraman batin bagi pelakunya (Basyarahil, 1996: 53). Firman Allah SWT: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat



7



kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya” (QS. Al-Ma’arij: 19-23). Selain



itu



shalat



merupakan



pelatihan



mengekang



nafsu



syahwat,



membersihkan jasmani dan rohani dari sifat-sifat dan perilaku tercela serta dari perbuatan keji dan munkar (Basyarahil, 1996:43), sebagaimana firman Allah SWT: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. al-Ankabut: 45). 3. Rukun Islam Ketiga (Zakat) Zakat berarti “menyucikan” dan “mengembangkan” jiwa dan harta benda pelaku kewajiban ini. Inilah nilai akhlak dari rukun Islam yang ketiga ini.Kesucian jiwa melahirkan ketenangan batin, bukan hanya bagi penerima zakat tetapi juga bagi pemberinya. Karena kedengkian dan iri hati dapat tumbuh pada saat seseorang yang berkecukupan namun enggan mengulurkan bantuan. Ke-dengkian ini melahirkan keresahan bagi kedua belah pihak (Shihab, 2006: 192). 4. Rukun Islam Keempat (Puasa) Salah satu nilai akhlak yaitu sabar. Itulah nilai yang dikandung dalam ibadah puasa. Sebab dengan sabar menahan hawa nafsu seperti makan, minum, apapun jenis makanan dan minumannya, merokok, bersetubuh, dan sengaja mengeluarkan mani dari fajar sampai terbenamnya matahari, kita diharapkan menjadi insan yang muttaqin (Malik, 2006: 56), sebagaimana janji Allah SWT. dalam surat al-Baqarah: 183, “Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183). Untuk menjadi insan muttaqîn semua tergantung bagaimana kualitas puasa itu sendiri. Maka tidak salah jika al-Ghazali dalam Malik (2006: 56) membagi tiga tingkatan atau kualitas puasa, yaitu puasa orang awam, puasa orang khusus, dan puasa



8



super khusus (khawas al khawas). Semakin tinggi tingkat puasa kita, maka semakin besar pengaruh puasa dalam merubah kualitas hidup kita menjadi lebih baik. Puasa termasuk syari’at Islam yang dilaksanakan berdasarkan keikhlasan. Ia menjadi rahasia antara hamba dengan Tuhannya. Tidak ada yang mengetahui ia berpuasa, kecuali Allah. Oleh sebab itu, puasa memilliki pahala yang agung dan balasan yang besar, karena ia adalah ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan mencari keridhaan-Nya. 5. Rukun Islam Kelima (Haji) Rukun Islam yang kelima ialah menunaikan ibadah haji ke Baitullah bila mampu. Orang yang menunaikan ibadah haji, baik pada saat melaksanakan maupun sepulang dari tanah suci harus memiliki akhlak yang baik, bahkan harus lebih baik dari pada sebelum berangkat menunaikan ibadah haji. Jika tidak demikian, maka hajinya sia-sia dan Allah tidak akan membalasnya dengan haji mabrur. Nabi SAW. bersabda: “Seseorang yang mendapatkan haji mabrur, adalah orang yang ikhlas dalam melakukan ibadah tersebut, dan memahami benar makna pelajaran yang ada dibalik setiap amalan-amalan yang dikerjakan dalam berhaji” Jika demikian, tentu akan lebih mematuhi Allah lagi dalam perintah dan laranganNya yang menyangkut kehidupan positifnya dalam kehidupan, seperti amar ma’ruf nahi munkar, tidak memfitnah dan adu domba, tidak mendekati zina, dan lain sebagainya (Agus, 1993: 116). Demikianlah nilai-nilai akhlak yang ada dalam ibadah haji. B. Iman a. Pengertian Iman Iman ialah membenarkan secara sungguh-sungguh segala sesuatu yang diketahui sebagai berita yang dibawa oleh Nabi saw. dari sisi Allah swt. Juga dikatakan sebagai at-tashdiq bil-qalbi (membenarkan dengan hati), al-iqrar bil-lisan (pengakuan dengan ucapan), dan al-amal bil-arkhan (mengamalkan dengan anggota tubuh). b. Rukun Iman 1. Beriman kepada Allah



