Makalah Kelompok 3 1a-Kge - Konsep Jatidiri Profesional Muslim [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP JATIDIRI PROFESIONAL MUSLIM Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Agama Islam



Disusun oleh Kelompok Tiga Kelas 1A-KGE:



1. Meitri Widya Pangestika



211111016



2. Muh Agung Anugrah P



211111018



3. M. Kahfi Mulyasya A.F.



211111019



4. Muhammad Padlil



211111020



5. M. Putra Amanullah



211111021



JURUSAN TEKNIK SIPIL PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK KONSTRUKSI GEDUNG TAHUN AJARAN 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Masa Kuasa karena dengan lindungan dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Tentunya penugasan makalah ini ditujukan untuk mengembangkan kemampuan kepenulisan dan juga untuk memenuhi tugas pendidikan agama islam dengan judul “Pengambangan Karakter Seorang Muslim” Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak melibatkan kerjasama kelompok dan mengandalkan ilmu-ilmu yang telah diberikan. Namun, penyusun memohon maaf apabila dalam makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan karena kurangnya ilmu yang penyusun miliki. Oleh sebab itu, besar harapan penyusun agar Bapak/Ibu beserta rekan-rekan pembaca mampu memberikan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat semakin disempurnakan ke depannya. Demikian kata pengantar ini ditulis agar dapat memberikan ungkapan syukur, terima kasih, dan permohonan kritik serta saran. Atas ketersediannya, kami mengucapkan terima kasih.



Bandung, 20 November 2021



Hormat kami, Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................................i DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1 A. Latar Belakang................................................................................................................1 B. Rumusan masalah............................................................................................................2 C. Tujuan Pembahasan........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3 A. Pengertian Karakter.........................................................................................................3 B. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Karakter............................................................................5 C. Pembentukan Karekter Seorang Muslim........................................................................7 D. Tokoh-Tokoh Muslim Profesional Indonesia...............................................................11 BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................16 A. Kesimpulan......................................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Dewasa ini menjadi muslim yang memiliki jati diri professional sangatlah diperlukan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti jati diri adalah ciri-ciri, gambaran, atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda. Arti lain dari jati diri adalah identitas atau karakter. Sedangkan pengertian professional adalah memiliki kepandaian khusus untuk menjalankannya, yang mana sikap tersebut sangat bermanfaat. Karkteristik seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang adalah keluarga. Keluarga menjadi salah satu pengaruh terbesar dalam pembentukan karakter seseorang. Karena keluarga orang-orang yang pertama berinteraksi dengan pribadi tersebut, mengajarkan berbagai kebiasaan dan menumbuhkan beraneka ragam sifat yang terbentuk dalam pribadi seseorang. Pembentukan karakter yang dibangun dilingkungan keluarga bisa saja menjadi kapribadian utama seseorang. Pola pikir juga bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi karakter seseorang. Pola pikir seseorang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Jika lingkungan seseorang cenderung dipenuhi hal-hal negative, maka bisa saja pola pikir orang tersebut menjadi negative, begitu pula sebaliknya. Selain itu perubahan sosial seperti Globalisasi dan Modernisasi saat ini telah berperan penting dalam pembentukan karakter seseorang. Banyak sekali remaja pada saat ini yang memiliki gaya hidup kebarat-baratan karena banyaknya budaya barat yang masuk ke Indonesia. Tentu saja hal itu menimbulkan konsekuensi-konsekuensi tersendiri. Menurut pandangan Islam sebaik-sebaiknya kepribadian ialah Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu untuk Islam menganjurkan untuk senantiasa meniru akhlak nabi agar menjadi pribadin muslim yang baik. Menurut Hasan Al Bana ada sepuluh karateristik yang harus di miliki seorang muslim, dan sepuluh karaterisik itu dikenal dengan istilah muwashofat atau sifat khusus. Sepuluh sifat itu mencakup Salimul Aqidah (Akidah yang bersih), Matinul Khuluq (Akhlak yang kokoh) Qowiyyul Jismin (Kekuatan jasmani), Mutsaqqoful Fikri ( Intelek dalam berfikir) Mujahadatun Linafsihi (Berjuang melawan hawa nafsu) Hrisun ‘Ala Waqtihi



