Makalah Kelompok 11 Kesehatan Mental. [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KELOMPOK 11 KESEHATAN MENTAL “PERAN TEORI DALAM PRAKTEK KONSELING KESEHATAN MENTAL”



Dosen Pengampu: Drs. Yusri, M.Pd., Kons



Disusun Oleh : 1. NUR AYNI HIDAYAH (19006029) 2. AFIFAH MILADIYAH (19006056) 3. ARIN TARADIPA (19006063)



JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2021



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis ucapkan rasa puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Kesehatan Mental mengenai “PERAN TEORI DALAM PRAKTEK KONSELING KESEHATAN MENTAL”. Bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun dalam rangka melaksanakan tugas kelompok Kesehatan Mental. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca serta dapat menambah pemahaman pembaca. Terlepas dari itu semua, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Selanjutnya, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya kami sebagai penulis sendiri. Aamiin.



Padang, 11 Mei 2021



KELOMPOK 11



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ................................................................................. ........ ....i DAFAR ISI .................................................................................................. ........ ...ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ ........ ...1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... .............1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... ........ ...1 C. Tujuan..................................................................................................... ........ ...1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. ........ ...3 A. Perspektif Sejarah ................................................................................... ........ ...3 B. Perkembangan dalam Arah Non-tradisional............................................. ........ ...5 C. Inovasi Metodologis ................................................................................ ........ ...6 D. Arah Konseling Kesehatan Mental di Masa Depan .................................. ........ ...7 BAB III PENUTUP ..................................................................................... ........ .11 A. Kesimpulan ............................................................................................. ........ .11 B. Saran ....................................................................................................... ........ .11 DAFTAR KEPUSTAKA ............................................................................ ........ .12



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Konseling kesehatan mental adalah profesi yang khusus, karena kurikulumnya mencakup psikodiagnosis, psikopatologi, dan rencana perawatan. Afiliasi kolaboratifnya dengan ACA (American Counseling Association). Konselor kesehatan mental sangat penting memahami psikopatologi, mempunyai keahlian khusus yang berkaitan dengan kebutuhan dan minat dari populasi atau masalah tertentu. eberapa konselor kesehatan mental adalah praktisi pribadi. Mereka member konseling pada berbagai kelompok klien, termasuk program bantuan korban pemerkosaan, keluarga yang depresi, orang-orang yang berpotensi atau cenderung untuk bunuh diri, dan mereka yang menderita kelainan yang sudah terdiagnosis. Konselor kesehatan mental bekerja sama dengan tenaga lainnya, seperti psikiater, psikolog, pekerja social, perawat dan bagian psikiatri, dan ahliahli konseling lainnya serta menjadi bagian dari tim. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu: 1. Bagaimana perspektif sejarah dalam praktek Konseling Kesehatan Mental? 2. Bagaimana perkembangan dalam arah nontradisional ? 3. Apa Inovasi metodologis dalam praktek Konseling Kesehatan Mental? 4. Bagaimana arah konseling kesehatan mental di masa depan? C. Tujuan Dari rumusan masalah di atas, makalah ini mempunyai tujuan; 1. Untuk mengetahui perspektif sejarah dalam praktek Konseling Kesehatan Mental 1



2. Untuk mengetahui perkembangan dalam arah nontradisional 3. Untuk mengetahui Inovasi metodologis dalam praktek Konseling Kesehatan Mental 4. Untuk mengetahui arah konseling kesehatan mental di masa depan



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Perspektif Sejarah 1. Asal usul konseling Pada awal 1900-an, konseling belum berkembang menjadi pengobatan masalah kesehatan mental dan lebih difokuskan pada pendidikan. Frank Parsons, yang dikenal sebagai bapak bimbingan, mengembangkan rencana untuk



