Makalah Kelompok 2 Pneunomia Pada Lansia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PNEUNOMIA PADA LANSIA KELOMPOK 4



DI Susun Oleh



Fauzan Risyadi Dwi Astuti Rahmatulaili Nabila Rizky Vivi Andriani



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKes HANGTUAH PEKANBARU RIAU T.A 2020/2021



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit Infeksi yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang menuerang parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti



bakteri, virus, jamur dan parasit. Peradangan pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam pneumonia. Penumonia biaa menyerang berbagai usia terutama pada lansia, bahkan angka kejadian Pneumonia di dunia mencapai 15-20%. dan Pneumonia menjadi penyebab kematian ke 5 pada lansia dunia (Sari dan Noverial, 2018). Pneumonia pada usia lanjut berkaitan dengan meningkatnya morbiditas, mortalitas, dan terganggunya status fungsional. Sekitar 10-20% pasien memerlukan perawatan di Intensive Care Unit. Angka mortalitas 30 hari usia lanjut dengan komorbiditas berat sekitar 25-50%, sedangkan pada 2 usia 85 tahun ke atas mortalitas tiga kali lebih tinggi Rehospitalisasi terjadi pada 20% pasien. perubahan pada lanjut usia pada fisiologis terkait proses penuaan , Berbagai faktor menjadi penyebab meningkatnya kejadian pneumonia pada usia lanjut, di antaranya perubahan sistem imun, baik sistem imun alami maupun adaptif. Terjadi gangguan barier mekanik, aktivitas fagositik, imunitas humoral dan sel T, serta penurunan fungsi sel natural (Sari dan Noverial, 2018). Faktor-faktor risiko tersebut di antaranya penyakit paru yang diderita, penyakit jantung, penurunan berat badan, status fungsional yang jelek, merokok, gangguan menelan, aspirasi, malnutrisi, hipoproteinemia, hipoalbuminemia, terapi antibiotik sebelumnya, kualitas hidup yang rendah, dan status bedridden. Riwayat dirawat karena pneumonia dalam 2 tahun terakhir, diabetes melitus, immunosupresi, penyakit ginjal, konsumsi alkohol berlebihan, penggunaan obat- obat antipsikotik, kondisi sosioekonomi dan kontak dengan anak-anak juga meningkatkan risiko terjadinya pada lanjut usia (Sari dan Noverial, 2018). Seiring penuaan, terjadi berbagai perubahan pada sistem respirasi. Terjadi penurunan elastisitas paru, meningkatnya kekakuan dinding dada, dan berkurangnya kekuatan otot dada. Selain itu juga terjadi penurunan gerak silia pada sistem respirasi, penurunan refleks batuk, dan refleks fisiologik lainnya yang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada saluran napas bawah (Mulyana, 2019). Di Indonesia, prevalensi kejadian pneumonia yang sangat praktis, mudah diingat dan dinilai. Kelebihan skor CURB-65 adalah penggunaannya yang mudah dan dirancang untuk lebih menilai keparahan penyakit dibandingkan dengan PSI yang pada tahun 2013 sebesar 4,5%. Pneumonia merupakan salah satu dari 10 besar penyakit rawat



inap di rumah sakit, dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan 46,05% perempuan. Pneumonia memiliki menilai risiko mortalitas dalam menilai pasien pneumonia berat dengan risiko mortalitas tinggi. tingkat Case Fatality Rate (CFR) yang tinggi, yaitu 7,6%. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi pneumonia pada geriatri mencapai 15,5%. (Mulyana, 2019). Tujuan Penulisan 1. Mengetahui angka kasus pneumonia berdasarkan literatur riview 2. Mengetahui Konsep Pneumonia pada Lansia 3. mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan pada lansia dengan Pneumonia 4. Mengetahui Kasus dan penyelesaian Asuhan Keperawatannya



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi Pneumonia Pneumonia merupakan proses inflamasi pau yang etrdapat konsolidasi dan terjadi Pneumonia merupakan proses inflamasi paru yang etrdapat konsolidasi dan terjadi  pengisian  pengisian rongga rongga alveoli alveoli oleh oleh eksudat eksudat



yang yang dapat dapat disebabkan disebabkan oleh oleh bakteri, bakteri, virus, virus, jamur, jamur, dan dan benda asing (Arif Mutaqin,2012). Menurut definisi, pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang bersifat Menurut definisi, pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang bersifatakut. Penyebabnya adalah bakteri,virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari akut. Penyebabnya adalah bakteri,virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru,  paru-paru, maupun maupun pengaruh pengaruh tidak tidak langsung langsung dari dari penyakit penyakit lain lain (Anwar, (Anwar, Athena Athena dan dan Ika Ika Dhamaryanti, 2014)



