Makalah Kerajinan Anyaman [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Masalah Seni anyam sudah ada sejak dahulu kala, hingga sekarangpun masih akrab dalam



kehidupan masyarakat. Bahkan hampir di seluruh nusantara terdapat home industri pengrajin barang anyam-anyaman. Maka bisa dikatakan seni anyam termasuk kategori warisan budaya yang harus dilestarikan.



B.



Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah :



C.



1.



Bagaimana sejarah seni anyaman



2.



Macam-macam seni anyaman lontar dan teknik pembuatannya



Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah dengan judul “Kerajinan Lokal Anyaman



Lontar” adalah : 1.



Untuk memenuhi tugas salah satu mata pelajaran di SMA Negeri 01 Montong Gading



2.



Mengetahui keberadaan seni anyam bambu di desa Jepang Pakis pada zaman modern ini



3.



Penulis mengharapkan agar karya tulis ini dapat memberi manfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan



D.



Manfaat



Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah : 1.



Dapat mengetahui kondisi keberadaan seni anyaman tradisional di tengahtengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (zaman modern) seperti saat ini.



2.



Memberi gambaran mengenai pengaruh seni anyam lontar terhadap kehidupan perekonomian masyarakat.



BAB II PEMBAHASAN



A.



Pengertian Seni Anyaman Seni anyaman adalah proses menyilangkan bahan-bahan daripada tumbuh-tumbuhan



untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan boleh digunakan. Bahan-bahan tumbuhan yang boleh dianyam ialah lidi, rotan, Lontar, akar, buluh, pandan, mengkuang, jut dan sebagainya. Bahan ini biasanya mudah dikeringkan dan lembut.



B.



Sejarah Seni Anyaman Motif anyaman adalah bukti kekayaan tradisi Indonesia. Motif anyaman muncul



karena adanya seni menganyam menjadi barang-barang kerajinan. Kerajinan anyaman akan menghasilkan yang berbeda. Semua motif yang muncul tergantung dari bentuk anyaman yang dibuat. Keahlian menganyam disebut sebagai keahlian asli orang melayu. Pendapat ini diperkuat dengan ditemukannya tembikar dan tempat tinggal yang terbuat dari anyaman. Sejarah anyaman di Indonesia, merupakan masalah yang masih diperdebatkan sampai sekarang. Ada 2 teori mengenai awal mula masuknya keahlian menganyam di Nusantara. Teori pertama adalah menganyam merupakan keahlian asli dari orang melayu termasuk Indonesia, teori ini diperkuat dengan ditemukannya tempat tinggal dan tembikar yang terbuat dari anyaman. Hal ini tidak dimiliki di daerah lainnya, ada beberapa fakta mengenai anyaman. 1.



Pada jaman dahulu anyaman merupakan pekerjaan para wanita, dan bukan sebagai mata pencaharian, namun sebagai pengisi waktu senggang.



2.



Seseorang wanita dianggap tidak mempunyai sifat kewanitaan yang lengkap jika dia tidak mahir dalam seni anyaman.



3.



Anyaman dahulu hanya alat untuk kegunaan sendiri atau sebagai hadiah, dan sebagai kemasan sebagai hantaran saat berkunjung pada sahabat atau keluarga.



4.



Beberapa anyaman dibuat dengan bentuk yang sangat besar, yang digunakan sebagai alat saat bepergian untuk menyimpan pakaian barang dagangan, serta pada jaman penjajahan digunakan untuk menyimpan senjata yang akan diselundupkan.



Menurut sejarah, para pengikut Sunan Gunung Jati mengajarkan berbagai kerajinan tangan untuk  menarik minat masyarakat untuk memeluk Islam, ternyata dengan cara ini perkembangan Islam sangat pesat hingga tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ki Tegalmantra (murid Sunan Gunung Jati) yang telah mengajarkan teknik anyam-anyaman kepada masyarakat Cirebon. Bahkan Desa Tegalmantra dan Tegalwangi tempat dimana Ki Tegalmantra menyebarkan agama Islam, dikenal sebagai sentra industri kerajinan anyaman terbesar di Jawa. Di daerah Jawa Barat daerah Rajapolah, Tasikmalaya, dan Garut merupakan penghasil dari kerajinan anyaman yang dikenal oleh wisatawan domestik dan internasional.



C.