mendidik



para



konselor



dan



memulai



Gerakan



Bimbingan



Kejuruan. Dia prihatin dengan masalah kaum muda karena pengangguran kaum muda menjadi perhatian utama remaja karena urbanisasi terjadi dan pekerjaan berkelanjutan serta pendapatan keluarga yang dihasilkan dari pertanian keluarga tidak lazim. Pada saat ini, konselor dianggap sebagai konselor kejuruan dan ini memulai pendekatan yang mulai membentuk proses konseling yang lebih kontemporer. Sekitar waktu yang sama, Clifford Beers, mantan pasien rumah sakit kesehatan jiwa, menulis sebuah buku yang mengungkap kondisi buruk institusi kesehatan mental dan dia menganjurkan reformasi. Beers kemudian mendirikan Komite Nasional untuk Higiene Mental, yang kemudian menjadi Asosiasi Kesehatan Mental Nasional. Jessie B. Davis adalah orang pertama yang menjadikan bimbingan sebagai bagian reguler dari kurikulum sekolah. Dia adalah seorang pengawas atau administrator dan mengadvokasi apa yang menjadi bimbingan dan konseling sekolah. Selama masa depresi yang hebat, metode dan strategi konseling untuk pekerjaan tumbuh seperti yang sangat dibutuhkan pada saat itu. Pada tahun 1932,



Brewer



menulis



sebuah buku



berjudul "Pendidikan sebagai



Bimbingan", yang mempromosikan perluasan konseling lebih dari sekedar pekerjaan. Ia menyarankan agar setiap guru berbagi implementasi konseling 3



dan bimbingan itu perlu ada di setiap kurikulum sekolah. Pada 1940-an, Carl Rogers memulai pengembangan konseling dan psikoterapi. Dia percaya bahwa klien tahu yang terbaik dan bahwa hanya mereka yang dapat menjelaskan apa kebutuhan mereka dan arah konseling yang harus ditempuh berdasarkan masalah apa yang krusial dan perlu diperhatikan. Rogers dengan jelas menunjukkan bahwa dia tidak mengambil jurusan psikologi dan kursus yang dia ajarkan didasarkan pada departemen pendidikan. Perang



Dunia



II



mengedepankan



pentingnya



pengujian



dan



penempatan karena ada kebutuhan yang kuat untuk seleksi dan pelatihan spesialis untuk militer dan industri. Konselor dan Psikolog memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengisi peran yang sangat dibutuhkan ini. Pada saat yang sama, ribuan tentara membutuhkan hasil dari pengalaman tempur mereka. Administrasi veteran memberikan layanan konseling profesional kepada tentara setelah mereka keluar dan pada tahun 1945, Departemen Urusan Veteran memberikan tunjangan dan magang bagi siswa dalam bidang konseling dan psikologi, meningkatkan dukungan dan pelatihan yang tersedia bagi para konselor. Kali ini menandai dimulainya pengeluaran pemerintah



untuk



persiapan



konselor



seperti



yang



kita



kenal



sekarang. Psikolog klinis dilatih untuk merawat dan mendiagnosis individu dengan gangguan kronis, dan psikolog konseling dilatih untuk menangani masalah yang disajikan oleh orang-orang dengan tingkat kesehatan mental yang tinggi. Hal ini menyebabkan terbentuknya divisi atau kategori psikolog baru dan Divisi Konseling dan Bimbingan dari American Psychological Association mengubah judul menjadi Divisi Psikologi Konseling. 2. Profesionalisasi konseling kesehatan mental Pada tahun 1950-an, kelemahan dalam sistem kesehatan mental yang ada terungkap dan perawatan farmakologis yang efektif secara klinis juga sedang dikembangkan yang dapat disediakan dalam pengaturan rawat jalan. 4



