Makalah Kelompok 6 Perubahan Sosial [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAMPAK PEMBANGUNAN UIN TERHADAP KONDISI SOSIAL BUDAYA DI KELURAHAN SUKARAME (Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Perubahan Sosial dan Kebudayaan) Dosen Pengampu : Dr. Risma M. Sinaga, M.Hum. Myristica Imanita, S.Pd., M.Pd.



Disusun Oleh



Kelompok 6



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2020



i



NAMA KELOMPOK



Ketua



: Risa Adelia



1713033007



Sekertaris



: Wahyuni Atika



1713033005



Anggota : 1. Ulfa Diana



1713033033



2. Ratu Marshelia Hakim



1713033044



3. Slamet Riyadi



1713033016



4. M. Aldo Kurniawan



1713033002



5. Theresia Tri Ranti



1753033002



ii



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dalam mata kuliah Perubahan Sosial dan Kebudayaan dengan sebaik-baiknya. Penulis sadar bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dosen pengampu, rekan-rekan, dan pihak-pihak yang telah membantu baik secara moril maupun spiritual. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih. Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kiranya kritik dan saran sangat penulis nanti dari para pembaca. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bandarlampung, 25 April 2020



Penyusun



iii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL.............................................................................................i DAFTAR NAMA KELOMPOK...........................................................................ii KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii DAFTAR ISI ........................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2 1.3 Tujuan .............................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Perubahan Sosial dan Budaya.........................................................................3 2.2 .Faktor-faktor yang mempengaruhi proses jalannya perubahan social...........3 2.3 Kelurahan Sukarame.......................................................................................10 2.4 Perubahan Sosial Budaya di Kelurahan Sukarame.........................................11 2.5 Bentuk perubahan social budaya di Kelurahan Sukarame..............................12 2.6 Dampak Positif dan Dampak Negatif..............................................................14 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA



iv



1



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang direncanakan melalui berbagai macam kebijakan



dengan



tujuan



untuk



mensejahterakan



kehidupan



masyarakat.



Pembangunan dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan manusia baik secara individu maupun kelompok. Kegiatan pembangunan akan menyebabkan perubahan yang di dalamnya mengandung pembaruan bagi kehidupan masyarakat ke arah yang lebih maju. Salah satu perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah perubahan ekonomi, sosial dan budaya.Djazifah (2015), mengatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian di antara unsur-unsur sosial yang berbeda di dalam kehidupan masyarakat, sehingga menghasilkan pola kehidupan yang baru (berbeda dengan pola kehidupan sebelumnya). Perubahan sosial mencakup perubahan dalam nilai-nilai sosial, normanorma sosial, susunan lembaga kemasyarakatan, pelapisan sosial, kelompok sosial, interaksi sosial, pola- pola perilaku, kekuasaan dan wewenang, serta berbagai segi kehidupan masyarakat lainnya. Perubahan dalam masyarakat pada prinsipnya merupakaan suatu proses yang terus menerus artinya setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan, akan tetapi perubahan antara kelompok dengan kelompok lain tidak selalu sama (kompleks) serta banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Masalah perubahan masyarakat, banyak ahli yang mendefenisikannya. Misalnya Soekanto (1990) berpendapat bahwa perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial,



norma-norma,



pola-pola



perilaku



organisasi,



susunan



lembaga



kemasyarakatan, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat disebabkan berbagai faktor dalam mempengaruhi perubahan masyarakat, dan suatu hal perlu diperhatikan dalam perubahan masyarakat bahwa sebagian orang memandang perubahan sosial berbeda dengan perubahan kebudayaan. Pandangan ini terfokus pada alasan bahwa perubahan sosial meliputi perubahan struktur masyarakat, sedangkan perubahan kebudayaan meliputi perubahan-perubahan kebudayaan saja.Penelaahan terhadap teori perubahan sosial meliputi berbagai hal yang penting diantaranya, proses dan mekanisme perubahan, dimensi perubahan sosial serta kondisi dan faktor-faktor perubahan sosial. Perubahan Sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi dari bentuk-bentuk masyarakat. Adaya interaksi sosial akan menimbulkan proses sosial di