2.2 Patofisiologi Pneumonia. Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu difusi oksigen dan karbondioksida, bronkospasme juga dapat terjadi apabila pasien menderita penyakit jalan nafas reakfif. Bronkopneumonia, bentuk pneumonia yang paling umum, menyebar dalam model bercak yang meluas dari bronki ke parenkim paru sekitarnya. Pneumonia lobar adalah istilah yang digunakan jika pneumonia mengenai bagian substansial pada satu atau lebih lobus. Pneumonia disebabkan oleh berbagai agen mikroba di berbagai tatanan. 12 Organisme yang biasa menyebabkan pneumonia adalah Pseudomonas aeruginosa dan spesies Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemopbilus influenzae, Staphylococcus pneumoniae, dan basilus Gram negatif, jamur, dan virus ( paling sering pada anak-anak). ( Brunner & Suddarth, 2011)



2.3 Etiologi Pneumonia Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisma, yaitu bakteri,virus, Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisma, yaitu bakteri,virus, jamur  jamur dan dan protozoa. Dari Dari kepustakaan kepustakaan



pneumonia pneumonia komuniti komuniti yang yang diderita diderita oleh oleh masyarakat masyarakat luar luar negeri banyak disebabkan bakteri gram postif, sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak negeri banyak disebabkan bakteri gram postif, sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri gram negative sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri disebabkan bakteri gram negative sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhirakhir ini laporan dari bebrapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari bebrapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri gram yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri gram negative



2.4 Tanda dan Gejala Menurut (Corwin,2009) gejala pneumonia hampir sama untuk semua jenis pneumonia, Menurut (Corwin,2009) gejala pneumonia hampir sama untuk semua jenis pneumonia, tetapi teutama mencolok pada pneumonia yang disebabkan bakteri : tetapi teutama mencolok pada pneumonia yang disebabkan bakteri : -



Peningkatan frekuensi napas yang bermakna. Frekuensi pernapasan normal dan abnormal Peningkatan frekuensi napas yang bermakna. Frekuensi pernapasan normal dan abnormal  bervariasi sesuai usia, pada bayi dan ank  bervariasi sesuai usia, pada bayi dan ank-anak yang masih kecil memiliki frekuensi napas -anak yang masih kecil memiliki frekuensi napas normal yang lebih cepat dibandingkan anak-anak yang sudah besar dan orang dewasa. normal yang lebih cepat dibandingkan anak-anak yang sudah besar dan orang dewasa.



-



Demam dan menggigil akibat proses inflamasi dan batuk yang sering kali produktif, Demam dan menggigil akibat proses inflamasi dan batuk yang sering kali produktif, purulen,  purulen, dan dan terjadi sepa terjadi sepanjang njang hari hari sepanjang sepanjang hari; hari; bayi mu bayi mungkin ngkin terdengar terdengar mendengkur mendengkur sebagai upaya untuk memperbaiki aliran udara. sebagai upaya untuk memperbaiki aliran udara.



-



Nyeri dada akibat iritasi pleura. Nyeri mungkin meluas atau enjalar ke area abdomen.  Nyeri dada akibat iritasi pleura. Nyeri mungkin meluas atau enjalar ke area abdomen.



-



Sputum berwarna merah karat (untuk Sputum berwarna merah karat (untuk streptococcus  streptococcus pneumonia) pneumonia), mera muda untuk , mera muda untuk staphylococcus  staphylococcus aureus) aureus), ayau kehijauan dengan bau khas (untuk , ayau kehijauan dengan bau khas (untuk  pseudomonas pseudomonas aeruginosa) aeruginosa).



-



Bunyi Bunyi crackle, crackle,  bunyi  bunyi paru paru tambahan tambahan ketika ketika jalan jalan napas napas terbuka terbuka tiba-tiba, tiba-tiba, merupakan merupakan indikasi adanya infeksi jalan napas bawah. indikasi adanya infeksi jalan napas bawah.