Hal ini menyebabkan kebutuhan akan klinik berbasis komunitas, tetapi akses ke layanan ini sangat terbatas. Undang-undang Kesehatan Mental Masyarakat tahun 1963 sangat penting dalam pengembangan profesi konseling. Setelah pemerintah menganalisis masalah penyakit mental dan perawatan yang efektif, Presiden John F.Kennedy percaya bahwa pusat perawatan berkualitas tinggi yang terletak di komunitas pasien dapat mengarah pada penghapusan bertahap rumah sakit jiwa negara bagian dan secara drastis meningkatkan sistem kesehatan mental di Amerika Serikat. .Jaringan nasional pusat kesehatan mental masyarakat menciptakan permintaan akan konselor dan profesi mulai berkembang dan meningkatkan jumlah konselor. Sejalan dengan tumbuhnya profesi penolong konseling, ada kebutuhan untuk mengatur kualitas layanan yang diberikan oleh para profesional melalui izin negara. Pada tahun 1974, sebuah komite khusus ditunjuk oleh American Personnel and Guidance Association yang berfokus pada lisensi konselor. Ini memulai langkah-langkah menuju undang-undang lisensi konselor pertama di Virginia pada tahun 1976. Pada 1980-an, konseling kesehatan mental telah dengan jelas memantapkan dirinya sebagai sebuah profesi dengan seperangkat peraturan dan metode yang berbeda untuk memberikan layanan. Menurut Gerig & Gerig (2014), profesional yang berbeda dicirikan oleh "pernyataan peran, kode etik, pedoman akreditasi, standar kompetensi, lisensi, sertifikasi, dan standar keunggulan lainnya". Profesi konseling seperti yang kita kenal sekarang telah menetapkan semua aspek profesi yang berbeda ini dan semakin diakui sebagai profesi penolong yang berharga dan sangat dibutuhkan dalam masyarakat kita. B. Perkembangan Dalam Arah Nontradisional Konselor kesehatan mental sangat penting memahami psikopatologi, mempunyai keahlian khusus yang berkaitan dengan kebutuhan dan minat dari populasi atau masalah tertentu. Tugas utama konselor kesehatan mental adalah 5



menilai dan menganalisis latar belakang dan informasi terkini mengenai klien, mendiagnosis kondisi mental dan emosional, mengeksplorasi solusi yangbisa dilakukan, dan mengembangkan rencana perawatan. Aktivitas preventif dalam kesehatan mental dan fisik juga sangat penting. Mereka menaruh perhatian pada perkembangan professional yang berhubungan dengan bidang konseling terapan seperti konseling perkawinan dan keluarga, penyalahgunaan obat/ketergantungan bahan kimia. Beberapa konselor kesehatan mental adalah praktisi pribadi. Mereka member konseling pada berbagai kelompok klien, termasuk program bantuan korban pemerkosaan, keluarga yang depresi, orang-orang yang berpotensi atau cenderung untuk bunuh diri, dan mereka yang menderita kelainan yang sudah terdiagnosis. Konselor kesehatan mental bekerja sama dengan tenaga lainnya, seperti psikiater, psikolog, pekerja social, perawat dan bagian psikiatri, dan ahli-ahli konseling lainnya serta menjadi bagian dari tim. Konselor kesehatan mental sangat penting memahami psikopatologi, mempunyai keahlian khusus yang berkaitan dengan kebutuhan dan minat dari populasi atau masalah tertentu. Tugas utama konselor kesehatan mental adalah menilai dan menganalisis latar belakang dan informasi terkini mengenai klien, mendiagnosis kondisi mental dan emosional, mengeksplorasi solusi yangbisa dilakukan, dan mengembangkan rencana perawatan. C. Inovasi Metodologis Jenis penelitian ini adalah penelitan kepustakaan, yaitu penelitian yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang objek penelitiannya digali melalui beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal penelitian, koran, majalah, dan dokumen). Perbedaan metodologi yang digunakan pada masing-masing disiplin ilmu kesehatan mental sendiri di dalam proyeksinya mengenai mental yang sehat antara ilmu pengetahuan Barat dan Islam menghasilkan perspektif yang berbeda 6



pula tentang cakupan mental yang sehat. Jika di dalam perspektif Barat, mental yang sehat hanya dapat dilihat dari determinan tingkah lakunya (bersifat empirisme/ hanya dapat ditangkap dengan kelima panca Indra), maka di dalam Islam seseorang dikatakan telah mempunyai kepribadian yang sehat apabila dapat mengatur