2



dalam masyarakat. Tetapi secara teoritis dapatlah dikatakan bahwa perubahan sosial mengacu kepada perubahan dalam struktur sosial dan hubungan sosial, sedangkan perubahahan kebudayaan mengacu kepada perubahan pola-pola perilaku, termaksud teknologi dan dimensi-dimensi dari ilmu, material dan nonmaterial. Menurut Pujiwati (1986) tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, sebaliknya pula tidak ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Terjadinya perubahan dalam masyarakat bukan merupakan hal yang luas biasa, dengan kata lain perubahan sosial dan kebudayaan merupakan suatu gejala umum, karena setiap masyarakat selalu mengalami perubahan, tidak ada masyarakat yang tidak berkembang, walaupun perubahan maupun perkembangan tersebut tidak selamanya sama, setiap masyarakat memiliki cara dalam menerima perubahan. Kelurahan Sukarame merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Sukarame. Kelurahan Sukarame terbagi menjadi dua lingkungan, setiap lingkungan memiliki Ketua RT, di Lingkungan Satu terdapat 21 RT dan di Lingkungan Dua 10 RT. Perubahan merupakan ciri dari setiap masyarakat baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Cepat atau lambat, disengaja atau tidak, masyarakat tidak akan terhindar dari proses perubahan. Arah perubahan bersifat multi dimensional, dan sumber penyebabnya yaitu datang dari luar masyarakat maupun dalam diri masyarakat itu sendiri. Begitupun dengan kelurahan Sukarame memiliki perubahan baik cepat atau lambat, disengaja maupun tidak. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas mengenai perubahan sosial yang terjadi di kelurahan Sukarame akibat adanya pembangunan UIN.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat ditemukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud perubahan social dan factor-faktor yang mempengaruhi perubahan social dan budaya? 2. Bagaimana perubahan social dan budaya yang terjadi pada Kelurahan Sukarame pasca pembangunan UIN? 3. Apakah terjadi dampak yang signifikan pada Kelurahan Sukarame pasca pembangunan UIN? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diketahui penyusun memiliki tujuan sebagai berikut:



3



1. Untuk mengetahui perubahan social dan kebudayaan serta factor-faktornya 2. Mengetahui perubahan social dan budaya yang terjadi pada Kelurahan Sukarame pasca pembangunan UIN 3. Mengetahui apa saja dampak yang terjadi pada Kelurahan Sukarame pasca dibangunnya UIN



4



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Perubahan Sosial dan Budaya Menurut Herbert Blumer, perubahan sosial merupakan sebuah usaha kolektif manusia untuk menegakkan terciptanya tata kehidupan baru. Ralp Tunner dan Lewis M. Killin mengkonsepsikan perubahan sosial sebagai kolektivitas yang bertindak terus-menerus guna meningkatkan perubahan dalam masyarakat atau kelompok. Perubahan sosial itu merujuk kepada perubahan suatu fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia mulai dari tingkat individual hingga tingkat dunia (J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2007). Menurut Agus Salim, perubahan sosial adalah suatu bentuk peradaban umat manusia akibat adanya pertambahan perubahan alam, biologis, fisik yang terjadi sepanjang kehidupan manusia. Perubahan sosial memiliki cakupan dari yang sederhana seperti dalam lingkungan keluarga hingga yang paling lengkap seperti tarikan kelembagaan dalam masyarakat. Perubahan sosial memiliki tiga kelompok teori yang bersifat melingkar (cyclic theory) yaitu: a) kelompok teori yang didominasi oleh perkembangan material dalam setiap pandangannya tentang realita, b) kelompok teori yang didominasi oleh pandangan non-material dalam setiap pandangannya tentang realita, c) kelompok teori yang didominasi perpaduan wawasan antara material dan non-material dalam setiap pandangannya tentang realita ( Agus Salim, 2002). Perubahan sosial dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan sudut pengamatannya. Misalnya dari sudut aspek, fragmen atau dimensi sistem sosial. Hal tersebut dikarenakan keadaan sistem sosial yang kompleks, tidak hanya berdimensi tunggal melainkan muncul sebagai kombinasi atau gabungan hasil keadaan berbagai komponen. Adakalanya perubahan sosial hanya terjadi sebagian kecil, terbatas ruang lingkupnya, tidak menimbulkan akibat yang besar terhadap unsur lain dari sesama sistem. Tidak terjadi perubahan yang menyeluruh atas unsur-unsurnya meski di dalamnya terjadi perubahan sedikit demi sedikit (PiÖtr Sztompka, 2010). 2.2.Faktor-faktor dan proses yang mempengaruhi proses jalannya perubahan social