Perkembangan Seni Anyaman Lontar Akhir-akhir ini, warta tentang lenyapnya benda-benda bersejarah memadati dalam



ruang informasi. Karena penjualan barang-barang antik ini memang laku keras, sebab nilai artistik serta sejarah yang tinggi turut menentukan nilai jualnya. Minimnya penghargaan terhadap nilai sejarah bangsa ini semakin terlihat ketika benda-benda tersebut mulai lenyap. Bahkan di Kudus, misalnya benda-benda hasil kerajinan anyam Lontar sekarang satu persatu mulai punah seiring dasarnya arus zaman. Caping Kudus misalnya, simbol kebudayaan masyarakat kota Kudus ini memang sudah sangat jarang ditemui di tempat-tempat umum, karena benda ini secara fungsional dapat digantikan dengan benda yang lebih modern seperti halnya topi. Sekarang benda ini dapat kita jumpai hanya ketika ada acara resmi, seperti perayaan 17 Agustus, Upacara kehormatan dan acara kreasi seni di kota Kudus. Padahal, dulunya benda ini sering terlihat di sawah ataupun kebun karena mayoritas masyarakat Kudus dulunya berprofesi sebagai petani. Maka caping adalah satu-satunya alat bagi masyarakat yang dipakai untuk melindungi diri dari sengatan matahari. Akibatnya, banyak masyarakat Kudus khususnya di desa Jepang Pakis yang sebagian besar memanfaatkan peluang bisnis tersebut. Akan tetapi seiring berjalannya waktu menuju arus modernisasi, benda tersebut mulai lenyap dari peredarannya. Demikian pula dengan barang kerajinan anyam Lontar lainnya yang juga bernasib sama yaitu tempat nasi telah digantikan oleh ceting, ekrak telah digantikan dengan sampah plastik, tampah telah digantikan oleh nampan dan masih banyak barang kerajinan anyam Lontar yang lainnya. Sehingga sekarang keberadaan para pengrajin anyam Lontar di Kudus



turut berkurang bahkan menghilang. Jika masih ada pasti para lansia yang masih sabar menekuni kerajinan ini. Keterbatasan kemampuan karena bertambahnya umur juga menjadi alasan semakin menurunnya produktifitas mereka sebagai pengrajin. Bukan karena perubahan zaman saja yang menyebabkan barang kerajinan anyam kurang diminati, namun jika dilihat dari harganya, mahalnya barang kerajinan anyam yang mencapai puluhan bahkan ratusan ribu perbuah, mungkin jadi alasan bagi masyarakat untuk mengganti barang kerajinan tersebut dengan barang-barang yang lebih modis dan murah. Selain dari harganya yang cukup tinggi, waktu yang cukup lama untuk pembuatan barang kerajinan ini juga turut mempengaruhi antusiasme para pengrajin untuk memproduksinya. Upaya pemerintah kota Kudus, untuk mencoba melestarikan seni anyam inipun pernah dilakukan juga. Sempat pernah disalah satu sekolah mengadakan pelatihan seni anyam Lontar ini, yang diampu langsung oleh salah satu pengrajin anyam dari desa Jepang Pakis, Mejobo Kudus. Namun para siswa yang mengikuti pelatihan tersebut mengaku menyerah karena mereka tidak ada yang berhasil dengan baik, rata-rata mereka mengeluh capek karena prosesnya terlalu lama. Dengan demikian, bagaimanapun usaha pemerintah untuk kembali nguri-nguri budaya bangsa, sementara anak bangsanya sendiri tidak ada yang berminat sama halnya melakukan pekerjaan sia-sia. Jika ditanya mengenai keberadaan seni kerajinan di Kudus, sudah pasti tumpukan benda-benda tak bernyawa ini juga memiliki beribu arti yang luar biasa. Namun ironisnya, kekayaan ini lama kelamaan mulai menghilang seiring perkembangan zaman.



D.



Teknik – teknik Anyaman Lontar



Inilah teknik-teknik anyaman tersebut: 1. Anyaman tunggal. Teknik anyaman tunggal adalah teknik di mana Lontar dianyam satu-satu (secara tunggal). Teknik ini digunakan untuk membuat benda-benda seperti saringan, tampan, cerangka, dan lain-lain. 2. Anyaman bilik.