segala



bentuk



dimensi



hubungan



individu



itu



sendiri



dan



mengakomodirnya. Bentuk hubungan manusia terletak karakteristik itu sendiri dan peranan-peranannya yang berbeda-beda satu sama lain, sesuai dengan bentuk dimensi hubungan ia berada. Menurut Bahril Hidayat (2002) individu membutuhkan pertolongan dari seorang profesional yang kompeten dalam mengatasi permasalahan tersebut. Psikolog sebagai salah satu akademisi yang memegang peran pada kondisi tersebut,perlu kiranya mengaplikasikan metode-metode psikologi yang ia kuasai untuk merumuskan solusi dari masalah itu. Salah satu metode populer adalah konseling, karena konseling merupakan metode re-edukasi yang efektif untuk menciptakan kesehatan mental bagi konseli. Akhirnya, dengan segala permasalahan individu dan masyarakat, salah sa tu masalah urgen adalah kesehatan mental masyarakat, dapat difasilitasi oleh konseling. D. Arah Konseling Kesehatan Mental Di Masa Depan WHO mencanangkan visi dari rencana aksi kesehatan mental 2013–2020 untuk dunia yaitu dimana kesehatan mental harus lebih dihargai, dipromosikan dan dilindungi. Diharapkan gangguan mental dapat dicegah dan orang yang terkena gangguan ini mendapatkan berbagai hak asasi manusia dan akses kualitas tinggi, kesehatan sesuai budaya dan pelayanan sosial pada waktu yang tepat untuk mendorong pemulihan, yang memungkinkan untuk mencapai kesehatan pada level tertinggi dan berpartisipasi sepenuhnya dalam masyarakat dan di tempat kerja, bebas dari stigmatisasi dan diskriminasi (WHO,2013).



7



Upaya kesehatan mental di Indonesia dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan mental yang optimal bagi setiap individu, keluarga dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU, 2014). Saat ini, UU No. 18/2014 tentang Kesehatan Jiwa menjadi pedoman dalam penyelenggaraan kesehatan jiwa yang komprehensif. Penetapan pelayanan kesehatan jiwa dasar dan rujukan menjadi upaya kesehatan jiwa yang dilaksanakan dengan membangun sistem pelayanan kesehatan jiwa berjenjang dan komprehensif. Selain aspek pelayanan juga ditetapkan sebagai sumber



daya dalam



penyelenggaraan, diantaranya sumber daya manusia, fasilitas pelayanan, perbekalan, teknologi dan produk teknologi, serta pendanaan. Pelaksanaan upaya kesehatan jiwa harus berdasarkan pada asas keadilan, perikemanusiaan,



manfaat,



transparansi,



akuntabilitas,



komprehensif,



perlindungan, serta non diskriminasi (UU, 2014). Undang-undang ini menjadi dasar kebijakan penanganan kesehatan mental di Indonesia untuk fokus pada peningkatan derajat kesehatan jiwa masyarakat dan pencegahan gangguan jiwa bagi mereka yang rentan atau berisiko. Secara tegas dituliskan bahwa setiap orang dan/atau menyuruh orang lain yang dengan sengaja melakukan pemasungan, penelantaran, kekerasan atau tindakan lainnya yang melanggar hak asasi orang dengan gangguan kejiwaan harus dipidana (UU, 2014). Siswanto (2007) menyebutkan bahwa saat ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam gerakan kesehatan mental yang lebih mengedepankan pada aspek pencegahan gangguan mental serta bagaimana peran komunitas dalam membantu optimalisasi fungsi mental individu. Konsep dan pandangan terhadap kesehatan jiwa serta permasalahannya mempengaruhi penanganan mulai dari kebijakan hingga tindakan yang dilakukan.