5



Masyarakat merupakan tempat terjadi suatu proses perubahan. Pada masyarakat ini pula terdapat faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan. Faktor-faktor pendorong jalannya proses perubahan adalah sebagai berikut. Menurut Bruce J. Cohen, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial antara lain sebagai berikut: a. Faktor-faktor geografis Lingkungan fisik dapat mempengaruhi perubahan yang dialami sebuah masyarakat. Banyak sedikitnya sumber-sumber kekayaan alam akan sangat menentukan jenis kehidupan seperti apa yang akan dialami oleh masyarakat yang mendiami wilayah tersebut. b. Faktor-faktor teknologis Penemuan-penemuan baru dalam hal teknologi akan mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang luas di dalam masyarakat. c. Kepemimpinan Perubahan-perubahan sosial juga sering dimulai oleh pemimpin-pemimpin yang kharismatik. Mereka mampu mengajak masyarakat untuk bergabung bersama mereka dalam gerakan sosial. Mereka juga sering mempunyai ide-ide yang cemerlang. d. Penduduk Peningkatan atau penurunan jumlah penduduk secara radikal juga menyebabkan timbulnya perubahan sosial. Peningkatan dalam jumlah penduduk bisa memaksa timbulnya penemuan-penemuan baru dalam teknik produksi, sementara penduduk yang menurun secara cepat dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam organisasi sosialnya agar dapat mempertahankan diri dari serangan musuh (Bruce J. Cohen, 1992). Perubahan masyarakat pada prinsipnya merupakan suatu proses yang terus menerus, artinya bahwa pada setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan itu, akan tetapi perubahan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama. Betrand (1980) menyatakan bahwa perubahan sosial pada dasarnya tidak dapat diterangkan oleh dan berpegang pada faktor yang tunggal. Pendapat dari paham diterminisme monofaktor kini sudah ditinggalkan zaman, dan ilmu sosiologi modern tidak akan menggunakan interpretasi sepihak yang menyatakan bahwa perubahan itu hanya disebabkan oleh suatu macam rangkaian faktor saja.



6



Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, proses perubahan sosial meliputi tiga aspek, yaitu: a. Penemuan Penemuan adalah suatu tambahan pengetahuan terhadap perbendaharaan pengetahuan dunia yang telah diverifikasi. Penemuan menambahkan sesuatu yang baru terhadap kebudayaan. Meskipun kenyataan tersebut sudah ada sejak lama namun kenyataan tersebut baru menjadi bagian dari kebudayaan pada waktu kenyataan tersebut ditemukan. Penemuan menjadi sebuah faktor dalam perubahan sosial apabila penemuan tersebut diterapkan untuk suatu kegunaan baru. Jika suatu penemuan dimanfaatkan untuk mengembangkan teknologi yang baru, maka biasanya akan disusul dengan adanya perubahan yang besar. b. Invensi Invensi merupakan suatu kombinasi baru atau cara penggunaan baru dari pengetahuan yang sudah ada. Meskipun unsur-unsurnya telah ada sebelumnya, tetapi ide mengkombinasikan unsur-unsur tersebut adalah baru. Dengan ide baru tersebut, muncullah suatu kegunaan baru dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya. Invensi dapat terbagi dalam dua klasifikasi yaitu invensi material dan invensi sosial. Invensi material meliputi invensi dalam hal-hal yang berupa materi seperti mobil, telepon, dan pesawat terbang. Invensi sosial antara lain seperti pemerintahan konstitusional dan perusahaan. Pada kedua jenis invensi tersebut unsur-unsur lama digunakan, dikombinasikan dan dikembangkan menjadi sebuah kegunaan yang baru. Dengan begitu invensi merupakan proses yang berkesinambungan, setiap invensi baru diawali oleh serangkaian invensi dan penemuan terdahulu. Invensi bukanlah semata-mata gejala yang berjalan sendiri, melainkan suatu proses yang mencakup serangkaian modifikasi, pengembangan, dan kombinasi ulang (rekombinasi) yang tanpa akhir. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Gillin, 1948, setiap invensi dapat bersifat baru dalam segi bentuk (form), fungsi (function), makna (meaning), dan prinsip (principle). c. Difusi Pada umumnya, perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat merupakan hasil dari proses difusi. Difusi merupakan penyebaran unsur-unsur budaya dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Difusi terjadi apabila beberapa masyarakat saling berhubungan.Masyarakat juga dapat menolak terjadinya difusi dengan cara mengeluarkan larangan dilakukannya kontak dengan masyarakat lain. Difusi selalu merupakan proses dua arah. Unsur-unsur budaya tidak dapat diserap tanpa



7



adanya kontak tertentu antar manusia dan kontak tersebut selalu melahirkan difusi pada kedua belah pihak. Jika terjadi kontak antar dua masyarakat, maka masyarakat yang tingkat teknologinya lebih sederhanalah yang akan menyerap unsur budaya dari masyarakat yang lainnya. Difusi biasanya disertai dengan modifikasi tertentu terhadap unsur-unsur serapan. Setiap unsur budaya memiliki prinsip, bentuk, fungsi dan makna. Salah satu atau bahkan semua segi tersebut dapat mengalami perubahan ketika suatu unsur diserap(Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1984). Ada dua tipe difusi. Pertama, difusi intramasyarakat (intrasociety diffusion) atau penyebaran unsur-unsur kebudayaan di antara satu kelompok masyarakat. Kedua, difusi antarmasyarakat (intersociety diffusion). Difusi intramasyarakat terpengaruh oleh beberapa faktor berikut: 1.