1



(Pandai menjaga waktu) Munazhzhamun fi Syu’unihi (Teratur dalam suatu urusan) Qodirun ‘Ala Kasbi (Mandiri) Naafi’un Lighoirihi ( Bermanfaat bagi orang lain). Fungsi dari pembentukan jati diri adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk pribadi dengan watak yang baik. Memilki jati diri professional memanglah tidak mudah, selain memerlukan waktu yang tidak sedikit, tingkat konsistensi diri juga sangat diperlukan. Meneladi para tokoh terdahulu yang memilki jati diri professional selaku umat muslim menjadi langkah awal dalam membentuk pribadi mulim yang lebih professional. Salah satu contoh tokoh muslim professional terdahulu adalah Buya Hamka dan juga Moh. Hatta. Keduanya terkenal memiliki pribadi muslim yang sangat professional. Beliau telah banyak melakukan gerak perubahan serta pembaharuan islam Indonesia. Dan sifat beliau sangatlah pantas untuk ditiru. B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Pengaruh pendidikan agama islam terhadap pemebentukan jati diri 2. Apakah dengan meneladani karakter tokoh terdahulu dapat berpengaruh dalam pembentukan seorang muslim berkarakter professional



C. Tujuan Pembahasan Berdasarkan rumusalah masalah diatas, tujuan pembahasan yang hendak dicapai ialah sebagai berkut: 1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama terhadap pembentukan jati diri seseorang 2. Untuk mengetahui apakah dengan meneladani tokoh muslim dapat berpengaruh dalam pembentukan seorang muslim berkarakter professional



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Karakter Istilah karakter memiliki arti membuat tajam, membuat dalam. Arti tersebut diambil dari bahasa latin Yunani "kharakter", " kharassein", "kharax". Di samping itu, dalam kamus Poerwadarinta, istilah karakter sendiri mengandung arti tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Nama dari jumlah seluruh karakteristik pribadi meliputi beberapa hal berikut ; perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilainilai dan pola-pola pemikiran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karakter dapat diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Hal tersebut dapat diartikan sebagai pribadi yang berkarakter, bersifat, bertabiat atau berwatak tertentu yang membedakan dirinya dengan pribadi lain.  Karakter sangat erat kaitannya dengan kepribadian. Maka dari itu, kepribadian merupakan ciri, karakteristik atau sifat. Melihat beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan dan sikap seseorang yang ditunjykan kepada orang lain melalui tingkah laku tindakan. Menurut Al-Qur'an, proses pembentukan karakter meliputi pengenalan, pemahaman, penerapan, pembiasaan, penanaman, dan internalisasi karakter yang sudah jadi. Melalui pendidikan karakter diharapkan manusia dapat dilahirkan dengan kebebasan memilih tanpa dipaksa, dan sekaligus memiliki rasa tanggung jawab penuh terhadap Tuhan, diri sendiri, umat manusia, masyarakat, bangsa dan negara. Sebutakan karater memiliki makna lebih sempit dari kepribadian. Karater adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dana perbuatannya. Karater hanya salah satu dari aspek kepribadian seperti misalnya tempramen. Watak dan karakter berkenan dengan kencendrungan tingkah laku individu berdasarkan nilai-nilai moral yang berkembang di masyarakat.



3



Watak seseorang dapat dibentuk dengan pendidikan nilai dan karakter. Pendidikan nilai ini nantinya akan di kembangankan pada proses internalisasi nilai, dan proses internalisasi nilai akan diwujudkan dalam tingkah laku seseorang, dan dengan pengulangan tingkah laku yang sama akan menciptakan watak seseorang. Dengan mengetahui karakter seseorang (watak, sifat, tabiat ataupun perangai) kita akan mampu memprediksi reaksi-rekasi dirinya jika muncul fenomena dalam dirinya ataupunn yang bersinggungan dengan orang lain, dalam berbagai keadaan serta dapat memperkirakam bagaimana cara mengendalikannya. Karakter seseorang dapat diamati dan ditemukan melalui sikapnya dalam berinteraksi dengan orang lain, atau dalam beberapa kasus, sikapnya terhadap tugas yang dipercayakan kepadanya. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter dan moralitas itu sejalan, oleh karena itu karakter merupakan nilai universal dari perilaku manusia, meliputi seluruh aktivitas manusia, baik yang berhubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan manusia, dan hubungan dengan manusia. Seperti halnya lingkungan, ia memanifestasikan dirinya sebagai pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan tindakan berdasarkan norma agama, hukum, karma, budaya, dan adat istiadat. Konsep pendidikan karakter muncul dari konsep karakter ini. Sejak tahun 1900-an istilah pendidikan karakter mulai diperkenalkan. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya, terutama ketika ia menulis buku berjudul "Kembalinya Pendidikan Karakter" dan "Pendidikan Karakter: Bagaimana Sekolah Kita Mengajarkan Rasa Hormat dan Tanggung Jawab". Melalui buku-buku tersebut, ia menyadarkan dunia Barat akan pentingnya pendidikan karakter. Likener percaya bahwa pendidikan karakter terdiri dari tiga unsur utama, yaitu mengetahui yang baik, menginginkan yang baik, dan melakukan yang baik. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah, termasuk pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan yang dilakukan untuk nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter pada hakikatnya berharap dapat membentuk individu menjadi pribadi yang bermoral yang dapat berhubungan dengan orang lain dan dunianya dalam komunitas pendidikan, serta menghayati kebebasan dan tanggung jawabnya. Agus Wibowo berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan karakter plus, yaitu pendidikan karakter yang melibatkan pengetahuan (kognisi), emosi (perasaan), tindakan (action), dan lain-lain. 4