9



Beriman kepada Allah dengan segala sifatnya merupakan rukun islam yang pertama dan utama. Kita meyakini Allah itu ada, tetapi dzatnya tidak bisa di liaht oleh mata, tidak dapat diraba dengan indra bahkan juga tidak akan akan mampu di jangkau oleh akal pikiran. 2. Beriman kepada malaikat Malaikat adalah makhluk ciptakan Allah yang di ciptakan dari cahaya. Mereka tidak dapat di lihat oleh manusia. Walaupun malaikat tidak dapat di lihat kita wajib mengimaninya. Dengan demikian, dapat di rumuskan bahwa beriman kepada malaikat juga berarti meyakinidan membenarkan bahwa Allah SWT mempunyai mahlik bernama malaikat yang harus di yakini adanya. 3. Beriman kepada kitab suci Iman kepada kitab-kitab suci dalam islam, merupakan kesatuan yang tak terpisahkan dengan iman kepada Allah, malaikat dan Rosul. Allah yang bersifat pengasih dan penyayang kepada makhlukNya termasuk kepada umat manusia, berkehendak untuk memberi petunjuk (hidayah) hidup dengan menurunkan wahyuNya. Kitab Allah yang wajib di imani adalah Taurat, Injil, Zabur , dan AlQur’an. 4. Iman kepada kepada Rosul Rosul adalah manusia pilihan yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk disampaikan kepada umat manusia, dan berfungsi pula sebagai contoh hidup yang baik, sementara nabi merupakan manusia pilihan pula yang mendapat wahyu Allah, namun tidak diwajibkan untuk menyebarkan ajaran atau risalah tersebut kepada umat.Ada 25 nabi yang di kisahkan dalam Al Qur’an yang wajib di imani setiap muslim. 5. Iman kepada Hari Kiamat Hari Kiamat secara bahasa artinya hari kebangkitan kembali dari kematian atau kebangkitan dari kehancuran alam semesta. Sedangakn menurut istilah hari Kiamat disamakan dengan hari berakhirnya kehidupan di alam fana ini, yang berupa kematian dari kehidupan dan kehancuran bagi segala sesuatu yang ada. Konsep atau pengertian tentang kebangkitan inilah yang tidak mudah untuk dipercaya menurut akal sehat tanpa dilandasi dengan iman. Ciri-ciri hari kiamat: 



Budak budak melahirkan anak dari tuan- tuannya. 10







Banyak orang yang mengumbar auratnya.







Orang- orang belomba membangun gedung-gedung pencakar langit.



6. Iman kepada Qada dan Qadar Qadha adalah ketatapan Allah yang telah ditentukan sebelum sesatu berlangsung, tanpa sepengetahuan kita. Sedangkan qadar adalah ketetapan Allah yang telah kita ketahui setelah terjadi. Setiap



muslim wajib meyakini bahwa Allah SWT maha kuasa serta memiliki



wewenang penu untuk menurunkan ketentuan apa saja bagi mahlukNya. Demikian juga setiap muslim wajib yakin sepenuhnya bahwa manusia diberi kebebasa memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dengan segala kemampuan usahanya serta doanya kepada Allah. Jadi dua faktor yang menyertai manusia yaitu Qadha dan Qadar Allah dan ikhtiarnya. Keberhasialn amal seseorang hanya mungkin bila yang di ikhtiarkannya cocok dengan Qadha dan Qadar Allah. C. Ihsan Ihsan, menurut kamus berasal dari kata: ahsana-yuhsinu-ihsan berarti, berbuat baik, bagus, kebajikan, atau sholeh. Sedangkan menurut istilah, ihsan adalah beribadah kepada



Allah seakan-akan kamu



melihat-Nya,



maka anggaplah



sesungguhnya Allah melihatmu. Ihsan bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa terlihat mewah, terlihat indah, dan megah. Sehingga menarik perhatian dari banyak pihak. Sama halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan perhatian dari sang khaliq, sehungga dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi larangannya saja, melainkan berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai lebih dihadapan-Nya. Pada hakikatnya, kedudukan kita adalah sebagai hamba, budak dari Tuhan, sebisa mungkin kita bekerja, menjalankan perintahNya untuk mendapatkan perhatian dan ridhlo-Nya. Disinilah hakikat dari Ihsan. Dengan ihsan diharapkan semua perilaku dan aktivitas seseorang muslim, bukan saja dilakukan dengan keindahan dan kebaikan secara lahir, melainkan sunguh-



11



sungguh dilandasi iman. Dengan ihsan juga seseorang muslim akan melakukan halhal yang baik dan bermanfaat bagi manusia, karena agama mengajarkan: ‫خير الناس انفعهم للناس‬ Artinya : “sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain”.(Al-hadits) D. Ilmu 



Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan.







Kata "'Ilmu" dari bahasa Arab. 'Ilmu "berasal dari kata kerja 'alima, yang berarti memperoleh hakikat ilmu, mengetahui, dan yakin. Bentuk jamak dari kata ilmu yaitu 'ulum, artinya memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari pengatahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya.