ada tidaknya unsur-unsur kebudayaan yang memengaruhi diterimanya atau



tidak diterimanya unsur-unsur yang baru; 2.



unsur baru yang berlawanan dengan fungsi unsur lama, kemungkinan



besar tidak akan diterimakedudukan dan peranan sosial dari individu yang menemukan sesuatu yang baru tadi akan memengaruhi apakah hasil penemuannya itu dengan mudah diterima atau tidak 3.



pemerintah dapat membatasi proses difusi tersebut.



Difusi antarmasyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut: 1. adanya kontak antara masyarakat-masyarakat tersebut; 2. kemampuan untuk mendemonstrasikan kemanfaatan penemuan baru tersebut pengakuan akan kegunaan penemuan baru tersebut; 



ada atau tidaknya unsur-unsur kebudayaan yang menyaingi unsur-unsur



penemuan baru tersebut; 



peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru di dunia ini







paksaan dapat juga dipergunakan untuk menerima suatu penemuan baru. Pertemuan antara individu dari satu masyarakat dan individu dari



masyarakat lainnya juga memungkinkan terjadinya difusi. Misalnya, hubungan antarindividu ketika bentuk masing-masing kebudayaannya hampir-hampir tidak berubah. Hubungan demikian dinamakan juga hubungan simbiotik. Cara lain yang mungkin pula dilakukan adalah memasukkan secara damai (penetration pacifique). Sebagai contoh, unsur-unsur kebudayaan asing yang dibawa oleh para



8



pedagang untuk kemudian dimasukkan ke dalam kebudayaan penerima dengan tidak sengaja dan tanpa paksaan. Akan tetapi, kadang-kadang penetration pacifique juga dilakukan dengan sengaja, misalnya usaha-usaha yang dilakukan oleh para penyiar agama. Cara lain adalah paksaan, misalnya menaklukkan masyarakat lain dengan peperangan. Sebenarnya, antara difusi dan akulturasi terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah kedua proses tersebut memerlukan adanya kontak. Tanpa kontak tidak mungkin kedua proses tersebut berlangsung. Akan tetapi, proses difusi berlangsung dalam keadaan ketika kontak tersebut tidak perlu ada secara langsung dan kontinu, seperti difusi dari penggunaan tembakau yang tersebar di seluruh dunia. Lain halnya dengan akulturasi yang memerlukan hubungan yang dekat, langsung, serta kontinu (ada kesinambungan). Proses difusi



dapat



menyebabkan



lancarnya



proses



perubahan



karena



difusi



memperkaya dan menambah unsur-unsur kebudayaan yang sering kali memerlukan perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan atau bahkan penggantian lembaga-lembaga kemasyarakatan lama dengan yang baru. Luasnya cakupan perubahan dari mulai individu sampai tingkatan global diringkas oleh Lauer (1989) dalam tabel berikut.



9



Tabel di atas menunjukkan luasnya cakupan dalam menganalisis perubahan sosial yang terjadi sehingga Lauer membaginya ke dalam tingkatan analisis yang dimulai dari global sampai individu. Apabila tingkat analisisnya global, analisisnya dapat berkisar tentang ketimpangan internasional yang ditunjukkan oleh neraca perdagangan internasional yang tidak seimbang antara negara maju dan negara berkembang. Sementara itu, apabila tingkat analisisnya individu, kawasan studinya adalah sikap; sedangkan wakil unit studinya adalah keyakinan berbagai persoalan dan aspirasi. Untuk menerangkan perubahan sosial secara makro atau global, ada baiknya dipahami bahwa perubahan sosial akan tampak jelas dalam hubungan makro yang tecermin dalam hubungan antarnegara, wilayah, regionalitas, dan tata masyarakat yang cukup luas. Menurut kesepakatan internasional, masyarakat dunia dibagi dalam tiga kelompok negara. Kelompok negara dunia pertama, yaitu kelompok negara Eropa Barat dan Amerika Serikat (berada di bagian utara belahan dunia) yang disebut juga Blok Barat. Kelompok negara dunia kedua, yaitu kelompok negara sosialis dan komunis yang lebih dikenal dengan Blok Timur. Kelompok negara dunia ketiga, yaitu negara-negara di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Amerika Latin berada di belahan benua bagian selatan (dikenal dengan kelompok selatan). Meskipun Uni Soviet sebagai pemimpin Blok Timur saat ini sudah bubar dan negara komunis otomatis juga sosialis sudah hampir punah, penamaan terhadap Blok Barat atau negara-negara dunia pertama sebagai negara maju dan