Menurut Al-Qur’an, pendidikan karakter bukan hanya sekedar mengajarkan atau memberikan pengetahuan tentang kebaikan dan keburukan, melainkan kebiasaan, peragaan, pelatihan, penanaman dan penanaman sifat-sifat yang baik dan menjauhi keburukan. Pendidikan karakter dalam Al-Qur'an dan Hadits adalah pendidikan kebiasaan, mengakar, mengamalkan, internalisasi dan transformasi nilai-nilai kebaikan. Pendidikan karakter bukan hanya untuk memberikan pemahaman atau definisi tentang baik dan buruk, tetapi berupaya mengubah fitrah, kematian, watak, dan keadaan batin manusia berdasarkan nilai-nilai yang dianggap luhur dan terpuji. Melalui pendidikan karakter diharapkan manusia dapat dilahirkan dengan kebebasan memilih, tanpa paksaan, dan disertai dengan rasa tanggung jawab yang penuh. Artinya, manusia yang mandiri, energik, kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab kepada Tuhan, diri sendiri, manusia, masyarakat, negara, dan negara. Jika hubungan dengan informasi yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan alSunnah, akan tampak memiliki persamaan. Al-Qur’an dan Sunnah lebih menekan seseorang untuk membiasakan, mempraktikkan dan mengamalkan nilai-nilai yang baik dan menjauhi nilai-nilai buruk, dan ditujukan agar manusia mengetahui tentang cara hidup, atau bagaimana hidup yang seharusnya; karakter (akhlak) menjawab tentang manakah hidup dengan baik bagi manusia dan bagaimanakah seharusnya berbuat, agar hidup memiliki nilai, kesucian dan kemuliaan. Dalam pada itu Al-Qur’an, memperkenalkan tentang karakter orangorang yang baik berikut keuntungannya dengan menggunakan berbagai istilah, seperti al-Mukminun, yaitu orang yang apabila disebut nama Allah bergetar hatinya, dan apabila dibaca ayat-ayat Allah kepadanya semakin bertambah keimanannya dan kemudian bertawakkal kepada Allah Swt.



B. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Karakter



Menurut UU Nomor 22 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sikdisnas) Bb II Pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yng Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, 5



cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter yang merujuk pada dua sumber nilai ini meniscayakan lahirnya sumber daya manusia yang cemerlang intelektualnya, kuat keimanannya, mulia akhlaknya, dan memiliki keterampilan yang berdaya saing. Pendidikan karakter mesti terimplementasi pada tripusat pendidikan. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang segara optimal. Tujuan yang paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character). Pendidikan karakter pada intinya adalah membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan pancasila. Pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan seluruh warga sekolah untuk memberikan keputusan baik-buruk, keteladanan, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter menurut Al-Qur’an ditujukan untuk membebaskan manusia dari kehidupan yang gelap gulita (tersesat) menuju kehidupan yang terang (lurus). Allah berfirman (Q.S Al-Ahzab [33]:43): ُّ َ‫ َكتُهٗ لِي ُْخ ِر َج ُك ْم ِّمن‬fِ‫صلِّ ْي َعلَ ْي ُك ْم َو َم ٰۤل ِٕٕى‬ ‫ت اِلَى النُّوْ ۗ ِر َو َكانَ بِ ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َر ِح ْي ًما‬ َ ُ‫ه َُو الَّ ِذيْ ي‬ ِ ٰ‫الظلُم‬ “Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” Selain itu tujuan pendidikan karakter yang baik adalah untuk endamaikan manusia yang bermusuhan menjadi yang bersaudara, dan menyelamatkan manusia dari jurang 6