-



Bunyi mengi, yaitu bunyi bernada tinggi yang terdengar ketika udara masuk ke orifisium Bunyi mengi, yaitu bunyi bernada tinggi yang terdengar ketika udara masuk ke orifisiumatau luang yang sempit, sehingga menyumbat aliran udara. atau luang yang sempit, sehingga menyumbat aliran udara.



-



Keletihan akibat reaksi inflamasi dan hipoksia, apabila infeksinya serius. Keletihan akibat reaksi inflamasi dan hipoksia, apabila infeksinya serius.



-



Nyeri pleura akibat proses inflamasi dan edema  Nyeri pleura akibat proses inflamasi dan edema



-



Biasanya sering terjadi respon subjektif dispnea. Dispnea adalah perasaan sesak atau Biasanya sering terjadi respon subjektif dispnea. Dispnea adalah perasaan sesak atau kesulitan bernapas, yang dapat disebabkan penurunan pertukaran gas. kesulitan bernapas, yang dapat disebabkan penurunan pertukaran gas.



-



Hemoptisis, yaitu bat Hemoptisis, yaitu batuk darah dapat etrjadi akibat ceder uk darah dapat etrjadi akibat cedera toksin langsung a toksin langsung pada kapiler pada kapiler,,atau akibat reaksi inflamasi yang menyebabkan atau akibat reaksi inflamasi yang menyebabkan kerusakan kapiler.



2.5 Penatalaksanaan Umum



Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan berdasarkan  berdasarkan pemeriksaan pemeriksaan sampel sampel sputum sputum pra-pengobatan. pra-pengobatan. Terapi Terapi yang yang dapat dapat dilakukan dilakukan antara antara lain (corwin,2009) : lain (corwin,2009) : -



Antibiotic, terutama untuk pneumonia bakteri. Pneumonia lain dapat diobati Antibiotic, terutama untuk pneumonia bakteri. Pneumonia lain dapat diobati dengan antibiotic untuk mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder yang dapat dengan antibiotic untuk mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder yang dapat berkembang dari infeksi asal.  berkembang dari infeksi asal.



-



Istirahat



-



Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi. Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi.



-



Teknik napas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi Teknik napas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi resiko atelektasis. resiko atelektasis.



-



Pemberian obat lain yang spesifik untuk mikroorganisma yang diidentifikasi dari Pemberian obat lain yang spesifik untuk mikroorganisma yang diidentifikasi dari hasil biakan sputum.



2.6 Definisi Lansia Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu



penyakit,



tetapi



merupakan



proses



yang



berangsur-angsur



mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan



bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.



2.7 Perubahan Fisik Pada Lansia -



Sel Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra



seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel. -



Sistem Persyarafan Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak



menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan. -



Sistem Penglihatan Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram



(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun. -



Sistem Pendengaran Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada



yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis. -



Sistem Cardiovaskuler Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun 1%



setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi



65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmH -



Sistem pengaturan temperatur tubuh Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat



yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: Temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot. - Sistem Respirasi Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitassilia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti. -



Sistem Gastrointestinal Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran



esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun. -



Sistem urinaria Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200



mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder. - Sistem Endokrin Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron. -



Sistem Kulit Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan



kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan



vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis. -



System Muskuloskeletal Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,



persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabutbotot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.



2.8 Penyakit Umum Pada Lanjut Usia Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses penuaan, yakni: a. Gangguan sirkulasi darah misalnya hipertensi b. gangguan metabolisme hormonal misalnya diabetes melitus, klimakterium, hipertiroid dan hipotiroid c. gangguan pada persendian misalnya osteoartritis,gout ataupun penyakit kolagen lainnya d. Berbagai macam neoplasma Penyakit yang sering dijumpai pada lansia menurut NOPWC di inggris : a. Gangguan pendengaran b. Bronkhitis kronis c. Gangguan tungkai d. Gangguan pada sendi e. Dimesia f. DM, osteomalasia, hipotiroid