8



Penanganan yang diberikan cenderung kurang efektif secara keseluruhan sehingga diperlukan pendekatan yang lebih mendalam untuk membantu menangani gangguan mental. Pendekatan yang dapat dimanfaatkan adalah dengan pendekatan agama. Peranan agama sangat penting untuk diperhatikan terhadap kesehatan mental di masyarakat. Mental tanpa agama akan menghasilkan dampak yang kurang baik. Adapun yang sangat berkaitan antara agama dan kesehatan mental adalah bahwa kesehatan mental sangat erat kaitannya dengan agama karena kuatnya iman seseorang bisa dilihat dari seberapa dekat manusia dengan Allah SWT dan tanpa agama, kehidupannya tidak akan berjalan dengan baik dan lancar (Susilawati, 2017). Cara konselor kesehatan mental menggunakan teknik dan teori di dalam praktik mereka sangat bervariasi. Pemilihan teori dilakukan oleh konselor kesehatan mental berdasarkan pada kebutuhan klien. Secara umum, literatureliteratur konseling kesehatan mental difokuskan pada dua masalah utama yang memiliki dampak teoritis sebagai berikut: 1. Pencegahan dan peningkatan kesehatan mental 2. Perawatan kelainan dan disfungsi. Kedua topic akan terus menarik perhatian karena mempertimbangkan tugas utama konselor kesehatan mental (Wilcoxon & Puleo, 1992). Kedua fokus konseling kesehatan mental tersebut juga dapat berlaku bagi konseling kesehatan mental di dunia pendidikan. Secara umum konseling kesehatan mental difokuskan padadua masalah utama yaitu : 1. Pencegahan dan peningkatan kesehatan mental 2. Perawatan kelainan dan disfungsi. Kedua fokus konseling kesehatan mental tersebut juga dapat berlaku bagi konseling kesehatan mental di dunia pendidikan. Menurut Sanyata, S. (2012) teori konseling dan psikoterapi memiliki peran sentral dalam layanan bimbingan dan konseling. Secara paradigmatik perkembangan konsep layanan bimbingan 9



dan konseling dipengaruhi oleh kerangka teori yang berkembang pada masamasa perkembangan teori konseling dan psikoterapi. Konsep Freudian, behavioristik, humanistik dan paradigma sistem turut mewarnai perkembangan layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling komprehensif secara utuh melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program berorientasi pada tugas-tugas perkembangan peserta didik sesuai dengan standar kompetensi kemandirian yang harus dicapai. Konselor bertanggung jawab untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan. Sikap profesional yang harus dibangun adalah setiap perubahan akan relevan dengan kondisi di mana sebuah penelitian dikembangkan dan dieksperimen walaupun tidak menutup kemungkinan adanya generalisasi.



10



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Profesi konseling seperti yang kita kenal sekarang telah menetapkan semua aspek profesi yang berbeda ini dan semakin diakui sebagai profesi penolong yang berharga dan sangat dibutuhkan dalam masyarakat kita. Konselor kesehatan mental sangat penting memahami psikopatologi, mempunyai keahlian khusus yang berkaitan dengan kebutuhan dan minat dari populasi atau masalah tertentu. Tugas utama konselor kesehatan mental adalah menilai dan menganalisis latar belakang dan informasi terkini mengenai klien, mendiagnosis kondisi mental dan emosional, mengeksplorasi solusi yangbisa dilakukan, dan mengembangkan rencana perawatan



B. SARAN Kepada pembaca diharapkan untuk terus meningkatkan kompetensi dan wawasan yang berhubungan dengan teori dalam praktek Konseling kesehatan mental. Hal ini dikarenakan aktivitas preventif dalam kesehatan mental dan fisik juga sangat penting. Konseling kesehatan mental adalah sebuah spesialis dan khusus yang memiliki keunikan dalam pelaksanaannya. Fokus konseling kesehatan mental adalah pada gangguan kesehatan mental individu seperti perilaku negatif atau bermasalah. Strategi pelaksanaan menggunakan proses konseling yang terdiri tahap awal, tahap inti, tahap akhir.



11



DAFTAR KEPUSTAKAAN



Hidayat, Bahril. 2002. Konseling dan Kesehatan Mental. Yogyakarta. (online) Kartono, Kartini dan Jenny Andari. 1989. Hygine Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam. Bandung: Mandar Maju. Latipun. 2001. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Nur, Ghufron. M & Risnawati Rini. S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar Ruzz Media. Sanyata, S. 2012. Paradigma Bimbingan dan Konseling: Pergeseran Orientasi dari Terapeutik-Klinis ke Preventif Perkembangan. Paradigma, 7(14).



12