kehancuran menjadi manusia yang selamat di dunia akhirat serat untuk menciptakan pribadi muslim yang menjujung tinggi keimanan serta berakhlkul karimah. C. Pembentukan Karekter Seorang Muslim 1.1



Hasan Al Bana merumuskan sepuluh karakteristik muslim yang



dibentuk dalam madrasah tarbawi. Karakteristik ini seharusnya yang menjadi ciri khas dalam diri seorang yang mengaku sebgai muslim, yang dapat menjadi pembeda dengan orang diluarnya serta menjadi ciri khas sifat khusunya ( Muwashofat) 1. Salimul Aqidah Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam (QS 6:162). Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid. 2. Shahihul Ibadah Ibadah yang benar merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: “shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan. Ibadah juga menjadi waktu kita untuk dapat berbicara kepada Tuhan dengan memanjatkan doa-doa untuk kelangsungan hidup. Ibadah merupakan hal terpenting selanjutnya dalam hal beragama, karena kita dapat meyakinkan diri kita terhadap kehadiran tuhan dengan cara menyembahnya 3. Matinul Khuluq 7



Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw ditutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman yang artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung (QS 68:4). 4. Qowiyyul Jismi Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadangkadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya:Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah (HR. Muslim). 5. Mutsaqqoful Fikri Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayatayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 8



2:219). Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu. Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9). 6. Mujahadatul Linafsihi Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim). 7. Harishun Ala Waqtihi Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: “Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu”. Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia9



sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin. 8. Munazhzhamun fi Syuunihi Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguhsungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya. 9. Qodirun Alal Kasbi Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi)merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Kareitu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.



10



10. Nafi’un Lighoirihi. Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir).



D. Tokoh-Tokoh Muslim Profesional Indonesia



1. Buya Hamka Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang biasa dikenal dengan sebutan buya Hamka, lahir di Sungai Batang, Maninjau Sumatera Barat pada hari Ahad, tanggal 17 Februari 1908 M./13 Muharam 1326 H dari kalangan keluarga yang taat agama. Sejak kecil, Hamka menerima dasar-dasar agama dan membaca Alquran langsung dari ayahnya. Beliau merupakan salah satu pembaharu Islam di Minangkanbau yang berupaya mengugah dinamika masyarakat yang unik. Pembaharuan yang beliau lakukan dapat dilihat dari fungsi masjid Al Azhar yang dijadikannya bukan hanya sebagai institusi keagamaan, tetapi juga sebagai lembaga sosial, yaitu Lembaga Pendidikan (Mulai TK Islam sampai Perguruan Tinggi Islam). Badan Pemuda. Secara berkala, badan ini menyelenggarakan kegiatan pesantren kilat, seminar, diskusi, olah raga, dan kesenian. Badan Kesehatan yang mencakup poliklinik gigi, dan poliklinik umum. Buya Hamka merupakan salah satu tokoh muslim professional Indonesia karena ia memiliki cukup banyak ilmu keagamaan. Beliau telah banyak menerbitkan buku seperti, Pandangan Hidup Muslin, Tasawuf Modern, Keadilan Ilahi dan lainnya. 11