2.9 Konsep Asuhan Keperawatan 2.9.1 Pengkajian a. Pengumpulan Data 1) Identitas Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan, tahap pengkajian diperlukan kecermatan dan ketelitian untuk mengenal masalah. a) Biodata klien Nama, umur, jenis kelamin, no medrec, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruangan dan diagnosa medis. b) Biodata penanggung jawab Nama ayah dan ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, suku I bangsa, agama, alamat, hubungan dengan anak (kandung atau adopsi). 2) Riwayat kesehatan a) Keluhan utama Keluhan yang sering dikeluhkan pada orang yang mengalami pneumonia adalah sesak, batuk, nyeri dada, kesulitan bernafas, demam, terjadinya kelemahan (Rohma dan Walid, 2009). b) Riwayat kesehatan sekarang Di kembangkan dari keluhan utama melalui PQRST : P : Palliative/provokatif yaitu faktor-faktor apa saja yang memperberat atau memperingan keluhan utama. Pada pasien pneumonia tanyakan tentang keluhan sesak napas, hal yang memperberat sesak, hal yang memperingan sesak. Q : Qualitatif/Quantitatif, yaitu berupa gangguan atau keluhan yang dirasakan seberapa besar. Tanyakan tentang akibat sesak, dapat mempengaruhi aktivitas klien, pola tidur klien dan seberapa berat sesak yang terjadi. R : Region/radiasi, yaitu dimana terjadi gangguan atau apakah keluhan mengalami penyebaran. S : Skala berupa tingkat atau keadaan sakit yang dirasakan. Tanyakan tingkat sesak yang dialami klien. T : Timing, yaitu waktu gangguan dirasakan apakah terus menerus atau tidak. Sesak yang dialami klien sering atau tidak. (Rohmad dan Walid, 2009)



c) Riwayat kesehatan masa lalu Diisi dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau memengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini (Rohman dan Walid) d) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit keturunan, kecenderungan alergi dalam satu keluarga, penyakit yang menular akibat kontak langsung antara anggota keluarga (Rohman dan Walid, 2009). 3) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dengan pendekatan persistem dimulai dari kepala sampai ujung kaki dapat lebih mudah. Dalam melakukan pemeriksaan fisik perlu dibekali kemampuan dalam melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis dan rasional. Teknik pemeriksaan fisik perlu modalitas dasar yang dig unakan meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. (Mutaqqin, 2010)



b. Analisa Data Merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan teoriteori yang dihubungkan dengan data-data yang ditemukan saat pengkajian. Menginterpretasikan data atau 29 membandingkan dengan standar fisiologis setelah dianalisa, maka akan didapatkan penyebab terjadinya masalah pada klien (Wong Donna L, 2009)



2.9.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa berdasarkan Ardiansyah (2012) : a. Bersihan jalan napas tidak efektif berkaitan dengan inflamasi trakheobronkial, pembentukan edema, dan peningkatan produksi sputum (pleuritic pain atau timbulnya rasa nyeri saat bernapas). b. Kerusakan pertukaran gas yang berkaitan dengan perubahan membran alveoral kapiler (efek inflamasi) dan ganguan kapasitas pengangkutan oksigen dalam darah (karena demam maupun perubahan kurva oksiheoglobin).



c. Risiko tinggi penyebaran infeksi yang berkaitan dengan tidak memadainya mekanisme pertahanan tubuh primer (penurunan aktivitas silia, sekresi, stasis di saluran napas),



tidak



memadainya



mekanisme



pertahanan



tubuh



sekunder



(infeksi,



imunosupresi), penyakit kronis, dan malnutrisi. d. Intoleransi aktivitas yang berkaitan dengan tidak seimbangnya persediaan dan kebutuhan oksigen, kelemahan fisik yang umum, kelelahan karena gangguan pola tidur akibat munculnya ketidaknyamanan, batuk produktif, dan dipisnea. 2.9.3 Rencana Keperawatan a. Diagnosa 1 Bersihan jalan napas tidak efektif yang berkaitan dengan inflamasi trekheobronikal, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum, dan juga karena pleuritic pain (nyeri yang timbul saat bernapas). 1) Tujuan: jalan napas bersih dan efektif. 2) Kriteria hasil : secara verbal tidak ada kelelahan sesak 3) Intervensi 1. Observasi tanda-tanda vital 2. Kaji jumlah atau kedalaman pernafasan dan pergerakan dada 3. Auskultasi daerah paru 4. Atur posisi semi fowler dan bantu klien latihan nafas dalam dan yang efektif 5.Bantu pasien dalam melakukan tarik nafas dalam



4) Rasionalisasi 1. Dengan mengobservasi tandatanda vital diharapkan dapat mengetahui perkembangan pasien. 2. Dapat mengetahui adanya perubahan pada pola pernafasan dan pemakaian otot-otot 3. Untuk mendengarakan ada atau tidaknya Suara ronchi menandakan adanya sekret.