10



blok selatan atau negara-negara dunia ketiga sebagai negara berkembang tetap masih berlangsung. Di negara dunia ketiga, perubahan sosial dikendalikan atau direncanakan oleh kelompok dunia pertama (biasanya dibantu dengan dana, tenaga, dan teknologi). Ada unsur usaha khusus yang berasal dari pemerintah dan kelompok masyarakat untuk mencoba mengendalikan perubahan sosial ke satu arah yang diinginkan. Model perubahan sosial seperti ini disebut planed change atau development. Membahas teori perubahan sosial (social change theory) yang dikutip oleh Salim dari Veeger, August Comte (1798—1857) membaginya dalam dua konsep penting, yaitu social static (disebut juga bangunan struktural) dan social dynamics (dinamika struktural). Bangunan struktural merupakan hal-hal yang mapan berupa struktur yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan utama mengenai struktur sosial yang ada di masyarakat ini menjadi landasan atau penunjang orde, tertib, dan kestabilan masyarakat. Statika sosial ini kemudian disepakati oleh anggota masyarakat yang disebut sebagai “kemauan umum” atau volonte generale. Hasrat dan kodrat manusia adalah persatuan, perdamaian, kestabilan, atau keseimbangan. Tanpa unsur-unsur struktural ini, kehidupan manusia tidak dapat berjalan. Akan selalu terjadi pertengkaran dan perpecahan mengenai hal-hal yang sangat mendasar sehingga kesesuaian paham sukar terbentuk. Perbedaan antara statika sosial dan dinamika sosial ini bukanlah perbedaan yang menyangkut masalah faktual, melainkan lebih tepat dikatakan sebagai masalah perbedaan teoretis. Dengan kata lain, secara faktual sukar dibedakan atau dipisahkan antara statika sosial dan dinamika sosial. Ketika kita membahas suatu kelompok masyarakat yang awalnya dapat hidup harmonis, tetapi berubah menjadi permusuhan, sebenarnya kita sedang membahas bangunan struktural. Namun, perubahanperubahan menuju permusuhan merupakan dinamika sosialnya. Dinamika sosial merupakan hal-hal yang berubah dari waktu ke waktu, oleh karena itu dinamika sosial juga membahas perubahan struktur sosial dari waktu ke waktu. Dinamika sosial adalah daya gerak sejarah di setiap tahapan evolusi manusia ke arah tercapainya keseimbangan baru yang tinggi dari satu masa (generasi) ke masa berikutnya. Struktur ini digambarkan sebagai hierarki masyarakat yang memuat pengelompokan masyarakat berdasarkan kelas-kelas tertentu (elite, middle, dan lower class). Pembagian hierarki ini tergantung luas wilayah atau tempat kita membuat struktur masyarakat. Kalau struktur dibuat di pemeritahan kota, maka contoh elitenya adalah: pimpinan pemerintah kota,



11



pengusaha di kota tersebut, dan masyarakat. Apabila struktur dibuat di desa, maka yang ada didalamnya adalah: pemerintah desa dan ulama, petani-petani kaya, serta buruh tani. Kriteria elite adalah individu/keluarga yang memiliki sumbersumber kekuasaan, seperti: jabatan, kekayaan, ataupun pengetahuan. Sementara itu, dinamika sosial adalah proses perubahan kelas-kelas masyarakat dari satu masa ke masa yang lain. Penjelasan ini untuk membedakan antara struktur sosial dan dinamika sosial. Hal ini berarti ketika membahas perubahan posisi dalam masyarakat dari yang tadinya rakyat biasa dapat berubah menjadi elite, misalnya menjadi anggota legislatif karena adanya pemilu. Dengan demikian, dinamika sosialnya dilihat dari proses pemilu yang lebih demokratis sehingga siapa pun dapat berubah kelasnya sesuai dengan dukungan dari pemilih. Perubahan sosial berada pada dinamika struktural (social dynamic), yaitu perubahan atau issue perubahan sosial yang meliputi bagaimana kecepatannya, arahnya, bentuk, agennya (perantara), serta hambatan-hambatannya. Perubahan bangunan struktural dan dinamika struktural merupakan bagian yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, yang berbeda hanya pada kajian atas analisisnya. Perubahan sosial memiliki ciri, yaitu: berlangsung terus-menerus dari waktu ke waktu, apakah direncanakan atau tidak yang terus terjadi tak tertahankan. Perubahan adalah proses yang wajar dan alamiah sehingga segala sesuatu yang ada di dunia ini akan selalu berubah. Perubahan akan mencakup suatu sistem sosial dalam bentuk organisasi sosial yang ada di masyarakat. Perubahan dapat terjadi dengan lambat, sedang, atau keras, tergantung situasi (fisik, buatan, atau sosial) yang memengaruhinya. 2.3.