Buya Hamka memiliki karakteristik yang sangat pantas untuk ditiru dan mencerminkan karakteristik seorang muslim yang sebenarnya. Ia tidak hanya memperdulikan urusan akhirat, namun juga urusan duniawi dan membuat kedunya menajadi seimbang. Menganalisis Nilai Keislaman Buya Hamka Buya Hamka adalah salah satu tokoh muslim yang sangat terkenal sebagai ulama modern yang mengikuti jaman dan terbuka terhadap budaya asing. Namun meskipun begitu, beliau adalah seorang ulama yang teguh pendirian jika bersangkutan dengan Aqidah, karena menurutnya hukum dan ketentuan dari Alla tidak dapat diganggu gugat. Seperti saat pemerintah Orde Baru meminta beliau untuk mengeluarkan fatwa bahwa orang muslim dapat merayakan hari raya natal bersama beliau menolaknya dengan tegas dan memilih mengundurkan diri sebagai ketua MUI. Beliau yang terkenal sangat tegas mengenai perihal Aqidah namun apabila mengani persoalan Muamalah (hubungan dengan manusia) beliau sangat lunak dan mampu memberikan solusi-solusi yang sangat berguna. Beliau juga berhubungan baik dengan tokoh masyarakat dari berbagai agama tanpa adanya perselisahan. Buya Hamka sangat menghormati tiap agama dan tidak pernah merasa paling benar dibanding yang lain. Beliau pula sangat terbuka untuk diskusi agama dengan para pendeta maupuan orang dari agama lain yang ingin lebih mengetahui isla. Karena sifatnya yang bijak, banyak orang datang kepada beliau sekedar hanya meminta pendapat atau saran. Dan beliau tidak pernah keberatan mengenai hal itu. Tentu saja sebaik-baiknya manusia ialah yang bermanfaat bagi orang lain. Dan sifat beliau ini telah mencerminkan sikap Nafi’un Lighoiri. Karena banyak orang disekitar yang meraskan manfaat dari hadirnya beliau. Selain dikenal sebagai seorang ulama, Buya Hamka juga dikenal sebagai intelektual yang mempelajari politik, sosiologi, filsafat serta sastra secara otodidak karena ia hanya mendapatkan pelajaran formal sampai kelas 2 SD. Buya Hamka sangat menyukai membaca dan menulis yang membuatnya sering bertukar pikiran dengan para tokoh terkenal lainnya. Dengan kemampuan bahasa arabnya yang tinggi beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan



12



Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. Kegigihan beliau dalam mencari ilmu pengetahuan sangat mencerminkan sikap seorang muslim yang meneladani salah satu sifat Rasul yaitu Fatnah atau cerdas. Beliau juga mendapatkan berbagai gelar dari banyak universitas dunis dan mendapatkan gelar guru besar dari universitas dalam negeri sebagai apresiasi atas apa yang telah beliau lakukan. 2. M. Hatta Bung Hatta adalah lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 dari pasangan Angku Bule Syekh Batu Hampar dan ibunya Siti Saleha. Ayahnya merupakan salah satu ulama terkenal di Minangkabau. Beliau lahir di Kampung Aur, Tanjung Karang, Bukittinggi, Sumatera Barat. Namu asli Bung Hatta sebenarnya adalah Muhammad Attar yang dalam bahasa arab memiliki arti harum atau minyak wangi. Bung Hatta dikenal sebagai salah satu toko pahlawan nasional yang mendampingi Bung Karno membacakan teks proklamasi. Beliau adalah seorang tokoh yang dikenal memiliki kepribadian sederhana, hemat, hidup santun dan jujur. Bung Hatta sedari kecil telah hidup dengan serba berada. Apalagi mengingat ia merupakan anak tungga didalam keluarganya, ia sangat di manja dan hidup dengan mewah. Namun beliua telah menjadi anak yatim pada usia yang sangat dini yakni delpan bulan, lalu kemudian Ibunya menikah kembali. Sejak kecil Bung Hatta telah menerapkan sikap hidup yang disiplin dan teratur. Keluarga mendidiknya menjadi seorang yang taat beragama, shaleh dan juga teguh pendirin. Dan karakter ini akan terus menguat seiring berjalannya waktu. Beliau tumbuh dalam keluarga yang memberikan kebebasan dan selalu mendukung apapun yang dilakukan asal bersifat baik. Bung Hatta remaja juga tidak merasa terikat dengan adat Matrinial Minangkabau karena keluarganya mendorong dirinya untuk menambah wawasan melampuai tempat asalnya. Manganalisis Nilai Keislaman Moh. Hatta Mohammad Hatta merupakan salah satu tokoh professional muslim Indonesia yang sangat terkenal karena kegigihan beliau. Dari kecil beliau telah dikerahkan oleh keluarganya untuk belajar agama dari ulama-ulama besar pada saat 13