4. Dengan mengatur posisi dapat mengurangi sesak nafas, dan memudahkan untuk pengeluaran secret 5. Untuk msmfasilitasi ekspansi maksimum paru-paru/saluran udara kecil



b. Diagnosis 2 Kerusakan pertukaran gas yang berkaitan dengan perubahan membran alveoral kapiler (efek infalamasi) dan gangguan kapasitas pengangkutan oksigen dalam darah (demam, perubahan kurva oksihemoglobin). 1) Tujuan : pertukaran dapat teratasi. 2) Kreteria hasil. a) Keluhan dipsnea berkurang. b) Denyut nadi dalam rentang normal dan irama regular. c) Kesadaran penuh. d) Hasil nilai AGD dalam batas normal.



3) Intervensi 1. Kaji frekuensi,kedaaman dan kemudahan bernafas 2. Observasi warna kulit dan membrane mukosa,kuku catat adanya sianosi perifer 3. Awasi frekuensi dan irama jantung 4. Pertahankan istirahat tidur 5. Kolaborasi dalam pemberian O2



4) Rasionalisasi



1. Manisfestasi distress pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum 2.Sianosis kuku menunjukan vasokontrasi atau respon tubuh terhadap demam namun sianosismembran mukosa kulit menunjukan hpoksimia sistemik 3. Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi atau hipoksia 4. Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan atau konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi 5. Untuk mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg



c. Diagnosis 3 Risiko tinggi penyebaran infeksi yang berkaitan dengan tidak memadainya mekanisme pertahanan tubuh primer (penurunan aktivitas silia, lendir, statis di saluran napas), tidak memadainya mekanisme pertahanan tubuh sekunder (infeksi, imunosupresi), penyakit kronis, dan malnutrisi. 1) Tujuan : risiko infeksi tidak terjadi selama masa perawatan. 2) Kriteria hasil : Tidak muncul tanda-tanda infeksi sekunder. 3 ) Intervensi 1. Monitor tanda-tanda vital selama proses terapi 2. Demonstrasikan teknik mencuci yang benar. 3. batasi pengunjung atas indikasi 4. Kolaborasi dalam pemberian obat antimikroba



4) Rasionalisasi



1. Dengan mengobservasi tandatanda vital diharapkan dapat mengetahui perkembangan pasien 2. Tindakan ini sangat efektif untuk mengurangi penyebran infeksi 3. Untuk mengurangi kuman pathogen yang lain. 4. Untuk membunuh mikroba penyebab pneumonia .



BAB III



TINJAUAN KASUS



3.1 Gambaran Kasus Tn. M tinggal dengan anak nya di rumah yang berdekatan dengan aliran sungai cingkarek dengan kondisi air yang kumuh serta menjadi tempat pembuangan sampah, hingga menjadi tempat cucu nya berendam dikala panas terik, Tn. M yang berumur 72 tahun memiliki riwayat penyakit Hipertensi sejak usia 38 tahun dan penyakit Asma yang sering kambuh belakangan ini, Tn. M mampu melakukan aktivitas hygiene secara mandiri, istirahat dan tidur dengan cucu nya, dan mampu memenuhi makan dan minum secara mandiri, Tn. M yang selalu mengenakan tongkat ketika akan melakukan aktivitas kesehariannya. kondisi fisik Tn. M akhir-akhir ini sering mengeluhkan sakit kepala, batuk berdahak hijau kekuningan yang tak kunjung sembuh sejak 2 bulan yang lalu dan hanya mengkonsumsi obat bebas yang di beli oleh anaknya di warung terdekat rumah. Tn. M sudah jarang ke masjid karena merasa menggunakan tongkat akan lama sampainya sehingga hanya melaksanakan sholat di rumah saja. anak Tn. M kurang memperhatikan nya dikarenakan kondisi ekonomi yang kurang memadai dan perlu biaya banyak jika membawa nya ke RS . Tn. M sendiri mengaku sudah berhenti merokok sekitar 7 tahun yang lalu dikarenakan kondisi ekonomi yang tidak memadai untuk membelinya dan tidak ingin merepotkan anaknya karena dia sudah 12 tahun tidak bekerja sejak pensiunan dari suatu perusahaan yang berjarak 10 Km dar rumahnya. Tn. M dengan suku jawa selalu meminum jamu racikan anaknya karena dianggap dapat membuat badannya menjadi lebih bersemangat ketika akan melakukan aktivitas. Tn. M mengaku bahwa dirinya memiliki kekurangan dalam pendengaran sehingga ketika dipanggil oleh anaknya ia selalu lama dalam merespon. 2 minggu sebelum masuk rumah sakit Tn. M merasa nafsu makannya hilang, sering sakit kepala, malas untuk melakukan aktivitas apapun, sering demam dan nyeri pada dada hingga sesak napas. 1 Hari SMRS pasien mengalami penurunan kesadaran dan demam yang tinggi karena sebelumnya batuk berdahak yang makin parah, anak Tn. M membawanya ke IGD Puskesmas dan mengatakan bahwa Tn. M sesak napas dikarenakan batuk berdahak yang terus menerus hingga dengan kondisi Tn. M yang masih mampu berjalan dan di iringi oleh menantunya. ketika sampai ke IGD rumah sakit Tn.M diberikan penanganan segera dan setelah di indikasikan dokter dirawat Tn.M dirawat diruang rawat inap hingga 3 hari kedepan. kondisi Tn. M dihari pertama di rawat batuknya sudah mulai berkurang, terpasang nasal kanul 2 l/mnt. TTV paien RR: 29x/menit, Suhu 37.7 C, TD 135/90, Nadi 103x/menit, terdapat sekret, terdengar bunyi nafas ronchi pada paru kanan lobus bawah, terdapat retraksi dinding dada. dan dilakukan