Kedudukan Ilmu dalam Agama Islam Islam sebagaimana dijelaskan dalam puluhan ayat al-Qur’an mendudukkan ilmu dan para penuntut ilmu di tempat yang terhormat. Ilmu memiliki kedudukan yang tinggi di dalam islam, bahkan banyak dijelaskan di dalam Al-Qur`an mengenai keutamaan orang-orang yang berilmu. Dalam Al-Qur`an Al-Mujadalah, 58:11 Allah berfirman bahwasanya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Rasulullah juga mewajibkan bagi seluruh umat muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu. Dalam kitab Shahih Muslim bahwa Nabi SAW secara khusus menjamin bahwa orang yang berilmu dan ilmunya tersebut bermanfaat bagi orang lain, maka pahalanya akan terus mengalir walaupun orang bersangkutan sudah meninggal dunia“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”, [HR Ibnu Majah dari Anas, dan HR Al Baihaqi].







Sumber-sumber Ilmu menurut Islam Islam mengajarkan bahwa Allah SWT merupakan sumber dan segala sesuatu. Ilmu dan Kekuasaan-Nya meliputi bumi dan langit yang nyata maupun gaib, dan tidak



12



ada segala sesuatupun yang luput dari pengawasaan-Nya. Allah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu" (QS Thaha; 98) Sumber ilmu primer dalam epistimologi Islam adalah wahyu yang diterima oleh nabi yang berasal dari Allah SWT, sebagai sumber dari segala sesuatu. Wahyu yang diturunkan mengandungi segala ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh manusia untuk kemaslahatan hidup serta perkara gaib yang tidak terjangkau oleh akal manusia. Sumber Ilmu selain wahyu dalam epistimologi Islam adalah Akal (‘aql), dengan akal manusia dapat menimbang dan membedakan antara yang baik dan buruk. Semua makhluk ciptaan Allah dikaruniakan otak, namun hanya manusia yang dikaruniakan akal supaya dapat berpikir dan menerpakan sifat perikemanusiaan di dalam diri. 



. Hubungan Ilmu, iman, ihsan, dan amal. Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu dapat terkontrol dari sifat egoisma pribadi (kelompok, bangsa), sombong dan semena-mena yang berakhir menjadi berakibat rusaknya tatanan hidup sosial kemasyarakatan dan meruntuhkan peradaban yang telah susah payah dibangun manusia. Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal yang lurus dan berkembang bila didasari dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya, sebagai mana sebuah hadits Rasul saw yang artinya: “Barang siapa yang menghendaki kehidupan Dunia, maka wajib baginya memiliki Ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akhirat, maka wajib memiliki Ilmu. Dan barangsiapa menghendaki keduanya, maka wajib baginya memiliki Ilmu”. [HR Turmudzi]. Dengan begitu maka tujuan amal yang dikehendaki seseorang mesti dicapai dengan ilmu. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya



13



tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal. Tentang hubungan antara Iman dan Amal, diterankan sebagaimana sabda Rasulullah saw yang artinya: “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman”. [HR Ath-Thabrani]. Kemudian dijelaskannya pula bahwa: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”, [HR Ibnu Majah dari Anas, dan HR Al Baihaqi]. Dalam agama Islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu Akidah, Syari’ah dan Akhlak. Sedangkan Iman, Ilmu dan Amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap “Rukun Iman yang enam”, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada “Rukun Islam yang lima” yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya yang menghasilkan “Ihsan” - kebaikan dan kemanfaatan bagi manusia dan alam lingkungannya. E. Amal Amal saleh berasal dari bahasa Arab: ‘amal yang berarti pekerjaan atau perbuatan, dan ṣālih (jamak: ṣāliḥāt) yang bisa berarti membawa kebaikan atau sesuai dengan petunjuk dan contoh Rasul-Nya. ‘Amal dalam bentuk masdar berarti perbuatan yang ditimbulkan oleh aktivitas berbuat yakni ‘amila. Pengertian seperti ini dapat dipahami dari ayat Al-Qur’an surat Al-Furqon(25) ayat 70 yang artinya: Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Menurut KBBI amal berarti perbuatan (baik atau buruk). Akan tetapi, dalam kamus ini juga dijelaskan bahwa amal adalah perbuatan baik yang mendatangkan pahala (menurut ketentuan agama islam). Bisa disimpulkan bahwa amal adalah perbuatan yang membawa kemaslahatan bagi sesama, yang dilakukan sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan contoh Rasul-Nya. Sedang amal yang tidak demikian, dapat disebut dengan amal yang buruk. Sedangkan menurut Raghib al-Asfahani makna kata amal adalah semua pekerjaan yang berasal dari makhluk hidup dan dilakukan dengan sengaja. Karena kata amal merupakan akar suatu kata yang menunjukkan pada satu makna yang sama, yaitu semua pekerjaan yang dilakukan. Sehingga apapun yang dikerjakan makhluk hidup