Kelurahan Sukarame



1) Letak Geografis KelurahanSukarame Kelurahan Sukarame merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Sukarame. Kelurahan Sukarame terbagi menjadi dua lingkungan, setiap lingkungan memiliki Ketua RT, di Lingkungan Satu terdapat 21 RT dan di Lingkungan Dua 10 RT. Kelurahan Sukarame berbatasan langsung Sebelah Utara dengan Way Dadi dan Korpri Jaya, di sebelah selatan berbatasan dengan Sukabumi Indah dan Sukabumi, di sebelah timur berbatasan dengan Sukarame Baru dan di sebelah barat berbatasan langsung dengan Way Halim Permai. 2) Sejarah KelurahanSukarame Wilayah



Kecamatan



Sukarame



awal



mulanya



merupakan bagian dari



12



Kecamatan Kedaton, kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1982 tentang Perubahan Batas Kota Tanjungkarang – Teluk Betung, wilayah ini dipecah menjadi Kecamatan Sukarame Kotamadya Dati II Bandar Lampung. Dengan demikian wilayah administrasi ini merupakan Kecamatan Baru yang terdiri dari 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Sukarame, Way Dadi, dan Korpri Raya. Selanjutnya, berdasarkan Surat KeputusanGubernurKepala Daerah Tingkat I Lampung No. 110 Tahun 1992 (G/110/B/HK/1992),Kecamatan Sukarame dimekarkan menjadi 6 kelurahan, yaitu sebagai berikut: 1) Sukarame 2) Way Dadi 3) Sukarame Baru 4) Way Dadi Baru 5) Korpri Jaya 6) Korpri Raya Kelurahan Sukarame merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Sukarame. Awalnya, Kelurahan Sukarame memiliki 3 Lingkungan dan 31 RT. Di Lingkungan Satu terdapat 21 RT, Lingkungan Dua terdapat 7 RT, dan Lingkungan Tiga memiliki 3 RT. Namun di tahun 2013, dua lingkungan (Lingkungan Dua dan Tiga) digabungkan menjadi satu lingkungan, sehingga pada tahun 2013 Lingkungan Dua memiliki 10 RT hingga saat ini. Adapun penggabungan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan



sehingga



mempermudah



pelayanan



pemerintah



terhadap



masyarakat di KelurahanSukarame. 3) KeadaanPenduduk Jumlah penduduk di Kelurahan Sukarame saat ini mencapai 15.356 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki mencapai 7.457 jiwa dan penduduk perempuan mencapai 7.899 jiwa dengan total jumlah Kepala Keluarga (KK) mencapai 3.830 KK.



2.4.



Perubahan Sosial Budaya di Kelurahan Sukarame



 Perubahan mengenai budaya gotong royong setiap hari Jumat dan Minggu untuk membersihkan wilayah dan membersihkan selokan-selokan. Hal ini menunjukkan



13



bahwa interaksi sosial masyarakat Kelurahan Sukarame mengarah pada interaksi asosiatif. Namun saat ini berdasarkan pengamatan di lapangan, kebiasaan tersebut sudah mulai jarang terlihat dan hanya sedikit warga yang ikut bergotong royong . Banyak masyarakat yang tidak ikut bergotong royong karena adanya pekerjaan di pagi hari yang menyebabkan tidak bisa bergabung atau dengan kata lain adanya perbedaan kepentingan.  Pembangunan UIN di Kelurahan Sukarame yang dijadikan sebagai media pendidikan UIN yang merupakan salah satu bagian dari kegiatan pembangunan, banyak mengubah kondisi kehidupan masyarakat Kelurahan Sukarame dalam kegiatan ekonomi masyarakat yang tidak hanya pada sektor pertanian saja tetapi sektor lain seperti perdagangan dan jasa. Hal ini membuat lahan pertanian menjadi berkurang dan menyebabkan penurunan pendapatan pada sektor tersebut. Sedangkan pada sektor perdagangan barang dan jasa mengalami peningkatan sehingga terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi sektornonpertanian.  Perubahan penduduk kelurahan Sukarame terjadi secara meningkat namun tidak signifikan dalam peningkatannya karena berkurang dan bertambahnya jumlah penduduk yang berubah-ubah setiap tahunnya. Sehingga jumlah penduduk mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak menentu.  Adanya UIN membuat perubahan dalam terciptanya kegiatan ekonomi baru yang dikerjakan dan berkembang pada masyarakat selain pertanian adalah butik, fotocopy, warnet, toko bangunan, apotek, isi ulang air minum, dan cuci mobil atau motor. Selain itu terdapat juga usaha yang semakin berkembang seperti rumah kos,



warung



kelontong,



pangkas



rambut,



dan



bengkel.