pemeriksaan penunjang dan tes laboratorium Hemoglobin 12.0 g/dL, Eritrosit 5.60 10^6/uL, Hematokrit 39.9%, Monosit 10.8%, Neutrofil 3.25 10^3/uL, Limfosit 7.79 10^3/uL, Trombosit 276 10^3/uL. Saat perawatan, pasien mendapatkan obat-obatan Dextrose 5% 1⁄2 NaCl 1000cc/24 jam (14 tetes per menit), Dexametazole 2 x 2 mg per IV, Amoxycilin 3x 11⁄2 ctg per NGT, Cefotaxime 3 x 300 mg per IV. Selama berada di Ruang rawat inap pasien tidak bisa tidur, pasien gelisah dan tidak nyaman berada diruangan tersebut. pasien tertidur 5 menit kemudian bangun dan mencoba membawa anaknya untuk bicara tetapi anaknya tidak merespon karena sudah tertidur sejak jam 11 malam. hingga hari kedua pasien dirawat pasien terlihat pucat, malaise, dan saat dikaji pasien mengatakan tidak bisa tidur karena gelisah dan tidak nyaman dengan ruangannya yang pengap dan panas. perawat melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif untuk mengatasi masalah yang dialami oleh lansia dengan 72 tahun tersebut.



3.2 Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1. Identitas klien a. Nama



: Tn. M



b. Umur



: 72 Tahun



c. Alamat



: didekat aliran sungai cingkarek



d. Pendidikan



:-



e. Jenis kelamin



: Laki-laki



f. Suku



: Jawa



g. Agama



: Islam



h. Status perkawinan



: Menikah



i.



: Sen, 03 Desember 2020



Tanggal pengkajian



2. Status kesehatan saat ini Pasien akhir-akhir ini sering mengaluh sakit kepala, batuk berdahak hijau kekuningan yang tak kunjung sembuuh sejak 2 bulan yang lalu dan hanya mengkonsumsi obat bebas yang dibeli anaknya diwarung terdekat rumah. Pasien dibawa oleh anaknya ke IGD PUSKESMAS dengan keluhan sesak nafas dikernakan batuk berdaahak yang terus menerus.



3. Riwayat kesehatan dahulu a. Penyakit : Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak usia 38 tahun dan penyakit asma yang sering kambuh belakangan ini. b. Alergi : pasien tidak memimiliki riwayat alergi makanan maupun obat-obatan c.



Kebiasaan : pasien telah berhenti merokok sejak 7 tahun yang lalu. Pasien dengan suku jawa selalu meminum jamu racikan anaknya karena dianggap dapat membuat badannya lebih bersemangat ketika akan melakukan aktifitas.