14



baik itu manusia, hewan dan tumbuhan merupakan amal. Dan amal yang dilakukan manusia sangat luas baik itu belajar, bekerja, membantu orang tua, bermain ataupun yang lainnya, semuanya menunjukan amal karena amal merupakan suatu pekerjaan yang disengaja baik itu menimbulkan maslahat ataupun mudarat. Penempatan kata iman dan amal saleh mempunyai kedudukan penting dalam Alquran. Karena dua hal ini saling mengisi antara satu dan yang lainnya. Iman merupakan konsep keyakinan terhadap Allah Swt, sedangkan amal saleh merupakan perbuatan baik yang berlandaskan keimanan. Bahkan Nabi menggambarkan bahwa amal saleh itu sebagai penyempurna keimanan, sebagaimana dalam Hadith : ‚Rasulullah Saw, bersabda “(Perhatikan) tiga hal : Barang siapa yang sanggup menghimpunnya niscaya akan mencakup iman yang sempurna. Yakni : (1) Jujur terhadap diri sendiri, (2). Mengucapkan salam perdamain kepada seluruh dunia dan (3) mendermakan apa yang menjadi kebutuhan umum.” (HR. Bukhari). Dari Hadith di atas amal saleh yang dilakukan ialah 1). Jujur terhadap diri sendiri, 2). Mengucapkan salam, dan 3). Mendermakan sebagian harta. Amal saleh mempunyai pengertian yang luas baik yang berhubungan dengan Allah Swt, sesama manusia, diri sendiri, dan alam semesta. Sehingga bentuk amal saleh dapat berupa pikiran, tenaga dan pemberian harta benda. Adapula yang berupa ucapan dan tingkah laku yang baik dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari. 



Kriteria Amal Saleh a. ikhlas dan sesuai dengan ajaran Islam, b. dikerjakan berkesinambungan dan terus-menerus, c. dilakukan sebaik-baiknya, d. beramal dengan ilmu pengetahuan, dan e. mempunyai manfaat sosial.







Keuntungan Beramal Saleh a. memiliki rasa kasih dan sayang, b. merasakan kehidupan yang baik, dan c. memperoleh pahala yang besar.







Karakteristik Orang yang Beriman dan Beramal Saleh a. memiliki hilm (kerendahan dan kemurahan hati), b. istiqomah dalam beribadah, 15



c. takut pada hari kiamat, d. berzakat, dengan tidak ada niatan selain mendapat ridha dari Allah SWT e. menjauhi pebuatan yang dilarang oleh Allah SWT



16



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Islam merupakan ajaran yang lengkap, menyuluruh, dan sempurna yang mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik ketika beribadah maupun ketika berinteraksi dengan lingkunganya. Rukun Islam merupakan sendi-sendi agama Islam dan menjadi tonggak yang harus didirikan seorang muslim untuk bisa selamat hidup di dunia dan akhirat. Iman ialah membenarkan secara sungguh-sungguh segala sesuatu yang diketahui sebagai berita yang dibawa oleh Nabi saw. Berawal dari iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, Iman kepada kitab suci, iman kepada Rosul, dan yang terakhir iman kepada hari kiamat Ilmu memiliki kedudukan yang tinggi di dalam islam, bahkan banyak dijelaskan di dalam Al-Qur`an mengenai keutamaan orang-orang yang berilmu. Penempatan kata iman dan amal saleh mempunyai kedudukan penting dalam Alquran. Karena dua hal ini saling mengisi antara satu dan yang lainnya. Iman merupakan konsep keyakinan terhadap Allah Swt, sedangkan amal saleh merupakan perbuatan baik yang berlandaskan keimanan.



17



DAFTAR PUSTAKA Hasan, S.M. (2014). Implementasi Kegiatan Amal Saleh Dalam Peningkatan Kecerdasan Spiritual: Studi Kasus di Pondok Pesantren al Urwatul Wutsqo Bulurejo Diwek Jombang. Vol. 2. No. 1: Didaktia Religia. Hatta M (2019). Implementasi Isi atau Materi Pendidikan (Iman,Islam,Ihsan,Amal Saleh,dan Islah): Di SD Muhamdiyah 7 Pekanbaru. Vol. 2. No. 1: Jurnal Of Islamic Educational Management. Saepudin, M.D, M. Solahudin, dan Izzah Faizah, S.R.K. (2017). Iman dan Amal Saleh dalam Alqur’an (Studi Kajian Semantik). Al-Bayan: Jurnal Studi Al-qur’an dan Tafsir 2. Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Bandung. http://repository.iainpekalongan.ac.id/127/1/NILAINILAI%20DAN%20MAKNA%20BIMBINGAN%20KONSELING%20ISLAM.pdf. https://media.neliti.com/media/publications/167158-ID-sumber-sumber-ilmupengetahuan-dalam-al.pdf https://www.academia.edu/12747680/Sumber_Sumber_Ilmu_Menurut_Islam https://media.neliti.com/media/publications/195153-ID-pendidikan-dalam-al-qurankonsep-talim-q.pdf



18