itu. Salah satu gurunya adalahh Syekh Muhammad Djamil Jambek asal Bantam (1860-1947) dan Haji Abdullah Ahmad (1878-1993). Dari mereka Bung Hatta diasuh, dibimbing dan dididik belajar membaca Alquran dan Al-Hadits serta pelajaran Nahwu, Sharaf, Fiqh, dan Tafsir, dan mendalami Agama Islam. Karena telah didik jadi manusia taat sejak dini beliau memiliki Aqidah yang sangat kuat. Akhlak dan perangainya juga amat bersahaja yang mencerminkan karakter seorang muslim yang seharusnya. Bung Hatta juga merupakan sosok yang cerdas. Beliau sangat tertarik dengn dunia sastra dan telah menerbitkan banyak buku yang mengandung ilmu pengetahuan yang tak ternilai harganya. Beliau menyalurkan ilmu dan pikiran melalui tulisa-tulisan apik agar orang-orang dapat membacanya dan menjadikan karyanya sebagai salah satu sumber ilmu pengatahuan. Tentu saja dengan menulis ilmu yang beliau punya akan terus mengalir kepada pembacanya dan dapat memberikan manfaat kepada banyak orang. Karena sebaik-baiknya manusia ialah yang hadirnya dapat bermanfaat bagi orang lain. Dengan ilmu yang beliau miliki, beliau menjadi salah satu tokoh pendidikan di Indonesia, selain itu beliau dikenal juga sebagai bapak koprasi Indonesi. Bung Hatta juga aeorang tokoh, pelopor dan perintis perjuangan hak asasi manusia di Indonesia. Beliau dinilai sebagai salah seorang peletak dasar utama negara demokrasi konstitusional yang modern, baik dalam tataran nilai-nilai maupun praktek pelembagaannya. Naskah pembelaannya di negeri Belanda, Indonesia Virj pada tahun 1928 telah menggemparkan negeri Belanda, adalah perlawanannya terhadap penindasan dan keterhinaan rakyat jajahan. Pandangan Bung Hatta menempatkan kedaulatan rakyat di posisi yang utama, jangan merendahkan kedaulatannya, dan melawan suara nuraninya. Beliau juga telah dinilai sebagai pelopor demokrasi. Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa Bung Hatta sangat peduli terhadap masyarakat disekitarnya. Beliau membela hak-hak kemanusiaan yang seharusnya didapatkan oleh rakyat. Sifat ini sangat mencerminkan seorang muslim yang selalu membantu saudaranya. Beliau pula merupakan tauladan yang jujur, beliau tidak pernah mau menggunakann fasilitas yang diberikan kepadanya selaku wakil presiden pada saat itu. Baginya haram menggunakan memanfaatkan kekuasaan bagi kepentingan pribadi. Sikap dan prilaku Bung Hatta sangat mencerminkan karakteristik seorang muslim yang menghayatai dan taat kepada semua perintas dan sunnah yang di aarkan 14



oleh nabi. Sikap itu yang tanam sejak kecil saat masih menadi rakyat biasa hingga ia menjadi seorng pejabat negara, sangat konsisten. Sikap beliau dibuktikan langsung dengan sikap nyata tanpa terlalu banyak teori. Hal ini sejalan dengan filosfinya dalam beragama.



E. Sifat Yang Bisa Diteladani Dari Tokoh Professional Muslim Salah satu langkah awal yang bisa dilakukan untuk dapat menjadi seorng muslim yang professional adalah dengan cara meneladani sikap-sikap tokoh terlebih dahulu. Dari kedua sikap tokoh yang telah dijabarkan diatas ada banyak sekali hal-hal yang dapat kita tiru dan kita jadikan contoh untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Adapun yang dapat kita tiru dari kedua tokoh tersebut adalah: 1. Selalu berpegang teguh terhadapa ajaran Agama Islam, sebagai muslim tentu saja kita harus taat pada syariat-syariat yang telah diajarkan oleh nabi. Dengan berpegangan tegu dengan nilai-nilai ajaran Agama maka kita tidak dapat melakukan penawaran terhadap suatu prilaku yang telah jelas hukumnya. 2. Tidak meninggalkan kewajiban seorang muslim, Kewajib paling utama bagi seorang muslim adalah menunaikan ibadah tepat pada waktunya. Dengan ibadah berarti kita menghargai tuhan yang telah menciptakaan dunia dan seisinya. Ibadah dilakukan semta-mata adalah sebagai bentuk ungkapan terimakasi kepada Allah SWT.