4. Riwayat kesehatan keluarga Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular maupun menahun. 5. Tinjauan sistem a. Keadaan umum



: Composmentis (E4V5M6).



b. Integumen



: Kulit terlihat keriput warna kulit sawo matang.



c. Kepala



: Bentuk bulat, distribusi rambut merata, warna rambut putih, tidak terdapat lesi, tidak ada nyeri tekan, kulit kepala bersih.



d. Mata



: Simetris, sklera ikterik, konjungtiva tidak Anemis, reflek kornea baik.



e. Telinga



: Simetris,Tampak bersih, pendengaran berkurang, tidak ada benjolan, tidak cairan yang keluar.



f. Mulut & tenggorokan



: Mulut bersih, gigi tidak lengkap, bibir tampak kering.



g. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri saat menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi h. Dada : Simetris, terdapat retraksi dinding dada, pasien tampak sesak nafas, terdapat suara nafas tambahan rongki pada kanan lobus bawah. i.



Sistem pernafasan



: Pola nafas tidak efektif, pasien sesak, RR 29 x/menit, suara nafas ronkhi, terpasang nasal canul 2 lt



j. Sistem kardiovaskuler



: TD 135/80 mmHg, nadi 103 x/m



k.



Sistem gastrointestinal



:



Tidak



ada



masalah pada sistem gastrointestinal pasien l.



Sistem perkemihan perkemihan pasien



: tidak ada masalah pada sistem



6. Pengkajian Psikososial dan spritual a. Psikososial Kemampuas bersosialisasi pasien baik. Pada saat terbangun pasien mencoba anaknya untuk berbicara tetapi anaknya tidak merespon karena sudah tertidur sejak jam 11 malam. b. Masalah emosional Selama berada dirawat inap pasein tidak bisa tidur, pasien tertidur hnya 5 menit kemudia terbangun, pasien gelih dan tidak nyaman diruangan yang pengab dan panas.



c. Spiritual Sebelum masuk rumah sakit pasien sudah jarang ke masjid karena merasa menggunaan tongkat akan lama sampainya, sehingga hanya melaksanakan sholat dirumah saja. 7. Pengkajian Fungsional Klien a. KATZ Indeks Klien termasuk dalam kategori A karena semuanya masih bisa dilakukan secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan dari orang lain di antaranya yaitu makan, kontinensia (BAK,BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi, pasien tidak menggunakan alat bantu berjalan. b. Modifikasi dari bartel indeks No



Kriteria



1



Makan



Dengan Bantuan



Mandiri



Keterangan



10



Frekuensi: 3x sehari Jumlah: ½ porsi Jenis, nasi, sayur, lauk



2



Minum



10



Frekuensi:



5-7



kali



sehari Jumlah:



secangkir



kecil Jenis: air putih



3



Berpindah dari satu tempat



10



Mandiri



10



Frekuensi: 3xsehari



10



Frekuensi:2-3



ketempat lain 4



Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi).



5



Keluar masuk toilet ( mencuci pakaian, menyeka



tubuh,



kali



sehari.



meyiram) 6



Mandi



10



3x sehari pada pagi hari siang hari dan sore hari sebelum Ashar .



7



Jalan dipermukaan datar



10



Setiap



ingin



melakukan misalnya



sesuatu mengambil



minum atau ke kamar mandi. j8



Naik turun tangga



10



Baik tapi harus pelanPelan



9



Mengenakan pakaian



10



Mandiri dan rapi



10



Kontrol Bowel (BAB)



10



Frekuensi: 1x sehari Konsistensi: padat



11



Kontrol Bladder (BAK)



10



Frekuensi: 4x sehari Warna: kuning



12



Olah raga/ latihan



10



Klien



mengikuti



senam yang diadakan di



kompleks



Perumahan 13



Rekreasi/ pemanfaatan waktu luang



10



Jenis: rekreasi keluar 1 tahun sekali bersama keluarga



Keterangan: a. 130



: mandiri



b. 65-125 : ketergantungan sebagian c. 60



: ketergantungan total



Setelah dikaji didapatkan skor : 130 yang termasuk Tn. M dalam kategori mandiri 8. Pengkajian Status Mental Gerontik a. Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ) Benar



Salah



No



Pertanyaan







01



Tanggal berapa hari ini?







02



Hari apa sekarang?







03



Apa nama tempat ini?







04



Dimana alamat anda?







05



Berapa umur anda?







06



Kapan anda lahir?







07



Siapa presiden Indonesia sekarang?



08



Siapa presiden Indonesia sebelumnya?







09



Siapa nama ibu anda?