Hal



tersebut



memperlihatkan bahwa adanya perubahan dalam kehidupan masyarakat Kelurahan Sukarame dari sisi ekonominya.  Perubahan baik dari cara interaksi sesama masyarakat asli maupun pendatang yang kebanyakan adalah mahasiswa yang kuliah di UIN. Perubahan sosial yang terlihat pada saat ini adalah bertambahnya jumlah penduduk masyarakat Kelurahan



Sukarame.



Banyaknya



para



pendatang



di



Kelurahan



Sukaramemembuat interaksi masyarakat Kelurahan Sukaramejuga mengarah pada interaksi yang asosiatif yakni interaksi yang mengarah pada terciptanya keteraturan sosial. 2.5.Bentuk perubahan social budaya di Kelurahan sukarame Jika kita spesifikasi lagi terdapat beberapa bebtuk perubahan sosial budaya yang ada pada masyarakat Kelurahan sukarame, Perubahan sosial yang terjadi



14



dalam



masyarkat



1.



atas



beberapa



Perubahan



bentuk



Evolusi



sebagai



dan



berikut:



Revolusi



a. Perubahan evolusi adalah perubahan- perubahan sosial yang terjadi dalam proses yang lambat dan dalam waktu yang cukup lama tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan. Perubahan ini terjadi karena adanya dorongan dari usaha masyarakatuntuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan kebutuhan hidup terhadap perkembangan masyarakat pada waktu tertentu, contoh oerubahan evolusi di Kelurahan Sukarame adalah adanya pembangunan koskosan hal tersebut merupakan bentuk penyesuaian masyarakat terhadap berdirinya UIN



guna



memanfaatkan



lahan



untuk



memenuhi



kebutuhan



hidup.



b. Perubahan revolusi adalah perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau direncanakan sebelumnya. Perubahan ini terjadi bisa karena sudah direncanakan sebelumnya atau tidak sama sekali. Revolusi biasanya diawali oleh ketegangan-ketegangan atau konflik dalam masyarakat. Contoh dalam kelurahan Sukarame adalah, dibangunnya pos keamanan disetiap titik rawan seperti pencurian dan kenakalan remaja, sebab remaja yang ada di kelurahan tersebut banyak yg melakukan perbuatan tidak senono seperti sex bebas. 2. Perubahan yang Dikehendaki dan Tidak Dikehendaki perubahan yang dikehendaki ialah disebut dengan perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak dikehendaki disebut perubahan yang tidak direncanakan. a. Perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang terjadi karena adanya perkiraan atau perencanaan oleh pihak-pihak yang menghendaki perubahan tersebut (agen of change). Misalnya, masifnya pembangungan untuk dijadikan tempat kos karena menyadari bahwasannya yang menempuh pendidikan di UIN tidak dari Bandar Lampung saja tetapi dari berbagai daerah yang membutuhkan tempat tinggal selama menempuh pendidikan. b. Perubahan yang tidak direncanakan ialah perubahan yang berlangsung di luar kehendak dan pengawasan masyarakat. Perubahan ini biasanya menimbulkan pertentangan yang merugikan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Misalnya, kecenderungan untuk mempersingkat prosesi adat pernikahan yang memerlukan biaya besar dan waktu lama, meskipun perubahan ini tidak dikehendaki masyarakat tetapi tidak sanggup untuk menghindarinya. semakin padatnya penduduk yang ada di kelurahan sukarame yang diakibatkan oleh



15



banyaknya tempat kost di sekitar UIN dan akses jalan pada jam-jam sibuk seperti Pagi dan Sore menjadi padat membuat kemacetan di wilayah kelurahan sukarame 3.



Perubahan



kecil



dan



Besar



Perubahan kecil dan besar memiliki batas-batas yang sangat relatif. Perubahan kecil diartikan perubahan yang terjadi pada unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contohnya, banyaknya komunitas dari berbagai daerah yang berkembang di wilayah keluarahan sukarame yang dielopori oleh para mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah. Perubahan besar adalah sebuah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang memberi pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contohnya, Pemukiman yang dulunya adalah lahan pertanian beralih fungsi menjadi perumahan-perumahan, serta banguan-bangunan lainnya. Selain itu perubahan sifat



gotong



roying



masyarakat



di



kelurahan



sukarame.