3. Memiliki semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu, Menuntut ilmu hukumnya bagi seorang muslim adalah wajib. Ilmu tidak melulu kita dapatkan dari sekolah, tapi bisa dari banyak tempat dan siapa saja. Dengan majunya zaman sekarang tentu saja banyak sekali sumbee ilmu yang dapat diakses melalui internet, maka sebaiknya kita manfaatkan internet sebagi mungkin agar memberikan kita manfaat sebagi seorang muslim. 4. Memanfaatkan ilmu yang dimiliki semaksimal mungkin,



15



Selain menuntut ilmu, ilmu yang telah kita miliki alangkah baiknya dipraktekan dalam kehidupan nyata. Mempraktekan langsung ilmu yang telah kita miliki bisa saja dapat membantu orang-orang disekitar kita. 5. Menyeimbangkan urusan duniawi dan akhirat, Allah tidak pernah mengajarkan kita untuk serta merta hanya melakukan ibadah setiap waktu dan melupakan urusan duniawi. Maka dari itu sebagai makhluk Allah yang tinggal dunia kita harus menjalankan kehidupan kita dengan baik, karena Allah menciptakan banyak hak di dunia ini tidak tanpa alasan. 6. Bersikap jujur dan tidak menyalahgunakan kekuasaan Jujur merupakan salah satu sifatt yang sangat langka kita temui belakangan ini. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Banyak sekali kebohongan yang dilakukan tidak hanya untuk kejahatan namun ada juga orang yang berbohong demi kebaikan. Namun seperti apapun kebohongan itu tidak dapat dibenarkan adanya. Maka dari itu mulai sekarang kita harus terbiasa bersikap jujur.



16



BAB III KESIMPULAN



A. Kesimpulan Karakter merupakan nilai dari tingkah laku manusia yang menyeluruh atau universal. Baik dalam hubungan terhadap tuhan, dengan diri sendiri, sesame manusia bahkan lingkungannya. Yang diwujudkan melalui sikap, pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdsarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat. Proses pembentukkan karakter menurut Al-Qur’an diantaranya adalah adanya pengenalan, pemahaman, penerapan, pembiasaan, pembudayaan, Internalisasi menjadi karakter. Dalam Islam pula sistem perilaku terwujud melalui proses aplikasi sistem nilai/norma yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Berbeda dengan etika atau moral yang terbentuk dari sistem nilai/norma yang berlaku secara alamiah dalam masyarakat, yang dapat berubah menurut kesepakatan serta persetujuan dari masyarakatnya, pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Sistem etika ini sama sekali bebas dari nilai, serta lepas dari hubungan vertikal dengan kebenaran hakiki. Selain itu pembentukan karakter seorang muslim berpedoman pada konsep muwasofat yang memuat sepuluh nilai dasar yang harus dimiliki seorang muslim. Sepuluh nilai tersebut telah memuat hal-hal yang seharusnya dimiliki tiap pribadi muslim agar dapat dikatakan sebagi muslim professional. Selain itu dengan meneladani karakter tokoh terdahulu dapat mempengaruhi perubahan karakter seseorang menjadi muslim yang professional.



17



DAFTAR PUSTAKA



Ahmad, M. Y. (T.Thn.). Guru Profesional Menurut Imam Al Ghazali Dan Buya Hamka. 2145. Fahri, M. (2017). Peran Agama Dan Pendidikan Agama Islam Sebagai Solusi Alterntif Menemukan Jati Diri Terhadap Alienasi Dampak Modernisi. Pedagogik, Vol. 4 No. 02, 120-133. Khuleisie, R. N. (2016). Hakikat Kepribadian Muslim, Seri Pemahaman Jiwa Terhadap Konsep Insan Kamil. Refletika Vol. 11 No. 11, 39-57. Maryono. (2015). Bung Hatta, Proklamator, Ilmuwan, Penulis Dan Karma-Karyanya: Sebuah Analisis Bio-BibliometriK. Berkala Ilmu Perpustakaan Dan Informasi - Volume XI Nomor 2, 25-35. Rohma, S. (2019). Konsep Pembentukan Karakter Anak Berbasis Al Quran. Jurnal Qiro'ah Vol 9 No. 1, 40-69. Samrin. (2016). Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai). Al Ta'dib Vol. 9 No. 1, 120143. Suyadjid, L. E. (2010). Pencarian Jati Diri (Self-Discovery) Milkman Dalam Song Of Soloman Karya Toni Morrison. Tahun VI No. 11, 52-65.



18