Teknik anyaman bilik adalah teknik di mana Lontar dianyam secara silang berurutan (dua-dua). Teknik ini digunakan untuk membuat benda-benda seperti bilik, nyiru, dan lain-lain. 3. Anyaman teratai. Teknik anyaman teratai membuat kerajinan anyam yang dibuat memiliki bentuk akhir yang artistik dan indah. Biasanya teknik unik ini digunakan dalam membuat bilik, agar bilik terlihat lebih indah dan menarik. 4. Anyaman bunga cengkih. Teknik anyaman seperti ini dapat dijumpai pada benda-benda seperti kipas, kecempeh atau tolok, sangku, dan lain-lain. 5. Teknik Anyaman membentuk motif Motif anyaman Lontar juga didapat dari teknik anyaman yang berbeda-beda. Teknik anyaman terdiri dari beberapa jenis, yaitu : a) Anyaman Tegak Pada teknik ini lusi tegak lurus dengan penganyam, sedangkan pakan sejajar dengan orang yang menganyam. b) Anyaman Serong Pada teknik ini lusi dan pakan terletak tegak lurus. Letaknya menyimpang 45 derajat ke kanan dan kiri orang yang menganyam. Untuk membedakannya digunakan istilah irka ( iratan ke kanan) dan irki (iratan ke kiri). c) Anyaman Kombinasi Teknik ini adalah kombinasi antara anyaman serong dan anyaman tegak. d) Anyaman Membelit Teknik ini dilakukan dengan membelitkan lusi dan pakan secara bergantian. e) Anyaman Pita Teknik ini membuat sifat anyaman memanjang ddan dibuat dengan membentuk jalur pita. f) Anyaman Melingkar



Teknik ini menjadikan lusi sebagai jari-jari lingkaran. Sedang pakan berbentuk melingkar dari pusat ke luar.



E.



Cara Membuat Anyaman dari Lontar Alat-alat :



1. Pejangka atau alat pengiris 2. Silet atau cutter 3. Penyusuk atau tusukan Bahan-bahan: 1. Daun lontar satu pucuk 2. Celup pewarna Cara pembuatan anyaman tempat botol: 1. Buanglah tulang dan bagian dalam daun lontar dengan menggunakan silet atau pisau pengiris. 2. 2Irislah daun lontar dengan alat pengiris atau pejangka agar bentuk dan besar irisannya sama. Kira-kira lebarnya 0,5 cm. 3. Rebus daun lontar pada air mendidih yang telah di beri celup/ pewarna, kemudian irisan lontar tersebut didinginkan sampai kering, 4. Buatlah gelang dari tulang daun lontar dengan diameter 4-5 5. Anyamlah lontar tersebut dengan mengikuti pola empat dua dan empat tiga untuk tempat botol kecil. a) Mula’ (permulaan) b) angkat 1,2, c) kuncir d) pakan (penambahan daun lontar) dan siwer (menutup anyaman) e) konje (mengunci dengan alat penusuk) 6. Potonglah bagian-bagian dari daun lontar yang kelihatan panjang untuk merapikan anyaman 7. Kemudian buatlah gantungan atau pegangan dengan tulang daun lontar, kemudian anyamlah supaya kelihatan rapi. 8. Buatlah leher untuk menguatkan botol.



BIAYA Dalam segi harga, ini sangat tidak sesuai dengan tenaga dan waktu yang dihabiskan. Modal: Harga 1 pucuk daun rotan :   Rp. 6000.                      Celup atau Pewarna            :   Rp. 2000.    +                    Modal                                 :    Rp.  8000, Dalam 1 pucuk ini bisa menjadi 2 kodi (1 kodi= 20 buah). 1 kodi dihargakan dengan Rp. 10.000, jadi 1 buah seharga dengan Rp. 500. sehingga hasil yang diperoleh dari 1 pucuk adalah Rp. 20.000, dikurangi dengan modal, jadi untungnya adalah Rp. 12.000 tetapi itu dikerjakan dalam kurang lebih empat hari karena dalam sehari seorang pengrajin dapat membuat lima buah. CONTOH ANYAMAN DAUN LONTAR LAINNYA



Tikar daun lontar



anyaman daun lontar oleh siswa



Mainan anak-anak dari daun lontar



BAB III PENUTUP



A.



Kesimpulan



Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Seni anyaman Lontar adalah proses menyilangkan bahan-bahan daripada tumbuhtumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan boleh digunakan. 2. Jenis Lontar yang paling baiuk digunakan untuk menganyam adalah Lontar tali. 3. Untuk membuat anyaman Lontar, diperlukan teknik teknik seperti teknik anyaman tunggal, teknik anyaman bilik, teknik anyaman teratai, teknik anyaman bunga cengkih 4. Sejak munculnya barang-barang produk modern, barang hasil kerajinan anyam Lontar   tergeser dari pasaran sehingga menyebabkan pendapatan masyarakat mengalami penurunan 5. Harga bahan baku yang kian melambung tinggi menjadi kendala utama dalam penyediaan bahan baku.