Perubahn sosial budaya dapat terjadi karena ada penyebabnya. Kemungkinan perubahan terjadi karena adanya sesuatuyang baru dan sesuatu yang lama dianggap tidak berfungsi lagi. 2.6.Dampak Positif dan Dampak Negatif Menurut bapak Anwar selaku lurah yang menjabat di kelurahan sukarame. Beliau menjelaskan adanya dampak positif dan dampak negatif yaitu : 1) Dampak positif 1. Bagi masyarakat umum Adanya UIN masyarakat sekitar merasakan adanya dampak baik setelah berdirinya UIN khusunya dalam segi perekonomian, masyarakat mendirikan kost-kost bagi mahasiswa yang berasal dari daerah luar bandar lampung. 2. Pedagang kecil Banyaknya pengusaha micro dilingkungan UIN seperti pedagang geprek yang tumbuh menjamur di sepanjang jalanan UIN. 2) Dampak negatif 4.



Sampah Dengan kepadatan penduduk khususnya di area kost mahasiswa, banyaknya penumpukan sampah hal itu disebkan oleh, kurangnya fasilitas yang diberikan oleh pemilik kost mengenai kebersihan lingkungan sehingga mahasiswa membuang sampah sembarangan.



16



5. Lalu lintas Sering terjadi kemacetan dimulai dari pukul 07.00 atau jam-jam masyarakat memulai aktifitas kerja. Titik kemacetan terdapat di jalan Sabesi, di perempatan ke jalur dua jalan gria serta jalur menuju UIN, yang menjadi penyebab kemacetan adalah banyaknya masyarakat yang membawa kendaraan pribadi dan di tambah mahasiswa yang akan berangkat ke kampus dengan membawa kendaraan pribadi seperti kendaraan roda dua. 6. Keamanan Keamanan yang kurang sehingga 90% kendaraan mahasiswa dicuri. Terkadang banyak pula kost-kost-an tidak memiliki standar keamanan sendiri, sehingga kelurahan sukarame termasuk kedalam zona merah dalam kehilangan kendaraan bemotor. Dan titik paling banyak kasus kehilangan terdapat di RT 7 lingkungan 1. 7. Kenakalan remaja Pelaku utama dalam hal ini adalah mahasiswa yang ada di sekitaran kelurahan Sukarame, banyak mahasiswa melakukan hal yang tidak sepantasnya mereka lakukan seperti sex bebas, sehingga selaku pemimpin di kelurahan Sukarame bapak Anwar mendirikan sebuah pos keamanan di titik rawan.



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan  Perubahan sosial adalah suatu bentuk peradaban umat manusia akibat adanya pertambahan perubahan alam, biologis, fisik yang terjadi sepanjang kehidupan manusia. Perubahan sosial memiliki cakupan dari yang sederhana seperti dalam lingkungan keluarga hingga yang paling lengkap seperti tarikan kelembagaan dalam masyarakat.  Kelurahan Sukarame merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Sukarame. Kelurahan Sukarame terbagi menjadi dua lingkungan, setiap lingkungan memiliki Ketua RT, di Lingkungan Satu terdapat 21 RT dan di Lingkungan Dua 10 RT.  Perubahan mengenai budaya gotong royong setiap hari Jumat dan Minggu untuk membersihkan wilayah dan membersihkan selokan-selokan. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi sosial masyarakat Kelurahan Sukarame mengarah pada interaksi asosiatif. Namun saat ini berdasarkan pengamatan di lapangan, kebiasaan tersebut sudah mulai jarang terlihat dan hanya sedikit warga yang ikut bergotong royong . Banyak masyarakat yang tidak ikut bergotong royong karena adanya pekerjaan di pagi hari yang menyebabkan tidak bisa bergabung atau dengan kata lain adanya perbedaan kepentingan.



DAFTAR PUSTAKA



Agus Salim, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002), hal. 1-2. Bruce J. Cohen, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 455-456. Dede, Sri.Kartini, Modul Sosiologi.Ilmu Pemerintahan Hatu, Rauf, 2011, Perubahan Sosial Kultural Masyarakat Pedesaan (Suatu Tinjauan TeoritikEmpirik), Gorontalo : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo, Volume 8, No.4. J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 363. Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Sosiologi: Edisi Keenam, (Jakarta: Erlangga, 1984), hal. 211-215 PiÖtr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada, 2010), hal. 3-4.



LAMPIRAN



Gambar 1: struktur organisasi lingkungan RT di Kelurahan Sukarame



Gambar 2 : wawancara bersama Bapak Anwar, AR, S.E. selaku Lurah Sukarame



Gambar 3 : Foto bersama Bapak Anwar, AR, S.E. selaku Lurah Sukarame