10



Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka







baru, semua secara menurun



Interpretasi hasil: a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah satu sehingga disimpulkan Tn. M memiliki fungsi intelektual utuh. b. MMSE (Mini Mental Status Exam) No



Aspek



Nilai



Nilai



Kognitif



Maksimal



Klien



Kriteria



1



Orientasi



5



3



Menyebutkan dengan benar a. Tahun : 2020 b. Musim : Hujan c. Tanggal: 20 d. Hari



: minggu



e. Bulan : juli Orientasi



5



5



Dimana kita sekarang? a. Negara : Indonesia b. Provinsi: Jawa c. Kota



: Cingkarek



d. Di : RSUD 2



Registras



3



3



i



Sebutkan nama tiga obyek (oleh pemeriksa) 1 detik dan mengatakan masing-masing obyek. a. kursi, meja, Buku. *Klien



mampu



menyebutkan



kembali



obyek yang di perintahkan 3



Perhatian



5



5



Minta klien untuk memulai dari angka 100



dan



kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali / tingkat:



kalkulasi



(93, 86, 79, 72, 65) *Klien



dapat



menghitung



pertanyaan



semuanya. 4.



Menging



3



3



at



Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada no 2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point masing-masing obyek. *Klien



mampu



mengulang



obyek



yang



disebutkan 5



Bahasa



9



9



Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan nama pada klien a. Misal buku b. Misal kursi



Minta klien untuk mengulangi kata berikut: “tidak ada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar nilai satu poin a. Pertanyaan benar 2 buah: tak ada, tetapi Minta klien untuk menuruti perintah berikut terdiri dari 3 langkah. “ ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan taruh dilantai” a. Ambil kertas ditangan anda b. Lipat dua c. Taruh dilantai Perintahkan pada klien untuk hal berikut ( bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 point) a. “tutup mata anda” Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat dan menyalin gambar b. Tulis satu kalimat c. Menyalin gambar *Klien



bisa



menyebutkan



benda



yang



ditunjuk pemeriksa. Selain itu, klien bisa mengambil kertas, melipat jadi dua, dan menaruh di bawah sesuai perintah. klien dapat menulis satu kalimat. Total



30



Nilai



Interpretasi hasil



: 28 (>23)



Keterangan



: kognitif pasien normal



9. Pengkajian Depresi Geriatrik (YESAVAGE) PERTANYAAN



JAWABAN



SKOR



YA/ TIDAK Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda?



Tidak



1



Ya



1



Apakah anda merasa bahwa hidup ini kosong belaka?



Tidak



0



Apakah anda merasa sering bosan?



Tidak



0



Ya



0



Tidak



0



Ya



0



Apakah anda merasa sering tidak berdaya?



Tidak



0



Apakah anda lebih senang tinggal di rumah dari pada pergi



Tidak



0



Tidak



0



Ya



0



Tidak



0



Ya



0



Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan?



Tidak



0



Apakah anda pikir orang lain lebih baik keadaanya daripada



Tidak



0



Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan atau minat atau kesenangan anda?



Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Apakah anda merasa bahagia di sebagian besar hidup anda?



keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru? Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang? Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? Apakah anda merasa berharga? Apakah anda merasa penuh semangat?



anda? Jumlah



2



Penilaian: Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut : a. Tidak



i. Ya



b. Ya



j. Ya



c. Ya



k. Tidak



d. Ya



l. Ya



e. Tidak



m. Tidak



f. Ya



n. Ya



g. Tidak



o. Ya



h. Ya Skor



2



5-9



: kemungkinan



depresi 10 atau lebih Kesimpulan



: depresi



: Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu 2 sehingga disimpulkan Tn. M tidak ada depresi.



10. Pengkajian Skala Resiko Dekubitus Persepsi



1



2



3



4



Sensori



Terbatas penuh



Sangat terbatas



Agak Terbatas



Tidak terbatas



Kelembapan



Lembab



Sangat lembab



Kadang lembab



Jarang



konstan



Lembab



Aktifitas



Di tempat tidur



Dikursi



Kadang jalan



Jalan Keluar



Mobilisasi



Imobil penuh



Sangat terbatas



Kadang terbatas Tidak Terbatas



Nutrisi



Sangat jelek



Tidak Adekuat



Gerakan/



Masalah



Masalah Resiko Tidak Ada



cubitan



Adekuat Masalah



Total skor = 22 Keterangan : Paisien dengan total nilai : a.